Risiko Produksi Ikan Hias pada PT Qian Hu Joe Aquatic Indonesia di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat

1

RISIKO PRODUKSI IKAN HIAS PADA PT. QIAN HU JOE
AQUATIC INDONESIA DI KABUPATEN BOGOR
PROVINSI JAWA BARAT

WAWAN HERNAWAN

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

ii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Risiko Produksi Ikan
Hias pada PT Qian Hu Joe Aquatic Indonesia di Kabupaten Bogor Provinsi Jawa
Barat adalah benar karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan

dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis
lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2013
Wawan Hernawan
H34114021

iv

Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


ABSTRAK
WAWAN HERNAWAN. Risiko Produksi Ikan Hias pada PT Qian Hu Joe Aquatic
Indonesia, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh ANNA FARIYANTI.
Ikan hias merupakan komoditas perikanan yang cukup prospektif untuk
dikembangkan karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Dalam pelaksanaan usaha
ikan hias tidak terlepas dari adanya risiko usaha. Penelitian ini dilakukan untuk
mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi pembesaran ikan hias yang dihadapi
PT. Qian Hu Joe Aquatic Indonesia, menganalisis hubungan antara diversifikasi
usaha dengan upaya meminimalkan risiko, serta memberikan alternatif strategi yang
memungkinkan dalam penanganan risiko produksi yang dihadapi perusahaan. Metode
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis varian, standar deviasi,
koefisien variasi, dan expected return. Penelitian ini memberikan informasi bahwa
sumber-sumber risiko produksi yang dihadapi perusahaan diantaranya kondisi iklim
dan cuaca, serangan penyakit, dan kesalahan tenaga kerja. Hasil analisis risiko pada
komoditas tunggal diperoleh risiko yang paling tinggi adalah ikan clown loach, nilai
risiko yang paling rendah adalah ikan black ghost. Hasil analisis risiko diversifikasi
diperoleh nilai risiko paling rendah pada kombinasi ikan black ghost dan silver
arowana. Alternatif strategi yang dapat dilakukan perusahaan dalam mengurangi
risiko produksi adalah melakukan diversifikasi produksi dan kemitraan.

Kata kunci : ikan hias, risiko diversifikasi, risiko produksi.

ABSTRACT
WAWAN HERNAWAN. Risk Production of Ornamental Fish PT Qian Hu Joe
Aquatic Indonesia, Bogor Distrct. Supervised by ANNA FARIYANTI.
Ornamental fish is a highly prospected commodity in fishery to be developed
because it has a high economic value. In the implementation of the ornamental fish
business is inseparable from the risks.This research to identify the sources of
production risk ornamental fish in PT. Qian Hu Joe Aquatic Indonesia, analyzes the
relationship between business diversification and efforts to reduce the risk, and
provide alternative strategies allow the management of production risks that faced by
the company. The method of analys that used in this research is the analysis of
variance, standard deviation, coefficient of variation, and the expected return. This
research provides information that the sources of production risks faced by
companies such as climate and weather conditions, disease, and human errors.
Results of the risk analysis on a single commodity obtained the highest risk is the
clown loach fish, lowest risk value is black ghost. Diversification of risk analysis
results is the value of the lowest risk on combination of black ghost fish and silver

vi


arowana. Alternative strategies to reduce the risk is diversivication of production
and production partnerships.

Keywords : ornamental fish, diversification risk,, risk production

RISIKO PRODUKSI IKAN HIAS PADA PT QIAN HU JOE
AQUATIC INDONESIA DI KABUPATEN BOGOR
PROVINSI JAWA BARAT

WAWAN HERNAWAN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

viii

Judul Skripsi
Nama
NRP

:

Risiko Produksi Ikan Hias pada PT Qian Hu Joe Aquatic
Indonesia di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat
: Wawan Hernawan
: H34114021

Disetujui oleh,

Dr.Ir.Anna Fariyanti, MSi

Pembimbing

Diketahui oleh,

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus :

x

PRAKATA
Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan karuniaNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2013 ini adalah risiko produksi,
dengan judul Risiko Produksi Ikan Hias Pada PT Qian Hu Joe Aquatic Indonesia di
Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Anna Fariyanti, M.Si selaku
pembimbing, Ir. Tintin Sarianti selaku dosen evaluator kolokium yang telah banyak
memberi saran, Ir. Popong Nurhayati selaku dosen penguji utama, dan Yanti Nuraeni

Muflikh, SP, MAgribuss selaku dosen penguji komisi pendidikan. Disamping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada kedua orang tua (Rohidin dan Taswini) dan
seluruh anggota keluarga atas perhatian, dukungan moril dan materil serta do’a yang
diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Sigit Maden, Ibu
Widya, Bapak Ardiansyah, dan seluruh pekerja di PT Qian Hu Joe Aquatic Indonesia
yang telah bersedia untuk memberikan informasi dan gambaran mengenai kegiatan
usaha produksi ikan hias. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Rizky
Sidik selaku pembahas pada seminar hasil serta kepada seluruh sahabat dan teman
yang telah mendukung dalam penelitian ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2013

Wawan Hernawan

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

xiii


DAFTAR GAMBAR

xiii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

7

Tujuan Penelitian

8


Manfaat Penelitian

9

Ruang Lingkup Penelitian

9

TINJAUAN PUSTAKA .
Sumber-sumber Risiko Produksi Perikanan

9
9

Metode Analisis Risiko

10

Strategi Pengelolaan Risiko


11

KERANGKA PEMIKIRAN

13

Kerangka Pemikiran Teoritis

13

Teori Risiko

13

Sumber-Sumber Risiko

14

Risiko Operasional


15

Manajemen Risiko

15

Proses Manajemen Risiko

16

Risiko Portofolio

20

Kerangka Pemikiran Operasional

21

METODE PENELITIAN

22

xii

Lokasi dan Waktu Penelitian

22

Jenis dan Sumber Data

23

Metode Pengumpulan Data

23

Metode Pengolahan dan Analisis Data

23

Analisis Deskriptif

23

Analisis Risiko pada Kegiatan Usaha Spesialisai

24

Analisis Risiko pada Kegiatan Usaha Portofolio

26

HASIL DAN PEMBAHASAN

29

Organisasi dan Manajemen Perusahaan

30

Sumberdaya Perusahaan

31

Sumberdaya Fisik

31

Sumberdaya Modal

35

Identifikasi Sumber Risiko

53

Analisis Risiko

59

KESIMPULAN DAN SARAN

67

Kesimpulan

67

Saran

68

DAFTAR PUSTAKA .

68

LAMPIRAN

70

RIWAYAT HIDUP

77

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Volume produksi perikanan nasional tahun 2007-2011
Volume ekspor perikanan nasional berdasarkan komoditi tahun 2007-2011
Nilai ekspor perikanan nasional berdasarkan komoditi tahun 2007-2011
Volume produksi budidaya ikan hias di Pulau Jawa tahun 2007-2011
Tingkat survival rate ikan hias di Indonesia
Perkembangan produksi ikan hias di kabupaten bogor tahun 2008-2010
Volume penjualan ikan hias tahun 2012 di PT Qian Hu Joe Aquatic Indonesia
Tingkat mortalitas ikan hias Black Ghost, Silver Arowana, dan Clown Loach
di PT. Qian Hu Joe Aquatic Indonesia tahun 2012
Data produksi ikan hias pada PT QHJAI tahun 2012
Peluang kejadian untuk masing-masing komoditas
Kisaran normal kualitas air untuk akuarium air tawar
Penilaian expected return untuk masing-masing komoditas
Penilaian risiko produksi berdasarkan penerimaan pada ikan hias
Nilai Fraction untuk Setiap Komoditi
Penilaian risiko portofolio berdasarkan penerimaan pada komoditi

1
2
2
3
4
5
6
8
54
54
59
60
61
63
64

DAFTAR GAMBAR
1
2
3

Kerangka Pemikiran Operasional
Struktur Organisasi PT Qian Hu Joe Aquatic Indonesia
Bagan alur distribusi ikan hias pada PT QHJAI

22
31
49

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5

Sarana Produksi Pembesaran Ikan Hias PT QHJAI
Kegiatan Pengecekan Kualitas dan Kuantitas Ikan Hias
Contoh Ikan Hias yang mati
Proses Pengemasan Ekspor Ikan Hias di PT QHJAI
Contoh Kartu Stok di PT Qian Hu Joe Aquatic Indonesia

71
71
72
73
73

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor perikanan Indonesia lima tahun terakhir mengalami pertumbuhan yang
positif dari segi produksi maupun pemasarannya. Data statistik Kementerian Kelautan
dan Perikanan Indonesia mencatat volume produksi perikanan nasional mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun rata-rata sebesar 16.08 persen selama periode 200720111. Volume produksi perikanan nasional ditunjukkan dalam Tabel 1.
Tabel 1.Volume produksi perikanan nasional tahun 2007-2011
Volume Produksi per Tahun (Ton)

Jenis Komoditi

Perikanan
Tangkap

2007

2008

2009

2010

2011

Perikanan Laut

4,734,280

4,701,933

4,812,235

5,039,446

5,345,729

3.12

Perairan Umum

310,457

301,182

295,736

344,972

368,542

4.67

1,509,528

1,966,002

2,820,083

3,514,702

4,605,827

32.34

933,832
410,373
63,929
190,893
85,009

959,509
479,167
75,769
263,169
111,584

907,123
554,067
101,771
238,606
86,913

1,416,038
819,809
121,271
309,499
96,605

1,602,748
1,127,127
131,383
375,430
86,448

16.64
29.46
20.08
19.89
2.45

Budidaya Laut
Perikanan
Budidaya

Kenaikan
Rata-Rata
(%)

Tambak
Kolam
Karamba
Jaring Apung
Sawah

2007-2011

Sumber : Ditjen Perikanan Tangkap dan Ditjen Perikanan Budidaya KKP, (2012)1

Peningkatan produksi perikanan nasional didukung oleh adanya pertumbuhan
volume ekspor dan nilai ekspor perikanan nasional. Volume ekspor hasil perikanan
Indonesia tahun 2007-2011 mengalami pertumbuhan yang positif. Peningkatan ratarata total volume ekspor hasil perikanan sebesar 8.384 persen. Komoditi perikanan
yang dieskpor diantaranya ikan hias laut dan tawar, ikan hidup yang terdiri dari ikan
trout, ikan mas, belut, dan ikan lainnya. Volume ekspor ikan hias air tawar
mengalami peningkatan rata-rata 126.49 persen pada periode 2007-2011, meskipun
pada tahun 2010-2011 mengalami penurunan sebesar 38.00 persen, tapi secara
keseluruhan volume ekspor ikan hias air tawar mengalami peningkatan. Volume
ekspor terbesar tiap bulan nya masih diperoleh dari komoditi ikan hias air laut.
Dengan melihat data tersebut, peluang untuk mengembangkan usaha ikan hias air
tawar masih sangat besar. Pertumbuhan volume ekspor tersebut menunjukkan adanya
perkembangan yang cukup signifikan dalam usaha ikan hias air tawar. Pertumbuhan
volume ekspor ikan hias Indonesia tahun 2007-2011 dapat dilihat pada Tabel 2.

1

http://statistik.kkp.go.id/index.php/arsip/c/50/Statistik-Ekspor-Hasil-Perikanan-2011 diakses 20 April
2013

2

Tabel 2. Volume ekspor perikanan nasional berdasarkan komoditi tahun 2007-2011
Jenis
Komoditi
Ikan Hias
- Air Laut
- Air Tawar
Ikan Hidup
- Ikan Trout
- Ikan Mas
- Belut
- Ikan
Lainnya
Total

2007

2008

2009

2010

2011

Kenaikan
Rata-Rata
(%)
2007-2011

1,113,962
103,189

889,638
72,931

911,308
305,892

1,055,872
1,082,481

1,086,100
671,105

0.26
126.49

31,920
150
44,625

0
47,314
46,067

0
53,160
256,782

0
31,011
3,341,075

0
29,079
2,068,680

-100
7851.78
405.92

4,087,558

1,717,378

720,231

357,310

303,497

-45.37

5,381,404

2,773,328

2,247,373

5,867,749

4,158,461

8,384

Volume Ekspor Perikanan Nasional per Tahun (Kg)

Sumber : Ditjen Perikanan Tangkap dan Ditjen Perikanan Budidaya,(2011)

Pertumbuhan volume ekspor ikan hias Indonesia diikuti oleh pertumbuhan nilai
ekpor ikan hias air tawar. Pertumbuhan nilai ekspor ikan hias air tawar rata-rata
sebesar 52,40 persen selama periode 2007-2011. Nilai ekspor perikanan nasional
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3.Nilai ekspor perikanan nasional berdasarkan komoditi tahun 2007-2011
Jenis
Komoditi
Ikan Hias
- Air Laut
- Air Tawar
Ikan Hidup
- Ikan Trout
- Ikan Mas
- Belut
- Ikan
Lainnya
Total

2007

2008

2009

2010

2011

Kenaikan
Rata-Rata
(%)
2007-2011

5,388,484
1,917,161

5,429,687
2,852,226

4,375,074
5,644,033

4,268,011
9,413,181

4,210,713
9,051,652

-5.61
52.40

69,750
629
50,582

0
209,887
108,784

0
428,981
326,855

0
217,152
17,334,816

0
203,928
7,866,968

-100
832,932.32
1,366.11

23,357,709

10,122,869

3,340,585

1,048,320

805,919

-53.85

30,784,315

18,723,453

14,115,528

32,281,480

22,139,180

834,350.83

Nilai Ekspor Perikanan Nasional per Tahun (Us $)

Sumber : Ditjen Perikanan Tangkap dan Ditjen Perikanan Budaya, (2011)

Berdasarkan perbandingan peningkatan volume dan nilai ekspor pertumbuhan
volume lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan nilai ekspor. Kondisi tersebut
menunjukkan bahwa berdasarkan komoditas perikanan mengalami peningkatan
kualitas dan memiliki pasar yang cukup potensial.Selain itu, nilai ekspor yang cukup
tinggi memberikan gambaran bahwa nilai ekonomis ikan hias ekspor cukup tinggi.
Saat ini pasar ekspor ikan hias yang semakin luas memberikan keuntungan yang
cukup signifikan bagi para pengusaha ikan hias.Selera konsumen luar negeri yang

berbeda-beda, memberikan peluang terserapnya berbagai jenis ikan hias yang
diproduksi di Indonesia.
Ikan hias adalah ikan yang mempunyai bentuk, warna dan karakter yang khas
masing-masing jenisnya, sehingga menciptakan keindahaan tersendiri ketika melihat
gerak-gerakannya dalam akuarium ataupun bak semen yang mendukung serta dapat
memberikan suasana damai dan tentram. Gerakan ikan hias umumnya lembut dan
dipadukan dengan tanaman hias ataupun alat pendukung lainnya (aerasi) didalam
akuarium akan selalu menarik untuk melihat. Berdasarkan habitatnya ikan hias dapat
digolongan kedalam dua jenis ikan hias air tawar dan ikan hias air laut. Ikan hias
mempunyai jenis yang beranekaragam dengan corak dan warna yang berbedabeda.Tempat pemeliharaan ikan hias dapat berupa akuarium ataupun bak
semen.Tempat ini praktis dan mudah dibuat serta cocok untuk budidaya yang
dilakukan pada lahan sempit2.
Saat ini Indonesia memiliki tidak kurang dari 3.500 spesies ikan hias air tawar
yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia . Berdasarkan data KKP dan LIPI tahun
2010, jumlah ikan hias yang diperdagangkan Indonesia mencapai 1.600 jenis, dimana
750 jenis diantaranya adalah ikan hias air tawar. Pola produksi yang dikembangkan
untuk ikan hias air tawar ini lebih bayak menggunakan pola budidaya. Hal ini
dikarenakan saat ini sudah banyak spesies ikan hias yang dapat dibudidayakan, selain
itu pola produksi budidaya memberikan kemudahan kepada para produsen dalam
mengontrol produksi ikan hias nya. Berbeda dengan pola produksi tangkap yang
mengandalkan pada kondisi alam dalam pencapaian produksinya. Dengan kata lain,
pola produksi budidaya lebih menjamin adanya keberlanjutan jika dibandingkan
dengan pola penangkapan. Saat ini telah banyak para pengusaha budidaya maupun
eksportir ikan hias yang ada di Indonesia.Pengusaha-pengusaha tersebut tersebar di
daerah sentra-sentra produksi ikan hias di Indonesia. Volume produksi ikan hias di
beberapa sentra produksi ikan hias di Pulau Jawa dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Volume produksi budidaya ikan hias di Pulau Jawa tahun 2007-2011
Provinsi

DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
D. I.Yogyakarta
Jawa Timur
Banten

Volume Produksi Budidaya Ikan Hias per Tahun
(Ton)

2007
124
55,105
16,770
1,435
12,705
5,914

2008
2009
508
212
60,733 61,915
14,295 16,423
1,908 2,438
51,085 18,559
9,717 5,730

2010
3,713
99,472
12,666
5,354
35,822
4,960

2011
2,244
88,914
14,601
4,532
38,049
6,852

Sumber : Ditjen Perikanan Tangkap & Ditjen Perikanan Budidaya,(2011)

2

http://o-fish.com diakses 201 April 2013

Kenaikan
Rata-Rata (%)

466.26
15.55
-1.87
41.25
84.41
12.00

4

Tabel 4 menunjukkan bahwa Jawa Barat merupakan salah satu provinsi
penghasil ikan hias terbesar di pulau Jawa.Dengan kondisi alam yang mendukung,
Jawa Barat menjadi salah satu sentra produksi ikan hias di Indonesia. Sentra-sentra
ikan hias di Provinsi Jawa Barat terdapat di daerah Bekasi, Depok, Bandung,
Sukabumi, dan Bogor.
Data volume produksi ikan hias diatas menunjukkan masih adanya fluktuasi
produksi yang dialami oleh para pengusaha ikan hias. Hal ini desebabkan oleh adanya
tingkat survival rate yang masih berfluktuasi. Berikut data mengenai tingkat survival
rate ikan hias di Indonesia pada Tabel 5.
Tabel 5. Tingkat survival rate ikan hias di Indonesia
No
1

Jenis Ikan
Silver Arwana1

2

Black Ghost2

3

Palmas Ornatipinis2

4

Cupang2

Ukuran
7 cm
9 cm
15 cm
2 inch
3 inch
1 cm
2 cm
14 hari
45 hari

Survival Rate (%)
50-60
35-85
90
70
85
60
90
87,5
87

Sumber : 1 Susanto (2004)
2
www.LIPI.go.id
Data statistik di atas menunjukkan bahwa volume ekspor ikan hias Indonesia
masih mengalami beberapa permasalahan yang menyebabkan perkembangan ekspor
ikan hias Indonesia masih berfluktuasi. Data tersebut diikuti oleh data volume
produksi ikan hias tiap provinsi di Indonesia yang masuih mengalami fluktuasi,
seperti di provinsi Jawa Barat. Fluktuasi volume produksiikan hias ini perlu
dilakukan analisis, untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan adanya
fluktuasi volume produksi ikan hias di Indonesiai.
Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah sentra produksi ikan hias air
tawar yang ada di Provinsi Jawa Barat. Produksi ikan hias di Kabupaten Bogor
mengalami perkembangan yang positif yakni dengan adanya peningkatan jumlah
produksi ikan hias air tawar setiap tahunnya. Perkembangan produksi ini, karena
adanya peningkatan jumlah pembudidaya ikan hias air tawar di Kabupaten Bogor.
Perkembangan produksi ikan hias di Bogor dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Perkembangan produksi ikan hias di kabupaten bogor tahun 2008-2010
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
20
21
22
23
24
25
26

Jenis Ikan
Corydoras
Cupang
Discus
Guppy
Koi
Kar Tetra
Manvis
Maskoki
Oscar
Plati Padang
Rainbow
Boster
Louhan
Barbus
Black Ghost
Blue Cerry
Blue Eye
Rochet
Ctenopoma
Tetra
Kongo Neon
Silver Dolar
Red Nouse
Neon Tetra
Ikan Hias lainnya

Produksi 2008
4.700.000
5.480.000
1.969.000
8.609.000
3.445.000
11.770.000
3.926.000
6.262.000
0
4.451.000
3.219.000
3.8666.000
1.277.000
0
4.713.000
2.052.000
2.283.000
2.335.000
0
0
0
0
0
0
2.238.000

Produksi 2009
5.070.000
5.910.000
2.120.000
9.299.000
3.714.000
13.385.000
4.230.000
6.754.000
0
4.810.000
3.540.000
4.142.000
1.260.000
0
5.070.000
2.072.000
2.438.000
2.526.000
0
0
0
0
0
0
2.193.000

Produksi 2010
8.051.060
6.693.880
8.875.000
3.800.000
4.377.650
2.613.720
2.383.150
5.043.650
10.878.500
7.726.810
2.441.140
4.958.950
0
102.48
4.458.220
0
5.054.750
1.216.000
255
8.706.810
1.862.000
5.442.500
3.362.650
10.820.510
2.839.200

Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Bogor, (2011)

PT Qian Hu Joe Aquatic Indonesia (PT. QHJAI) merupakan salah satu
perusahaan yang bergerak di bidang ekspor ikan hias di Kabupaten Bogor.
Perusahaan ini melakukan kegiatan produksi dengan cara bekerja sama dengan para
pemasok ikan hias yang ada di Jabodetabek. Dengan kata lain, kegiatan ekspor ikan
hias di PT Qian Hu Joe Aquatic Indonesia ini sangat bergantung pada pasokan dari
pemasok. Pasokan ikan hias yang ada di pemasok tersebut tidak bisa diprediksi secara
pasti keberadaanya, karena pemasok-pemasok ikan hias yang ada di daerah
Jabodetabek tersebut tidak hanya memasok ikan hias ke PT Qian Hu Joe Aquatic
Indonesia saja. Oleh karena itu, PT QHJAI melakukan kegiatan pembesaran ikan hias
yang berasal dari pemasok dengan cara membeli dalam ukuran kecil dan di tampung
sampai ukuran jual.
Ada sekitar 360 jenis ikan hias yang diusahakan oleh PT. QHJAI dalam bisnis
ekspor ikan hiasnya. Beberapa komoditas ikan hias yang menjadi andalan (key
item)adalah ikan hias black ghost, silver aroawana, dan clown loach. Ketiga
komoditas ikan hias ini menjadi andalan di PT. QHJAI karena jumlah penjualan
ketiga komoditas ikan hias ini cukup tinggi setiap bulannya, sehingga ketiga jenis

6

ikan hias ini cukup menjanjikan untuk dibudidayakan dalam bentuk pembesaran.
Data penjualan ketiga jenis ikan hias tersebut dapat di lihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Volume penjualan ikan hias tahun 2012 di PT Qian Hu Joe Aquatic
Indonesia

Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni

Jumlah Penjualan Ikan Hias tiap Bulan (ekor)
Brilliant
Aggassisiz
Clown Black Silver
Rosy
Cuvier's Cherry
Red
Dwarf
Loach Ghost Arowana Tourquoise Tetra
Bichir
Barb
Cichlid
2484
18240
18489
1020
5472
1720

565
3310
120
3604
3390
1050

217
1494
125
1030
126
32

40
200
20
0
20
10

0
200
0
0
90
0

450
400
0
200
200
0

0
1900
0
0
0
1720

240
0
610
0
440
200

Juli

2000

1290

335

0

400

300

0

0

Agustus

1506

3035

40

0

0

120

0

0

875

4960

833

0

0

0

990

175

Oktober

1155

3935

309

45

6

260

300

0

November

3090

990

430

0

500

0

0

100

Desember

5400

1200

320

270

980

165

120

0

September

Sumber : PT Qian Hu Joe Aquatic Indonesia, 2012
Tabel 7 menunjukkan data volume penjualan ikan hias PT Qian Hu Joe aquatic
Indonesia pada tahun 2012. Data tersebut menunjukkan bahwa ketiga jenis ikan hias
yang diteliti memiliki permintaan yang cukup besar dari konsumen, hal ini terlihat
dari jumlah penjualan yang kontinyu dengan total penjualan ketiga komoditas lebih
besar dibandingkan jenis ikan hias lainnya setiap bulannya.
Penjualan ikan hias yang dilakukan oleh PT Qian Hu Joe Aquatic Indonesia ini
sangat dipengaruhi oleh ketersediaan ikan hias dalam setiap proses produksi nya.
Penyediaan ikan hias PT Qian Hu Joe Aquatic Indonesia dilakukan melalui dua
kegiatan, yaitu penyediaan melalui pemasok dan kegiatan penampungan dalam proses
pembesaran. Dalam kegiatan pembesaran ikan hias di PT Qian Hu Joe Aquatic
Indonesia tidak mudah, karena masih adanya kendala yang dihadapi. Kendala yang
sering dihadapi dalam pembesaran ketiga jenis ikan hias tersebut diantaranya
diakibatkan oleh faktor hama dan penyakit, cuaca dan suhu, kondisi air, kualitas
pakan, teknologi, dan human error. Hal tersebut mengakibatkan fluktuasi jumlah
produksi ukuran jual ikan hias black ghost, silver arowana, dan clown loach.Ketiga
jenis komoditas tersebut juga memiliki tingkat mortalitas yang cukup tinggi
dibandingkan dengan ikan hias lainnya yan g diusahakan oleh PT QHJAI.

Faktor alam sangat mempengaruhi kondisi bisnis ikan hias, diantaranya cuaca,
suhu, dan air. Faktor tersebut cukup sulit untuk di prediksi kondisinya, sehingga
risiko yang ditimbulkan cukup tinggi. Cuaca dah suhu yang tidak stabil akan
mengakibatkan kondisi ikan stress, selain itu curah hujan yang cukup tinggi akan
mengakibatkan kualitas air menurun dan mudah sekali mendatangkan penyakit
terhadap ikan hias. Hama dan penyakit dapat mengakibatkan pertumbuhan ikan
terhambat atau bahkan mengakibatkan kematian pada ikan3.
Kondisi tersebut sangat mempengaruhi produktivitas ikan hias yang di
usahakan, sehingga penelitian mengenai risiko produksi ikan hias perlu dilakukan
untuk mengetahui risiko apa saja yang dihadapi dalam pembesaran ikan hias dan
merumuskan strategi yang tepat untuk meminimalisir dampak yang ditimbulkan
risiko tersebut.

Perumusan Masalah
PT. Qian Hu Joe Aquatic Indonesia (PT. QHJAI) melakukan ekpor ikan hias
dengan beragam jenis, salah satu jenis ikan hias yang sering dijual di perusahaan ini
adalah ikan hias black ghost (Apteronotus albifrons), Silver Arowana (Osteoglossum
bichirrhosum), dan Clown Loach (Botia macracantha). Ikan jenis ini merupakan
beberapa produk unggulan di PT. QHJAI saat ini. Hal tersebut terlihat dari jumlah
penjualan ikan hias tersebut yang kontinyu dengan permintaan yang cukup besar
setiap bulannya. Namun dari segi produksi ikan hias tersebut bukan tanpa adanya
hambatan.Hal tersebut dikarenakan masih adanya risiko yang dihadapi oleh PT.
QHJAI dari segi produksi ikan hias black ghost, silver arowana, dan clown loach.
Risiko produksi yang dihadapi diantaranya faktor cuaca, iklim, suhu, penyakit,
teknologi, dan human error4.
Adanya fluktuasi tingkat kematian produksi ikan hias black ghost, silver
arowana, dan clown loach pada PT. QHJAI merupakan salah satu risiko yang harus
dihadapi. Volume produksi ikan hias black ghost, silver arowana, dan clown loach
mengalami fluktuasi seiring adanya fluktuasi tingkat mortality setiap bulannya.
Fluktuasi tingkat kematian produksi ikan hias black ghost, silver arowana, dan clown
loach pada PT. QHJAI dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 menunjukkan fluktuasi tingkat kematian mengakibatkan pula fluktuasi
jumlah produksi ikan hias black ghost, silver arowana, dan clown loach. Fluktuasi
tingkat kematian tersebut diakibatkan oleh beberapa faktor, diantaranya cuaca,
kualitas air,kualitas pakan, dan cara pemeliharaan. Cara pemeliharaan merupakan
faktor yang sangat penting dalam proses produksi ikan hias black ghost, silver
arowana, dan clown loach di PT QHJAI ini, hal ini dikarenakan kegiatan produksi di
perusahaan ini berupa pembesaran ikan hias dari ukuran kecil sampai ukuran siap
jual.

3
4

http://o-fish.com/Air/kualitas_lingkungan.php
PT Qian Hu Joe Aquatic Indonesia, 2013

8

Tabel 8. Tingkat mortalitas ikan hias Black Ghost, Silver Arowana, dan Clown Loach
di PT. Qian Hu Joe Aquatic Indonesia tahun 2012
Tingkat Mortalitas (%)
Periode

Clown Loach
(1,5"-2,5")
Black Ghost(1,5"-2") Silver Arowana(4"-5")
1
4.00
11.75
0.51
2
14.68
2.87
3.04
3
13.00
0
7.00
4
12.00
0
1.52
5
15.00
0
0.93
6
21.00
8.80
6.50
7
13.26
19.51
2.13
8
9.57
0
0.40
9
6.07
0.05
5.98
10
34.00
0
0.00
11
2.91
4.42
0.00
12
9.80
0.25
3.00
Sumber: PT. Qian Hu Joe Aquatic Indonesia, (2012)

Berdasarkan fakta tersebut, maka dalam penelitian ini akan dianalisis mengenai
usaha diversifikasi yang dilakukan oleh PT QHJAI dengan upaya mengurangi risiko
produksi yang dihadapi. Risiko produksi yang dihadapi memiliki dampak bagi
perusahaan. Dampak tersebut bisa berdampak positif maupun negatif. Untuk itu
maka perlu dilakukan analisis terhadap peluang dan dampak dari sumber risiko
tersebut terhadap pendapatan perusahaan. Selain itu dalam penelitian ini akan
dianalisis mengenai besarnya tingkat risiko yang dihadapi PT QHJAI setelah
melakukan usaha diversifikasi (portofolio).
Berdasarkan pertimbangan kondisi yang telah diuraikan di atas, maka
permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian adalah sebagai berikut :
1. Apakah ada sumber risiko yang menyebabkan produksi ikan hias black
ghost, silver arowana, dan clown loach pada PT. Qian Hu Joe Aquatic
Indonesia berfluktuasi?
2. Apakah usaha diversifikasi (portofolio) yang dilakukan PT. Qian Hu Joe
Aquatic Indonesia dapat mengurangi risiko produksi ikan hias black ghost,
silver arowana, dan clown loachdi PT. Qian Hu Joe Aquatic Indonesia?
3. Bagaimana alternatif strategi yang diterapkan dalam mengatasi risiko
produksi ikan hiasblack ghost, silver arowana, dan clown loach pada PT.
Qian Hu Joe Aquatic Indonesia ?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengidentifikasi sumber risiko yang menyebabkan produksi ikan hias black
ghost, silver arowana, dan clown loach pada PT. Qian Hu Joe Aquatic
Indonesia berfluktuasi.
2. Menganalisis usaha diversifikasi (portofolio) yang dilakukan PT. Qian Hu
Joe Aquatic Indonesia dalam upaya mengurangi risiko produksi ikan hias
black ghost, silver arowana, dan clown loach.
3. Menganalisis alternatif strategi yang diterapkan untuk mengatasi risiko
produksi diversifikasi ikan hias black ghost, silver arowana, dan clown
loach pada PT. Qian Hu Joe Aquatic Indonesia.

Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Sebagai masukan bagi tempat usaha budidaya untuk menjadi bahan
pertimbangan dalam meminimalisasi risiko yang dihadapi.
2. Sebagai masukan bagi pembaca untuk memperluas wawasan.
3. Sebagai tambahan informasi dan referensi untuk penelitian-penelitian
selanjutnya.

Ruang Lingkup Penelitian
Kegiatan bisnis utama PT Qian Hu Joe Aquatic Indonesia adalah melakukan
penampungan ikan hias dari pemasok, kemudian ditampung sampai ukuran siap
jual.Jenis ikan hias yang diusahakan oleh PT. QHJAI ini cukup banyak, ada sekitar
360 jenis ikan hias. Komoditas yang dikaji dalam penelitian ini adalah ikan hias black
ghost, silver arowana dan clown loach.
Penelitian yang dilakukan membahas risiko produksi ikan hias khususnya pada
kegiatan penampungan ikan hias dari pemasok sampai ukuran jual ke konsumen.
Ukuran ikan hias yang diteliti yaitu black ghost ukuran 1,5 inchi-2 inchi, silver
arowana ukuran 4 inchi-5 inchi, dan clown loach ukuran 1,5 inchi-2,5 inchi.

TINJAUAN PUSTAKA
Sumber-sumber Risiko Produksi Perikanan
Sektor agribisnis memiliki ciri khas tersendiri dalam dunia bisnis baik dari
segi pengelolaan, sistem usaha dan produk yang diusahakan pun berbeda dengan
produk usaha lainnya. Dari segi produk, agribisnis merupakan sektor yang
mengusahakan produk-produk yang umumnya adalah makhluk hidup seperti
tanaman, perikanan, dan peternakan.

10

Semua produk dalam sektor tersebut merupakan produk yang diperjual
belikan umumnya dalam keadaan hidup. Sifat-sifat produk agribisnis yang rentan
terhadap kondisi alam ini, mengindikasikan bahwa kegiatan produksi dalam
agribisnis tidak selalu berjalan mulus. Banyak sekali faktor yang menjadi risiko
dalam kegiatan produksi agribisnis. Risiko-risiko tersebut dapat memberikan dampak
yang negatif terhadap pengusaha atau perusahaan-perusahaan agribisnis dalam
mendapatkan keuntungan. Sumber-sumber risiko dalam produksi agribisnis
diantaranya cuaca, suhu, hama dan penyakit, penggunaan input serta kesalahan teknis
yang dilakukan oleh sumber daya manusia yang ada.
Terdapat beberapa penelitian yang menganalisis risiko pada komoditi ikan hias
seperti Silaban (2011), dan Purwitasari (2011). Kedua penelitian tersebut menemukan
beberapa sumber risiko dalam produksi ikan hias diantaranya kondisi cuaca atau
iklim, serangan penyakit, kualitas pakan yang buruk dan tenaga kerja yang tidak
terampil. Akibat dari sumber risiko tersebut maka terjadi tingkat mortality yang
berfluktuasi. Sumber risiko penyebab terjadinya fluktuasi tingkat mortality
merupakan akumulasi dari sumber risiko yang terjadi selama proses produksi
berlangsung.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Purwitasari (2011) yang meneliti mengenai
Manajemen Risiko pada Pemasaran Ikan Patin di PT. Mitra Mina Nusantara di
Kabupaten Bogor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko-risiko yang
teridentifikasi pada unit pemasaran PT MMN untuk komoditi benih ikan patin
dikelompokkan berdasarkan penyebab risiko operasional yaitu risiko SDM, risiko
teknologi, risiko alam, dan risiko proses.Pada penelitian tersebut terdapat hasil anaisis
yang menunjukkan sumber-sumber risiko apa saja yang dihadapi dalam produksi ikan
patin serta sumber risiko mana yang paling besar dampaknya terhadap usaha produksi
ikan patin tersebut.
Dewiaji (2011) yang meneliti mengenai Analisis Risiko Produksi Pembesaran
Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) di CV Jumbo Bintang Lestari Gunungsindur
Kabupaten Bogor, Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sumber-sumber
risiko produksi yang terdapat di CV Jumbo Bintang Lestari meliputi kualitas
dan pasokan benih, mortalitas, kualitas pakan, penyakit, cuaca, dan sumber daya
manusia.
Metode Analisis Risiko
Hasil penelitian Silaban (2011) menunjukkan bahwa pada analisis spesialisasi
diperoleh nilai coefficient variation pada ikan discus, lobster dan maanvis masingmasing sebesar 0,41; 0,46; 0,44. Makna angka tersebut adalah bahwa setiap satu
rupiah yang dihasilkan akan menghadapi risiko sebesar 0,41 untuk jenis ikan hias
discus. Angka tersebut menunjukkan bahwa nilai coefficient variation ikan hias
lobster lebih tinggi dibandingkan discus dan maanvis, artinya bahwa usaha budidaya
ikan hias lobster memiliki risiko lebih tinggi dibanding ikan hias maanvis dan discus.
Hal ini disebabkan karena tingkat mortality yang diperoleh rendah akibat dari proses
budi daya yang relatif sulit serta kondisi iklim atau cuaca yang tidak dapat diprediksi.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Silaban (2011) hasil yang diperoleh adalah

gambaran perbandingan peluang besarnya risiko produksi pada tiga jenis ikan hias
pada perusahaan tersebut.
Purwitasari (2011) memperoleh hasil berdasarkan metode nilai standar
didapatkan nilai tertinggi dari keempat penyebab risiko operasional adalah risiko
alam (48,4 %) dan nilai probabilitas terendah adalah risiko teknologi (0,05 %).
Probabilitas risiko juga dihitung berdasarkan risiko setiap kejadian, bencana alam,
kesalahan penggunaan kendaraan, dan kecelakaan merupakan kejadian yang memiliki
probabilitas terbesar. Risiko proses merupakan risiko yang memiliki dampak atau
kerugian terbesar yaitu Rp 7.464.425,27 dihitung menggunakan metode Value at Risk
(VaR). Dampak terjadinya risiko juga dihitung berdasarkan risiko per kejadian.
Penanganan tidak dilakukan dengan baik (kesalahan proses), kecelakaan, dan
ketidaktelitian dalam melakukan sampling merupakan kejadian yang memiliki
dampak terbesar.
Dewiaji (2011) menunjukkan hasil
analisis
probabilitas
dengan
menggunakan metode nilai standar secara keseluruhan didapat angka 0,352 yang
artinya kemungkinan CV Jumbo Bintang Lestari untuk memproduksi lele
dumbo konsumsi lebih dari produksi normal, yaitu 20.901,71 kilogram adalah
0,352 atau 35,2 persen. Sedangkan hasil dari analisis dampak risiko dengan metode
VaR didapat hasil Rp. 24.965.886,00, yang artinya CV Jumbo Bintang Lestari
bisa yakin 95 persen bahwa perusahaan tidak akan menderita kerugian akibat
kurangnya jumlah produksi ikan lele dari jumlah normal melebihi Rp.
24.965.886,00. Namun, ada kemungkinan 5 persen CV Jumbo Bintang Lestari
menderita kerugian lebih besar dari Rp. 24.965.886,00.
Strategi Pengelolaan Risiko
Berdasarkan hasil perhitungan analisis strategi pengelolaan risiko pada PT.
Taufan Fish Farm, strategi yang cocok diterapkan adalan strateg diversifikasi karena
strategi dapat meminimalkan risiko sekaligus melindungi dari fluktuasi tingkat
mortality. Analisis selanjutnya yang dilakukan Silaban (2011) adalah penilaian
terhadap alternatif strategi apa yang tepat bagi perusahaan terhadap ketiga jenis ikan
hias yang diteliti tersebut
Dalam penelitian Purwitasari (2011) juga dilakukan analisis strategi
pengelolaan risiko yang dianalisis dengan metode analisis probabilitas risiko
operasional dan analisis dampak risiko.Alternatif penanganan risiko operasional yang
terjadi pada PT MMN dilakukan dalam dua strategi penanganan, yaitu preventif dan
mitigasi. Strategi preventif dilakukan untuk memperkecil kemungkinan terjadinya
risiko. Risiko alam, dan proses yang berada pada kuadran I dan II ditangani dengan
membuat atau memperbaiki sistem dan prosedur serta mengembangkan sumber daya
manusia. Berdasarkan risiko per kejadian, bencana alam, kelalaian, dan pemilihan
kendaraan yang salah berada pada kuadran I. ditangani dengan memperbaiki sistem
dan prosedur. Strategi mitigasi yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak
risiko proses adalah dengan melakukan diversifikasi. Berdasarkan risiko per kejadian,
risiko yang berada pada kuadran II dan IV adalah kecelakaan dan penanganan tidak
dilakukan dengan baik. Penanganan tidak dilakukan dengan baik dapat ditangani

12

dengan diversifikasi. Cara mitigasi yang dilakukan untuk mengurangi dampak
terjadinya risiko kecelakaan adalah dengan mengalihkan dampak dari risiko ke pihak
lain. Strategi lain yang digunakan sebagai alternatif strategi yang dilakukan adalah
monitor, prevent at source, low control dan detect and monitor.
Dewiaji (2011) menunjukkan hasil pemetaan dari masing-masing sumber
risiko, diketahui bahwa kualitas dan pasokan benih termasuk dalam kuadran I
yaitu dengan probabilitas dan dampak yang besar. Kualitas pakan dan penyakit
termasuk dalam kuadran II yaitu dengan probabilitas yang kecil namun
berdampak besar. Sumber risiko mortalitas dan sumber daya manusia termasuk
ke dalam kuadran III dengan probabilitas besar dan dampak kerugian yang
kecil. Dengan demikian, strategi penanganan untuk masing-masing sumber risiko
dapat diketahui. Strategi preventif dilakukan untuk mengatasi risiko yang memiliki
probabilitas besar yaitu sumber-sumber risiko yang berada pada kuadran I dan
kuadran III. Adapun strategi preventif yang dilakukan yaitu produksi benih ikan
lele dumbo, pengawasan produksi benih ikan bagi petani mitra, optimalisasi
produksi benih, persiapan kolam, pemberian probiotik, pemberian vitamin,
penanganan benih tebar, peningkatan keamanan lokasi budidaya. Strategi
mitigasi dilakukan untuk mengatasi risiko yang memiliki dampak besar yaitu
sumber-sumber risiko yang berada pada kuadran I dan kuadran II. Strategi
mitigasi yang dilakukan yaitu menjalin kemitraan dengan pembudidaya benih
ikan lele dumbo, sistem kontrak dengan petani pembenihan, melakukan
pengukuran sampel ikan secara berkala, diversifikasi geografis, dan kerjasama
dengan supplier pakan.
Pada penelitian ini, penulis melakukan penelitian terhadap tiga jenis komoditi
sehingga analisis risiko yang dilakukan adalah analisis terhadap sumber-sumber
risiko dan strategi yang tepat untuk mengurangi risikopada komoditi tersebut.
Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Silaban (2011).
Perbedaannya terletak pada proses produksi ikan hias yang dilakukan, penelitian
Silaban (2011) dan Wisdya (2009). Silaban menganalisis risiko produksi
pembenihan, sedangkan pada penelitian ini proses produksi berupa pembesaran ikan
hias pada ukuran tertentu. Selain itun metode analisis yang digunakan pun hampir
sama dengan menganalisis usaha spesialisasi dan diversifikasi. Ada perbedaan
dengan penelitian yang dilakukan Wisdya, perbedaan terletak pada komoditi dan
tempat penelitian sedangkan metode analisis dan penanganan risiko yang dilakukan
dalam penelitian ini hampir sama.
Berdasarkan hasil analisis beberapa penelitian terdahulu sumber-sumber risiko
yang dihadapi dalam produksi ikan hias adalah risiko SDM, risiko teknologi, risiko
alam, dan risiko proses. Dalam pengukuran risiko, alat analisis yang banyak
digunakan adalah coefficient variation, variance dan standard deviation. Pada
penelitian ini akan berbeda dengan penelitian sebelumnya, karena proses produksi
yang dilakukan perusahaan dalam penelitian ini bukan merupakan kegiatan budidaya
pembenihan, melainkan kegiatan pembesaran dari ukuran tertentu sampai pada
ukuran jual, sehingga sumber risiko yang dihadapi mungkin akan ada penambahan
atau pengurangan dari penelitian sebelumnya.

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Teori Risiko
Risiko menunjukkan situasi, dimana terdapat lebih dari satu kemungkinan dari
suatu keputusan dan peluang dari kemungkinan-kemungkinan tersebut diketahui atau
dapat diestimasi. Risiko mengharuskan manajer sebagai pengambil keputusan untuk
mengetahui segala kemungkinan hasil dari suatu keputusan dan juga peluang dari
kemungkinan-kemungkinan tersebut.
Menurut Elton dan Gruber (1995) risiko merupakan sebuah kejadian atau
peristiwa yang dapat merugikan perusahaan, hasil yang diperkirakan oleh
perusahaan tidak sesuai dengan pencapaian perusahaan. Risiko ditentukan oleh besar
atau kecilnya penyimpangan antara hasil yang diperkirakan dengan hasil yang
dicapai oleh perusahaan. Semakin besar penyimpangan antara hasil yang
diperkirakan dengan hasil yang dicapai oleh perusahaan maka risiko yang
dihadapi perusahaan semakin besar. Sebaliknya, jika penyimpangan antara hasil
yang diperkirakan dengan hasil yang dicapai oleh perusahaan semakin kecil
maka risiko yang dihadapi oleh perusahaan tersebut semakin kecil.
Penyimpangan yang dimaksud adalah penyimpangan yang bernilai negatif.
Pengelolaan sebuah bisnis tidak terlepas dari adanya ancaman suatu risiko.
Beberapa ahli telah mendefinisikan makna risiko. Diantaranya adalah Kountur (2008)
yang mendefinisikan risiko sebagai kemungkinan kejadian yang merugikan.Terdapat
perbedaan antara risiko dengan ketidakpastian. Debertin (1986) membedakan antara
konsep risiko dan ketidakpastian. Dalam konsep ketidakpastian, faktor lingkungan,
kemungkinan hasil, dan kemungkinan kejadian probabilitas terjadinya tidak dapat
diketahui. Sedangkan dalam konsep risiko, antara hasil dan kemungkinan dari suatu
kejadian dapat diketahui.
Harwood et al. (1999) mendefinisikan risiko sebagai kemungkinan
kejadian yang menimbulkan kerugian. Dalam ruang lingkup pertanian risiko
tampak dalam kejadian-kejadian berikut: risiko produksi, risiko pasar atau harga,
risiko kelembagaan, risiko kebijakan, dan risiko finansial. Risiko juga dapat
diartikan sebagai suatu kondisi adanya kemungkinan deviasi (penyimpangan)
terhadap hasil yang diinginkan atau diharapkan.
Risiko terjadi akibat adanya unsur ketidakpastian dalam semua investasi,
sehingga hasil yang diperoleh dalam sebuah investasi tidak diketahui dengan
pasti.Para pelaku bisnis hanya dapat memperkirakan besarnya keuntungan yang
diharapkan. Maka risiko dapat diartikan sebagai return yang diperoleh menyimpang
dari return yang diharapkan. Hubungan antara return dengan risiko linear, artinya
semakin besar return yang diharapkan maka akan semakin besar pula risiko yang
harus ditanggung. Pelaku bisnis yang mengharapkan dapat memperoleh tingkat
keuntungan yang tinggi maka harus bersedia menanggung risiko yang tinggi pula.

14

Sumber-Sumber Risiko
Bisnis pertanian merupakan bisnis yang unik, karena sangat bergantung pada
alam.Oleh karena itu, dalam bisnis pertanian banyak sekali risiko dan ketidakpastian
yang harus dihadapi. Beberapa sumber risiko menurut Harwood etal. (1999) yang
dihadapi oleh petani diantaranya adalah :
1.
Risiko Produksi (Production or yield risk)
Risiko produksi terjadi karena pertanian dipengaruhi oleh banyak peristiwa
yang tidak dapat dikendalikan dan sering terjadi seperti cuaca termasuk curah
hujan yang rendah atau terlalu tinggi, temperatur yang ekstrim, serangan hama
dan penyakit, terlebih pada era globalisasi pada saat ini. Iklim dan cuaca
banyak berubah dan sangat sulit untuk diprediksi. Untuk itu, diperlukan
teknologi yang memiliki peran utama di dalam risiko produksi pertanian. Risiko
produksi merupakan risiko yang sering kali dihadapi petani.
2.
Risiko pasar atau harga (Price or market risk)
Risiko pasar atau risiko harga berhubungan dengan adanya perubahan pada
harga output maupun input yang dapat terjadi setelah melakukan kegiatan
produksi. Risiko pasar atau risiko harga merupakan risiko yang juga sering
dialami oleh petani.
3.
Risiko kelembagaan (Institutional risk)
Risiko kelembagaan disebabkan oleh perubahan-perubahan di dalam peraturan
dan kebijakan yang mempengaruhi pertanian. Risiko tipe ini biasanya
dinyatakan pada perubahan harga atau batasan produksi yang tidak diantisipasi
untuk output maupun input. Sebagai contoh, perubahan peraturan pemerintah
mengenai penggunaan pestisida (untuk tanaman budidaya) atau obat-obatan
(untuk ternak) yang merubah biaya produksi atau keputusan suatu negera yang
membatasi impor dari tanaman tertentu yang mengurangi harga tanaman.
4.
Risiko manusia (human or personal risks)
Petani juga menjadi salah satu subjek dari risiko manusia
(humanorpersonalrisks) yang biasa terjadi untuk semua pelaku bisnis.
Perubahan yang mengganggu bisa diakibatkan oleh suatu peristiwa seperti
peristiwa kematian, perceraian, kecelakaan, atau gangguan kesehatan menjadi
persoalan utama di dalam sebuah perusahaan.
5.
Risiko keuangan (Financialrisk)
Risiko keuangan berbeda dengan risiko bisnis yang diuraikan sebelumnya.
Risiko keuangan diakibatkan oleh cara perusahaan memperoleh modal dan
membiayainya. Sebagian besar petani tunduk pada fluktuasi pada tingkat bunga
atas pinjaman modal atau menghadapi berbagai kesulitan cash flow jika tidak
ada dana yang cukup untuk membayar kembali ke kreditur. Penggunaan
pinjaman dana berarti bahwa suatu bagian return dari bisnis harus
dialokasikan atau dipisahkan untuk pembayaran hutang.

Risiko Operasional
Pertumbuhan usaha di masa yang akan datang merupakan hasil keuntungan
peluang usaha pada saat ini dan merupakan proses pengambilan risiko untuk
mencapai tujuan usaha. Menurut Nandy (2010)5, macam-macam risiko yang mungkin
terjadi dalam suatu kegiatan usaha diantaranya adalah:
1.
Risiko teknis
Risiko teknis merupakan risiko yang terjadi akibat manajer kurang mampu
untuk mengambil keputusan risiko yang sering terjadi berhubungan dengan biaya
produksi yang tinggi, perlakuan terhadap karyawan yang menyebabkan karyawan
menjadi mogok bekerja, terjadinya kebakaran karena keteledoran, pemakaian
sumbaer daya yang tidak seimbang, terjadinya pencurian karena kurangnya
pengawasan, kerugian yang terjadi secara terus menerus karena biaya produksi tinggi
namun harga jual tetap,
penempatan karyawan yang kurang tepat sehingga menyebabkan penurunan
produktivitas, perencanaan yang sudah dibuat tidak sesuai dengan design yang ada
sehingga sulit untuk mengaplikasian rencana, dan ketidakpercayaan bank karena
terjadi kredit macet.
2.
Risiko pasar
Risiko pasar merupakan risiko yang terjadi akibat produk yang dihasilkan
kurang laku atau bahkan tidak laku di pasar.Hal-hal yang merupakan risiko bagi para
pebisnis yang mengakibatkan barang tidak laku dijual adalah karena teknologi yang
berkembang, dan adanya kebijakan baru.Selain itu, risiko pasar yang lainnya adalah
adanya persaingan.
3.
Risiko kredit
Risiko kredit adalah risiko yang ditanggung oleh kreditur akibat debitur tidak
membayar pinjaman pada waktu yang telah ditentukan.
4.
Risiko di luar kemampuan manusia
Risiko di luar kemampuan manusia (force mayor) merupakan risiko yang
terjadi di luar kuasa manusia seperti bencana alam.
Manajemen Risiko
Manajemen risiko adalah suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis serta
mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk
efektifitas dan efisiensi yang lebih tinggi. Karena itu perlu terlebih dahulu memahami
tentang konsep-konsep yang dapat memberi makna, cakupan yang luas dalam rangka
memahami proses manajemen tersebut. Hal ini sesuai dengan defenisi yang di
tetapkan oleh (Darmawi 2005).
Manajemen risiko (Kountur, 2004) adalah cara-cara yang digunakan oleh manajemen
untuk menangani berbagai permasalahan yang disebabkan oleh adanya risiko.

5

Nadya Nandy. 2010. Mengambil Risiko Usaha. Nadya-nandy.blogspot.com [3 Maret 2013]

16

Penerapan manajemen risiko pada suatu perusahaan akan memperoleh beberapa
manfaat, diantaranya adalah :
1.
Menjamin pencapaian tujuan
Perusahaan yang berhasil adalah perusahaan yang dapat mencapai tujuannya
dengan baik. Manajemen menggunakan segala cara yang baik dan benar untuk
mencapai tujuan perusahaan tersebut. Terdapat beberapa hal yang mungkin
terjadi yang dapat diantisipasi sebelumnya, namun terdapat pula beberapa
kejadian yangtidak dapat diantisipasi sebelumnya.Hal tersebut mencerminkan
risiko dan ketidakpastian yang mungkin harus dihadapi perusahaan. Manajemen
risiko merupakan salah satu cara untuk menangani masalah yang mungkin
timbul yang disebabkan oleh adanya ketidakpastian.
2.

3.

4.

Memperkecil kemungkinan bangkrut
Setiap perusahaan memiliki kemungkinan untuk bangkrut. Peusahaan yang
menjalankan manajemen risiko dengan baik akan sanggup menangani berbagai
kemungkinan yang mungkin merugikan sehingga memperkecil risiko
kebangkrutan.
Meningkatkan keuntungan perusahaan
Adanya pengelolaan risiko yang dilakukan dengan baik, segala kemungkinan
yang dapat mendatangkan kerugian bagi perusahaan dapat dikurangi sehingga
biaya menjadi lebih kecil dan perusahaan akan mendapatkan keuntungan yang
lebih besar. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai indikator kesuksesan sebuah
perusahaan dalam melaksanakan manajemen risiko.
Memberikan keamanan pekerjaan

Proses Manajemen Risiko
Kountur (2004) mengemukakan, untuk melakukan manajemen risiko terdapat
serangkaian proses yang harus dilakukan agar kegiatan manajemen risiko dapat
dilaksanakan dengan baik. Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam
manajemen risiko adalah :
1.
Identifikasi risiko
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam manajemen risiko adalah
mengidentifikasi berbagai risiko yang ada pada suatu perusahaan.Sebelum risiko
dapat ditangani dengan baik, manajemen perlu terlebih dahulu mengidentifikasi
risiko-risiko yang mungkin terjadi di perusahaan dengan baik. Terdapat tiga hal
penting yang harus diketahui dalam proses identifikasi risiko yaitu :
a. Mengetahui dimana saja risiko berada
Identifikasi risiko dilakukan pada suatu unti kerja yang memiliki tujuan dan
sasaran yang harus dicapai. Untuk mencapai sasaran tersebut, harus dilakukan
beberapa aktivitas dan dalam setiap aktivitas tersebut akan ada manusia yang
terlibat, barang-barang seperti mesin, bahan baku,dan sebagainya yang
terlibat, dan kebijakan yang mengatur aktivitas tersebut. Sehingga risiko yang
dihadapi perusahaan dapat berada pada manusia, barang, ataupun
kebijakan.Terdapat dua kelompok barang yang dimiliki perusahaan, yaitu
barang yang digunakan yaitu barang yang digunakan dalam kegiatan

operasional perusahaan yang terdiri dari barang tetap dan barang yang dapat
dipindah-pindahkan.Selain itu, kelompok barang lainnya yang dimiliki
perusahaan yaitu barang yang diperjual-belikan, yaitu barang yang
diperdagangkan oleh perusahaan.
b. Mengetahui penyebab timbulnya risiko
Setelah mengetahui sumber timbulnya risiko, hal yang perlu diketahui
selanjutnya adalah mengidentifikasi penyebab dari setiap kejadian yang
menimbulkan risiko. Khusus untuk sumber risiko yang berasal dari barang
dan manusia, terdapat tiga faktor penyebab terjadinya risiko, yaitu :
1.

2.

3.

4.

Faktor fisik
Beberapa risiko disebabkan oleh faktor fisik.Risiko yang ditimbulkan
oleh faktor fisik dapat dikelompokkan kedalam dua kelompok besar, yaitu
faktor fisik alam dan faktor fisik non alam.Faktor fisik alam disebabkan
oleh faktor alam seper