Analisis risiko produksi ikan hias pada PT Taufan Fish Farm di Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat

(1)

ANALISIS RISIKO PRODUKSI IKAN HIAS PADA PT

TAUFAN FISH FARM DI KABUPATEN BOGOR

PROVINSI JAWA BARAT

SKRIPSI

FRANSMUDIYANTO SILABAN H34086041

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(2)

RINGKASAN

FRANSMUDIYANTO SILABAN. Analisis Risiko Produksi Ikan Hias pada PT Taufan Fish Farm di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan ANNA FARIYANTI).

Salah satu komoditas perikanan yang cukup baik perkembangannya adalah ikan hias. Secara umum terjadi peningkatan volume dan nilai ekspor ikan hias dari tahun 2008 sampai 2009. Peningkatan juga terjadi pada laju pertumbuhan produksi perikanan nasional dari tahun 2005-2009 yang mencapai 10,02 persen per tahun. Adanya peningkatan ini menunjukkan bahwa ikan hias mengalami peningkatan yang cukup signifikan dan memegang peranan penting dalam sektor perikanan.

Perkembangan produksi berbagai jenis ikan hias mengalami fluktuasi produksi. Secara umum akan mempengaruhi survival rate ikan hias yang diproduksi. Adanya variasi survival rate menunjukkan terjadinya volatilitas atau fluktuasi yang mengindikasikan adanya risiko produksi pada usaha ikan hias.

PT Taufan Fish Farm merupakan salah satu pembudidaya ikan hias yang sedang berkembang. Permasalahan yang dihadapi PT Taufan Fish Farm yaitu adanya risiko produksi dalam pengembangan usahanya. Hal ini dapat dilihat dari survival rate yang berfluktuasi setiap periode selama proses produksi berlangsung. Hal ini disebabkan ikan hias yang cenderung sensitif terhadap perubahan cuaca atau iklim, sehingga menimbulkan penyakit pada ikan. Hal tersebut akan berakibat terhadap penurunan penerimaan perusahaan. Perusahaan ini melakukan diversifikasi dalam melakukan kegiatan usahanya. Untuk itu, dapat dianalisis alternatif untuk mengatasi risiko produksi yang dihadapi oleh PT Taufan Fish Farm. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi sumber-sumber risiko pada budidaya ikan hias di PT Taufan Fish Farm dan (2) menganalisis strategi yang dilakukan untuk mengatasi risiko ikan hias di PT Taufan Fish Farm.

Penelitian ini dilakukan di PT Taufan Fish Farm yang berlokasi di Ciluar Kecamatan Kedung Halang, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan adanya ketersediaan data yang menjawab kebutuhan dalam penelitian yang akan dilaksanakan. Waktu penelitian adalah selama bulan Agustus-Oktober 2010. Penelitian ini menggunakan metode analisis risiko yaitu variance, standard deviation, dan coefficient variation serta melihat pengaruh diversifikasi (portofolio) untuk mengendalikan risiko.

Sumber-sumber risiko produksi budidaya ikan hias pada PT Taufan Fish Farm antara lain kondisi cuaca atau iklim, serangan penyakit, kualitas pakan yang buruk dan tenaga kerja yang tidak terampil. Akibat dari sumber risiko tersebut maka terjadi survival rate yang berfluktuasi. Sumber risiko penyebab terjadinya fluktuasi survival rate merupakan akumulasi dari sumber risiko yang terjadi selama proses produksi berlangsung.


(3)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada analisis spesialisasi diperoleh nilai coefficient variation pada ikan discus, lobster dan maanvis masing-masing sebesar 0,413942; 0,467828; 0,441235. Makna angka tersebut adalah bahwa setiap satu rupiah yang dihasilkan akan menghadapi risiko sebesar 0,413942 untuk jenis ikan hias discus. Angka tersebut menunjukkan bahwa nilai coefficient variation ikan hias lobster lebih tinggi dibandingkan discus dan maanvis, artinya bahwa usaha budidaya ikan hias lobster memiliki risiko lebih tinggi dibanding ikan hias maanvis dan discus. Hal ini disebabkan karena survival rate yang diperoleh rendah akibat dari proses budidaya yang relatif sulit serta kondisi iklim atau cuaca yang tidak dapat diprediksi.

Pada usaha diversifikasi, analisis risiko produksi yang dilakukan untuk dua jenis ikan hias meliputi diversifikasi maanvis dan lobster, maanvis dan discus serta discus dan lobster. selain itu, analisis risiko portofolio dari kombinasi tiga jenis ikan hias yaitu discus, maanvis, dan lobster. Nilai koefisien korelasi yang digunakan pada kegiatan portofolio ini adalah positif satu (+1), hal ini dikarenakan kombinasi kedua aset dilakukan bersamaan.

Berdasarkan nilai coefficient variation pada portofolio dua jenis ikan hias diperoleh hasil bahwa diversifikasi maanvis dan lobster memiliki risiko paling tinggi yaitu sebesar 0,460505 jika dibandingkan dengan diversifikasi discus dan lobster serta maanvis dan discus masing-masing sebesar 0,448754 dan 0,425119. Berdasarkan hasil analisis risiko portofolio untuk tiga jenis ikan hias yaitu discus, lobster, maanvis diperoleh nilai coefficient variation sebesar 0,44703. Pada penilaian portofolio untuk ketiga gabungan komoditas diperoleh risiko lebih rendah dibandingkan dengan diversifikasi maanvis dan lobster serta discus dan lobster. Namun berbeda halnya dengan diversifikasi maanvis dan discus yang memiliki risiko lebih rendah jika dibandingkan dengan mengusahakan diversifikasi tiga jenis ikan hias. Akan tetapi secara keseluruhan bahwa dengan mengusahakan lebih dari satu jenis ikan hias dapat meminimalkan risiko yang ada.

Strategi pengelolaan risiko merupakan kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh risiko. Strategi pengelolaan risiko yang baik akan mampu menekan dampak risiko yang ditimbulkan sehingga perusahaan dapat memperoleh penerimaan sesuai yang ditargetkan. Sebaliknya dengan penanganan risiko yang kurang tepat akan menimbulkan kerugian pada perusahaan. Strategi pengelolaan risiko yang diterapkan di perusahaan diharapkan merupakan strategi yang tepat dan efektif dalam menekan risiko.

Saat ini PT Taufan Fish Farm telah melakukan strategi dalam menekan risiko namun masih belum efektif. Strategi yang dilakukan berupa diversifikasi komoditas yang diproduksi. Fungsi diversifikasi memungkinkan kegagalan pada salah satu kegiatan pembenihan satu jenis ikan hias masih dapat ditutupi dari kegiatan pembenihan ikan hias lainnya. Oleh karena itu, kegiatan diversifikasi merupakan alternatif yang tepat untuk meminimalkan risiko sekaligus melindungi dari fluktuasi survival rate. Selain itu, untuk penanganan risiko juga dapat dilakukan penerapan teknologi terbaru untuk menghasilkan benih ikan hias unggul, serta peningkatan manajemen pada PT Taufan Fish Farm untuk melakukan fungsi manajemen yang tepat dan terarah.


(4)

ANALISIS RISIKO PRODUKSI IKAN HIAS PADA PT

TAUFAN FISH FARM DI KABUPATEN BOGOR

PROVINSI JAWA BARAT

FRANSMUDIYANTO SILABAN H34086041

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(5)

Judul Skripsi : Analisis Risiko Produksi Ikan Hias pada PT Taufan Fish Farm di Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat

Nama : Fransmudiyanto Silaban

NIM : H34086041

Menyetujui, Pembimbing

Dr.Ir.Anna Fariyanti, MSi NIP.19640921 199003 2 001

Mengetahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr.Ir.Nunung Kusnadi, MS NIP.19580908 198403 1 002


(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Risiko

Produksi Ikan Hias pada PT Taufan Fish Farm di Kabupaten Bogor Provinsi Jawa

Barat” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada

perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Februari 2011

Fransmudiyanto Silaban H34086041


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Simpang Bahal Batu pada tanggal 09 Maret 1987. Penulis adalah anak kedelapan dari delapan bersaudara dari pasangan Bapak Marangkup Silaban dan Ibu Nurmala Nababan.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di Sekolah Dasar 177045 Pealangge pada tahun 1999 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2002 di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 2 Siborongborong. Pendidikan menengah atas penulis selesaikan pada tahun 2005 di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Siborongborong.

Pada tahun 2005 penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Keahlian Teknologi Produksi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Direktorat Program Diploma dan lulus pada tahun 2008. Pada tahun 2008 pula penulis diterima di Program Sarjana Penyelenggaraan Khusus, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur regular.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Analisis Risiko Produksi Ikan Hias pada PT Taufan Fish Farm di Kabupaten

Bogor Provinsi Jawa Barat”. Penyusunan skripsi ini dilakukan sebagai salah satu

syarat untuk menyelesaikan studi dan mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis risiko produksi dan alternatif strategi penanganan risiko pada budidaya ikan hias di PT Taufan Fish Farm Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Segala upaya dan kerja yang optimal telah dilakukan dalam penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Februari 2011 Fransmudiyanto Silaban


(9)

UCAPAN TERIMAKASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan, penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Dr.Ir.Anna Fariyanti, MSi selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Dr.Ir.Nunung Kusnadi, MS selaku dosen evaluator yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritikan dan saran demi perbaikan skripsi ini. 3. Ir. Narni Farmayanti, MSc sebagai dosen penguji utama pada ujian sidang

dan Dra. Yusalina, MSi sebagai perwakilan komisi akademik yang telah bersedia memberikan masukan berupa kritik dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini.

4. Ayah dan Ibu serta keluarga tercinta yang selalu memberi doa, kasih sayang, dan semangat serta dukungan moral dan materil yang diberikan. Semoga skripsi ini menjadi persembahan yang terbaik.

5. Fitri Junika Siregar yang bersedia menjadi pembahas seminar yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan kritik dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Pihak PT Taufan Fish Farm atas waktu, informasi, kesempatan dan dukungan yang diberikan.

7. Bapak/Ibu kost tercinta Drh. Ikim Mansoer, MSc dan Prof. Dr. Ir. Sri Supraptini Mansoer atas bimbingan, arahan, tempat tinggal yang nyaman serta makanan yang selalu tersedia selama penyusunan skripsi ini.

8. Saudara saudariku terkasih di Cikuray 44 ( B’Boyle, B’Nando, Eddi, Welfrin, Junjung, Ori, Daniel, Fery, Angel, Desi, Cici) atas doa, motivasi, bantuan, kerjasama dan semangat yang luar biasa selama awal proses sampai akhir penyusunan skripsi ini.


(10)

9. Teman terbaikku Natalina Sianturi, Bethesda Sianturi, Chrisnovita Advenria Sitanggang, Doni Sahat Tua Manalu, Fitrilola Karlina Sinulingga, Nahsty Raptauli Siahaan, Noviyanti Sitorus atas doa, semangat, motivasi, serta kejutan-kejutannya.

10. Teman seperjuangan dan teman-teman Agribisnis angkatan V, VI, VII terkhusus Bayu Sumantri teman satu bimbingan, atas semangat dan motivasi selama penelitian hingga penulisan skripsi ini. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuannya.

Bogor, Februari 2011 Fransmudiyanto Silaban


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL.. ……… xiii

DAFTAR GAMBAR ..……….……… xv

DAFTAR LAMPIRAN ...……… xvi

I PENDAHULUAN …...………. 1

1.1 Latar Belakang ………...…... 1

1.2 Perumusan Masalah ……….. 7

1.3 Tujuan Penelitian ……….. 9

1.4 1.5 Manfaat Penelitian ……… Ruang Lingkup Penelitian ……… 10 9

II TINJAUAN PUSTAKA ..……… 11

2.1 Agribisnis Ikan Hias ………. 11

2.2 Penelitian Terdahulu ………. 12

2.2.1 Sumber-sumber Risiko Agribisnis ...………….. 12

2.2.2 Metode Analisis Risiko ………...………. 14

2.2.3 Strategi Pengelolaan Risiko ……….. 15

III KETERANGAN PEMIKIRAN ………. 17

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ……… 17

3.1.1 Konsep Risiko dan Ketidakpastian .…………. 17

3.1.2 Sumber Risiko dan Akibatnya ……….. 19

3.1.3 Risiko Portofolio ……….. 21

3.1.4 Pengukuran Risiko ……… 22

3.1.5 Strategi Pengelolaan Risiko ……….. 23

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ………. 26

IV METODE PENELITIAN ……… 28

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ……… 28

4.2 Data dan Sumber Data ……….. 28

4.3 Metode Pengumpulan Data ……….. 29

4.4 Metode Analisis Data ……….. 29

4.4.1 Analisis Kuantitatif ……….. 29

4.4.2 Analisis Manajemen Risiko ………. 35

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ……… 36

5.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ……… 36

5.2 Aspek Organisasi dan Manajemen Perusahaan …………. 37

5.3 Aspek Sumber Daya Perusahaan ……….. 39

5.3.1 Karyawan ………. 39

5.3.2 Kepemilikan Peralatan ……….. 40

5.3.3 Aspek Permodalan ……… 41

5.4 Unit Bisnis ………. 42

5.4.1 Proses budidaya Ikan Hias Air Tawar …………. 43

5.4.2 Teknis dan Teknologi Produksi …...………. 48


(12)

5.5 Pemasaran Beberapa Jenis Ikan Hias ………. 51

5.6 Analisis Pendapatan ……….. 52

VI HASIL DAN PEMBAHASAN ……… 57

6.1 Risiko Produksi ………. 57

6.2 Analisis Risiko ……….. 65

6.2.1 Analisis Risiko pada Kegiatan Spesialisasi……… 67

6.2.2 Analisis Risiko pada Kegiatan Diversifikasi…….. 69

6.3 Strategi Pengelolaan Risiko Produksi di PT Taufan Fish Farm ……….. 72

VII KESIMPULAN DAN SARAN ……… 78

7.1 Kesimpulan ………... 78

7.2 Saran ………... 78

DAFTAR PUSTAKA ……….. LAMPIRAN ……….. 79


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Nilai Produk Domestik Bruto Nasional Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Tahun 2004-2009 ...

1 2 Volume Produksi Perikanan Nasional Tahun

2005-2009 ... 2

3 Nilai Produksi Perikanan Nasional Tahun

2005-2009 (dalam juta rupiah) ………..

3 4 Nilai Eksport Ikan Hias di Indonesia 2006-2009 ……... 4 5 Perkembangan Produksi Ikan Hias di Kabupaten

Bogor Tahun 2007-2008 ... 5 6 Survival Rateberbagai Jenis Ikan Hias di Indonesia ..….. 6 7 Survival Rate Ikan Hias Discus, Lobster, dan Maanvis di

PT Taufan Fish Farm Tahun 2009-2010... 8 8 Tingkat Survival Rate pada Perikanan Budidaya Ikan Air

Tawar di PT Taufan Fish Farm Tahun 2010 ………... 32 9 Perlengkapan Produksi pada PT Taufan Fish Farm Tahun

2010 …….………. 41

10 Sarana Produksi yang dijual di PT Taufan Fish Farm

Tahun 2010 ……….. 43 11 Ciri-ciri Induk Jantan dan Betina Ikan Hias Lobster di PT

Taufan Fish Farm Tahun 2010 ……….. 44 12 Bahan Input untuk Budidaya Ikan Hias di PT Taufan Fish

Farm Tahun 2010 ………...………. 50 13 Harga Ikan Hias Berbagai Ukuran di PT Taufan Fish Farm

Tahun 2010 ………..………... 52 14 Biaya Investasi Per Siklus Produksi Ikan Hias pada

Akuarium Ukuran 100cm x 40cm x 40cm di PT Taufan

Fish Farm Tahun 2010 ...………... 53

15 Biaya Tetap Per Siklus Produksi Ikan Hias pada Akuarium Ukuran 100cm x 40cm x 40cm di PT Taufan Fish Farm

Tahun 2010 ……….………... 54

16 Biaya Variabel Per Siklus Produksi Ikan Hias pada Akuarium Ukuran 100cm x 40cm x 40cm di PT Taufan


(14)

2 17 Pendapatan Per Siklus Produksi Ikan Hias pada Akuarium

Ukuran 100cm x 40cm x 40cm di PT Taufan Fish Farm

Tahun 2010 ………. 56 18 Rata-rata Produksi, Survival Rate dan Penerimaan Ikan

Hias Discus, Lobster, dan Maanvis pada Akuarium Ukuran 100cm x 40cm x 40cm Berdasarkan Kejadian di PT Taufan

Fish Farm ………. 58 19 Penilaian Expected Return Berdasarkan Survival Rate dan

Penerimaan pada Ikan Hias Discus, Lobster,dan Maanvis,

………. 66 20 Penilaian Risiko Produksi Berdasarkan Penerimaan

pada Ikan Hias Discus, Lobster, dan Maanvis …………... 67 21 Penilaian Risiko Portofolio pada Komoditas Discus,

Lobster dan Maanvis di PT Taufan Fish


(15)

3

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Proses Pengelolaan Risiko Perusahaan ……… 24 2 Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Risiko Produksi

Ikan Hias pada PT Taufan Fish Farm di Kabupaten Bogor,

Provinsi Jawa Barat……… 27 3 Proses Budidaya Ikan Hias di PT Taufan Fish Farm...……….. 48 4 Perkembangan Survival Rate ikan Hias Discus dan Curah

Hujan pada PT Taufan Fish Farm Tahun 2009-2010 ………. 59 5 Perkembangan Survival Rate Ikan Hias Lobster dan

Curah Hujan pada PT Taufan Fish Farm Tahun 2009-2010…. 60 6 Perkembangan Survival Rate Ikan Hias Maanvis dan


(16)

4

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Struktur Organisasi PT.Taufan Fish Farm Tahun 2010……. 82 2. Keadaan Tenaga Kerja pada PT Taufan Fish Farm

Tahun 2010 ……….. 83 3. Biaya Investasi Per Siklus Produksi Ikan Hias di

PT Taufan Fish Farm Tahun 2010….………... 84 4. Biaya Tetap Per Siklus Produksi Ikan Hias di

PT Taufan Fish Farm Tahun 2010….……… 84 5. Biaya Variebel Per Siklus pada Pembenihan Ikan Hias

di PT Taufan Fish Farm Tahun 2010……….. 85 6. Komoditas Ikan Hias yang Dihasilkan PT Taufan

Fish Farm………. 87 7. Pakan Alami pada Budidaya Ikan Hias di

PT Taufan Fish Farm Tahun 2019………. 88 8. Peralatan Budidaya Ikan Hias di


(17)

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas daratan mencapai 1.922.570 km² dan luas perairannya 3.257.483 km². Luas perairan Indonesia yang melebihi luas daratannya menjadikan Indonesia dikenal sebagai negara maritim1. Indonesia sebagai negara maritim, sektor perikanan memegang peranan penting dalam meningkatkan ekonomi masyarakat, perdagangan maupun penyerapan tenaga kerja. Secara nasional sektor perikanan dapat memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap Produk Domestik Bruto.

Besarnya kontribusi sektor perikanan terhadap Produk Domestik Bruto nasional dapat dilihat pada Tabel 1. Tahun 2004 sampai tahun 2008 nilai kontribusi sektor perikanan terus mengalami peningkatan, pada tahun 2005 meningkat 5,8 persen dari tahun 2004. Pada Tahun 2006 nilainya juga meningkat sebesar 6,9 persen dari tahun 2005, pada tahun 2007 nilai kontribusi sektor perikanan tetap mengalami peningkatan sebesar 5,4 persen dari tahun 2006, dan pada tahun 2008 nilainya terus meningkat sebesar lima persen dari tahun 2007. Peningkatan nilai PDB tersebut mengindikasikan bahwa sektor perikanan merupakan sektor yang memiliki prospek yang baik di masa mendatang, sehingga dapat menjadi andalan untuk kemajuan perekonomian Indonesia.

Tabel 1. Nilai Produk Domestik Bruto Nasional Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Tahun 2004-2009.

Lapangan Usaha Nilai PDB (dalam Rp Milyar)

2004 2005 2006 2007 2008

Tanaman Bahan Makanan 122,611 125,801 129,548 133,888 142,000

Tanaman Perkebunan 38,849 39,810 41,318 43,199 44,785

Peternakan 31,672 33,430 34,220 35,425 82.835

Kehutanan 17,433 17,176 16,686 16,548 16,543

Perikanan 36,596 38,745 41,419 43,652 45,866

Total 247,163 253,881 262,402 271,509 284,620

Sumber : Badan Pusat Statistik (2009)


(18)

2 Sektor perikanan dibagi menjadi dua yaitu perikanan budidaya dan perikanan tangkap. Perikanan budidaya dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu budidaya ikan konsumsi dan budidaya ikan hias. Cara budidaya ikan hias dan ikan konsumsi tidaklah jauh berbeda, namun pada kenyataannya budidaya ikan hias sedikit lebih sulit karena butuh perhatian khusus. Ikan hias yang tersedia di Indonesia diperoleh dari hasil budidaya dan dari perairan lepas (lautan). Hasil perikanan tangkap merupakan kegiatan ekonomi masyarakat yang dilakukan dengan menangkap ikan di perairan dengan menggunakan berbagai alat dan metode. Hal ini apabila dilakukan secara terus-menerus akan mengakibatkan kerusakan ekosistem laut, sehingga dapat mengurangi populasi ikan yang dapat berimplikasi terhadap penurunan pendapatan nelayan.

Laju pertumbuhan produksi perikanan nasional dari tahun 2005-2009 mencapai 10,02 persen per tahun, dimana pertumbuhan budidaya sebesar 21,93 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan perikanan tangkap yang hanya sebesar 2,95 persen. Perikanan budidaya pada Tabel 2 meliputi ikan konsumsi dan ikan hias, sedangkan perikanan laut dan perikanan tangkap dikhususkan untuk ikan konsumsi. Tingginya volume produksi perikanan direspon baik oleh pelaku bisnis yang bergerak di bidang perikanan khususnya ikan hias.

Tabel 2. Volume Produksi Perikanan Nasional Tahun 2005-2009

Keterangan : *) Angka sementara

Sumber : Departemen Kelautan dan Perikanan (2010) Rincian

Tahun Rata-rata

(%)

2005 2006 2007 2008 2009*) 2005-2009

Penangkapan 4705869 4806112 5044737 5 196 328 5285020 2,95

Perikanan laut

4408499 4512191 4734280 4 701 933 4 789 410 2,11

Perairan umum

297370 293 921 310457 494 395 495 610 15,99

Budidaya : 2163674 2682596 3193565 3 855 200 4 780 100 21,93

Budidaya laut

890074 1365918 1509528 1 966 002 2 437 100 29,54

Tambak 643975 629610 933833 959 509 1 180 700 17,97

Kolam 331962 381946 410373 479 167 593 800 15,80

Keramba 67889 56200 63929 75 769 93 900 9,75

Jaring apung 109421 143251 190893 263 169 336 300 32,46

Sawah 120353 105671 85009 111 584 138 300 5,86


(19)

3 Peningkatan nilai produksi perikanan tahun 2005-2009 dapat dilihat pada Tabel 3. Pada tahun 2005-2009 total peningkatan nilai produksi sebesar 15,61 persen dari Rp57,62 triliun menjadi Rp102,78 triliun. Jika dibandingkan pertumbuhan volume produksi terhadap nilai, maka pertumbuhan nilai lebih tinggi dari pada pertumbuhan volume. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa secara umum komoditas perikanan mengalami peningkatan kualitas dan kenaikan harga.

Tabel 3. Nilai Produksi Perikanan Nasional Tahun 2005-2009 (dalam juta rupiah)

Rincian

Tahun Rata-rata

(%)

2005 2006 2007 2008 2009*) 2005-2009

Total nilai 57 622 63 845 76 360 89 454 102 783 15,61

Penangkapan 36 171 40 069 48 431 51 611 56 077 11,72

Perikanan laut

33 255 37 162 45 025 46 598 50 863 11,39

Perairan umum

2 916 2 906 3 406 5 013 5 213 17,01

Budidaya : 21 451 23 776 27 928 37 842 46 705 21,81

Budidaya laut

3 141 1 996 4 035 9 241 11 678 55,27

Tambak 13 201 15 713 16 408 17 304 19 404 10,26

Kolam 2 929 3 481 4 237 6 805 8 736 32,39

Keramba 670 583 788 1 620 2 930 52,14

Jaring apung 645 1 093 1 690 1 493 1 996 36,48

Sawah 862 908 768 1 376 1 958 27,83

Keterangan : *) Angka Sementara

Sumber : Departemen Kelautan dan Perikanan (2010)

Seiring dengan peningkatan volume dan nilai produksi perikanan di Indonesia maka jumlah ekspor ikan hias juga mengalami peningkatan seperti pada Tabel 4. Pada tahun tahun 2008 sampai tahun 2009 mengalami peningkatan masing-masing sebesar 5,7 persen pada tahun 2008 dan 3,55 persen pada tahun 2009, sedangkan penurunan jumlah ekspor terjadi pada tahun 2007 sebesar 22,34 persen dari tahun 2006, penurunan nilai ekspor dipengaruhi oleh jumlah permintaan yang berfluktuasi.

Pada Tabel 4 juga terlihat jika peningkatan jumlah ekspor tidak seimbang dengan peningkatan nilai ekspor ikan hias hal ini dipengaruhi oleh jenis dan harga ikan hias yang berbeda-beda. Selain itu negara tujuan ekspor ikan hias yang


(20)

4 berbeda juga mempengaruhi perbedaan persentase nilai ekspor dan jumlah ikan yang diperdagangkan.

Tabel 4. Nilai Ekspor Ikan Hias di Indonesia Tahun 2006-2009 Tahun Nilai Ekspor Ikan Hias

(dolar AS)

Jumlah (juta ekor)

Nilai Persentase (%) Nilai Persentase (%)

2006 9.400.000 - 8,4 -

2007 7.300.000 -28,76 8,24 -1,94

2008 8.300.000 13,69 8,71 5,7

2009 10.000.000 20,48 9,02 3,55

Sumber: Departemen Kelautan dan Perikanan (2010)

Sebagai gambaran, jumlah ikan hias yang diperdagangkan mencapai 1.600 jenis, dimana 750 jenis diantaranya adalah ikan air tawar. Berdasarkan data Ornamental Fish International (2009)2, Indonesia menduduki peringkat ketiga dunia dengan ekpor senilai USD 12,6 juta atau menguasai 7,5 persen pangsa pasar dunia. Posisi Indonesia di bawah Singapura yang memiliki ekspor USD 41,5 juta dan menguasai 22,8 persen pasar dunia, serta Malaysia dengan ekspor USD 20 juta. Negara importir terbesar ikan hias selama ini berturut-turut adalah Amerika Serikat (25,3%), Jepang (11,6%) dan Jerman (9,2%). Sayangnya potensi kekayaan alam itu belum dimanfaatkan maksimal oleh pemangku kepentingan, baik pelaku industri maupun pembuat kebijakan. Dengan demikian, sebagian besar ekspor ikan hias asal Indonesia harus melalui Singapura, jelas di sini yang diuntungkan negara lain

Bogor merupakan salah satu kota penghasil ikan hias yang cukup tinggi. Berdasarkan data dari Dinas Perikanan dan Peternakan (Dinaskan) Kabupaten Bogor (2009)3, perkembangan produksi ikan hias terus mengalami peningkatan dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2008 dengan rata-rata peningkatan per tahun sebesar 7,96 persen. Hal tersebut berarti bahwa prospek budidaya ikan hias di Kabupaten Bogor cukup baik. Besarnya produksi ikan yang dapat dihasilkan oleh usaha pembesaran turut ditentukan pula oleh jumlah produksi benih yang mampu

2

http://www.indonesiabizlist.com/ OrnamentalFish (diakses 18 Desember 2010)

3


(21)

5 dihasilkan oleh pembudidaya. Besarnya perkembangan produksi ikan hias di Bogor dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Perkembangan Produksi Ikan Hias di Kabupaten Bogor Tahun 2007-2008

No Jenis Ikan Produksi (Ribu Ekor) Persentase (%)

2007 2008 2007-2008

1 Corydoras 4.700.000 5,070.000 7,87

2 Cupang 5.480.000 5,910.000 7,84

3 Discus 1.969.000 2,120.000 7,66

4 Gupi 8.609.000 9,299.000 8,01

5 Ikan Koi 3.445.000 3,714.000 7,80

6 Ikan Tetra 11.770.000 13,385.000 10,44

7 Manvis 3.926.000 4,230.000 7,74

8 Maskoki 6.262.000 6,754.000 7,85

10 Plati Padang 4.451.000 4,810.000 8,06

11 Rainbow 3.219.000 3,540.000 9,97

12 Boster 3.866.000 4,142.000 7,13

13 Louhan 1,277.000 1,260.000 -1,33

15 Black Ghost 4,713.000 5,070.000 7,57

16 Blue Cerry 2,052.000 2,072.000 0,87

17 Blue eye 2,283.000 2,438.000 6,78

18 Rochet 2,335.000 2,526.000 8,17

19 Ikan Hias lainnya 2,238.000 2,193.000 -2,01

Sumber : Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor (2009)

Pada Tabel 5 juga terlihat penurunan produksi ikan hias di Kabupaten Bogor pada tahun 2007 sampai tahun 2008, jenis ikan yang mengalami penurunan adalah ikan hias Louhan sebesar 1,33 persen dan jenis ikan hias lainnya (jenis ikan hias yang diproduksi di Kabupaten Bogor yang tidak termasuk ikan hias yang diuraikan secara spesifik) sebesar 2,01. Hal ini menunjukkan bahwa dalam proses produksinya ikan hias mengalami risiko yaitu risiko produksi, hal ini dapat dilihat dari persentase produksi yang berfluktuasi setiap tahunnya.

Salah satu usaha kecil menengah yang bergerak dalam usaha budidaya ikan hias adalah PT. Taufan Fish Farm yang berlokasi di Ciluar, kecamatan Kedung Halang, kabupaten Bogor. Komoditas perikanan yang dibudidayakan oleh PT. Taufan Fish Farm adalah ikan discus, lobster dan manvis. Ikan yang paling banyak diproduksi dan menjadi unggulan di PT. Taufan Fish Farm yaitu ikan discus, lobster, dan manvis. Sedangkan ikan perot cery dan blackgohst merupakan


(22)

6 ikan yang mulai diproduksi namun memiliki peluang yang cukup baik untuk diserap oleh pasar terutama untuk memenuhi permintaan.

Pembenihan ikan discus, lobster, dan ikan manvis merupakan komoditas akuakultur yang menjanjikan untuk dibudidayakan dan dikembangkan, namun disamping itu proses budidayanya tidaklah mudah karena mengalami beberapa kendala. Kendala yang dihadapi dalam budidaya ikan hias yaitu adanya tingkat risiko. Risiko yang muncul dalam budidaya pembenihan ikan hias secara umum yaitu perubahan cuaca, dan serangan hama penyakit, dan kualitas pakan yang buruk, hal ini mengakibatkan benih ikan yang diproduksi berfluktuasi, dilihat dari parameter survival rate yang berfluktuasi seperti pada Tabel 6.

Tabel 6.Survival Rate Berbagai Jenis Ikan Hias di Indonesia.

No Jenis Ikan Ukuran/Hari Survival Rate (%)

1 Arwana1)

7 cm 50-60

9 cm 35-85

15 cm 90

2 Cupang2) 14 hari 87,5

45 hari 87

3 Lobster air tawar2)

7 hari 78

14 hari 65

21 hari 57

4 Palmus Ornatipinnis3) 1 cm 60

2 cm 90

5 Pelangi mungil2) 7 hari 89,45

Sumber : 1) Susanto (2004) 2) www.LIPI.go.id

3) Buletin Ekonomi Perikanan vol.VII No.1 2007, diakses 23 Desember 2010 (Diolah)

Keadaan iklim, cuaca, dan kelembaban sekitar tempat budidaya berpengaruh terhadap jumlah benih ikan yang dihasilkan dan kualitasnya. Hal ini terkait dengan kota Bogor yang memiliki curah hujan yang cukup tinggi yaitu antara 50 milimeter sampai 450 milimeter4. Pada musim hujan, bakteri dan virus akan cepat tumbuh sehingga menyebabkan ikan yang diproduksi pun menjadi rentan terkena penyakit sehingga pertumbuhannya menjadi lambat bahkan mengalami kematian. Kondisi cuaca yang demikian dapat berpengaruh terhadap

4


(23)

7 suhu air menjadi fluktuatif yang menyebabkan ikan yang diproduksi mengalami pertumbuhan yang lambat.

Selain sumber risiko produksi budidaya ikan hias sering juga dihadapkan pada risiko harga. Sumber risiko harga antara lain fluktuasi harga pakan, obat-obatan dan harga jual ikan hias di pasaran. Adanya risiko produksi dan risiko harga tersebut akan mempengaruhi besarnya penerimaan yang akan diperoleh. Hal ini perlu diantisipasi karena bila terus dibiarkan akan menimbulkan risiko yang lebih besar lagi yang pada akhirnya turut mempengaruhi pendapatan pembudidaya ikan.

1.2. Perumusan Masalah

PT Taufan Fish Farm merupakan salah satu usaha kecil menengah yang bergerak dalam bidang budidaya ikan hias khususnya ikan air tawar. Produk yang dihasilkan oleh PT Taufan Fish Farm diantaranya yaitu ikan discus, lobster dan ikan manvis. Letak usaha yang berada di pusat kota Bogor di Kecamatan Kedung Halang, Kabupaten Bogor menjadikan PT Taufan Fish Farm terus mengembangkan bisnisnya terlihat dari penambahan unit bisnis di Baranangsiang Indah dan Maseng. Selain itu juga memudahkan PT Taufan Fish Farm dalam melakukan distribusi benih ikan discus, lobster dan ikan manvis.

Berbagai teknologi telah banyak dikembangkan dalam mendukung produksi ikan hias discus, lobster, dan maanvis, terutama teknologi untuk menghasilkan benih yang berkualitas, seperti rekayasa lingkungan dengan menggunakan beberapa alat seperti heather dan bahan seperti garam air tawar, daun talas supaya lingkungan (air budidaya) sama seperti asalnya, serta sistem pemijahan buatan yang belum dapat dioptimalkan untuk semua jenis ikan hias.

Data yang diperoleh dengan pihak PT Taufan Fish Farm yang menunjukkan bahwa ikan hias yang dibudidayakan memiliki risiko, hal ini dapat dilihat dari fluktuasi survival rate dalam kurun waktu dua tahun yaitu dari tahun 2009 sampai dengan Oktober 2010 seperti pada Tabel 7.


(24)

8 Tabel 7.Survival Rate Ikan Hias Discus, Lobster, dan Maanvis di PT Taufan Fish

Farm Tahun 2009-2010

No Bulan SR (%) Lobster SR (%) Maanvis SR (%) Discus

2009 2010 2009 2010 2009 2010

1 Januari 45 67 49 68 73 62

2 Febuari 38 72 38,7 72 78,8 71,5

3 Maret 74.8 70,5 78,5 75 49,3 50

4 April 68 72 71,12 85 64 58

5 Mei 43 57,8 85 88 38 73

6 Juni 82 60,8 70 48 45 47,7

7 Juli 58 61,7 79,4 74 80 49,5

8 Agustus 75 79,5 74,52 82 85 77,8

9 September 70 38 88 80 58 68

10 Oktober 41 45,5 68 82 66 58

11 November 86 * 72,5 * 70 *

12 Desember 73 * 78,8 * 38,6 *

Keterangan *) : Data belum tersedia. Sumber : PT Taufan Fish Farm (2010)

Fluktuasi survival rate yang dihasilkan PT Taufan Fish Farm disebabkan dari adanya risiko dalam budidayanya yaitu risiko produksi. Risiko produksi berasal dari kualitas air yang buruk, pakan yang buruk, cuaca atau iklim yang berfluktuasi dan cara pemeliharaan yang kurang intensif. Selain itu, penanganan khusus sangat diperlukan pada tahap pembenihan seperti pemilihan pakan yang harus disesuaikan dengan bukaan mulut ikan, aerasi untuk suplai oksigen, pemberian antibiotik yang tepat dosis dan manfaatnya, serta penanganan penyakit seperti bakteri dan virus, dimana kecenderungan bakteri dan virus menyerang ikan pada tahap larva dan benih (daya tahan tubuh ikan belum stabil).

Adanya beberapa risiko dalam pembenihan ikan hias discus, lobster, dan maanvis dapat menyebabkan timbulnya perbedaan jumlah produksi yang berfluktuasi selama masa produksi berlangsung. Untuk mencegah besarnya kerugian dalam budidaya ikan hias, perlu ada strategi yang tepat dalam menagani risiko produksi yang ada. Saat ini PT Taufan Fish Farm melakukan usaha diversifikasi produk yaitu dengan mengusahakan jenis ikan hias lain selain discus, manvis, lobster yaitu ikan, blackgost, dan perot cery. Hal tersebut dilakukan untuk


(25)

9 mengurangi risiko produksi yang terjadi pada komoditas ikan discus, lobster, dan maanvis.

PT Taufan Fish Farm dalam menghadapi permasalahan yang disebabkan karena adanya risiko produksi dalam pembenihan ikan hias discus, lobster dan maanvis tidak membuat PT. Taufan Fish Farm berhenti berproduksi, namun tetap mampu bertahan dalam dunia usaha. Hal ini menjadi menarik untuk dikaji dan diteliti lebih dalam mengenai strategi perusahaan dalam mengendalikan sumber-sumber yang menyebabkan terjadinya risiko sebagai upaya untuk meminimumkan risiko.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu :

1. Sumber-sumber apa yang menyebabkan terjadinya risiko produksi di PT Taufan Fish Farm?

2. Bagaimana strategi untuk mengatasi risiko produksi ikan hias di PT Taufan Fish Farm?

1. 3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Menganalisis risiko produksi ikan hias yang dihadapi oleh PT Taufan Fish Farm.

2. Menganalisis strategi yang dilakukan untuk mengatasi risiko ikan hias di PT Taufan Fish Farm.

1. 4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai masukan bagi tempat usaha budidaya untuk menjadi bahan pertimbangan dalam meminimalisasi risiko yang dihadapi.

2. Sebagai masukan bagi pembaca untuk memperluas wawasan.

3. Sebagai tambahan informasi dan referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya.


(26)

10 1.5. Ruang Lingkup Penelitian

PT Taufan Fish Farm mempunyai kegiatan usaha beberapa jenis ikan hias seperti blackgosht, discus, lobster, maanvis, dan perot cery. Komoditas yang dikaji pada penelitian ini adalah ikan hias discus, losbter, dan maanvis. Hal ini dilakukan karena ketersediaan data yang memenuhi kebutuhan peneliti sedangkan ikan hias jenis perot chery masih dalam tahap pengembangan.

Penelitian ini mengkaji risiko produksi ikan hias, khusus pada kegiatan produksi ikan hias hanya mencakup pada tahap pembenihan.

PT Taufan Fish Farm juga memiliki tiga unit usaha produksi yaitu unit Maseng, unit Barangsiang Indah dan unit Kedung Halang. Tempat penelitian ini dilakukan pada unit Kedung Halang yang berlokasi di Ciluar, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.


(27)

11

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Agribisnis Ikan Hias

Peningkatan industri budidaya ikan hias air tawar di Indonesia diikuti dengan peningkatan permintaan pasar ekspor maupun lokal. Hal ini menuntut pelaku bisnis untuk menjamin ketersediaan jumlah benih yang cukup, baik secara kuantitas maupun kualitas. Pada umumnya bisnis ikan hias tidak jauh berbeda dengan bisnis tanaman hias yang dalam pemasarannya sering terjadi trend yaitu tidak menjadi mutlak jika ikan yang saat ini harganya mahal bisa jadi sangat murah dikemudian hari tergantung dari peminat ikan hias atau hobiis.

Nilai estetika ikan hias yang menjadi daya tarik para hobiis juga turut mengangkat peningkatan bisnis ikan hias ini. Beberapa parameter yang digunakan oleh para pembudidaya dan hobiis yang menjadikan ikan hias mahal diukur dari bentuk badan, fisik, warna, maupun tingkah lakunya. Sebagai manfaatnya ikan hias yang dibudidayakan memiliki nilai tersendiri bagi para pemiliknya karena ikan hias biasanya dipajang di tempat terbuka dalam aquarium besar. Usaha ini disebut aquabisnis yaitu bisnis ikan hias yang menciptakan karya seni dengan memadupadankan ikan dan tanaman hias dalam aquarium.

Menurut Darti (2009) karakteristik ikan hias dibagi menjadi empat bagian yaitu:

1. Berdasarkan perilaku makan yaitu kelompok jenis ikan hias yang terdiri dari ikan pemakan binatang lain (karnivora), pemakan tumbuhan (herbivora), dan pemakan segalanya (omnivora).

2. Berdasarkan sifat aktifnya saat mencari makanan, kelompok ini terdiri akan ikan nocturnal (pencari makan pada malam hari) seperti Cobitidae serta kelompok ikan diurnal (pencari makan pada siang hari) seperti Cyprinidae, Poecilidae, dan Chichlidae.

3. Berdasarkan tempat hidup, kelompok jenis ikan hias yang loncat ke atas permukaan air seperti Panchax dan Epiplatus, ditengah perairan, di dasar perairan, dan di dekat dasar perairan, serta di dalam lubang (media bebatuan dan tanaman)


(28)

12 4. Berdasarkan cara berkembang biak, jenis ikan dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian besar, yaitu ikan yang mengeluarkan telurnya dan dibiarkan menetas sendiri tanpa dijaga induknya, jenis ikan yang menjaga telurnya, dan jenis ikan yang telurnya langsung berhubungan dengan salah satu induk. Selain tiga kelompok tersebut, ada kelompok lain yang berkembang biak dengan bantuan pemijahan buatan atau stimulasi hormon. Hal ini dilakukan karena ikan tersebut tidak bisa memijah sendiri atau sulit memijah alami. Mayoritas ikan dalam kelompok ini merupakan ikan yang baru dibudidayakan atau masih belum mampu beradaptasi dengan lingkungan budidaya yang baru.

2.2Penelitian Terdahulu

2.2.1 Sumber-Sumber Risiko Agribisnis

Sumber-sumber penyebab risiko pada usaha perikanan sebagian besar disebabkan faktor-faktor seperti perubahan suhu, hama dan penyakit, penggunaan input serta kesalahan teknis (human error) dari tenaga kerja. Pada umumnya risiko tersebut dapat diminimalisir dengan melakukan berbagai cara seperti penggunaan teknolgi terbaru, penanganan yang intensif, dan pengadaan input yang berkualitas seperti benih, pakan dan obat-obatan.

Penelitian Lestari (2009) menemukan bahwa sumber-sumber risiko pada usaha pembenihan udang vannamei adalah risiko operasional dan risiko pasar. Sumber-sumber risiko operasional antara lain pengadaan induk udang vannamei yang didatangkan dari Hawaii, Amerika Serikat dengan tingkat risiko sekitar tiga persen. Hal ini disebabkan induk yang didatangkan oleh perusahaan harus melewati proses karantina terlebih dahulu sehingga meminimumkan risiko. Selain itu sering ditemukan kasus induk udang vannamei yang mengalami stress dikarenakan proses distribusi yang memakan waktu dan adanya perbedaan suhu yang relatif besar. Selain itu sumber risiko operasional adalah faktor penyakit, cuaca, mortalitas dan kerusakan pada peralatan teknis. Sumber risiko pasar pada pembenihan udang vannamei adalah fluktuasi harga induk, fluktuasi harga pakan dan fluktuasi harga benih.


(29)

13 Hasil penelitian Sembiring (2010) tentang analisis risiko produksi sayuran organik menemukan bahwa faktor yang menyebabkan timbulnya risiko produksi pada The Pinewood Organic Farm adalah adanya teknologi yang tidak seimbang serta human error yang timbul mulai dari penanaman bibit sehingga mengakibatkan timbulnya tingkat kematian atau mortalitas tanaman yang juga disebabkan oleh serangan hama dan penyakit, kondisi cuaca atau iklim yang tidak pasti. Hal yang sama juga diutarakan Safitri (2009) mengenai analisis risiko produksi daun potong menemukan bahwa sumber risiko produksi berasal dari hama penyakit dan cuaca yang berfluktuasi.

Demikian juga hasil penelitian Wisdya (2009) yang menemukan bahwa faktor-faktor penyebab risiko produksi pada produksi anggrek Phalaeonopsis antara lain reject yang terdiri dari kontaminasi dalam pembibitan dengan teknik kultur jaringan, serangan hama penyakit, virus, mutan, stagnan, dan kerusakan mekanis pada tanaman yang sulit diprediksi. Peluang untuk kondisi tertinggi, normal dan terendah diukur dari proporsi frekuensi atau berapa kali perusahaan mencapai persentase keberhasilan produksi dan pendapatan tertinggi, normal dan terendah selama periode siklus berlangsung. Faktor-faktor penyebab munculnya persentase keberhasilan produksi kondisi tertinggi dan terendah antara lain curah hujan, serangan hama dan penyakit dan kerusakan mekanis.

Utami (2009) yang meneliti sumber-sumber risiko produksi bawang merah yang menyebabkan fluktuasi produksi. Sumber-sumber risiko antara lain faktor iklim dan cuaca yang sering berubah-ubah, faktor hama dan penyakit, tingkat kesuburan tanah dan efektivitas penggunaan input. Komponen terpenting variabel input pada usahatani bawang merah adalah bibit, pupuk, obat-obatan serta tenaga kerja.

Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu diperoleh variabel-variabel yang menjadi sumber-sumber risiko yaitu faktor cuaca, penyakit, kerusakan teknis/mekanis, efektivitas penggunaan input, fluktuasi harga bibit komoditas serta fluktuasi harga jual komoditas. Variabel-variabel tersebut juga diduga menjadi sumber risiko pada pengusahaan ikan hias yang diteliti dalam penelitian ini.


(30)

14 2.2.2 Metode Analisis Risiko

Pengukuran risiko dapat dilakukan dengan menggunakan metode analisis seperti standard deviation, variance dan coefficient variation. Analisis penilaian risiko produksi pada penelitian Lestari (2009) tentang Manajemen Risiko dalam usaha Pembenihan Udang Vannamei (Litopeneus vannamei). Metode analisisnya adalah mengidentifikasi sumber risiko yang dihadapi perusahaan, mengklasifikasi sumber risiko ke dalam peta risiko dan mengidentifikasi strategi penanganan risiko yang dihadapi perusahaan. Pengukuran probabilitas dilakukan dengan analisis nilai standar (analisis z-score). Pengukuran dampak risiko dilakukan dengan menggunakan analisis Value at Risk (VaR).

Berbeda halnya dengan penelitian Sembiring (2010) dimana metode analisis data yang digunaka adalah dengan menggunakan pendekatan variance, standard deviation dan coefficient variation. Metode penilaian yang sama juga dilakukan oleh Safitri (2009) dan Wisdya (2009) yaitu koefisisen variasi (coefficient variation), ragam (variance) dan simpangan baku (standard deviation) pada penelitiannya tentang Analisis Risiko Produksi Daun Potong di PT Pesona Daun Mas Asri Bogor dan Analisis Risiko Anggrek Phalaenopsis pada PT Ekakarya Graha Flora di Cikampek, Jawa Barat.

Metode analisis data yang digunakan pada penelitian Utami (2009) risiko produksi bawang merah sama dengan yang dilakukan oleh Wisdya yaitu menggunakan variance, standard deviation dan coefficient variation. Utami menambah alat analisis pada penelitiannya yaitu mempergunakan analisis regresi linier berganda yang digunakan untuk menganalisis penawaran.

Terdapat persamaan dan perbedaan metode analisis pada penelitian ini dengan penelitian terdahulu. Metode analisis risiko yang dipergunakan pada penelitian Sembiring (2010), Safitri (2009), Wisdya (2009) dan Utami (2009) dengan menggunakan variance, coefficient variance, dan standard deviaton juga digunakan dalam penelitian ini. Selain itu penelitian ini juga menggunakan metode analaisis risiko dengan menggunakan portofolio. Metode pengukuran dampak risiko menggunakan pendekatan Value at Risk (VaR) seperti pada penelitian Lestari (2009).


(31)

15 2.2.3 Strategi Pengelolaan Risiko

Strategi pengelolaan risiko perlu dilakukan untuk menekan dampak yang ditimbulkan risiko. Strategi pengelolaan risiko dalam pertanian (Kaan 2002) antara lain 1) mengurangi risiko dalam operasi, misalnya diversifikasi produk, 2) transfer atau pengalihan risiko di luar operasi, misalnya kontrak produksi dan 3) membangun kemampuan operasi untuk bertahan dari adanya risiko, misalnya memelihara aset lancar.

Menurut Wisdya (2009) strategi penanganan risiko produksi anggrek Phalaeonopsis pada PT EGF dapat dilakukan dengan pengembangan diversifikasi pada lahan yang ada. Alternatif untuk menangani risiko produksi dapat dilakukan dengan diversifikasi (portofolio) pada lahan yang berbeda dan secara tumpang sari tetapi dalam waktu yang sama. Adanya diversifikasi akan dapat diminimisasi tetapi tidak dapat dihilangkan seluruhnya atau menjadi nol. Alternatif lain untuk meminimalkan risiko produksi adalah kerjasama penyediaan bibit dengan konsumen dan usaha pembungaan berupa rangkaian bunga dalam pot (untuk menampung hasil produk yang reject).

Lestari (2009) mengemukakan strategi preventif risiko pada usaha pembenihan udang vannamei yang dilakukan PT Suri Tani Pemuka untuk mengurangi kemungkinan terjadinya risiko. Strategi yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah dengan melakukan persiapan bak pemeliharaan, pemeliharaan induk, pemeliharaan larva, pengelolaan kualitas air, pengelolaan pakan, pemanenan dan pengepakan benur serta pelatihan sumber daya manusia serta dengan melakukan kontrak pembelian dengan pemasok pakan. Strategi mitigasi risiko yang dilakukan perusahaan melalui kegiatan pengendalian penyakit dan pengadaan dan perlakuan induk yang tepat.

Berdasarkan peneliti terdahulu, maka dapat dilihat persamaan penelitian ini dengan peneliti terdahulu adalah menggunakan alat analisis yang sama yaitu penilaian hasil perhitungan variance, standard deviation dan coefficient variation. Penilaian risiko dengan menggunakan nilai variance dan standard deviation merupakan ukuran yang absolut dan tidak mempertimbangkan risiko dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan (expected return) seperti yang dilakukan oleh Wisdya (2009). Sedangkan perbedaan peneliti terdahulu dengan


(32)

16 penelitian ini adalah komoditas yang dianalisis yakni pada peneliti terdahulu pada peternakan dan sayuran sedangkan pada penelitian ini adalah komoditas ikan hias seperti ikan hias discus, maanvis dan lobster. Perbedaannya juga terdapat pada perusahaan yang dianalisis, selain itu penelitian ini lebih memprioritaskan masalah risiko produksi.


(33)

17

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1 Konsep Risiko dan Ketidakpastian

Ada banyak pendapat mengenai definisi risiko dan ketidakpastian yang dapat memperluas wawasan dalam memahami konsep risiko dan ketidakpastian. Pada bagian ini akan dijelaskan teori risiko dan ketidakpastiaan yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.

Risiko (risk) menurut Robison dan Barry (1987) adalah peluang terjadinya suatu kejadian yang dapat diukur oleh pengambil keputusan dan pada umumnya pengambil keputusan mengalami suatu kerugian. Risiko erat kaitannya dengan ketidakpastian, tetapi kedua hal tersebut memiliki makna yang berbeda. Ketidakpastian (uncertainty) adalah suatu kejadian yang tidak dapat diukur oleh pengambil keputusan. Adanya ketidakpastian dapat menimbulkan risiko.

Risiko dan ketidakpastian merupakan dua istilah yang merupakan dasar dalam framework pengambilan keputusan. Menurut Hardaker (1997) risiko bisa didefinisikan sebagai pengetahuan yang tidak sempurna (imperfect knowledge) dimana peluang dari hasil (outcome) diketahui sedangkan ketidakpastian merupakan kondisi dimana peluang tidak diketahui.

Debertin (1986) mengungkapkan jika risiko dan ketidakpastian sangat sulit untuk ditangani karena hasil dan probabilitas yang terkait dengan setiap kejadian tidak dapat diketahui dengan pasti atau sulit untuk diprediksi sebagai alternatif menangani risiko perlu adanya asuransi jelas dalam suatu usaha. Menurut Djohanputro (2008) perbedaan antara risiko dan ketidakpastian adalah bahwa risiko terkait dengan keadaan adanya ketidakpastian dan tingkat probabilitasnya terukur secara kuantitatif. Ketidakpastian atau uncertainty merupakan keadaan di mana ada beberapa kemungkinan kejadian di mana tingkat probabilitas kejadian tidak diketahui secara pasti.

Menurut Elton and Gruber (2003) risiko adalah: “The existence of risk

means that the investor can no longer associate a single number of pay-off with investment in any assets”. Risiko yang dimaksud merupakan kemungkinan


(34)

18 terjadinya peristiwa yang tidak menguntungkan, probabilitas tidak tercapainya tingkat keuntungan yang diharapkan (expected return), kemungkinan return yang diterima (realized return) menyimpang dari return yang diharapkan (expected return) atau dengan kata lain kemungkinan perbedaan antara return aktual yang diterima dengan return yang diharapkan.

Menurut Kountur (2008) risiko berhubungan dengan ketidakpastian. Ketidakpastian terjadi akibat kurangnya atau tidak tersedianya informasi yang menyangkut apa yang akan terjadi. Risiko berhubungan dengan suatu kejadian, dimana kejadian tersebut memiliki kemungkinan untuk terjadi atau tidak terjadi, dan jika terjadi ada akibat berupa kerugian yang ditimbulkan.

Menurut Umar (2001) risiko adalah (a) kesempatan timbulnya kerugian, (b) probabilitas timbulnya kerugian, (c) ketidakpastian, (d) penyimpangan actual dari yang diharapkan, (e) terjadi jika probabilitas suatu hasil akan berbeda dari yang diharapkan. Dalam analisis investasi, risiko berarti kemungkinan hasil yang diperoleh menyimpang dari yang diharapkan, dan standar deviasi adalah alat statistik yang bisa mengukur risiko, selain itu probabilitas atau peluang bisa juga mengukur risiko. Dengan adanya peluang bisa diketahui kemungkinan terjadinya suatu kejadian dan secara alamiah setiap orang atau organisasi dalam sebuah bisnis akan mengelola risiko yang bertujuan menciptakan sistem atau mekanisme pengelolaan risiko dengan tujuan menghindari perusahaan dari kerugian. Menurut Hanafi (2007) kaitan antara risiko dan tingkat keuntungan adalah berhubungan positif, semakin tinggi risiko maka akan semakin tinggi tingkat keuntungan yang diharapkan. Jika suatu organisasi ingin menaikkan keuntungan maka organisasi tersebut harus menaikkan risikonya.

Dalam bidang agribisnis, risiko yang dapat terjadi pada kegiatan usahatani adalah risiko selama proses produksi berlangsung dan risiko terhadap harga jual. Risiko produksi antara lain disebabkan serangan hama dan penyakit, curah hujan, musim, kelembaban, teknologi, input, dan bencana alam. Akibat risiko produksi tersebut berpengaruh terhadap penurunan kualitas serta kuantitas hasil panen. Sedangkan risiko harga disebabkan oleh fluktuasi harga jual produk di pasar yang dipengaruhi tingkat inflasi serta kondisi permintaan dan penawaran produk.


(35)

19 3.1.2 Sumber Risiko dan Akibatnya

Dalam dunia bisnis, risiko sering dikaitkan dengan perolehan (return). Dalam menganalisis risiko didasarkan pada teori pengambilan keputusan dengan berdasarkan pada konsep expected utility (Robison dan Barry, 1997). Dalam kaitannya dengan expected utility sangat erat hubungannya dengan probability. Probability dapat dipandang sebagai frekuensi relatif (relative frequencies) dan digunakan dalam pengambilan keputusan. Utility (kepuasan) sangat sulit diukur sehingga umumnya didekati dengan pengukuran return. Return tersebut dapat berupa pendapatan yang diperoleh usaha selama periode tertentu.

Tingkat risiko suatu kegiatan menjadi acuan dalam menentukan besaran nilai yang dihasilkan (keuntungan). Umumnya kegiatan bisnis dengan risiko tinggi diyakini dapat memberikan keuntungan yang besar. Artinya, nilai keuntungan searah dengan tingkat risikonya. Hal tersebut dapat terwujud apabila ternyata dalam melakukan kegiatan usaha, risiko yang diperkirakan tidak terjadi sehingga pelaku usaha tidak perlu mengeluarkan biaya kerugian akibat adanya risiko. Tetapi apabila ternyata risiko yang diperkirakan terjadi pada kegiatan usaha yang dipilih, maka yang diperoleh pelaku usaha adalah kegagalan dan kerugian.

Oleh karena itu, agar bisnis dengan risiko yang besar dapat memberi pendapatan tinggi, meskipun risiko yang diperkirakan terjadi maka pelaku usaha dapat melakukan pengelolaan terhadap risiko tersebut. Dengan mengetahui besarnya risiko yang dihadapi maka keputusan penerapan alternatif pengelolaan yang digunakan dapat lebih efesien.

Menurut Harwood, et al (1999), risiko yang sering terjadi pada pertanian dan dapat menurunkan tingkat pendapatan petani yaitu : (1) Risiko produksi; (2) Risiko harga atau pasar (penjualan); (3) Risiko institusi (kelembagaan); (4) Risiko keuangan; (5) Risiko manusia. Dari beberapasumber tersebut ternyata risiko yang paling utama dihadapi oleh PT Taufan Fish Farm dalam memproduksi ikan hias adalah risiko produksi.

Menurut Kountur (2008) risiko dapat diklasifikasikan dari sudut pandang penyebab timbulnya risiko, akibat yang ditimbulkan, aktivitas yang dilakukan dan sudut pandang kejadian yang terjadi menjadi 4 jenis yaitu:


(36)

20 a. Risiko dari sudut Pandang Penyebab

Berdasarkan sudut pandang penyebab kejadian, risiko dapat dibedakan kedalam risiko keuangan dan risiko operasional. Risiko keuangan disebabkan oleh faktor-faktor keuangan sepertu perubahan harga, tingkat bunga dan mata uang asing. Risiko operasional disebabkan oleh faktor-faktor nonkeuangan seperti manusia, teknologi dan alam.

b. Risiko dari Sudut Pandang Akibat

Dilihat dari sudut pandang akibat yang ditimbulkan terdapat dua kategori risiko yakni risiko murni dan risiko spekulatif. Risiko murni merupakan risiko yang mengakibatkan sesuatu yang merugikan dan tidak memungkinkan adanya keuntungan. Risiko spekulatif adalah risiko yang memungkinkan untuk menimbulkan suatu kerugian atau menimbulkan keuntungan.

c. Risiko dari Sudut Pandang Aktivitas

Menurut Kountur (2008) banyaknya risiko dari sudut pandang penyebab adalah sebanyak jumlah aktivitas yang ada. Segala aktivitas dapat menimbulkan berbagai macam risiko misalnya aktivitas pemberian kredit oleh bank yang dikenal dengan risiko kredit.

d. Risiko dari Sudut Pandang Kejadian

Risiko yang dinyatakan berdasarkan kejadian merupakan pernyataan risiko yang paling baik, misalnya terjadi kebakaran, maka risiko yang terjadi adalah risiko kebakaran.

Dampak risiko dan variabilitas dalam agribisnis yang tidak diantisipasi dan ditanggulangi dengan baik dapat mengakibatkan kerugian dalam skala luas. Dampak risiko dapat dikaji dari tiga sudut pandang yang saling berhubungan yaitu:

a. Sudut pandang masyarakat

Menyangkut pada dampak dan biaya social dari risiko yang terjadi dan bagaimanan pengelolaannya.

b. Sudut pandang produsen

Menitikberatkan pada kelangsungan hidup usahanya. c. Sudut pandang pembuat kebijakan


(37)

21 Pembuat kebijakan harus mampu memprediksi respon sektoral yang akan dilakukan untuk mengubah kondisi tersebutdan dampak berikutnya atas kemungkinan kebijakan pemerintah untuk mencapai tujuannya.

3.1.3 Risiko Portofolio

Portofolio merupakan kombinasi atau gabungan dari beberapa investasi. Teori portofolio merupakan teori yang menjelaskan penyaluran modal ke dalam berbagai macam investasi dengan tujuan menekan risiko dan menjamin pendapatan seaman dan seuntung mungkin. Teori portofolio membahas portofolio yang optimum yaitu portofolio yang memberikan hasil pengembalian tertinggi pada suatu tingkatan risiko tertentu atau tingkat risiko paling rendah dengan suatu hasil tertentu.

Teori portofolio membantu manajemen dalam pengambilan keputusan mengenai kombinasi investasi yang paling aman dikaitkan dengan tingkat risiko yang dihadapi. Dasar teori ini adalah pada kenyataannya investor tidak menginvestasikan seluruh dana hanya untuk satu jenis investasi tetapi melakukan diversifikasi dengan tujuan menekan risiko. Fluktuasi tingkat keuntungan akan berkurang karena saling menghilangkan jika memiliki beberapa jenis investasi.

Diversifikasi dilakukan untuk mengurangi risiko portofolio, yaitu dengan cara mengkombinasi atau dengan menambah investasi (asset/aktiva/sekuritas) yang memiliki korelasi negatif atau positif rendah sehingga variabilitas dari pengembalian atau risiko dapat dikurangi.

Korelasi merupakan alat ukur statistik mengenai hubungan dari serial data yang menunjukkan pergerakan bersamaan relatif (relative comovements) antara serial data tersebut. Jika serial data bergerak dengan arah yang sama disebut dengan korelasi positif, sebaliknya jika bergerak dengan arah berlawanan disebut korelasi negatif.

Nilai koefisien korelasi investasi aset i dan j (ρij) mempunyai nilai maksimum

positif (+1) dan minimum negatif satu (-1). Berapa kemungkinan korelasi diantara dua aset diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Nilai koefisien korelasi positif satu (+1) mempunyai arti bahwa kombinasi dari dua aset i dan j selalu bergerak sama-sama.


(38)

22 2. Nilai koefisien korelasi negatif satu (-1) mempunyai arti bahwa kombinasi

dari dua aset i dan j selalu bergerak berlawanan arah.

3. Nilai koefisien korelasi sama dengan nol (0) mempunyai arti bahwa kombinasi dari dua aset i dan j tidak ada hubungan satu dengan yang lain.

Dalam penelitian ini koefisien korelasi diasumsikan memiliki nilai (+1) atau memiliki korelasi positif diantara kedua komoditas yang digabungkan. Penilaian berupa peningkatan modal dalam budidaya ikan hias berupa peningkatan kualitas pakan dan penggunaan heather (pengatur suhu lingkungan budidaya). Hal ini akan berpengaruh terhadap jumlah produksi yang akan diperoleh dengan tujuan meningkatkan besarnya penerimaan, dengan harapan risiko yang ditimbulkan akan menjadi lebih kecil.

3.1.4 Pengukuran Risiko

Penilaian risiko didasarkan pada pengukuran penyimpangan (deviation) terhadap return dari suatu aset. Menurut Elton dan Gruber (1995) terdapat beberapa ukuran risiko diantaranya adalah nilai varian (variance), standar deviasi (standard deviation) dan koefisien variasi (coefficient variation). Ketiga ukuran tersebut berkaitan satu sama lain dan nilai variance sebagai penentu ukuran yang lainnya. Seperti standard deviation yang merupakan akar kuadrat dari variance sedangkan coefficient variation merupakan rasio dari standard deviation dengan nilai expected return dari suatu kegiatan usaha. Return yang diperoleh dapat berupa pendapatan, produksi atau harga.

Penilaian risiko dengan menggunakan nilai variance dan standard deviation merupakan ukuran yang absolut dan tidak mempertimbangkan risiko dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan (expected return). Jika nilai variance dan standard deviation digunakan untuk mengambil keputusan dalam penilaian risiko yang dihadapi pada kegiatan usaha maka dikhawatirkan akan terjadi keputusan yang kurang tepat.

Hasil keputusan yang tepat dalam menganalisis risiko suatu kegiatan usaha harus menggunakan perbandingan dengan satuan yang sama. Ukuran risiko yang dapat membandingkan dengan satuan yang sama adalah coefficient variation. coefficient variation merupakan ukuran yang tepat bagi pengambil keputusan dalam menilai suatu kegiatan usaha dengan mempertimbangkan risiko yang


(39)

23 dihadapi untuk setiap return yang diperoleh dari kegiatan usaha tersebut. Dengan ukuran coefficient variation, penilaian risiko terhadap kegiatan usaha sudah dilakukan dengan ukuran yang sama yaitu besarnya risiko untuk setiap return. return yang diperoleh dapat berupa pendapatan, produksi atau harga.

3.1.5 Strategi Pengelolaan Risiko

Strategi pengelolaan risiko merupakan langkah-langkah yang dapat ditempuh perusahaan untuk menangani terjadinya risiko. Fungsi-fungsi manajemen sangat berperan dalam perumusan strategi pengelolaan risiko sehingga penentuan strategi dapat dikonsep dalam manajemen risiko.

Alternatif penanganan risiko pada produk pertanian ada berbagai cara yakni dengan diversifikasi usaha, integrasi vertikal, kontrak produksi, kontrak pemasaran, perlindungan nilai dan asuransi. Salah satu penanganan risiko yang digunakan pada penelitian ini adalah diversifikasi.

Menurut Barron (1993), diversifikasi adalah menyebar investasi dimana dapat meminimalkan risiko kehilangan semua aset bila suatu investasi memburuk. Diversifikasi merupakan suatu kebijakan untuk menyalurkan model ke arah berbagai macam investasi dengan tujuan menekan risiko dan menjamin tingkat pendapatan seaman dan seuntung mungkin. dalam melakukan perencanaan beberapa jenis investasi dalam suatu perusahaan penting untuk mempertimbangkan hubungan dan pengaruh investasi tersebut terhadap tingkat risiko yang akandihadapai oleh perusahaan. Pemilihan jenis investasi harus didasari pada pengurangan tingkat risiko yang terbaik dalam menghasilkan tingkat pendapatan yang diinginkan.

Menurut Harwood et al (1999) kelebihan dari diversifikasi adalah mengurangi risiko, meminimalkan tenaga kerja, mengurangi penggunaan peralatan dan meminimalkan biaya. Sementara itu keterbatasan yang dimiliki diversifikasi adalah membutuhkan perlengkapan khusus, membutuhkan keahlian manajerial yang lebih luas dan teknologi menjadi rumit.

Menurut Kountur (2008), manajemen risiko perusahaan adalah cara bagaimana menangani semua risiko yang ada di dalam perusahaan tanpa memilih risiko-risiko tertentu saja. Manajemen risiko merupakan cara atau langkah yang dapat dilakukan pengambil keputusan untuk menghadapi risiko dengan cara


(40)

24 meminimalkan kerugian yang terjadi. Tujuan manajemen risiko adalah untuk mengelola risiko dengan membuat pelaku usaha sadar akan risiko, sehingga laju organisasi bisa dikendalikan. Strategi pengelolaan risiko merupakan suatu proses yang berulang pada setiap periode produksi (Gambar 1).

Keterangan : garis proses garis hasil (output)

Gambar 1. Proses Pengelolaan Risiko Perusahaan Sumber : Kountur (2008)

Pengidentifikasian risiko merupakan proses penganalisaan untuk menemukan secara sistematis dan secara berkesinambungan risiko (kerugian yang potensial) yang menantang perusahaan. Dalam manajemen risiko, pengambil keputusan perlu mengidentifikasi berbagai jenis risiko yang dihadapi perusahaan, maka selanjutnya risiko tersebut kemudian diukur. Perlunya diukur adalah untuk menentukan relatif pentingnya dan untuk memperoleh informasi yang akan menolong untuk menetapkan kombinasi peralatan manajemen risiko yang cocok untuk menanganinya.

Strategi pengelolaan risiko yang dapat dijadikan usaha sebagai alternatif penanganan, yaitu strategi Preventif. Strategi preventif dilakukan untuk menghindari terjadinya risiko. Preventif dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya :

a. Membuat (memperbaiki) sistem dan prosedur. b. Mengembangkan sumberdaya manusia.

IDENTIFIKASI RISIKO

PENGUKURAN RISIKO

PENANGANAN RISIKO EVALUASI

Daftar Risiko OUTPUT

Expected Return

Usulan (strategi

pengelolaan risiko) PROSES


(41)

25 c. Memasang atau memperbaiki fasilitas fisik.

Menurut Kountur (2008) ada dua strategi penanganan risiko yaitu : 1. Preventif

Preventif dilakukan untuk menghindari terjadinya risiko. Strategi ini dilakukan apabila probabilitas risiko besar. Strategi preventif dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya :

a. Membuat atau memperbaiki sistem dan prosedur b. Mengembangkan sumberdaya manusia, dan c. Memasang atau memperbaiki fasilitas fisik 2. Mitigasi

Mitigasi adalah strategi penanganan risiko yang dimaksud untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan dari risiko. Strategi mitigasi dilakukan untuk menangani risiko yang memiliki dampak yang sangat besar. Adapun beberapa cara yang termasuk ke dalam strategi mitigasi adalah:

a. Diversifikasi

Diversifikasi adalah cara menempatkan asset atau harta di beberapa tempat sehingga jika salah satu tempat terkena musibah tidak akan menghabiskan semua asset yang dimiliki. Diversifikasi merupakan salah satu cara pengalihan risiko yang paling efektif dalam mengurangi dampak risiko

b. Penggabungan

Penggabungan atau yang lebih dikenal dengan istilah merger menekankan pola penanganan risiko pada kegiatan penggabungan dengan pihak perusahaan lain. Contoh strategi ini adalah perusahaan yang melakukan merger atau dengan melakukan akuisisi.

c. Pengalihan Risiko

Pengalihan risiko (transfer of risk) merupakan cara penanganan risiko dengan mengalihkan dampak dari risiko ke pihak lain. Cara ini bermaksud jika terjadi kerugian pada perusahaan maka yang menanggung kerugian tersebut adalah pihak lain. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengalihkan dampak risiko ke pihak lain, diantaranya melalui asuransi, leasing, outsourching, dan hedging.


(42)

26 Pengalihan risiko dapat dilakukan dengan cara mengasuransikan asset perusahaan yang dampak risikonya besar, sehingga jika terjadi kerugian maka pihak asuransi yang akan menanggung kerugian yang dialami perusahaan sesuai dengan kontrak perjanjian yang telah disepakati oleh pihak perusahaan dan pihak asuransi. Leasing adalah cara dimana asset digunakan tetapi kepemilikannya adalah pihak lain. Jika terjadi sesuatu pada asset tersebut maka pemiliknya yang akan menanggung kerugian atas asset tersebut.

Outsourcing merupakan cara dimana pekerjaan diberikan kepada pihak lain untuk mengerjakannya sehingga jika terjadi kerugian maka perusahaan tidak menanggung kerugian melainkan pihak yang melakukan pekerjaan tersebutlah yang menanggung kerugiannya. Hedging merupakan cara pengalihan risiko dengan mengurangi dampak risiko melalui transaksi penjualan atau pembelian. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melakukan hedging adalah melalui forward contract, future contract, option, dan swap.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

PT Taufan Fish Farm memiliki lahan seluas 1.200 m2 yang digunakan untuk memproduksi berbagai jenis ikan hias air tawar diantaranya ikan discus, lobster, dan manvis dimana ikan tersebut dibudidayakan di dalam akuarium. PT Taufan Fish Farm dalam mengusahakan bisnisnya menghadapi kendala yakni risiko produksi. Sumber utama yang menjadi indikasi faktor penyebab terjadinya risiko produksi dalam bidudaya ikan discus tersebut dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal dari budidaya, tingkat keterampilan yang dimiliki tenaga kerja pada usaha ini masih belum memadai dalam melaksanakan kegiatan proses produksi, khususnya pada saat pemeliharaan ikan pada masa larva sampai benih. Kerugian akibat risiko produksi yang dialami antara lain adalah jumlah produksi yang rendah dan kualitas hasil panen juga menurun. Rendahnya produksi tersebut berdampak terhadap pendapatan yang diterima oleh pihak PT Taufan Fish Farm. Dalam hal ini perlu adanya upaya untuk mengatasi risiko produksi.

Penelitian ini akan mengkaji analisi risiko produksi yang dilakukan oleh PT Taufan Fish Farm, dalam penelitian ini akan dilakukan proses pengkajian faktor penyebab risiko produksi yang terjadi, kemudian melakukan analisis risiko produksi untuk mengetahui tingkat risiko dari produksi dan kemudian mengalisis


(43)

27 dampaknya terhadap pendapatan yang akan diperoleh pihak PT Taufan Fish Farm. Untuk lebih jelas pada alur pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 2.

Keterangan : cakupan penelitian

manajemen PT Taufan Fish Farm

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Risiko Produksi Ikan Hias pada PT Taufan Fish Farm di Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat.

Tujuan PT Taufan Fish Farm: 1. Memaksimumkan keuntungan 2. Meminimumkan risiko

Fluktuasi/variasi produksi yang dihadapi PT Taufan Fish Farm

Penerimaan PT Taufan Fish Farm Risiko produksi

Sumber :

- Patogen penyakit - Suhu yang fluktuatif - Kualitas pakan rendah - Kualitas air buruk


(44)

28

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada PT Taufan Fish Farm yang berlokasi di Ciluar Kecamatan Kedung Halang, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan dengan sengaja (purposive) dengan pertimbangan adanya ketersediaan data yang menjawab kebutuhan dalam penelitian yang akan dilaksanakan. Kegiatan yang berlangsung meliputi pengumpulan data untuk keperluan pengolahan. Pengumpulan data pada PT Taufan Fish Farm berlangsung dari bulan Agustus 2010 sampai dengan Oktober 2010.

Pemilihan lokasi penelitian di PT Taufan Fish Farm berdasarkan pengalaman dan kinerja perusahaan ini dalam menjalankan usaha pembenihan ikan hias discus, maanvis, dan lobster. Kinerja PT Taufan Fish Farm telah terbukti dengan mampu mengembangkan usahanya dengan membuka cabang baru untuk mendukung pembenihan ikan hias. Beberapa perusahaan serupa di sekitar lokasi penelitian melakukan usaha pembenihan ikan hias, akan tetapi perusahaan selain PT Taufan Fish Farm ini hanya melakukan pembenihan ikan hias yang beragam jenis/tidak fokus pada budidaya ikan discus, maanvis, dan lobster.

4.2. Data dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui hasil pengamatan langsung dan wawancara dengan pihak perusahaan meliputi keadaan umum perusahaan seperti, manajemen risiko yang diterapkan di perusahaan, dan kegiatan pembenihan ikan hias, seperti luas lahan, biaya produksi, jumlah produksi, proses produksi beserta data lainnya yang dijalankan oleh pihak PT Taufan Fish Farm. Data yang digunakan pada penelitian ini berdasarkan data produksi yang diperoleh dari data sekunder perusahaan tahun 2009 sampai Oktober 2010, sedangkan data sekunder lainnya diperoleh dari buku, artikel, skripsi serta data-data instansi terkait yang mendukung penelitian ini seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen Pertanian, Perpustakaan LSI Institut Pertanian Bogor, internet dan literatur yang relevan.


(45)

29 4.3. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan diskusi dengan pemilik perusahaan dan bawahannya seperti teknisi dan sekretaris (dalam kelengkapan data). Teknik observasi dilakukan untuk melakukan pengamatan pada kegiatan usaha pembenihan ikan hias yang dilakukan oleh pihak PT Taufan Fish Farm meliputi proses pembenihan dan strategi penanganan risiko. Teknik wawancara dan diskusi dilakukan untuk mengindentifikasi sumber-sumber risiko yang ada dalam usaha pembenihan ikan hias serta strategi penanganan risiko yang selama ini dilakukan oleh pihak PT Taufan Fish Farm.

Pengambilan responden untuk penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Responden merupakan pihak yang berhubungan dan mengetahui jelas produksi dan risiko yang sering dihadapi perusahaan yaitu bagian produksi dan manejer perusahaan pada PT Taufan Fish Farm.

4.4. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini, data dan informasi diperoleh dari lokasi usaha budidaya ikan hias, serta data yang lainnya diolah secara kuantitatif dan dianalisis secara kualitatif. Analisis Kualitatif dilakukan melalui pendekatan deskriptif. Analisis ini untuk mengetahui gambaran mengenai keadaan umum perusahaan dan manajemen risiko yang diterapkan perusahaan. Sedangkan analisis kuantitatif untuk menganalisis risiko produksi terhadap penerimaan (dilihat dari hasil panen) fluktuatif yang dihadapi oleh PT Taufan Fish Farm.

4.4.1 Analisis Kuantitatif

Aalisis kuantitatif terdiri dari analisis risiko yang meliputi analisis pendapatan, analisis risiko pada kegiatan spesialisasi dan diversifikasi. Analisis kuantitatif dalam penilaian risiko yang dilakukan pada penelitian ini didasarkan dengan pengukuran penyimpangan.

Beberapa ukuran yang dapat digunakan untuk mengukur penyimpangan diantaranya adalah ragam (variance), simpangan baku (standard deviation), dan koefisien variasi (coefficient variation) untuk menghitung risiko usaha spesialisasi dan kombinasi variance dan covariance untuk usaha diversifikasi.


(46)

30 Ukuran-ukuran tersebut merupakan ukuran statistik, yang dijelaskan sebagai berikut :

1) Analisis Risiko pada Kegiatan Usaha Spesialisasi.

Penentuan peluang diperoleh berdasarkan dari suatu kejadian pada kegiatan budidaya yang dapat diukur dari pengalaman yang telah dialami oleh perusahaan. Peluang dari masing-masing kegiatan budidaya akan diperoleh pada setiap kondisi yakni tertinggi, normal, dan terendah.

a. Nilai Harapan (Expected Return)

Nilai harapan adalah jumlah dari nilai-nilai kemungkinan yang diharapkan terjadi probabilitas (peluang) masing-masing dari suatu kejadian tidak pasti. Nilai harapan merupakan besaran perolehan atau yang diperkirakan akan didapatkan kembali dalam melakukan suatu kegiatan usaha. Nilai harapan dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk melanjutkan kegiatan usaha. Penyelesaian pengambilan keputusan yang mengandung risiko dapat dilakukan dengan menggunakan Expected Return. Rumus Expected Return dituliskan sebagai berikut (Elton dan Gruber 1995) :

Keterangan :

E(Ri) = Besarnya return yang diharapkan dari masing-masing komoditas

Pj = Peluang dari suatu kejadian

Rj = Besarnya return (survival rate dan penerimaan)

i = 1, 2, 3 (1= Discus, 2= Lobster dan 3= Maanvis)

j = 1, 2, 3 (1= kondisi tinggi, 2 = kondisi normal, 3= kondisi terendah) n = 22 observasi.

b. Peluang (Probability)

Peluang merupakan kemungkinan terjadinya suatu peristiwa. Peluang hanya suatu kemungkinan, jadi nilai dari suatu peluang bukan merupakan harga mutlak dalam suatu kondisi. Nilai peluang ditentukan berdasarkan pengalaman dan faktor dari variabel-variabel yang mempengaruhi suatu kejadian yang akan dihitung nilai peluangnya. Peluang dari suatu kejadian pada kegiatan usaha dapat diukur berdasarkan pengalaman yang telah dialami pelaku bisnis dalam menjalankan kegiatan usaha. Nilai peluang ditentukan dengan mengobservasi


(47)

31 kejadian yang sudah terjadi. Kejadian-kejadian tersebut kemudian diekspresikan sebagai persentase dari total exposure dalam rangka mendapatkan estimasi empiris dari probabilitas.

Menurut Kountur (2008), dari sudut pandang empiris maka probabilitas dapat dipandang sebagai frekuensi terjadinya event dalam jangka panjang yang dinyatakan dalam persentase. Probabilitas adalah nilai/angka yang terletak antara 0 dan 1 yang diberikan kepada masing-masing event. Apabila nilai suatu peluang adalah 1, maka hal tersebut merupakan sebuah kepastian. Berarti, peristiwa yang diperkirakan pasti terjadi. Nilai peluang dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut :

Keterangan :

n = Banyaknya observasi pada kondisi tertinggi, normal, dan rendah. W = Frekuensi terjadinya peristiwa yang dihitung peluangnya dari masing- masing komoditas (Discus, Lobster, dan Maanvis).

Pada penelitian ini peluang yang dihitung adalah kemungkinan terjadinya risiko produksi dalam budidaya ikan hias discus, lobster, dan maanvis di PT Taufan Fish Farm. Penentuan peluang diperoleh berdasarkan dari suatu kejadian pada kegiatan budidaya yang dapat diukur dari pengalaman yang telah dialami perusahaan. Peluang yang ditentukan mencerminkan kemungkinan terjadinya risiko produksi pada PT Taufan Fish Farm dalam memproduksi ikan hias discus, lobster, dan maanvis.

Untuk menentukan berapa besar peluang yang akan terjadi maka perlu ditetapkan kisaran survival rate ikan itu sendiri. Menurut Manajemen PT Taufan Fish Farm (2010), ikan yang dibudidayakan dalam kondisi yang baik dengan lingkungannya sangat berpengaruh terhadap survival rate yang akan terjadi. Ada banyak faktor yang menyebabkan survival rate tinggi ataupun rendah, untuk kisaran survival rate ikan air tawar dapat dilihat pada Tabel 8.


(48)

32 Tabel 8. Tingkat Survival Rate pada Perikanan Budidaya Air Tawar di PT Taufan

Fish Farm Tahun 2010

No Kondisi SR Kisaran SR (%)

1 Rendah < 50

2 Sedang 50-80

3 Tinggi >80

Keterangan : Hasil Wawancara dengan PT Taufan Fish Farm (2010)

c. Variance

Pengukuran variance dari return merupakan penjumlahan selisih kuadrat dari return dengan Expected return dikalikan dengan peluang dari setiap kejadian. Nilai variance dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut (Elton dan Gruber 1995):

Keterangan :

= Variance dari return masing-masing komoditas Pij = Peluang dari suatu kejadian

Rij = Return pada masing-masing kejadian

Ři = Expected return dari masing-masing komoditas

i = 1, 2, 3 ( 1= Discus, 2= Lobster, dan 3= Maanvis)

j = 1, 2, 3 (1= kondisi tinggi, 2 = kondisi normal, dan 3 = kondisi terendah) Berdasarkan nilai variance dapat menunjukkan bahwa semakin kecil nilai variance maka semakin kecil penyimpangannya sehingga semakin kecil risiko yang dihadapi dalam melakukan kegiatan usaha tersebut.

d. Standard Deviation

Standard deviation dapat diukur dari akar kuadrat dari nilai variance. Risiko dalam penelitian ini berarti besarnya fluktuasi keuntungan, sehingga semakin kecil nilai standard deviation maka semakin rendah risiko yang dihadapi dalam kegiatan usaha. Rumus standard deviation adalah sebagai berikut:


(49)

33 Keterangan :

= Variance atau penyimpangan dari masing-masing komoditas = Standard deviation dari masing-masing komoditas

i = 1, 2, 3 (1= Discus, 2= Lobster, dan 3= Maanvis) e. Coefficient Variation

Coefficient variation diukur dari rasio standard deviation dengan return yang diharapkan atau ekspektasi return (expected return). Semakin kecil nilai coefficient variation maka akan semakin rendah risiko yang dihadapi. Rumus coefficient variation adalah sebagai berikut:

Keterangan:

CV = Coefficient variation dari masing-masing komoditas = Standard deviation dari masing-masing komoditas

Ři = Expected return dari masing-masing komoditas

i = 1, 2, 3 (1= Discus, 2= Lobster, dan 3= Maanvis)

2) Analisis Risiko pada Kegiatan Usaha Diversifikasi

Kegiatan usaha diversifikasi juga tidak terlepas dari risiko usaha seperti halnya kegiatan spesialisasi. Risiko yang terdapat dalam kegiatan diversifikasi dinamakan risiko portofolio. Untuk mengukur risiko portofolio dapat dilakukan dengan menghitung variance gabungan dari beberapa kegiatan usaha atau aset. Diversifikasi yang dilakukan pada perusahaan adalah dengan membudidayakan ikan berbeda jenis yang sitem budidayanya cenderung sama. Komoditas yang dianalisis dalam kegiatan diversifikasi adalah kombinasi antara ikan discus, lobster dan maanvis. Kombinasi yang dilakukan berdasarkan kriteria pola produksi ikan hias yang ditetapkan oleh perusahaan.

Jika investasi digunakan untuk dua aset maka variance gabungan dapat dituliskan sebagai berikut (Elton dan Gruber 1995):

σ

p2

=

k2

σ

i2+(1-k)2

σ

j2+2 k (1-k)

σ

ij Keterangan :


(1)

1 Lampiran 3.

Tabel 1. Biaya Investasi Per Siklus Produksi Ikan Hias di PT Taufan Fish Farm Tahun 2010*)

Uraian Jumlah (unit) Harga satuan (Rp) Jumlah Biaya (Rp) Umur Teknis (Thn) Penyusutan Bangunan 150 m2 20.000.000 20.000.000 10 2.000.000

Lahan 250 m2 - 10.000.000 - -

Tandon 1 1.000.000 1.000.000 10 90.000

Pompa air 1 500.000 500.000 5 50.000

Akuarium

pemeliharaan larva

91 35.000 4.200.000 3 100.000

Akuarium

pemeliharaan induk

60 35.000 3.675.000 3 100.000

Rak akuarium 15 500.000 7.500.000 10 750.000

Blower 1 1.200.000 1.200.000 5 120.000

Genset 1 4.000.000 4.000.000 10 400.000

Freezer 1 3.500.000 3.500.000 10 350.000

Tabung oksigen 1 850.000 850.000 10 85.000

Indukan :

- Lobster 1 pasang 150.000 150.000 5 100.000

- Discus 1 pasang 120.000 120.000 5 88.000

- Maanvis 1 pasang 40.000 40.000 5 35.000

Total 3.683.000

Keterangan *) : Hasil Wawancara dengan Pihak PT Taufan Fish Farm

Tabel 2. Biaya Tetap Per Siklus Produksi Ikan Hias di PT Taufan Fish Farm Tahun 2010*)

Keterangan *) : Hasil Wawancara dengan Pihak PT Taufan Fish Farm (2010) Uraian Jumlah (unit) Harga per unit

(Rp)

Jumlah Biaya (Rp)

Gaji karyawan 1 orang 800.000 800.000

Listrik 1500 watt - 116.667

Biaya penyusutan - - 240.433


(2)

2 Tabel 3. Biaya Variabel Per Siklus Produksi Ikan Hias di PT Taufan Fish Farm

Tahun 2010*)

Keterangan *) : Hasil Wawancara dengan Pihak PT Taufan Fish Farm

Dari Tabel di atas maka dapat dihitung jumlah biaya total yang dikeluarkan oleh pihak TFF selama produksi berlangsung.

Biaya Total (TC) = biaya tetap + biaya variabel = Rp 1.157.100 + Rp 315.000 = Rp 1.472.100

1. Penerimaan

Penerimaan yang diperoleh pihak TFF merupakan hasil dari penjualan ikan yang dibudidayakan.

- Penerimaan dari kan hias Discus

Penerimaan = hasil produksi x harga per ekor = 243 ekor x Rp 3500/ekor = Rp 850.000

- Penerimaan dari ikan hias Lobster Penerimaan = hasil produksi x harga per ekor

= 443 ekor x Rp 4000/ekor = Rp 1.172.000

Uraian Jumlah

(unit)

Harga per unit (Rp)

Jumlah Biaya (Rp)

Pakan induk 1,66 kg 4.500 7.500

Pakan larva dan benih:

- blood worm 3,33 kotak 4.000 13.333

- artemia 133,33gr 875 116.667

- tubifex 5 kotak 4.000 20.000

- pelet 1,66 kg 3.500 5.833

Obat-obatan 3,33 gr 10.000 33.333

Peralatan paking 1 paket 25.000 25.000

Isi tabung oksigen - 80.000 26.667

Biaya pemeliharaan - 200.000 66.667


(3)

3 - Penerimaan dari ikan hias Maanvis

Penerimaan = hasil produksi x harga per ekor = 1522 ekor x Rp 500/ekor = Rp 761.000

Total penerimaan (TR) = Rp 850.000 + Rp 1.172.000 + Rp 761.000 = Rp 2.783.000

Berdasarkan hasil total penerimaan dan total pengeluaran maka dapat dihitung besarnnya keuntungan (П) dalam budidaya ikan hias di PT TFF.

П = TR-TC

= Rp 2.783.000 - Rp 1.472.100 = Rp 1.310.900


(4)

4 Lampiran 4. Komoditas Ikan Hias yang Dihasilkan PT Taufan Fish Farm.

a. Ikan Hias Discus

b. Lobster


(5)

5 Lampiran 5. Pakan Alami pada Budidaya Ikan Hias di PT Taufan Fish Farm

Tahun 2010.

Gambar 1. Pakan Cacing Beku

Gambar 2. Pakan Cacing Sutera


(6)

6 Lampiran 6. Peralatan Budidaya Ikan Hias di PT Taufan Fish farm Tahun 2010.

Gambar 1. Penggunaan Batu Bata sebagai Media Berlindung untuk Lobster

Gambar 2. Penggunaan Aerasi untuk Suplai Oksigen pada Budidaya Ikan Maanvis