Potensi fraksi aktif daun kacang babi (Tephrosia vogelii) sebagai antikanker

POTENSI FRAKSI AKTIF DAUN KACANG BABI (Tephrosia
vogelii) SEBAGAI ANTIKANKER

RIDHO PUTROTOMO

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

ABSTRAK
RIDHO PUTROTOMO. Potensi Fraksi Aktif Daun Kacang Babi (Tephrosia
vogelii) sebagai Antikanker. Dibimbing oleh GUSTINI SYAHBIRIN dan DJOKO
PRIJONO.
Kacang babi (Tephrosia vogelii) telah dimanfaatkan sebagai insektisida
nabati. Berhubung sifat toksiknya tersebut, daun tumbuhan ini diuji potensinya
sebagai antikanker. Ekstrak metanol kasar difraksionasi menggunakan ekstraksi
cair-cair menghasilkan 4 fraksi, yaitu fraksi n-heksana, fraksi kloroform, fraksi nbutanol, dan fraksi air. Uji letalitas larva udang menunjukkan bahwa semua fraksi
aktif memiliki toksisitas tinggi, dengan fraksi n-butanol menunjukkan aktivitas
tertinggi, yaitu 28.29 ppm. Uji fitokimia keempat fraksi positif menunjukkan

golongan senyawa alkaloid dan flavonoid. Fraksi teraktif menghasilkan 2 noda
pada pemisahan dengan kromatografi lapis tipis menggunakan eluen n-heksanakloroform (3:7). Spektrum inframerah noda dengan Rf ~ 0.82 menunjukkan
beberapa kemiripan dengan standar rotenon dan diduga merupakan rotenon. Noda
dengan Rf ~ 0.75 menghasilkan serapan yang berbeda dengan standar rotenon
sehingga diduga sebagai golongan rotenoid lain dengan gugus OH.
Kata kunci: antikanker, kacang babi, rotenoid

ABSTRACT
RIDHO PUTROTOMO. Potency of Active Fraction of Fish-poison Bean
(Tephrosia vogelii) as Leaves an Anticancer. Supervised by GUSTINI
SYAHBIRIN and DJOKO PRIJONO.
Fish-poison bean (Tephrosia vogelii) has been used as a botanical
insecticide. Due to its toxic property, the leave of this plant was studied for its
anticancer potency. Crude methanol extract was fractionated by using liquidliquid extraction yielding 4 fractions, namely n-hexane, chloroform, n-butanol,
and water fractions. Brine shrimp lethality test showed that all active fractions had
high toxicity with n-butanol fraction showed the highest activity, that was 28.29
ppm. Phytochemical test of the 4 fractions were positively showed alkaloids and
flavonoids. The most active fraction produced 2 spots in separation with thin layer
chromatography by using n-hexane-chloroform (3:7) as the eluent. The infrared
spectrum of the spot with Rf ~ 0.82 showed several similarities with rotenone

standard and was expected to be rotenone. The spot with Rf ~ 0.75 gave different
absorption from the standard so that it was predicted to be other rotenoid having OH group.
Keywords: anticancer, fish-poison bean, rotenoids

Judul Skripsi : Potensi Fraksi Aktif Daun Kacang Babi (Tephrosia vogelii)
sebagai Antikanker
Nama
: Ridho Putrotomo
NIM
: G44061677

Disetujui

Pembimbing I

Pembimbing II

Dr Gustini Syahbirin, MS
NIP 19600819 198903 2 001


Ir Djoko Prijono, MAgrSc
NIP 1959827 198303 1 005

Diketahui
Ketua Departemen Kimia

Prof Dr Ir Tun Tedja Irawadi, MS
NIP 19501227 197603 2 002

Tanggal Lulus:

POTENSI FRAKSI AKTIF DAUN KACANG BABI (Tephrosia
vogelii) SEBAGAI ANTIKANKER

RIDHO PUTROTOMO

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada

Departemen Kimia

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas berkat limpahan
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul
Potensi Fraksi Aktif Daun Kacang Babi (Tephrosia vogelii) sebagai Antikanker.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya hingga akhir zaman.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Dr Gustini Syahbirin
MS dan Bapak Ir Djoko Prijono MAgrSc, selaku pembimbing yang senantiasa
memberikan arahan, dorongan semangat, dan doa kepada penulis selama
melaksanakan penelitian. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu,
Papa, Mbak Rina, dan yang terkasih Livia Elsa atas motivasi, doa, dan waktu
luangnya.

Penghargaan penulis sampaikan kepada seluruh Staf Laboratorium Kimia
Organik, Bapak Budi Arifin, Bapak Sabur, Wahyu, Lia, Ugi, Catur, Astri, Mbak
Herma, Mbak Nella, Syifa, Rina, Dumas atas bantuan serta masukan selama
penelitian berlangsung. Terima kasih takterhingga penulis ucapkan kepada Kak
Bekti serta seluruh keluarga Cemara, Adi, Indra, Fijar, Feli, Risal, Fery, Irvan,
Dono, Farid dan keluarga besar Kimia 43 atas doa, kasih sayang, motivasi, serta
segala dukungan yang telah kalian berikan.
Atas segala khilaf dan kekurangan, semoga dapat dibukakan pintu maaf
yang sebesar-besarnya. Penulis berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak dan juga bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Bogor, Januari 2013

Ridho Putrotomo

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 13 November 1987 dari pasangan
Djuri dan Marnani. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Pada
tahun 2005 penulis menyelesaikan studi di SMA Negeri 81 Jakarta dan pada tahun
2006 lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi

Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan diterima di Departemen Kimia,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Selama mengikuti perkuliahan,
penulis pernah menjadi asisten praktikum Kimia Dasar pada tahun ajaran
2008/2009. Bulan Juli–Agustus 2010, penulis melaksanakan praktik lapangan di
PT Bintang Todjoe dengan judul Validasi Metode Analisis Penetapan Zn dalam
Tablet Multivitamin dengan Spektrofotometri Serapan Atom.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... vii
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
BAHAN DAN METODE
Alat dan Bahan ............................................................................................ 1
Lingkup Kerja ............................................................................................. 1
Fraksionasi Ekstrak Metanol Daun Kacang Babi ....................................... 1
Uji Fitokimia ............................................................................................... 1
Uji Toksisitas Fraksi terhadap A. salina...................................................... 2
Pencirian Senyawa Fraksi Teraktif ............................................................. 2

HASIL DAN PEMBAHASAN
Fraksi Ekstrak Metanol Daun Kacang Babi ................................................ 2
Kandungan Fitokimia .................................................................................. 3
Toksisitas terhadap Larva Udang ................................................................ 3
Ciri-ciri Senyawa Fraksi Teraktif ................................................................ 3
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan...................................................................................................... 4
Saran ............................................................................................................ 4
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 4
LAMPIRAN ............................................................................................................ 6

DAFTAR GAMBAR
1 Kacang babi (T. vogelii) ..................................................................................... 1
2 Struktur kimia rotenon dan deguelin .................................................................. 1
3 Fraksi n-heksana, kloroform, metanol-air, dan n-butanol dari ekstrak metanol
daun kacang babi. ............................................................................................... 3
4 Nilai LC50 keempat fraksi ekstrak daun kacang babi terhadap A. salina ........... 3
5 Kromatogram fraksi n-butanol daun kacang babi dengan penampak lampu
UV 254 dan 366 nm Eluen kloroform:n-heksana (7:3) .......................................4


DAFTAR LAMPIRAN
1 Diagram alir penelitian ........................................................................................ 7
2 Rendemen fraksi daun kacang babi..................................................................... 8
3 Kandungan metabolit sekunder daun kacang babi .............................................. 8
4 Penduga parameter hubungan konsentrasi-mortalitas ekstrak daun T. vogelii
terhadap larva A. salina dengan metode BSLT .................................................. 8
5 Hasil uji toksisitas BSLT fraksi terhadap larva A. salina (larva awal 10) .......... 9
6 Spektrum FTIR standar rotenon, noda 1 dan noda 2 fraksi n-butanol ............. 10
7 Serapan inframerah fraksi n-butanol daun kacang babi .................................... 11
8 Struktur kimia kelompok rotenoid .................................................................... 11

PENDAHULUAN
Kacang babi (Tephrosia vogelii) (Gambar
1) merupakan salah satu jenis tumbuhan yang
memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai
insektisida nabati. Bagian tumbuhan tersebut,
terutama
daunnya
memiliki
aktivitas

insektisida yang kuat (Delfel et al. 1970;
Gaskins et al. 1972). Tumbuhan kacang babi
yang termasuk famili Fabaceae ini dikenal
kaya akan isoflavonoid. Isoflavonoid merupakan metabolit sekunder golongan flavonoid
yang memiliki distribusi terbatas. Flavonoid
banyak ditemukan pada berbagai jenis
tumbuhan, sedangkan isoflavonoid umumnya
hanya terdapat pada kacang-kacangan seperti
kedelai,
yang
memiliki
kandungan
isoflavonoid genistein dan daidzein, keduanya
bersifat antioksidatif dan dapat berkhasiat
sebagai obat (Anderson 2002).

Potensi antikanker lazim diujikan dengan
menggunakan metode uji letalitas larva udang
(BSLT). Metode BSLT merupakan uji
penapisan awal potensi antikanker dari ekstrak

tanaman (Meyer et al. 1982) dengan hasil uji
berupa nilai LC50.
Penelitian ini bertujuan mencari fraksi
teraktif ekstrak metanol daun kacang babi
menggunakan metode BSLT sebagai indikasi
potensi antikanker (Colegate & Molyneux
2008). Senyawa fraksi teraktif dicirikan
dengan spektroskopi inframerah transformasi
Fourier (FTIR).

BAHAN DAN METODE
Alat dan Bahan
Bahan-bahan yang digunakan ialah ekstrak
metanol daun kacang babi yang berasal dari
Cianjur, etil asetat, metanol, kloroform, nbutanol, n-heksana, Tween 80, dan larva A.
salina Leach. Alat-alat yang digunakan ialah
spektrofotometer
FTIR
Perkin
Elmer

Spectrum One di Laboratorium Bidang
Pangan, Gedung Pusat Laboratorium Terpadu,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,
Jakarta.

Gambar 1 Kacang babi (T. vogelii).

Lingkup Kerja

Senyawa isoflavonoid dalam tumbuhan
kacang babi adalah kelompok rotenoid seperti
rotenon, deguelin, dan tefrosin (Delfel et al.
1970; Lambert et al. 1993; Koona & Dorn
2005). Kosmeder (1998) melaporkan bahwa
senyawa rotenon dan deguelin (Gambar 2)
dapat menurunkan pertumbuhan sel tumor
kelenjar susu sehingga berpotensi antikanker.
Fang dan Casida (1998), Li et al. (2012) telah
melaporkan efek senyawa rotenon dan
deguelin sebagai kemopreventif kanker.
Selain itu, Prijono dan Pujianto (2008) juga
melaporkan toksisitas ekstrak n-heksana daun
kacang babi terhadap ulat krop kubis
Crocidolomia pavonana dengan konsentrasi
mematikan 50% (LC50) 0.14% (b/v).

Metode penelitian dilakukan mengikuti
diagram alir pada Lampiran 1. Tahapannya
meliputi fraksionasi ekstrak metanol daun
kacang babi, pengujian toksisitas fraksi
dengan metode BSLT, dan pencirian gugus
fungsi senyawa fraksi teraktif dengan FTIR.

(a)
(b)
Gambar 2 Struktur kimia (a) rotenon dan (b)
deguelin

Fraksionasi Ekstrak Metanol Daun Kacang
Babi
Sebanyak 10 g ekstrak metanol daun
kacang babi diencerkan dengan metanol-air
deionisasi (1:1) sebanyak 100 mL lalu
dimasukkan ke dalam corong pisah, dan
difraksionasi dengan n-heksana dengan nisbah
1:5. Penambahan n-heksana dilakukan secara
bertahap sampai fase organik tidak berwarna.
Fase organik dipisahkan dari fase air, lalu
dipekatkan dengan penguap putar dan
dikeringbekukan.
Berikutnya
fase
air
difraksionasi
kembali
berturut-turut
menggunakan kloroform dan n-butanol
dengan prosedur yang sama.
Uji Fitokimia (Harborne 1987)
Alkaloid. Sebanyak 0.1 g dari setiap fraksi
daun kacang babi dilarutkan masing-masing

dalam 10 mL kloroform lalu ditambahkan 4
tetes NH4OH dan disaring. Filtrat yang
diperoleh ditambahkan 10 tetes H2SO4 2 M
kemudian dikocok hingga terbentuk 2 lapisan.
Lapisan asam diteteskan pada lempeng tetes
dan ditambahkan pereaksi Dragendorf, Mayer,
dan Wagner. Uji positif jika berturut-turut
didapatkan endapan berwarna jingga, putih,
dan cokelat.
Saponin. Sebanyak 0.1 g dari setiap fraksi
daun kacang babi dilarutkan dalam 10 mL
akuades panas dan dididihkan selama 5 menit.
Campuran disaring dan dikocok kuat selama
10 menit hingga timbul busa. Apabila busa
stabil selama 10 menit, maka filtrat positif
mengandung saponin.
Steroid dan Triterpenoid. Sebanyak 0.1
g dari fraksi daun kacang babi dilarutkan
masing-masing dalam 25 mL etanol panas (50
°C) kemudian disaring ke kaca arloji dan
diuapkan sampai kering. Residu dilarutkan
dalam eter dan ditambahkan 3 tetes pereaksi
Lieberman-Burchard. Uji positif triterpenoid
ditandai dengan terbentuknya warna merah
atau ungu, sedangkan uji positif steroid
ditandai dengan terbentuknya warna hijau atau
biru.
Tanin. Sebanyak 0.1 g dari setiap fraksi
daun kacang babi masing-masing dilarutkan
dalam 10 mL akuades panas kemudian
disaring. Filtrat ditambahkan FeCl3 1%.
Warna hijau, biru, atau hitam menunjukkan
filtrat positif mengandung tanin.
Flavonoid. Sebanyak 0.1 g dari setiap
fraksi daun kacang babi dilarutkan masingmasing dalam 10 mL akuades panas kemudian
disaring. Sebanyak 5 mL filtrat ditambahkan
0.05 g serbuk Mg, 1 mL HCl pekat, dan 1 mL
amil alkohol kemudian dikocok kuat. Adanya
flavonoid ditunjukkan dengan terbentuknya
warna merah, jingga, atau kuning pada lapisan
amil alkohol.
Uji Toksisitas Fraksi terhadap A. salina
(Krishnaraju et al. 2005)
Penetasan Telur A. salina. Telur A.
salina yang sudah siap ditetaskan ditimbang
sebanyak 0.5 g, kemudian dimasukkan ke
dalam wadah yang berisi air laut yang sudah
disaring dan diaerasi. Telur dibiarkan selama
48 jam di bawah pencahayaan lampu agar
menetas sempurna. Telur yang telah menetas
menjadi larva digunakan untuk uji toksisitas.
Larutan stok fraksi n-heksana, kloroform,
n-butanol, dan air dibuat dengan konsentrasi
1000 ppm dalam pelarut air laut. Apabila ada
fraksi yang tidak larut, ditambahkan 1 mL

Tween 80. Selanjutnya setiap fraksi
dimasukkan ke dalam sumur uji dengan
konsentrasi berturut-turut 200, 150, 100, 50,
dan 10 ppm, lalu masing-masing dimasukkan
10 ekor larva udang. Uji dilakukan sebanyak 3
kali ulangan. Selanjutnya sumur uji ditutup
dengan aluminium foil dan diinkubasi selama
24 jam. Nilai LC50 ditentukan dengan
menggunakan analisis probit.
Pencirian Senyawa Fraksi Teraktif
(Houghton dan Raman 1998)
Fraksi teraktif dipantau nodanya dengan
menggunakan pelat kromatografi lapis tipis
(KLT) dengan eluen n-heksana-kloroform
(3:7) (Panggraito 2011). Noda yang dihasilkan
dari proses elusi diamati di bawah lampu UV
pada panjang gelombang 254 dan 366 nm.
Setiap noda yang diperoleh dicirikan
menggunakan FTIR.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Fraksi Ekstrak Metanol
Daun Kacang Babi
Sampel yang digunakan sudah berbentuk
ekstrak kasar dalam pelarut metanol, berwarna
hijau pekat dengan rendemen 7.10% (b/v).
Bobot ekstrak kasar 14.4681 g (Wulan 2008).
Ekstrak metanol ini kemudian difraksionasi
cair-cair
untuk
memisahkan
senyawa
metabolit sekunder berdasarkan tingkat
kepolarannya. Fraksionasi diawali dengan
pelarut nonpolar, yaitu n-heksana. Fraksi nheksana berwarna hijau (Gambar 3a).
Fraksi metanol sisa difraksionasi kembali
dengan kloroform. Tidak terjadi pemisahan
antara kloroform dan metanol, karena
kepolaran kedua pelarut ini hampir sebanding.
Untuk itu, ditambahkan air dengan nisbah 1:1
untuk menambah kepolaran metanol sehingga
kedua fraksi terpisahkan. Fraksi kloroform
berwarna cokelat (Gambar 3b).
Fraksi metanol sisa difraksionasi kembali
dengan n-butanol. Pelarut n-butanol juga
bercampur dengan metanol karena kepolaran
keduanya hampir sebanding. Agar memisah,
ditambahkan kembali air dengan nisbah 1:1.
Fraksi n-butanol berwarna jingga dan fraksi
metanol-air berwarna jingga muda (Gambar
3c dan 3d).

3

(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 3 Fraksi n-heksana (a), kloroform
(b), metanol-air (c), dan nbutanol (d), dari ekstrak metanol
daun kacang babi.
Berdasarkan Tabel 1, rendemen terbesar
diperoleh pada fraksi n-heksana. Hal ini
menunjukkan bahwa senyawa nonpolar lebih
dominan pada sampel. Perhitungan rendemen
dirangkum dalam Lampiran 2.

(ppm)

digunakan untuk menentukan fraksi teraktif.
Parameter sitotoksisitas yang didapatkan
adalah nilai LC50 (Gambar 4) yang diperoleh
dari hasil dengan perangkat lunak analisis
probit (Lampiran 4). Data yang dianalisis
diberikan pada Lampiran 5.
120
100
80
60
40
20
0

(Fraksi)
Tabel 1 Rendemen fraksi daun kacang babi
Fraksi
Rendemen (% b/b)
n-Heksana
3.43
Kloroform
0.77
n-Butanol
0.59
Metanol-air
0.79
Kandungan Fitokimia
Uji fitokimia bertujuan menentukan
kandungan metabolit sekunder pada suatu
tumbuhan. Uji fitokimia dilakukan pada fraksi
n-heksana, kloroform, dan n-butanol. Uji yang
dilakukan meliputi uji alkaloid, saponin,
triterpenoid, steroid, tanin, dan flavonoid.
Hasil uji fitokimia (Lampiran 3)
menunjukkan
bahwa
ketiga
fraksi
mengandung alkaloid. Hanya fraksi n-butanol
yang positif mengandung flavonoid. Hasil uji
negatif ditunjukkan pada uji saponin,
triterpenoid, dan steroid. Hasil uji negatif
mengindikasikan bahwa fraksi-fraksi daun
kacang babi tidak mengandung golongan
senyawa tersebut atau kandungannya dalam
contoh sangat kecil.
Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa
kemungkinan golongan senyawa yang aktif
sebagai antikanker pada daun kacang babi
adalah alkaloid dan flavonoid. Hasil uji
fitokimia alkaloid menghasilkan endapan
yang cukup banyak. Uji fitokimia flavonoid
pada fraksi n-butanol menghasilkan intensitas
warna kuning yang pekat. Alkaloid dan
flavonoid telah dilaporkan memiliki potensi
sebagai antikanker (Yi et al. 2005).
Toksisitas terhadap Larva Udang
Uji toksisitas dengan metode
menggunakan larva udang A.

BSLT
salina

Gambar 4 Nilai LC50 keempat fraksi ekstrak
daun kacang babi terhadap A.
salina.
Fraksi n-butanol daun kacang babi
memiliki nilai LC50 paling rendah (28.29 ppm)
dibandingkan dengan ketiga fraksi lainnya.
Fraksi ini dapat dikatakan sebagai fraksi
teraktif karena semakin rendah nilai LC50,
semakin tinggi toksisitasnya. Toksisitas fraksi
ini lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak
n-heksana daun keji beling yang memiliki
nilai LC50 sebesar 30.49 ppm (Rahmah et al.
2011). Suatu senyawa dikatakan berpotensi
untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai
antikanker apabila mempunyai LC50 ≤ 30
μg/mL (Meyer et al. 1982).
Senyawa flavonoid diperkirakan berperan
dalam efek toksik dari ekstrak n-butanol.
Menurut Ren et al. (2003), flavonoid
mempunyai efek penting pada pencegahan
kanker dan kemoterapi kanker. Sementara
Vrana dan Grant (2001) melaporkan peranan
senyawa golongan alkaloid dan terpenoid
pada pencegahan kanker.
Ciri-ciri Senyawa Fraksi Teraktif
Fraksi n-butanol diuji dengan KLT
menggunakan fase diam silika gel GF254 pelat
aluminium.
Panggraito
(2011)
telah
menggunakan 8 komposisi eluen untuk KLT,
yaitu aseton, kloroform, n-heksana-kloroform
(1:1); (3:7); dan (4:6), n-heksana-EtOAc
(55:45) dan (65:35), serta metanol-kloroform
(7:3) dan mendapatkan sebagai eluen terbaik,
campuran n-heksana-kloroform dengan nisbah
3:7 (v/v). Eluen terbaik ialah yang
menghasilkan noda terbanyak dan terpisah
dengan baik.

Uji KLT ekstrak n-butanol menghasilkan 2
noda di bawah lampu UV 254 nm, yaitu noda
1 dengan nilai Rf ~ 0.82dan noda 2 dengan
nilai Rf ~ 0.75 (Gambar 5a). Dengan
menggunakan lampu UV 366 nm, fraksi nbutanol juga menampakkan keberadaan noda
2 (Gambar 5b). Kedua noda yang diperoleh
ini dicirikan lebih lanjut dengan membandingkan spektrum FTIR-nya dengan spektrum
FTIR standar rotenon (Lampiran 6)
Noda 1
Noda 2

Noda 2

(a)

Gambar 5

(b)

Kromatogram fraksi n-butanol
daun kacang babi dengan
penampak lampu UV 254 nm
(a) dan 366 nm (b). Eluen nheksana-kloroform (3:7).

Rotenon merupakan kelompok kecil
senyawa isoflavonoid golongan rotenoid yang
banyak terkandung dalam kacang babi.
Spektrum FTIR standar rotenon (Lampiran
6a) memiliki puncak serapan 3080.04 cm-1
yang menunjukkan ulur CH aromatik;
2941.65 cm-1 (ulur CH2 asimetrik); 1672.40
cm-1 (ulur CO2 asimetrik) yang mewakili
struktur isoflavonoid; 1304.50, 1265.15, dan
1212.64 cm-1 (gugus oksiaril); 1092.43 dan
1006.43 cm-1 (H-aromatik sebidang); serta
911.50 dan 812.93 cm-1 (H-aromatik di luar
bidang).
Spektrum FTIR noda 1 (Lampiran 6b)
memiliki puncak serapan pada bilangan
gelombang 3431.10 cm-1 yang menunjukkan
ulur OH dan tidak dijumpai pada spektrum
FTIR standar rotenon. Serapan 2959.72 cm-1
berasal dari vibrasi ulur –CH2 asimetrik,
1727.96 cm-1 (ulur aromatik C=O), dan
1273.48 cm-1 (gugus oksiaril). Serapan di
daerah sidik jari (742.78 dan 705.51 cm-1)
menunjukkan gugus aromatik monosubstitusi.
Adanya gugus aromatik pada noda 1 dan
beberapa puncak serapan yang mirip dengan
standar, diduga bahwa noda 1 merupakan
golongan isoflavonoid. Namun, terdapat
serapan gugus OH, maka noda 1 bukan
senyawa rotenon. Senyawa pada noda 1
diduga golongan rotenoid lain dengan gugus
OH, yaitu rotenolon atau tefrosin.

Spektrum FTIR noda 2 (Lampiran 6c)
memberikan puncak serapan di 2941.52 cm-1
yang menunjukkan ulur CH2 asimetrik.
Serapan di 1731.66 cm-1 menunjukkan ulur
C=O aromatik; 1672.07 dan 1611.10 cm-1
(ulur CO2 asimetrik); 1233.01 dan 1211.71
cm-1 (gugus oksiaril) yang merupakan ciri
senyawa flavonoid; serta 1092.45 dan 1005.55
cm-1 (H aromatik sebidang). Serapan di
911.21, 812.14, dan 809.96 cm-1 menunjukkan
lentur aromatik H di luar bidang; serapan di
782.70, 754.04, dan 728.68 cm-1 menunjukkan
gugus benzena monosubstitusi dan lekuk CH
dalam bidang. Serapan keseluruhan FTIR
standar rotenon, noda 1, dan noda 2
dirangkum dalam Lampiran 7 dan struktur
kelompok rotenoid dirangkum dalam lampiran
8. Noda 2 memiliki beberapa puncak serapan
yang sama dengan standar rotenon khususnya
gugus aromatik. Meskipun ada puncak
serapan yang berbeda, perbedaan tersebut
dapat disebabkan oleh fraksi n-butanol yang
bercampur. Dengan demikian, noda 2 diduga
merupakan senyawa rotenoid dari golongan
isoflavonoid, yaitu rotenon.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Fraksi daun kacang babi diduga berpotensi
sebagai antikanker. Fraksi n-butanol paling
aktif dengan nilai LC50 28.29 ppm. Fraksi ini
menghasilkan
2 noda dengan eluen nheksana-kloroform dengan nisbah 3:7 (v/v)
KLT, yaitu Rf ~ 0.75 dan Rf ~ 0.82.
Berdasarkan spektrum FTIR, noda dengan Rf
~ 0.82 diduga merupakan senyawa rotenon,
sedangkan noda dengan Rf ~ 0.75 diduga
merupakan golongan rotenoid lain dengan
gugus –OH.
Saran
Kedua senyawa dari dari fraksi n-butanol
perlu
ditentukan
strukturnya
dengan
spektrofotoneter resonans magnet inti serta
diuji aktivitas antikanker lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA
Anderson JW. 2002. Meta-analysis of the
effect of soy proteins intake of serum lipid.
J Med 333:276-282.
Colegate SM, Molyneux RJ. 2008. Bioactive
Natural Products: Detection, Isolation

5

and Structural Determination. California:
CRC Pr.
Delfel NE, Tallent WH, Carlson DG, Wolff
IA. 1970. Distribution of rotenone and
deguelin in Tephrosia vogelii and
separation of rotenoid-rich fractions. J
Agric Food Chem 18:385-390.
Fang N, Casida JE. 1998. Anticancer action of
cube insectiside: correlation for rotenoid
constituents between inhibition of
NADH:ubiquinone oxidoreductase and
induced ornithine decarboxylase activities.
Proc Natl Acad Sci 95:3380-3384.
Gaskins MH et al. 1972. Tephrosia vogelii: A
Source of Rotenoids for Insecticidal and
Piscicidal Use. Technical Bulletin 1445.
Washington DC: US Government Printing
Office.
Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia:
Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Padmawinata K, penerjemah.
Bandung:
ITB.
Terjemahan
dari:
Phytochemical Methods.
Houghton PJ, Raman A. 1998. Laboratory
Handbook for the Fractionation of Natural
Extract. London: Chapman & Hall.
Koona P, Dorn S. 2005. Extracts from
Tephrosia vogelii for the protection of
stored legume seeds against damage by
three bruchid species. Ann Appl Biol
147:43-48.
Kosmeder JW. 1998. Synthesis and evaluation
of
rotenoids,
flavonoids,
and
dithiocarbamates
as
cancer
chemopreventive agents [tesis]. Chicago:
University of Illinois.
Krishnaraju AV et al. 2005. Assessment of
bioactivity of Indian medicinal plants
using brine shrimp (A. salina) lethality
assay. Int J Appl Sci Eng 3:125-134.
Lambert N, Trouslot MF, Nef-Campa C,
Crestin H. 1993. Production of rotenoids
by heterotrophic and photomixotrophic
cell cultures of Tephrosia vogelii.
Phytochemistry 34:1515-1520.
Li Z, Wu J, Wu C, Jiang J, Zheng, Xu B, Li
M. 2012. Deguelin, a natural rotenoid,
inhibits mouse myeloma cell growth in
vitro via induction of apoptosis. Oncol Lett
4:677-681.
Meyer BN, Ferrigni NR, Putnam JE, Jacobsen
LB, Nichols DE, Mc Laughlin JL. 1982.

Brine shrimp: a convenient general
bioassay for active lant constituents. Plant
Medica 45:31-34.
Mukhtar MH, Adnan AZ, Pitra MW. 2007.
Uji sitotoksisitas minyak atsiri daun
kamanggi (Ocimum basilicum L) dengan
metode Brine Shrimp Lethality Test
Bioassay. J Sains Tek Far 12:1-4.
Panggraito A. 2011. Perbandingan kandungan
senyawa rotenoid dan aktivitas insektisida
ekstrak Tephrosia vogelii terhadap hama
kubis Crocidolomia pavonana [skripsi].
Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian
Bogor.
Prijono D, Pudjianto. 2008. Pengembangan
formulasi
insektisida
botani
yang
dibakukan berbasis daun kacang babi
(Tephrosia vogelii Hook.f., Leguminosae)
dan buah kemukus (Piper cubeba L.f.,
Piperaceae) [laporan Research Grant
Program B]. Bogor: Departemen Proteksi
Tumbuhan, Institut Pertanian Bogor.
Ren W, Qiao Z, Wang H, Zhu L, Zhang L.
2003. Flavonoid: promising anticancer
agents. Med Res Rev 2:519-534.
Rahmah M, Hardianti S, Susanti E. 2011.
Aktivitas sitotoksik ekstrak heksana,
diklorometana dan metanol daun keji
beling (Sericocalyx crispus. L) terhadap
Artemia salina Leach. Sekolah Tinggi
Ilmu Farmasi Riau.
Supratman U. 2009. Elusidasi Struktur
Senyawa Organik. Ed ke-5. Bandung:
FMIPA Unpad.
Vrana JA, Grant S. 2001. Synergistic
induction of apoptosis in human leukemia
cells (U937) exposed to bryostatin 1 and
the proteosome inhibitor lactacystin
involves dysregulation of the PKC/MAP
cascade. Blood 97:2015-2114.
Wulan RDR. 2008. Aktivitas insektisida
ekstrak daun Tephrosia vogelii Hook. f.
(Leguminosae)
terhadap
larva
Crocidolomia
pavonana
(F.)
(Lepidoptera: Pyralidae) [skripsi]. Bogor:
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Yi WG, Fischer J, Akoh CC. 2005. Study of
anticancer activities of muscadine grape
phenolics in vitro. J Agric Food Chem
53:8804-8812.

LAMPIRAN

7

Lampiran 1 Diagram alir penelitian
Ekstrak metanol daun kacang babi
+ metanol-air (1:1)
+ n-heksana

Fraksi n-heksana

Fraksi metanol-air
+ kloroform

Fraksi kloroform

Fraksi metanol-air
+ n-butanol

Fraksi n-butanol

Fraksi metanol-air

Uji fitokimia

Uji toksisitas larva udang (pencarian fraksi teraktif)

Pemantauan fraksi teraktif dengan KLT

Pencirian dengan FTIR

8

Lampiran 2 Rendemen fraksi daun kacang babi
Fraksi
b (g)
a (g)
n-Heksana
Kloroform
n-Butanol
Air

12.0071
12.0082
11.8319
12.0075

0.4192
0.0931
0.0751
0.0951

Rendemen
(%b/b)
3.43
0.77
0.59
0.79

Contoh perhitungan rendemen fraksi daun kacang babi

= 3.43%

Lampiran 3 Kandungan metabolit sekunder daun kacang babi
Bahan
Komponen
Keterangan
fitokimia
FH
FK
FB
FMA
Alkaloid
++
++
+++
+
Terdapat endapan
Saponin
Tidak berbusa
Triterpenoid
Tidak berwarna merah/ungu
Steroid
Tidak berwarna hijau/biru
Tanin
Hijau
Flavonoid
++
Kuning

Lampiran 4 Penduga parameter hubungan konsentrasi-mortalitas ekstrak daun T.
vogelii terhadap larva A. salina dengan metode BSLT

Ket: a = intersep regresi probit, b = kemiringan regresi probit, GB = galat baku, SK = selang kepercayaan

9

Lampiran 5 Hasil uji toksisitas BSLT fraksi terhadap larva A. salina (larva awal
10)
Konsentrasi
Jumlah larva mati
Rerata Kematian (%)
(ppm)
FH FK FB
FMA
FH
FK
FB
FMA
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
10
1
1
3
2
13.3
20
30
23.3
1
3
4
3
2
2
2
2
50
2
3
5
3
23.3
23.3
53.3
33.3
3
1
5
3
2
3
6
4
100
4
5
7
6
46.7
53.3
76.7
56.7
5
5
7
6
5
6
9
5
150
7
7
9
7
56.7
66.7
86.7
73.3
5
6
9
8
5
7
8
7
200
7
8
10
7
70
70
100
76.7
7
7
10
9
7
6
10
7
Keterangan: Rerata kematian =
FH = fraksi n-heksana, FK = fraksi kloroform FB = fraksi n-butanol, FMA =
fraksi methanol-air

10

Lampiran 6 Spektrum FTIR standar rotenon (a), noda 1 (b), dan noda 2 (c) fraksi
n-butanol

(a)

(b)

(c)

1

Lampiran 7 Serapan inframerah fraksi n-butanol daun kacang babi
Standar rotenon
-1

Bilangan gelombang (cm )
3084.04

Fraksi 1
-1

Fraksi 2
Gugus fungsi
ulur OH
ulur -CH2asimetrik
ulur C=O
aromatik

Bilangan gelombang (cm-1)
2941.52

Gugus fungsi
ulur -CH2-asimetri

1731.66

ulur C=O aromatik

1672.07;1611.10

ulur CO2 asimetrik

1272.48

Oksiaril

1233.01;1211.71

Oksiaril

1124.14;1072.59

CH sebidang

1092.45;1005.55

H-aromatik sebidang

742.78;705.51

aromatik mono
substitusi

911.21;812.14;809.96

Gugus fungsi
C-H aromatik
ulur -CH2asimetrik
ulur CO2
asimetrik
benzena
monosubstitusi
lekuk C-H
alifatik

Bilangan gelombang (cm )
3431.10

1351.15

vinilik

1304.50;1265.15;1212.64

oksiaril

782.70;754.04;728.68

1092.43;1006.43

H-aromatik sebidang

673.99;634.28

H-aromatik di luar
bidang
lekuk C-H sebidang
benzena monosubstitusi
lekuk CH di luar bidang

911.50;812.93

H-aromatik di luar bidang

551.26;501.03;475.23

CH2

2941;2916
1672.40
1610.03;1514.95
1456.81

2959.72
1727.96

(Supratman 2009)
Lampiran 8 struktur kimia kelompok rotenoid:

Rotenon

Rotenolon

Tefrosin

2