Analisis Risiko Produksi Tanaman Hias Bromelia pada Ciapus Bromel Desa Tamansari Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor Jawa Barat

(1)

1  

I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang sangat berperan dalam upaya meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Peranan subsektor hortikultura dapat membantu memperluas kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan petani, memperbaiki gizi masyarakat dan meningkatkan devisa negara yang dapat mendukung pertumbuhan pendapatan nasional (Direktorat Jendral Hortikultura 2008). Bahkan secara nasional subsektor hortikultura mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), seperti yang terdapat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura di Indonesia Tahun 2005-2009

No Komoditas Nilai PDB (Milyar Rp)

2005 2006 2007 2008 2009

1 Buah-buahan 31.694 35.448 42.362 47.060 50.595

2 Sayuran 22.630 24.694 25.587 28.205 29.005

3 Tanaman Hias 4.662 4.732 4.741 4.960 5.348

4 Tanaman Biofarmaka 2.806 3.762 4.105 3.853 4.109

Hortikultura 61.792 68.639 76.795 84.078 89.057

Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010)

Berdasarkan Tabel 1, besarnya kontribusi subsektor hortikultura meliputi buah-buahan, sayur-sayuran, tanaman obat-obatan, tanaman hias dan biofarmaka terhadap PDB nasional menunjukkan peningkatan dari tahun 2005 hingga 2009. Peningkatan pertumbuhan ini terjadi hampir pada setiap kelompok komoditi dimana pada tahun 2006 terjadi peningkatan sebesar 11,08 persen, 11,88 persen untuk tahun 2007, 9,48 persen pada tahun 2008 dan 5,92 persen terjadi pada tahun 2009. Namun untuk tanaman biofarmaka terjadi penurunan angka pertumbuhan pada tahun 2008 sebesar 6,13 persen menjadi 2,853 triliun rupiah. Peningkatan ini mengindikasikan bahwa subsektor hortikultura merupakan subsektor yang mempunyai prospek baik dimasa mendatang.

Tanaman hias atau florikultura merupakan salah satu kelompok komoditi hortikultura yang cukup prospektif dalam perkembangannya. Selain kontribusi


(2)

2  

terhadap nilai PDB subsektor hortikultura, potensi pengembangan komoditas tanaman hias pun dapat terlihat melalui peranan tanaman hias dalam kehidupan masyarakat. Peranan tanaman hias selain untuk memperindah lingkungan sekitar juga dapat berperan sebagai sarana penyalur emosi dan pengungkapan perasaan suka maupun duka kepada orang lain. Serta tanaman hias pun dapat memberikan ketenangan hati (Anonim 2008).

Keberadaan tanaman hias mulai menjadi daya tarik masyarakat untuk mengembangkan industri florikultur dalam negeri. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2 yang menunjukkan peningkatan jumlah produksi tanaman hias di Indonesia, baik yang berasal dari bunga potong, daun potong, bunga pot dan taman, maupun bunga tabur. Berikut merupakan produksi tanaman hias di Indonesia dari tahun 2004 hingga 2008.

Tabel 2. Produksi Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2004-2008

Komoditi Produksi (unit)

2004 2005 2006 2007 2008 Bunga

potong 158.522.843 173.240.364 166.645.684 179.374.218 205.564.659 Daun

potong 1.082.596 1.131.621 905.039 2.041.962 12.018.794

Bunga pot dan taman

530.325 751.505 986.340 1.171.768 11.159.352

Bunga

tabur 29.313.103 22.552.537 24.795.996 15.775.751 20.338.119 Total 189.448.867 197.676.027 193.333.059 198.363.699 249.130.924

Sumber: Badan Pusat Statistik (2008)

Secara umum produksi tanaman hias tersebut mengalami peningkatan dari tahun 2004 hingga 2008. Peningkatan jumlah produksi terbesar terjadi pada tahun 2008. Peningkatan ini diakibatkan oleh pola permintaan pasar terhadap tanaman hias yang cenderung mengalami peningkatan. Jumlah produksi bunga potong meningkat dari 179.374.218 unit menjadi 205.564.659 unit, atau meningkat sebesar 14,6 persen. Sama halnya dengan bunga potong, jumlah produksi daun potong pun meningkat dari 2.041.962 unit menjadi 12.018.794 unit dengan peningkatan sebesar 488,6 persen. Peningkatan sangat besar terjadi pada tanaman bunga pot dan taman yang meningkat dari 1.171.768 unit pada tahun 2007 menjadi 11.159.352 unit di tahun 2008 atau setara dengan 852,4 persen. Bunga


(3)

3  

tabur pun turut mengalami peningkatan dari 15.775.751 unit menjadi 20.338.119 unit di tahun 2008 atau sebesar 25,6 persen.

Tabel 3. Luas Panen Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2004-2008

Komoditi Luas panen (m

2)

2004 2005 2006 2007 2008 Bunga

potong 15.219.133 14.791.004 6.205.093 9.189.977 10.877.306 Daun

potong 196.107 74.894 66.038 98.107 934.478

Bunga pot

dan taman 461.255 420.072 658.721 749.869 2.636.329

Bunga

tabur 9.967.905 9.398.389 5.891.740 1.427.534 1.269.439

Total 25.844.400 24.584.359 12.821.592 11.465.487 15.717.552

Sumber : Badan Pusat Statistik (2008)

Berdasarkan Tabel 3 dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2005 hingga 2007, total luas panen tanaman hias di Indonesia mengalami penurunan. Penurunan terbesar terjadi pada tahun 2006 dimana besarnya penurunan tersebut mencapai 48 persen dari tahun sebelumnya. Namun pada tahun 2008 total luas panen dari meningkat 11.465.487 m2 tahun sebelumnya menjadi 15.717.552 m2. Penurunan total luas panen dan kecenderungan peningkatan total produksi tanaman hias mengindikasikan bahwa besarnya luas panen tanaman hias tidak memberi pengaruh yang signifikan terhadap jumlah produksi tanaman hias.

Perkembangan minat konsumen dan peningkatan kesadaran masyarakat tentang estetika dan keindahan tanaman hias mengakibatkan permintaan terhadap komoditas ini terus mengalami peningkatan. Sampai dengan tahun 2010, peningkatan permintaan komoditas hortikultura khususnya tanaman hias mencapai 5,38 persen1. Permintaan tersebut terjadi pada 323 jenis komoditas hortikultura dimana 117 jenis merupakan tanaman hias, 60 jenis tanaman buah, 80 jenis tanaman sayuran dan sisanya merupakan tanaman biofarmaka.

Produk tanaman hias dapat berupa bunga ataupun daun. Tanaman hias daun memiliki kelebihan dibandingkan tanaman hias bunga. Daun yang dihasilkan oleh tanaman hias dapat berupa daun potong dan tanaman hias daun dalam pot. Seiring dengan pesatnya perkembangan tren tanaman hias membuat tanaman hias       

1

www.agrina-online.com. Peningkatan Hortikultura Terus Meningkat 15 september 2011 (diakses tgl 16 september 2011)


(4)

4  

daun mulai banyak disukai oleh masyarakat. Penampilan bentuk yang beraneka ragam, corak warna daun yang bervariasi merupakan daya tarik tersendiri bagi konsumen tanaman hias. Tanaman hias daun memiliki kelebihan dibandingkan tanaman hias lainnya yaitu keindahan yang lebih tahan lama bahkan dapat dikatakan keindahan tanaman hias daun dapat dinikmati sepanjang usia hidup tanaman tersebut (Ratnasari 2008).

Prospek tanaman hias yang menjanjikan ini membuat pemerintah terus berupaya untuk dapat meningkatkan produksi tanaman hias di Indonesia. Dalam beberapa dekade terakhir ini terjadi perkembangan jenis-jenis tanaman hias yang diusahakan. Jenis tanaman hias yang dominan dikembangkan antara lain kelompok tanaman anggrek dan tanaman pot berdaun indah. Permintaan akan tanaman pot berdaun indah mengalami peningkatan. Indikasi terjadi peningkatan ini adalah dimasukkannya tanaman pot berdaun indah menjadi komoditas unggulan tanaman hias pada tahun 2008 dan peningkatan volume produksi tanaman pot berdaun indah. Hal lain yang menyebabkan permintaan tanaman pot berdaun indah meningkat adalah adanya perubahan tren dari tanaman hias pot berdaun bunga menjadi tanaman hias pot berdaun indah. Dan juga fungsi tanaman hias pot berdaun indah yang dapat dijadikan sebagai tanaman taman. Fungsi tersebut yang akan mendorong kecenderungan peningkatan permintaan tanaman hias pot berdaun indah jika dikaitkan dengan isu go green.2

Salah satu tanaman yang termasuk dalam kelompok tanaman pot berdaun indah adalah bromelia. Tanaman yang lebih dikenal dengan nama ‘nanas-nanasan’ ini mulai digemari masyarakat pada tahun 2009 (Perhimpunan Florikultura Indonesia 2010). Bromelia pun merupakan salah satu tanaman binaan Direktorat Jenderal Hortikultura berdasarkan Kepmentan No.511/Kpts/PD.310/9/2006 tanggal 12 September 2006. Menurut Ditjen Budidaya Tanaman Hortikultura (2010) daerah yang menjadi pusat budidaya bromelia adalah Bandung dan Bogor.

       2


(5)

5  

0 100000 200000 300000 400000 500000 600000 700000

2008 2009 2010

Tahun

To

ta

l Pr

oduks

i (

p

ot

)

Bromelia Sanseviera Draceana

Gambar 1. Perkembangan Produksi Tanaman Hias Berdaun Indah di Kabupaten Bogor Tahun 2008-2010

Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor (2011)

Pada Gambar 1 terlihat bahwa jumlah produksi bromelia di Kabupaten Bogor cenderung lebih sedikit dan berfluktuatif dibandingkan tanaman hias berdaun indah lainnya. Pada tahun 2008 produksi bromelia di Kabupaten Bogor sebesar 14.400 pot dan merupakan jumlah produksi terkecil dibandingkan tahun-tahun berikutnya. Sedangkan pada tahun-tahun 2009, jumlah produksi bromelia mengalami peningkatan yang disebabkan oleh tingginya permintaan dengan jumlah produksi mencapai 106.780 pot. Produksi bromelia pun mengalami penurunan pada tahun 2010 yaitu sebesar 8,53 persen menjadi 97.670 pot.

Variasi produksi ini disebabkan karena perbedaan penggunaan teknologi dalam proses produksi serta pengaruh eksternal. Fluktuasi produksi tanaman bromelia ini mengindikasikan bahwa budidaya bromelia dihadapkan pada permasalahan risiko. Pada umumnya risiko yang dihadapi oleh pelaku usaha budidaya bromelia adalah risiko produksi. Risiko produksi merupakan risiko yang muncul pada tahap produksi, sumbernya berupa serangan hama, penyakit dan kegagalan dalam hal teknis produksi. Oleh sebab itu, perlu dikaji mengenai risiko produksi pada tanaman hias bromelia.


(6)

6  

1.2 Perumusan Masalah

Ciapus Bromel berdiri sejak tahun 2006 yang merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang tanaman hias khususnya tanaman hias daun. Perusahaan memilih tanaman hias daun karena melihat adanya kecenderungan pergantian tren permintaan tanaman hias pot berdaun bunga menuju tren tanaman hias pot berdaun indah. Produk yang dihasilkan oleh Ciapus Bromel ini yaitu bromelia dan philodendron dengan beragam jenis, ukuran dan bentuk. Bromelia yang dibudidayakan oleh Ciapus Bromel terdiri dari 6 jenis antara lain neogerelia, guzmania, tillandsia, aechmea, crypthantus dan vrisea serta diproduksi dalam beberapa ukuran pot plant. Komoditi unggulan perusahaan ini adalah bromelia jenis neogerelia. Komoditi ini menjadi komoditi unggulan Ciapus Bromel dikarenakan komoditi ini lebih banyak diminati dibandingkan jenis lainnya seperti yang telihat pada Gambar 2.

2163000

4356000

3199000 4084500 3199000

8207000 18323500 0 2000000 4000000 6000000 8000000 10000000 12000000 14000000 16000000 18000000 20000000 neo gere lia phi lode ndr on aech mea crypt han tus tilla nsia vrise a guzm ania

Jenis Tanaman Hias

T o ta l Pen ju a lan ( R p )

Gambar 2. Tingkat Penjualan Tanaman Hias Ciapus Bromel Periode Juli 2010-Maret 2011

Sumber : Ciapus Bromel, 2011

Untuk memenuhi permintaan konsumen, perusahaan membudiyakan bromelia secara vegetatif. Pembudidayaan secara vegetatif membutuhkan ekstra perawatan dan ketelitian dibandingkan dengan cara generatif. Terjadinya pembusukan pada anakan bromelia merupakan salah satu penyebab produksi


(7)

7  

bromelia mengalami fluktuasi yang berdampak pada penerimaan perusahaan. Fluktuasi produksi bromelia tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Tingkat Keberhasilan Produksi Bromelia Ukuran Pot Berdiameter 15 cm pada Ciapus Bromel Tahun 2008-2010

Sumber : Ciapus Bromel, 2011

Gambar 3 menunjukan bahwa terjadi fluktuasi keberhasilan produksi bromelia selama delapan periode musim tanam terakhir. Pada setiap musim tanam jumlah indukan bromelia yang digunakan sebanyak 100 unit, dengan satu unit tanaman indukan dapat menghasilkan anakan bromelia sebanyak 4-5 anakan. Keberhasilan produksi tertinggi terjadi pada periode pertama musim tanam bromelia yaitu sebesar 80,67 persen atau 363 pot tanaman bromelia. Sedangkan keberhasilan produksi terendah terjadi pada periode keempat musim tanaman bromelia yaitu sebesar 26,44 persen atau 119 pot tanaman dengan produksi optimal per musim tanam sebanyak 450 pot. Hal ini dikarenakan bibit tanaman bromelia rentan terhadap perubahan kelembaban sehingga mengakibatkan serangan hama penyakit. Fluktuasi keberhasilan produksi yang dialami dapat mengindikasikan terjadinya risiko produksi pada usaha bromelia tersebut.

Risiko produksi dapat disebabkan oleh perubahan cuaca yang tak pasti, intensitas cahaya matahari, serangan hama dan penyakit serta kerusakan mekanis atau perilaku pembudidaya. Oleh karena itu pengelolaan risiko sangat dibutuhkan untuk meminimalkan risiko produksi yang mungkin dihadapi. Selain itu dibutuhkan pula penilaian yang tepat untuk membantu perusahaan dalam

0 20 40 60 80 100

1 2 3 4 6 7 8

Periode musim tanam

T ingkat K ebe rh as il a n Pr o d u k si ( % )


(8)

8  

pengambilan keputusan untuk pengelolaan risiko. Dalam membudidayakan bromelia perusahaan pun melakukan diversifikasi produk yaitu dengan mengusahakan philodendron untuk mengurangi terjadinya risiko produksi. Hal ini merupakan salah satu alternatif untuk meminimalkan risiko produksi yang diakibatkan oleh proses produksi bromelia.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan berbagai permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu:

1. Sumber-sumber risiko apa saja yang terdapat pada produksi bromelia jenis neogerelia di Ciapus Bromel?

2. Bagaimana tingkat probabilitas dan dampak risiko produksi terhadap kegiatan produksi bromelia jenis neogerelia di Ciapus Bromel?

3. Bagaimana penanganan yang dilakukan Ciapus Bromel dalam mengatasi risiko produksi tanaman bromelia jenis neogerelia?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi bromelia jenis neogerelia. 2. Menganalisis tingkat probabilitas dan dampak risiko produksi bromelia jenis

neogerelia.

3. Menganalisis manajemen risiko produksi yang dihadapi Ciapus Bromel dalam menjalankan usahanya.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi perusahaan, penulis serta pembaca. Bagi perusahaan, penelitian ini dapat membantu perusahaan dalam mengidentifikasi sumber-sumber risiko yang dihadapi dalam usaha yang dijalankan Ciapus Bromel. Serta dapat memberikan alternatif strategi dalam mengendalikan risiko dan mempertimbangkan kebijakan yang diambil dalam membudidayakan bromelia sehingga dapat meningkatkan penerimaan perusahaan. Bagi penulis, sebagai salah satu pembelajaran dan pelatihan dalam menganalisis masalah berdasarkan fakta dan data yang tersedia yang disesuaikan dengan pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan. Bagi pembaca,


(9)

9  

penelitian ini diharapkan dapat memberikan ilmu yang bermanfaat dan dapat digunakan sebagai masukan serta literatur bagi penelitian-penelitian selanjutnya. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Beberapa ruang lingkup penelitian analisis risiko produksi tanaman hias bromelia adalah:

1. Jenis tanaman bromelia yang dikaji adalah neogerelia dengan diameter 15 cm. Hal ini dikarenakan pada ukuran 15 cm tanaman masih sangat rentan terhadap hama, penyakit dan intensitas cahaya matahari yang terjadi. Komoditi ini merupakan komoditi yang paling digemari oleh konsumen Ciapus Bromel. 2. Penelitian ini menggunakan data keberhasilan produksi selama siklus tanam

tahun 2008-2010 dimana satu siklus tanam membutuhkan waktu selama 3 bulan. Sehingga data yang digunakan sebanyak delapan periode musim tanam bromelia.

3. Lingkup kajian masalah yang diteliti adalah analisis manajemen risiko produksi yang diterapkan perusahaan sehingga mampu menghadapi risiko yang disebabkan oleh sumber-sumber risiko produksi pada usaha pembudidayaan bromelia.


(10)

10

II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian dan Karakteristik Tanaman Hias

Tanaman hias merupakan bagian dari hortikultur non pangan yang digolongkan dalam florikultur. Florikuktur merupakan cabang ilmu hortikultura yang mempelajari tanaman hias sebagai bunga potong, daun potong, tanaman pot atau tanaman penghias taman. Komoditi ini dibudidayakan dalam kehidupan sehari-hari untuk dinikmati keindahannya (Lakitan 1995). Menurut Soedarmono (1997), tanaman hias didefinisikan sebagai jenis tanaman tertentu baik yang berasal dari tanaman daun dan tanaman bunga yang dapat ditata untuk memperindah lingkungan sehingga suasana menjadi lebih artistik dan menarik.

Ashari (1995) menyatakan bahwa industri tanaman hias meliputi budidaya tanaman dalam pot, bunga potong, daun potong dan tanaman hias lainnya yang kebanyakan dilakukan di areal tertentu seperti rumah kaca. Keindahan tanaman tersebut dapat dipancarkan dari keseluruhan tajuk tanaman juga bentuk, warna bunga dan kerangka tanaman. Definisi lain dari tanaman hias dikemukakan oleh Rahardi (1997) yang menyatakan bahwa tanaman hias meliput tanaman pot, bunga potong, kaktus, bonsai dan tanaman hidroponik.

Tanaman hias merupakan tanaman hortikultur non pangan, berbeda dengan sayur-sayuran atau buah-buahan, tanaman ini dibudidayakan untuk diminati keindahannya atau nilai estetikanya. Keindahan tanaman hias dapat dinikmati dengan cara menghadirkan tanaman tersebut secara utuh di lingkungan permukiman, misalnya dengan menanam tanaman hias tersebut di halaman rumah atau taman-taman umum. Tanaman hias selain ditanam langsung di tanah juga dapat ditanam dalam pot. Dengan demikian, panen tanaman hias dapat dilakukan secara fisik atau non fisik dengan menikmati keindahannya (Lakitan 1995).

Menurut Rahardi (1997), tanaman hias dapat dibedakan kedalam dua golongan yaitu:

1. Tanaman hias dalam ruangan (indoor)

Tanaman hias yang cocok ditanam dalam ruangan adalah tanaman hias yang dapat hidup berhari-hari dalam ruangan dan mempunyai ukuran yang tidak terlalu besar. Umumnya tanaman hias dalam ruangan merupakan tanaman


(11)

11 berdaun indah. Ragam tanaman hias dalam ruangan yang popular antara lain aglonema, anthurium, palem dan paku-pakuan.

2. Tanaman hias luar ruangan (outdoor)

Pada dasarnya semua jenis tanaman hias dapat digunakan sebagai penghias di luar ruangan, namun keberadaaan jenisnya seringkali ditentukan oleh model dan sifat tanaman yang bisa tahan atau tidak terhadap sinar matahari. Tanaman yang cocok untuk penghias luar ruangan adalah tanaman yang menyukai sinar matahari secara langsung. Tanaman hias luar ruangan umumnya berwujud pohon-pohonan, misalnya palem, sikas dan perdu-perduan, misalnya bougenvil, hibiscus, mawar dan soka.

Berdasarkan tempat tumbuhnya tanaman hias dapat dibedakan menjadi tanaman hias yang dapat tumbuh di tanah dan tanaman yang dapat hidup di air. Tanaman air adalah jenis tanaman yang cocok hidup hidup di air atau membutuhkan genangan air yang cukup banyak dalam pertumbuhannya. Pada umumnya penempatan tanaman ini di kolam atau taman air, tetapi tanaman ini juga dapat ditanam soliter atau dipadukan dalam kombinasi yang harmonis di dalam pot yang indah. Penempatan pot yang biasanya terbuat dari gerabah dengan berbagai bentuk dan ukuran yang dapat disesuaikan dengan selera konsumen dan ruangan tempat penyimpanan.

Berdasarkan jenisnya, menurut Palungkun (2002), tanaman hias dapat digolongkan menjadi tiga golongan besar, yaitu:

1. Tanaman Hias Bunga

Tanaman hias bunga adalah tanaman yang memiliki daya tarik atau nilai eksotika yang terletak pada bunganya. Daya tarik tersebut dapat dilihat berdasarkan keindahan warna yang memikat, bentuk bunga yang indah dan mempesona, bau yang harum dan ukuran yang istimewa. Contoh tanaman hias bunga diantaranya anggrek, krisan, adenium dan lainnya.

2. Tanaman Hias Daun

Tanaman hias daun merupakan jenis tanaman hias yang memiliki keindahan atau daya tarik yang terletak pada daunnya. Daya tarik tersebut dapat dilihat pada bentuk daun yang dimiliki, keadaan daun, warna daun yang menarik


(12)

12 maupun komposisi daun dengan batang yang indah. Contoh tanaman hias daun diantaranya aglonema, puring, bromelia, anthurium, caladium dan lainnya.

3. Tanaman Hias Batang

Sama halnya seperti tanaman hias bunga dan daun, tanaman hias batang memiliki keindahan tersendiri pada batangnya. Tanaman hias batang mengandalkan keindahan perpanjangan batang, dimana keindahan batang tanaman ini ditampilkan dalam bentuk atau warna batang tersebut. Contoh tanaman hias batang diantaranya palem botol dan kaktus.

2.2 Manfaat Tanaman Hias

Tanaman hias berbunga dan berdaun indah telah lama dikenal masyarakat. Tanaman hias dapat dijumpai di halaman rumah, di pinggir jalan, bahkan di pemakaman. Selain sebagai komoditas estetika dalam melengkapi landscape lingkungan hunian maupun komersil, tanaman hias juga digunakan sebagai simbol dalam kehidupan sehari-hari. Simbol dapat berupa kegiatan formal yang terdapat pada ritual adat atau keagamaan, kelahiran dan kematian sebagai tabur bunga. Kegiatan informal seperti sebagai sarana pengungkapan ekspresi dan rasa. Selain itu, manfaat yang paling besar dari keberadaan tanaman hias yaitu dapat menjadi filter polusi udara kota (diacu dalam Safitri 2009).

Menurut Palungkun (2004) yang diacu dalam Safitri (2009), tanaman hias mempunyai beberapa fungsi, yaitu :

1. Keindahan

Tanaman hias yang ditata dan dirangkai sedemikian rupa dan sesuai dengan karakteristik tanamannya akan menimbulkan rasa indah dan puas bagi individu yang memandangnya serta penyaluran jiwa seni.

2. Stabilisator atau pemeliharan lingkungan

Keberadaan tanaman hias dapat meredap suara, menyaring debu, menyerap gas beracun serta memelihara suhu dan kelembaban. Tanaman hias juga menyerap terik matahari sehingga menjadikan udara lebih sejuk dan nyaman. 3. Pendidikan

Tanaman dapat menumbuhkan rasa cinta pada alam dan membentuk watak positif pada seseorang. Misalnya dengan melakukan kegiatan penataan taman di sekolah terutama taman kanak-kanak ataupun playgroup.


(13)

13 4. Pemeliharaan Kesehatan

Keberadaan tanaman hias dapat menimbulkan rasa tentram dan tenaga sehingga memelihara kesehatan jiwa manusia. Proses asimilasi yang dilakukan tanaman menghasilkan gas oksigen dari penguraian gas asam arang sehingga udara tetap segar.

5. Sosial dan Ekonomi

Komoditas tanaman hias merupakan bisnis yang potensial untuk meningkatkan penghasilan. Keteraturan penataan tanaman hias pun dapat menimbulkan citra yang lebih positif pada individu dan sekitarnya.

6. Tanaman Obat

Tanaman hias dapat dimanfaatkan sebagai obat penyembuh penyakit. Misalnya tanaman kembang sepatu yang sari perasan bunganya dapat dijadikan obat untuk menyembuhkan tubercolosa dan bronchitis.

2.3 Gambaran Umum Bromelia

Tanaman bromelia berasal dari Amerika Selatan terutama dari Brazilia dan beberapa jenis lainnya ditemukan di Mexico dan Amerika Tengah. Menurut Kramer (1991) yang diacu dalam Santi dan Kusumo (1996), spesies bromelia yang dapat diidentifikasi sebanyak 150 jenis dari 27 genera. Kemudian berkembang menjadi 1800 jenis spesies dari 46 genera yang telah diidentifikasi (Prihmantoro 1991, diacu dalam Santi dan Kusumo 1996).

Menurut Verina (2007), bromelia adalah tanaman epifit yang termasuk kedalam famili Bromeliaceae. Pada tanaman ini terdapat tiga subfamili, yaitu Bromeliadeae, Pitcaimioideae dan Tillandsioideae. Bromelia merupakan jenis tanaman tropis dan semusim yang umumnya hidup pada suhu 15-30 derajat celcius dengan kelembaban sekitar 60 persen dan akan berbunga pada usia 3-4 tahun. Jenis bromelia yang sering ditemui memiliki susunan daun yang padat dan dapat penyimpan air. Melalui simpanan air di ketiak daunnya tersebut, tanaman ini dapat memperoleh nutrisi bagi pertumbuhannya dan dapat bertahan hidup pada musim yang kering. Selain dapat hidup berdiri sendiri, bromelia juga dapat hidup menempel pada batang pohon yang masih hidup atau pada batang yang telah mati. Nutrisi yang dibutuhkan akan diperoleh dari air hujan, kabut, embun, atau tetesan air dari pohon.


(14)

14 Penyiraman pengkabutan dilakukan untuk menjaga kelembaban udara pada bromelia, namun tidak jarang digunakan pula kipas angin dengan kecepatan putaran rendah. Penyiraman dapat dilakukan 2-3 kali dalam seminggu. Hal ini diperuntukkan agar kebutuhan air dapat tercukupi sehingga tanaman dapat bertahan dalam kondisi cuaca panas dan tetap memiliki kualitas daun yang indah3.

Bromelia termasuk dalam tanaman pot sekaligus tanaman taman (Mann 1994, diacu dalam Santi dan Kusumo 1996). Bromelia dapat berfungsi untuk mempercantik ruangan, menghias sudut-sudut halaman rumah dan sebagai penghias taman. Tidak hanya itu, keragaman jenis bentuk daun, ukuran dan corak warna yang bervariasi serta bunganya yang cantik menyebabkan tanaman ini memiliki ciri khas tersendiri yang hingga saat ini masih digemari4. Beberapa jenis bromelia yang sudah dikenal dan popular diantaranya Neogerelia, Aechmea, Vriesea, Guzmania, Tillandsia dan Nidularium (Evans 1993).

Guzmania merupakan salah satu genus bromelia yang berdaun hijau dan memiliki bunga berwarna-warni yang berbentuk bintang. Tanaman jenis ini dapat tumbuh menempel pada kayu-kayu atau tanaman yang sudah mati. Guzmania dapat tumbuh hingga mencapai 38 cm dan lebar 25 cm dengan usia sekitar 2-3 tahun. Keunikan lainnya dari jenis ini adalah tanaman ini akan mati setelah menghasilkan bunga pada musim panas.

Aechmea memiliki bunga yang berwarna merah muda dan warna daun yang sedikit bergaris-garis hijau. Tanaman ini dapat hidup hingga 3-4 tahun dan dapat tumbuh hingga 60 cm dengan panjang daun sampai 30 cm. Selain itu tanaman ini dapat tumbuh di tempat yang langsung terkena sinar matahari atau tidak langsung.

Neogerelia merupakan jenis yang sangat banyak diminati oleh para hobiis. Tanaman ini termasuk jenis tanaman yang tidak tahan terhadap terpaan sinar matahari langsung. Hal ini pula yang menyebabkan jenis ini memiliki warna daun yang lebih mencolok, cerah dan bervariasi. Selain itu pada bagian tengah tanaman ini terdapat pula bunga yang berwarna merah keunguan. Sebagai tanaman dalam       

3

Redaksi Agromedia. 2008. Pesona Bromelia. Hlm 7-10 4

AGRINA. Mei 2009. Bromelia Penghias Taman dan Interior. AGRINA: Vol 5 No. 103, 13-26 Mei 2009. Hlm 12 


(15)

15 ruangan, jenis ini dapat hidup sampai dengan usia 5 tahun dengan panjang mencapai 60 cm tetapi pada umumnya hanya berkisar 38-46 cm .

Nidularium merupakan jenis bromelia yang jarang sekali ditemui. Seperti neogerelia, jenis ini pun memiliki bagian tengah dimana terdapat daun yang jauh lebih kecil ukurannya serta berwarna kekuningan. Nama tanaman ini berasal dari bahasa latin nidus yang berarti ‘sarang’ sehingga tanaman ini lebih dikenal dengan nama ‘bird’s nest’. Jenis tanaman bromelia ini dapat tumbuh hingga mencapai 30 cm dan memiliki bunga berwarna putih.

Tillandisia merupakan jenis bromelia yang berbentuk menyerupai rerumputan dan bagian tengah dari tanaman yang berwarna merah muda dengan bunga yang menjulang keatas berwarna biru keunguan dengan ketinggian mencapai 30 cm. Tillandsia dapat tumbuh di daerah tropis dan subtropis, dan merupakan tanaman epifit yang dapat hidup di bebatuan dan batang pohon.

Sedangkan vriseria merupakan jenis tanaman bromelia yang cenderung lebih sulit dikembangkan dibandingkan dengan jenis lainnya dan bukan merupakan jenis epifit. Tanaman ini memiliki bentuk daun yang runcing, berwarna hijau bergaris dan bertekstur kasar.

2.4 Kajian Bromelia

Elva (2010) dalam penelitiannya mengenai strategi pengembangan pasar tanaman hias bromelia di Kabupaten Bogor, menyatakan bahwa perusahaan memiliki dua kekuatan yang paling penting dalam mewujudkan pengembangan pasar Ciapus Bromel yaitu memiliki varietas terbanyak dan latar belakang pendidikan dan pengalaman pemilik plus manajer pengelola. Kelemahan yang paling penting untuk diatasi adalah perbaikan manajemen dan peningkatan kapasitas produksi. Peluang yang paling mempengaruhi dan penting bagi pengembangan pasar Ciapus Bromel adalah kecenderungan membaiknya kondisi perekonomian tahun 2010-2014 serta adanya wawancara konsep green living dari pemerintah. Ancaman yang harus diwaspadai Ciapus Bromel adalah keberadaan tanaman hias substitusi.

Kemudian dengan menggunakan strategi arsitektur dihasilkan dua bagian strategi yang diterapkan Ciapus Bromel selama kurun waktu 2010-2014. Pertama strategi yang dominan berisi program yang dilakukan secara kontinu, yaitu: (1)


(16)

16 Memperbaiki manajemen dan kualitas SDM karyawan Ciapus Bromel; (2) Menyediakan bromelia dengan harga kompetitif dan berkualitas; (3) Sosialisasi mengenai manfaat keberadaan bromelia kepada masyarakat melalui kerjasama dengan Perhimpunan Florikultura Indonesia. Bentuk strategi kedua berisi program yang dilakukan secara bertahap, yaitu: (1) Aliansi pemasaran dengan perusahaan landscape; (2) Penambahan kapasitas produksi untuk memenuhi permintaan agregat pasar potensial; (3) Repositioning produk untuk menciptakan permintaan kontraktor taman dan landscaper; dan (4) revitalisasi Promosi sebagai upaya positioning produk Ciapus Bromel di benak kontraktor taman dan landscaper.

2.5 Analisis Risiko Produksi

Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan risiko produksi adalah penelitian yang dilakukan oleh Fariyanti (2008). Penelitian ini meneliti tentang risiko produksi dan harga kentang dan kubis di Bandung. Analisis yang digunakan adalah analisis risiko model GARCH (1,1) dan menghitung nilai varian. Berdasarkan analisis risiko dihasilkan bahwa risiko produksi kentang yang diindikasikan oleh fluktuasi produksi kentang yang disebabkan oleh risiko produksi pada musim sebelumnya dan penggunaan input. Input pupuk dan tenaga kerja menjadi faktor yang menimbulkan risiko produksi, sedangkan lahan benih dan obat-obatan menjadi faktor yang mengurangi risiko produksi. Pada komoditas kubis, lahan dan obat-obatan menjadi faktor yang menimbulkan risiko sementara benih, pupuk dan tenaga kerja menjadi faktor yang mengurangi risiko produksi.

Risiko pada komoditas kentang lebih tinggi dibandingkan komoditas kubis sedangkan risiko harga pada komoditas kubis lebih tinggi dibandingkan komoditas kentang. Perilaku rumahtangga petani dengan adanya risiko produksi dan harga produk termasuk kedalam risk aversion dengan melakukan penggurangan penggunaan luas lahan garapan, benih, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja. Pengurangan tertinggi input, produksi, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga akibat pengurangan peningkatan risiko produksi dan harga produk serta upah pada kegiatan usahatani terdapat pada rumahtangga petani lahan sempit. Demikian juga pada peningkatan penggunaan tenaga kerja off farm dan non farm yang paling rendah.


(17)

17 Wisdya (2009) menganalisis tentang risiko produksi anggrek phaleonopsis pada PT Eka Graha Flora. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis Variance, Standard Deviation dan Coefficient Variation pada kegiatan spesialisasi dan portofolio. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa analisis spesialisasi risiko produksi berdasarkan produktivitas tanaman anggrek yang menggunakan bibit teknik seedling dan mericlone diperoleh risiko paling tinggi terdapat pada tanaman anggrek teknik seedling yaitu sebesar 0,078. Artinya setiap satu satuan yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi adalah sebesar 0,078. Sedangkan risiko produksi anggrek berdasarkan pendapatan bersih memiliki risiko yang tinggi pada anggrek dengan teknik seedling yaitu sebesar 1,319 yang artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi adalah sebesar 1,319.

Safitri (2009) meneliti tentang risiko produksi daun potong pada PT Pesona Daun Mas Asri. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Variance, Standard Deviation dan Coefficient Variation pada kegiatan spesialisasi dan portofolio. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada analisis spesialisasi produksi berdasarkan produktivitas pada Asparagus bintang dan Philodendron marbel diperoleh risiko yang paling tinggi dari kedua komoditas itu adalah Philodendron marbel yaitu sebesar 0,29 yang artinya setiap satu satuan yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi sebesar 0,29. Sedangkan yang paling rendah adalah Asparagus bintang yaitu sebesar 0,25 yang artinya setiap satu satuan yang dihasilkan maka risiko yang akan dihadapi sebesar 0,25. Berdasarkan pendapatan bersih diperoleh risiko yang paling tinggi adalah Philodendron marbel yaitu 0,40 yang artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 0,40. Sedangkan yang paling rendah adalah Asparagus bintang yakni 0,48 yang artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 0,48. Analisis produksi yang dilakukan pada kegiatan portofolio menunjukan bahwa kegiatan diversifikasi dapat meminimalkan risiko.

Sembiring (2010) meneliti tentang risiko produksi sayuran organik pada The Pinewood Organic Farm. Tujuan penelitian tersebut untuk menganalisis risiko produksi sayuran organik yang dihadapi perusahaan serta menganalisis alternatif strategi yang diterapkan perusahaan untuk mengatasi risiko produksi


(18)

18 tersebut. Analisis risiko yang dilakukan menggunakan analisis Variance, Standard Deviation dan Coefficient Variation pada kegiatan spesialisasi dan portofolio. Kegiatan produksi sayuran organik ini dianalisis risiko produksinya berdasarkan nilai produktivitas dan pendapatan bersih perusahaan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada analisis spesialisasi risiko produksi brokoli, caisin, sawi putih, dan tomat berdasarkan produktivitas dan pendapatan bersih perusahaan, risiko tertinggi dari keempat komoditi tersebut adalah brokoli sebesar 0,54 untuk risiko berdasarkan produktivitas dan 0,8 untuk risiko berdasarkan pndapatan bersih. Hal ini dikarenakan brokoli sangat rentan terhadap penyakit terutama kondisi cuaca yang tidak pasti. Selain itu, analisis risiko pada kegiatan portofolio yang dilakukan pada tomat dengan caisin, tomat dengan sawi putih, dan brokoli dengan tomat menunjukkan bahwa diversifikasi dapat meminimalkan risiko.

2.6 Kajian Manajemen Risiko

Penelitian yang dilakukan Effendy (2010) mengenai manajemen risiko dalam usaha perkebunan kelapa sawit PT Sawindo Kencana menggunakan metode Expert Opinion melalui pendekatan metode Delphy. Metode Expert Opinion ini digunakan dalam menentukan besarnya dampak dan probabilitas risiko. Hasil identifikasi sumber-sumber risiko pada PT Sawindo Kencana didapatkan hasil bahwa risiko yang terdapat pada perusahaan tersebut yaitu risiko produksi, risiko sumber daya manusia, risiko pasar, risiko institusional dan risiko finansial. Risiko produksi adalah risiko serangan hama, risiko serangan gulma, risiko serangan penyakit pada tanaman kelapa sawit, risiko curah hujan, risiko kebakaran, risiko usia tanaman dan risiko penambangan timah. Pada risiko sumberdaya manusia terdapat risiko kesalahan manusia (human error), risiko perilaku menyimpang (moral hazard), risiko keselamatan kerja, dan risiko losses manusia. Risiko pasar yang dihadapi perusahaan adalah risiko fluktuasi harga dan ketersediaan input. Pada risiko institusional, risiko yang dihadapi perusahaan adalah kebijakan pemerintah daerah mengenai areal kebun perusahaan yang masih bersengketa dengan PT Timah. Sedangkan pada risiko finansial, risiko yang dihadapi perusahaan adalah UMR yang terus meningkat. Berdasarkan hasil analisis strategi manajemen risiko perusahaan, strategi manajemen risiko yang diterapkan oleh


(19)

19 perusahaan secara garis besar adalah strategi preventif, strategi mitigasi, dan beberapa alternatif strategi seperti detect and monitor dan monitoring.

Berdasarkan studi litelatur di atas, maka penelitian kali ini bertujuan untuk melihat strategi manajemen risiko produksi yang diterapkan oleh perusahaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Aproksimasi untuk menghitung dampak dan probabilitas risiko dengan menggunakan metode Expert Opinion, yang memiliki sedikit kemiripan dengan penelitian yang dilakukan oleh Effendy (2010) yang menggunakan metode Expert Opinion dengan pendekatan Delphy dan juga penggunaan peta risiko sebagai alat bantu dalam pengelompokan risiko. Selain itu, terdapat pula kesamaan pada komoditas dan lokasi penelitian, sama seperti penelitian yang dilakukan oleh Elva (2010).

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Effendy (2010) adalah dalam melakukan pengelompokan risiko. Effendy (2010) melakukan pengelompokan berdasarkan pendekatan pada kemungkinan nilai nominal dari dampak dan probabilitas risiko tersebut, sedangkan penelitian ini melakukan pengelompokan berdasarkan nilai status risiko. Selain itu, perbedaan lainnya yaitu terletak pada topik penelitiannya. Walaupun penelitian yang dilakukan ini memiliki kesamaan lokasi dan jenis komoditas dengan yang dilakukan oleh Elva (2010), namun belum ada yang melakukan penelitian dengan topik risiko produksi di lokasi tersebut.


(20)

20 Tabel 4. Studi Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian.

Nama

Penulis Tahun Judul Metode Analisis

Anna

Fariyanti 2008

Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran dalam Menghadapi Risiko Produksi dan Harga Produk di Kecamatan Pengalengan, Kabupaten Bandung

Analisis Risiko model GARCH dan Menghitung Nilai Varian

Sri Wisdya 2009

Analisis Risiko Produksi Anggrek

Phalaonopsis pada PT Ekakarya Graha

Flora di Cikampek, Jawa Barat

Analisis Spesialisasi dan Portofolio

Nur Amalia

Safitri 2009

Analisis Risiko Produksi Daun POTONG di PT Pesona Daun Mas Asri, Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

Analisis Spesialisasi dan Portofolio

Elva 2010

Perencanaan Strategi Pembangunan Pasar Tanaman Hias Bromelia melalui Pendekatan Arsitektur Strategi

Strategi Arsitektur Landscape

Lustri

Sembiring 2010

Analisis Risiko Produksi Sayuran Organik pada The Pinewood Farm di Kabupaten Bogor, Jawa Barat

Analisis Spesialisasi dan Portofolio Hendra Pratama Effendy 2010

Manajemen Risiko dalam Usaha Perkebunan Kelapa Sawit PT. Sawindo Kencana, Provinsi Bangka Belitung.

Metode Expert Opinion dan Metode Delphy


(21)

21

III

KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Definisi dan Konsep Risiko

Menurut Frank Knight yang dikutip dalam Robison dan Barry (1987), 

risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pembuat keputusan yang didasarkan pada data historis dan pengalaman selama mengelola kegiatan usaha. Risiko juga menunjukkan peluang terjadinya peristiwa yang menghasilkan pendapatan di atas atau di bawah rata-rata dari pendapatan yang diharapkan. Sementara itu, Debertin (1986) menyatakan bahwa kejadian berisiko adalah kejadian dimana peluang dan hasil dari kejadian tersebut dapat diketahui oleh pembuat keputusan. Risiko dapat pula diartikan sebagai kemungkinan kejadian yang merugikan. Menurut Basyib (2007), risiko merupakan peluang terjadinya hasil yang tidak diinginkan sehingga risiko hanya terkait dengan situasi yang memungkinkan munculnya hasil negatif serta berkaitan dengan kemampuan memperkirakan terjadinya hasil negatif tersebut. Ada tiga unsur penting dari suatu kegiatan yang dianggap masih sebagai risiko: 1) merupakan suatu kejadian, 2) kejadian tersebut masih merupakan kemungkinan, dan 3) jika terjadi, maka akan menimbulkan kerugian (Kountur 2004).

Risiko berhubungan dengan ketidakpastian, akan tetapi terdapat perbedaan mendasar antara risiko dan ketidakpastian. Menurut Robison dan Barry (1987), risiko adalah peluang dari suatu kejadian yang dapat diperhitungkan dan akan memberikan dampak negatif yang dapat menimbulkan kerugian, sedangkan ketidakpastian adalah peluang dari suatu kejadian yang tidak dapat diperhitungkan oleh pebisnis selaku pengambil keputusan. Djohanputro (2006) menyatakan risiko sebagai ketidakpastian yang telah diketahui tingkat probabilitas kejadiannya.

Menurut Kountur (2004) ketidakpastian ini terjadi akibat kurangnya atau tidak tersedianya informasi yang menyangkut apa yang akan terjadi. Ketidakpastian yang dihadapi oleh perusahaan dapat berdampak merugikan atau menguntungkan. Apabila ketidakpastian yang dihadapi berdampak menguntungkan maka disebut dengan istilah kesempatan (opportunity), sedangkan ketidakpastian yang berdampak merugikan disebut sebagai risiko.


(22)

22 Darmawi (2008) menyimpulkan bahwa risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan atau tidak terduga. Dengan kata lain, kemungkinan itu sudah menunjukan adanya ketidakpastian. Dan ketidakpastian tersebut merupakan kondisi yang menyebabkan tumbuhnya risiko.

Dalam memilih strategi yang akan diterapkan, perusahaan akan memilih strategi yang dapat meminimalkan risiko yang dihadapinya. Namun hal ini mengandung ketidakpastian, sehingga dapat menimbulkan risiko bagi para pemegang kepentingan perusahaan. Dalam menghadapi risiko setiap pelaku bisnis atau usaha mempunyai perilaku yang berbeda-beda. Perilaku individu dalam menghadapi risiko ini dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yakni risk averse, risk neutral, dan risk preferer (Debertin 1986). Perilaku individu dalam menghadapi risiko dapat dijelaskan berdasarkan teori utilitas seperti terlihat pada Gambar 4

Risk Averse Risk Preferer 

Expected Income Expected Income

Income Variance        Income Variance 

 

Expected Income Risk Neutral

Income Variance Gambar 4. Hubungan antara Expected Income dan Income Variance


(23)

23 Gambar 3 menunjukkan hubungan antara expected income dan income

variance. Expected income merupakan ukuran tingkat kepuasan para pembuat

keputusan, sedangakan income variance merupakan ukuran tingkat risiko. Perilaku individu dalam menghadapi risiko dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu :

1. Risk Averse merupakan perilaku individu yang takut terhadap risiko, dan

cenderung akan menghindari risiko. sikap ini mrnunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (income variance) merupakan ukuran tingkat risiko akan diimbangi dengan dengan menaikkan expected income.

2. Pembuat keputusan yang netral terhadap risiko (Risk Neutral), yaitu perilaku individu yang apabila terjadi kenaikan income variance (ukuran tingkat risiko) tidak akan diimbangi dengan menaikkan expected income. Artinya, jika income variance semakin tinggi, maka expected income akan tetap. 3. Risk Preferer merupakan perilaku individu yang bersedia mengambil risiko.

sikap ini menunjukkan bahwa adanya kenaikan income variance akan diimbangi oleh pembuat keputusan dengan bersedia menerima expexted

income lebih rendah. Risk preferer cenderung menganggap risiko sebagai

sesuatu hal yang tidak perlu dikhawatirkan. 3.2 Klasifikasi Risiko

Dalam bidang agribisnis, ada beberapa sumber risiko yang dapat mempengaruhi perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung, antara lain (Harwood et al 1999) :

1) Risiko pasar yaitu risiko pergerakan harga yang berdampak negatif terhadap perusahaan. Risiko pasar atau yang lebih dikenal dengan market risk merupakan risiko yang terjadi karena adanya pergerakan harga pada input dan output yang dihasilkan oleh perusahaan..

2) Risiko produksi yaitu risiko yang berasal dari kejadian-kejadian yang tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan dan biasanya berhubungan dengan keadaan alam, seperti curah hujan yang berubah secara tidak menentu, perubahan cuaca yang tidak sesuai dengan perkiraan, serta serangan hama dan gulma.


(24)

24 3) Risiko institusional, yaitu risiko yang terjadi akibat adanya perubahan

kebijakan pemerintah yang dapat mempengaruhi perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung, seperti kebijakan harga bibit tanaman, kebijakan harga, kebijakan penggunaan bahan kimia, maupun kebijakan ekspor dan impor.

4) Risiko sumberdaya manusia, yaitu risiko yang dihadapi oleh perusahaan yang berkaitan dengan perilaku manusia, maupun hal-hal yang dapat mempengaruhi perusahaan, seperti kesalahan dalam pencatatan data, kesalahan dalam memberikan pupuk, mogok kerja, ataupun meninggalnya tenaga kerja dalam menjalankan pekerjaannya.

5) Risiko finansial, yaitu risiko yang dihadapi perusahaan dalam bidang finansial, seperti perubahan modal, perubahan bunga kredit bank, maupun perubahan UMR (Upah Minimum Regional).

Selain itu, menurut Kountur (2004), risiko dapat dikelompokan berdasarkan beberapa sudut pandang diantaranya: 1) risiko dari sudut pandang penyebab, 2) risiko dari sudut pandang akibat, dan 3) risiko dari sudut pandang aktivitas. Risiko dari sudut pandang penyebab terdiri dari risiko keuangan dan risiko operasional. Sedangkan risiko berdasarkan sudut pandang akibat terdiri: a) risiko murni versus risiko spekulatif, b) risiko statis versus risiko dinamis, dan c) risiko subjektif dan risiko objektif.

3.3 Manajemen Risiko

Manajemen risiko merupakan cara-cara yang digunakan manajemen untuk menangani berbagai permasalahan yang disebabkan oleh adanya risiko. Keberhasilan perusahaan ditentukan oleh kemampuan manajemen menggunakan berbagai sumberdaya yang ada untuk mencapai tujuan perusahaan. Dengan adanya penanganan risiko yang baik segala kemungkinan kerugian yang dapat menimpa perusahaan dapat diminimalkan sehingga biaya lebih kecil dan pada akhirnya perusahaan akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar (Kountur 2004).

Manajemen risiko adalah suatu bidang ilmu yang membahas tentang bagaimana suatu organisasi menempatkan berbagai permasalahan yang ada


(25)

25 dengan menempatkan berbagai pendekatan manajemen secara komprehensif dan sistematis (Fahmi 2010). Selain itu, menurut AS/NZS 4360 Risk Management Standard dalam Soehatman Ramli (2010) menyebutkan bahwa manajemen risiko menyangkut budaya, proses dan struktur dalam mengelola suatu risiko secara efektif dan terencana dalam suatu sistem manajemen yang baik.

Terdapat beberapa cara untuk mengatasi risiko yaitu dengan cara menghindari dengan tidak mengambil risiko, mencegah timbulnya risiko, mengurangi kerugian akibat risiko untuk meminimalkan akibatnya dan mengalihkan risiko ke pihak lain. Suatu risiko yang kemungkinan terjadinya besar dan konsekuensinya juga besar maka cara yang terbaik untuk menangani risiko tersebut adalah menghindar. Jika tidak dapat menghindar dan harus menghadapi risiko tersebut maka cara yang bisa dilakukan adalah mencegah, membuat kemungkinan terjadinya sekecil mungkin. Selain mencegah kerugian, akibat dari kerugian itu harus dikurangi, pengurangan kerugian akibat risiko dilakukan terutama jika konsekuensi dari risiko tersebut besar.

Selain itu, alternatif penanganan risiko pada produk pertanian dapat dilakukan dengan diversifikasi usaha, integrasi vertikal, kontrak produksi, kontrak pemasaran, perlindungan nilai dan asuransi. Dalam hal ini, Ciapus Bromel melakukan penanganan risiko dengan cara diversifikasi.

Sedangkan menurut Darmawi (2005), manajemen risiko merupakan suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektivitas dan efisiensi yang lebih tinggi dalam pengambilan keputusan. Secara khusus manajemen risiko diartikan sebagai pengelolaan variabilitas pendapatan oleh seorang manajer dengan menekan sekecil mungkin tingkat kerugian yang diakibatkan oleh keputusan yang diambilnya dalam menggarap situasi yang tidak pasti. Pemahaman manajemen risiko yang baik akan mengurangi kerugian atau akan dapat menambah tingkat keyakinan bagi pembuat keputusan dalam mengurangi risiko kerugian.

Menurut Kountur (2008), manajemen risiko perusahaan adalah cara bagaimana menangani semua risiko yang ada dalam perusahaan tanpa memilih risiko-risiko tertentu saja. Penanganan risiko dapat dianggap sebagai salah satu


(26)

26 fungsi dari manajemen. Ada beberapa fungsi manajemen yang sudah dikenal yaitu perencanaan, mengorganisasi, mengarahkan dan melakukan pengendalian atau planning, organizing, actuating, controlling (POAC). Dengan demikian ditambahkan lagi satu fungsi yang sangat penting yaitu menangani risiko. Tujuan dari diterapkannya manajemen risiko adalah untuk mengelola risiko sehingga organisasi dapat bertahan atau dapat mengoptimalkan risiko (Hanafi 2009).

Selanjutnya Kountur dalam menangani risiko-risiko yang ada dalam perusahaan diperlukan suatu proses yang dikenal dengan istilah proses pengelolaan risiko. Proses manajemen atau pengelolaan risiko dapat dilakukan dengan mengidentifikasi risiko-risiko apa saja yang dihadapi oleh perusahaan. Kemudian mengukur risiko-risiko yang telah diidentifikasi untuk mengetahui seberapa besar kemungkinan terjadinya risiko dan seberapa besar konsekuensi dari risiko tersebut yang pada akhirnya akan menunjukkan status risiko dalam perusahaan. Pengukuran status risiko ini akan dibantu oleh peta risiko yang akan menunjukkan posisi risiko. Posisi risiko inilah yang selanjutnya akan membantu membentuk perumusan manajemen risiko yang tepat sehingga dapat meminimalkan segala kemungkinan kerugian. Lalu dilakukan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana manajemen risiko telah diterapkan dalam perusahaan. Proses pengelolaan risiko perusahaan dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Proses Pengelolaan Risiko Perusahaan Sumber : Kountur, 2004

Evaluasi 

Penaganan Risiko  Pengukuran Risiko  Identifikasi Risiko 


(27)

27 3.4 Pemetaan Risiko

Salah satu cara yang dapat digunakan sebelum merumuskan strategi manajemen risiko adalah dengan menggunakan peta risiko. Peta risiko merupakan gambaran dari posisi suatu risiko dalam kegiatan usaha yang dilakukan perusahaan. Peta risiko pada umumnya disusun berdasarkan ukuran probabilitas dan dampak dari risiko tersebut. Kountur (2008) menyusun peta risiko dengan menggunakan sumbu vertikal yang menggambarkan probabilitas dari suatu risiko dan sumbu horizontal yang menggambarkan dampak risiko tersebut, dapat dilihat pada Gambar 6.

Probabilitas (%) Sangat Besar Besar

Normal

Kecil

Sangat Kecil

Kecil Normal Besar Sangat Besar

Dampak (Rp)

Gambar 6. Peta Risiko

Sumber : Kountur, 2008

3.5 Penanganan Risiko

Setelah menyusun peta risiko maka dapat dirumuskan strategi manajemen risiko yang tepat untuk risiko tersebut. Secara garis besar, terdapat dua jenis strategi yang dapat dilakukan untuk mengelola risiko, antara lain:

1. Preventif

Preventif dilakukan untuk menghindari terjadinya risiko. Strategi preventif dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya: (1) membuat atau memperbaiki sistem dan prosedur, (2) mengembangkan sumberdaya manusia, dan (3) memasang atau memperbaiki fasilitas fisik. Strategi preventif dilakukan untuk risiko yang tergolong dalam kemungkinan atau probabilitas risiko yang besar.

Kuadran II Kuadran I


(28)

28 Strategi preventif dapat mengantisipasi risiko yang berada pada kuadran 1 dan 2 dalam peta risiko. Dengan menggunakan strategi preventif, maka risiko yang berada pada kuadran 1 akan bergeser pada kuadran 3 dan risiko yang berada pada kuadran 2 akan bergeser ke kuadran 4 (Kountur 2008).

2. Mitigasi

Mitigasi adalah strategi penanganan risiko yang bertujuan untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan dari risiko. Strategi mitigasi dilakukan untuk menangani risiko yang memiliki dampak yang sangat besar. Adapun beberapa cara yang termasuk dalam strategi mitigasi adalah:

a) Diversifikasi

Diversifikasi adalah cara menempatkan aset atau harta di beberapa tempat sehingga jika salah satu kena musibah maka tidak akan menghabiskan semua aset yang dimiliki. Diversifikasi merupakan salah satu cara pengalihan risiko yang paling efektif dalam mengurangi dampak risiko.

b) Penggabungan

Penggabungan merupakan salah satu cara penanganan risiko yang dilakukan oleh perusahaan dengan melakukan kegiatan penggabungan dengan pihak perusahaan lain, contoh strategi ini adalah perusahaan yang melakukan merger atau dengan melakukan akuisisi.

c) Pengalihan risiko

Pengalihan risiko (transfer of risk) merupakan cara penanganan risiko dengan mengalihkan dampak risiko ke pihak lain. Cara ini bertujuan untuk mengurangi kerugian yang dihadapi oleh perusahaan. Cara ini dapat dilakukan melalui asuransi, leasing, outsourcing, dan hedging. Pengalihan risiko dapat dilakukan dengan cara mengasuransikan aset perusahaan yang dampak risikonya besar, sehingga jika terjadi kerugian maka pihak asuransi yang akan menanggung kerugian yang dialami perusahaan sesuai dengan kontrak perjanjian yang disepakati oleh pihak perusahaan dan pihak asuransi. Leasing adalah suatu cara dimana aset digunakan namun aset tersebut dimiliki oleh pihak lain, sehingga jika


(29)

29 terjadi sesuatu dan lain hal pada aset tersebut maka pemilik aset tersebutlah yang akan menanggung kerugian yang terjadi, sesuai dengan perjanjian yang berlaku. Outsourcing merupakan suatu cara dimana suatu pekerjaan diberikan pada pihak lain sehingga jika terjadi kerugian maka kerugian tersebut ditanggung oleh pihak yang melakukan usaha tersebut. Hedging merupakan cara pengalihan risiko dengan mengurangi dampak risiko melalui transaksi penjualan dan pembelian.

Risiko yang berada pada kuadran dengan dampak yang besar dapat bergerak ke kuadran yang memiliki dampak risiko kecil dengan menggunakan strategi mitigasi risiko. Strategi ini akan mengantisipasi risiko sedemikian rupa sehingga risiko yang berada pada kuadran 1 akan bergeser ke kuadran 2 dan risiko yang berada pada kuadran 3 akan bergeser ke kuadran 4.

3.6 Kerangka Pemikiran Operasional

Ciapus Bromel mengusahakan tanaman hias bromelia diatas lahan dengan luas ± 1 ha sejak tahun 2006. Tanaman hias bromelia yang dibudidayakan terdiri dari 5 jenis antara lain neogerelia, aechmea, tillandsia, vrisea dan guzmania. Komoditi unggulan pada perusahaan ini adalah neogerelia, karena komoditi ini lebih banyak diminati dibandingkan jenis lainnya.

Perusahaan melakukan budidaya bromelia secara vegetatif dengan tujuan dapat memenuhi permintaan konsumen. Namun kegiatan tersebut dirasakan perusahaan menimbulkan risiko. Budidaya bromelia yang dilakukan oleh Ciapus Bromel terjadi fluktuasi dalam segi keberhasilan produksi. Hal ini mengindikasikan bahwa Ciapus Bromel dalam menjalankan usahanya memiliki risiko yaitu risiko produksi. Risiko produksi yang dihadapi perusahaan disebabkan oleh intensitas cahaya matahari, serangan hama dan penyakit, serta kerusakan mekanis. Risiko produksi berpengaruh terhadap penurunan keberhasilan produksi yang berdampak pula pada penerimaan perusahaan.

Hal ini menjadi permasalahan yang menarik untuk dilakukan pembelajaran mengenai manajemen risiko yang telah dilakukan oleh Ciapus Bromel dalam mengendalikan terjadinya risiko produksi. Analisis risiko pertama yang akan dilakukan adalah mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi apa saja yang


(30)

30 dihadapi oleh Ciapus Bromel. Analisis dilanjutkan dengan analisis tingkat dan dampak sumber risiko produksi yang kemudian dipetakan ke dalam peta risiko, sehingga dapat diketahui seberapa krusial sumber risiko produksi pada Ciapus Bromel. Pengukuran probabilitas dan dampak risiko dilakukan dengan menggunakan metode aproksimitas yang berdasarkan pada pendapat atau perkiraan para ahli atau yang lebih dikenal dengan metode expert opinion. Selain itu dilakukan pula perhitungan tingkat risiko produksi yang dihadapi perusahaan dengan menggunakan variance, standard deviation dan coefficient variation. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan metode tersebut, selanjutnya akan diketahui posisi atau nilai status risiko bagi tiap sumber-sumber risiko yang telah diidentifikasi sebelumnya, dipetakan ke dalam peta risiko dan kemudian ditentukan strategi penanganan risiko yang tepat untuk mengatasi risiko produksi yang terjadi di Ciapus Bromel. Alur kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 7.


(31)

31 Gambar 7. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Risiko Produksi Tanaman

Hias Bromelia pada Ciapus Bromel Ciapus Bromel

• Budidaya secara vegetatif • Variasi keberhasilan produksi

Risiko Produksi • Hama • Penyakit

• Intensitas Cahaya Matahari • Kesalahan Mekanis

Identifikasi Probabilitas dan Dampak Risiko

• Metode Expert Opinion

Variance, Standard Deviation

dan Coefficient Variation Identifikasi Sumber-Sumber Risiko

Strategi manajemen risiko perusahaan


(32)

32  

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada perusahaan Ciapus Bromel yang berlokasi di Jalan Tamansari, RT 03 RW 04, Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan tempat produksi tanaman hias bromelia dan perusahaan ini menjadi akan salah satu produsen bromelia terbesar di Kabupaten Bogor.

Tabel 5. Data Produsen Bromelia di Indonesia Tahun 2008

No Nama Perusahaan Provinsi Kota/Kabupaten

1 Elegant Flora DKI Jakarta Jakarta Selatan

2 Harrys Bromeliad DKI Jakarta Jakarta Selatan

3 Sunda Kelapa Nursery Banten Tanggerang

4 Alpha Nursery Jawa Barat Bogor

5 Ciapus Bromel Jawa Barat Bogor

6 Kelompok Tani Vioces Jawa Barat Bogor

7 Aneka Nursery Jawa Tengah Semarang

Sumber: Ditjen Hortikultura, 2008 (diolah)

Tabel 5 menunjukkan bahwa salah satu wilayah di Indonesia yang paling banyak membudidayakan bromelia adalah Provinsi Jawa Barat. Sebanyak 42,85 persen dari total produsen bromelia berdomisili di Jawa Barat. Hal ini disebabkan iklim di Provinsi Jawa Barat yang cenderung lebih subur dan cocok untuk budidaya bromelia, terutama daerah dataran tinggi bagian tengah. Salah satu produsen bromelia di Jawa Barat yang termasuk sebagai salah satu produsen terbesar adalah Ciapus Bromel.

Hal lain yang menjadi pertimbangan pemilihan lokasi adalah ketersediaan data dan kesediaan pihak manajemen perusahaan untuk dijadikan lokasi penelitian. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2011.


(33)

33  

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung, pencatatan dan wawancara langsung dengan pimpinan dan karyawan Ciapus Bromel untuk mengetahui proses produksi, mengetahui risiko dan peluang risiko yang dihadapi perusahaan, penyebab dan dampak risiko yang terjadi di perusahaan dan mengetahui bagaimana penanganan risiko yang selama ini dilakukan oleh pihak perusahaan.

Sedangkan data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari Ciapus Bromel meliputi luas lahan yang diusahakan, harga produk, jumlah produksi yang diperoleh selama masa produksi berlangsung serta data-data lainnya yang mendukung sehingga dapat mengetahui risiko yang terjadi di perusahaan. Selain itu data sekunder dikumpulkan dari Badan Pusat Statistik, Departemen Pertanian, Departemen Hortikultura, Perpustakaan LSI Institut Pertanian Bogor, internet terkait situs-situs yang berhubungan dengan penelitian dan literatur yang relevan.

4.3 Metode Pengolahan Data 4.3.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran mengenai keadaan umum perusahaan dan manajemen risiko yang diterapkan perusahaan. Selain itu analisis ini pun digunakan untuk mengetahui penyebab terjadinya risiko produksi yang terkait dengan kondisi pada Ciapus Bromel. Tujuan digunakannya analisis ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, aktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.

Analisis dilakukan dengan mengaitkan teori risiko yang ada dengan kondisi lapang, sehingga didapatkan strategi penanganan risiko produksi untuk memberikan solusi terhadap masalah yang timbul akibat risiko produksi di Ciapus Bromel. Metode ini dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan diskusi dengan pihak perusahaan serta pengisian kuisioner.


(34)

34  

4.3.2 Pengukuran Risiko

Pengukuran dilakukan dengan menentukan probabilitas terjadinya risiko dan mengetahui dampak risiko tersebut terhadap usaha tanaman hias bromelia. Pengukuran selalu mengacu pada dua ukuran yaitu ukuran probabilitas dan ukuran kuantitas risiko. Ukuran pertama merupakan ukuran probabilitas yang disebut juga kemungkinan (likelihood). Ukuran kedua adalah dampak atau disebut juga sebagai ukuran kuantitas risiko. Dampak adalah ukuran seberapa besar akibat yang ditimbulkan bila risiko tersebut benar-benar terjadi.

Risiko dapat diukur bila diketahui kemungkinan suatu kejadian dan besarnya dampak yang ditimbulkan oleh kejadian tersebut pada perusahaan. Ukuran pertama dari risiko adalah besarnya kemungkinan terjadinya (probabilitas) yang mengacu pada seberapa besar probabilitas risiko yang akan terjadi. Dengan mengetahui besarnya kemungkinan terjadinya risiko dapat diketahui risiko apa saja yang tergolong besar dan kecil, sehingga dalam penanganan risiko dapat diketahui risiko mana yang perlu diperhatikan.

Metode aproksimasi adalah cara yang digunakan untuk mengetahui probabilitas dan dampak risiko, metode ini dilakukan dengan cara menanyakan kira-kira berapa dampak dan kemungkinan (probabilitas) dari suatu risiko kepada orang lain (Kountur 2008). Pemilihan metode ini dikarenakan Ciapus Bromel tidak memiliki data historis mengenai kemungkinan (probabilitas) dan dampak risiko yang ada. Pengumpulan informasi pada metode aproksimasi ini dilakukan dengan cara expert opinion. Cara ini merupakan salah satu cara pengumpulan informasi dimana seseorang dianggap ahli diwawancarai untuk mendapatkan informasi tentang berapa besar kemungkinan (probabilitas) dan dampak yang terjadi dari suatu risiko. Beberapa sumber risiko yang terdapat pada kuesioner diberikan kepada para ahli yang kemudian ahli tersebut memberikan pendapatnya terhadap perkiraan dampak dan probabilitas risiko. Para ahli yang dimaksud adalah pihak yang dianggap paham dan mengerti budidaya tanaman bromelia dan kondisi perusahaan. Oleh karena itu, pihak yang menjadi ahli dalam hal ini adalah manajer operasional, koordinator lapangan dan karyawan Ciapus Bromel.


(35)

35  

Menurut Kountur (2008) salah satu cara untuk mengetahui kemungkinan terjadinya risiko yaitu dengan meminta pendapat sekurang-kurangnya dari tiga orang yang dapat merepresentasikan pendapat optimis (O), most likely (M) dan pesimis (P). Pendapat yang menyatakan dengan optimis terhadap suatu kejadian pada umumnya memberikan penilaian lebih kecil karena beranggapan bahwa kejadian tersebut tidak akan terjadi dan dapat diantisipasi. Pihak yang menyatakan pendapatnya secara optimis pada perusahaan yaitu manajer operasional. Sebaliknya, bagi pendapat yang menyatakan pesimis akan memberikan nilai yang relatif lebih besar dibandingkan pendapat yang optimis seperti yang dikemukakan oleh karyawan dalam Ciapus Bromel. Sedangkan nilai dari pendapat most likely berada diantara nilai optimis dan pesimis. Dan pihak ahli yang menyatakan pendapat most likely yaitu koordinator lapang Ciapus Bromel. Kriteria penentuan para ahli tersebut berdasarkan pada tingkat pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki selama bekerja di Ciapus Bromel. Setelah ketiga orang ini diwawancarai, kemudian dirata-ratakan nilainya. Rata-rata yang dimaksud adalah rata-rata tertimbang dengan rumus sebagai berikut (Kountur, 2008):

Probabilistas (P) = O + 4M + P , Dampak (D) = O + 4M + P

6 6

Penggunaan rumus di atas dilakukan agar data yang didapat tidak bias. Nilai most likely dikalikan empat karena nilai tersebut diasumsikan sebagai nilai yang dapat dipercaya dan nilai ini adalah nilai dari orang yang dianggap ahli dari kebanyakan kejadian secara umum.

Penetapan dampak risiko tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan apakah risiko tersebut akan berdampak pada penurunan penerimaan yang sangat signifikan atau tidak. Selain itu, besarnya dampak risiko dapat diketahui melalui perhitungan sebagai berikut:

Dampak = Persentase kehilangan * Rata-rata produksi bromelia * Harga jual

Persentase kehilangan yang dimaksud merupakan kehilangan produksi yang diberikan berdasarkan perkiraan para ahli, sedangkan rata-rata produksi


(36)

36  

diperoleh dari jumlah produksi bromelia selama 8 periode atau musim tanam sehingga didapatkan rata-rata produksi bromelia per musim tanam. Harga jual yang digunakan merupakan harga jual rata-rata dari jenis neogerelia yang berdiameter 15 cm. Hal ini dilakukan karena banyaknya spesies neogerelia yang terdapat pada Ciapus Bromel sehingga akan lebih mudah dalam proses perhitungan apabila menggunakan harga jual rata-rata.

Selain itu, peluang dari suatu kejadian pada kegiatan usaha dapat diukur berdasarkan pengalaman. Total peluang dari beberapa kejadian berjumlah satu. Pengukuran peluang (P) diperoleh dari frekuensi kejadian pada setiap kondisi yang dibagi dengan periode waktu selama kegiatan berlangsung. Secara sistematis dapat dituliskan:

Keterangan : f = Frekuensi kejadian

T = Periode waktu proses produksi

Penyelesaian pengambilan keputusan yang mengandung risiko dapat dilakukan dengan menggunakan expected return. Expected return adalah jumlah dari nilai-nilai yang diharapkan terjadi dari peluang masing-masing dari suatu kejadian. Rumus expected return dituliskan sebagai berikut :

n

E (Ri)= ∑ Pi . Ri

i=1

Pi menunjukkan nilai peluang dari suatu kejadian di masing-masing

kondisi. Bila tiap kejadian ada data historisnya, maka nilai peluang yang dari suatu kejadian diasumsikan sama, yaitu satu dibagi dengan total periode waktu proses produksi, sehingga nilai expected return-nya merupakan nilai rata-rata dari total nilai produktivitas atau pendapatan tersebut

  Dimana : E (Ri) = Expected return

Ri = Return (Produktivitas)

n = Jumlah kejadian (1,2,3,…...., 8)


(37)

37  

Penilaian risiko dilakukan dengan mengukur nilai penyimpangan yang terjadi. Menurut Elton dan Gruber (1995), terdapat beberapa ukuran risiko diantaranya sebagai berikut:

a. Variance

Pengukuran variance dari return merupakan penjumlahan selisih kuadrat dari return dan expected return yang kemudian dikalikan dengan peluang dari setiap kejadian. Nilai variance dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut:

n

σi2 = ∑ Pij (Rij - Ři) 2

i=1

Dimana : = Variance dari return

Pi = Peluang dari suatu kejadian

Ri = Return (Produktivitas)

Ři = Expected return

Dari nilai variance dapat menunjukkan bahwa semakin kecil nilai variance maka semakin kecil penyimpangannya sehingga tingkat risiko yang dihadapi dalam melakukan kegiatan usaha tersebut juga semakin rendah.

b. Standard Deviation

Standard deviation dapat diukur dengan menguadratkan nilai variance. Risiko dalam penelitian ini berarti besarnya fluktuasi keuntungan, sehingga semakin kecil nilai standard deviation maka semakin rendah risiko yang dihadapi dalam kegiatan usaha. Rumus standard deviation adalah sebagai berikut :

σi = √σi2

Dimana : = Variance

= Standard deviation

c. Coefficient Variation

Coefficient variation dapat diukur dari rasio standard deviation dengan return yang diharapkan (expected return). Semakin kecil nilai coefficient variation maka akan semakin rendah risiko yang dihadapi. Rumus coefficient variation adalah :


(38)

38  

Dimana : CV = Coefficient variation

= Standard deviation Ři = Expected return

Variance dan standard deviation merupakan ukuran absolut dan tidak mempertimbangkan risiko dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan. Untuk mempertimbangkan aset dengan return yang diharapkan berbeda, pelaku bisnis dapat menggunakan coefficient variation. Coefficient variation merupakan ukuran yang sangat tepat bagi pengambil keputusan khususnya dalam memilih salah satu alternatif dari berbagai kegiatan usaha dengan mempertimbangkan risiko yang dihadapi dari setiap kegiatan usaha untuk setiap return yang diperoleh.

4.3.3 Pemetaan Risiko

Menurut Kountur (2008), peta risiko adalah gambaran tentang posisi risiko pada suatu peta dari dua sumbu, yaitu sumbu vertikal yang menggambarkan probabilitas dan sumbu horizontal yang menggambarkan dampak risiko. Peta risiko dibagi dalam empat kuadran. Risiko yang memiliki probabilitas besar dengan dampak yang kecil berada pada kuadran III dan risiko yang memiliki probabilitas besar dengan dampak yang besar pula berada pada kuadran I. Risiko yang memiliki probabilitas kecil dengan dampak yang kecil berada pada kuadran IV dan risiko yang memiliki probabilitas kecil dengan dampak besar berada pada kuadran II. Peta risiko dapat dilihat pada Gambar 8.

Probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko kemudian dibagi menjadi dua bagian, yaitu besar dan kecil. Dampak risiko pun dapat dikelompokan menjadi kelompok dampak besar dan dampak kecil (Djohanputro 2008). Dikatakan berdampak kecil apabila dampak tersebut tidak mengganggu proses bisnis di perusahaan. Sedangkan dikatakan berdampak besar apabila dampak tersebut sangat berpengaruh dalam usaha tersebut. Batas antara besar dan kecilnya probabilitas risiko ditentukan oleh pihak perusahaan. Nilai probabilitas dibatasi oleh nilai 15 persen dan nilai dampak dibatasi oleh nilai Rp 500.000,00. Nilai batas probabilitas sebesar 15 persen diperoleh berdasarkan rata-rata probabilitas dari keempat sumber risiko yang telah dikonfirmasi sebelumnya kepada para ahli. Sedangkan nilai yang membatasi dampak besar dan kecil diambil berdasarkan pengalaman dan setengah dari nilai rata-rata perhitungan dampak risiko. para ahli


(39)

39  

beranggapan bahwa batasan nilai sebesar 500.000 merupakan batasan yang sesuai dengan kondisi di lapangan. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak manajemen perusahaan, risiko probabilitas 15 persen atau lebih dianggap sebagai risiko dengan probabilitas besar, dan probabilitas risiko dibawah 15 persen dianggap sebagai risiko dengan probabilitas kecil. Begitu pula dengan besar kecilnya dampak risiko pada perusahaan, berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa orang pihak manajemen perusahaan, risiko dengan dampak diatas Rp 500.000,00 dianggap sebagai risiko dengan dampak besar dan risiko dengan dampak dibawah Rp 500.000,00 dianggap sebagai risiko dengan dampak kecil.

Probabilitas (%)

Besar

15

Kecil

Kecil 500.000 Besar

Dampak (Rp)

Gambar 8. Peta Risiko Menurut Kountur Sumber: Kountur, 2008

Penempatan risiko pada peta risiko didasarkan pada perkiraan posisi dari hasil perhitungan probabilitas dan dampak. Posisi suatu risiko dalam peta risiko disebut status risiko. Berdasarkan hasil perhitungan status risiko, maka akan diketahui mana risiko yang besar dan kecil. Serta status risiko hanya menggambarkan urutan risiko dari yang paling berisiko sampai dengan yang tidak berisiko. Secara matematis status risiko dapat dihitung dengan rumus (Kountur, 2008):

Status Risiko = Probabilitas x Dampak

Kuadran II Kuadran I


(40)

40  

4.3.4 Penanganan Risiko

Menurut Kountur (2006), salah satu aspek penting dalam manajemen risiko perusahaan adalah penanganan risiko, bagaimana menangani risiko-risiko yang dihadapi agar kerugian perusahaan menjadi seminimal mungkin. Jika kerugian dapat diminimalkan, maka perusahaan akan memperoleh keuntungan yang lebih besar. Berdasarkan peta risiko dapat diketahui strategi penanganan risiko seperti apa yang paling tepat digunakan. Terdapat dua strategi penanganan risiko, yaitu :

1. Penghindaran Risiko (Preventif)

Strategi preventif dilakukan untuk risiko yang tergolong dalam kemungkinan atau probabilitasnya besar. Strategi preventif akan menangani risiko yang berada pada kuadran I dan II. Penanganan risiko dengan menggunakan strategi preventif, maka risiko yang terdapat pada kuadran I akan bergeser ke kuadran III dan risiko yang terdapat pada kuadran II akan bergeser ke kuadran IV (Kountur, 2008). Penanganan risiko menggunakan strategi preventif dapat dilihat pada Gambar 9.

Probabilitas (%) Besar

Kecil

Kecil Besar

Dampak (Rp) Gambar 9. Strategi Preventif Risiko

Sumber : Kountur, 2008

2. Mitigasi Risiko

Mitigasi risiko merupakan strategi penanganan risiko yang bertujuan untuk meminimalkan dampak risiko yang ditimbulkan. Risiko yang berada pada kuadran dengan dampak besar diusahakan dengan strategi mitigasi dapat bergeser ke

Kuadran II Kuadran I


(41)

41  

kuadran yang memiliki dampak risiko yang kecil. Risiko-risiko yang berada pada kuadran I dan III yang memberikan dampak besar dapat ditangani dengan cara mitigasi. Hal ini dimaksudkan agar risiko yang berada pada kuadran I dapat bergeser ke kuadran II. Dan risiko-risiko yang berada pada kuadran III dapat bergeser ke kuadran IV. Strategi mitigasi risiko dapat dilihat pada Gambar 10.

Probabilitas (%) Besar

Kecil

Kecil Besar

Dampak (Rp)

Gambar 10. Strategi Mitigasi Risiko Sumber : Kountur, 2008

Kuadran II Kuadran I


(42)

 

42   

V

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1 Sejarah dan Perkembangan Ciapus Bromel

Ciapus Bromel merupakan salah satu perusahaan yang membudidayakan dan memasarkan tanaman hias bromelia di Indonesia. Perusahaan ini didirikan oleh Chandra Gunawan Hendarto pada tahun 2006 dan berlokasi di Desa Tamansari,Kabupaten Bogor. Berawal dari ketertarikan pemilik usaha terhadap tanaman bromelia dan keinginan memperkenalkan tanaman tersebut kepada masyarakat yang pada akhirnya melatarbelakangi didirikannya Ciapus Bromel.Selain itu karakteristik yang dimiliki bromelia sebagai tanaman tropis yang colourfull dan multifungsi dengan tingkat budidaya dan perawatan yang relatif mudah merupakan salah satu alasan dalam pemilihan tanaman utama pada Ciapus Bromel.Bromelia dapat digunakan sebagai tanaman pot indoor, tanaman landscape, tanaman outdoor dan tanaman dekorasi. Karakterisitik bromelia tersebut dianggap Chandra Gunawan sebagai peluang prospektif untuk terjun ke industri bromelia, terlebih jika melihat adanya kecenderungan pergantian tren permintaan tanaman hias pot berdaun bunga menuju tren tanaman hias berdaun indah (Elva 2010).

Persiapan usaha Ciapus Bromel dimulai sejak tahun 2003 dengan luas lahan yang dimiliki yaitu 400 m dengan indukan yang diperoleh berasal dari luar negeri mengingat tanaman ini bukan merupakan tanaman asli Indonesia.Hal ini bertujuan agar varietas bromelia yang ditawarkan Ciapus Bromel lebih beragam dan berbeda dengan varietas yang ditawarkan oleh para pesaing dalam industri sejenis. Perbedaan ini diharapkan akan memberikan nilai tambah di mata pasar sasaran yang akan menguntungkan Ciapus Bromel.

Pada tahun 2006 Ciapus Bromel didirikan dengan luas lahan 0,5 ha dan jumlah tanaman yang dimiliki sebanyak 600 pot.Jumlah tersebut hanya memenuhi 1/8 dari total keseluruhan lahan. Hal ini menyebabkan Ciapus Bromel hanya menjual tanaman bromelia yang berusia 4-5 bulan dalam pot berdiameter 15 cm. Namun sejak awal tahun 2010, Ciapus Bromel melakukan perluasan area budidaya menjadi 1 ha dan penambahan jumlah serta jenis tanaman bromelia. Setidaknya terdapat 300 spesies bromelia dengan jumlah tanaman bromelia


(43)

 

43   

sebesar 60.000 pot. Hal ini menjadikan Ciapus Bromel sebagai perusahaan budidaya terlengkap di Indonesia.

Aktivitas pemasaran bromelia Ciapus Bromel dimulai pada bulan Desember 2007.Pemasaran dilakukan melalui sistem konsingensi dengan pihak PT Godong Ijo Asri.Kerjasama tersebut selain bertujuan untuk meningkatkan penjualan juga bertujuan sebagai media promosi bromelia melalui katalog dan pameran yang diikuti PT Godong Ijo Asri.Walaupun konsekuensinya bromelia Ciapus Bromel diatasnamakan milik PT Godong Ijo Asri. Berkat kerjasama dengan PT Godong Ijo Asriserta adanya hubungan baik pemilik dengan manajer pengelola, pada tahun 2008 hingga tahun 2010 Ciapus Bromel tidak hanya memasarkan produknya melalui PT Godong Ijo Asri, tetapi juga melakukan penjualan secara pribadi di pulau Jawa, serta ke pulau Sumatera, Kalimantan dan Bali (Elva 2010)

Sejak awal tahun pendiriannya hingga tahun 2010, usaha ini belum memiliki badan hukum dikarenakan pemilik mempertimbangkan kondisi perusahaan yang belum establish. Namun demikian, pemilik mempunyai keinginan yang kuat untuk memiliki badan hukum agar memperoleh kemudahan dalam menjalankan bisnisnya.

5.2 Lokasi dan Sumberdaya Ciapus Bromel

Lokasi usaha Ciapus Bromel terletak di Jalan Tamansari RT 03/04, Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.Pemilihan lokasi ini didasarkan pada pertimbangan kondisi iklim di Ciapus Bromel. Letak usaha Ciapus Bromel berada pada ketinggian 450 dpl dengan suhu 27°C. Kondisi tersebut sesuai dengan prasyarat pertumbuhan tanaman bromelia, yaitu berkisar antara 20°C sampai 30°C.

Selain lokasi, Ciapus Bromel pun memiliki sumberdaya yang secara keseluruhan dapat dibagi kedalam tiga kelompok, yaitu sumberdaya fisik, sumberdaya manusia dan sumber daya keuangan.Sumberdaya fisik adalah keseluruhan aset yang dimiliki oleh Ciapus Bromel untuk menjalankan usahanya berupa bangunan (nethouse, bangunan kantor dan pendukung), sarana dan prasarana produksi.Sumberdaya manusia adalah kekuatan tenaga kerja yang dimiliki oleh Ciapus Bromel dalam menjalankan usahanya.Sumberdaya keuangan


(44)

 

44   

merupakan sumber-sumber keuangan yang dimiliki oleh Ciapus Bromel dalam memulai dan menjalankan usaha.

5.2.1 Sumberdaya Fisik

Sarana dan prasarana yang digunakan oleh Ciapus Bromel dalam menjalankan usahanya merupakan murni milik pemilik. Aset-aset tersebut diantaranya :

a) Prasarana Pendukung

Prasarana pendukung yang dimilki Ciapus Bromel meliputi bangunan kantor, bangunan mushola, lahan parkir, pagar beton, televisi, peralatan dapur, satu set meja beserta kursi bagi pengunjung, meja dan kursi untuk kegiatan administrasi, serta satu tempat tidur bagi karyawan yang menjaga kantor.

Bangunan kantor berukuran 45 m x 36 m yang terdiri dari lima ruangan. Ruangan pertama berukuran 4 m x 4 m yang digunakan sebagai tempat bermalam karyawan. Fasilitas kamar terdiri dari satu set tempat tidur dan meja. Ruangan kedua berukuran 4 m x 4 m belum ada fungsi khusus.Ruangan ketiga digunakan sebagai ruangan dapur bagi karyawan. Ruangan ini berukuran 8 m x 3 m dengan fasilitas berupa peralatan makan, minum, satu buah dispenser dan satu buah kompor minyak. Ruangan keempat berukuran 4 m x 4 m yang berfungsi sebagai gudang penyimpanan pestisida, pupuk, pot dan cocopeat. Ruangan terakhir digunakan sebagai toilet dengan ukuran 2,5 m x 2,5 m. Selain terdiri dari lima ruangan bangunan kantor pun memiliki dua teras yang berukuran 8 m x 5 m dan 10 m x 6 m.

Teras depan yang berukuran 8 m x 5 m digunakan sebagai tempat administrasi dan tempat istirahat bagi pengunjung. Di teras ini terdapat satu set tempat duduk yang dapat digunakan oleh pengunjung untuk beristirahat dan satu set tempat melakukan administrasi yang terdiri dari satu buah meja dan dua buah kursi. Teras samping yang berukuran 10 m x 6 m digunakan sebagai tempat penyimpanan anakan bromelia yang akan diangin-anginkan. Anakan bromelia tersebut diletakan pada dua buah rak kayu berukuran 2,5 m x 2 m.Sedangkan bangunan mushola berukuran 3 m x 3 m. Bangunan ini berfungsi sebagai fasilitas peribadatan bagi karyawan Ciapus Bromel maupun para pelanggan yang beragama Islam.


(1)

83 

 

Lampiran 2. Perhitungan Dampak per Sumber Risiko Komoditi Neogereliadi Ciapus Bromel Tahun 2011

No Keterangan Besaran

Expert 1 Expert 2 Expert 3 1 Serangan Hama

a. Persentase kehilangan (%) 6 10 8

b.Rata-rata produksi

bromelia (pot) 220 220 220

c. Harga jual (Rp) 36.707,00 36.707,00 36.707,00 d.Dampak kerugian (Rp) 484.532,40 807.554,00 646.043,20 2 Serangan Penyakit

a. Persentase kehilangan (%) 25 40 30

b.Rata-rata produksi

bromelia (pot) 220 220 220

c. Harga jual (Rp) 36.707,00 36.707,00 36.707,00 d.Dampak kerugian (Rp) 2.018.885,00 3.230.216,00 2.422.662,00 3 Kesalahan Mekanis

a. Persentase kehilangan (%) 2 5 3

b.Rata-rata produksi

bromelia (pot) 220 220 220

c. Harga jual (Rp) 36.707,00 36.707,00 36.707,00 d.Dampak kerugian (Rp) 161.510,80 403.777,00 242.266,20 4 Intensitas Cahaya

Matahari

a. Persentase kehilangan (%) 8 15 10

b.Rata-rata produksi

bromelia (pot) 220 220 220

c. Harga jual (Rp) 36.707,00 36.707,00 36.707,00 d.Dampak kerugian (Rp) 646.043,20 1.211.331,00 807.554,00

Keterangan:

Expert 1 (O) = Manajer operasional Ciapus Bromel sebagai ahli yang berpendapat optimis

Expert 2 (P) = Karyawan atau pegawai Ciapus Bromel sebagai ahli yang berpendapat pesimis

Expert 3 (M) = Koordinator lapangan Ciapus Bromelia sebagai ahli yang berpendapatmost likely


(2)

84

 

Lampiran 3. Nama Jenis dan Harga Bromelia Neogerelia di Ciapus Bromel Tahun 2011

No Nama Jenis Bromelia Neogerelia Harga

1 Bromelia bingomister 50,000

2 Bromelia dorothhy 50,000

3 Bromelia garnish 25,000

4 Bromelia flamingo myra 30,000

5 Bromelia flamingo celica green 25,000

6 Bromelia imperfecta 35,000

7 Bromalia johannis de rolfe 60,000

8 Bromelia raphael 40,000

9 Bromelia bobby dazzler 25,000

10 Bromelia pablito 35,000

11 Bromelia pink campagne 35,000

12 Bromelia pink royal 25,000

13 Bromelia eizel jan 30,000

14 Bromelia carolinae hyb sp 35,000

15 Bromelia pimiento 60,000

16 Bromelia purple haze 25,000

17 Bromelia paula 30,000

18 Bromelia dermant 2 40,000

19 Bromelia flamingo celecia red 40,000 20 Bromelia flamingo jan abigail 30,000 21 Bromelia flamingo orange jan 25,000

22 Bromelia flesia alba 30,000

23 Bromelia ink well 40,000

24 Bromelia arrel 25,000

25 Bromelia bobby dazzler spotted 50,000

26 Bromelia cherry lady 30,000

27 Bromelia neo regelia maya 30,000

28 Bromelia kamala black 25,000

29 Bromelia flamingo minnie 30,000 30 Bromelia carolina hybrid sp 30,000

31 Bromelia pinkie 50,000

32 Chilicon corne 60,000

33 Lila hybried 40,000

34 Lila select 35,000

35 Rose wood 40,000

36 Flamingo monette 30,000

37 Bobby dazzler paint 40,000

38 Bobby dazzler hyb 40,000

39 Neo ninja new 50,000

40 Marble 40,000


(3)

85

 

Bingo mister 2 Booby dazzler spot 2

Comet Predator booby

Cherry lady Carolin hybrid


(4)

86

 

Lampiran 5. Sarana Produksi Bromelia pada Ciapus Bromel

Alat Penyiram Tanaman Selang

Obat-obatan dan Pestisida Besi Tusuk


(5)

RINGKASAN

ICA DEWIANA. Analisis Risiko Produksi Tanaman Hias Bromelia pada Ciapus Bromel Desa Tamansari Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor Jawa Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan ANNA FARIYANTI).

Hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang sangat berperan dalam upaya meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini terbukti dengan meningkatnya kontribusi komoditas hortikultura terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pertanian sebesar 5,92 persen. Salah satu komoditas hortikultura yang memberikan kontribusi dalam PDB nasional dan sangat prospektif adalah tanaman hias. Perkembangan minat konsumen dan peningkatan kesadaran masyarakat tentang estetika dan keindahan tanaman hias menjadikan permintaan terhadap komoditas ini terus mengalami peningkatan. Sampai dengan tahun 2010, peningkatan komoditas tanaman hias mencapai 5,38 persen yang didominasi oleh tanaman anggrek dan tanaman pot berdaun indah. Bromelia merupakan salah satu tanaman hias pot berdaun indah yang banyak digemari masyarakat pada tahun 2009 dan juga merupakan salah satu tanaman binaan Direktorat Jendral Hortikultura berdasarkan Kepmentan No.511/Kpts/PD.310/9/2006 tanggal 12 September 2006. Daerah yang menjadi pusat budidaya bromelia di Indonesia adalah Bandung dan Bogor.

Ciapus Bromel merupakan salah satu produsen bromelia terbesar di

Kabupaten Bogor yang berdiri sejak tahun 2006. Perusahaan membudidayakan

philodendron dan beragam jenis bromelia yaitu neogerelia, guzmania, tillandsia, aechmea, crypthantus dan vrisea. Produk yang menjadi unggulan di Ciapus Bromel adalah jenis neogerelia. Hal ini dapat terlihat dari tingginya permintaan terhadap komoditi tersebut. Pembudidayaan secara vegetatif dilakukan perusahaan sebagai salah satu upaya agar dapat memenuhi permintaan pasar. Namun dalam membudidayakan bromelia, Ciapus Bromel mengalami fluktuasi dalam keberhasilan produksi bromelia yang mengindikasikan adanya risiko produksi. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi, tingkat risiko produksi dan dampak risiko produksi yang dihadapi oleh Ciapus Bromel dalam menjalankan usahanya serta menganalisis alternatif strategi yang diterapkan oleh perusahaan dalam mengelola risiko produksi yang dihadapi.

Penelitian ini dilaksanakan di Ciapus Bromel yang berlokasi di Desa

Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Waktu

penelitian dilakukan selama bulan Mei hingga Juni 2011. Data yang digunakan

terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer berasal dari hasil observasi dan wawancara dengan pihak perusahaan. Data sekunder diperoleh dari studi literatur berbagai buku, skripsi, tesis, jurnal, internet, data produksi dari Ciapus Bromel, serta instansi terkait. Perhitungan risiko produksi dapat dihitung dengan menggunakan pendekatan nilai variance, standard deviation dan coefficient variation. Selain itu, digunakan pula metode aproksimasi melalui pendekatan metode Expert Opinion dalam menentukan besarnya dampak dan probabilitas risiko. Metode Expert Opinion dilakukan dengan menanyakan kepada beberapa orang yang dianggap ahli dalam bidangnya.


(6)

Hasil identifikasi sumber-sumber risiko pada Ciapus Bromel didapatkan hasil bahwa risiko yang terdapat pada risiko produksi adalah risiko serangan hama, risiko serangan penyakit, risiko intensitas cahaya matahari dan risiko kesalahan mekanis. Keempat sumber risiko produksi tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam empat kuadran risiko berdasarkan tingkat kemungkinan terjadinya dan dampak yang ditimbulkan oleh risiko tersebut. Sumber risiko yang dianggap oleh Ciapus Bromel memiliki kemungkinan terjadinya besar dan berdampak besar pula adalah risiko serangan penyakit yang terletak pada kuadran I. Sumber risiko yang kemungkinan terjadinya kecil akan tetapi dampak yang ditimbulkan besar adalah risiko akibat serangan hama dan risiko intensitas cahaya matahari yang terletak pada kuadran III. Risiko yang kemungkinan terjadinya dan dampak yang ditimbulkan kecil adalah risiko kesalahan mekanis yang terletak pada kuadran IV. Sedangkan untuk kuadran II tidak terisi oleh risiko.

Nilai coefficient variation yang diperoleh pada komoditi neogerelia yaitu sebesar 0.368. Tingkat probabilitas risiko terbesar budidaya bromelia terletak pada risiko serangan penyakit sebesar 17 persen. Sedangkan probabilitas risiko terkecil terjadi pada risiko kesalahan mekanis yaitu sebesar 9 persen. Dampak atau kerugian terbesar terjadi pada risiko serangan penyakit yaitu sebesar Rp 2.489.958,17. Sedangkan dampak risiko terkecil yang ditimbulkan terjadi pada risiko kesalahan mekanis yaitu sebesar Rp 255.725,43.

Berdasarkan hasil analisis strategi manajemen risiko perusahaan, strategi manajemen risiko yang diterapkan oleh perusahaan secara garis besar adalah strategi preventif, strategi mitigasi, dan diversifikasi. Strategi preventif diterapkan pada risiko serangan penyakit dengan cara pemeliharaan dan penyediaan media tanam, serta memberikan vitamin pada tanaman indukan dan fungisida untuk mencegah penyakit busuk akar. Strategi mitigasi diterapkan perusahaan dengan cara pengendalian penyakit, pengendalian hama, penggunaan dan pemeliharaan nethouse serta sistem diversifikasi tanaman bromelia dengan tanaman philodendron. Pengendalian penyakit dilakukan perusahaan dengan mengkarantina tanaman yang terjangkit penyakit. Hal ini bertujuan untuk mencegah penularan penyakit pada tanaman lainnya. Pengendalian hama dilakukan dengan pemberian insektisida dan moluksida, serta melakukan penyiangan atau pembersihan helai daun pada masing-masing tanaman untuk dapat mengetahui kondisi tanaman bromelia dan juga untuk mendeteksi ada atau tidaknya hama pada tanaman tersebut. Penggunaan dan perawatan nethouse yang diterapkan perusahaan berfungsi untuk mengurangi dampak dari risiko intensitas cahaya matahari. Menerapkan SOP yang sesuai dengan masing-masing jenis tanaman dan memberikan pelatihan bagi seluruh karyawan serta diterapkannya sanksi jika terjadi kesalahan yang merupakan alternatif strategi yang diterapkan perusahaan untuk mengatasi risiko kesalahan mekanis.