Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Deli (Kajian antropologi kebijakan di Medan )
PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) DELI
(Kajian Antropologi Kebijakan Di Pemerintah Kota Medan)Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi dan Memenuhi Persyaratan Ujian Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
OLEH:
SILVIA TABAH HATI BR SEMBIRING
(030905041
)DEPARTEMEN ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
MEDAN
2007
(2)
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
Halaman Persetujuan
Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh
Nama : Silvia Tabah Hati Br Sembiring
Nim : 030905041
Departemen : Antropologi
Judul : Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Deli (Kajian antropologi kebijakan di Medan )
Medan, Nopember 2007
Ketua Departemen Pembimbing Skripsi
(Drs. Zulkifli Lubis, MA) (Drs. Zulkifli Lubis, MA)
NIP 131 882 278 NIP 131 882 278
Dekan
(Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA.) Nip. 131 757 010
(3)
(4)
ABSTRAK
Silvia Tabah Hati Br Sembiring, 2007. Judul skripsi : Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Deli (Kajian Antropologi Kebijakan di Medan). Skripsi ini terdiri dari 5 bab, 131 halaman, 11 daftar tabel dan 2 peta.
Penelitian ini mengkaji tentang “Kebijakan-kebijakan yang mengatur tentang DAS dan bagaimana pendapat dari berbagai instansi pemerintah yang terkait, mengenai pengelolaan DAS Deli”. Air dan sumber daya air merupakan karunia Tuhan Tang Maha Esa yang harus dijaga kelestariaannya dan pemanfaatan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat, sesuai dengan pasal 33 ayat 3 UUD 194. Saat ini kerusakan lingkungan telah mengarah pada keadaan sektor sumber daya air yang krisis, khususnya untuk DAS Deli indikator kerusakan lahan dibuktikan dengan perbandingan debit minimal dengan debit maksimal Sungai Deli adalah (10 : 315) m/detik atau 1 : 31,5. Untuk mencapai pemecahan masalah secara efektif dan berkelanjutan permasalahan sungai deli yaitu : air berlebih (banjir), air kekurangan (kekeringan), dan air terkontaminasi (tercemar). Masalah DAS Deli diatas, telah menimbulkan pertanyaan bagi penulis mengapa DAS Deli rusak dan sering mengakibatkan bencana jika terdapat aturan-aturan mengenai pengelolaan DAS, dan bagaimana sebenarnya tanggapan dari masing-masing instansi pemerintah yang terkait tentang pengelolaan DAS Deli. Berdasarkan pertanyaan tersebut, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Pengelolaan DAS Deli di kota Medan. Dan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode study kebijakan dan metode deskriptif, dengan metode study kebijakan ini penulis akan mengkaji dokumen-dokumen kebijakan yang terkait dengan DAS. Sedangkan metode deskriptif akan digunakan untuk mendeskripsikan bagaimana pendapat dari inastansi-instansi pemerintah mengenai pengelolaan DAS Deli.
Pengelolaan DAS secara terpadu menuntut suatu menejemen terbuka yang menjamin keberlangsungan proses koordinasi antara berbagai lembaga yang terkait. Pendekatan terpadu tentunya juga memandang pentingnya peranan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan DAS Deli, baik dari perencanaan, perumusan kebijakan, pelaksanaan dan pemungutan manfaat DAS. Dalam upaya menciptakan pendekatan pengelolaan DAS Deli secara terpadu, diperlukan perencanaan secara terpadu, menyeluruh, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dengan mempertimbangkan DAS Deli sebagai unit pengelolaan.Dengan demikian bila terjadi bencana, apakah itu banjir atau kekeringanserta tercemarnya air, maka penanggulangannya dapat dilakukan secara menyeluruh yang meliputi DAS mulai dari hulu sampai dengan hilir . Terjadinya banjir di sebabkan oleh teknis dan non teknis (man made). Salah satu akibat dari man made adalah adanya perubahan tata guna lahan, urbanisasi, dan penebangan hutan yang pengaruhnya sangat besar terhadap terjadinya banjir. Banjir dan pencemaran sungai disebabkan oleh perubahan tata guna lahan, pembuangan sampah, erosi dan sedimentasi, terdapat kawasan kumuh dan non kumuh di sepanjang DAS Deli, perencanaan sistem pengendalian banjir tidak tepat, curah hujan dan sebagainya.
Dalam pengelolaan Masalah DAS Deli perlu dilakukan koordinasi dan keterpaduan dalam penyusunan program pemeliharaan DAS hulu dan hilir, pemeliharaan sungai utama, anak sungai, drainase lintas, drainase, dan masalah sampah kota. Adanya struktur organisasi yang fokos terhadap pengelolaan DAS Deli dan banjir perkotaan, alokasi dana, implementasi law enforcement terhadap pelanggaran tata ruang dan garis sepadan, serta koordinasi dalam pelibatan peran serta masyarakat. Hasil penelitian lapangan menunjukkan adanya peraturan-peraturan yang baik namun implementasinya tidak sesuai dengan yang tertulis, kurangnya koordinasi antara daerah hulu dan hilir dalam menangani DAS Deli, permasalahan sampah yang belum dapat ditangani, instansi yang terkait bekerja sendiri-sendiri, alokasi dana yang tidak transparan, masih kurangnya penegakan hukum dan kurangnya keterlibatan masyarakat serta masih kurangnya kesadaran akan pentingnya DAS Deli.
(5)
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan
rahmat dan karunianya kepada penulis. Karena dengan rahmat dan karunianya penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai tugas akhir guna memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Antropologi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
di Universitas Sumatera Utara.
Dalam skripsi yang berjudul Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Deli
(Kajian Antropologi Kebijakan di Kota Medan), penulis mencoba mengungkapkan
mengenai produk-produk kebijakan yang mengatur tentang daerah aliran sungai dan
mengungkap pendapat-pendapat dari berbagai instansi pemerintah yang terkait, tentang
pengelolaan sungai deli.
Melalui produk-produk kebijakan dan pendapat-pendapat yang dikemukakan
tersebut dapat kita lihat bagaimana sebenarnya kebijakan-kebijakan yang mengatur
tentang sungai dan adanya perbedaan-perbedaan pendapat dan tanggapan dari beberapa
instansi pemerintah tentang pengelolaan sungai deli.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari
berbagai pihak baik dalam bentuk moril maupun materil. Rasa terima kasih yang
sedalam-dalamnya penulis tujukan kepada kedua orang tua tercinta (B Sembiring dan R
Br Tarigan) yang telah bersusah payah membesarkan penulis sampai saat ini. Selanjutnya
rasa terima kasih kepada almarhumah ibunda penulis yang telah melahirkan dan saat ini
telah tenang disisi-Nya, terima kasih karena ibu juga telah meninggalkan 4 orang abang,
1orang kakak dan 1 orang adik yang begitu menyayangi penulis. “ Ibu skripsi ini
(6)
dekat didalam hatiku”. Rasa sayang dan terimakasih yang sebesar-besarnya penulis
ucapkan buat saudara ku tercinta terutama pada bang Ciken yang telah membiayai
pendidikan penulis sejak SMU hingga kuliah dan juga telah menjadi ayah, ibu, abang dan
sekaligus menjadi teman bagi penulis.
Rasa terimakasih yang sebesar-besarnya juga penulis ucapkan pada
saudara-sadara penulis yang sangat menyayangi dan selalu membantu dalam menyelesaikan
kuliah penulis yaitu saudaraku bang Pol sembiring, kak Lina Sembiring, bang Erson
Sembiring, bang Piter Sembiring, dan adikku Boy Sembiring. Untuk almarhum nenekku
yang sangat menyayangi penulis, penulis mengucapkan banyak terimakasih, semoga
nenek tenang dan tersenyum disana kerena penulis telah memenuhi janji untuk terus
melanjutkan pendidikan.
Pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan
terima kasih yang sebesar-sebesarnya kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof.Dr.M. Arif Nasution, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik di Universitas Sumatera Utara, Medan.
2. Bapak Drs. Zulkifli Lubis, M.A, selaku Ketua Departemen Antropologi FISIPOL
USU dan juga sebagai dosen penasehat akademik serta dosen pembimbing penulis
mulai semester pertama sampai penulis menyelesaikan skripsi ini. Karena dengan
bimbingan, arahan dan motivasi dari bapak, penulis merasakan betapa nikmatnya
menjadi seseorang mahasiswi Antropologi, dan selalu menjadi inspirasi bagi
(7)
3. Bapak/ Ibu dosen dan staff Departemen Antropologi FISIPOL USU tercinta,
dengan ketulusan hati memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis hingga
penulis mampu menyelesaikan studi sampai menjadi seorang Sarjana.
4. Abangda Abdullah Akhyar Nasution M.Si beserta istri kak Maisyaroh Harahap
S.S yang selalu memberikan bantuannya kepada penulis semenjak awal kuliah.
Kalian adalah keluarga ku di Medan.
5. Abangda Juara Ginting, Kak Sri Alem Sembiring dan kak Ita yang telah
memberikan nasehat-nasehat pada penulis selama mengikuti perkuliahan.
6. Buat sahabat-sahabatku tersayang dari berbagai stambuk dan jurusan : Upik
Barendo (Sri Yulianingsih} dan Indra Suryadarma, Maria Susanthy, Juli Artha
(Leha), Mahyuni, Anis, Juni, Horhon Eldina, Berliana, Novita, Marta, Nanik,
Lena (Sosiologi} , Nasution, Pangeran, Porman, Yoswandi, Rudolf, kak Mila,
Abu, Ogek, dan lainnya yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.
7. Buat sepupuku Maha Demi Siregar dan Rapika Tarigan
8. Buat bibik dan kila, nenek karo yang tinggal di Bagan Batu yang selalu membantu
dan berdoa untuk penulis.
9. Buat Joni Situmorang dan keluarga yang selama ini telah mendampingi,
membantu, dan mendukung penulis baik dalam keadaan susah maupun senang.
10.Semua pihak yang telah membantu penulis selama penulis menjejakkan kaki di
(8)
Selanjutnya ucapan terima kasih penulis tujukan buat teman-teman satu kost yang
telah benyak membantu penulis disaat-saat sulit (Titin, Lina, Rosdiana, Nelmi, Elvira,
kak Tetti, kak Maya, Vivi, Dina, kak Reni), dan semua teman-teman lainnya yang tidak
mungkin disebutkan satu persatu.
Sebagai penutup, penulis mengucapkan Syukur alhamdulillah penulis ucapkan
kehadirat Allah S.W.T dan mengharapkan kebaikan dari skripsi ini.
Medan, September 2007 Penulis
Silvia Tabah Hati Br Sembiring 030905041
(9)
Abstrak………..i
Kata Pengantar………...………..ii
Daftar Isi………..………...vi
BAB I 1.1. Latar Belakang Masalah………...01
1.2. Ruang Lingkup dan Lokasi Penelitian………...……….10
1.2.1. Ruang Lingkup Masalah………..10
1.2.2. Lokasi Penelitian………..11
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian………...11
1.4. Tinjauan Pustaka………...12
1.5. Metode Penelitian………...16
1.5.1. Teknik Pengumpulan Data………...17
a. Studi Kepustakaan………..…………17
b. Teknik Wawancara………..…………...17
c. Teknik Pengamatan………...17
d. Analisa Data………..……….18
1.6. Pengalaman Penulis Dalam Mendapatkan Data Di Lapangan………18
BAB II 2.1. Kawasan Daerah Aliran Sungai Deli………..21
2.2. Iklim………24
2.3. Sungai Deli Dalam Perspektif sejarah………...27
2.4. Jumlah Penduduk………...…………...33
BAB III A. Kebijakan Yang Mengatur Tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai……..34
3.1. Produk Kebijakan Yang Mengatur Tentang DAS………..34
3.2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2007 Tentang Sumber Daya Air...……….37
3.3. Undang-undang Repoblik Indonesia Nomor 11 Tahun 1974 Tentang Pengairan...41
3.4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 35 Tahun 1991 Tentang Sungai...45
3.5. Peraturan Pemerintah Repoblik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kwalitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air…….50
3.6. Keputusan Presiden Repoblik Indonesia No 32 Tahun 1990 Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung……….61
3.7. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 115 Tahun 2003 Tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air....……..63
3.8. Keputusan Mentri Negara Lingkungan Hidup No 114 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pengkajian Untuk Menetapkan Kelas Air……….64
3.9. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 111 Tahun 2003 Tentang Pedoman Mengenai Syarat Dan Tata Cara Perizinan Serta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah Ke Air Atau Sumber Air.65 3.10. Keputusan Gubernur Sumatra Utara No 660 Tahun 2005 Tentang Tim Teknis Pengelolaan Lingkungan hidup, Ekosistem Pesisir, Sanitasi Multiarea Terpadu Sungai Deli, Belawan dan Sekitarnya………..67
(10)
B. Pendapat Dari Berbagai Instansi Pemerintah
Tentang Pengelolaan Sungai Deli……….………….………68
3.1. Ir. Jaya Arjuna M.sc………68
3.2. Ir. Gindom Hasibuan, MM, Camd. Doktor (Wakil Kepala Dinas Pengairan Propinsi Sumatera Utara)….…………....77
3.3. Lies Setyowati (Kabag Tata Usaha Lingkungan Hidup)..………...83
3.4. Ir. Rosdiana Simarmata (kepala bina teknologi pengendalian lingkungan Bapedalda Sumut) ………85
3.5 Syariful Djohan Pardede, Skm (Kepala Sub Bidang Pencemaran Perairan Bapedalda Sumut)…..…………..86
3. 6 T. Eril Supina (Ketua Sub Bidang pariwisata dan Budaya)………88
3. 7 Setia Purwadi (Wakil Kepala Bapedalda Sumut )………..88
BAB IV 4.1. Analisa Data………90
a. Analisa Kebijakan...90
b. Analisa Pendapat...104
c. Analisa Keadaan Sungai Deli Masa Kini...106
a. Kondisi Fisik DAS Deli...107
b. Kualitas dan Kuantitas Air Sungai Deli ……...108
c. Pemanfaatan Air dan Sepadan Sungai Deli…...111
d. Pandangan penulis terhadap kebijakan sebagai kebudayaan………...113
BAB V 5.1. Kesimpulan...115
PETA SUNGAI DELI DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(11)
ABSTRAK
Silvia Tabah Hati Br Sembiring, 2007. Judul skripsi : Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Deli (Kajian Antropologi Kebijakan di Medan). Skripsi ini terdiri dari 5 bab, 131 halaman, 11 daftar tabel dan 2 peta.
Penelitian ini mengkaji tentang “Kebijakan-kebijakan yang mengatur tentang DAS dan bagaimana pendapat dari berbagai instansi pemerintah yang terkait, mengenai pengelolaan DAS Deli”. Air dan sumber daya air merupakan karunia Tuhan Tang Maha Esa yang harus dijaga kelestariaannya dan pemanfaatan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat, sesuai dengan pasal 33 ayat 3 UUD 194. Saat ini kerusakan lingkungan telah mengarah pada keadaan sektor sumber daya air yang krisis, khususnya untuk DAS Deli indikator kerusakan lahan dibuktikan dengan perbandingan debit minimal dengan debit maksimal Sungai Deli adalah (10 : 315) m/detik atau 1 : 31,5. Untuk mencapai pemecahan masalah secara efektif dan berkelanjutan permasalahan sungai deli yaitu : air berlebih (banjir), air kekurangan (kekeringan), dan air terkontaminasi (tercemar). Masalah DAS Deli diatas, telah menimbulkan pertanyaan bagi penulis mengapa DAS Deli rusak dan sering mengakibatkan bencana jika terdapat aturan-aturan mengenai pengelolaan DAS, dan bagaimana sebenarnya tanggapan dari masing-masing instansi pemerintah yang terkait tentang pengelolaan DAS Deli. Berdasarkan pertanyaan tersebut, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Pengelolaan DAS Deli di kota Medan. Dan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode study kebijakan dan metode deskriptif, dengan metode study kebijakan ini penulis akan mengkaji dokumen-dokumen kebijakan yang terkait dengan DAS. Sedangkan metode deskriptif akan digunakan untuk mendeskripsikan bagaimana pendapat dari inastansi-instansi pemerintah mengenai pengelolaan DAS Deli.
Pengelolaan DAS secara terpadu menuntut suatu menejemen terbuka yang menjamin keberlangsungan proses koordinasi antara berbagai lembaga yang terkait. Pendekatan terpadu tentunya juga memandang pentingnya peranan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan DAS Deli, baik dari perencanaan, perumusan kebijakan, pelaksanaan dan pemungutan manfaat DAS. Dalam upaya menciptakan pendekatan pengelolaan DAS Deli secara terpadu, diperlukan perencanaan secara terpadu, menyeluruh, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dengan mempertimbangkan DAS Deli sebagai unit pengelolaan.Dengan demikian bila terjadi bencana, apakah itu banjir atau kekeringanserta tercemarnya air, maka penanggulangannya dapat dilakukan secara menyeluruh yang meliputi DAS mulai dari hulu sampai dengan hilir . Terjadinya banjir di sebabkan oleh teknis dan non teknis (man made). Salah satu akibat dari man made adalah adanya perubahan tata guna lahan, urbanisasi, dan penebangan hutan yang pengaruhnya sangat besar terhadap terjadinya banjir. Banjir dan pencemaran sungai disebabkan oleh perubahan tata guna lahan, pembuangan sampah, erosi dan sedimentasi, terdapat kawasan kumuh dan non kumuh di sepanjang DAS Deli, perencanaan sistem pengendalian banjir tidak tepat, curah hujan dan sebagainya.
Dalam pengelolaan Masalah DAS Deli perlu dilakukan koordinasi dan keterpaduan dalam penyusunan program pemeliharaan DAS hulu dan hilir, pemeliharaan sungai utama, anak sungai, drainase lintas, drainase, dan masalah sampah kota. Adanya struktur organisasi yang fokos terhadap pengelolaan DAS Deli dan banjir perkotaan, alokasi dana, implementasi law enforcement terhadap pelanggaran tata ruang dan garis sepadan, serta koordinasi dalam pelibatan peran serta masyarakat. Hasil penelitian lapangan menunjukkan adanya peraturan-peraturan yang baik namun implementasinya tidak sesuai dengan yang tertulis, kurangnya koordinasi antara daerah hulu dan hilir dalam menangani DAS Deli, permasalahan sampah yang belum dapat ditangani, instansi yang terkait bekerja sendiri-sendiri, alokasi dana yang tidak transparan, masih kurangnya penegakan hukum dan kurangnya keterlibatan masyarakat serta masih kurangnya
(12)
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Planet bumi sebagian besar terdiri atas air karena luas daratan memang lebih kecil
dibandingkan dengan luas lautan. Mahluk hidup yang ada di bumi ini tidak dapat
terlepas dari kebutuhan akan air. Air merupakan kebutuhan utama bagi proses
kehidupan di bumi ini. Air yang relatif bersih sangat didambakan oleh manusia,
baik untuk keperluan sehari-hari, untuk keperluan industri, maupun untuk
keperluan pertanian dan perikanan.
Luas perairan di Indonesia sekitar 13,8 juta Ha, yang terdiri dari sungai,
rawa, danau dan waduk (Ondara, 1981). DAS merupakan sebuah unit hidrologis
yang mencakup semua lahan yang mengalirkan air permukaan ke dalam suatu
aliran yang sama seperti sungai dan danau. Istilah DAS dapat mencakup : lahan
kritis di daerah hulu atau daerah resapan air, tetapi juga mencakup semua wilayah
yang mengalirkan air kedalam suatu system yang sama, dengan daerah yang
mencakup tersebut. (Kartika, 15).
Sungai pada umumnya merupakan sarana penting bagi masyarakat
Indonesia, karena sungai memiliki fungsi ganda, misalnya untuk bahan baku, air
minum, jalur transportasi, pertanian, industri, perikanan, pengadaan tenaga listrik,
rekreasi, mck (mandi, mencuci, kakus), dan tempat pembuangan sampah, serta
limbah baik rumah tangga maupun industri, sehingga DAS berfungsi serbaguna
dan merupakan urat nadi perekonomian sepanjang wilayah yang dialirinya baik
(13)
Air berperan sebagai masukan positif dan negatif bagi kegiatan manusia.
Adapun peranan positif air ialah: kepentingan rumah tangga seperti: minum,
kesehatan, dan pencegahan penyakit. Kepentingan psikologis seperti: wisata, olah
raga dan spiritual. Kepentingan produksi seperti: industri, PLTA, transportasi air,
pertanian, dan pembuangan limbah. Sedangkan peranan negatifnya seperti banjir,
kekurangan air, tranmisi penyakit, drainase alami yang tidak memadai, kwalitas
air memburuk dan lain-lain.
Dewasa ini air dan DAS menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian
yang seksama dan cermat. Untuk mendapatkan air yang baik sesuai dengan
standar tertentu saat ini menjadi barang yang mahal karena air sudah banyak
tercemar oleh bermacam-macam limbah dari hasil kegiatan manusia, baik limbah
dan kegiatan rumah tangga, limbah dari kegiatan industri dan kegiatan-kegiatan
lainnya.
Kasus di sungai Blumai Deli Serdang, dimana air tersebut dulunya
menjadi sumber air minum, mandi dan mencuci bagi warga desa Dolu X dan
Tumpatan Nibung, tercemar air limbah buangan pabrik. Airnya kini bewarna
kehitam-hitaman, berminyak, berbusa, dan berbau amis1
Kasus yang diakibat kerusakan Daerah Resapan Air (DRA), sejumlah
daerah atau kawasan, di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) di Kota Medan dan .
1
Sekitarnya 5. 000 kk (golongan miskin), terpaksa harus tetap memanfaatkan sungai itu karena tidak ada pilihan yang lain. Perusahaan (PT. Sari Morawa, PT. Gelanggang Ria dan PT. Native Prima ) membuang limbahnya secara langsung ke sungai, yang menyebabkan air bewarna kehitam-hitarnan, berbusa, berminyak, dan berbau amis. Sungai tersebut tidak Iayak dijadikan tumpuan harapan kehidupan masyarakat sehaii-hari. Namun karena faktor kemiskinan, sehingga mereka tidak memiliki pilihan. Banyak warga yang terkena penyakit kulit dan ikan yang semula hidup yang menjadi sumber penghasilan tambahan rakyatpun mati mengambang (Media Indonesia, 20 Okt 1996).
(14)
sekitarnya seperti Deli Serdang dan Langkat, rawan banjir bandang2
Kawasan yang juga kebanjiran akibat luapan Sungai Batuan dan Sungai
Deli serta drainase yang tidak mampu menampung curah hujan cukup lebat dan
dalam waktu lama, adalah Jalan STM, Jalan Alfalah dan Jalan Suka Tani di
Kampung Baru. Di tempat ini sedikitnya 181 rumah penduduk dimasuki air. Jalan
Abdul Haris Nasution sekitar Asrama Haji Medan, kedalaman air hingga selutut ,
dan di kawasan Jalan Letjen Djamin Gintmg tepatnya di Simpang Selayang,
Padang Bulan, juga genangan air mencapai selutut orang dewasa. Sementara, di
kawasan Kecamatan Medan Tembung, terutama Jalan Kapten M. Jamil Lubis,
persis depan Kantor Camat setempat, juga dilanda banjir maupun genangan air. Di
lokasi ini, 2 sekolah yakni SMP Negeri 17 dan sam SD Negeri terpaksa diliburkan
karena ruangan belajarnya digenangi air.
.
Kasus banjir yang menyebabkan ratusan rumah penduduk terendam air
dan sejumlah ruas jalan sempat macet karena kendaraan-kendaraan bermotor yang
mogok. Kawasan terkena banjir itu, antara lain., Kelurahan Suka Maju Medan
Johor, sehingga sedikitnya 300 rumah penduduk tergenang air, terutama di
Lingkungan V, Lingkungan IX, Lingkungan X dan Lingkungan XI. Selain itu
juga terjadi di kawasan Kelurahan Aur dan Hamdan Medan Maimun, kawasan
Jalan Dr. Mansyur Komplek USU Medan Baru dan lainnya.
2
Kawasan-kawasan di sekitar DAS yang rawan banjir bandang diantaranya di Belawan, Serdang Bedagai, Langkat dan Deli Serdang. DRA di hulu sungai Berastagi dan Sibolangit yang mengalami kerusakan akibat berubah fungsinya lahan hutan di sekitar daerah resapan air menjadi perkebunan dan illegal logging, membuat aliran sungai Belawan maupun Sungai Deli, semakin deras bila curah hujan tinggi yang dapat mengakibatkan terjadinya banjir bandang di Belawan dan Kota Medan sekitarnya. Di Deli Serdang dan Serdang Bedagai, kerusakan DRA terjadi di Bangun Purba dan Silindak yang telah berubah fungsi menjadi perkebunan sawit, sehingga bila curah hujan tinggi dapat mengakibatkan meluapnya Sungai Kalipah dan Sungai Ular yang mengancam terjadinya banjir bandang di sejumlah daerah di Serdang Bedagai dan Deli Serdang - Sedangkan di Kabupaten Langkat, kerusakan DRA terjadi di kawasan TNGL, sehingga bila curah hujan tinggi dikhawatirkan menyebakan meluapnya sungai Bahorok dan Sumgai Wampu, sehingga mengakibaikan banjir bandang di sepanjang aliran kedua sungai itu. (SIB 26 Apr 2006).
(15)
Sedangkan di kawasan Jalan Letda Sujono, Jalan Willem Iskandar, Jalan
Matahari Raya, Jalan Pasar III Medan Perjuangan Jalan Bukit Barisan simpang
Krakatau, Jalan Mustafa dan Jalan Ngalengko, juga digenangi air. Kemudian,
banjir juga terjadi hampir di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Babura,
antara lain di Kelurahan Polonia serta Bandar Selamat. Banjir tersebut terjadi
karena Sungai Deli dan langsung masuk ke rumah-rumah penduduk. Namun,
kondisi banjir luapan sungai itu tidak separah sebagaimana banjir-banjir
sebelumnya. (SIB 1 Jan 2006)
Penelitian dilakukan oleh Setiaty Pandia (Kepala Puslitdal, USU) tentang
DAS di sungai Deli. Dari basil analisis bahwa sungai tersebut tidak lagi sesuai
digolongkan pada air golongan B (masih dapat digunakan sebagai air minum dan
keperluan rumah tangga tanpa melalui tahap pengelolaan). Rendahnya kandungan
oksigen yang terlarut dalam air sungai Deli, jumlahnya kurang dan 3 mg/liter,
sempat mengakibatkan terganggunya banyak penduduk yang tinggal di sepanjang
DAS yang menggunakan air untuk mandi, cuci dan kakus. (Mimbar Umum, 2
Nop 1996).
Pada lokasi yang sama juga telah dilakukan penelitian, tetapi dalam
permasalahan yang berbeda3
Kasus logam berat yang melebihi ambang batas di sungai Belawan. Kan
dungan sejumlah logam berat seperti markuri (Hg), timbal (Zn), catnium (Cd),
dan cuprun (Cu), ratusan kali lipat tebih tinggi dan baku mutu sehingga dapat .
3
Permasalahan yang timbul karena adanya pertambahan penduduk di pinggiran sungai Deli telah banyak dipadati oleh penduduk pendatang, sehingga karena padatnya, daerah ini dicap sebagai daerah kumuh (slum area). Dan tentu saja mereka yang tinggal di pinggiran sungai ini membantu andil yang cukup besar terhadap pengotoran sungai Deli. Kesimpulan yang diambil oleh tim peneliti USU adalah munculnya daerah kumuh karena penduduk tidak bisa membeli tanah akibat mereka digusur. Selama hal tersebut salah satu penyebab kerusakan ekosistem sungai Deli adalah karena limbah industri rumah tangga yang bermukim di sekitar sungai Deli. (Jurnal Antropologi, Totem, 1994).
(16)
membahayakan kesehatan. Menurut penelitian Bapelda Sumut pada tahun 2003 di
sepuluh titik sungai Belawan terungkap sebanyak empat titik kandungan logam
berat melampaui ambang batas. Keempat titik tersebut adalah bagian hilir Sei
Krino, Kampung Lalang, Kelambir lima, dan Hamparan perak.
Pencemaran yang terparah terdapat di bagian hilir sungai, yaitu Hamparan
Perak dengan kandungan Hg mencapai 0,7012 mb/I, menurut setandar baku mutu
sesuai dengan peraturan pemerintah No. 82 tahun 2001, kandungan Hg yang aman
adalah 0,002 mg/i. Kandungan Zn mencapai 0,1882 mg/i, sedangkan setandar
baku adalah 0,05 mg/i, dan kandungan Pb mencapai 0,2884, sedangkan standar
bakunya hanya 0,03 mg/I.
Menurut hasil penelitian, masyarakat menggunakan air tersebut sebagai
kebutuhan sehari-hari seperti mandi, mencuci, dan kakus. Sungai yang berhulu di
Kabupaten Deli Serdang dan bermuara di Selat Malaka tersebut juga digunakan
sebagai bahan baku perusahaan air minum PDAM Tirta Nadi Sunggal. Sedangkan
jumlah penduduk disekitar sungai tersebut mencapai 3 4.293 jiwa.
Tingginya kandungan logam berat ini diduga disebabkan oleh
pembuangan limbah dan puluhan industri yang berada di sekitar sungai. Menurut
hasil penelitian, sedikitnya terdapat 24 industri yang berada di sekitar daerah
aliran sungai yang diduga membuang limbah ke sungai dan belum lagi
pabrik-pabrik yang terdapat di sepanjang DAS Deli yang belum diketahui jumlahnya.
Jenis industri di sekitar sungai tersebut yaitu pabrik (baterai kering, pelapisan
logam, pembuatan piva PVC, minyak inti sawit, pupuk dolimit, pengawetan kayu,
(17)
Sebagian besar perusahaan industri tersebut belum memiliki dokumen unit
kelola lingkungan (UKL) dan unit pengelolaan lingkungan (UPL). Berdasarkan
kandungan logam berat pada sejumlah titik sampling dan berdasarkan debit air
sungai sebesar 12 m3/ detik, jumlah logam berat yang dibuang ke Sungai Belawan
diperkirakan mencapai satu ton per hari, untuk setiap jenis limbah logam
(KOMPAS 22 Okt 2004).
Kerusakan DAS tidak terlepas dan rusaknya hutan sebagai daerah
tangkapan air. Misalnya akibat terjadinya Perambahan hutan (Illegal Logging) di
Kabupaten Karo yang terjadi di Lau Lingga, Lau Gedang, Merek, Doulu dan
lain-lain. Alasan perambahan tersebut karena demi kepentingan masyarakat untuk
membuka lahan pertanian dan untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah, akan
tetapi dalam pembukaan lahan tersebut sama sekali tidak memperhatikan tentang
fungsi lahan dan status lahan serta hal-hal lain yang dapat menimbulkan dampak
negatif dan pembukaan lahan tersebut, sehingga perbuatan perambahan tersebut
seakan-akan bukan merupakan suatu perbutan perusakan lingkungan, bahkan
perambahan tersebut
merupakan suatu perbuatan kemanusiaan karena telah memberikan lapangan
pekerjaan kepada para petani.
Dari pengamatan langsung yang dilakukan oleh TIM yang tergabung
dalam Lembaga Advokasi Petani telah melakukan pemantauan terhadap Kawasan
Hutan Lindung Sibayak II yang terletak di perbatasan Kabupaten Karo dan
Kabupaten Deli Serdang serta Kabupaten Langkat telah dirambah seluas ± 700
Ha. Di Sumatera Utara saat mi terdapat dua taman nasional, yakni Tainan
(18)
Menteri Kehutanan, Nomor 44 Tahun 2005, luas hutan di Sumatera Utara saat mi
3.742.120 hektar (ha), Yang terdiri dan Kawasan Suaka Alam/Kawasan.
Pelestarian Alam seluas 477.070 ha, Hutan Lindung 1.297.330 ha, Hutan Produksi
Terbatas 879.270 ha, Hutan Produksi 1.035.690 ha dan Hutan Produksi yang
dapat dikonversi seluas 52.760 ha.
Namun angka ini sifatnya secara dejure saja. Sebab secara defacto, hutan
yang ada tidak seluas itu lagi. Terjadi banyak kerusakan akibat perambahan dan
pembalakan liar (illegal logging). Sejauh ini, sudah 206.000 ha lebih hutan di
Sumut telah mengalami perubahan fungsi. Telah berubah menjadi lahan
perkebunan, transmigrasi. Dan luas tersebut, sebanyak 163.000 ha untuk areal
perkebunan dan 42.900 ha untuk areal transmigrasi.
Kawasan Hutan Sibayak II merupakan hutan gugusan pada pegunungan
Bukit Barisan yang merupakan hutan lindung Register 1/K, sebagian kawasan
hutan tersebut juga merupakan Taman Nasional Gunung Leuser. Manfaat hutan
sibayak II merupakan daerah tangkapan air atau sumber air bagi Kabupaten Deli
Serdang, Langkat dan Kota Medan. Lebih dan 2 juta penduduk yang berada
dikawasan Deli Serdang, Langkat dan Medan mendapat pasokan air bersih dan
kawasan tersebut.
Selain sebagai sumber air bersih, hutan lindung Sibayak II juga
merupakan penyuplai air bagi pertanian dan industri disepanjang sungai Deli,
Sungai Belawan, Sungai Percut dan Sungai Belumai. Juga masih banyak warga
masyarakat yang menjadikan sungai-sungai tersebut untuk mandi dan mencuci.
Eksistensi kawasan hutan Sibayak II juga dapat mendukung pembangunan
(19)
bawah tanah oleh industri air minum telah mendatangkan keuntungan yang besar
bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan menjadikan salah satu sumber
pendapatan asli daerah Sumatera Utara.
Selain itu, ribuan hektar irigasi disekitar Langkat dan Deli Serdang
mendapatkan pasokan air dan kawasan hutan lindung Sibayak II dan sekitarnya.
Terpeliharanya kawasan Hutan lindung Sibayak II juga dapat meningkatkan
jumlah pengunjung/wisata yang hal tersebut dapat meningkatkan pertumbuhan
ekonomi masyarakat.
Ancaman yang dapat terjadi akibat perambahan hutan Sibayak yaitu
hampir setiap tahun masyarakat yang berada disepanjang sungai tersebut selalu
menderita musibah bencana banjir yang disebabkan oleh perambahan hutan
dikawasan daerah aliran sungai termasuk perambahan hutan di Kawasan hutan
Lindung Sibayak II. Bencana tersebut telah menyebabkan kerugian milyaran
rupiah, bukan hanya kerugian materi dalam bencana tersebut, bahkan korban
nyawa juga tidak bisa dielakkan.
Apabila di dalam lingkungan manusia terjadi sesuatu yang mengancam
eksistensi manusia yang disebabkan oleh akibat perbuatan manusia itu sendiri,
maka terjadilah apa yang dinamakan pencemaran lingkungan hidup. Antara
manusia dan banjir terdapat hubungan yang erat. Banjir akan mempengaruhi
kehidupan manusia, sedang manusia itu sendiri sedikit banyak mempunyai andil
terhadap terjadinya dan surutnya banjir tersebut. Pada saat musim kemarau
keterbatasan air sangat dirasakan oleh masyarakat, hal tersebut disebabkan oleh
kerusakan hutan pada daerah aliran sungai yang termasuk didalamnya adalah
(20)
Peningkatan pertumbuhan penduduk menyebabkan pertumbuhan
kebutuhan atas tersedianya pasokan air bersih. Sehingga eksistensi hutan sangat
penting untuk mendukung pemenuhan akan kebutuhan air bersih tersebut.
Penebangan liar merupakan salah satu penyebab utama terjadinya degradasi
kawasan hutan, hingga saat ini tindakan penebangan liar belum dapat diatasi
secara maksimal, sehingga terdapat kesan perambahan hutan juga melibatkan para
pengambil kebijakan pada tingkat daerah yang sangat sulit untuk diberantas.
Kebutuhan lahan pertanian dan semakin terbatas lahan kosong yang dapat
dipergunakan untuk mendukung sektor pertanian, hutan menjadi salah satu
sasaran eksploitasi bagi masyarakat. Selain masyarakat para pemilik modal juga
memanfaatkan kawasan hutan untuk dijadikan lahan pertanian. Peristiwa
perambahan yang dilakukan oleh individu atau kelompok hingga saat ini masih
terus berlangsung dan tanpa disadari juga sekaligus merusak sungai.
Kasus banjir di Jakarta akibat puncak rusak Teijadinya banjir di hampir
seluruh wilayah di Jakarta merupakan basil dan investasi yang membangun villa
di puncak Kota Bogor. Akibat pembangunan villa-villa tersebut, daerah resapan
air di Puncak mengalami kerusakan yang sangat parah. Pembangunan villa di
kawasan Puncak tersebut berdampak secara luas4.
4
Sekarang ini hampir seluruh wilayah di Jakarta digenangi banjir. Bahkan, Istana Negara terkena banjir. Di Jawa Barat terdapat banyak kawasan yang bisa dikatakan sensitif. Pasalnya, kalaupun tidak termasuk dalam kategori kawasan lindung, kawasan tersebut memiliki fungsi lindung. Sebagai contoh, adalah kawasan Puncak, Kabupaten Bogor. Kawasan-kawasan yang sensitif ini banyak lahan yang status kepemilikannya merupakan hak milik perorangan. Akibat nasib dibiarkannya pembangunan rumnah-rumah mewah di Puncak, tutupan hutan di kawasan itu mengalami kerusakan yang sangat parah, hingga mencapai kurang dan 20 persen saja. Dampak lainnya dan kondisi ini, tingkat penyerapan air di kawasan itu menjadi sangat rendah. Dampak terbesar dari banjir di Jakarta yang disebabkan kerusakan hutan di daerah Puncak, telah melumpuhkan ekonomi regional, hingga bisa merembes pada ekonomi nasional, hutan merupakan sebuah kesatuan ekosistem yang harus terjaga (Republika 05 Feb 2007)
(21)
Berdasarkan uraian di atas dapat di ketahui bahwa air sungai, pengelolaan
DAS dan pemeliharaan hutan merupakan sebuah kesatuan yang harus selalu
dalam posisi yang seimbang. Keseimbangan pengelolaan DAS dan hutan dengan
pemanfaatan air sungai akan memberikan masukan positif bagi manusia ditandai
dengan kelestarian ekosistem sungai secara keseluruhan. Dalam banyak kasus
yang terjadi, pemanfaatan air sungai dan hutan yang tidak di barengi dengan
pengelolaan DAS dan pemeliharaan hutannya ternyata memberi pengaruh pada
menurunnya kwalitas dan kwantitas air sungai dan juga sering menyebabkan
bencana yang sangat merugikan.
Seperti hal yang telah diuraikan diatas kerusakan DAS tidak terlepas dari
perbuatan manusia (masyarakat dan pemerintah) terhadap DAS dan sumber daya
alam. Pemerintah memiliki kewenangan untuk mengatur DAS, terdapat
aturan-aturan seperti UU tentang lingkungan, peraturan-aturan pemerintah dan peraturan-aturan daerah
tentang lingkungan dan banyak lagi peraturan-peraturan lainnya, namun yang
menjadi masalah adalah mengapa DAS rusak? Sementara ada pemerintah yang
berwenang untuk mengatur agar lebih baik. Oleh sebab itu, kita perlu mempelajari
bagaimana implementasi kebijakan tentang DAS dan kita perlu menganalisis
kebijakan tersebut.
2.Ruang Lingkup dan Lokasi Penelitian 2.1Ruang Lingkup Masalah
Penelitian mengenai masalah kerusakan hutan dan daerah aliran sungai telah
banyak dikaji oleh ilmu sosial maupun oleh ilmu-ilmu lain, baik itu mengenai
(22)
kebijakan yang dibuat oleh pemerintah mengenai penataan hutan dan DAS masih
jarang diteliti khususnya dari perspektif ilmu antropologi.
Berdasarkan uraian di atas yang menjadi fokus kajian dalam penelitian ini
adalah mendeskripsikan bagaimana kebijakan tentang pengelolaan DAS Deli yang
mencakup wilayah kota Medan dan bagaimana persepsi institusi-institusi
(pemerintah) yang terkait, mengenai kebijakan dan pengelolaan DAS. Di sini
penulis ingin melihat apakah kebijakan penataan dan pemeliharaan hutan telah
bersinergi dan memiliki hubungan timbal-balik dengan kebijakan penataan kota di
sekitar daerah aliran sungai (hulu dan hilir) demi terciptanya dan terpeliharanya
sungai dan hutan serta keindahan kota.
2.2Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di kota Medan. Hal ini dilakukan karena mengingat
sepanjang wilayah ini di aliri oleh sungai Deli dan untuk lebih mempokuskan
kajian.
3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran bagaimana kebijakan
yang dibuat oleh pemerintah di wilayah Kota Medan dan bagaimana persepsi
institusi-institusi (pemerintah) yang terkait, mengenai kebijakan dan pengelolaan
DAS, agar dapat dilihat apakah kebijakan ini saling terkait dan saling mendukung
satu sama lain untuk terciptanya penataan DAS dan terpeliharanya sungai.
Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai acuan dalam rencana pembuatan
kebijakan DAS khususnya sekitar daerah aliran sungai dan penelitian ini juga
(23)
satu tulisan ilmiah.
4 Tinjauan Pustaka
Isu permasalahan lingkungan terus bertambah di berbagai tempat dan telah
menjadi isu global yang menarik minat banyak kalangan untuk membahasnya.
Gerakan awal yang mencoba membangun pemikiran tentang perlunya dibicarakan
tentang kelestarian lingkungan hidup baru muncul berkisar tahun 1960-an yang
didasarkan tentang ide keserasian lingkungan. Pemikiran tentang perlunya
diperhatikan tentang persoalan lingkungan hidup semakin nyata dengan
diadakannya konfrensi PBB di Stockholm, Swedia tanggal 5 s/d 15 jum 1972.
Konfrensi tersebut akhirnya menghasilkan beberapa peraturan
perundang-undangan di bidang lingkungan hidup yang menjadi payung hukum bagi
penanganan persoalan lingkungan hidup (Soerjani, 9787).
Kehidupan manusia dapat terus berlangsung jika didukung oleh ekosistem
yang lebih baik. Secara keruangan komponen-komponen lingkungan tidak dapat
berdiri sendiri, tetapi membentuk suatu kesatuan, yang disebut system ekologi
atau ekosistem. Dalam system ekologi, gangguan pada salah satu komponen
lingkungan berarti gangguan pada keseluruhan system. Gangguan pada komponen
lingkungan dapat terjadi karena proses-proses alam dan juga karena akibat
tindakan manusia. Alam dan kehidupan merupakan dua komponen lingkungan
hidup manusia. Dengan system nilai, peraturan dan norma tertentu manusia dapat
mengubah alam memjadi suatu sumber kebidupan yang positif maupun negatif
dan kemudian memiliki dampak bagi manusia itu sendiri.
Masyarakat akan menyesuaikan diri dengan lingkungannya untuk dapat
(24)
menggunakan kebudayaannya. Kebudayaan menurut (Clyde Kluckhohn dalam
Parsudi Suparlan, 1949) ialah cara berpikir, cara merasa, cara meyakini dan
menganggap. Kebudayaan adalah pengetahuan yang dimiliki warga kelompok
yang diakomulasi untuk digunakan di masa depan. Pengalaman masa lampau
orang lain dalam bentuk kebudayaan mempengaruhi hampir setiap kejadian.
Masing-masing kebudayaan spesifik membentuk semacam rencana (blueprint)
bagi semua aktivitas kehidupan.
Kebudayaan bagaikan sebuah peta. Peta bukanlah suatu daerah melainkan
suatu representasi abstrak dan kecendrungan-kecendrungan (trends) kearah
keseragaman dalam bahasa, perbuatan dan hasil karya suatu kelompok manusia.
Apabila peta tersebut tepat maka kita dapat membacanya dan tidak akan tersesat,
apabila kita mengetahui suatu kebudayaan maka bearti kita akan tahu cara yang
sebaiknya harus dilakukan dalam hidup bersama-sama dengan warga dan dalam
bermasyarakat (Clyde Kluckhohn dalam Parsudi Supanlan, 1949).
Terciptanya lingkungan yang bersih, aman tentram, terpelihara dan lestari
tidak terlepas dan aturan-aturan atau kebijakan yang berhubungan dengan
lingkungan yang dibuat oleh organisasi pemerintah serta masyarakat yang
melaksanakan aturan tersebut. Ketika membicarakan kebudayaan yang dititik
beratkan kepada organisasiorganisasi atau institute sebagai unit kajian dalam
mempelajari kebudayaan, maka organisasi pemerintah sebagai salah satu bentuk
organisasi yang terdapat dalam masyarakat adalah salah satu kajian yang menarik.
Bangsa-bangsa modern selalu dicirikan adanya suatu pemerintahan yang
dilengkapi dengan organisasi pemerintahan sebagai alat untuk melaksanakan
(25)
menunjukkan secara fisik kehadiran pemerintah dalam suatu negara yang
memerintah sebuah bangsa. Institusi inilah yang menguasai atau berwenang
mengatur masyarakat atau bangsa yang disatukan dalam sebuah negara.
Dalam melaksanakan fungsi-fungsinya pemerintah membuat aturan-aturan
yang dilandasi pemikiran rasional yang diperlukan sebagai suatu sarana untuk
mencapai tujuan-tujuan yang ideal, yaitu mengupayakan keadilan, efisiensi,
keamanan, kebebasan, serta tujuan-tujuan dan komunitas itu sendiri.
Aturan-aturan ini secara umum disebut sebagai kebijakan. Kebijakan adalah proses atau
serangkaian keputusan atau aktivitas pemerintah yang didisain untuk mengatasi
masalah masyarakat umum, apakah hal itu riil ataukah masih direncanakan (Laster
dan Stewart dalam Eddi Wibowo, 2004).
Kebijakan adaiah produk budaya dan salah satu institusi yaitu organisasi
pemerintah. Bukankah kebijakan merupakan serangkaian pengetahuan yang
diakomulasi suatu kelompok untuk digunakan di masa depan. Kebijakan adalah
serangkaian sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka
kehidupannya bermasyarakat, yang dijadikan miliknya, dan dicapai dengan
belajar (Koentjaraningrat, 1980:23).
Kebijakan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dan
permasalahan Antropologi. Kebijakan tersebut dapat dipahami oleh Antropologi
dengan beberapa cara yaitu sebagai teks kebudayaan, sebagai pengklasifikasian
berbagai makna dan sebagai alat pelaksana hukum yang berlaku pada masa
sekarang. Kebijakan merupakan bagian dari kebudayaan karena kebijakan tersebut
merupakan panduan untuk menganalisis proses dan menggambarkan aturan yang
(26)
Menurut Bennet, adaptasi merupakan cara manusia atau kemampuan
manusia untuk mangatasi lingkungannya untuk mencapai kebutuhan yang
eksisten. Adaptasi merupakan usaha manusia untuk dapat hidup dan cara manusia
mengkonsepsikan berbagai proses yang bermacam-macam, yang digunakan untuk
mengatasi kesulitan kebutuhan, lingkungan dan kehidupan sosial lainnya. Tentu
manusia selalu mempertimbangkan secara rasional adaptasi mana yang lebih
menguntungkan bagi kehidupan mereka.
Seperti halnya kasus Sungai Ciliwung yang diteliti oleh Haddy Ahimsa
menggunakan pendekatan etnoekologi, asumsinya ialah lingkungan efektif
dimana lingkungan berpengaruh terhadap prilaku manusia mempunyai sifat
kultural. Ini berarti lingkungan tersebut merupakan lingkungan fisik yang telah
diinterpretasikan, ditafsirkan lewat perangkat pengetahuan dan system nilai
tertentu. Ia mencoba mengungkapkan mengenai pola pemanfaatan air dan sungai
Ciliwung dengan menggunakan perspektif yang berbeda memusatkan perhatian
pada dimensi makna dan pengetahuan manusia mengenai lingkungan.
Dengan menggunakan metode kajian etnoekologi yang menjadi
permasalahan adalah mengapa warga kampung di pinggiran sungai Ciliwung
masih menggunakan air sungai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, padahal di
kampung mereka telah tersedia fasilitas MCK yang menyediakan air yang “lebih
bersih” dari air Ciliwung. Kesimpulan yang diambil adanya perbedaan pandangan
antara masyarakat dan pemerintah dalam soal fungsi sungai Ciliwung.
Pemerintah mengatakan sungai Ciliwung dapat dimanfaatkan untuk
memenuhi kebutuhan air bersih penduduk setempat apabila telah dijernihkan
(27)
tingkat pencemaran “sedang – berat”. Lain halnya dengan penduduk setempat
bahwa air sungai tersebut dapat digunakan untuk mandi, mencuci, bersuci dan
merebus makanan. Kedua air sungai menurut penduduk setempat tidak
“tercemar”, malah air sungai tersebut masih lebih bersih dan banyak memiliki
unsur positif dari pada pompa MCK (Ahimsa, Heddy dan Wawasan dalam Frita
Manurung)
Bagan : Kebijakan Merupakan Produk Kebudayaan
5. Metode Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan secara
terperinci tentang bagaimana gambaran kebijakan yang dibuat oleh pemerintah di
wilayah pemerintah Kota Medan agar dapat dilihat apakah kedua kebijakan ini
saling terkait dan saling mendukung satu sama lain untuk terciptanya kebijakan
DAS yang baik, terpeliharanya sungai dan hutan.
Kebijakan * UU * PP * Perda * Dll Pemerintah
- Masyarakat - Dunia Usaha - Pemerintah
DAS KEBUDAYAAN
(28)
Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data di perlukan beberapa cara yang relevan dalam
mencapai tujuan penelitian ini.
a. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan digunakan untuk memperoleh informasi dimana sebagian data
diperoleh melalui studi literatur yang relevan dari perpustakaan, produk kebijkan
misalnya (UU, Peraturan Pemerintah, Perda Jurnal dan lain-lain), buku, koran,
catatan-catatan dari kantor Pemerintah Medan dan terbitan resmi lainnya yang
berkenan dengan masalah penelitian.
b. Teknik Wawancara
Wawancara mendalam (Deept Interview) dilakukan secara tatap muka (face to
face) sebagai sebuah dialog atau percakapan. Wawancara mendalam dimaksudkan untuk memperoleh sebanyak mungkin bagaimana implementasi
kebijkan-kebijakan tentang DAS Deli. Wawancara dilakukan pada institusi yang terkait
dan dianggap paling tahu mengenai kebijakan tata pengelolaan dan pemeliharaan
DAS dari jajaran pemerintah kota Propinsi Sumut dan Medan. Jumlah informan
tidak ditetapkan, hal ini disebabkan model penentuan informan sudah ditetapkan
yaitu instansi Bapedalda Sumut, Dinas Pengairan Sumut, Bina Teknologi
Pengendalian Lingkungan Sumut, bidang Pencemaran Perairan Sumut, bidang
Pariwisata dan Budaya Sumut, Bapeda Medan, bidang Tata Lingkungan dan Tata
Kota, bidang Lingkungan Hidup, dan Dinas Kebersihan.
c. Teknik Pengamatan
Pengamatan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengamati suatu gejala atau
(29)
Aliran Sungai) di Kotamadya Medan misalnya bagaimana pemukiman masyarakat
di sepenjang DAS Deli dan membandingkannya adanya kebijakan larangan untuk
mendirikan bangunan sesuai dengan jarak yang telah di tentukan dan adanya
plakat-plakat di sepanjang DAS deli yang berisikan larangan-larangan.
d. Analisa Data
Analisis data merupakan sebuah pengkajian di dalam data yang mencakup prilaku,
objek atau pengetahuan yang terindentifikasi. Beberapa hal yang dilakukan dalam
analisis data yaitu : Data yang diperoleh dari lapangan tersebut akan dianalisis
secara kualitatif yaitu dengan menganalisis produk-produk kebijakan yang
mengatur tentang daerah aliran sungai Deli, penganalisisan data dilakukan dengan
mengkatagorisasikan peraturan-peraturan dan membandingkannya.
6. Pengalaman Penulis Dalam Mendapatkan Data Di Lapangan
Instansi yang pertama didatangi oleh penulis adalah Bapedalda Sumut, hal ini
dilakukan karena diinstansi ini banyak kenalan dari pembimbing penulis salah
satunya adalah bapak Setia purwadi wakil ketua Bapedalda Sumut. Pertama kali
masuk ke instansi ini penulis merasa sama sekali tidak mendapat kesulitan karena
langsung menemui bapak Purwadi dan kemudian dari bapak ini penulis
mendapatkan data dari beberapa orang yang menagani dan mengerti mengenai
masalah-masalah Sungai Deli.
Dalam mendapatkan informasi dan data penulis memang sama sekali tidak
mendapat kesulitan mungkin karena mendapat rekomendasi dari bapak Purwadi.
Hari terahir namun merupakan hari yang sulit untuk penulis yaitu ketika mengurus
surat dari Bapedalda yang menjelaskan benar bahwa penulis melakukan penelitian
(30)
menghadapi bapak Kasubbang umum dan kepegawaian bapedalada sumut
merupakan hal yang sangat sulit karena1
1
bapak tersebut senang melayangkan tangannya, terkadang memegangi tangan dan pundak penulis sambil berkata “semuanya mudah diatur”.
Instansi yang dikunjungi berikutnya adalah Pemko Medan. Di instansi ini
ada beberapa bagian yang berhubungan dengan sungai penulis datangi, sulit untuk
mendpatkan data karena masing-masing dari instansi ini memiliki rasa curiga
yang berlebihan padahal penulis membawa surat dari Balibbang yang menyatakan
penulis adalah seorang mahasiswa yang bertujuan melakukan penelitian untuk
kepentingan skripsi tetapi tetap saja penulis dicurigai dan dianggab seorang
wartawan yang akan membongkar semua rahasia instansi tersebut. Kesulitan yang
lain yang dihadapi adalah orang-orang yang bekerja di instansi tersebut
menganggab bahwa masalah yang penulis teliti tidak sesuai dengan jurusan
penulis, bahkan salah seorang berkata “ seharusnya kamu meneliti tentang tulang-
tulang purbakala bukan tentang kebijakan”. Penulis berusaha menjelaskan sebisa
mungkin tujuan dari penelitian dan arti dari antropologi tetapi tetap saja penulis
dianggap salah sasaran dan dianggap remeh.
Banyak sekali kesulitan yang dihadapi penulis di instansi ini, salah satunya
adalah ketika penulis ingin mengambil informasi dan data di bagian Bapedalda.
Pertama kali memasuki ruangan, penulis langsung di beri pertanyaan-pertanyaan.
Belum sempat penulis menjawab sudah diberi pertanyaan yang lain dan memang
tidak diberi kesempatan untuk menjawab dan menjelaskan dan yang paling
membuat penulis sedih karena jurusan Antropologi dianggab ilmu yang tidak
(31)
Karena penulis terus-terusan diejek oleh bapak yang bekerja pada sub
bidang Bapeda bersama dua orang pegawai lainnya yang juga bekerja di
Bapedalda tersebut ahirnya penulis menangis. Sambil mengucapkan terimakasih
penulis pergi keluar pintu tapi kembali lagi karena koesionernya tertinggal.
Penulis meminta koesioner yang sedang dipegang oleh bapak makmur tetapi ia
malah mengomentari koesioner tersebut, karena kesal penulis menarik kertas
tersebut dari tangannya. Melihat kejadian itu salah satu pegawai yang ada di
ruangan tersebut berkata “sopan lah dek!” , mendengar kata-kata itu penulis
semakin kesal lalu menjawab “kau lah semua yang sopan dikit” sambil pergi
meninggalkan ruangan tersebut. Penulis tidak mendapatkan data dari instansi ini
karena kejadian tersebut. Beberapa kejadian selama berusaha mendapatkan data
membuat penulis enggan melakukan penelitian ke deli serdang. Karena hal
tersebut dan oleh persetujuan dosen wali penulis hanya melakukan penelitian di
medan saja sedangkan yang di Kabupaten Deli Serdang dibatalkan.
(32)
BAB II
GAMBARAN UMUM SUNGAI DELI
2.1 Kawasan Daerah Aliran Sungai Deli
Sungai Deli merupakan salah satu induk sungai pada Satuan Wilayah Sungai
(SWS) Belawan/ Belumai Ular dengan 5 (lima) anak sungai. Panjang sungai
sekitar 73 Km dengan luas basin 402 Km2.
Sungai Deli beserta anak dan ranting sungainya mengalir dari Kabupaten
Karo, Kabupaten Deli Serdang dan melintasi Kota Medan sebelum bermuara ke
Selat Malaka. Bagian hulu sungai pada umumnya berada di Kabupaten Karo dan
Kabupaten Deli Serdang, sedangkan bagian tengah dan hilir berada di Kota
Medan.
Tabel 2.1. Anak dan Ranting Sungai Deli Induk
Sungai
Anak Sungai Daerah
Pengaliran
Ranting Sungai Daerah Pengaliran Sungai D E L I
1. Sei Sikambing Kota Medan 1. Sei Putih 2. Sei Selayang 3. Sei batua
Kota Medan Kota Medan Kota Medan 2. Sei Babura Kota Medan Sei Bekala Kota medan,
Pancur batu* 3. Lau Kelimut Sibolangit*,
namorambe* 4. lau Petani Namorambe*,
Delitua*, Simpang Empat***
Sei Betimus Sibolangit*
5. Sei simai -mai Namorambe* 1. lau Bewaci 2. lau Simantri 3. Lau Bekusah
Namorambe* Sibiru –biru* Sibiru –biru* Sumber: Dokumen laporan pemantauan kualitas sungai Deli, Bapedalda Sumut
* Kecamatan pada Kabupaten Deli Serdang ** Kecamatan pada kabupaten Karo
(33)
Sungai Deli dapat digolongkan atas tiga bagian yakni, daerah hulu, tengah dan
daerah hilir.
Tabel 2.2. Penggolongan Sungai Deli
Bagian Sungai
Lokasi Luas DTA
(Km2)
Panjang (Km) Hulu Kaki G. Sibayak –Pertemuan dengan anak
sungai Simei –mei
159 30
Tengah Sampai pertemuan dengan Sungai Sikambing 188 20
Jilir Sampai ke Muara Sungai 55 20
Total 402 73
Sumber: Dokumen laporan kualitas sungai Deli Bapedalda
Daerah pengaliran sungai di Kabupaten Karo terdapat di Kecamatan
Simpang Empat Desa Semangat Gunung dan Desa Doulu sedangkan di
Kabupaten Deli Serdang meliputi lima kecamatan yaitu (1) Kecamatan Pancur
Batu, (2) Sibolangit, (3) Namorambe, (4) Deli Tua, (5) Sibiru –biru. Sedangkan di
Kota Medan meliputi empat belas kecamatan yaitu (1) Kecamatan Medan
Tuntungan, (2) Medan Johor, (3) Medan Selayang, (4) Medan Polonia, (5) Medan
Maimun, (6) Medan Kota, (7) Medan Baru, (8) Medan Sunggal, (9) Medan
Petisah, (10) Medan Barat, (11) Medan Deli, (12) Medan Labuhan (13) Medan
Marelan dan (14) Medan Belawan. Pada beberapa kecamatan sungai ini menjadi
bagian batas administrasi.
a. Daerah Hulu
Pada daerah hulu, Sungai Deli mengalir melalui daerah perbukitan dengan
topografi yang beragam, antara landai, terjal dan curam sehingga terdapat
beberapa terjunan. Kondisi ini memberi efek yang baik pada proses self
(34)
berlangsung dengan baik. Hal ini turut didukung oleh banyaknya batuan yang
terdapat pada badan air.
Pemanfaatan lahan daerah pengaliran sungai di hulu antara lain sebagai
daerah pertanian, perikanan dan pemukiman serta hutan. Sedangkan air sungai
dimanfaatkan untuk irigasi, rekreasi air serta air baku air minum. Pertanian
terutama terdapat di Desa Semangat Gunung, Desa Doulu dan Desa Lau Mulgap,
perikanan terutama terdapat di Desa Lau Mulgap. Irigasi terdapat diberbagai
lokasi, rekreasi air terdapat di Desa Sembahe dan Desa Logna Kecamatan
Sibolangit. Pemanfaatan air sungai sebagai air baku air minum terdapat di Desa
Pamah Kecamatan Delitua.
Kegiatan yang berpotensi menurunkan kualitas air sungai dan lingkungan
sekitarnya antara lain, penambangan pasir dan batu dari badan air, pegunungan
pestisida dan pupuk di daerah pertanian, pengambilan humus serta konversi hutan
menjadi pemukiman dan lahan pertanian.
b. Daerah Pertengahan
Pada daerah pertengahan topografi daerah pengaliran Sungai Deli cenderung
landai dengan kemiringan 0.31%. Hal ini menyebabkan laju air air sungai lebih
lambat dibandingkan daerah hulu. Pada laju air yang lebih lambat , proses aerasi
juga berkurang dengan demikian self purification juga menurun
Di daerah pertengahan pemanfaatan lahan di sekitar daerah pengaliran sungai
adalah untuk pemukiman, perkantoran dan industri. Daerah pertengahan
(35)
Terdapat banyak kegiatan yang menimbulkan degradasi sungai pada daerah
ini, pemukiman kumuh pada bantaran sungai, pembuangan limbah domestik dan
industri, pembuangan sampah, pengubahan alur sungai, pengerasan benteng
sungai dengan beton dll. Pada lokasi –lokasi pemukiman kumuh, penduduk
memanfaatkan sungai sebagai tempat mandi, cuci dan juga kakus. Pada umumnya
limbah domestik yang masuk ke Sungai Deli tidak mengalami pengolahan terlebih
dahulu. Menurut survey yang dilakukan oleh Bapedalda (2003), terdapat lebih
dari 89 (delapan puluh sembilan) saluran air limbah domestik ke Sungai Deli
beserta anak –anak sungainya dan lebih dari 48 (empat puluh delapan) lokasi
pembuangan sampah pada bibir/ bantaran sungai.
c. Daerah Hilir
Topografi daerah hilir Sungai Deli semakin landai dengan kemiringan 0.2 % laju
air pada daerah ini semakin lambat, terutama ke arah muara. Daerah hilir
merupakan sentral industri, terdapat lebih dari 54 (lima puluh empat) kegiatan/
industri disepanjang Sungai Deli , termasuk hotel dan rumah sakit, banyak
diantara industi ini yang membuang limbahnya ke Sungai Deli tanpa pengolahan
terlebih dahulu.2
2.2 Iklim
Iklim di daerah air Sungai Deli menunjukkan sedikit perbedaan antara musim
kemarau dan musim hujan. Suhu udara berkisar antara 210 C - 330 C dan suhu rata
–rata tahunan adalah 260 C.
2
(36)
a. Curah Hujan
Curah hujan disebelah selatan daerah pegunungan dan sebelah utara daerah pantai
diperkirakan masing –masing berkisar 2.800 mm/tahun dan 1.700 mm/tahun. Dari
catatan hujan sepanjang tahun, diketahui bahwa curah hujan terendah pada bulan
Februari dan tertinggi pada Bulan September. Pada daerah yang lebih tinggi,
curah hujan juga lebih tinggi.
Rata –rata curah hujan tahunan diperkirakan 2.337 mm/tahun. Musim hujan
mulai bulan Januari sampai bulan Juli sedangkan musim kemarau mulai bulan Juli
sampai Desember. Namun demikian, hujan dapat terjadi setiap bulan, sehingga
perbedaan antara musim hujan dan kemarau kurang jelas
Grafik 2.1. Curah Hujan Bulanan (rata-rata) di Daerah Tangkapan Air Sungai Deli
0 50 100 150 200 250 300 350
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus
t
Sep Okt Nop Des
C u ra h H u ja n ( m m )
Sumber : Dokumen Bapedalda kegiatan pemantauan dan pengendalian kerusakan tata air b. Panjang dan Kemiringan DAS Deli
Panjang sungai dan kemiringan pada DAS Deli seluas 32,581 ha dengan
kemiringan lereng < 5%, 7,445 ha dengan kemirigan lereng antara 5-15 %,6,273
ha dengan kemiringan lereng 15-35 %, 1,521 h dengan kemiringan lereng 35-50
(37)
Grafik 2.2. Suhu Udara di Daerah Tangkapan Air Sungai Deli 0 5 10 15 20 25 30 35
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus
t
Sep Okt Nop Des
Suhu Rata -Rata Suhu MAx (rata -rata) Suhu Min(Rata -rata)
sumber: Dokumen Bapedalda 2006, kegiatan pemantauan dan pengendalian tata air
c. Debit Air Sungai Deli
Debit air Sungai Deli dari tahun ke tahun mengalami penurunan, hal ini terutama
karena konversi hutan yang terjadi pada daerah hulu sungai. Pada saat ini terdapat
dua stasiun pengukuran debit air sungai Deli yakni di Helvetia pada koordinat
03037’39.1” LU, 0980 39’53.6” BT dan 21 m dpl serta di simei –mei pada
koordinat 030 28’33.6”LU, 0980. 40’36.0” BT dan 59 m dpl.
Grafik 2.3 Debit Bulanan Air Sungai Deli
0 5 10 15 20 25
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu
st
Sep Okt Nop Des Month
Discharge (m3/s)
(38)
Grafik berikut menunjukkan debit rata –rata air sungai Deli yang diukur di
Titi Gg. Sejarah dari tahun 1990 –2004.
Grafik 2.4. Debit Air Sungai Deli Pada Titi Gg. Sejarah
0 5 10 15 20 25
1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 2004
(m
3/
s)
2.3 Sungai Deli Dalam Perspektif Sejarah
Dalam buku The History of Medan tulisan Tengku Luckman Sinar (1991),
dituliskan bahwa menurut "Hikayat Aceh", Medan sebagai pelabuhan telah ada
pada tahun 1590, dan sempat dihancurkan selama serangan Sultan Aceh Alauddin
Saidi Mukammil kepada Raja Haru yang berkuasa di situ. Serangan serupa
dilakukan Sultan Iskandar Muda tahun 1613, terhadap Kesultanan Deli.
Sejak akhir abad ke-16, nama Haru berubah menjadi Ghuri, dan akhirnya
pada awal abad ke-17 menjadi Deli. Pertempuran terus-menerus antara Haru
dengan Aceh mengakibatkan penduduk Haru jauh berkurang. Sebagai daerah
taklukan, banyak warganya yang dipindahkan ke Aceh untuk dijadikan pekerja
(39)
Selain dengan Aceh, Kerajaan Haru yang makmur ini juga tercatat sering
terlibat pertempuran dengan Kerajaan Melayu di Semenanjung Malaka. Juga
dengan kerajaan dari Jawa. Serangan dari Pulau Jawa ini antara lain tercatat dalam
kitab Pararaton yang dikenal dengan Ekspedisi Pamalayu. Dalam
Negarakertagama, Mpu Prapanca juga menuliskan bahwa selain Pane (Panai),
Majapahit juga menaklukkan Kampe (Kampai) dan Harw (Haru).3
Nama Deli mulanya berasal dari nama seorang anak raja satu kerajaan di
India yang bernama Muhammad Dalik, perahunya tenggelam di dekat Kuala Pasai
sehingga ia terdampar di Pasai, daerah Aceh sekarang. Tidak lama sesudah ia
datang di Aceh, Sultan Aceh mengalami kesulitan untuk menaklukkan tujuh
laki-laki dari Kekaisaran Romawi Timur yang membikin kekacauan. Dalik berhasil
membunuh para pengacau tersebut satu persatu.
Selanjutnya Guru Patimpus menikah dengan adik Tarigan, pemimpin
daerah yang sekarang bernama Pulau Brayan dan membuka Desa Medan yang
terletak di antara Sungai Babura dan Sungai Deli. Dia pun lalu memimpin desa
tersebut. Oleh karena itu, nama Guru Patimpus saat ini diabadikan sebagai nama
salah satu jalan utama di Kota Medan.
3
Dalam riwayat Hamparan Perak yang dokumen aslinya ditulis dalam huruf Karo pada rangkaian bilah bambu, tercatat Guru Patimpus, tokoh masyarakat Karo, sebagai yang pertama kali membuka "desa" yang diberi nama Medan. Namun, naskah asli Riwayat Hamparan Perak yang tersimpan di rumah Datuk Hamparan Perak terakhir telah hangus terbakar ketika terjadi "kerusuhan" sosial, tepatnya tanggal 4 Maret 1946. Patimpus adalah anak Tuan Si Raja Hita, pemimpin Karo yang tinggal di Kampung Pekan (Pakan). Ia menolak menggantikan ayahnya dan lebih tertarik pada ilmu pengetahuan dan mistik, sehingga akhirnya dikenal sebagai Guru Patimpus. Antara tahun 1614-1630 Masehi, ia belajar agama Islam dan diislamkan oleh Datuk Kota Bangun, setelah kalah dalam adu kesaktian.
(40)
Sebagai penghargaan atas keberhasilannya membunuh para pengacau
tersebut, Sultan memberinya gelar Laksamana Kud Bintan dan menunjuknya
sebagai Laksamana Aceh. Atas berbagai keberhasilannya dalam pertempuran
akhirnya ia diangkat sebagai Gocah Pahlawan, pemimpin para pemuka Aceh dan
raja-raja taklukan Aceh.
Beberapa tahun kemudian, Dalik meninggalkan Aceh dan membuka negeri
baru di Sungai Lalang-Percut. Posisinya di daerah baru adalah sebagai wakil
Sultan Aceh di wilayah bekas Kerajaan Haru (dari batas Tamiang sampai Sungai
Rokan Pasir Ayam Denak) dengan misi, menghancurkan sisa-sisa pemberontak
Haru yang didukung Portugis, menyebarkan Islam hingga ke dataran tinggi, serta
mengorganisir administrasi sebagai bagian dari Kesultanan Aceh.
Untuk memperkuat posisinya ia menikahi adik Raja Sunggal (Datuk Itam
Surbakti) yang bernama Puteri Nang Baluan Beru Surbakti, sekitar 1632 M.
Pengganti Gocah, anaknya yang bernama Tuanku Panglima Perunggit pada tahun
1669 M, memproklamasikan berdirinya Kesultanan Deli yang terpisah dari Aceh,
serta mulai membangun relasi dengan Belanda di Malaka.
Berdirinya Kesultanan Deli ini juga salah satu cikal berdirinya Kota
Medan. Nama Deli sesungguhnya muncul dalam "Daghregister" VOC di Malaka
sejak April 1641, yang dituliskan sebagai Dilley, Dilly, Delli, atau Delhi.
Mengingat asal Gocah Pahlawan dari India, ada kemungkinan nama Deli itu
berasal dari Delhi, nama kota di India.
Belanda tercatat pertama kali masuk di Deli tahun 1641, ketika sebuah
kapal yang dipimpin Arent Patter merapat untuk mengambil budak. Selanjutnya,
(41)
yang membawa orang perkebunan tembakau dari Jawa Timur, salah satunya
Jacobus Nienhuijs, dari Firma Van Den Arend Surabaya mendarat di Kesultanan
Deli. Oleh Sultan Deli, ia diberi tanah 4.000 ha untuk kebun tembakau, dan
mendapat konsesi 20 tahun. Begitulah awal cerita, yang berlanjut dengan
masuknya ribuan tenaga kerja Cina, India, dan akhirnya Jawa untuk menggarap
perkebunan-perkebunan Belanda.
Menurut bahasa Melayu, Medan berarti tempat berkumpul, karena sejak
zaman kuno di situ sudah merupakan tempat bertemunya masyarakat dari
hamparan Perak, Sukapiring, dan lainnya untuk berdagang, berjudi, dan
sebagainya. Desa Medan dikelilingi berbagai desa lain seperti Kesawan, Binuang,
Tebing Tinggi, dan Merbau.
Medan sebagai embrio sebuah kota secara kronologis berawal dari
peristiwa penting tahun 1918, yaitu saat Medan menjadi Gemeente (Kota
Administratif), tetapi tanpa memiliki wali kota sehingga wilayah tersebut tetap di
bawah kewenangan penguasa Hindia Belanda.
Kota Administratif Medan dibentuk melalui lembaga bernama "Komisi
Pengelola Dana Kotamadya", yang dikenal dengan sebutan Negorijraad.
Berdasarkan "Decentralisatie Wet Stbl 1903 No 329", lembaga lain dibentuk yaitu
"Afdeelingsraad Van Deli" (Deli Division Council) yang berjalan bersama
Negorijraad sampai dihapuskan tanggal 1 April 1909, ketika "Cultuuraad"
(Cultivation Council) dibentuk untuk daerah di luar kota.
Maka, tanggal 1 April 1909 ini sempat dijadikan tanggal lahir Kota Medan
sampai dengan tahun 1975. Pimpinan Medan Municipal Board saat didirikan
(42)
sebagai pembantu Residen Deli Serdang. Namun, sejak 26 Maret 1975, lewat
Keputusan DPRD No 4/ DPRD/1975 yang didasari banyak pertimbangan,
ditetapkan bahwa hari lahir Kota Medan adalah 1 Juli 1590.
Sejak zaman kuno, zaman Kerajaan Haru, Medan sudah menjadi tempat
pertemuan berbagai kultur bahkan ras seperti Karo, Melayu (Islam), India,
Mandailing, dan Simalungun. Sebagaimana terlihat dalam paparan di atas, proses
itu bukannya berkurang, bahkan semakin kompleks sejak dibukanya
perkebunan-perkebunan di Sumatera Utara yang menghadirkan kuli kontrak baik dari India,
Cina, maupun Jawa. Hingga saat ini, Medan, yang berarti tempat berkumpul
tersebut, masih menjadi tempat berkumpul berbagai ras dan kultur yang
berbeda-beda. Mengingat pengalamannya yang panjang sebagai melting pot, tidak heran
jika hingga saat ini Medan masih dikenal sebagai daerah yang aman dari berbagai
kerusuhan antaretnis. Semua ras dan etnis di sini tidak ada yang ingin menonjol
atau saling menjatuhkan.
Pada tahun 1640 Tuanku Gocah Pahlawan telah menjadikan Kampung
Deli yang terletak di daerah sekitar delta Sungai Deli dengan muara Sungai
Belawan sebagai pusat Kerajaan Deli. Dari catatan beberapa nara sumber bahwa
kawasan ini telah menjadi wilayah Bandar Lama yang sangat penting sejak abad
ke 13, karena sudah menjadi pelabuhan besar dan Bandar dari Kerajaan Haru serta
pusat perdagangan bagi pedagang dari Cina dan India. Masuknya pengaruh
budaya Cina ke kawasan ini dibuktikan dengan ditemukannya reruntuhan kota
Cina di Paya Pasir, serta patung Budha Siwa seperti yang terdapat di Candi
Borobudur. Menurut penemuan arkeolog bahwa kota Cina dimaksud sebenarnya
(43)
sebagai Labuhan Deli yang sangat sibuk dan menjadi pusat perdagangan antar
bangsa.Pamor Labuhan Deli sebagai sebuah Bandar atau pelabuhan dan kota
menjadi semakin penting dan bersinar semasa Kesultanan Deli memusatkan roda
pemerintahannya di kawasan ini sejak awal abat ke 19.4
Menyadari betapa pentingnya arti sejarah dan melihat keagungan dari nilai
budaya bangsa Indonesia dimasa lalu, maka Bandar Lama yang letaknya di delta
Sungai Deli merupakan aset yang tidak ternilai dalam mewarnai setiap proses
pembangunan di segala bidang yang juga menjadi cikal bakal kota Medan yang
saat ini telah tumbuh mejadi kota metropolitan. Bandar Lama yang pernah ada di
tepi Sungai Deli merupakan saksi hidup yang tersisa yang memberi pesan tentang Labuhan Deli telah menjadi mutiara Tanah Deli sejak wilayah ini menjadi
tujuan investasi di bidang perkebunan oleh bangsa Eropa dan dijadikan pelabuhan
ekspor untuk melayani arus perdagangan dan pengiriman hasil-hasil perkebunan.
Pelabuhan Belawan yang pada masa itu masih berupa pelabuhan kecil sudah
mulai menyainginya. Kota Medan yang pada awalnya merupakan sebuah
kampung belantara yang dikenal sebagai kampung Medan Putri telah memperoleh
imbas dari posisi strategisnya di Tanah Deli dan telah menjadi pusat pertumbuhan
ekonomi kawasan yang secara perlahan-lahan mulai menyaingi Labuhan Deli.
Dengan dipindahkannya pusat Kerajaan Deli ke kota Medan oleh Sultan
Deli pada tahun 1891 serta mulai dibenahinya fasilitas kepelabuhanan di Belawan.
Sejak tahun 1915 kegiatan kepelabuhan di Labuhan Deli mulai menurun karena
Sungai Deli menjadi dangkal dan sukar dijadikan sebagai tempat bersandar bagi
kapal-kapal yang ingin singgah di labuhan deli.
4
(44)
kejayaan labuhan daeli pada masa lalu.
Labuhan Deli yang terletak di muara Sungai Deli tercatat sebagai
pelabuhan yang sibuk dan punya peran penting sebagai pintu gerbang
perdagangan kerajaan Haru dengan pedagang asing. Sungai Deli yang
menghubungkan pusat kerajaan ini di Deli Tua dengan Labuhan Deli adalah
sungai yang sangat ramai dilayari. Bahkan, sudah menjadi urat nadi hubungan
dagang maupun sosial politis antara kerajaan haru dengan dunia luar.
Pamor Labuhan Deli sebagai sebuah bandar dan kota penting makin
bersinar semasa Kesultanan Deli memusatkan roda pemerintahannya disana.
Semasa itu, pedagang-pedagang Melayu, Cina, Jepang dan India turut
meramaikan suasana kehidupan sosial dan ekonomi sehari-hari di Labuhan Deli,
yang umumnya berpusat dideretan ruko-ruko Cina dan dermaga. Sebagai pusat
kekuasaan kesultanan, Istana Deli, Balai Kerapatan Adat dan Mesjid Al-Osmani
berdiri megah di Labuhan Deli.
Pada dasarnya Tanah Deli pada masa itu adalah kawasan yang terisolir
dari dunia luar, kecuali melalui Sungai Deli dan Bandar Labuhan Deli. Menilik
masa lalunya, kini Labuhan Deli bernasib tragis. Perannya sebagai pelabuhan
telah lama disingkirkan oleh Belawan. Selanjutnya sebagai pusat kehidupan
ekonomi kawasan dan pusat pemerintahan Kesultanan Deli, Medan telah
mengambil alihnya. perkembangan Belawan menjadi pelabuhan yang makin
sibuk dan modern serta pertumbuhan Medan yang menggebu-gebu menuju
metropolitan makin menenggelamkan Labuhan Deli, sekaligus menjauhkannya
(45)
3.4. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk yang tinggal di daerah tangkapan air Sungai Deli sekitar
1.500.000 jiwa dan 1.200.000 jiwa diantaranya bermukim di Kota Medan, ibukota
Provinsi Sumatera Utara sesuai dengan perincian di bawah ini. Jumlah Penduduk
pada kecamatan yang dilalui Sungai Deli di Kota Medan menurut sensus Tahun
2004 adalah sebagai berikut :
Tabel 2.3. Jumlah penduduk Kota Medan pada Basin Sungai Deli No Kecamatan Jumlah kelurahan Jumlah Jiwa
1. Medan Tuntungan 9 68.438
2. Medan Johor 6 108.911
3. Medan Kota 6 82.901
4. Medan Maimun 5 47.137
5. Medan Polonia 6 49.048
6. Medan Baru 6 42.221
7. Medan Selayang 6 81.035
8. Medan Sunggal 6 106.756
9. Medan Petisah 6 66.037
10. Medan Barat 7 77.839
11. Medan Deli 6 141.787
12. Medan Labuhan 5 100.184
13. Medan Marelan 6 112.463
14. Medan Belawan 6 93.356
Jumlah 86 1.178.113
Sumber: Dokumen Bapedalda, laporan pemantauan kualitas dan upaya penanggulangan pencemaran Sungai Deli
(46)
BAB III
A. KEBIJAKAN YANG MENGATUR TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI
3. 1. Produk Kebijakan Yang Mengatur Tentang DAS
a. Undang-undang Repoblik Indonesia Nomor 7 Tahun 2007 Tentang
Sumber Daya Air.
b. Undang-undang Repoblik Indonesia Nomor 11 Tahun 1974 Tentang
Pengairan.
c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 35 Tahun 1991 Tentang
Sungai.
d. Peraturan Pemerintah Repoblik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang
Pengelolaan Kwalitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
e. Keputusan Presiden Repoblik Indonesia Nomor 32 Tahun 1990 tentang
Pengelolaan Kawasan Lindung
f. Keputusan Mentri negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003
Tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air
g. Keputusan Mentri negara Lingkungan Hidup Nomor 114 Tahun 2003
Tentang Pedoman Pengkajian Untuk Menetapkan Kelas Air
h. Keputusan Mentri Lingkungan Hidup Nomor 111 Tahun 2003 Tentang
Pedoman Pengkajian Pembuangan Air Limbah Ke Air Atau Sumber Air.
i. Keputusan Gubenur Sumatra Utara Tentang tTim Teknis Pengelolaan
Lingkungan Hidup, Ekosistem Pesisir, Sanitasi Multiarea Terpadu Sungai
(1)
Ringkasan Dari Kebijakan-Kebijakan Yang Mengatur Tentang Pengelolaan DAS
No Kebijak
an
Upaya
pemeliharaan
Tujuan
pemeliharaan
Pendayaguna
an/pengendal
ian
Perencanaan
Kewajiban/ha
k masyarakat
Wewenang
pemerintah
Larangan
Ketentuan
pidana
01 UU No 7tahun 2007 tentang sumber daya air
Secara berkelanjutan Secara optimal Secara terpadu Secara adil Secara menyeluruh Mengutamakan fungsi sosial Menghormati hak milik masyarakat selama tdk bertentangan dgn kepentingan nasional
Tersedianya kuantitas dan kualitas air yang baik
Berhasil guna dan berdaya guna Dapat memenuhi kebutuhan makluk hidup
Terciptanya keadilan
Penatagunaan Penyediaan Penggunaan Pengembangan Pengusahaan Menaggulangi Memulihkan Mencegah
Terkoordinasi Terarah Seluruh sektor Penyeimbangan hulu dan hilir
Menggunakan air sehemat mungkin Terlibat dalam upaya pemeliharaan dan
pengendalian
Air dan kekayaan alamnya dikuasai oleh negara dgn memberi wewenang pd pemerintah: Mengelola Mengembangkan Pengeluaran dan mengesahkan ijin Menentukan peraturan-peraturan hukum
Setiap orang/usaha dilarang melakukan kegiatan bersifat merusak air
Penjara 9 thn, dan denda paling banyak satu miliar lima ratus juta rupiah bagi yg sengaja merusak dan mencemari air Penjara 6 thn dan denda sebanyak satu miliar… Penjara tiga tahun dan denda lima ratus juta… Penjara 18-6 bulan dan denda tiga ratus juta hingga seratus juta bagi yg… 02 UU No
11 tahun 1974 tentang pengairan
Secara berkelanjutan Secara optimal Secara terpadu Secara adil Secara menyeluruh Mengutamakan fungsi sosial Menghormati hak milik masyarakat selama tdk
Untuk kemakmuran rakyat Lestari air
Penatagunaan Penyediaan Penggunaan Pengembangan Pengusahaan Menaggulangi Memulihkan Mencegah
Terkoordinasi Terarah Seluruh sektor Penyeimbangan hulu dan hilir
Ikut dalam pemeliharaan
Air beserta kekayaan alamnya dikuasai oleh negara dgn memberi wewenang pd pemerintah: Mengelola Mengembangkan Pengeluaran dan mengesahkan ijin
Setiap orang/usaha dilarang melakukan kegiatan bersifat merusak air
Hukuman penjara dua tahun dan denda sebesar lima juta bagi: Sengaja melakukan pengusahaan tdk
berdasarkan ijin
(2)
bertentangan dgn kepentingan nasiona
Menentukan peraturan-peraturan hukum Menetapkan cara pembinaan Menetapkan syarat-syarat dan mengatur perencanaan Melaksanakan pengelolaan dan pengembangan Melakukan pencegahan Melakukan pengamanan dan pengendalian Menyelenggarakan penelitian dan penyuluhan
Sengaja melakukan pengusahaan tanpa perencanaan Bagi yang telah memperoleh ijin tetapi tidak melaksanakan peraturan Penjara selama tiga bulan dan denda sebesar lima puluh ribu bagi siapa yg melakukan pelanggaran atas ketentuan dan peraturan yang ada.
No
Kebijak
an
Upaya
pemeliharaan
Tujuan
pemeliharaan/
pendayagunaan
Pendayaguna
an/pengendal
ian
Perencanaan
Kewajiban/ha
k masyarakat
Wewenang
pemerintah
Larangan
Ketentuan
pidana
03 PP No 35tahun 1991 tentang sungai
Menjaga kelestarian Ditingkatkan fungsi dan kemanfaatannya Mengendalikan daya rusak terhadap lingkungan
Memenuhi kebutuhan masyarakat Meningkatkan pembangunan nasional
Kesejahteraan dan keselamatan umum
Eksploitasi dan pemeliharaan meliputi: Perencanaan Pelaksanaan Pengamatan Evaluasi
Diselenggarakan oleh menteri dan dapat
dilaksanakan oleh pemerintah daerah yg mencakup: Inventerisasi dan registrasi sungai, bagun-bangunan yg ada di sungai Invenrerisasi
Berhak melakukan pembangunan setelah mendapatkan ijin Ikut serta menjaga kelestarian rambu-rambu dan tanda-tanda pekerjaan dlm rangka
Melakukan pembangunan dan pembinaan dapat dilakukan oleh: Badan hukum Badan sosial Badan usaha milik negara
Memberi pembiayaan pembangunan sungai
Mengubah aliran sungai tanpa ijin Mendirikan dan
membongkar bangunan-bangunan yg ada disekitar sungai Membuang benda-benda padat/cair dan
Hukuman penjara dua tahun dan denda sebesar lima juta bagi: Sengaja melakukan pengusahaan tdk
berdasarkan ijin Sengaja melakukan
(3)
potensi dan sifat-sifat sungai Pengamatan dan evaluasi terhadap bencana, neraca air dan mutu air Penetapan rencana pembinaan danpenetapan pedoman pembinaan sungai Koordinasi rencana dalam penggunaan dan pengembangan sungai
pembinaan sungai
limbah yg dapat menyebabkan pencemaran, kerusakan, menurunkan kualitas air sehingga merugikan pengguna air dan
lingkungan. Mengambil dan
menggunakan air sungai selain untuk keperluan pokok sehari-hari kecuali mendapat ijin Melakukan Melakukan pengerukan dan penggalian pada wilayah sungai sungai yang tidak diijinkan
pengusahaan tanpa perencanaan Bagi yang telah memperoleh ijin tetapi tidak melaksanakan peraturan Penjara selama tiga bulan dan denda sebesar lima puluh ribu bagi siapa yg melakukan pelanggaran atas ketentuan dan peraturan yang ada.
No
Kebijak
an
Upaya
pemeliharaan
Tujuan
pemeliharaan/
pendayagunaan
Pendayaguna
an/pengendal
ian
Perencanaan
Kewajiban/ha
k masyarakat
Wewenang/
kewajiban
pemerintah
Larangan
Ketentuan
pidana
04 PP No 82tahun 2001 tentang pengelola
Adanya surat ijin untuk melakukan usaha yg dapat diperoleh dari pemerintah
Menjamin kualitas air yg diinginkan sesuai dgn peruntukannya agar tetap dalam
Memperhatikan fungsi ekonomis dan fungsi ekologis Memperhatikan
Melihat potensi pemanfaatan untuk
penggunaan air, pencadangan air,
Ikut melestarikan kualitas air Mengendalikan pencemaran air
Menyusun rencana pendayagunaan Membuat pedoman Klasifikasi mutu air
Setiap orang dilarang membuang limbah padat atau gas ke
Bagi orang atau pengusaha melanggar pasal-pasal yg
(4)
an kualitas air dan pengenda lian pencemar an air
Melakukan pengkajian terhadap pembuangan air limbah
Permohonan ijin didasarkan pada hasil dari kajian analisis dampak lingkungan
kondisi alamiahnya Menjamin baku mutu air
nilai-nilai agama dan adat istiadat masyarakat setempat. Menetapkan klasifikasi mutu air yang terdiri dari empat kelas
kualitas dan kuantitas maupun fungsi ekologisnya.
dan ikut serta dalam pengelolaan Bagi yg melakukan usaha atas air harus memberi informasi mengenai pengelolaan dan pengendalian yg dilakukan, menyampaikan laporan tentang persyaratan ijin aplikasi air limbah pada tanah, memberi laporan persyaratan ijin pembuangan air limbah, dan mencegah serta menanggulangi terjadinya pencemaran air. Setiap orang memiliki hak yg sama atas kualitas air yg baik dan mendapatkan informasi tentang setatus mutu air, pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air
Melakukan pengkajian unk menentukan klasifikasi mutu air Menentukan laboratorium yg terakreditasi untuk melakukan analisis mutu air
Melakukan pengendalian pencemaran Memberi informasi kepada masyarakat mengenai
pengelolaan kualitas dan pengendalian pencemaran air
dalam air dan sumber air
ada akan dikenakan sanksi yang akan
diberikan oleh pemerintah yang berwenang
(5)
No
Kebijak
an
Upaya
pemeliharaan
Tujuan
pemeliharaan/
pendayagunaan
Pendayaguna
an/pengendal
ian
Perencanaan
Kewajiban/ha
k masyarakat
Wewenang/
kewajiban
pemerintah
Larangan
Ketentuan
pidana
05 KepresNo 32 tahun 1990 tentang pengelola an kawasan lindung
Terdapat kriteria sepadan sungai yaitu:
100 meter dari kiri kanan sungai besar 50 meter di kiri dan kanan anak sungai Untuk sungai dikawasan pemukiman berupa sepadan sungai yang diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspansi antara 10-15 meter
Mencegah timbulnya kerusakan fungsi lingkungan hidup. Meningkatkan fungsi lindung terhadap tanah, air, iklim, tumbuhan dan satwa serta nilai sejarah dan budaya bangsa Mempertahankan keanekaragaman tumbuhan, satwa, tipe ekosistem, dan keunikan alam
Melindungi sepadan sungai Mengamankan aliran sungai Di dalam kawasan lindung dilarang melakukan kegiatan budi daya, kecuali yang tidak mengganggu fungsi lindung.
Melindungi sungai dari kegiatan menusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta
mengamankan aliran sungai
Ikut
melaksanakan peraturan yang ada
Menetapkan wilayah-wilayah kawasan lindung Melakukan
pengelolaan budi daya
Mengendalikan pemanfaatan ruang di kawasan lindung dgn melakukan pemantauan, pengewasan dan penertiban
Tidak melakukan kegiatan budi daya
06 Peraturan daerah Propinsi Sumatara Utara No 5 tahun 1995 tentang garis sepedan sungai
Kriteria sepadan sungai yaitu : Sungai yg kedalamannya 3 meter garis sepadannya ditetapkan 10 meter dihitung dari tepi sungai Sungai yg kedalamannya lebih dari 3 meter garis sepadanya 15 meter dihitung dari tepi sungai.
Mencegah timbulnya kerusakan fungsi lingkungan hidup.
Melindungi sepadan sungai Mengamankan aliran sungai
Melindungi sungai dari kegiatan menusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta
mengamankan aliran sungai
Ikut
melaksanakan peraturan yang ada
Mengendalikan pemanfaatan ruang di kawasan lindung dgn melakukan pemantauan, pengewasan dan penertiban
Tidak melakukan kegiatan budi daya
(6)
Ringkasan Dari Kebijakan-Kebijakan Tentang Pedoman Pengelolaan DAS
No
Kebijakan
Larangan
Kewajiban
07 Kepmen No 111 tahun 2003 tentang pedoman
mengenai syarat dan tata cara perijinan serta pedoman kajian pembuangan air limbah ke air atau sunber air
Setiap usaha atau kegiatan dilarang membuang air limbah yang mengandung radio aktif ke air atau sumber air Bupati/ walikota dilarang menerbitkan ijin pembuangan air limbah ke air atau sumber air yg melanggar baku mutu air dan menimbulkan pencemaran air.
Setiap usaha atau kegiatan yang akan membuang air limbah ke air atau sember air wajib
mendapatkan izin tertulis dari Bupati/ Walikota dan izin tersebut harus berdasarkan hasil dari kajian analisis mengenai dampak lingkugan dan harus memenuhi persyaratan sebagaimana di sebutkan dalam PP no 82 tahun 2001 pasal 32 ayat 2 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air.
Permohonan ijin pembuangan limbah wajib dilengkapi data dan informasi dgn menggunakan formulir, dokumentasi hasil kajian pembuangan air limbah ke air atau sumber air, hasil pemantauan pengelolaan lingkungan pada bulan terahir dan dokumen lain yang terkat dengan pengisian formulir. Bupati/ walikota wajib mencantumkan dalam ijin pembuangan air limbah ke air atau sumber air seluruh kewajiban dan larangan bagi usaha atau kegiatan sebagaimana tercantum dalam PP no 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pence,aran air
No
Kebijakan
Keterangan
Ketentuan
08 Kepmen No 115 tahun 2003 tentang pedoman
penentuan setatus mutu air
Metu air merupakan kondisi kualitas air yg diukur atau diuji berdasarkan parameter-parameter tertentu Setatus mutu air merupakan tingkat kondisi mutu air yg menunjukkan kondisi cemar atau kondisi baik
Sumber air merupakan wadah air yg terdapat diatas atau dibawah permukaan tanah
Penentuan setatus mutu air dapat menggunakan metode STORET atau metode Indeks Pencemaran Apabila timbul kebutuhan untuk menggunakan metode lain yang juga berdasarkan kaidah ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menyesuaikan dengan situasi dan kondisi serta kapasitas daerah, maka dapat menggunakan metode luar tersebut.
Metode yang akan digunakan harus setelah mendapat rekomendasi dari instansi yang bertanggung-jawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup dan pengendalian dampak lingkungan
09 Kepmen No 114 tahun 2003 tentang pedoman
pengkajian untuk menetapkan kelas air
Pemerinah propinsi dan pemerintah kabupaten/ kota melakukan pengkajian mutu air untuk menentukan setatus air sebagai masukan bagi penyusun progeram penelolaan air atau program pemulihan pencemaran air.
Pemerintah dalam melakukan pengkajian mutu air perlu mendapatkan informasi tentang kebutuhan air untuk 15 tahun mendatang dan menyususn saran pendayagunaan air dan penentuan kelas air. Berdasarkan pengkajian mutua air untuk mendapatkan informasi tentang kebutuhan air dan penyusunan pendayagunaan air dimintakan saran dan masukan dari masyarakat melalui dengar pendapat.
10 Kepgub no 660 tahun 2005 tentang tim teknis pengelolaan lingkungan hidup
SK ini mengintruksikan pembentukan tim untuk pengelolaan lingkungan hidup salah satunya adalah Sungai Deli
Tujuan dari SK ini adalah agar melakukan pengaturan, pembinaan, pengendalian, dan pengawasan serta mementau, mengevaluasi pengelolaan lingkungan hidup sehingga terhindar dari kerusakan dan pencemaran serta terciptanya lingkungan yang bersih, teduh, bebas dari sampah dan limbah berminyak maupun limbah padat yang lainnya, bebas dari erosi dan sedimentasi, dan kerisis air bersih.