praktek pengelolaan arsip harus diuji : standar yang bagaimana, perlukah elaborasi dalam artian kontekstualisasi standar .
5. Aksiologi Kearsipan
Aksiologi diartikan sebagai kemanfaatan ilmu. Bagaimana ilmu kearsipan bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari manusia. Salah satu
contoh bagaimana aksiologi dalam kearsipan adalah ISO 15489 tentang Records Management. Standar ini memberikan panduan bagaimana
pengelolaan arsip dinamis records management distandardisasi. Disamping itu beberapa informasi berikut menunjukkan kemanfaatan
kearsipan
a. Perusahaan Produksi dan Eksplorasi Minyak dan Gas
Memerlukan tenaga yang berkemampuan di bidang Records Supervisor yang menuntut calon yang memiliki keahlian di bidang
Records center, filing.
30
b. Perusahaan Minyak Multinasional
Memerlukan tenaga yang mempunyai kompetensi bidang Records analyst yang menuntut keahlian dibidang: indexing, classification, disposal , Business
Records Management.
31
Aksiologi ilmu kearsipan terlihat juga dalam bisnis bidang layanan pengelolaan dokumen perusahaan seperti : jasa-jasa commercial records
center, records management services, storage services. Dalam bisnis kearsipan tersebut dituntut untuk mengikuti kaidah-kaidah ilmu kearsipan, tanpa mengikuti
kaidah itu, maka bisnis kearsipan hanya berdasarkan naluri saja dan akan adanya kecenderungan pengelolaan kearsipan hanya berdasarkan common
sense belaka.
G. P e n u t u p
Kearsipan sebagai ilmu memprasayaratkan bahwa kearsipan dapat diungkap melalui tiga hal : ontologi, epistemologi, aksiologi. Ontologi
menunjukkan obyek kajian kearsipan, epistemologi menunjukkan cara memperoleh pengetahuan, dan Aksiologi menunjukkan kemanfaatan kearsipan
bagi kehidupan manusia. Mengkaji kearsipan dari sisi empiris merupakan ciri khas kearsipan yang
dimulai dari Praktek Kearsipan oleh Trio Arsiparis Belanda Samuel Muller, Johan Feith, Robert Fruin yang menghasilkan prinsip provenance dan original
order, Munculnya konsep life cycle oleh Schelenberg, sampai dengan munculnya konsep Records Continuum. Dari sisi rasionalitas maka muncullah ide tentang
Memori collective dan accountability. Perkembangan ilmu kearsipan mau tidak mau harus didukung oleh
pendekatan keilmuan lain meminjam konsep keilmuan lain, hal ini terlihat dengan adanya konsep life cycle dari disiplin ilmu biologi, konsep system dari
disiplin ilmu fisika, kemudian digunakan oleh disiplin ilmu biologi sampai akhirnya digunakan oleh ilmu sosial. Tanpa mau meminjam pendekatan keilmuan
lain kearsipan akan terasa sulit untuk berkembang menjadi ilmu yang makin matang.
32
D AF TAR P US TAKA
Ali, Faried. Filsafat Administrasi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004. Budiardjo, Miriam. Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2008 Cook, Terry. What is Past is Prologue: A History of Archival Ideas Since
1898, and the Future Paradigm Shift, Archivaria, the Journal of the Association of Canadian Archivist, 43 Spring 97.
Duranti, Luciana. The Concept of Appraisal and Archival Theory, American ArchivistVol.57 spring, 1994.
Ham, Gerald. Selecting and appraising Archives and Manuscripts, The Society of American Archivists Chicago, 1983.
Hardiman, Budi. Teori Sistem Niklas Luhmann, Jurnal Filsafat Driyarkara, Th. XXIX no:32008.
Haryatmoko, Etika Politik dan Kekuasaan, Jakarta, KOMPAS, 2003. Hisyam, Ingatan Kolektif, Dokumen dan Sejarah, Makalah Lokakarya Memory
of The World, 14-15 Sept 2006, ANRI. Kerlinger, Fred N. Asas-asas Penelitian Behavioral, Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 2004. Kennedy, Jay., and Cherryl Schauder. Records Management: a Guide to
Corporate Record Keeping. Australia: Longman, 1998. Kristiyanto,Eddy OFM. Sejarah Sebagai Locus Philosopicus Et Teologicus,
Pidato Pengukuhan Guru Besar Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, 2008. Lohanda, Mona. Makalah Penelitian dalam Kearsipan, ANRI, 16 Juni 2001.
Makmur. Filsafat Administrasi, Jakarta: Bumi Aksara, 2007. Mc Kemmish, Sue. Yesterday, Today and Tomorrow: A Continuum of
Responsibility, RMAA Perth 1997.
33
Prabowo, Banu. Manajemen Dokumen Perusahaan, Kumpulan Makalah , 2005. Pusat Kajian Kinerja Kelembagaan LAN. Teknik Penyusunan Organisasi
Berkinerja Tinggi, Jakarta: LAN RI, 2004. Ravertz, Jerome R. Filsafat Ilmu,Sejarah dan Ruang Lingkup Pembahasan,
terj. Saut Pasaribu, Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2009. Rewansyah, Asmawi.Reformasi Birokrasi dalam rangka Good Governance,
Bogor, CV Yusaintanas Prima, 2010. Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. Metode Penelitian Survai.
Jakarta: LP3ES,1984. Standar Nasional Indonesia SNI 19-6962.1-2003 Dokumentasi dan
Informasi-Manajemen Rekaman. Bagian 1: Umum. Suriasumantri, Yuyun S. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer,
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1987. Suseno, Nuri. Makalah Multikulturalisme dalam Teori Pol Kontemporer,
Bahan Kuliah UI , 2004. Sutarto. Dasar-Dasar Organisasi, Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2006. Takwin, Bagus. Akar-akar Ideologi, Yogyakarta: Jalasutra, 2003.
Tim Redaksi Driyarkara. Hakekat Pengetahuan dan Cara Kerja Ilmu-ilmu, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1993
The International Organization for Standardization ISO 15489-1 Information and Documentation-Records Management- Part 1: General.
The International Organization for Standardization ISO 15489-Information and Documentation-Records Management- Part 2: Guidelines.
Verhaak,Christ. ”Francis Bacon: Perintis Filsafat Ilmu Pengetahuan, ”Hakekat Pengetahuan dan Cara Kerja Ilmu-ilmu, ed. Tim Redaksi
Driyarkara. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1993. Walne, Peter. Dictionary of Archival Terminology, ICA, 1988.
Zed, Mestika. Metode Penelitian Kepustakaan, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008.
34
35 Abstract :
Archival study is like learning how to walk in the middle of pointed bridge on its both front and back sides. Turning to its back side, reaching
its edge in order to manage, unite and represent the records of human footsteps. Staring straight to its front side, gaing forms and directions
of basic needs for human in the future. Archives do not only record past time actions and facts but also serve functional sources to be used by
next generations.Archives, as archives activator, ought to resemble themselves like Janus, god from Greek mythology, who has two faces,
namely backside past time and frontage future. One of Archival characteristics as scince was marked by the
emergence of archives management principles, namely respect des fonds, which first appeared in 1841. Later, it was also known as provenance,
specifically, a nation of keeping archives to be bond stably to its creators’ context. Then, the second principle was discovered, that is, original
order. It is an arrangement principle which is conditioned in order that archives grouped based on its institutuionscreators’ unit. By using the
principle, archives have to be organized harmoniously according to the systems and rules used by their creators. Those two principles are
implemented to nmaintain archival characters : authenticity, reliability, integrity, and accessibility; therefore, archives are able to be functioned
as evidence or proofs of something or event. After World War II, archival problems emerged since archives had been outnumbered in a short time.
In modern development, archives are not in physical forms, but they are
MEMAHAMI ARSI P DARI SUDUT FI LSAFAT I LMU: Ka jia n Aw a l Te n t a n g I lm u Ke a r s ip a n
Oleh : Drs. Imam Gunarto
1
Luciana Duranti, tanpa tahun, “The Power of Archives” dalam, Inter PARES 2 Project
36 now in electronic forms. Thus, it imposes paradigm transformation in
continuum in order to “replace” life cycle of archives. At glance, theories and methodologies of archival development have shown results that
archival field is now exploring its form in struggling as a science which has equal position with other sciences.
Keyword : archival, archival science, archives management, archival philosophy, postivivism, postmodernism, ontology, epistemology, axiology,
provenance, original order, authenticity, reliability, integrity, accessiblity, life cycle of archives, continuum.
A. La t a r Be la k a n g
Berbagai tulisan tentang arsip pada umumnya membicarakan mengenai bagaimana arsip itu dikelola atau manajemen arsip. Pembahasan
arsip dari sudut teori sangatlah jarang, apalagi pembahasan arsip dari sudut ilmu archival science dan filsafat archival philosophy. Kalaupun
terdapat tulisan-tulisan tentang falsafah dan ilmu kearsipan, pada akhirnya lebih banyak menyoroti tentang bagaimana mengelola arsip archival
manajemen. Asumsi ini dapat dibuktikan dengan kenyataan bahwa berbagai peraturan, pedoman, dan standar kearsipan hanya berisi hal-
hal yang menyangkut bagaimana mengelola arsip, bukan mengapa arsip harus dikelola.
1
Rupanya hal ini dianggap menjadi salah satu sebab mengapa ilmu kearsipan termarjinalkan dibanding dengan ilmu-ilmu
lain. Banyak di antara kita yang belum dapat membedakan pembahasan
arsip sebagai manajemen dan arsip sebagai ilmu. Apakah gambaran yang demikian ini merupakan petunjuk bahwa kearsipan masih belum diakui
sebagai ilmu yang mandiri? Atau karena dianggap sebagai ilmu praktis practical science, sehingga kearsipan tidak terlalu membutuhkan
landasan filosofis?
Minat filosofi terhadap hakikat pemahaman secara ilmu pada umumnya muncul karena sebagai proses umum dan kecenderungan yang
memandang ilmu-ilmu alam sebagai hal yang mewakili pola teladan dari semua pengetahuan yang benar. Menganalogikan ungkapan “filsafat
sejarah” yang diungkapkan Patrick Gardiner, maka pembahasan tentang “filsafat kearsipan” dapat digunakan untuk menunjukan usaha dalam
memberikan keterangan atau tafsiran yang luas mengenai seluruh proses kearsipan. Secara khas, filsafat kearsipan berurusan dengan pertanyaan-
pertanyaan: apa arti, makna, dan tujuan kearsipan atau hukum-hukum pokok mana yang mengatur perkembangan dan perubahan dalam
kearsipan.
2
Di antara tokoh kearsipan kontemporer yang banyak menyinggung kearsipan pada tataran teoritis adalah Luciana Duranti yang mewakili
aliran positivisme atau modernisme yang berkembang di Amerika Utara dan Australia. Tokoh lain adalah Erik Ketelaar dan Oldo Bucci yang
mewakili aliran pasca modernis yang berkembang di daratan Eropa.
3
Pokok persoalan yang dibahas dalam filsafat kearsipan adalah hakikat kearsipan yang dipandang sebagai suatu disiplin atau cabang ilmu
pengetahuan yang khusus, yang berurusan dengan tujuan penyelidikan- penyelidikan kearsipan, cara-cara arsiparis mengaktualisasikan dan
merepresentasikan arsip sebagai informasi, cara mereka menyampaikan dan menyokong penjelasan-penjelasan dan hipotesa-hipotesa,
anggapan -anggapan dan prinsip-prinsip yang menggarisbawahi tata cara kegiatan kearsipan dan hubungan-hubungan antara ilmu kearsipan dengan
bentuk-bentuk penyelidikan lain. Pertanyaan-pertanyaan yang dikaji dan menjadi bahan renungan, pemikiran, dan penalaran yang akan mendalam
adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan hal-hal yang bersifat epistemologi dan konseptual.
37
2 Petrick Gradiner, 1985, “Filsafat Sejarah”, dalam Ilmu Sejarah dan Historiografi, Arah dan Perspektif, diredaksi oleh Taufik Abdullah dan Abdurachman Suryomihardjo, Jakarta: Gramedia, hlm, 125-126.
3 Noerhadi Magetsari, 2008, “Organisasi dan Layanan Kearsipan ” Jurnal Kearsipan , Vol.3, ANRI, hlm 1-17.
38 Pengkajian yang mendalami kearsipan dari sudut falsafah akan
memberi dukungan fundamental yang kuat bagi berkembangnya kearsipan dalam ranah tradisi keilmuan, sehingga mampu sejajar dengan cabang
ilmu lainnya.
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas pengkajian kecil ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
berhubungan dengan apa hakekat dari arsip, fungsi dan tujuan kearsipan, teori dan metodologi serta hubungan ilmu kearsipan dengan ilmu-ilmu
lain.
Hasil pengkajian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk memberi gambaran umum tentang berarsipan sebagai ilmu pengetahuan
yang mandiri.
B. Ke r a n g k a Te o r i
Wacana yang dibangun dalam tulisan ini didasarkan pada tiga konsep pokok di bidang kearsipan, yaitu konsep arsip, kearsipan, dan ilmu
kearsipan. Konsep arsip dalam Undang-Undang nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan secara ekplisit dinyatakan sebagai rekaman kegiatan
atau peristiwa dalam berbagai bentuk dan media sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang dibuat dan
diterima oleh lembaga negara, pemerintahan daerah, lembaga pendidikan, perusahaan, organisasi politik, organisasi kemasyarakatan, dan
perseorangan dalam pelaksanaan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
4
Konsep kearsipan dalam undang-undang tersebut dinyatakan sebagai hal ihwal tentang arsip. Istilah hal ihwal arsip memiliki pengertian segala
sesuatu yang berkaitan dengan masalah arsip. Konsep tentang arsip dan kearsipan yang termaktub dalam undang-undang tersebut merupakan
konsep umum yang dalam implementasinya dapat memiliki variasi dan
perbedaan yang ditentukan oleh konteksnya.
4
Undang-undang Nomor 43 Tahun 2009 Tentang Kearsipan pasal 1 nomor 2.
Konsep tentang ilmu kearsipan menurut Luciana Duranti adalah : the body of knowledge about nature and characteristics of archives and
archival work systematically organized into theory, methodology, and practice”.
5
Penekanannya pada teori dan metodologi yang mendasari hal-hal yang bersifat praktis, nampaknya berbeda dengan Ketelaar dan
Bucci yang menganggap bahwa teori dan metodologi kearsipan harus berpegang pada prinsip bahwa arsip merupakan sesuatu yang
menggambarkan dinamika sosial.
6
Duranti menyatakan dirinya menganut aliran positivisme. Kearsipan agar dapat diperlakukan sebagai ilmu
haruslah menerapkan metode yang bersifat universal, yaitu metode science. Dalam implementasinya Duranti membedakan archival science
dan diplomatic science. Archival science berkenaan dengan pengetahuan yang sistematis tentang series dan fonds yang dikaitkan dengan perekaman
sejarah administrasi dan sejarah legalitasnya, sedangkan diplomatic science merupakan pengetahuan yang sistematis tentang hakikat dan
karakteristik dari setiap arsip. Hubungan antara keduanya menunjukan suatu pola dasar bahwa ilmu kearsipan merupakan jembatan yang
digunakan untuk menerapkan teori kearsipan yang bersandar pada hakikat dan karakter arsip sebagai rekaman sejarah dan legalitasnya.
7
C. Me t o d o lo g i P e n e lit ia n
Tulisan ini lebih tepat barangkali disebut sebagai hasil analisis dari fakta-fakta pikiran yang telah dipetakan dalam berbagai pustaka. Peta
fakta-fakta pikiran yang ditemukan dalam berbagai pustaka, tentu tidak dapat mewakili keseluruhan kebenaran akan kondisi dan tingkat kedalaman
pemahaman mengenai arsip sebagai ilmu pengetahuan. Oleh karena itu jika hal ini dapat disebut sebagai metode penelitian, maka yang dipakai
dalam membangun wacana dalam tulisan ini adalah metode pustaka dengan pendekatan analisis deskriptif untuk menggambarkan sifat atau
39
5
Luciana Duranti, 1989, “Diplomatics: New Uses for an Old Science Part One”, dalam Archivaria 28, hlm. 8-11.
6
Noerhadi Magetsari, op.cit.
7
Luciana Duranti, op.cit.
40 suatu keadaan yang sementara sedang berjalan ketika penelitian sedang
dilakukan didasarkan oleh suatu ketentuan, standar, aturan, norma, pendapat, perspektif, dan pandangan para ahli yang disajikan dalam
berbagai pustaka. Dalam melaksanakan analisis deskriptif disertai dengan komparasi dan analogi antar disiplin ilmu sehingga diharapkan dapat
diketahui kedudukan dan posisi ilmu kearsipan.
D. P e m b a h a s a n
1. Hakekat Arsip