Pengelolaan dan Tingkat Kesejahteraan Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus Temminck, 1847) di Taman Margasatwa Ragunan

PENGELOLAAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN GAJAH
SUMATERA (Elephas maximus sumatranus Temminck, 1847)
DI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN

ARCHAITRA NADILA AYUDEWANTI

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengelolaan dan
Tingkat Kesejahteraan Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus Temminck,
1847) di Taman Margasatwa Ragunan adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2013
Archaitra Nadila Ayudewanti
NIM E34090023

ABSTRAK
ARCHAITRA NADILA AYUDEWANTI. Pengelolaan dan Tingkat
Kesejahteraan Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus Temminck, 1847)
di Taman Margasatwa Ragunan. Dibimbing oleh BURHANUDDIN MASYUD
dan ELOK BUDI RETNANI.
Gajah sumatera merupakan mamalia besar yang dilindungi di Indonesia.
Keberadaannya yang terancam di alam mendorong lembaga konservasi seperti
Taman Margasatwa Ragunan (TMR) untuk melakukan pelestarian secara ex-situ.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan kesejahteraan gajah
sumatera dalam kaitannya dengan prinsip kesejahteraan satwa dan mengetahui ada
tidaknya infeksi cacing gastrointestinal sebagai indikator pengelolaan gajah
sumatera di TMR. Metode pengumpulan data kesejahteraan satwa antara lain studi
pustaka, observasi lapang dan wawancara kepada animal keeper. Analisis cacing
parasit dilakukan dengan metode McMaster, flotasi sederhana, dan saringan

bertingkat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan kesejahteraan satwa
di TMR adalah cukup sampai baik yang didapat berdasarkan hasil penilaian
kesejahteraan satwa. Jenis-jenis cacing parasitik yang ditemukan pada penelitian
ini sebanyak dua telur dari kelompok nematoda yaitu telur Strongylid dan
Trichuris sp, serta dua telur dari kelompok trematoda yaitu Fasciola sp dan
Paramphistomum sp.
Kata kunci: cacing parasit, gajah sumatera, kesejahteraan satwa, Taman
Margasatwa Ragunan

ABSTRACT
ARCHAITRA NADILA AYUDEWANTI. Management and Welfare of Sumatran
Elephant (Elephas maximus sumatranus Temminck, 1847) at Ragunan Zoo.
Supervised by BURHANUDDIN MASYUD and ELOK BUDI RETNANI.
Sumatran elephant is large mammal that protected in Indonesia. It is
threatened existence in nature encourage Ragunan Zoo to conduct ex-site
conservation of the mammal. The purpose of this study is to identify sumatran
elephant welfare management in relation to the principle of animal welfare, and to
identify the absence or presence infection of gastrointestinal worms as indicator of
sumatran elephant management at Ragunan Zoo. Data collection methods of
animal welfare were literature of infection study, field observation, and interview

with the animal keeper. Parasitic worms were analyzed using McMaster’s method,
simple flotation and multilevel filter. Result of the study indicated that the animal
welfare management at Ragunan Zoo is pretty good until good that obtained
according to the assessment result of animal welfare. Parasitic worms (in egg
form) found in the research need two nematodes which are Strongylid and
Trichuris sp, and two trematodes which are Fasciola sp and Paramphistomum sp.
Keywords: animal welfare, parasitic worms, Ragunan zoo, sumatran elephant

PENGELOLAAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN GAJAH
SUMATERA (Elephas maximus sumatranus Temminck, 1847)
DI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN

ARCHAITRA NADILA AYUDEWANTI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata


DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

ludul Skripsi: Pengelolaan dan Tingkat Kesejahteraan Gajah Sumatera (Elephas
maximus sumatranus Temminck, 1847) di Taman Margasatwa
Ragunan
Nama
: Archaitra Nadi1a Ayudewanti
: E34090023
NIM

Disetujui o1eh

Dr Ir Burhanuddin Masvud, MS
Pembimbing I

Dr drh Elok Budi Retnani, MS

Pembimbing II

MS

Tanggal Lulus:

Judul Skripsi : Pengelolaan dan Tingkat Kesejahteraan Gajah Sumatera (Elephas
maximus sumatranus Temminck, 1847) di Taman Margasatwa
Ragunan
Nama
: Archaitra Nadila Ayudewanti
NIM
: E34090023

Disetujui oleh

Dr Ir Burhanuddin Masyud, MS
Pembimbing I

Dr drh Elok Budi Retnani, MS

Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli-Agustus 2013 ini ialah
kesejahteraan satwa, dengan judul Pengelolaan dan Tingkat Kesejahteraan Gajah
Sumatera (Elephas maximus sumatranus Temminck, 1847) di Taman Margasatwa
Ragunan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada orang tua tercinta (Dwidjo
Hadikusumo dan Amanda Anggaradewi), dan seluruh keluarga, serta Tommy
Berlin Novardo yang telah memberikan doa, dukungan, dan kasih sayangnya.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Dr Ir Burhanuddin Masyud, MS

dan Dr drh Elok Budi Retnani, MS selaku pembimbing yang telah memberi
arahan dan nasehat selama penelitian dan penulisan skripsi. Ungkapan terima
kasih dan penghargaan penulis sampaiakan kepada Ir Marsawitri Gumay selaku
Kepala BLUD dan drh Isminarti Aida selaku Kepala Seksi Kesejahteraan dan
Peragaan Satwa, dan seluruh staf yang telah mengizinkan penulis untuk
melakukan penelitian di Taman Margasatwa Ragunan. Terima kasih kepada
Bapak Sudi, Bapak Kadim, Bapak Sodikin, Bapak Supri, Bapak Bobby, Bapak
Eko, dan Bapak Muhrodin yang telah membantu penulis dalam pengumpulan data
selama penelitian di Taman Margasatwa Ragunan, serta Bapak Sulaiman yang
telah membantu penulis selama penelitian di laboratorium. Terima kasih juga
penulis sampaiakan kepada rekan-rekan Anggrek Hitam (KSHE 46) dan segenap
Civitas Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas
Kehutanan Institut Pertanian Bogor, serta rekan-rekan Wisma Shambala yang
telah memberikan dukungan.
Bogor, Desember 2013
Archaitra Nadila Ayudewanti

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL


vii

DAFTAR LAMPIRAN

vii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1

Manfaat Penelitian


2

METODE

2

Lokasi dan Waktu

2

Alat dan Bahan

2

Metode Pengumpulan Data

2

Analisis Data


5

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kesejahteraan Gajah Sumatera di Taman Margasatwa Ragunan
Infeksi Telur Cacing Gastrointestinal
SIMPULAN DAN SARAN

6
6
13
17

Simpulan

17

Saran

17


DAFTAR PUSTAKA

17

LAMPIRAN

19

DAFTAR TABEL
1 Penilaian aspek kesejahteraan gajah sumatera (Elephas maximus
sumatranus) di TMR
2 Skor penilaian kriteria kesejahteraan satwa di TMR
3 Bobot penentuan klasifikasi penilaian kesejahteraan satwa
4 Klasifikasi penilaian dan nilai terbobot kesejahteraan satwa
5 Pengelolaan kesejahteraan satwa pada gajah sumatera di TMR
6 Gambaran pengelolaan gajah sumatera dari aspek rasa lapar dan haus
7 Gambaran pengelolaan gajah sumatera dari aspek bebas dari
ketidaknyamanan lingkungan
8 Gambaran pengelolaan gajah sumatera dari aspek bebas dari rasa sakit,
luka, dan penyakit
9 Gambaran pengelolaan gajah sumatera dari aspek bebas dari rasa takut
dan tertekan
10 Gambaran pengelolaan gajah sumatera dari aspek bebas berperilaku
alami
11 Capaian implementasi kesejahteraan satwa pada gajah sumatera di
TMR
12 Telur nematoda yang ditemukan pada gajah sumatera di TMR
13 Ukuran telur Strongylid pada gajah sumatera di TMR
14 Ukuran telur Fasciola sp pada gajah sumatera di TMR
15 Ukuran telur Paramphistomum sp pada gajah sumatera di TMR

3
4
5
5
6
7
8
10
11
11
12
13
15
16
16

DAFTAR LAMPIRAN
1 Tipe telur Strongylid yang ditemukan pada gajah sumatera di TMR
menggunakan metode McMaster (TTGT)
2 Telur Strongylid yang ditemukan pada gajah sumatera di TMR
menggunakan metode flotasi sederhana
3 Telur trematoda yang ditemukan pada gajah sumatera di TMR
menggunakan metode saringan bertingkat

19
19
20

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) merupakan mamalia besar
yang dilindungi di Indonesia. Seiring berjalannya waktu, gajah sumatera semakin
terancam di habitat alaminya akibat adanya konflik dengan manusia (Nyhus et al.
2000). Selain itu, fragmentasi dan hilangnya habitat dapat menyebabkan
kepunahan pada gajah dan penangkaran merupakan satu-satunya pilihan untuk
melestarikannya (Riddle dan Stremme 2011). Penangkaran merupakan suatu
bentuk dari konservasi ex-situ yang berperan membantu pelestarian secara in-situ
bagi satwaliar yang terancam. Satwaliar yang telah dikonservasi secara ex-situ
sudah tidak dapat disebut sebagai satwaliar. Hal ini disebabkan satwaliar yang
berada di penangkaran telah dibatasi oleh pagar dan tidak hidup secara liar, serta
habitatnya tidak alami (buatan) (Alikodra 2010).
Taman Margasatwa Ragunan (TMR) merupakan lembaga konservasi ex-situ
satwaliar dengan melepaskan satwa di habitat buatan. Sebagai lembaga konservasi
ex-situ, kesejahteraan satwa menjadi suatu hal yang perlu diperhatikan dengan
memenuhi seluruh standar minimum kesejahteraannya. Peraturan Direktur
Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam nomor P.9/IV-SET/2011 pasal
1 ayat 2, menyebutkan bahwa kesejahteraan satwa adalah keberlangsungan hidup
satwa yang perlu diperhatikan oleh pengelola agar satwa hidup sehat, cukup
pakan, dapat mengekspresikan perilaku secara normal, serta tumbuh dan
berkembang biak dengan baik dalam lingkungan yang aman dan nyaman. Adapun
standar minimum kesejahteraan satwa yang terdapat pada pasal 6 ayat 3 antara
lain (1) bebas dari rasa lapar dan haus, (2) bebas dari ketidaknyamanan
lingkungan, (3) bebas dari rasa sakit, luka, dan penyakit, (4) bebas dari rasa takut
dan tertekan, (5) bebas untuk berperilaku alami.
Aspek kesehatan satwa yaitu bebas dari sakit, luka, dan penyakit menjadi
salah satu faktor penting dalam pengelolaan satwa di lembaga konservasi karena
akan menjadi indikator kesejahteraan satwa. Kecacingan merupakan penyakit
parasitik yang sering menginfeksi semua jenis hewan termasuk manusia, timbul
tanpa disadari, bersifat kronis, dan apabila diabaikan tanpa disadari akan
menimbulkan kerugian. Kerugian yang dapat terjadi diantaranya besarnya biaya
pengobatan, kepekaan terhadap penyakit lain, dan kematian. Indikasi kecacingan
pada satwa dapat diketahui dengan pemeriksaan koprologi yaitu teknik
pemeriksaan dengan menggunakan spesimen tinja. Ada atau tidak adanya
kecacingan saluran pencernaan pada gajah sumatera dapat menjadi indikator baik
atau buruknya pengelolaannya di dalam TMR, sehingga kualitas pengelolaan
gajah sumatera di TMR dapat diketahui dalam rangka memenuhi kesejahteraan
satwa.
Tujuan Penelitian
1 Mengetahui pengelolaan kesejahteraan gajah sumatera di TMR dalam
kaitannya dengan prinsip kesejahteraan.
2 Mengetahui tingkat kesejahteraan gajah sumatera di TMR.

2
3 Mengetahui ada tidaknya infeksi cacing gastrointestinal pada gajah sumatera di
TMR.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam perbaikan
pengelolaan satwa, khususnya gajah sumatera, serta memperbaiki status
kesehatannya.

METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitan dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2013. Pengambilan data
mengenai kesejahteraan satwa dan sampel tinja dilakukan di TMR. Analisis tinja
untuk mengetahui ada tidaknya infeksi cacing gastrointestinal pada gajah
sumatera dilakukan di Laboratorium Helmintologi Bagian Parasitologi dan ENK
Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesmavet Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor.
Alat dan Bahan
1 Alat untuk pengambilan data kesejahteraan satwa di TMR antara lain alat tulis,
kamera, dan lembar penilaian kesejahteraan satwa, sedangkan alat dalam
pengambilan spesimen tinja di TMR antara lain spidol permanen, kantung plastik,
sarung tangan karet, cool box/lemari pendingin, dan stik kayu.
2 Alat yang digunakan dalam pemeriksaan spesimen tinja di laboratorium antara
lain sendok, saringan teh, gelas ukur, pipet Pasteur, kamar hitung McMaster,
tabung reaksi, centrifuge, gelas objek, kaca penutup, saringan bertingkat, sprayer,
gelas Baermann, gelas objek modifikasi sedimentasi, garatetechnik, mikroskop,
videomikrometer, dan gelas plastik.
3 Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tinja gajah sumatera, larutan
gula-garam (larutan pengapung), serta larutan gula pada pemeriksaan di
laboratorium.
Metode Pengumpulan Data
Kesejahteraan Satwa
Pengambilan data kesejahteraan satwa dilakukan dengan cara:
1 Studi pustaka; berupa data mengenai pengelolaan kesejahteraan satwa pada
gajah sumatera dari berbagai sumber seperti catatan atau laporan pengelola atau
animal keeper.
2 Observasi lapang; dilakukan meliputi pengamatan langsung pada objek yang
diteliti berupa pengelolaan, satwa, dan penilaian standar minimum kesejahteraan
satwa. Pengukuran suhu dan kelembapan menggunakan termometer dry-wet pada
pagi (08.00 WIB), siang (12.00 WIB), dan sore hari (15.00 WIB).

3
3 Wawancara kepada animal keeper mengenai pengetahuan, sumberdaya
manusia, dan kegiatan pengelolaan yang telah dilakukan dalam menunjang
kesejahteraan satwa.
Adapun standar minimum kesejahteraan satwa diperoleh berdasarkan hasil
penilaian dari kriteria yang diacu dalam Peraturan Direktur Jenderal Perlindungan
Hutan dan Konservasi Alam nomor P.6/IV-SET/2011 tentang Pedoman Penilaian
Lembaga Konservasi melalui beberapa kriteria seperti disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1 Penilaian aspek kesejahteraan gajah sumatera (Elephas maximus
sumatranus) di TMR
Aspek Kesejahteraan Satwa
Jenis Data
Bebas dari rasa lapar dan haus
a. Kuantitas dan kualitas pakan dan minum
b. Kebersihan pakan dan minum
c. Kontrol pakan dan minum
d. Tempat penyimpanan pakan
e.Letak dan bentuk tempat pakan dan
minum dalam kandang
f. Waktu pemberian pakan dan minum
Bebas dari ketidaknyamanan
a. Jenis kandang
lingkungan
b. Kondisi suhu, ventilasi, dan penerangan
c. Kondisi shelter
d. Kebersihan kandang
e. Kondisi saluran kandang
f. Kondisi kandang
Bebas dari rasa sakit, luka, dan
a. Kondisi kesehatan satwa
penyakit
b. Frekuensi pemeriksaan kesehatan satwa
c. Riwayat kesehatan satwa
d.Kelengkapan dan kondisi fasilitas
peralatan medis
e. Ketersediaan ruang/kandang medis
f. Ketersediaan tenaga ahli medis
g. Pengontrolan dan pencegahan penyakit
Bebas dari rasa takut dan tertekan
a. Ketersediaan staf ahli
b.Perilaku satwa yang menunjukkan stres
atau sakit
c. Penanganan satwa yang baru datang
d. Upaya pencegahan rasa takut dan tertekan
Bebas berperilaku alami
a.Kecukupan ruang dan kelengkapan
kandang bagi satwa
b. Keamanan kandang
c. Pengayaan kandang
d. Pengaruh kehadiran penonton
Klasifikasi penilaian kesejahteraan satwa dilakukan dengan nilai terbobot
dilakukan berdasarkan jumlah nilai pada setiap prinsip kesejahteraan satwa
dengan skor penilaian yang diuraikan pada Tabel 2.

4
Tabel 2 Skor penilaian kriteria kesejahteraan satwa di TMR
Skor
Keterangan
1
Buruk; apabila pengelolaan tidak ada
2
Kurang; apabila pengelolaan ada, tetapi tidak sesuai
3
Cukup; apabila pengelolaan ada, sesuai, tetapi tidak diterapkan
4
Baik; apabila pengelolaan ada, sesuai, tetapi hanya sebagian
diterapkan
5
Memuaskan; apabila pengelolaan ada, sesuai, dan diterapkan
Infeksi Cacing Gastrointestinal
1 Sampling Tinja
Pengambilan sampel tinja dilakukan setiap hari selama dua minggu dengan
individu gajah sumatera berjumlah 12 ekor di TMR. Berat tinja yang diambil pada
masing-masing individu gajah sebanyak ±15 g. Sampel tinja diambil dari bagian
dalam atau tengah tinja dan tinja yang diambil dalam kondisi segar, serta tidak
kering seperti bagian permukaan tinja. Hal ini bertujuan untuk menghindari
adanya kontaminasi sampel tinja dengan lingkungan. Sampel tinja yang
digunakan pada pemeriksaan parasit dikumpulkan dari rektum masing-masing
individu gajah dengan memberi identitas berupa label nama, umur, dan catatan
asal gajah (Regassa et al. 2012). Setelah itu, sampel tinja dimasukan ke dalam
cool box, selanjutnya di analisis di laboratorium. Sampel tinja harus disimpan di
lemari pendingin agar suhu tetap dingin sehingga dapat mencegah menetasnya
telur cacing.
Pemeriksaan tinja untuk mengidentifikasi telur cacing dilakukan di
laboratorium dengan menggunakan metode McMaster yang dilanjutkan dengan
flotasi sederhana dan saringan bertingkat sebagai modifikasi sedimentasi.
Pelaksanaan metode tersebut sebagai berikut:
2 Metode McMaster
Metode kuantitatif ini dilakukan dengan menimbang seberat 5 g tinja yang
dicampur dengan 55 ml larutan gula garam jenuh sampai homogen, kemudian
disaring dengan menggunakan saringan teh. Filtrat hasil penyaringan
dihomogenkan kembali dengan memindahkan filtrat dari satu gelas ke gelas
lainnya beberapa kali. Filtrat diambil dengan menggunakan pipet Pasteur dan
diletakkan di kamar hitung McMaster, didiamkan selama 5 menit, kemudian
diperiksa di bawah mikroskop. Selanjutnya, dilakukan penghitungan jumlah telur
setiap jenis cacing yang ditemukan. Telur cacing yang ditemukan dalam tinja
gajah yang telah diperiksa dengan mikroskop diukur melalui videomikrometer
untuk dapat diidentifikasi lebih lanjut (Permin dan Hansen 1998).
3 Metode Flotasi Sederhana
Suspensi sisa pemeriksaan McMaster dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Kemudian tabung reaksi dimasukkan ke dalam centrifuge dengan rpm 30 selama 5
menit. Setelah supernatan menjadi bening, ditambahkan larutan gula sampai
cembung pada bibir tabung kemudian diletakkan kaca penutup. Sampel didiamkan
selama 15-30 menit, kemudian kaca penutup diambil dan diletakkan di atas gelas
objek untuk diperiksa telurnya di bawah mikroskop (Permin dan Hansen 1998).
4 Metode Saringan Bertingkat
Metode ini digunakan untuk mendeteksi telur trematoda karena memiliki
berat jenis (BJ) yang relatif besar sehingga tidak dapat menggunakan larutan

5
pengapung. Tinja seberat 5 g dicampur dengan 50 cc air sampai homogen. Tinja
kemudian disaring menggunakan saringan teh dan dilanjutkan dengan saringan
bertingkat. Endapan akhir dari penyaringan bertingkat disemprot dengan sprayer
agar keluar dan seluruh endapan ditampung di dalam gelas Baermann dan
didiamkan sampai tinja mengendap ke dasar gelas. Endapan tersebut diambil
dengan menggunakan pipet Pasteur dan diletakkan pada gelas objek modifikasi
sedimentasi untuk diperiksa di bawah mikroskop (Foreyt 2001).
Analisis Data
Kesejahteraan Satwa
Hasil penilaian terhadap pengelolaan dalam memenuhi kesejahteraan satwa
dianalisis secara deskriptif berdasarkan nilai yang didapat. Nilai dari masingmasing variabel pada setiap aspek kesejahteraan dijumlah dan dihitung rataratanya, kemudian dimasukkan ke dalam klasifikasi penilaian dengan
mengalikannya dengan bobot yang ada untuk dapat menentukan pengelolaan
kesejahteraan satwa di TMR yang dapat dilihat pada Tabel 3 dan 4.
Tabel 3 Bobot penentuan klasifikasi penilaian kesejahteraan satwa
Kesejahteraan Satwa
Bobot
Keterangan
Bebas dari rasa lapar dan haus
30
Makan dan minum merupakan hal
pokok dalam menunjang hidup
satwa
Bebas dari ketidaknyamanan
20
Pengaruh kondisi cuaca bagi satwa
lingkungan
dengan tersedianya lingkungan yang
cocok dan tempat berlindung
Bebas dari rasa sakit, luka, dan
20
Kesehatan penting untuk mencegah,
penyakit
mengobati luka dan penyakit agar
satwa dapat hidup
Bebas dari rasa takut dan tertekan
15
Kondisi mental mempengaruhi daya
juang satwa untuk bertahan hidup
Bebas berperilaku alami
15
Adanya kebebasan di dalam kandang
dengan mendapatkan kesempatan
berperilaku
alami
untuk
meningkatkan kualitas hidup satwa
Total
100
Tabel 4 Klasifikasi penilaian dan nilai terbobot kesejahteraan satwa
No
Klasifikasi Penilaian
Nilai Terbobot
1.
Sangat baik
80,00-100,00
2.
Baik
70,00-79,99
3.
Cukup
60,00-69,99
4.
Perlu pembinaan