Kajian Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air pada Daerah Aliran Sungai Citarum
Vol. 7 No.2, November 2011
ISSN 1907-0276
"'URNAL
SUMBER DAVA AIR
Pelindung
Ir. Mohamad Hasan, Dip!. HE.
Pembina
Dr. Ir. Ari e Setiadi Moerwanto, M .Sc.
Penanggung Jawab
Ir. Nur Fizi li Kifli, M T.
Redaktur
Ora . Conny Ama lia
Ketua Dewan Penyunting
Prof. (R) Ir. Nana Terangn a Ginting, Dip/. EST.
Dewan Penyunting
Prof. (R) Drs. Erman Mawardi, Dipl . AlT. (Peneliti Bidang Teknik Hidl'aulik)
Dr. Simon S. Brahmana, CES, DEA (Peneliti Bidang Teknik Lingkungan SDA)
Dr. Ir. W anny K. Adidarma, M.Sc. (Peneliti Bidang Teknik Hidrologi)
Dr. (Eng). Fitri Riandini , S.Si, MT. (Peneliti Bidang Teknik Rawa/Pantai)
Ir. Carlina Soetjiono, Dipl. HE . (Peneliti Bidang Teknik Sipil)
Ir. Iskandar A. Yusuf, M .Sc. (Peneliti Bidang Teknik Lingkung an SDA)
Drs. W aluyo Hatmoko, M.Sc. (Peneliti Bidang Teknik Konservasi & Tata Air)
Drs. Tontowi, M.5c. (Peneliti Bidang Teknik Lingkungan SDA)
Mitra Bestarl
Prof. Ir. R. Wahyudi Triweko, M. EnB., Ph.D. (Bidang Sumber Daya Air UNPAR)
Prof. Dr. Hidayat Pawitan , M.Sc. (Bidang Tekn ik Hidrologi IPB)
Dr. Ir. Sri Legowo, M.Sc. (Bidang Teknik SipilITB)
Prof. (R) Dr. Ir. Bambang Soenarto, DipJ. HE., M. Eng. (Bidang Hidrologi dan Geohidrologi Univ. Tama Jagakarsa)
Sekretariat Redaksi
Ora. Aid illisyah Luthan
Rlna Dian i, S.505 .
AnjelitJ, 5.50s.
Ha ryadi, S.ST.
Yohanna Prita Amelia, S.Sos.
Ala mat Redaksi/Penerbit :
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR
BADAN PENElITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
JI. Ir. H. Juanda No. 193 Bandung 40135
Tip. : (022) 2501083, 2504053
Fax . : (022) 2500163
PO BOX: 841
Email : j urn al@pusairpu .go.id
http://www.pusa irpu.go.id
ISSN 1907-0276
Vol. 7 No.2, November 2011
URNAL
SUMBERDAYAA R
DAFTAR 151
Kajian Kebijakan Pengelolaan Sum be r Da ya Air pada Daerah Aliran Sungai
Citarum
Mohamad Hasan, Asep Sapei, Januar Purwanto, Sukardi
lOS 118
Climate Chan ge Impa ct on AgroC/i matic Type and l ength of Gro wing Period
of Three Locat ion s on Java
Eleonora Runtunuwu
119 130
Prediksi Tinggi M uka Air Ekstrim di Pantai Semara ng Akibat Pasa ng Tinggi da n
Badai Tropis
Fitri Riandin;, Huda Bachtior
131 142
Pemetaan Da erah 8ahaya Alfran Debris di Dae ra h Gunung Se meru
C. Bambang Sukatja
143 156
Upaya Pengendatian Degradasi Dasar Sungai denga n Bangu nan Groundsi"
Unik Sri Mulatsih Gclih Habsoro Sundoro
157170
Karakteristik Hidrologi Aliran Permukaan di Das Ka li M adiu n
Sri Mulat Yuningsih, Bayu Raharja, Rosidatu Diniyah, Desi Windatin ingsih
171 184
Mon itoring da n Evaluasi Penerapan Standar, Pedoma n da n Manual (S PM)
Bidang Sumber Daya Air (Studi Kasus Beberapa Instansi di Pu!au Ja w a)
Fanan i Aziz A/wi
185 196
Jurnal Sumber Daya Air, Vol. 7 No.2 November 2011 : 105118
KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PADA DAERAH
ALlRAN SUNGAI CITARUM
Mohamad Hasan!, Asep Sapej2, Januar Purwanto 3 , Sukardi 4
1) Sadan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian PU
II. Pattim ura No. 20, Jakarta Selatan
Em ail: mohasan53 @yahoo.co.id
2,3, 4J Pe ngaj ar Program Pascasarj ana IPB
Sekolah Pascasarjana IPS, Gedung Rektora t La ntai 5
Ka mpus IPB Darmaga, Bogor
Dilerima : 7 September 2011; Disetujui: 28 Oktober 2011
ABSTRAK
Kajian ini bertujuan untuk menganalisis pengelolaan sLimber daya air pada DAS Citarum mengenai:
status keberlanjutan, (ii) urutan prioritas da /am penetapan River Basin Organization (RBO) dan (iii)
merumuskan model untuk pengelolaan sum ber day a air seca ra berkelanjutan. Metode penelitian
menggunakan pendeka tan soft dan hard system m ethodology ( SHM dan HHM). Analisis SHM menggu nakan
kuesioner para akhli. Un tu k tujuan pertama dilakukan analisis deskriptiJ m enggun akan data sekunder pada
kondisi air tanah k ualitas air dan daerah tang kapan, kemudian dikom binasikan dengan m odel Multi
Dimensional Scaling (MDS). Untuk tujua n kedua dan ketig a digunakan Analytical Hierarchy Process ( AHP)
dan model Sistem Dinamik Hasil analisis men unjukka n kon disi DAS Citarum tidak berkelanju tan ham pir
pada semua dimensi. Dimensi lingkungan memperoleh skor yang paling buruk. Hasil AHP menunjukk all
bahwa m odel Perum Jasa Tirta (PJT) mendapat nilai tertingg i un tuk alternatif RBO. Berdasarkan ana lisis
sistem dinam ik pada beberapa skenario, ruang lingkup tal1ggung jaw ab PJT Il harus dibatasi hanya pada
pengelolaa n waduk dan prasarana pembawa atau pengatur alokasi air. Hal ini dimakslldka n agar PJT /I
sehat secara jinansial. Akhirnya, rekomendasi kajian m engusulkan tig a model yaitu m odel k e/embagaan,
manajemen dan pendanaan, serta mensyaratkan dibentuknya Tim Koordinasi Pengelolaan Su m bel' Daya Air
pada tingkat wi/ayah sung ai untuk terlaksana nya pengelolaan secara b erkela njutan.
Kata kune;: Sum ber daya air, keterpaduan, kebijakan, model, sistem, berkelanjutan
ro
ABSTRACT
This study intends to analyze: (i) the status of sustainability, (ii) prioritization or. river basin organization
and (iii) appropriate m odels for sustainable development by soft and hard system methodology approach
(SSM and HSM). The SSM analysis is based on questionnaires of exp ert choice. Fo r goal (i), [he analysis used
the descriptive analy sis afsecondary data on water quality, catchment area degrada tion and land subsidence
as well as Multi Dimensional Scaling (MDS) Model. For g oal (ii) and (iii), the analysis had applied the
Analytical Hierarchy Process (AHP) and System Dy na m ic Model respectively. Results indica ted the
unsustainable environmental condition of basin. Whereas, A HP results show that Perum jasa Tirta (PJT) is
scored highest to take the role of river basin organization. The scenarios of responsibility of PJT JI were
analyzed by an indicator on cost recovery. Most appropriate seems to be the scenario wh erein PJT 1J is
responsible for only the reservoir and conveyance inji"(!structure management The st!.ldy recommends the
application of three m odels, i.e. institution, management and finance, to ensure sustainabiIity of river basin
development in future. Strongly recom mended is the establishment of a coordinating board on water
resources managem ent concerned with coordination and integration management.
Keywords: Water resources, integration, policy, model, system, sustainable
PENDAHULUAN
Ai: m erupakan sl!mb er daya a1 m yang
str tegis dan vital bagi kehid upan ma nusia, serta
keberadaannya t idak da pat digantikan oleh materi
la innya (Dinar et al., 200 5). Air d ibutuh kan untuk
menunjang berbagai si s tem keh idupan, baik dalam
lingkup atmosfi r, Iitosfi r dan biosfir. Ha mpir s em ua
ke butu han hi du p man us ia memb utu hkan air, baik
unt uk kc butuhan ruma h tangga, pertanian, industri
dan kegiatan ekonomi lainny a (Nittu, 200 5).
Pasokan air untu k mendukung berjala nnya
pem bangunan dan b erbagai ke butuhan manus ia
perl u dijamin kesinambungannya, terutama yang
berkaitan dengan kua rititas dan kualitas nya ses uai
dengan yang dibutuhkan (Katiandagho, 2007) .
Perkembangan jumla h p e nduduk dan
meningkatnya kegiatan masyaraka t mengakibatkan perubahan fungsi lingkungan yang be r dampak
105
Kajian Kebijakan Pengelolaan ... (Mohamad Hasan, Asep Sapei, januar Purwanto, Sukardi)
IL!gatifterhadap kelestarian sumber daya air (SDA)
d:m meningkatnya daya rusak air (Mitchell, 2005).
Hal tersebut menuntut pengelolaan SDA yang
terpClc1u dari hulu sampai ke hilir dengan basis
wilayah sungai dalam satu pola pengelolaan SDA
tanpa dipengaruhi oleh batasbatas wilayah
administrasi yang dilaluinya (H ooper, 2005).
Kecenderunga n fra gmentasi pengelolaan SDA
semaki n menguat da lam kerangka otonomi daerah.
Pem da ingi n mend a patkan kendali yang lebih kuat
da lam pengelolaan SDA yang berada dalam
jurisdiksi wilaya h adrninistrasinya dengan
rno tivasi utama un tuk mendapatkan kendali
pema nfaata n SDA yang lebih besar disamping
sebagai su mber F'en dapa tan Asli Daerah (Cany,
2005).
Pa da daer ah alira n sungai (DAS) Citarum
ba nyak institu si yang terlib at secara langsung atau
tidak la ng 'ung. Ma singmas ing insti tusi me rasa
berhak melakukan pengelolaa n, menggunaka n atau
me!akukan eksploitasi ses ua i dengan tujuannya
rna ing masing. Aki batnya, terj ad i tu m pang tindih
dalam tugas poko k, fu ngsi dan kewena ngan
pengelolaa nnya. Fenom ena semacam in i akan
dihadap i d a la m praktek pengelolaan SDA di setiap
wilayah su nga i sehi ngga di perl ukan perumusan
model
pengelolaa n ' SDA
yang
d pat
mengakomo das ikan ke pentingan semua pihak
seca ra a dil dan optima\.
Tujuan penelitian
1111
adalah:
(1 )
menganali is status keberla njutan wilayah Su ngai
Citaru m da ri di m ns i kebijakan, kele mbagaan,
teknik, ekonomi, セッウゥ。ャ@
b udaya dan lingkungan; (2)
menga nalisis priori tas tujuan, faktor, aktor yang
terliba t da n kelem bagaan pada DAS Citarum ; (3)
merumuskan model kebijakan pengelo laan DAS
Citarll m ya ng berkelanju ta n.
Penelitian in i diharapkan akan mem bE: ri
manfa at bagi pemerintah dalam menetap kan
kebijakan pengelolaan DAS Citarum, ba hkan
sebagai m odel yang bisa ditera pkan seca ra
nasionaI dalam pengelolaan SDA. Disamping itu,
penelitian lnl juga akan me lengka pi kajian
pengel olaa n su ngai dengan pendekatan hid rologis,
ekologis dan berkela njutan.
METODE PENELTTlAN
Lokasi dan Waktu Penelitian, Lokasi
penelitia!1 ini berada di DAS Cita:'um yang meliputi
Ka bupa ten Bandung, Ko ta Bandung, Kota Cimahi,
Kabupa ten Su medang, Kab upa en Cianjur,
Kabu paten Subang, Kab upaten Purwakarta dan
Kab upaten Karawang. Penelitian dilaksa nakan
selama enam bula n mula i bulan Agustus 2010
sam pai bula n januari 2011.
Teknik Pengambilan Sampel dan Data,
Teknik pe nga mbilan sampel menggunakan metode
106
expert survey dengan purposive sampling, baik
melalui wawan cara maupun menggunaka n
kuesioner. Pemilihan responden di te ntukan
berdasarkan keterwakilan stakeholders pada DAS
Citaru m dan pakar bidang pengelolaan SDA.
Adap u n pcngumpulan data seKunder dila kuka n
pada kantor instansi pemerintah ya ng berwenang.
Metode Analisis, Analisis keberlanjutan
dilakukan mengguna kan multi dimensional scaling
(MDS) mo del dengan teknik ordinasi RAPCitraru m.
Hasilnya dibandingkan dengan anali sis deskriptif
kondis i situasional DAS Citarum. Analisis p ri oritas
menggunakan analytical hiera rchy process (AHP)
ya ng membandingkan secara berpasa ngan
(pairwise comparisons) tingkat kepentingan atau
tingkat pengaruh satu elemen de ngan elem en
lainnya pacta sa tu tingkatan yang diolah
menggu nakan perangkat lunak criteria decision
plus (CDP) y3. 04. Perum usa n model dilakukan
dengan menggunakan mod el ana li sis sistem
dinamik u ntuk menguji kinerja kelembagaan
pengeJola dengan berbagai ske nario kebijaka n.
Disampi ng itu, dila kukan juga focus group
discussion (FCD) untu k pembulatannya.
KAJIAN PUSTAKA
1 Penge)olaan Sumber Oaya Air
Ali ran air selai n dimanfaatkan untu k
kebutu han masyarakat lokal, juga dimanfaatlcan
oleh pendll duk yang berada di wilayah hilirnya
yang secara administratif dan atau stakeholders
berbeda. I!1teraksi antara kawasan hulll sebagai
zona resapan su mber a ir dan kawasan hili rnya
dalam pemanfaa ta n a ir sangat erat, sehingga up aya
u ntuk mewujud kan pengelolaan air berkelanju tan
menj ad i tanggungjawab semua pihak yang berada
di wilayah DAS ters ebut (Karyana, 2007).
Upaya perlindungan ekosistem kawasan
su mber air ya ng umumnya bera da di bagial1 hulu
DAS merupa ka n salah satu pila r penti ng dalam
pengelolaan air berkelanjutan (Edwa rsyah, 2008).
Pengelolaan SDA
terpadu mengisya ratkan
pengelolaan SDA yang utuh da ri hulu sampai hilir
dengan basis DAS dalam SCl.tU pola pel1gelo laan SDA
tanpa dipengaruh i oleh batasba tas wilayah
adminis trasi yang dilaluinya (Sjarief, 201 0) . Oleh
karena itu, agar pengelolaan b erbagai sumber daya
tersebu t dapat menghasilkan manfaat bagi
masyarakat secara optimal, maka diperlu kan su atu
acuan pengelolaan terpadu antar lembaga da n
antar wilayah serta berkelanjutan.
Upaya mewujudkan asas keseimbangan dan
asas keadilan dalam pengelolaan SDA, dapat
dilakukan dengan menyatukan beberapa DAS
dalam satu wilayah pe ngelolaan yang disebut
w ilayah sungai (WS). Hal ini dilakukan aga r
wilayah tersebut mampu mencukupi kebutuha n
Jurnai Sumber Daya Air, Vol. 7 No. 2 November 2011: 105118
SDA bagi wi layahnya. Penyatuan bebera pa DAS ke
dalam wilayah sungai tetap mempertimbangkan
efektivitas da n efisiensi pengel olaannya. Nam un
demikia n dalam perkembanga nnya pengelolaan
wilaya h su ngai semakin ru mit dengan sem akin
ba nyaknya institusi yang terlibat dalam segme nsegmen ya ng terpisah mengikuti kewenangan
k men terian a tau lem baga yang membentuknya.
2 Kelembagaan dalam Pengelolaan SDA
Pengelolaan SDA ya ng komple k da n
b nyak
sektor
menya ngkut
kepentingan
me merlu kan dukungan sistem keJembagaan yang
kua t dan terstruktur. Ditinj au dari fungsinya,
sistem kelemb 2gaa n dalam pengelolaa n SDA secara
garis besar dapat dipilah secara sederhana atas
lima unsur yai tu: regulator, operator, developer,
user dan wa dah koordinasi. Aspek kelembagaan
merupakan satu kompo nen penting dalam proses
pengelolaan WS ya ng terpad u dan m€nyeluruh.
Kelembagaan wilayah sungai, kemudian secara
internasional dikenal seb agaj River Basin
Organization (RBO) , tela h mcnjadi unsur yang
paling menentukan dalam mengimplementasikan
konsep pengelolaan SDA.
a) Perkembangan RBO di Dunia
Beraneka ragam pengelolaan SDA ya ng telah
dilakukan pada berbaga i negara, namun masih dan
akan senantiasa pengelolaan SDA dihadapkan pada
permasalahan meningka tnya jumlah penduduk
yang berdam pak pada meningkatnya kebut uhan
air yang bersamaan denga n me ningkatnya aktifi tas
sosia l ekonom i. Peni ngka tan kebutuhan air ini
seringkali
tidak
dapat
terpenuh i
karena
terbatasnya pclsokan ai r dan infrastruktu r y. ng ada
dan sering juga dihadapkan pada berbagai
permasalahan baik dari aspek kelembagaa n, aspek
kebijakan.
aspek
pendanaan
dan
aspek
pengelolaan SDA seperti dalam perencanaan,
pelaksanaan dan
operasl pe meliha raa nJlya.
Pendekatan dalam pengelolaa n SDA dapat
dilakukan dengan ca ra tradisional maupun
pendekatan pengel olaan secara terintegrasi atau
terpadu.
Pada ta hun-tahun be la kangan ini ada
perubahan d ramatis di dalam pengelolaa n SDA
sebaga i hasil dad suatu pa radigma ba ru.
Pengelolaan SDA terpadu merupakan suatu sistem
yang terintegrasi dengan mern perhatika n laha n,
sumber dan Iingkungannya a ta u denga n kata lain
mengintegras ikan berbagai sektor kepen ti nga n
dengan pendekatan koordin si pengelolaan dari
suatu DAS dala m skala waktu da n rua ng.
b) RBO di Indonesia
Kel mba gaan ata u insti tu si pengelola SDA
untuk WS di Indonesia, kegiatan penge lolaan pada
awalnya I bi berkonotasi sem pit yakni kegiatan
operasi dan pemeliharaan prasa ra na SDA
Berkenaan dengan terb itnya Undang-undang (Ull)
No. 7 Talmn 2004 tentang SDA, pengertian
pengelolaan SDA sudah mencakup pengertian yang
lebih luas m eliputi perencanaan, pela ksa naan
konstruksi serta operasi dan pemeliharaan dalam
rangka ko nservasi SDA, pendayagun aa n SDA dan
pengendalian daya ru sak air (Gu nalatika 2004).
Hingga akhir tahun 2008 di Indonesia telah
terbentuk 59 unit pelaksana teknis daerah (UPTD)
Balai PSDA yang terseba r di 15 Provinsi da n 30
unit pelaksana teknis (UPT) BBWSj BWS dan 2
badan usaha milik negara (BU MN) pengelola SDA
di tingka t WS, yakni r erum JasaTirta I (WS Brantas
dan VIS Bengawan Solo) dan Perum Jasa Tirta II
(WS Citaru m da n WS Ciliwung-Cisada ne). Oleh
karena itu seca ra keselur uha n telah ada 91
(sembilan puluh sa tu) pe ngelola SDA-WS atau
River Basin Organization (RBO). Menurut Sarwan
(2009 ) secara gar is besar terda pat tiga model
institus i penge\ola SDA-WS atau biasa diseb ut RBO,
(a) RBO dengan OM cost recovery di
yakn i:
dala mnya terdapa t pengusahaan SDA ditingkat WS
(PJT I dan PJT II); (b) RBO yang hanya
melaksa nakan OP prasarana SDA denga n biaya
APBD (59 UPTD di bawah Dinas PU Provi nsi); dan
(c) RBO dengan kegiata n lengkap mulai dari
perencanaan, pengem bangaJl dan OP dengan biaya
APB N da n belu m melaksana kan OM cost recovery
(30 UPT J BWSjBBWS di bawah Ditjen SDA,
Kementerian Pekerjaan Umu m).
1) Balai BesarjBalai Wilayah Su.ngai
Berdas:.lrkan Peraturan Menteri (Permen)
PU No llAj PRTjMj2 00 6 wilayah suneai li ntas
negara, li ntas provi nsi dan strategis nasiona l yang
jumlahnya 69 buah m eru pakan wewenang dan
tanggung jawab pem erintah dala m hal I n!
Kementer ian Pekerjaan Umum Di tjen SDA. Ketika
melaksanakan kew ena ngan tersebut, pemerintah
dengan
persetu juan
Menteri
Negara
Pemberdayaan Aparatur Nega ra memb entuk 30
UPT BWSj BBWS ya ng terdiri 11 UPT BBWS da n 19
UPT BWS dengan wilayah kerja meliputi 69 WS
kewenangan pusat
Pembentuka n 30 UPT BBWS j BWS terse but .
merupakan kons eku ensi logis da ri adanya
kewenangan dan tanggung jawab pengelo laa n SDA
sebaga imana diatur dalam UU No.7 Tah un 2004
tentang SDA pasal 14, 15, 16 dan adanya sistem
unified budget yang tidak dikenal lagi organisas:
proyek.
Pemerintah
pusat
mempunyai
kew enangan melaksanakan pengelolaa n SD A di
tingkat WS yang bersifat lintas negara, lintas
provi nsi dan strategis nasional. Balai Besar
Wilaya h Sungai yang mempunya i fungsi: Menyus un
pola dan rencana pengelolaan; Menyusun rencan a
dan pelaksanaan penyuluhan kawasan lindung
107
Kajian Kebijakan Pengelolaan ... (Mohamad Hasan, Asep Sapei, Januar Purwanto, Sukardi)
fungsi prasarana pen ga iran kare na rn engura ngi
umur teknis dan kinerja bangu na n tersebu t.
Akibatnya ke lllampuan mensuplai air gu na
memenuhi tuntutan berbagai sektor pe m a nfaat
(pertanian, dome s tik, industri dan lingkungan)
mengalami penurunan juga.
Gu na menjawab persoaJa n di atas, digagas
pendiria n suatu badan usaha yang memiliki tugas
pokok mengelola wilayah sungai beserta prasa rana
2) Balai PSDA
pengairan
yang
telah
dibangun,
s ehingga
Pada awalnya, Ba lai PS OA berbentuk satgas
pemenuhan kebutuhan air untllk b(C rbagai sektor
PS DA ya ng dibentuk di 5 WS percontohan. Satgas
dapat tersed ia secara akuntabel. Pada tanggal 4
ini ui bentuk d e ngan Surat Keputusan Dirjen
November 1986, dalam ra pa t yang dipimpin
Pe ngai ra n, bukan merupakan unit orga nik di
Me nteri PU disepakati pembentukan suatll
bawa h Oitjen Pengaira n maupun Oinas PU
lembaga yang menanga n i WS Kali Brantas dengan
Pr ovinsi, nam tln bersifat ad hoc (semel1tara) dan
nama Perum Jasa Tirta Bran ta s . Selanjutnya, dalarn
bcrtangg u ng javvab kepada Kepa la Dinas PU
PP No. 5 Tahun 1990 tentang Pe r um Jasa Tirta
P I\ga ira n P ra vin si. Sa tgas PSDA ini cukup u nik
dikukuh l an sebagai sebuah bada n usaha milik
s ba b
ya ng m e mbentuknya
adalah
Dirj e n . negara (BU MN) yang be r kedud u kan di Kota
Penga iran (pusa t) namun bertanggg ung jaw ab
Malang.
kepada Kepa Ja Dinas Provinsi (dae ra h) dan SOM
Kemudia n, p emerintah menerbitka n PP No.
nya pu n se ba gian b esar meru pa ka n SOM cam puran
93 Tahun 1999 yang mengatur kem bali
dari d aerah dan PIPWS. Ha l in i da pat dipahami
keberada an PjT. Sesuai pasal 2 aya t (2) dari PP
karena pa da . saat itu bel um a da kejela sa n
tersebut, ditetapkan PJT seba ga im a na dimaksud
wewe na ng pengelo la an SOA sehingga muncul
da lam PP No. 5 Tahun 1990 d iubah namanya
a nggapan ba hwa Dinas PU di d a era h juga institusi
menjadi Perusaha a n Umu m (P e ru m) Jas a Tirta I.
dinas Ke menteria n Peke rj a a'n Um um .
Pa da 14 Septemb e r 2000 terbit Kepu tusan
Kem ud ia n, pada tanggal 23 Oktober 1996
Presiden No. 129 Tahun 2000 d engan mena m bah
Me nte r i da la m Negeri m en erbitkan Keputusan
w ilayah kerjanya dengan WS Bengaw a n Solo
Me nteri (Ke pMe n) Nomor 179/1996 ten tang
beserta 25 anak sungainya.
Pedo ma n Pem bentukan dan Ta ta Ke rja Balai PSOA.
PJT I diberi wewenang memungut iuran
De nga n
Kep Mend ag ri
ters eb ut
disiapkan
eksploitasi dan pemelihdraan (E P) kepa da pa ra
e mf en tuka n Ba la i PSDA sebanya k 30 buah di
pengguna komersial dan hasil dana yang diperol eh
Pu la u Ja wa ya kn i Jawa Timur tah u n 1996 (9 Balai)
digunakan untuk membiayai kegiatan operas i delll
di seb ut Bala i PSAWS, tah un 1997 dl Ja w a Barat 6
pemeliharaan
prasarana
SOA.
Melalui
Ba lai PSDA, ta h1.! n 1999 d i Jawa Tengah 7 Bala i
pendi t'iannya, PjT tersebut mulai diteiJ pkan
PS DA da n 2 Ba lai PSDA di DI Y. Pem bentu ka n Balai
prinsip
"pemanfaat
membayar" (user pay
PSDA termas uk li ma organisasi Sa tga s PS DA
principle), meskipun hanya terbatas pada
percon toha l1 un tuk menjadi Balai PSDA. Tugas
pemanfa3t yang bersifat komersial saja seperti
Balai PSDA leb ih diti ti kb eratkan pada pengelolaan
penggunaan air baku untuk air minull1, air baku
WS da lam a rti sem p it (yakni OP-SDA) sebagaimana
untuk in dustri d a n air baku untuk tenagalistrik
d itua ngkan dala m KepMcndagri di atas.
Sebelum PJT I Brantas be r diri, terleb 'ih dulu
Pa da saat pena taa n organisasi Sa tua n Kerja
Perum Otorita Jatilllhur ( POJ) ya ng m engdola WS
Pe ra gkat Daerah (SKPD ) sebagai tindak la njut
Citarum telah dibentuk dengan PP No 20 Tahun
d ri Pe ra turan Pemeri nta h (PP) No. 41 Tahun 2007
1970. POj merupakan peleburan dari berbagoi
dalam kenya taan nya wilayah kerj a UPTD/Ba lai
institusi ya ng bera da di wilayah jatiluhur. lnstitusiPS DA hampir tidak menga lami perubahan ba hkan
institusi tersebut adalah P royek !rigasi jatiluhur
a da kecende r ungan jum lah UPTO bertambah
(Oep. PU), Proyek Pengairan Tersier jatiluhur
banya k. Overlapping wil ayah kerja antara UPTD
(Depdagri), PN jabluhur (O ep . Perindustrian) da n
d e nga n UPT tersebut da la m pelaksanaa n kegiatan
Jawatan Jawa Ba ra t Balai Daerah PurNakarta
di li'lpa nga n ser ing men imblll kan keragllan
(P ropinsi jawa Barat). Oapat dipahami bahwa pada
khus usnya bagi rekan-rekan da ri UPTO.
awal pendiriannya POJ memiliki wilayah kerja
terbatas pada bagian hilir (wilayah Ja tilu hur)
3) Model Perum Jasa Tirta ( PIT I nan PJT 11)
dengan tugas pokok OP jaringan irigasi Jatiluhur
Pe rm a salahan
poko k
yang
dihadapi
dan pengelolaan tenaga listrik. Oengan demikian,
Pemcrintah Indonesia sejak 30 tahun lalu dalam
POj melaksanakan pelayanan umum yang bersifat
nw la ks a naka n ォ ・セゥ。
エ。ョ@
OP adala h keterbatasan
sosii'll dan sekaligus pengusahaan air yang bersih i
d ana. Keterbatasa n ini mcngakiha tbn penurunan
kornersiaL POj menlObili.
ISSN 1907-0276
"'URNAL
SUMBER DAVA AIR
Pelindung
Ir. Mohamad Hasan, Dip!. HE.
Pembina
Dr. Ir. Ari e Setiadi Moerwanto, M .Sc.
Penanggung Jawab
Ir. Nur Fizi li Kifli, M T.
Redaktur
Ora . Conny Ama lia
Ketua Dewan Penyunting
Prof. (R) Ir. Nana Terangn a Ginting, Dip/. EST.
Dewan Penyunting
Prof. (R) Drs. Erman Mawardi, Dipl . AlT. (Peneliti Bidang Teknik Hidl'aulik)
Dr. Simon S. Brahmana, CES, DEA (Peneliti Bidang Teknik Lingkungan SDA)
Dr. Ir. W anny K. Adidarma, M.Sc. (Peneliti Bidang Teknik Hidrologi)
Dr. (Eng). Fitri Riandini , S.Si, MT. (Peneliti Bidang Teknik Rawa/Pantai)
Ir. Carlina Soetjiono, Dipl. HE . (Peneliti Bidang Teknik Sipil)
Ir. Iskandar A. Yusuf, M .Sc. (Peneliti Bidang Teknik Lingkung an SDA)
Drs. W aluyo Hatmoko, M.Sc. (Peneliti Bidang Teknik Konservasi & Tata Air)
Drs. Tontowi, M.5c. (Peneliti Bidang Teknik Lingkungan SDA)
Mitra Bestarl
Prof. Ir. R. Wahyudi Triweko, M. EnB., Ph.D. (Bidang Sumber Daya Air UNPAR)
Prof. Dr. Hidayat Pawitan , M.Sc. (Bidang Tekn ik Hidrologi IPB)
Dr. Ir. Sri Legowo, M.Sc. (Bidang Teknik SipilITB)
Prof. (R) Dr. Ir. Bambang Soenarto, DipJ. HE., M. Eng. (Bidang Hidrologi dan Geohidrologi Univ. Tama Jagakarsa)
Sekretariat Redaksi
Ora. Aid illisyah Luthan
Rlna Dian i, S.505 .
AnjelitJ, 5.50s.
Ha ryadi, S.ST.
Yohanna Prita Amelia, S.Sos.
Ala mat Redaksi/Penerbit :
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR
BADAN PENElITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
JI. Ir. H. Juanda No. 193 Bandung 40135
Tip. : (022) 2501083, 2504053
Fax . : (022) 2500163
PO BOX: 841
Email : j urn al@pusairpu .go.id
http://www.pusa irpu.go.id
ISSN 1907-0276
Vol. 7 No.2, November 2011
URNAL
SUMBERDAYAA R
DAFTAR 151
Kajian Kebijakan Pengelolaan Sum be r Da ya Air pada Daerah Aliran Sungai
Citarum
Mohamad Hasan, Asep Sapei, Januar Purwanto, Sukardi
lOS 118
Climate Chan ge Impa ct on AgroC/i matic Type and l ength of Gro wing Period
of Three Locat ion s on Java
Eleonora Runtunuwu
119 130
Prediksi Tinggi M uka Air Ekstrim di Pantai Semara ng Akibat Pasa ng Tinggi da n
Badai Tropis
Fitri Riandin;, Huda Bachtior
131 142
Pemetaan Da erah 8ahaya Alfran Debris di Dae ra h Gunung Se meru
C. Bambang Sukatja
143 156
Upaya Pengendatian Degradasi Dasar Sungai denga n Bangu nan Groundsi"
Unik Sri Mulatsih Gclih Habsoro Sundoro
157170
Karakteristik Hidrologi Aliran Permukaan di Das Ka li M adiu n
Sri Mulat Yuningsih, Bayu Raharja, Rosidatu Diniyah, Desi Windatin ingsih
171 184
Mon itoring da n Evaluasi Penerapan Standar, Pedoma n da n Manual (S PM)
Bidang Sumber Daya Air (Studi Kasus Beberapa Instansi di Pu!au Ja w a)
Fanan i Aziz A/wi
185 196
Jurnal Sumber Daya Air, Vol. 7 No.2 November 2011 : 105118
KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PADA DAERAH
ALlRAN SUNGAI CITARUM
Mohamad Hasan!, Asep Sapej2, Januar Purwanto 3 , Sukardi 4
1) Sadan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian PU
II. Pattim ura No. 20, Jakarta Selatan
Em ail: mohasan53 @yahoo.co.id
2,3, 4J Pe ngaj ar Program Pascasarj ana IPB
Sekolah Pascasarjana IPS, Gedung Rektora t La ntai 5
Ka mpus IPB Darmaga, Bogor
Dilerima : 7 September 2011; Disetujui: 28 Oktober 2011
ABSTRAK
Kajian ini bertujuan untuk menganalisis pengelolaan sLimber daya air pada DAS Citarum mengenai:
status keberlanjutan, (ii) urutan prioritas da /am penetapan River Basin Organization (RBO) dan (iii)
merumuskan model untuk pengelolaan sum ber day a air seca ra berkelanjutan. Metode penelitian
menggunakan pendeka tan soft dan hard system m ethodology ( SHM dan HHM). Analisis SHM menggu nakan
kuesioner para akhli. Un tu k tujuan pertama dilakukan analisis deskriptiJ m enggun akan data sekunder pada
kondisi air tanah k ualitas air dan daerah tang kapan, kemudian dikom binasikan dengan m odel Multi
Dimensional Scaling (MDS). Untuk tujua n kedua dan ketig a digunakan Analytical Hierarchy Process ( AHP)
dan model Sistem Dinamik Hasil analisis men unjukka n kon disi DAS Citarum tidak berkelanju tan ham pir
pada semua dimensi. Dimensi lingkungan memperoleh skor yang paling buruk. Hasil AHP menunjukk all
bahwa m odel Perum Jasa Tirta (PJT) mendapat nilai tertingg i un tuk alternatif RBO. Berdasarkan ana lisis
sistem dinam ik pada beberapa skenario, ruang lingkup tal1ggung jaw ab PJT Il harus dibatasi hanya pada
pengelolaa n waduk dan prasarana pembawa atau pengatur alokasi air. Hal ini dimakslldka n agar PJT /I
sehat secara jinansial. Akhirnya, rekomendasi kajian m engusulkan tig a model yaitu m odel k e/embagaan,
manajemen dan pendanaan, serta mensyaratkan dibentuknya Tim Koordinasi Pengelolaan Su m bel' Daya Air
pada tingkat wi/ayah sung ai untuk terlaksana nya pengelolaan secara b erkela njutan.
Kata kune;: Sum ber daya air, keterpaduan, kebijakan, model, sistem, berkelanjutan
ro
ABSTRACT
This study intends to analyze: (i) the status of sustainability, (ii) prioritization or. river basin organization
and (iii) appropriate m odels for sustainable development by soft and hard system methodology approach
(SSM and HSM). The SSM analysis is based on questionnaires of exp ert choice. Fo r goal (i), [he analysis used
the descriptive analy sis afsecondary data on water quality, catchment area degrada tion and land subsidence
as well as Multi Dimensional Scaling (MDS) Model. For g oal (ii) and (iii), the analysis had applied the
Analytical Hierarchy Process (AHP) and System Dy na m ic Model respectively. Results indica ted the
unsustainable environmental condition of basin. Whereas, A HP results show that Perum jasa Tirta (PJT) is
scored highest to take the role of river basin organization. The scenarios of responsibility of PJT JI were
analyzed by an indicator on cost recovery. Most appropriate seems to be the scenario wh erein PJT 1J is
responsible for only the reservoir and conveyance inji"(!structure management The st!.ldy recommends the
application of three m odels, i.e. institution, management and finance, to ensure sustainabiIity of river basin
development in future. Strongly recom mended is the establishment of a coordinating board on water
resources managem ent concerned with coordination and integration management.
Keywords: Water resources, integration, policy, model, system, sustainable
PENDAHULUAN
Ai: m erupakan sl!mb er daya a1 m yang
str tegis dan vital bagi kehid upan ma nusia, serta
keberadaannya t idak da pat digantikan oleh materi
la innya (Dinar et al., 200 5). Air d ibutuh kan untuk
menunjang berbagai si s tem keh idupan, baik dalam
lingkup atmosfi r, Iitosfi r dan biosfir. Ha mpir s em ua
ke butu han hi du p man us ia memb utu hkan air, baik
unt uk kc butuhan ruma h tangga, pertanian, industri
dan kegiatan ekonomi lainny a (Nittu, 200 5).
Pasokan air untu k mendukung berjala nnya
pem bangunan dan b erbagai ke butuhan manus ia
perl u dijamin kesinambungannya, terutama yang
berkaitan dengan kua rititas dan kualitas nya ses uai
dengan yang dibutuhkan (Katiandagho, 2007) .
Perkembangan jumla h p e nduduk dan
meningkatnya kegiatan masyaraka t mengakibatkan perubahan fungsi lingkungan yang be r dampak
105
Kajian Kebijakan Pengelolaan ... (Mohamad Hasan, Asep Sapei, januar Purwanto, Sukardi)
IL!gatifterhadap kelestarian sumber daya air (SDA)
d:m meningkatnya daya rusak air (Mitchell, 2005).
Hal tersebut menuntut pengelolaan SDA yang
terpClc1u dari hulu sampai ke hilir dengan basis
wilayah sungai dalam satu pola pengelolaan SDA
tanpa dipengaruhi oleh batasbatas wilayah
administrasi yang dilaluinya (H ooper, 2005).
Kecenderunga n fra gmentasi pengelolaan SDA
semaki n menguat da lam kerangka otonomi daerah.
Pem da ingi n mend a patkan kendali yang lebih kuat
da lam pengelolaan SDA yang berada dalam
jurisdiksi wilaya h adrninistrasinya dengan
rno tivasi utama un tuk mendapatkan kendali
pema nfaata n SDA yang lebih besar disamping
sebagai su mber F'en dapa tan Asli Daerah (Cany,
2005).
Pa da daer ah alira n sungai (DAS) Citarum
ba nyak institu si yang terlib at secara langsung atau
tidak la ng 'ung. Ma singmas ing insti tusi me rasa
berhak melakukan pengelolaa n, menggunaka n atau
me!akukan eksploitasi ses ua i dengan tujuannya
rna ing masing. Aki batnya, terj ad i tu m pang tindih
dalam tugas poko k, fu ngsi dan kewena ngan
pengelolaa nnya. Fenom ena semacam in i akan
dihadap i d a la m praktek pengelolaan SDA di setiap
wilayah su nga i sehi ngga di perl ukan perumusan
model
pengelolaa n ' SDA
yang
d pat
mengakomo das ikan ke pentingan semua pihak
seca ra a dil dan optima\.
Tujuan penelitian
1111
adalah:
(1 )
menganali is status keberla njutan wilayah Su ngai
Citaru m da ri di m ns i kebijakan, kele mbagaan,
teknik, ekonomi, セッウゥ。ャ@
b udaya dan lingkungan; (2)
menga nalisis priori tas tujuan, faktor, aktor yang
terliba t da n kelem bagaan pada DAS Citarum ; (3)
merumuskan model kebijakan pengelo laan DAS
Citarll m ya ng berkelanju ta n.
Penelitian in i diharapkan akan mem bE: ri
manfa at bagi pemerintah dalam menetap kan
kebijakan pengelolaan DAS Citarum, ba hkan
sebagai m odel yang bisa ditera pkan seca ra
nasionaI dalam pengelolaan SDA. Disamping itu,
penelitian lnl juga akan me lengka pi kajian
pengel olaa n su ngai dengan pendekatan hid rologis,
ekologis dan berkela njutan.
METODE PENELTTlAN
Lokasi dan Waktu Penelitian, Lokasi
penelitia!1 ini berada di DAS Cita:'um yang meliputi
Ka bupa ten Bandung, Ko ta Bandung, Kota Cimahi,
Kabupa ten Su medang, Kab upa en Cianjur,
Kabu paten Subang, Kab upaten Purwakarta dan
Kab upaten Karawang. Penelitian dilaksa nakan
selama enam bula n mula i bulan Agustus 2010
sam pai bula n januari 2011.
Teknik Pengambilan Sampel dan Data,
Teknik pe nga mbilan sampel menggunakan metode
106
expert survey dengan purposive sampling, baik
melalui wawan cara maupun menggunaka n
kuesioner. Pemilihan responden di te ntukan
berdasarkan keterwakilan stakeholders pada DAS
Citaru m dan pakar bidang pengelolaan SDA.
Adap u n pcngumpulan data seKunder dila kuka n
pada kantor instansi pemerintah ya ng berwenang.
Metode Analisis, Analisis keberlanjutan
dilakukan mengguna kan multi dimensional scaling
(MDS) mo del dengan teknik ordinasi RAPCitraru m.
Hasilnya dibandingkan dengan anali sis deskriptif
kondis i situasional DAS Citarum. Analisis p ri oritas
menggunakan analytical hiera rchy process (AHP)
ya ng membandingkan secara berpasa ngan
(pairwise comparisons) tingkat kepentingan atau
tingkat pengaruh satu elemen de ngan elem en
lainnya pacta sa tu tingkatan yang diolah
menggu nakan perangkat lunak criteria decision
plus (CDP) y3. 04. Perum usa n model dilakukan
dengan menggunakan mod el ana li sis sistem
dinamik u ntuk menguji kinerja kelembagaan
pengeJola dengan berbagai ske nario kebijaka n.
Disampi ng itu, dila kukan juga focus group
discussion (FCD) untu k pembulatannya.
KAJIAN PUSTAKA
1 Penge)olaan Sumber Oaya Air
Ali ran air selai n dimanfaatkan untu k
kebutu han masyarakat lokal, juga dimanfaatlcan
oleh pendll duk yang berada di wilayah hilirnya
yang secara administratif dan atau stakeholders
berbeda. I!1teraksi antara kawasan hulll sebagai
zona resapan su mber a ir dan kawasan hili rnya
dalam pemanfaa ta n a ir sangat erat, sehingga up aya
u ntuk mewujud kan pengelolaan air berkelanju tan
menj ad i tanggungjawab semua pihak yang berada
di wilayah DAS ters ebut (Karyana, 2007).
Upaya perlindungan ekosistem kawasan
su mber air ya ng umumnya bera da di bagial1 hulu
DAS merupa ka n salah satu pila r penti ng dalam
pengelolaan air berkelanjutan (Edwa rsyah, 2008).
Pengelolaan SDA
terpadu mengisya ratkan
pengelolaan SDA yang utuh da ri hulu sampai hilir
dengan basis DAS dalam SCl.tU pola pel1gelo laan SDA
tanpa dipengaruh i oleh batasba tas wilayah
adminis trasi yang dilaluinya (Sjarief, 201 0) . Oleh
karena itu, agar pengelolaan b erbagai sumber daya
tersebu t dapat menghasilkan manfaat bagi
masyarakat secara optimal, maka diperlu kan su atu
acuan pengelolaan terpadu antar lembaga da n
antar wilayah serta berkelanjutan.
Upaya mewujudkan asas keseimbangan dan
asas keadilan dalam pengelolaan SDA, dapat
dilakukan dengan menyatukan beberapa DAS
dalam satu wilayah pe ngelolaan yang disebut
w ilayah sungai (WS). Hal ini dilakukan aga r
wilayah tersebut mampu mencukupi kebutuha n
Jurnai Sumber Daya Air, Vol. 7 No. 2 November 2011: 105118
SDA bagi wi layahnya. Penyatuan bebera pa DAS ke
dalam wilayah sungai tetap mempertimbangkan
efektivitas da n efisiensi pengel olaannya. Nam un
demikia n dalam perkembanga nnya pengelolaan
wilaya h su ngai semakin ru mit dengan sem akin
ba nyaknya institusi yang terlibat dalam segme nsegmen ya ng terpisah mengikuti kewenangan
k men terian a tau lem baga yang membentuknya.
2 Kelembagaan dalam Pengelolaan SDA
Pengelolaan SDA ya ng komple k da n
b nyak
sektor
menya ngkut
kepentingan
me merlu kan dukungan sistem keJembagaan yang
kua t dan terstruktur. Ditinj au dari fungsinya,
sistem kelemb 2gaa n dalam pengelolaa n SDA secara
garis besar dapat dipilah secara sederhana atas
lima unsur yai tu: regulator, operator, developer,
user dan wa dah koordinasi. Aspek kelembagaan
merupakan satu kompo nen penting dalam proses
pengelolaan WS ya ng terpad u dan m€nyeluruh.
Kelembagaan wilayah sungai, kemudian secara
internasional dikenal seb agaj River Basin
Organization (RBO) , tela h mcnjadi unsur yang
paling menentukan dalam mengimplementasikan
konsep pengelolaan SDA.
a) Perkembangan RBO di Dunia
Beraneka ragam pengelolaan SDA ya ng telah
dilakukan pada berbaga i negara, namun masih dan
akan senantiasa pengelolaan SDA dihadapkan pada
permasalahan meningka tnya jumlah penduduk
yang berdam pak pada meningkatnya kebut uhan
air yang bersamaan denga n me ningkatnya aktifi tas
sosia l ekonom i. Peni ngka tan kebutuhan air ini
seringkali
tidak
dapat
terpenuh i
karena
terbatasnya pclsokan ai r dan infrastruktu r y. ng ada
dan sering juga dihadapkan pada berbagai
permasalahan baik dari aspek kelembagaa n, aspek
kebijakan.
aspek
pendanaan
dan
aspek
pengelolaan SDA seperti dalam perencanaan,
pelaksanaan dan
operasl pe meliha raa nJlya.
Pendekatan dalam pengelolaa n SDA dapat
dilakukan dengan ca ra tradisional maupun
pendekatan pengel olaan secara terintegrasi atau
terpadu.
Pada ta hun-tahun be la kangan ini ada
perubahan d ramatis di dalam pengelolaa n SDA
sebaga i hasil dad suatu pa radigma ba ru.
Pengelolaan SDA terpadu merupakan suatu sistem
yang terintegrasi dengan mern perhatika n laha n,
sumber dan Iingkungannya a ta u denga n kata lain
mengintegras ikan berbagai sektor kepen ti nga n
dengan pendekatan koordin si pengelolaan dari
suatu DAS dala m skala waktu da n rua ng.
b) RBO di Indonesia
Kel mba gaan ata u insti tu si pengelola SDA
untuk WS di Indonesia, kegiatan penge lolaan pada
awalnya I bi berkonotasi sem pit yakni kegiatan
operasi dan pemeliharaan prasa ra na SDA
Berkenaan dengan terb itnya Undang-undang (Ull)
No. 7 Talmn 2004 tentang SDA, pengertian
pengelolaan SDA sudah mencakup pengertian yang
lebih luas m eliputi perencanaan, pela ksa naan
konstruksi serta operasi dan pemeliharaan dalam
rangka ko nservasi SDA, pendayagun aa n SDA dan
pengendalian daya ru sak air (Gu nalatika 2004).
Hingga akhir tahun 2008 di Indonesia telah
terbentuk 59 unit pelaksana teknis daerah (UPTD)
Balai PSDA yang terseba r di 15 Provinsi da n 30
unit pelaksana teknis (UPT) BBWSj BWS dan 2
badan usaha milik negara (BU MN) pengelola SDA
di tingka t WS, yakni r erum JasaTirta I (WS Brantas
dan VIS Bengawan Solo) dan Perum Jasa Tirta II
(WS Citaru m da n WS Ciliwung-Cisada ne). Oleh
karena itu seca ra keselur uha n telah ada 91
(sembilan puluh sa tu) pe ngelola SDA-WS atau
River Basin Organization (RBO). Menurut Sarwan
(2009 ) secara gar is besar terda pat tiga model
institus i penge\ola SDA-WS atau biasa diseb ut RBO,
(a) RBO dengan OM cost recovery di
yakn i:
dala mnya terdapa t pengusahaan SDA ditingkat WS
(PJT I dan PJT II); (b) RBO yang hanya
melaksa nakan OP prasarana SDA denga n biaya
APBD (59 UPTD di bawah Dinas PU Provi nsi); dan
(c) RBO dengan kegiata n lengkap mulai dari
perencanaan, pengem bangaJl dan OP dengan biaya
APB N da n belu m melaksana kan OM cost recovery
(30 UPT J BWSjBBWS di bawah Ditjen SDA,
Kementerian Pekerjaan Umu m).
1) Balai BesarjBalai Wilayah Su.ngai
Berdas:.lrkan Peraturan Menteri (Permen)
PU No llAj PRTjMj2 00 6 wilayah suneai li ntas
negara, li ntas provi nsi dan strategis nasiona l yang
jumlahnya 69 buah m eru pakan wewenang dan
tanggung jawab pem erintah dala m hal I n!
Kementer ian Pekerjaan Umum Di tjen SDA. Ketika
melaksanakan kew ena ngan tersebut, pemerintah
dengan
persetu juan
Menteri
Negara
Pemberdayaan Aparatur Nega ra memb entuk 30
UPT BWSj BBWS ya ng terdiri 11 UPT BBWS da n 19
UPT BWS dengan wilayah kerja meliputi 69 WS
kewenangan pusat
Pembentuka n 30 UPT BBWS j BWS terse but .
merupakan kons eku ensi logis da ri adanya
kewenangan dan tanggung jawab pengelo laa n SDA
sebaga imana diatur dalam UU No.7 Tah un 2004
tentang SDA pasal 14, 15, 16 dan adanya sistem
unified budget yang tidak dikenal lagi organisas:
proyek.
Pemerintah
pusat
mempunyai
kew enangan melaksanakan pengelolaa n SD A di
tingkat WS yang bersifat lintas negara, lintas
provi nsi dan strategis nasional. Balai Besar
Wilaya h Sungai yang mempunya i fungsi: Menyus un
pola dan rencana pengelolaan; Menyusun rencan a
dan pelaksanaan penyuluhan kawasan lindung
107
Kajian Kebijakan Pengelolaan ... (Mohamad Hasan, Asep Sapei, Januar Purwanto, Sukardi)
fungsi prasarana pen ga iran kare na rn engura ngi
umur teknis dan kinerja bangu na n tersebu t.
Akibatnya ke lllampuan mensuplai air gu na
memenuhi tuntutan berbagai sektor pe m a nfaat
(pertanian, dome s tik, industri dan lingkungan)
mengalami penurunan juga.
Gu na menjawab persoaJa n di atas, digagas
pendiria n suatu badan usaha yang memiliki tugas
pokok mengelola wilayah sungai beserta prasa rana
2) Balai PSDA
pengairan
yang
telah
dibangun,
s ehingga
Pada awalnya, Ba lai PS OA berbentuk satgas
pemenuhan kebutuhan air untllk b(C rbagai sektor
PS DA ya ng dibentuk di 5 WS percontohan. Satgas
dapat tersed ia secara akuntabel. Pada tanggal 4
ini ui bentuk d e ngan Surat Keputusan Dirjen
November 1986, dalam ra pa t yang dipimpin
Pe ngai ra n, bukan merupakan unit orga nik di
Me nteri PU disepakati pembentukan suatll
bawa h Oitjen Pengaira n maupun Oinas PU
lembaga yang menanga n i WS Kali Brantas dengan
Pr ovinsi, nam tln bersifat ad hoc (semel1tara) dan
nama Perum Jasa Tirta Bran ta s . Selanjutnya, dalarn
bcrtangg u ng javvab kepada Kepa la Dinas PU
PP No. 5 Tahun 1990 tentang Pe r um Jasa Tirta
P I\ga ira n P ra vin si. Sa tgas PSDA ini cukup u nik
dikukuh l an sebagai sebuah bada n usaha milik
s ba b
ya ng m e mbentuknya
adalah
Dirj e n . negara (BU MN) yang be r kedud u kan di Kota
Penga iran (pusa t) namun bertanggg ung jaw ab
Malang.
kepada Kepa Ja Dinas Provinsi (dae ra h) dan SOM
Kemudia n, p emerintah menerbitka n PP No.
nya pu n se ba gian b esar meru pa ka n SOM cam puran
93 Tahun 1999 yang mengatur kem bali
dari d aerah dan PIPWS. Ha l in i da pat dipahami
keberada an PjT. Sesuai pasal 2 aya t (2) dari PP
karena pa da . saat itu bel um a da kejela sa n
tersebut, ditetapkan PJT seba ga im a na dimaksud
wewe na ng pengelo la an SOA sehingga muncul
da lam PP No. 5 Tahun 1990 d iubah namanya
a nggapan ba hwa Dinas PU di d a era h juga institusi
menjadi Perusaha a n Umu m (P e ru m) Jas a Tirta I.
dinas Ke menteria n Peke rj a a'n Um um .
Pa da 14 Septemb e r 2000 terbit Kepu tusan
Kem ud ia n, pada tanggal 23 Oktober 1996
Presiden No. 129 Tahun 2000 d engan mena m bah
Me nte r i da la m Negeri m en erbitkan Keputusan
w ilayah kerjanya dengan WS Bengaw a n Solo
Me nteri (Ke pMe n) Nomor 179/1996 ten tang
beserta 25 anak sungainya.
Pedo ma n Pem bentukan dan Ta ta Ke rja Balai PSOA.
PJT I diberi wewenang memungut iuran
De nga n
Kep Mend ag ri
ters eb ut
disiapkan
eksploitasi dan pemelihdraan (E P) kepa da pa ra
e mf en tuka n Ba la i PSDA sebanya k 30 buah di
pengguna komersial dan hasil dana yang diperol eh
Pu la u Ja wa ya kn i Jawa Timur tah u n 1996 (9 Balai)
digunakan untuk membiayai kegiatan operas i delll
di seb ut Bala i PSAWS, tah un 1997 dl Ja w a Barat 6
pemeliharaan
prasarana
SOA.
Melalui
Ba lai PSDA, ta h1.! n 1999 d i Jawa Tengah 7 Bala i
pendi t'iannya, PjT tersebut mulai diteiJ pkan
PS DA da n 2 Ba lai PSDA di DI Y. Pem bentu ka n Balai
prinsip
"pemanfaat
membayar" (user pay
PSDA termas uk li ma organisasi Sa tga s PS DA
principle), meskipun hanya terbatas pada
percon toha l1 un tuk menjadi Balai PSDA. Tugas
pemanfa3t yang bersifat komersial saja seperti
Balai PSDA leb ih diti ti kb eratkan pada pengelolaan
penggunaan air baku untuk air minull1, air baku
WS da lam a rti sem p it (yakni OP-SDA) sebagaimana
untuk in dustri d a n air baku untuk tenagalistrik
d itua ngkan dala m KepMcndagri di atas.
Sebelum PJT I Brantas be r diri, terleb 'ih dulu
Pa da saat pena taa n organisasi Sa tua n Kerja
Perum Otorita Jatilllhur ( POJ) ya ng m engdola WS
Pe ra gkat Daerah (SKPD ) sebagai tindak la njut
Citarum telah dibentuk dengan PP No 20 Tahun
d ri Pe ra turan Pemeri nta h (PP) No. 41 Tahun 2007
1970. POj merupakan peleburan dari berbagoi
dalam kenya taan nya wilayah kerj a UPTD/Ba lai
institusi ya ng bera da di wilayah jatiluhur. lnstitusiPS DA hampir tidak menga lami perubahan ba hkan
institusi tersebut adalah P royek !rigasi jatiluhur
a da kecende r ungan jum lah UPTO bertambah
(Oep. PU), Proyek Pengairan Tersier jatiluhur
banya k. Overlapping wil ayah kerja antara UPTD
(Depdagri), PN jabluhur (O ep . Perindustrian) da n
d e nga n UPT tersebut da la m pelaksanaa n kegiatan
Jawatan Jawa Ba ra t Balai Daerah PurNakarta
di li'lpa nga n ser ing men imblll kan keragllan
(P ropinsi jawa Barat). Oapat dipahami bahwa pada
khus usnya bagi rekan-rekan da ri UPTO.
awal pendiriannya POJ memiliki wilayah kerja
terbatas pada bagian hilir (wilayah Ja tilu hur)
3) Model Perum Jasa Tirta ( PIT I nan PJT 11)
dengan tugas pokok OP jaringan irigasi Jatiluhur
Pe rm a salahan
poko k
yang
dihadapi
dan pengelolaan tenaga listrik. Oengan demikian,
Pemcrintah Indonesia sejak 30 tahun lalu dalam
POj melaksanakan pelayanan umum yang bersifat
nw la ks a naka n ォ ・セゥ。
エ。ョ@
OP adala h keterbatasan
sosii'll dan sekaligus pengusahaan air yang bersih i
d ana. Keterbatasa n ini mcngakiha tbn penurunan
kornersiaL POj menlObili.