Intik Energi dan Zat Gizi pada Hari Sekolah dan Hari Libur Siswa Sekolah di Kota Bogor

(1)

DEP

FA

IN

DIA

PARTEME

AKULTAS

STITUT P

ANA LESTA

N GIZI MA

EKOLOG

PERTANIA

2011

ARI

ASYARAK

I MANUSI

AN BOGOR

KAT

IA

R


(2)

   

ABSTRACT

DIANA LESTARI. Energy and Nutrient Intake on School Day and Free Day of Elementary School Student in Bogor. Under direction of SITI MADANIJAH.

The objective of this observation was to study differences energy and nutrient intake on school day and free day of elementary school student in Bogor. The observation using the advantage of cross sectional study design. The location of this observation was in Lawanggintung 01 Public Elementary School and Cimanggu Kecil Public Elementary School. The observation was held between June 2009 and July 2010, by using questionaire and interview technic.

Student energy and nutrient intake are energy 1961 ± 486 kcal/cap/day, protein 46,0 ± 11,6 g/cap/day, vitamin A 1085,3 ± 505,7 RE/cap/day, vitamin C 43,5 ± 72,2 mg/cap/day, calcium 506,2 ± 329,1 mg/cap/day, an iron 16,0 ± 17,1 mg/cap/day.Spearman correlation testing conclude that there are no significant relationship between energy, protein, vitamin A, vitamin C, calcium and iron intake to student’s nutrition knowledge. Although the amount of students who consume certain type of food is higher on free day compare to school day, but statistically there are not real differences for energy and nutrient intake between free day and school day, as well as between male and female student (p>0.05). This observation find a real differences on Vitamin A (p=0.028) and calcium (p=0.018) intake for third and fourth grade elementary school.

Keyword : Energy and Nutrient Intake, School Day and Free Day, Elementary School Student


(3)

RINGKASAN

DIANA LESTARI. Intik Energi dan Zat Gizi pada Hari Sekolah dan Hari Libur Siswa Sekolah Dasar di Kota Bogor. Dibawah bimbingan Siti Madanijah.

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perbedaan intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa Sekolah Dasar (SD) di Kota Bogor. Tujuan khusus yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah (1) mengkaji karakeristik siswa dan karakteristik keluarga, (2) mengkaji konsumsi pangan siswa, (3) mengkaji intik energi dan zat gizi siswa, (4) mengidentifikasi pengetahuan gizi siswa, (5) mengidentifikasi status gizi siswa, (6) menganalisis hubungan antara karakteristik siswa dan karakteristik keluarga dengan pengetahuan gizi siswa, (7) menganalisis hubungan intik energi dan zat gizi dengan pengetahuan gizi siswa, (8) menganalisis hubungan antara tingkat kecukupan energi dan protein siswa dengan status gizi siswa, (9) menganalisis perbedaan intik dan tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa pada hari sekolah dan hari libur, kelas 3 dan kelas 4, serta jenis kelamin laki-laki dan perempuan.

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, dilakukan dengan memanfaatkan data sekunder dari penelitian “Pengembangan Model Pendidikan Makanan Jajanan Sehat Berbasis Sekolah untuk Tingkat Sekolah Dasar” yang dilakukan oleh SEAFAST Center – LPPM IPB. Tempat penelitian dilakukan di SDN Lawanggintung 01 dan SDN Cimanggu Kecil yang terpilih secara purposive sampling berdasarkan rekomendasi Dinas Pendidikan. Pengambilan data penelitian dilakukan pada Juni 2009 - Juni 2010 kemudian cleaning dan pengolahan data dilakukan pada April - Juni 2011. Contoh penelitian adalah 62 siswa, terdiri dari siswa kelas 3 dan kelas 4 yang dipilih secara purposive dengan absensi menggunakan simple random sampling.

Keseluruhan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, meliputi: karakteristik siswa, karakteristik keluarga, pengetahuan gizi siswa, recall konsumsi pangan pada hari sekolah dan hari libur, serta gambaran umum sekolah. Cara pengumpulan data menggunakan teknik wawancara dan kuesioner, meliputi data: karakteristik siswa, karakteristik keluarga, dan konsumsi pangan siswa berupa recall. Data pengetahuan gizi diperoleh dengan memberikan 20 pertanyaan berganda terkait dengan gizi dan keamanan pangan. Data disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis secara statistik deskriptif (persentase, rata-rata dan simpangan baku) dan inferensia (korelasi Spearman dan uji beda Independent Sample t-test) menggunakan program Microsoft Excel 2007 dan SPSS 16.0 for Windows.

Hasil analisis secara deskriptif menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kelas 3, baik laki-laki maupun perempuan berumur 8 tahun dengan persentase 50% dan 60% sedangkan siswa kelas 4 sebagian besar berumur 9 tahun yaitu laki-laki sebanyak 66,7% dan perempuan 53,3%. Sebanyak 64,5% siswa memiliki uang saku pada kisaran Rp.2.000 - Rp.4.800.

Sebagian besar tingkat pendidikan orangtua siswa adalah SMA (ayah sebanyak 56,5% dan ibu sebanyak 53,2%). Kurang dari 30% orangtua siswa memiliki tingkat pendidikan perguruan tinggi (ayah sebanyak 29% dan ibu sebanyak 22,6%), dan selebihnya hanya menamatkan SMP atau SD. 37,1% pekerjaan ayah siswa adalah pegawai swasta, sedangkan lebih dari separuh ibu siswa merupakan ibu rumah tangga atau tidak bekerja yaitu sebesar 69,3%. Pendapatan orangtua yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendapatan ayah. Sebagian besar ayah siswa memiliki penghasilan dengan kisaran


(4)

Rp.500.000 – Rp.1.000.000. Lebih dari separuh (59,7%) keluarga siswa dalam penelitian ini termasuk dalam kategori keluarga kecil.

Data pengetahuan gizi diperoleh dengan memberikan 20 pertanyaan berganda terkait dengan gizi dan keamanan pangan. Secara umum pengetahuan gizi siswa termasuk dalam kategori sedang, hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai pengetahuan terkait gizi 73,1 ± 17,5%, pengetahuan terkait keamanan pangan 70,3 ± 23,8%, dan pengetahuan gizi secara keseluruhan 71,7 ± 17,2%. Pengetahuan terkait gizi siswa sedikit lebih baik jika dibandingkan dengan yang lainnya, hal ini juga ditunjukkan dari sebaran pengetahuan terkait gizi siswa yang masuk dalam kategori baik mencapai 53,2%.

Pengukuran status gizi dilakukan dengan metode antropometri melalui perhitungan indeks IMT/U dan TB/U dengan menggunakan software WHO Anthroplus 2007. Status gizi siswa berdasarkan indeks IMT/U menunjukkan bahwa sebagian besar siswa (69,4%) berada dalam status gizi normal. Begitu pula dengan status gizi siswa berdasarkan indeks TB/U, sebagian besar siswa (90,3%) memiliki tinggi badan dalam kategori normal.

Data konsumsi pangan berupa jenis dan jumlah makanan dalam gram/URT dikonversi kedalam nilai zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan, kemudian dilakukan perhitungan tingkat kecukupan Energi dan gizi (protein, vitamin A, vitamin C, Ca dan Fe). Angka kecukupan zat gizi yang digunakan mengacu pada angka kecukupan gizi menurut WKNPG VIII tahun 2004.

Secara umum jumlah siswa yang mengonsumsi jenis pangan tertentu seperti daging, ikan, telur, kacang-kacangan, serta sayur dengan masing-masing olahannya, lebih tinggi pada hari libur dibandingkan hari sekolah. Meskipun demikian total rata-rata konsumsi pangan (g/kap/hari) siswa hari sekolah lebih tinggi daripada hari libur. Rata-rata intik energi siswa sebanyak 1961 ± 486 kkal/kap/hari; protein 46,0 ± 11,6 g/kap/hari; vitamin A 1085,3 ± 505,7 RE/kap/hari; Vitamin C 43,5 ± 72,2 mg/kap/hari; kalsium 506,2 ± 329,1 mg/kap/hari; dan zat besi 16,0 ± 17,1 mg/kap/hari.

Uji korelasi Spearman antara jenis kelamin, usia siswa, pendidikan ayah, pendidikan ibu, pekerjaan ayah, pekerjaan ibu dan besar keluarga dengan pengetahuan gizi siswa menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan. Namun terdapat hubungan yang signifikan antara besarnya uang saku dengan pengetahuan terkait keamanan pangan (p=0,025; r=0,285). Terdapat juga hubungan yang signifikan antara pendapatan ayah dengan pengetahuan terkait keamanan pangan (p=0,000; r=0,546) serta pendapatan ayah dengan total pengetahuan gizi (p=0,000; r=0,465).

Hasil uji korelasi Spearman juga menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara intik energi, protein, vitamin A, vitamin C, kalsium, dan zat besi dengan pengetahuan gizi siswa. Juga tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecukupan energi dan protein dengan status gizi siswa yang ditunjukkan dengan nilai p>0,05.

Tidak terdapat perbedaan yang nyata pada intik dan tingkat kecukupan energi dan zat gizi pada hari sekolah dan libur, begitu pula dengan siswa laki-laki dan perempuan (p>0,05). Namun terdapat perbedaan yang nyata pada intik vitamin A (p=0,028) dan kalsium (p=0,018) pada siswa kelas 3 dan kelas 4 serta pada tingkat kecukupan vitamin A (p=0,045) dan kalsium (p=0,018) antara kelas 3 dan kelas 4.


(5)

INTIK ENERGI DAN ZAT GIZI PADA HARI SEKOLAH DAN

HARI LIBUR SISWA SEKOLAH DASAR DI KOTA BOGOR

DIANA LESTARI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

Fakultas Ekologi Manusia IPB

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011


(6)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Intik Energi dan Zat Gizi pada Hari Sekolah dan Hari Libur Siswa Sekolah Dasar di Kota Bogor

Nama : Diana Lestari NRP : I14069002

Disetujui,

Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Siti Madanijah, MS NIP. 19491130 197603 2 001

Diketahui,

Ketua Departemen Gizi Masyarakat

Dr. Ir. Budi Setiawan, MS NIP. 19621218 198703 1 001


(7)

atas karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul Intik Energi dan Gizi pada Hari Sekolah dan Hari Libur Siswa Sekolah Dasar di Kota Bogor ini berhasil diselesaikan.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Maka penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Siti Madanijah, MS selaku pembimbing yang dengan penuh kesabaran meluangkan waktu dan pikiran, memberikan arahan, saran, kritikan, semangat dan dorongan untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Dodik Briawan, MCN selaku dosen pemandu seminar dan dosen penguji atas semua saran dan masukannya demi kesempurnaan skripsi ini. 3. Mama dan Babe yang selalu mendoakan, dan menberikan dukungan tanpa

henti, bukan hanya dalam penyusuna tugas akhir tetapi juga dalam membesarkan dan mendidik penulis.

4. Penfen Fealty yang selalu memberikan bantuan, semangat dan dorongan kepada penulis hingga penulis menyelesaikan skripsi ini.

5. Nadya Bellatrix Paramita, terimakasih untuk kebersamaannya dalam suka dan duka selama menempuh perkuliahan di IPB, sejak TPB, THH dan GM. 6. Riksa, Aya, Tira, Diah, dan Mona. Terima kasih untuk pengalaman KKP

yang tidak akan terlupakan.

7. Teman-teman satu bimbingan skripsi Nufi, Yulia, Jenny; teman-teman pembahas Ria, Aulia, Puput, Setya serta teman-teman S1 Mayor Ilmu Gizi angkatan 44 atas saran, dukungan, doa dan semangatnya kepada penulis. 8. Teman-teman S1 Mayor Teknologi Hasil Hutan yang selalu mendukung

penulis dalam memilih jalan yang terbaik bagi penulis.

9. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan. Maka dengan segala kerendahan hati, penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan selanjutnya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Bogor, September 2011 Diana Lestari


(8)

RIWAYAT HIDUP

Diana Lestari dilahirkan di Kota Bekasi pada tanggal 17 Juli 1989 dari pasangan Inkanta dan Wachyuni Devi. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Pendidikan dasarnya ditempuh di SD Mutiara 17 Agustus Bekasi dan lulus pada tahun 2000. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan menengah pertama di SLTP Mutiara 17 Agustus Bekasi, lulus tahun 2003. Pendidikan menengah atasnya ditempuh di SMAN 3 Bekasi dan lulus pada tahun 2006. Kemudian pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan tingginya di Institut Pertanian Bogor melalui jalus SPMB. Pada tahun 2007 penulis diterima di Mayor Teknologi Hasil Hutan, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Dan baru pada tahun 2008 penulis diterima di Mayor Ilmu Gizi, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institiut Pertanian Bogor.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di beberapa organisasi kemahasiswaan diantaranya anggota divisi Pendidikan KMB (Keluarga Mahasiswa Budhhis) IPB periode 2007-2008, anggota divisi Peningkatan Mutu Himasiltan IPB 2007-2008, dan Anggota Himagizi 2008-2011. Serta beberapa kepanitiaan diantaranya Koordinator konsumsi Vegetarian Day 2007, Seksi Konsumsi Makrab KMB IPB 2007, Seksi Konsumsi Dies Natalis KMB IPB 2007, Kepanitiaan Pengumpulan Cap 1000 tangan Indonesia World Heritage Youth Network (Indowyn) 2007, Seksi Dana Usaha Buka Bersama Departemen Hasil Hutan 2007, Seksi Konsumsi Forester Cup 2008, Seksi Konsumsi Dhammapada Reading Competition 2008, Seksi Acara Bakti Sosial KMB IPB 2009, serta Seksi Humas seminar nasional Senzasional 2010. Selain itu penulis pernah menjadi Asisten Mata Kuliah Agama Buddha pada semester ganjil tahun 2007.

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Ciadeg, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor pada bulan Juni - Agustus 2010. Kemudian pada 21 Februari 2011 - 11 Maret 2011 penulis mengikuti Internship Dietetik (ID) di RS. Ciawi, Bogor.


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 2

Kegunaan ... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Anak Sekolah Dasar ... 4

Karakteristik Keluarga ... 4

Karakteristik Anak... 7

Pengetahuan Gizi ... 7

Konsumsi Pangan ... 8

Penilaian Konsumsi pangan ... 8

Tingkat Kecukupan Gizi ... 10

Status Gizi ... 14

KERANGKA PEMIKIRAN ... 16

METODE ... 18

Desain, Tempat, dan Waktu ... 18

Teknik Penarikan Contoh ... 18

Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 18

Pengolahan dan Analisis Data ... 19

Definisi Operasional ... 24

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

Gambaran Umum Sekolah ... 26

Karakteristik Siswa ... 27

Pengetahuan Gizi ... 28

Status Gizi ... 30

Karakteristik Keluarga ... 31

Konsumsi Pangan ... 33

Intik Energi dan Zat Gizi ... 35


(10)

ii   

Konsumsi Protein Siswa ... 43

Hubungan Antar Variabel ... 45

KESIMPULAN DAN SARAN ... 48

Kesimpulan ... 48

Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 50


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Kategori status gizi berdasarkan IMT/U ... 15

Tabel 2 Jumlah sampel di kedua Sekolah Dasar ... 18

Tabel 3 Variabel dan cara pengumpulan data ... 19

Tabel 4 Pengkategorian variabel penelitian ... 20

Tabel 5 Angka kecukupan energi dan zat gizi bagi anak sekolah ... 22

Tabel 6 Sebaran siswa berdasarkan umur, kelas dan jenis kelamin ... 27

Tabel 7 Sebaran siswa berdasarkan besar uang saku ... 27

Tabel 8 Sebaran siswa berdasarkan pengetahuan gizi ... 28

Tabel 9 Sebaran siswa berdasarkan pengetahuan gizi pada siswa kelas 3 dan 4 ... 28

Tabel 10 Sebaran siswa berdasarkan jawaban yang benar untuk pertanyaan pengetahuan gizi dan keamanan pangan ... 29

Tabel 11 Rata-rata berat badan dan tinggi badan siswa ... 30

Tabel 12 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMT/U) ... 31

Tabel 13 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TB/U) ... 31

Tabel 14 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua siswa ... 31

Tabel 15 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua siswa ... 32

Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan pendapatan orangtua siswa ... 32

Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga siswa ... 33

Tabel 18 Jumlah siswa yang mengkonsumsi jenis pangan ... 34

Tabel 19 Konsumsi jenis pangan siswa ... 35

Tabel 20 Intik energi dan zat gizi siswa berdasarkan hari konsumsi ... 36

Tabel 21 Intik energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis kelamin dan kelas .... 37

Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi ... 38

Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan protein ... 39

Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan vitamin A ... 40

Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan vitamin C ... 41

Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan kalsium ... 42

Tabel 27 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan zat besi ... 43

Tabel 28 Konsumsi protein hewani siswa pada hari sekolah dan hari libur ... 45

Tabel 29 Hubungan antara besarnya uang saku dengan karakteristik keluarga 46 Tabel 30 Hubungan antara karakteristik siswa dan keluarga dengan pengetahuan gizi ... 46


(12)

iv   

Tabel 31 Hubungan pengetahuan gizi dengan konsumsi pangan ... 47 Tabel 32 Hubungan antara tingkat kecukupan konsumsi dengan status gizi


(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 Faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi pangan anak ... 17  Gambar 2 Konsumsi protein hari sekolah dan hari libur ... 43  Gambar 3 Konsumsi protein hewani siswa pada hari sekolah dan hari libur ... 44 


(14)

vi   

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Kuesioner penelitian ... 55  Lampiran 2 Konsumsi pangan siswa pada hari sekolah dan hari libur ... 59  Lampiran 3 Konsumsi protein siswa pada hari sekolah dan hari libur ... 64 


(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumberdaya manusia yang berkualitas, yaitu sumberdaya manusia yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat dan kesehatan yang prima di samping penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi (Atmarita & Fallah 2004). Agar tercipta sumberdaya manusia yang berkualitas, salah satu faktor yang harus diperhatikan adalah pangan dan gizi dengan salah satu indikatornya yaitu status gizi.

Menurut Riyadi (2003) status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan dan utilisasi zat gizi makanan. Penilaian terhadap status gizi seseorang atau sekelompok orang akan menentukan apakah orang atau sekelompok orang tersebut memiliki status gizi yang baik atau tidak. Status gizi seseorang juga menunjukkan seberapa besar kebutuhan fisiologis individu tersebut telah terpenuhi. Keseimbangan antara kebutuhan gizi dan intik gizi sangat penting agar pertumbuhan optimal. Keseimbangan tersebut dapat dicapai jika makanan yang dikonsumsi mampu menyediakan zat gizi yang cukup yang diperlukan oleh tubuh.

Intik energi dan zat gizi adalah banyaknya energi dan zat gizi yang dikonsumsi seseorang dalam satu hari yang berasal dari konsumsi pangan seseorang. Sedangkan konsumsi pangan sendiri menurut Hardinsyah & Martianto (1988) adalah jumlah pangan (tunggal dan beragam) yang dimakan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan tujuan tertentu. Dalam aspek gizi, tujuan memperoleh pangan adalah untuk memperoleh sejumlah zat gizi yang diperlukan tubuh.

Masa sekolah adalah masa pertumbuhan anak yang cepat dan dalam masa kegiatan fisik yang aktif. Meskipun laju pertumbuhan anak sekolah dasar lebih lambat dibanding pada waktu bayi dan prasekolah, namun anak sekolah dasar membutuhkan makanan dengan jumlah dan kualitas yang lebih tinggi dibanding orang dewasa. Seorang anak dalam masa ini memerlukan pengarahan dan teladan yang baik serta tepat dalam pengaturan makanan yang harus dikonsumsi. Pengetahuan gizi yang baik menjadi andalan yang menentukan konsumsi pangan. Individu yang memiliki pengetahuan gizi yang baik akan mempunyai kemampuan untuk menerapkan pengetahuan gizinya dalam


(16)

2   

pemilihan maupun pengolahan pangan, sehingga konsumsi pangan mencukupi kebutuhan (Nasoetion & Khomsan 1995).

Konsumsi siswa pada hari sekolah identik dengan jajanan karena jajanan sangat mudah mereka temui baik di kantin sekolah maupun penjaja makanan di pinggir jajan, sehingga pada hari sekolah asupan makanan siswa diperoleh dari makanan rumah dan jajanan. Sedangkan hari libur merupakan hari keluarga, umumnya di hari libur keluarga berkumpul bersama baik dengan menghabiskan waktu bersama di rumah maupun pergi ke tempat-tempat rekreasi. Pada umumnya pada hari libur orangtua mengajak anak-anak mereka pergi dan makan di luar rumah pada hari libur. Hal ini terjadi terutama pada masyarakat perkotaan, sehingga diduga akan terdapat perbedaan konsumsi pangan anak pada hari libur dan hari sekolah. Perbedaan yang diduga terjadi yaitu kudapan yang biasa dibeli di lingkungan sekolah akan lebih sedikit jumlahnya dan digantikan oleh makanan rumah atau kudapan lain saat mereka pergi dan makan di luar rumah. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur kaitannya dengan status gizi siswa sekolah dasar khususnya di Kota Bogor.

Tujuan Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perbedaan intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa Sekolah Dasar (SD) di Kota Bogor.

Tujuan Khusus

1. Mengkaji karakteristik siswa SD di Kota Bogor dan karakteristik keluarga. 2. Mengkaji konsumsi pangan siswa SD di Kota Bogor.

3. Mengkaji intik energi dan zat gizi siswa SD di Kota Bogor. 4. Mengidentifikasi pengetahuan gizi siswa SD di Kota Bogor. 5. Mengidentifikasi status gizi siswa SD di Kota Bogor.

6. Menganalisis hubungan antara karakteristik siswa SD di Kota Bogor dan karakteristik keluarga dengan pengetahuan gizi siswa.

7. Menganalisis hubungan intik energi dan zat gizi dengan pengetahuan gizi siswa SD di Kota Bogor.

8. Menganalisis hubungan antara tingkat kecukupan energi dan protein siswa SD di Kota Bogor dengan status gizi siswa.


(17)

9. Menganalisis perbedaan intik dan tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa SD di Kota Bogor pada hari sekolah dan hari libur, kelas 3 dan kelas 4, serta jenis kelamin laki-laki dan perempuan.

Kegunaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai keragaan intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa sekolah dasar di Kota Bogor. Kemudian bagi orangtua, diharapkan dapat memberikan gambaran intik energi dan zat gizi anak sehari-hari. Bagi Pemerintah Kota Bogor dapat dijadikan referensi dalam dalam menyusun suatu kebijakan terkait pangan dan gizi bagi siswa sekolah. Selain itu diharapkan hasil penelitian ini juga dapat menjadi rujukan untuk penelitian selanjutnya.


(18)

         

TINJAUAN PUSTAKA

Anak Sekolah Dasar

Menurut Hurlock (1980) anak usia sekolah dikelompokkan ke dalam Late Childhood berdasarkan perkembangan psikologisnya. Usia sekolah dimulai pada usia 6 tahun dan berakhir pada saat individu menunjukkan kematangan seksualnya antara usia 13 sampai 14 tahun. Usia sekolah merupakan usia anak saat belajar bertanggung jawab atas sikap dan perilakunya. Aktivitas fisik menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari anak sekolah, seperti bermain, bersepeda, berjalan, melompat, melempar, dan lain-lain. Dengan melakukan berbagai macam aktivitas fisik, kemampuan motorik anak akan semakin bertambah.

Anak usia sekolah dasar mempunyai sifat yang berubah-ubah terhadap makanan, selalu ingin mencoba makanan yang baru dikenalnya dan secara umum mereka tidak memiliki masalah dalam hal nafsu makan (Komalasari 1991). Pada usia ini ketergantungan kepada ibu mengenai makanan mulai berkurang. Mereka mulai mengenal lingkungan lain di luar keluarga dan lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah, Hal ini mengakibatkan mereka lebih mudah menjumpai aneka jenis dan bentuk makanan, baik yang dijual di sekitar sekolah maupun di lingkungan bermainnya.

Kebutuhan zat gizi anak yang meningkat harus diimbangi dengan makanan yang dikonsumsi. Makanan yang dikonsumsi harus merupakan sumber yang baik akan semua zat gizi yang diperlukan. Pengaturan makan yang baik bagi anak adalah dengan memberikan makanan yang mengandung minimal tiga kelompok zat gizi, yaitu zat gizi sumber energi, sumber zat pembangun, dan sumber zat pengatur dalam jumlah yang cukup sehingga pertumbuhan dan perkembangan fisik tetap berjalan optimal (Nasoetion & Riyadi 1994).

Karakteristik Keluarga Besar Keluarga

Besar keluarga menurut BKKBN (1998), adalah keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak, dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama. Berdasarkan jumlah anggota keluarga, besar keluarga dikelompokkan menjadi tiga, yaitu keluarga kecil, keluarga sedang dan keluarga besar. Keluarga kecil adalah keluarga dengan jumlah anggota keluarga kurang dari atau sama dengan 4 orang. Keluarga sedang adalah keluarga


(19)

dengan jumlah anggota keluarga 5-7 orang, sedangkan keluarga besar adalah keluarga dengan jumlah anggota keluarga lebih dari atau sama dengan 8 orang.

Besar keluarga dapat berpengaruh pada pendapatan per kapita dan pengeluaran untuk konsumsi pangan, sehingga akan membatasi pilihan pangan. Keluarga dengan banyak anak dan jarak kelahiran antar anak yang sangat dekat akan menimbulkan lebih banyak masalah. Pangan yang tersedia untuk satu keluarga, mungkin tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga tersebut tetapi hanya mencukupi sebagian dari dari anggota keluarga itu. Selain itu, Hartog et al. (2006) juga menyatakan bahwa besar keluarga akan mempengaruhi kebiasaan makan dan gizi, khususnya pada rumah tangga miskin yang bergantung pada pendapatan tunai untuk membeli bahan pangan.

Menurut Suhardjo (1989) hubungan antara laju kelahiran yang tinggi dan kurang gizi sangat nyata pada masing-masing keluarga. Terutama pada keluarga yang sangat miskin, pemenuhan kebutuhan makanan akan lebih mudah jika yang harus diberi makan jumlahnya sedikit. Pangan yang tersedia untuk suatu keluarga besar mungkin hanya cukup untuk keluarga yang besarnya setengah dari keluarga tersebut. Keadaan yang demikian jelas tidak cukup untuk mencegah gangguan gizi pada keluarga besar. Anak-anak yang sedang tumbuh dari suatu keluarga miskin, adalah yang paling rawan terhadap gizi kurang diantara semua anggota keluarga.

Pendidikan Orangtua

Pendidikan adalah proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk perilaku lainnya di dalam lingkungan masyarakat dimana ia tinggal (Pranadji 1988). Tingkat pendidikan orangtua merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pola asuh anak, dalam hal ini termasuk juga pemberian makan.

Suhardjo (2003) menyatakan bahwa orang yang berpendidikan tinggi cenderung memilih makanan yang murah tetapi kandungan gizinya tinggi, sesuai dengan jenis pangan yang tersedia dan kebiasaan makan sejak kecil sehingga kebutuhan gizinya dapat terpenuhi dengan baik. Tingkat pendidikan orangtua yang lebih tinggi akan memberikan stimulasi lingkungan (fisik, sosial, emosional, dan psikologis) bagi anak-anaknya dibanding dengan orangtua yang tingkat pendidikannya rendah.


(20)

6   

Pekerjaan Orangtua

Bekerja adalah kegiatan melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membatu memperoleh penghasilan atau keuntungan. Suhardjo (1989) menyatakan bahwa besar pendapatan yang diterima oleh individu akan dipengaruhi oleh jenis pekerjaan yang dilakukan. Tingkat pendidikan akan berhubungan dengan dengan jenis pekerjaan seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan semakin besar.

Pekerjaan atau mata pencaharian berperan penting dalam kehidupan sosial ekonomi dan terkait dengan faktor-faktor lain seperti kesehatan. Anak-anak yang tumbuh dalam sebuah keluarga miskin paling rawan terhadap kekurangan gizi diantara seluruh anggota keluarga (Harper et al 1986).

Pendapatan Orangtua

Menurut hukum Engel, pada saat terjadinya peningkatan pendapatan, konsumen akan membelanjakan pendapatannya untuk pangan dengan porsi yang semakin mengecil. Sebaliknya bila pendapatan menurun, porsi yang dibelanjakan untuk pangan makin meningkat (Soekirman 2000). Dengan meningkatnya pendapatan perorangan, terjadilah perubahan-perubahan dalam susunan makanan. Akan tetapi, pengeluaran uang yang lebih banyak untuk pangan tidak menjamin lebih beragamnya konsumsi pangan. Kadang-kadang, perubahan utama yang terjadi dalam kebiasaan makan adalah pangan yang dimakan itu lebih mahal. Bukti menunjukkan bahwa kebiasaan makan cenderung berubah dengan naiknya pendapatan (Suhardjo 1989).

Bennet menemukan bahwa peningkatan pendapatan akan mengakibatkan individu cenderung menigkatkan kualitas konsumsi pangannya dengan harga yang lebih mahal per unit zat gizinya. Pada tingkat pendapatan perkapita yang lebih rendah, permintaan terhadap pangan diutamakan pada pangan yang padat energi, terutama padi-padian. Apabila pendapatan meningkat pola konsumsi pangan akan semakin beragam, serta umumnya akan terjadi peningkatan konsumsi pangan yang lebih bernilai gizi. Peningkatan pendapatan lebih lanjut tidak hanya akan menigkatkan keanekaragaman konsumsi pangan dan penigkatan konsumsi pangan yang lebih mahal, tetapi juga terjadinya peningkatan konsumsi pangan di luar rumah (Soekirman 2000).


(21)

Karakteristik Anak Besar Uang Saku

Uang saku merupakan bagian dari pengalokasian keluarga yang diberikan kepada anak untuk jangka waktu tertentu, seperti harian, mingguan, atau bulanan. Perolehan uang saku sering menjadi suatu kebiasaan, anak diharapkan untuk belajar megelola dan bertanggung jawab atas uang saku yang dimiliki (Napitu 1994).

Anak usia sekolah biasanya diberi uang saku untuk keperluan jajan di sekolah. Hal ini terjadi pada anak dengan pendapatan orangtua pendapatan tinggi atau rendah. Faktor yang paling erat hubungannya dengan perilaku jajan anak adalah pendapatan keluarga dan besarnya uang saku. Besar kecilnya uang saku yang diberikan pada anak dipengaruhi besarnya pendapatan keluarga. Andrawulan et al. (2008) dalam Umardani (2011) menyebutkan bahwa semakin besar uang saku, maka semakin besar peluang anak untuk membeli makanan jajanan baik di kantin maupun di luar sekolah.

Pengetahuan Gizi

Pengetahuan gizi adalah pemahaman seseorang tentang ilmu gizi, zat gizi, dan interaksi antara zat gizi terhadap status gizi dan kesehatan. Pengetahuan gizi yang baik dapat menghindarkan seseorang dari konsumsi pangan yang salah. Pengetahuan dapat diperoleh melalui pendidikan formal maupun informal. Selain itu, juga dapat diperoleh dengan melihat, mendengar sendiri atau melalui alat komunikasi seperti membaca surat kabar dan majalah, mendengarkan radio dan menyaksikan siaran televisi atau melalui penyuluhan kesehatan/gizi (Suhardjo 2003).

Engel et al. (1993) mendefinisikan pengetahuan sebagai informasi yang disimpan dalam ingatan yang menjadi penentu utama perilaku seseorang. Selain pendapatan, peningkatan pendidikan serta pengetahuan tentang pangan dan gizi diperlukan agar masyarakat dapat memperbaiki konsumsi pangan dan gizi sekaligus kesehatan mereka.

Pengetahuan gizi yang baik menjadi andalan yang menentukan konsumsi pangan. Individu yang memiliki pengetahuan gizi yang baik akan mempunyai kemampuan untuk menerapkan pengetahuan gizinya dalam pemilihan maupun pengolahan pangan, sehingga konsumsi pangan mencukupi kebutuhan (Nasoetion & Khomsan 1995). Suatu pengetahuan gizi yang kurang akan


(22)

8   

menimbulkan anggapan bahwa makanan yang baik adalah makanan yang mahal (Karyadi 1990).

Riyadi (1996) menyatakan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi adalah banyakya informasi yang dimiliki oleh seseorang mengenai kebutuhan tubuh akan zat gizi, kemampuan seseorang untuk menerapkan pengetahuan ke dalam pemilihan pangan dan cara pemanfaatan pangan yang sesuai dan keadaan kesehatan seseorang.

Konsumsi Pangan

Menurut Suhardjo (1989), tubuh manusia harus memperoleh cukup pangan untuk memenuhi kebutuhan gizinya termasuk energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral dan air guna mempertahankan kelangsungan hidupnya. Kebutuhan tubuh akan zat gizi ditentukan oleh banyak faktor, antara lain: tingkat metabolisme basal, tingkat pertumbuhan, aktivitas fisik, dan faktor yang bersifat relatif yaitu gangguan pencernaan (ingestion), perbedaan daya serap (absorption), tingkat penggunaan (utilization), dan perbedaan pengeluaran dan penghancuran (excretion and destruction) dari zat gizi tersebut dalam tubuh.

Konsumsi pangan adalah jumlah pangan (tunggal atau beragam) yang dimakan seseorang atau sekelompok orang dengan tujuan tertentu. Dalam aspek gizi, tujuan memperoleh pangan adalah untuk memperoleh sejumlah zat gizi yang diperlukan tubuh (Hardinsyah & Martianto 1988).

Menurut Undang-Undang Pangan No.7 tahun 1996, pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman.

Penilaian Konsumsi pangan

Pengukuran konsumsi pangan adalah salah satu cara penentuan status gizi secara tidak langsung yang dapat dijadikan sebagai bukti awal akan terjadinya kekurangan gizi pada seseorang atau masyarakat. Penilaian konsumsi pangan dapat dilakukan secara kualitatif dan secara kuantitatif. Penilaian secara kualitatif biasanya untuk mengetahui frekuensi makan, frekuensi konsumsi menurut jenis bahan makanan dan menggali informasi tentang kebiasaan makan (food habits) serta cara memperoleh bahan makanan tersebut. Metode-metode


(23)

pengukuran konsumsi pangan yang bersifat kualitatif antara lain: metode frekuensi makanan (food frequency), metode dietary history, metode telepon, dan metode pendaftaran makanan (food list). Penilaian secara kuantitatif dimaksudkan untuk mengetahui jumlah makanan yang dikonsumsi sehingga dapat dihitung konsumsi zat gizinya. Metode-metode untuk pengukuran konsumsi secara kuantitatif antara lain: metode recall 24 jam, perkiraan makanan (estimated food record), penimbangan makananan (food weighing), metode food account, metode inventaris (inventory method), dan pencatatan. Beberapa pengukuran bahkan dapat menghasilkan data yang bersifat kualitatif maupun kuantitif, yaitu metode recall 24 jam dan metode (dietary history) (Supariasa et al 2001).

Metode recall 24 jam adalah metode penelitian konsumsi pangan, yaitu pewawancara menanyakan apa yang telah dikonsumsi oleh responden. Wawancara dilakukan berdasarkan suatu daftar pertanyaan atau kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Ditanyakan dengan lengkap apa yang telah dikonsumsi ketika makan pagi, siang, malam dan selingan/makanan kecil di luar waktu makan, biasanya 1 – 3 hari dari waktu wawancara. Tanggal dan waktu makan serta besar porsi setiap makanan dicatat dengan teliti. Hasil pencatatan dan wawancara kemudian diolah, dikembalikan kepada bentuk bahan mentah dan dihitung zat-zat gizinya berdasarkan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) yang berlaku. Jumlah masing-masing zat gizi dijumlahkan dan dihitung rata-rata konsumsi setiap hari (Sediaoetama 2000).

Metode recall 24 jam mempunyai beberapa kelebihan yaitu: (1) mudah melaksanakannya, karena tidak terlalu membebani responden, (2) biaya relatif murah, karena tidak memerlukan peralatan khusus dan tempat yang luas untuk wawancara, (3) cepat, sehingga dapat mencangkup banyak responden, (4) dapat memberikan gambaran nyata yang benar-benar dikonsumsi individu sehingga dapat dihitung intake zat gizi sehari. Kekurangan metode recall 24 jam adalah: (1) kurang dapat menggambarkan asupan makanan sehari-hari, (2) ketepatannya sangat tergantung pada daya ingat responden, (3) the flat slope syndrome (kecenderungan bagi responden yang kurus untuk melaporkan konsumsinya lebih banyak dan bagi responden yang gemuk cenderung melaporkan lebih sedikit), (4) membutuhkan tenaga atau petugas yang terampil dalam menggunakan alat bantu seperti URT dan ketepatan alat bantu, (5) untuk


(24)

10   

mendapatkan gambaran konsumsi makan sehari-hari recall jangan dilakukan pada saat panen, hari pasar, dan lain sebagainya (Supariasa et al 2001).

Tingkat Kecukupan Gizi

Kecukupan gizi seseorang dapat dihitung dengan mengacu pada Daftar Kecukupan Gizi (DKG), yaitu daftar yang memuat angka-angka kecukupan zat gizi rata-rata per orang per hari bagi orang sehat Indonesia. Angka kecukupan gizi (AKG) tersebut sudah memperhitungkan variasi kebutuhan Individu, sehingga kecukupan ini setara dengan kebutuhan rata-rata ditambah jumlah tertentu untuk mencapai tingkat aman. AKG dapat digunakan untuk menilai tingkat kecukupan zat gizi seseorang (Hardinsyah & Briawan 1994).

Tingkat kecukupan gizi adalah perbandingan antara konsumsi zat gizi dengan angka kecukupan gizi yang dianjurkan. Klasifikasi tingkat kecukupan energi dan protein menurut Departemen Kesehatan (1996) adalah: (1) defisit tingkat berat (<70% AKG); (2) defisit tingkat sedang (70-79% AKG); (3) defisit tingkat ringan (80-89% AKG); (4) normal (90-119% AKG); dan (5) berlebih (≥ 120% AKG). Klasifikasi tingkat kecukupan vitamin mineral menurut Gibson (2005) yaitu (1) kurang (<77% AKG) dan cukup (≥ 77% AKG).

Energi

Energi merupakan suatu hasil metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Energi berfungsi sebagai zat tenaga untuk metabolisme, pertumbuhan, pengaturan suhu dan kegiatan fisik. Kelebihan energi disimpan sebagai cadangan energi dalam bentuk glikogen sebagai cadangan energi jangka pendek dan dalam bentuk lemak sebagai cadangan energi jangka panjang (Hardinsyah & Tambunan 2004).

Pangan sumber energi adalah pangan sumber lemak, karbohidrat dan protein. Pangan sumber energi yang kaya lemak antara lain gajih/lemak dan minyak, buah berminyak (alpukat), biji berminyak (biji wijen, bunga matahari dan kemiri), santan, coklat, dan aneka pangan produk turunannya. Pangan sumber energi yang kaya karbohidrat antara lain beras, jagung, oat, serealia lainnya, umbi-umbian, tepung, gula, madu, buah dengan kadar air rendah (pisang, kurma dan lain-lain) dan aneka produk turunannya. Pangan sumber energi yang kaya protein antara lain daging, ikan, telur, susu, dan aneka produk turunannya (Hardinsyah & Tambunan 2004).


(25)

Protein

Protein adalah suatu zat gizi yang berperan sebagai penghasil energi, pembetukan jaringan baru, dan mempertahankan jaringan yang telah ada. Protein dalam tubuh manusia, terutama dalam jaringan sel, bertindak sebagai bahan membran sel, dapat membentuk jaringan pengikat misalnya kolagen dan elastin, serta membentuk protein yang inert seperti rambut dan kuku. Disamping itu protein dapat bekerja sebagai enzim, bertindak sebagai plasma (albumin), membentuk antibodi, membentuk kompleks dengan molekul lain, serta dapat bertindak sebagai bagian sel yang bergerak (protein otot). Kekurangan protein dalam waktu lama dapat mengganggu berbagai proses dalam tubuh dan menurunkan daya tahan tubuh terhadap penyakit (Winarno 1992).

Menurut Almatsier (2006), protein berfungsi untuk pertumbuhan dan pemeliharaan, pembetuk ikatan-ikatan esensial tubuh, mengatur keseimbangan air di dalam tubuh, memelihara netralitas tubuh, membentuk antibodi dan mengangkut zat-zat gizi, serta sebagai sumber energi. Protein memegang peranan esensial dalam mengangkut zat-zat gizi dari saluran cerna ke dalam darah, dari darah ke jaringan, dan melalui membran sel ke dalam sel-sel. Protein yang berperan sebagai pengangkut zat besi di dalam darah adalah transferin. Kekurangan protein dapat menyebabkan gangguan pada absorpsi dan transportasi zat-zat gizi termasuk zat besi (Fe).

Sumber protein pada umumnya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelompok protein hewani dan nabati. Sumber protein hewani diantaranya adalah susu, telur, daging, unggas, ikan, dan kerang, sedangkan pangan sumber protein nabati adalah kedelai dan produk olahannya seperti tempe, tahu, dan kacang-kacangan lainnya. Meskipun tidak begitu tinggi kandungan proteinnya namun karena dikonsumsi dalam jumlah besar, beras dan jagung juga penting peranannya sebagai sumber protein (Winarno 1993).

Vitamin A

Vitamin A adalah vitamin larut lemak yang pertama ditemukan. Bentuk aktif vitamin A hanya terdapat dalam pangan hewani. Pangan nabati mengandung karoteid yang merupakan prekursor (provitamin) vitamin A. Sumber vitamin A adalah hati, telur, susu (di dalam lemaknya) dan mentega. Sumber karoten adalah daun singkong, daun kacang, kangkung, bayam, kacang panjang, buncis, wortel, tomat, jagung kuning, pepaya, nangka masak dan jeruk (Almatsier 2006).


(26)

12   

Vitamin A berfungsi dalam penglihatan, diferensiasi sel, fungsi kekebalan tubuh, pertumbuhan dan perkembangan, reproduksi, pencegahan kanker, dan penyakit jantung. Selain itu, vitamin A juga berperan dalam pembentukan sel darah merah, kemungkinan melalui interaksi dengan zat besi (Fe) (Almatsier 2006).

Menurut Wirakusumah (2006), fungsi vitamin A berhubungan dengan sistem visual. Retina pada manusia memiliki empat macam senyawa mengandung vitamin A yang berfungsi pada proses visual. Salah satu tanda kekurangan vitamin A adalah timbulnya penyakit buta senja. Vitamin A juga penting untuk pertumbuhan dan perkembangan. Dalam hal ini vitamin A berfungsi mempertahankan kesehatan dan struktur kulit, rambut dan gigi. Fungsi tubuh lain yang dibantu oleh vitamin A antara lain reproduksi, pembuatan dan aktivitas hormon adrenalin, pembuatan dan aktivitas hormon thiroid, mempertahankan struktur sel-sel syaraf dan berfungsinya sel-sel syaraf, kekebalan tubuh pada umumnya, serta pertumbuhan sel.

Vitamin C

Vitamin C merupakan vitamin yang paling labil, vitamin C mudah rusak karena bersentuhan dengan udara (oksidasi) terutama bila terkena panas. Oksidasi dipercepat dengan kehadiran tembaga dan besi. Vitamin C tidak stabil dalam larutan alkali, tetapi cukup stabil dalam larutan asam. Vitamin C mempunyai banyak fungsi di dalam tubuh, yaitu untuk mensintesis kolagen, karnitin, serotonin, noradrenalin, absorpsi kalsium, mencegah infeksi, mencegah kanker dan penyakit jantung (Almatsier 2002).

Sumber utama vitamin C adalah buah dan sayuran segar. Biasanya sumber vitamin C dihubungkan dengan jeruk walaupun buah dan sayuran yang lain merupakan sumber yang baik (Setiawan & Rahayuningsih 2004). Menurut Wirakusumah (2006), kandungan vitamin C banyak terdapat pada buah seperti jambu biji, jeruk, tomat, mangga dan sirsak. Selain itu sayuran juga banyak mengandung vitamin C terutama brokoli, cabe, dan kentang.

Kekurangan vitamin C yang berat akan mengakibatkan fungsinya pada sintesa kolagen terganggu dan akan tampak sebagai perdarahan terutama di jaringan lunak, seperti gusi, gejala ini disebut scurvy. Pada derajat yang lebih ringan, kekurangan vitamin C berpengaruh pada sistem pertahanan tubuh dan kecepatan penyembuhan luka. Asupan vitamin C yang tinggi akan meningkatkan risiko timbulnya batu ginjal karena meningkatknya produksi oksalat. Selain itu


(27)

pada beberapa orang dapat mengakibatkan gangguan lambung dan diare (Setiawan & Rahayuningsih 2004).

Kalsium

Tubuh kita mengandung lebih banyak kalsium daripada mineral lain, diperkirakan 2% berat badan orang dewasa atau sekitar 1,0-1,4 kg terdiri dari kalsium. Meskipun pada bayi kalsium hanya sedikit (25-30 g), setelah usia 20 tahun secara normal akan terjadi penempatan sekitar 1200 g kalsium dalam tubuhnya (Winarno 1992).

Kalsium mempunyai dua fungsi di dalam tubuh yaitu: penyusunan dan pengaturaan. Hampir seluruh kalsium bersama fosfor, berperan sebagai komponen utama tulang dan gigi. Hanya sedikit sekali ditemukan dalam jaringan lunak dan cairan tubuh yang berperan dalam berbagai fungsi pengaturan seperti pengaturan metabolisme kloting darah, penghantar impuls saraf, produksi hormon, produksi dan aktivitas enzim, pengaturan permiabel membran, pengaturan siklus kontraksi dan relaksasi otot jantung serta pemeliharaan keseimbangan asam basa dan elektrolit (Soekatri & Kartono 2004).

Menurut Winarno (1992) peran kalsium dalam tubuh umumnya yaitu membantu pembentukan tulang dan gigi serta mengukur proses biologis dalam tubuh. Kalsium yang berada dalam sirkulasi darah dan jaringan tubuh berperan dalam berbagai kegiatan, diantaranya untuk transmisi impuls saraf, kontraksi otot, penggumpalan darah, dalam proses penyerapan vitamin B12, pengaturan permeabilitas membran sel serta keaktifan enzim.

Anak yang masih tumbuh dan berkembang memerlukan kalsium untuk pembentukan yang lebih banyak daripada orang yang sudah tua. Kebutuhan kalsium dapat tercukupi dengan mengkonsumsi bahan makanan sumber kalsium. Bahan makanan yang kaya akan kalsium adalah susu dan hasil olahannya (kecuali mentega) seperti keju dan es krim. Selain itu, ikan sarden, salmon, serealia, kacang-kacangan, tahu, tempe, serta sayuran hijau (Almatsier 2002).

Kekurangan kalsium pada anak-anak dapat menyebabkan penyakit ricket, cacat tulang, dan pertumbuhan terhambat. Pada orang dewasa kekurangan kalsium menyebabkan osteomalacia atau pelunakan tulang. Kadar kalsium dalam darah yang sangat rendah dapat menyebabkan kekejangan otot atau keram kaki, tingginya tekanan darah, dan osteoporosis (Wirakusumah 2006).


(28)

14   

Zat Besi

Zat besi merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat dalam tubuh manusia dan hewan, yaitu sebanyak 3-5 gram di dalam tubuh manusia dewasa. Zat besi mempunyai beberapa fungsi esensial di dalam tubuh, yaitu: sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, sebagai alat angkut elektron di dalam sel, dan sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim di dalam jaringa tubuh (Almatsier 2002).

Menurut Kartono & Soekantri (2004) dalam bentuk senyawa dengan protein zat besi membentuk hemoglobin sebagai pembawa oksigen dalam darah. Sekitar 85% besi dalam tubuh ada dalam senyawa dengan protein dan sekitar 5% ada dalam protein otot juga dalam sel. Semua senyawa ini sangat vital untuk pernafasan sel yaitu tempat oksigen dan karbondioksida bertukar.

Kekurangan zat besi dapat menyebabkan anemia gizi besi yang ditandai dengan kulit pucat, lemah/ letih, dan nafasnya pendek akibat kekurangan oksigen (Kartono & Soekantri 2004). Kekurangan unsur besi dapat terjadi karena meningkatnya kebutuhan, menurunnya intake makanan, berkurangnya penyerapan dan penggunaan besi, kehilangan darah, serta kombinasi dari faktor-faktor tersebut (Wirakusumah 2006).

Menurut Karyadi dan Muhilal (1996), zat yang menghambat penyerapan zat besi antara lain adalah asam fitat, asam oksalat dan tanin terdapat dalam serealia, sayuran, kacang-kacangan dan teh. Protein, terutama protein hewani dan vitamin C membantu penyerapan zat besi dalam tubuh. Pangan yang mengandung zat besi dalam jumlah yang cukup tinggi adalah hati, daging, makanan laut, buah kering, kacang-kacangan, sayuran hijau dan serealia. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan zat besi adalah asam organik (vitamin C), zat penghambat penyerapan (asam fitat, asam oksalat, tanin), tingkat keasaman lambung, faktor intrinsik, dan kebutuhan tubuh (Almatsier 2002).

Status Gizi

Gibson (2005) menyatakan bahwa status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorbsi), dan utilitas zat gizi makanan. Selanjutnya menurut Supariasa et al (2001) status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Penilaian gizi yang dilakukan secara langsung meliputi antropometri, biokimia,


(29)

klinis dan biofisik. Penilaian yang dilakukan secara tidak langsung seperti survei konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi. Setiap metode memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing.

Cara pengukuran status gizi yang paling sering dilakukan di masyarakat dengan menggunakan metode antropometri. Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi anak dari berbagai ketidakseimbangan antara asupan protein dan energi. Gangguan ini biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh (Supariasa et al 2001).

Berdasarkan Supariasa et al (2001) pengukuran status gizi dengan menggunakan metode antropometri memiliki kekurangan dan kelebihan. Kekurangan dari metode ini adalah (a) tidak sensitif, (b) faktor di luar gizi (penyakit, genetik dan penurunan penggunanaan energi) dapat menurunkan spesifikasi dan sensitivitas pengukuran antropometri, (c) kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi, akurasi dan validitas pengukuran antropometri gizi. Kelebihan dari metode antropometri adalah (a) relatif tidak membutuhkan tenaga ahli, (b) metode ini tepat dan akurat, (c) dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa lampau, (d) umumnya dapat mengidentifikasi status gizi sedang, kurang dan gizi buruk, (e) dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu.

Menurut WHO (2007) pengukuran status gizi pada anak usia 5 hingga 19 tahun direkomendasikan menggunakan indeks masa tubuh berdasarkan umur (IMT/U). Kategori status gizi berdasarkan IMT/U dapat dilihat pada Tabel berikut ini.

Tabel 1 Kategori status gizi berdasarkan IMT/U Ambang batas

(z-skor) Kategori

z < -3 SD sangat kurus

-3 SD ≤ z ≤ -2 SD Kurus

-2 SD ≤ z ≤ +1 SD Normal

+1 SD ≤ z ≤ +2 SD Gemuk

z > +2 SD Obesitas


(30)

         

KERANGKA PEMIKIRAN

Anak sekolah merupakan investasi bangsa yang sangat berharga, karena anak merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan mampu memperbaiki keadaan suatu bangsa di masa yang akan datang. Kualitas bangsa di masa depan ditentukan oleh kualitas anak-anak saat ini. Untuk itulah upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia harus dilakukan secara sistemik dan berkesinambungan, yaitu dengan pengoptimalan tumbuh kembang anak. Salah satu indikator tumbuh kembang anak usia sekolah adalah status gizi.

Status gizi anak dipengaruhi oleh tingkat konsumsi anak dan penyakit infeksi yang mungkin diderita anak tersebut. Kemudian tingkat konsumsi pangan dipengaruhi oleh kebutuhan gizi anak berdasarkan usia dan jenis kelamin serta intik energi dan zat gizi anak yang diperoleh dari konsumsi pangan anak yang meliputi jenis konsumsi dan jumlah konsumsi anak.

Konsumsi pangan adalah jumlah pangan (tunggal atau beragam) yang dimakan seseorang atau sekelompok orang. Konsumsi pangan anak diduga akan berbeda pada hari sekolah dan hari libur, oleh karena itu, akan dianalisis perbedaannya dan juga tingkat kecukupan energi dan zat gizi anak pada kedua hari tersebut.

Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi konsumsi pangan siswa antara lain: karakteristik siswa, pengetahuan gizi siswa, karakteristik keluarga, penyediaan pangan di rumah dan ketersediaan pangan atau jajanan di sekolah. Karakteristik siswa yang dapat mempengaruhi konsumsi pangan tersebut yaitu: usia, jenis kelamin, dan besarnya uang saku. Karakteristik keluarga meliputi: besar keluarga, pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua dan pendapatan orangtua. Besarnya uang saku diduga juga dapat dipengaruhi oleh karakteristik keluarga. Selain itu pengetahuan gizi juga akan mempengaruhi konsumsi pangan siswa. Pengetahuan gizi setiap siswa akan berbeda-beda tergantung karakteristik siswa dan karakteristik keluarga dari siswa tersebut, sehingga diduga konsumsi pangan tiap individu akan berbeda.

Ketersediaan pangan baik di rumah maupun di sekolah (kudapan) diduga juga akan mempengaruhi konsumsi pangan siswa baik jenis maupun jumlah. Namun pada penelitian ini penyediaan pangan dirumah, ketersediaan pangan atau kudapan di sekolah, dan penyakit infeksi tidak diteliti.


(31)

Keterangan:

: Variabel yang diteliti

:

Variabel yang tidak diteliti

: Hubungan yang dianalisis : Hubungan yang tidak dianalisis

Gambar 1 Faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi pangan anak

Karakteristik Keluarga: • Besar keluarga • Pendidikan Orangtua • Pekerjaan Orangtua • Pendapatan Orangtua

Konsumsi Pangan Anak: • Jenis Konsumsi

• Jumlah konsumsi Karakteristik siswa:

Penyakit Infeksi Status Gizi

Anak Sekolah Dasar

Penyediaan Pangan di Rumah • Usia 

• Jenis Kelamin 

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi • Besar Uang

Saku

Hari Sekolah Hari Libur

Pengetahuan Gizi Anak Sekolah Dasar

Ketersediaan pangan atau jajanan di sekolah

Intik Energi dan Zat Gizi

Kebutuhan Gizi Berdasarkan AKG


(32)

         

METODE

Desain, Tempat, dan Waktu

Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional study dan berupa data survey. Penelitian ini dilakukan dengan memanfaatkan data sekunder yaitu yang merupakan bagian dari penelitian “Pengembangan Model Pendidikan Makanan Jajanan Sehat Berbasis Sekolah untuk Tingkat Sekolah Dasar” yang dilakukan oleh Southeast Asian Food and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center – Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor.

Tempat penelitian dilakukan di dua SD yang terpilih di wilayah Kota Bogor. SD dipilih secara purposive sampling dan berdasarkan rekomendasi Dinas Pendidikan. SD yang menjadi lokasi penelitian adalah SDN Lawanggintung 01 dengan akreditasi A dan SDN Cimanggu Kecil dengan akreditasi B. Waktu pengambilan data dilakukan pada bulan Juni 2009 sampai bulan Juni 2010, cleaning dan pengolahan data dilakukan pada bulan April 2011 sampai bulan Juni 2011.

Teknik Penarikan Contoh

Contoh penelitian adalah siswa kelas 3 dan kelas 4 yang dipilih secara purposive 62 siswa dengan absensi menggunakan simple random sampling. Siswa kelas 3 dan kelas 4 dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa pendidikan gizi seyogyanya dimulai sejak dini pada bangku formal sehingga siswa dipilih melalui stratified random sampling dengan berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan serta siswa kelas 3 dan kelas 4 dengan pertimbangan bahwa siswa sudah dapat membaca dan mengisi kuesioner dengan dibimbing oleh enumerator, selain itu minimal usia 7 tahun sudah dapat menggunakan recall 1 x 24 jam. Berikut disajikan tabel jumlah siswa kelas 3 dan kelas 4 yang dijadikan sampel penelitian.

Tabel 2 Jumlah sampel di kedua Sekolah Dasar

Sekolah Akreditasi Kelas 3 Kelas 4 Jumlah L P L P

SDN Lawanggintung 01 A 6 8 10 10 34

SDN Cimanggu Kecil B 8 7 8 5 28

Total 14 15 18 15 62

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Keseluruhan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data tersebut meliputi: karakteristik siswa, karakteristik keluarga,


(33)

pengetahuan gizi siswa, recall konsumsi pangan pada hari sekolah dan hari libur, serta gambaran umum sekolah dan absensi siswa.

Cara pengumpulan data menggunakan teknik wawancara dan kuesioner untuk karakteristik siswa, karakteristik keluarga, dan recall konsumsi pangan siswa. Data pengetahuan gizi diperoleh dengan memberikan 20 pertanyaan berganda terkait dengan gizi dan keamanan pangan (Lampiran 1). Pengukuran langsung dilakukan untuk mengetahui data antropometri siswa menggunakan microtoise dan timbangan berat badan. Berikut variabel dan cara pengumpulan data yang dilakukan.

Tabel 3 Variabel dan cara pengumpulan data

No. Variabel Cara Pengumpulan Data Alat

1. Karakteristik siswa: Usia

Jenis kelamin Besar uang saku

Wawancara dan mengisi

kuesioner Kuesioner

2. Karakteristik keluarga: Besar keluarga Pendidikan orangtua Pekerjaan orangtua Pendapatan orangtua

Wawancara dan mengisi

kuesioner Kuesioner

3. Konsumsi pangan jenis: Jumlah konsumsi Jenis konsumsi

Wawancara dan mengisi

kuesioner Kuesioner

4. Pengetahuan gizi Menjawab pertanyaan Kuesioner

5. Recall konsumsi pangan: Hari sekolah

Hari Libur

Wawancara dan mengisi

kuesioner Kuesioner

6. Antropometri: BB

TB

Pengukuran berat badan dan tinggi badan

Timbangan Berat Badan dan

microtoise

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan cara pembersihan data (cleaning) dan melihat distribusi frekuensi setiap variabel. Jika ditemukan kesalahan pengkodean atau data-data yang belum lengkap dilakukan koreksi. Data yang telah diproses kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis secara statistik deskriptif (persentase, rata-rata dan simpangan baku) dan inferensia (uji korelasi Sperman dan uji beda Independent Sample t-test) menggunakan program Microsoft Excel 2007 dan SPSS 16.0 for Windows. Kategori variabel penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.


(34)

20   

Tabel 4 Pengkategorian variabel penelitian

No. Variabel Pengkategorian Data Referensi

A. Karakteristik siswa

1. Usia • 7-9 tahun

• 10-12 tahun

AKG (2004) 2. Jenis kelamin • 1 = Laki-laki

• 2 = Perempuan 3. Besar uang saku • Rendah < 2.000

• Sedang 2.000-4.800 • Tinggi > 4.800

Sebaran Siswa

B. Karakteristik Keluarga

1. Jumlah anggota keluarga

• Kecil (≤ 4 orang) • Sedang (5-7 orang) • Besar (≥ 8 orang)

Hurlock (1980)

2. Pendidikan orangtua

• Tidak tamat SD • SD

• SLTP • SLTA

• Perguruan Tinggi

Jenjang pendidikan formal Indonesia

3. Pekerjaan orangtua • PNS • TNI / POLRI • Pegawai Swasta • Petani / Buruh • Wiraswasta • IRT • Lain-lain 4. Pendapatan ayah • 1 = ≤500.000

• 2 = 500.001 – 1 juta • 3 = 1.000.001 – 2 Juta • 4 = > 2 juta

Sebaran Orangtua

C. Konsumsi Pangan Siswa

Recall 1 x 24 Jam Dikonversi beratnya dalam gram dan dihitung kandungan gizinya

DKBM

D. Pengetahuan Gizi Siswa

Pengetahuan gizi • Kurang, (skor <60%) • Sedang, (skor 60-80%) • Baik (skor > 80%)

Khomsan (2000)

E. Tingkat kecukupan konsumsi Siswa

Klasifikasi tingkat kecukupan energi dan protein

• defisit berat (<70% AKE) • defisit sedang (70-79% AKE) • defisit ringan (80-89% AKE) • normal (90-119% AKE) • kelebihan (>120% AKE)

Depkes (1996)

Klasifikasi tingkat kecukupan vit & min

• Kurang (<77% AKG) • Cukup (≥77% AKG)

Gibson (2005)

F. Status Gizi Siswa

IMT/U • Sangat Kurus z < -3SD • Kurus -3SD ≤ z ≤-2SD • Normal -2 SD ≤ z ≤ 1SD • Gemuk 1SD ≤ z ≤ 2SD • Obesitas z > 2SD

Kepmenkes (2010)

TB/U • Pendek < -2 SD

• Normal -2SD ≤ z ≤ 2SD • Tinggi > 2 SD


(35)

Data konsumsi pangan berupa jenis dan jumlah makanan dalam gram/URT dikonversi kedalam nilai zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan sehinggga dapat diketahui kandungan gizi masing-masing bahan pangan. Kemudian dilakukan perhitungan tingkat kecukupan gizi untuk energi, protein, vitamin A, vitamin C, kalsium, dan zat besi. Adapun rumus umum yang digunakan untuk mengetahui kandungan zat gizi makanan yang dikonsumsi adalah :

KGij = (Bj/100) x Gij x (BDDj/100)

Keterangan :

KGij = Penjumlahan zat gizi i dari setiap bahan makanan/pangan yang dikonsumsi

Bj = Berat bahan makanan j (gram)

Gij = Kandungan zat gizi i dari bahan makanan j BDDj = % bahan makanan j yang dapat dimakan (Sumber : Hardinsyah & Briawan 1994)

Faktor koreksi berat badan dilakukan untuk mengetahui kebutuhan energi dan protein anak sesuai dengan berat badan aktual anak, yaitu dengan membandingkan berat badan aktual dengan berat badan ideal dikalikan dengan angka kecukupan energi atau protein berdasarkan angka kecukupan gizi (AKG) yang dianjurkan berdasarkan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII tahun 2004. Faktor koreksi berat badan yang dilakukan pada penelitian ini hanya digunakan pada anak dengan status gizi normal yang diketahui berdasarkan indeks IMT/U (-2SD<z<1SD), sedangkan pada anak dengan status gizi sangat kurus, kurus, gemuk, dan obesitas tidak menggunakan faktor koreksi berat badan. Adapun rumus umum yang digunakan untuk angka kecukupan energi dan protein pada anak dengan status gizi normal adalah sebagai berikut :

AKE = (BBa/BBi) x AKGx)

Keterangan :

BBa = Berat badan aktual anak (kg) BBi = Berat badan ideal anak (kg)

AKGx = Angka kecukupan energi atau protein berdasarkan AKG (2004)

Angka kecukupan energi dan zat gizi yang dianjurkan untuk anak usia sekolah berdasarkan AKG (2004) dapat dilihat pada Tabel 5.


(36)

22   

Tabel 5 Angka kecukupan energi dan zat gizi bagi anak sekolah Umur (thn) BB

(kg) TB (cm)

Energi (kkal)

Protein (g)

Vit. A (RE)

Vit. C (mg)

Kalsium (mg)

Zat besi (mg)

Anak (7-9) 25 120 1800 45 500 45 600 10

Pria (10-12) 35 138 2050 50 600 50 1000 13

Wanita (10-12) 37 145 2050 50 600 50 1000 20

Pengukuran tingkat kecukupan zat gizi yaitu: energi, protein, vitamin A, vitamin C, kalsium, dan zat besi merupakan tahap lanjutan dari penghitungan konsumsi pangan. Tingkat kecukupan zat gizi merupakan persentase konsumsi aktual siswa dengan angka kecukupan gizi (AKG) yang dianjurkan berdasarkan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII tahun 2004 yang telah dikoreksi menggunakan faktor koreksi berat badan. Secara umum tingkat kecukupan zat gizi dapat dirumuskan sebagai berikut:

TKGi = (Ki/AKGi) x 100%

Keterangan:

TKGi = Tingkat kecukupan zat gizi i Ki = Konsumsi zat gizi i AKGi = Kecukupan zat gizi i yang dianjurkan

(Sumber : Hardinsyah & Briawan 1994)

Pengukuran status gizi dilakukan dengan metode antropometri melalui perhitungan indeks massa tubuh dibandingkan dengan umur (IMT/U) dan tinggi badan dibandingkan dengan umur (TB/U) dengan menggunakan software WHO Anthroplus 2007. Kemudian hasilnya disesuaikan dengan nilai yang telah ditentukan oleh Kepmenkes tahun 2010 untuk IMT/U dan WHO tahun 2007 untuk TB/U.

Kemudian analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Analisis deskriptif meliputi :

a. Karakteristik siswa meliputi: umur, jenis kelamin dan uang saku per hari. b. Karakteristik keluarga meliputi: besar keluarga, pendidikan orangtua,

pekerjaan orangtua, dan pendapatan ayah. c. Pengetahuan gizi siswa.

d. Konsumsi pangan siswa pada hari sekolah dan hari libur.

e. Tingkat kecukupan energi, protein, vitamin A, vitamin C, kalsium, dan zat besi.


(37)

2. Uji korelasi Spearman digunakan untuk melihat variabel hubungan yaitu: a. Menganalisa hubungan besarnya uang saku dengan karakteristik

keluarga (pendidikan ayah, pendidikan ibu, pekerjaan ayah, pekerjaan ibu, pendapatan ayah, besar keluarga)

b. Menganalisa hubungan karakteristik siswa (jenis kelamin, umur dan uang saku) dan karakteristik keluarga (pendidikan ayah, pendidikan ibu, pekerjaan ayah, pekerjaan ibu, pendapatan ayah dan besar keluarga) dengan pengetahuan gizi siswa.

c. Menganalisa hubungan pengetahuan gizi siswa dengan konsumsi pangan siswa (total zat gizi yang dikonsumsi).

d. Menganalisa hubungan tingkat kecukupan energi dan protein dengan status gizi siswa.

3. Uji beda Independent Sample t-test digunakan untuk menguji perbedaan yaitu:

a. Menguji perbedaan konsumsi pangan serta tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa pada hari sekolah dan hari libur.

b. Menguji perbedaan konsumsi pangan serta tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa kelas 3 dan kelas 4.

c. Menguji perbedaan konsumsi pangan serta tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa laki-laki dan perempuan.


(38)

24   

Definisi Operasional

Anak sekolah dasar adalah anak dengan usia mulai dari 6 tahun hingga anak menunjukkan kematangan seksualnya antara usia 13 sampai 14 tahun.

Siswa adalah anak sekolah dasar kelas 3 dan kelas 4 yang menjadi sampel dalam penelitian ini.

Besar keluarga adalah keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak, dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama.

Pekerjaan orangtua adalah kegiatan yang dilakukan oleh orangtua siswa, baik dengan bekerja di instansi pemerintah, swasta, usaha sendiri (wirausaha), dan usaha lain dalam rangka menafkahi keluarganya.

Pendidikan orangtua adalah jenjang pendidikan formal yang diselesaikan oleh orangtua dengan memperhitungkan lamanya tahun pendidikan yang pernah diikuti.

Pendapatan ayah adalah total pendapatan (Rp/bln) yang diperoleh ayah responden setiap bulannya.

Pengetahuan gizi adalah kemampuan kognitif serta pemahaman contoh tentang gizi seimbang. Pengetahuan gizi diukur dari kemampuan contoh dalam menjawab pertanyaan terkait gizi dan keamanan pangan.

Pengetahuan terkait gizi pengetahuan siswa yang berkaitan dengan segala sesuatu tentang makanan dalam hubungannya dengan kesehatan optimal.

Pengetahuan terkait keamanan pangan pengetahuan siswa mengenai pencegahan pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu atau membayakan kesehatan.

Status gizi siswa adalah keadaan tubuh contoh yang diakibatkan karena intake zat gizi dan penyerapan yang diukur berdasarkan nilai z-skor indeks IMT/U.

Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia.

Konsumsi pangan siswa adalah jenis dan jumlah pangan (tunggal atau beragam) yang dimakan anak dalam waktu satu hari.

Intik energi dan zat gizi adalah banyaknya energi dan zat gizi yang dikonsumsi siswa dalam satu hari.


(39)

Tingkat kecukupan gizi adalah total zat gizi yang dikonsumsi siswa dalam satu hari dibandingkan dengan angka kecukupan gizi menurut umur dan jenis kelamin berdasarkan WKNPG 2004.

Kudapan adalah makanan selingan yang dibeli dan siap dikonsumsi (produksi pabrik) ataupun terlebih dahulu diolah oleh penjual jajanan.


(40)

         

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Sekolah

Sekolah yang diteliti terdiri dari dua SD yang terletak di Kota Bogor. Sekolah yang pertama adalah SD Negeri Lawanggintung 01 yang berakreditasi A dan sekolah kedua SD Negeri Cimanggu Kecil yang berakreditasi B. Kedua sekolah ini memiliki kantin baik di dalam lingkungan sekolah maupun penjaja makanan di luar sekolah.

SD Negeri Lawanggintung 01 adalah sekolah yang berada di Jalan Lawanggintung No.22, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, dan didirikan pada tahun 1966. Sekolah ini memiliki luas tanah 1593 m², yang terdiri dari bangunan seluas 865 m² dan halaman seluas 728 m². Jumlah pegawai sebanyak 31 orang, termasuk kepala sekolah, guru kelas sebanyak 15 orang, guru bidang studi 10 orang, pustakawan 1 orang, pegawai tata usaha 2 orang dan penjaga sekolah 2 orang. Jumlah siswa pada tahun 2008/2009 sebanyak 632 orang yang terdiri dari 306 laki-laki dan 326 perempuan, dengan jumlah kelas sebanyak 13 kelas. Kegiatan belajar disekolah ini yaitu masuk pagi dan siang, pagi dimulai dari pukul 07.00-13.00 WIB sedangkan siang dimulai dari pukul 13.00-17.00 WIB. Fasilitas yang tersedia terdiri dari ruang kelas, ruang komputer, ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang penjaga, mushola, koperasi, kantin, serta WC guru dan WC murid.

SD Negeri Cimanggu Kecil adalah sekolah yang beralamat di Jalan Cimanggu Kecil No. 35, Kelurahan Ciwaringin, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor. Letaknya berada agak dalam sehingga tidak begitu banyak kendaraan umum yang melaluinya. Sekolah ini berdiri sejak tahun 1977 dan mulai beroperasi pada tahun 1978. Sekolah ini memiliki luas tanah seluas 1660 m². Jumlah guru dan staf pegawai sekolah sebanyak 19 orang PNS dan 2 honorer. Jumlah siswa sebanyak 555 orang yang terdiri dari 276 laki-laki dan 279 perempuan, dengan jumlah kelas sebanyak 16 kelas. Sama halnya dengan SD Negeri Lawanggintung 01, kegiatan belajar di SD Negeri Cimanggu Kecil yaitu masuk pagi dan siang, pagi dimulai dari pukul 07.00-13.00 WIB sedangkan siang dimulai dari pukul 13.00-17.00 WIB. Fasilitas yang dimiliki sekolah yaitu ruang kelas, perpustakaan, mushola, kantin, koperasi sekolah, taman sekolah, lapangan olahraga, serta WC guru dan WC murid.


(41)

Karakteristik Siswa Umur dan Jenis Kelamin

Siswa pada penelitian ini adalah siswa SD kelas 3 dan kelas 4 dengan kisaran umur 7-12 tahun. Rata-rata siswa berumur 8,6 ± 0,9 tahun. Sebagian besar umur siswa berada pada usia 8 dan 9 tahun. Sebaran siswa berdasarkan umur, kelas dan jenis kelamin dapat dilihat dalam Tabel 6. Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa kelas 3, baik laki-laki maupun perempuan berumur 8 tahun dengan persentase 50% dan 60% sedangkan siswa kelas 4 sebagian besar berumur 9 tahun yaitu laki-laki sebanyak 66,7% dan perempuan 53,3%.

Tabel 6 Sebaran siswa berdasarkan umur, kelas dan jenis kelamin Umur

(tahun)

Kelas 3 Kelas 4

Total Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan

n % n % n % n % n %

7 3 21,4 1 6,7 0 0,0 0 0,0 4 6,5

8 7 50,0 9 60,0 3 16,7 4 26,7 23 37,1

9 4 28,5 5 33,3 12 66,7 8 53,3 29 46,7

10 0 0,0 0 0,0 2 11,1 1 6,7 3 4,8

11 0 0,0 0 0,0 1 5,6 1 6,7 2 3,2

12 0 0,0 0 0,0 0 0,0 1 6,7 1 1,6

Total 14 100,0 15 100,0 18 100,0 15 100,0 62 100,0 Rata-rata ± SD 8,1 ± 0,6 8,1 ± 0,5 9,0 ± 0,7 9,2 ± 1,1 8,6 ± 0,9

Besar Uang Saku

Uang saku merupakan bagian dari pengalokasian keluarga yang diberikan pada anak untuk jangka waktu tertentu, seperti harian, mingguan, atau bulanan. Perolehan uang saku sering menjadi suatu kebiasaan, anak diharapkan untuk belajar mengelola dan bertanggung jawab atas uang saku yang dimiliki (Napitu 1994).

Tabel 7 Sebaran siswa berdasarkan besar uang saku

Uang Saku

Kelas 3 Kelas 4

Total Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan

n % n % n % n % n %

< Rp. 2.000 3 21,4 0 0,0 1 5,6 0 0,0 4 6,5

Rp. 2.000 s/d Rp. 4.800 7 50,0 11 73,3 11 61,1 11 73,3 40 64,5

> Rp. 4.800 4 28,6 4 26,7 6 33,3 4 26,7 18 29,0

Total 14 100,0 15 100,0 18 100,0 15 100,0 62 100,0

Berdasarkan hasil penelitian, besar uang saku siswa berkisar antara Rp.1.500,- sampai Rp.10.000,-. Dapat dilihat pada Tabel 7, sebagian besar uang saku siswa berada pada kisaran Rp.2.000,- sampai Rp.4.800,- yaitu sebanyak 64,5%. Besar uang saku anak merupakan salah satu indikator sosial ekonomi keluarga, pada penelitian ini ditemukan bahwa besarnya uang saku anak sebanding dengan pendapatan ayah. Andrawulan et al (2008) diacu dalam


(42)

28   

Umardani (2011) menyatakan bahwa semakin banyak uang saku, maka semakin besar peluang anak untuk membeli makanan jajanan baik di kantin maupun di luar sekolah.

Pengetahuan Gizi

Pengetahuan adalah informasi yang disimpan dalam ingatan yang menjadi penentu utama perilaku seseorang. Pengetahuan gizi yang baik menjadi andalan yang menentukan konsumsi pangan. Anak yang memiliki pengetahuan gizi yang baik akan mampu menerapkan pengetahuan gizinya didalam pemilihan bahan makanan, khususnya makanan jajanan yang akan dikonsumsi. Pengetahuan gizi siswa terbagi menjadi dua yaitu pengetahuan terkait gizi dan pengetahuan terkait keamanan pangan. Pengetahuan terkait gizi meliputi definisi dan kegunaan makanan bergizi, pangan sumber zat gizi, dan fungsi zat gizi. Pengetahuan terkait keamanan pangan meliputi definisi pangan yang aman, contoh jajanan sehat, perilaku hidup sehat, dan keamanan makanan jajanan.

Tabel 8 Sebaran siswa berdasarkan pengetahuan gizi Pengetahuan Gizi dan Keamanan Pangan

Gizi Keamanan Pangan Keseluruhan

n % n % n %

Kurang 12 19,4 16 25,8 11 17,7

Sedang 17 27,4 16 25,8 23 37,1

Baik 33 53,2 30 48,4 28 45,2

Total 62 100,0 62 100,0 62 100,0

Rata-rata ± SD 73,1 ± 17,5 70,3 ± 23,8 71,7 ± 17,2

Menurut Khomsan (2000), kategori pengetahuan gizi bisa dibagi dalam tiga kelompok yaitu baik (skor > 80), sedang (60 ≤ skor ≤ 80) dan kurang (skor < 60). Tabel 8 menunjukkan bahwa pengetahuan gizi siswa termasuk dalam kategori sedang, hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai pengetahuan terkait gizi 73,1 ± 17,5 pengetahuan terkait keamanan pangan 70,3 ± 23,8 dan pengetahuan gizi secara keseluruhan 71,7 ± 17,2. Pengetahuan terkait gizi siswa sedikit lebih baik jika dibandingkan dengan yang lainnya, hal ini ditunjukkan dari sebaran pengetahuan terkait gizi siswa yang masuk dalam kategori baik mencapai 53,2%. Berikut merupakan sebaran siswa kelas 3 dan 4 berdasarkan pengetahuan gizi.

Tabel 9 Sebaran siswa berdasarkan pengetahuan gizi pada siswa kelas 3 dan 4

Gizi Keamanan Pangan Keseluruhan

Kelas 3 Kelas 4 Kelas 3 Kelas 4 Kelas 3 Kelas 4

n % n % n % n % n % n %

Kurang 12 41,4 8 24,2 8 27,6 8 24,2 11 37,9 9 27,3

Sedang 14 48,3 15 45,5 11 37,9 5 15,2 12 41,4 10 30,3

Baik 3 10,3 10 30,3 10 34,5 20 60,6 6 20,7 14 42,4

Total 29 100,0 33 100,0 29 100,0 33 100,0 29 100,0 33 100,0


(43)

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pengetahuan gizi siswa kelas 4 lebih baik daripada siswa kelas 3. Hal ini dapat dilihat berdasarkan rata-rata skor pengetahuan gizi baik pengetahuan terkait gizi, keamanan pangan maupun keseluruhan siswa kelas 4 lebih tinggi daripada kelas 3. Selain itu, juga dapat dilihat dari sebaran siswa yang masuk dalam kategori baik lebih tinggi pada siswa kelas 4. Hal ini dikarenakan siswa kelas 4 dianggap memiliki pengetahuan yang lebih banyak dibandingkan siswa kelas 3. Namun demikian, secara umum pengetahuan gizi siswa baik kelas 3 maupun kelas 4 termasuk dalam kategori sedang yaitu dalam kisaran 60-80%. Berikut ini disajikan pertanyaan yang ditanyakan kepada siswa serta jumlah siswa yang dapat menjawab dengan benar pada Tabel 10.

Tabel 10 Sebaran siswa berdasarkan jawaban yang benar untuk pertanyaan pengetahuan gizi dan keamanan pangan

No. Pertanyaan n %

A.

1.

Gizi

Definisi makanan bergizi 49 79,0

2. Kegunaan makanan bergizi 53 85,5

3. Contoh anak sehat 56 90,3

4. Kegunaan makanan yang cukup 35 56,5

5. Waktu makan sehari 44 71,0

6. Pangan sumber karbohidrat 35 56,5

7. Pangan sumber protein hewani 44 71,0

8. Pangan sumber vitamin 52 83,9

9. Sayuran yang baik untuk kesehatan mata 58 93,6

10. Kegunaan air minum 27 43,6

B.

11.

Keamanan Pangan

Definisi pangan yang aman 42 67,7

12. Contoh jajanan sehat 54 87,1

13. Minuman yang aman bagi tubuh 58 93,6

14. Kebiasaan mencuci tangan 32 51,6

15. Cara mencuci sayuran 41 66,1

16. Ciri-ciri makanan yang aman 44 71,0

17. Pengolahan daging (pangan hewani) 57 91,9

18. Makanan kemasan 48 77,4

19. Bungkus jajanan yang aman 23 37,1

20. Makanan kaleng 37 59,7

Tabel 10 memperlihatkan bahwa hampir seluruh siswa (>90%) dapat menjawab dengan benar mengenai contoh anak yang sehat, sayuran yang baik bagi kesehatan mata, minuman yang aman bagi tubuh serta pengolahan pangan hewani yang baik. Namun hanya sedikit (<50%) siswa yang dapat menjawab dengan benar mengenai kegunaan air minum dan bungkus jajanan yang aman. Selebihnya sebagian besar siswa sudah dapat menjawab dengan benar mengenai definisi dan kegunaan makanan bergizi, kegunaan makanan yang cukup, pangan sumber zat gizi, definisi pangan yang aman, contoh jajanan


(44)

30   

sehat, kebiasaan mencuci tangan, cara mencuci sayuran, ciri-ciri makanan yang aman, makanan kemasan dan makanan kaleng. Pertanyaan pilihan berganda mengenai pengetahuan gizi dapat dilihat pada Lampiran 1.

Status Gizi

Penentuan status gizi siswa didasarkan pada indeks masa tubuh menurut umur (IMT/U) dan tinggi badan menurut umur (TB/U). Menurut WHO (2007), IMT/U dan TB/U adalah indikator yang direkomendasikan untuk menilai status gizi kurus, normal dan obesitas pada anak usia 5-19 tahun. Penentuan nilai status gizi ditentukan berdasarkan software anthroplus 2007. Sebelum membahas status gizi, berikut disajikan rata-rata berat badan dan tinggi badan siswa pada Tabel 11.

Tabel 11 Rata-rata berat badan dan tinggi badan siswa Kelas 3 Kelas 4 Laki-laki Perempuan Keseluruhan

BB (kg) 24,9 27,2 25,8 26,5 26,1

TB (cm) 126,8 129,7 128,6 128,1 128,3

Rata-rata berat badan dan tinggi badan siswa pada penelitian ini adalah 26,1 kg dan 128,3 cm. Dapat dilihat bahwa selain rata-rata berat badan dan tinggi badan siswa kelas 4 lebih tinggi dari kelas 3, rata-rata berat badan siswa pada jenis kelamin perempuan lebih tinggi dibandingkan jenis kelamin laki-laki, sedangkan untuk rata-rata tinggi badan siswa laki-laki lebih tinggi daripada siswa perempuan.

Tabel 12 merupakan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan indeks IMT/U. Tabel 12 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa (69,4%) berada dalam status gizi normal, sedangkan kurus 16,1%, gemuk dan obesitas masing-masing 6,5%, dan sangat kurus 1,6%. Data Riskesdas Jawa barat tahun 2007 menyebutkan bahwa prevalensi kurus dan BB lebih anak usia sekolah (6-14 tahun) di Kota Bogor berdasarkan IMT/U adalah jenis kelamin laki-laki kurus 9,5% dan BB lebih 15,3% sedangkan jenis kelamin perempuan kurus 5,3% dan BB lebih 8,6%. Pada penelitian ini prevalensi kurus dan BB lebih untuk jenis kelamin laki-laki adalah 21,9% dan 15,7% sedangkan pada jenis kelamin perempuan 13,3% dan 10%.


(45)

Tabel 12 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMT/U)

Kelas 3 Kelas 4 Laki-laki Perempuan Total n % n % n % n % n %

Sangat kurus 0 0,0 1 3,0 1 3,1 0 0,0 1 1,6

Kurus 5 17,2 5 15,2 6 18,8 4 13,3 10 16,1

Normal 22 75,9 21 63,6 20 62,5 23 76,7 43 69,4

Gemuk 1 3,4 3 9,1 2 6,3 2 6,7 4 6,5

Obesitas 1 3,4 3 9,1 3 9,4 1 3,3 4 6,5

Total 29 100,0 33 100,0 32 100,0 30 100,0 62 100,0

Bedasarkan tabel di atas, juga dapat dilihat bahwa dari 62 siswa yang dijadikan sampel, terdapat satu siswa yang mengalami status gizi sangat kurus berdasarkan indeks IMT/U yaitu anak laki-laki kelas 4. Begitupula siswa yang mengalami status gizi obesitas juga terutama terjadi pada siswa kelas 4 dengan jenis kelamin laki-laki. Pada penelitian ini terdapat kecenderungan bahwa siswa yang mengalami status gizi kurus dan sangat kurus berasal dari keluarga dengan pendapatan ayah menengah kebawah, sedangkan siswa dengan status gizi gemuk dan obesitas berasal dari keluarga dengan pendapatan ayah menengah keatas. Namun tidak terdapat hubungan yang signifikan antaran pendapatan ayah dengan status gizi anak (p=0,063).

Tabel 13 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TB/U)

Kelas 3 Kelas 4 Laki-laki Perempuan Total

n % n % n % n % n %

Pendek 2 6,9 2 6,1 0 0,0 4 13,3 4 6,5

Normal 25 86,2 31 93,9 32 100,0 24 80,0 56 90,3

Tinggi 2 6,9 0 0,0 0 0,0 2 6,7 2 3,2

Total 29 100,0 33 100,0 32 100,0 30 100,0 62 100,0

Tabel 13 merupakan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan indeks TB/U. Tabel 13 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa (90,3%) memiliki tinggi badan dalm kategori normal. Namun terdapat 6,5% siswa dalam kategori pendek dan 3,2% siswa lainnya dalam kategori tinggi.

Karakteristik Keluarga Pendidikan Orangtua

Pendidikan orangtua dibedakan atas pendidikan ayah dan pendidikan ibu. Tingkat pendidikan orangtua siswa disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 14 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua siswa

Tingkat Pendidikan Ayah Ibu

n % n %

Tidak tamat SD 0 0,0 0 0,0

Tamat SD 3 4,8 3 4,8

SMP 6 9,7 12 19,4

SMA 35 56,5 33 53,2

Perguruan Tinggi 18 29,0 14 22,6


(46)

32   

Berdasarkan Tabel 16 dapat diketahui bahwa sebagian besar tingkat pendidikan orangtua siswa adalah SMA (ayah sebanyak 56,5% dan ibu sebanyak 53,2%). Kurang dari 30% orangtua siswa memiliki tingkat pendidikan perguruan tinggi (ayah sebanyak 29% dan ibu sebanyak 22,6%), dan selebihnya hanya menamatkan SMP atau SD.

Pekerjaan Orangtua

Tabel 15 menampilkan sebaran pekerjaan orangtua siswa. Sebagian besar pekerjaan ayah siswa adalah pegawai swasta yaitu sebanyak 37,1%. Pekerjaan ayah lainnya yaitu wiraswasta, TNI/POLRI, PNS, petani/buruh dan lainnya. Lebih dari separuh ibu siswa merupakan ibu rumah tangga atau tidak bekerja yaitu sebesar 69,3%, sedangkan sisanya bekerja sebagai PNS, pegawai swasta, wiraswasta dan lainnya.

Tabel 15 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua siswa

Pekerjaan Ayah Ibu

n % n %

PNS 8 12,9 4 6,5

TNI/POLRI 12 19,4 0 0,0

Swasta 23 37,1 9 14,5

Petani/buruh 2 3,2 0 0,0

Wiraswasta 14 22,6 5 8.1

IRT 0 0,0 43 69,3

Lain-lain 3 4,8 1 1,6

Total 62 100,0 62 100,0

Pendapatan Orangtua

Pendapatan orangtua yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendapatan ayah. Sebagian besar ayah siswa memiliki penghasilan dalam kisaran Rp.500.000 – Rp.1.000.000. Hal ini berarti sebagian besar siswa berasal dari keluarga menengah kebawah. Sebaran pendapatan ayah siswa disajikan pada Tabel 16.

Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan pendapatan orangtua siswa

Pendapatan Ayah

n %

< Rp.500.000 4 6,5

Rp.500.000 – Rp.1.000.000 24 38,7

Rp.1.000.000 – Rp.2.000.000 17 27,4

> Rp.2.000.000 17 27,4

62 100,0

Besar Keluarga

Besar keluarga adalah keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak, dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama. Besar keluarga dapat mempengaruhi konsumsi zat gizi dan luas penghuni dalam suatu rumah tangga yang nantinya dapat mempengaruhi kesehatan anggota


(1)

No. Jenis pangan

yg mengkonsumsi (N=62) g/kap/hari % konsumsi yg mengkonsumsi (N=62) g/kap/hari % konsumsi

n % n %

1 Makanan pokok

Bihun 6 9.7 2.7 0.3 14 22.6 4.5 0.5

Bubur ayam 5 8.1 16.1 1.7 7 11.3 22.6 2.3

Mie ayam 5 8.1 4 0.4 2 3.2 1.6 0.2

Mie instant 38 61.3 55.2 5.7 34 54.8 50.1 5.2

Nasi putih 60 96.8 416.9 42.7 58 93.5 377.4 39

Nasi goreng 20 32.3 76.6 7.8 23 37.1 78.2 8.1

Nasi uduk 5 8.1 21 2.1 4 6.5 11.3 1.2

Produk sereal 3 4.8 1,5 0.1 1 1.6 0.4 0

Roti 16 25.8 17 1.7 19 30.6 21.1 2.2

Subtotal 69.6 62.4 567.3 58.6

2 Daging dan olahannya

Bakso 7 11.3 6.9 0.7 15 24.2 17.2 1.8

Daging 1 1.6 0.2 0 0 0 0 0

Kikil 1 1.6 0.8 0.1 0 0 0 0

Kornet 1 1.6 1.3 0.1 0 0 0 0

Sate kambing 1 1.6 1 0.1 0 0 0 0

Sosis 4 6.5 3.6 0.4 3 4.8 3 0.3

Subtotal 13.7 1.4 20,2 2.1

3 Ayam dan olahannya

Ayam (bubur ayam) 4 6.5 1.6 0.2 7 11.3 2.7 0.3

Ayam (mie ayam) 5 8.1 2.7 0.3 2 3.2 0.8 0.1

Ayam (sop ayam) 3 4.8 0.9 0.4 2 3.2 1.6 0.2

Ayam bakar 1 1.6 0.9 0.1 2 3.2 2.7 0.3

Ayam goreng 17 27.4 18.7 1.9 20 32.3 19.9 2.1

Ayam goreng tepung 1 1.6 0.9 0.1 0 0 0 0

Ayam gulai 1 1.6 3.5 0.1 0 0 0 0

Hati ayam goreng 0 0 0 0.6 1 1.6 1 0.1

Nuget 3 4.8 5.4 0.6 1 1.6 1.3 0.1


(2)

Soto ayam 0 0 0 0 2 3.2 1.9 0.2

Subtotal 40.2 4.1 32.3 3.3

4 Ikan dan olahannya

Cumi goreng 1 1.6 1 0.1 0 0 0 0

Ikan asin 0 0 0 0 2 3.2 0.7 0.1

Ikan bandeng goreng 0 0 0 0 1 1.6 1.6 0.2

Ikan bawal goreng 1 1.6 1.6 0.2 3 4.8 6.5 0.7

Ikan cue goreng 0 0 0 0 2 3.2 1.3 0.1

Ikan gurame goreng 1 1.6 1.6 0.2 0 0 0 0

Ikan Kembung goreng 0 0 0 0 1 1.6 0.8 0.1

Ikan lele goreng 3 4.8 1 0.1 4 6.5 7.1 0.7

Ikan mas goreng 10 16.1 9.7 1 14 22.6 13.5 1.4

Ikan mujair goreng 1 1.6 0 0.1 2 3.2 1.6 0.2

Ikan tongkol balado 3 4.8 2.6 0.3 4 6.5 3.1 0.3

Ikan sarden 1 1.6 1.9 0.2 0 0 0 0

Ikan tongkol goreng 6 9.7 7.1 0.7 2 3.2 1.3 0.1

Udang goreng 1 1.6 1.2 0.1 0 0 0 0

Subtotal 27.7 3 37.5 3.9

5 Telur dan olahannya

Telur (nasi goreng) 14 22.6 10.2 1 16 25.8 7.7 0.8

Telur asin 1 1.6 0.5 0 0 0 0 0

Telur balado 1 1.6 0.9 0.1 0 0 0 0

Telur ceplok 11 17.7 12.5 1.3 17 27.4 17.7 1.8

Telur dadar 15 24.2 12.2 1.3 16 25.8 11.9 1.2

Telur orek 0 0 0 0 1 1.6 0.3 0

Telur rebus 4 6.5 4.4 0.5 4 6.5 3.5 0.4

Subtotal 40.9 4.2 41.2 4.3

6 Susu dan olahannya

Es susu 0 0 0 0 1 1.6 0.2 0

Ice cream 2 3.2 3.8 0.4 0 0 0 0

Keju 1 1.6 0.1 0 0 0 0 0


(3)

Susu cair 6 9.7 21.2 2.2 8 12.9 26.8 2.8

Susu kental manis 2 3.2 1.2 0.1 12 19.4 15.5 1.6

Total 45.5 4.7 60.3 6.2

7 Kacang-kacangan dan olahannya

Bubur kacang hijau 1 1.6 1.6 0.2 1 1.6 1.6 0.2

Kacang atom 1 1.6 1.6 0 0 0 0 0

Kacang tanah 2 3.2 0.1 0 5 8.1 2.1 0.2

Tahu goreng 6 9.7 3.2 0.3 2 3.2 6.4 0.7

Tahu kecap 1 1.6 0.4 0 0 0 0 0

Tahu orek 1 1.6 0.3 0 0 0 0 0

Tempe bacem 0 0 0 0 1 1.6 0.8 0.1

Tempe goreng 6 9.7 4.4 0.4 8 12.9 9.2 1

Tempe orek 1 1.6 0.3 0 2 3.2 0.8 0.1

Subtotal 10.5 1.1 20.9 2.2

8 Sayur dan olahannya

Sawi rebus 4 6.5 4.6 0.5 13 21 8.4 0.9

Sayut asem 2 3.2 1.4 0.1 4 6.5 5.6 0.6

Sayur bayam 18 29 27.7 2.8 14 22.6 19 2

Sayur bening wortel 1 1.6 0.5 0 1 1.6 0.5 0.1

Sayur daun singkong 0 0 0 0 1 1.6 0.8 0.1

Sayur katuk 1 1.6 1.6 0.2 3 4.8 2.4 0.3

Sayur lodeh 1 1.6 1.6 0.2 1 1.6 0.8 0.1

Sayur sop 4 6.5 9.7 1 9 14.5 12.9 1.3

Sayur toge 0 0 0 0 2 3.2 1.1 0.1

Tumis buncis 2 3.2 4.8 0.5 0 0 0 0

Tumis kangkung 2 3.2 3.2 0.3 3 4.8 2.8 0.3

Subtotal 55.1 5.6 54.4 5.6

9 Buah dan olahannya

Alpukat 0 0 0 0 1 1.6 1.6 0.2

Anggur 1 1.6 0.8 0.1 0 0 0 0

Apel 5 8.1 6.3 0.6 8 12.9 11.9 1.2


(4)

Es campur 1 1.6 2.9 0.3 1 1.6 2.9 0.3

Jambu 0 0 0 0 1 1.6 1.8 0.2

Jeruk 9 14.5 9 0.9 6 9.7 13.6 1.4

Kelengkeng 0 0 0 0 1 1.6 3.1 0.3

Mangga 3 4.8 7.3 0.7 1 1.6 2.6 0.3

Melon 1 1.6 3.1 0.3 0 0 0 0

Pepaya 0 0 0 0 1 1.6 1.6 0.2

Pir 2 3.2 9.5 1 1 1.6 1.4 0.1

Pisang 2 3.2 2.7 0.3 0 0 0 0

Rujak 0 0 0 0 2 3.2 2.4 0.3

Salak 0 0 0 0 1 1.6 3.7 0.4

Subtotal 42.9 4.4 46.6 4.8

10 Minuman

Es doger 0 0 0 0 2 3.2 3.2 0.3

Es jeruk 1 1.6 1.6 0.2 0 0 0 0

Es mambo 1 1.6 1.6 0.2 2 3.2 4 0.4

Es teh (industry) 14 22.6 33.2 3.4 2 3.2 9.2 1

Es teh (home made) 6 9.7 9.7 1 0 0 0 0

Fanta 0 0 0 0 1 1.6 4 0.4

Jelly drink 1 1.6 1.6 0.2 2 3.2 3.2 0.3

Jus alpukat 0 0 0 0 1 1.6 3.2 0.3

Jus jambu 0 0 0 0 1 27.4 1.8 0.2

Jus mangga 0 0 0 0 1 1.6 2.6 0.3

Minuman serbuk rasa jeruk 3 4.8 0.7 0.1 0 0 0 0

Pop ice 5 8.1 2 0.2 0 0 0 0

Sirup 2 3.2 6.5 0.7 1 1.6 3.2 0.3

Subtotal 56.9 5.8 34.5 3.6

11 Kudapan Home made

Burger 4 6.5 4.8 0.5 1 1.6 1.3 0.1

Agar-agar 4 6.5 4.4 0.4 1 1.6 1.5 0.2


(5)

Cireng 1 1.6 2.3 0.2 1 1.6 2.3 0.2

Kue bolu kukus 1 1.6 1.9 0.2 0 0 0 0

Cimol 4 6.5 1.6 0.2 3 4.8 1.6 0.2

Pempek 1 1.6 1.6 0.2 0 0 0 0

Kue lupis 1 1.6 1 0.1 0 0 0 0

Macio 2 3.2 1 0.1 0 0 0 0

Cakwe 1 1.6 0.3 0 2 3.2 1 0.1

Keripik singkong 1 1.6 0.3 0 2 3.2 1 0.1

Makaroni 1 1.6 0.2 0 0 0 0 0

Rambut nenek 1 1.6 0.2 0 0 0 0 0

Otak-otak 1 1.6 0.2 0 0 0 0 0

Bakwan 0 0 0 0 1 1.6 0.8 0.1

Batagor 0 0 0 0 2 3.2 4.8 0.5

Donat 0 0 0 0 1 1.6 2.9 0.3

Ketoprak 0 0 0 0 1 1.6 0.8 0.1

Ketupat sayur 0 0 0 0 1 1.6 4.8 0.5

Pisang goreng 0 0 0 0 2 3.2 4.8 0.5

Siomay 0 0 0 3 4.8 7.3 0.8

Pabrik

Biskuit 4 6.5 1.1 0.1 10 16.1 4.7 0.5

Bolu biskuat 2 3.2 0.3 0 1 1.6 0.3 0

Chiki 16 25.8 5.6 0.6 19 30.6 5.9 0.6

Momogi 1 1.6 0.2 0 1 1.6 0.2 0

Permen 3 4.8 0.2 0 6 9.7 0.7 0.1

Pilus 0 0 0 0 3 4.8 1 0.1

Stick coklat 3 4.8 0.2 0 5 8.1 1.3 0.1

Wafer 7 11.3 1.9 0.2 8 12.9 3.4 0.3

Subtotal 32.3 3.3 52.3 5.4


(6)

Hari Sekolah Hari Libur Hari Sekolah Hari Libur

Makanan pokok 1052,7 17,0 1048,8 16,9

Daging dan olahannya 114,0 76,6 1,8 1,2

Ayam dan olahannya 365,0 240,0 5,9 3,9

Ikan dan olahannya 316,2 379,1 5,1 6,1

Telur dan olahannya 358,5 378,5 5,8 6,1

Susu dan olahannya 253,0 324,8 4,1 5,2

Kacang-kacangan dan olahannya 85,4 158,7 1,4 2,6

Sayur dan olahannya 58,2 68,7 0,9 1,1

Buah dan olahannya 11,6 40,4 0,2 0,7

Minuman 3,8 31,6 0,1 0,5

Kudapan 200,3 161,8 3,2 2,6