Penerapan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Untuk Menentukan Sisa Hasil Usaha Pada Koperasi Pegawai Negeri
Jurnal Informatika Mulawarman
Vol 5 No. 2 Juli 2010
1
Penerapan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Untuk
Menentukan Sisa Hasil Usaha Pada Koperasi Pegawai Negeri
Zainal Arifin
Program Studi Ilmu Komputer, FMIPA Universitas Mulawarman
Jl. Barong Tongkok no. 5 Kampus Unmul Gn. Kelua Sempaja Samarinda 75119
Abstrak
Penggunaan alat bantu komputer sebagai alat pendukung dalam bidang manajemen akuntansi sudah merupakan
kebutuhan mutlak. Koperasi tidak hanya membutuhkan tenaga terampil yang memahami konsep dasar akuntansi
secara manual, tetapi juga penguasaan dengan alat bantu komputer. Proses perhitungan Sisa Hasil Usaha (SHU)
pada koperasi bukan merupakan proses yang mudah karena perhitungan SHU ini berdasarkan transaksi, kejadian
dan keadaan ekonomi yang timbul dari kegiatan usahanya, terlebih jika masih diproses secara manual. Jika
dilakukan dengan proses manual proses ini membutuhkan waktu yang tidak sedikit untuk melayani anggota.
Oleh sebab itu perlu dibuat Sistem Penunjang Keputusan Penentuan Sisa Hasil Usaha (SHU) pada Koperasi
Pegawai Negeri. Sistem ini dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses penyimpanan dan peminjaman
pada koperasi karena proses penentuan keputusan dibantu secara komputasi modern dengan bantuan komputer.
Hasil dari penelitian ini dibuatlah perangkat lunak dengan menggunakan Microsoft Visual Basic 6.0 sebuah
Sistem Penunjang Keputusan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). AHP memiliki
keunggulan dibandingkan metode lainnya karena dapat digambarkan secara grafis melalui matriks. Hasil akhir
SPK ini berupa laporan jumlah SHU yang diterima setiap anggota pada Koperasi Pegawai Negeri dalam satu
tahun. Jika Sistem Penunjang Keputusan penentuan SHU Koperasi diimplementasikan secara optimal maka
masalah yang timbul karena proses penginputan, penyimpanan, pencarian, transaksi dan perhitungan Sisa Hasil
Usaha (SHU) yang sebelumnya merupakan salah satu kendala dalam menjalankan proses operasional koperasi
dapat teratasi dengan baik.
Kata kunci: Metode Analytical Hierarchy Process (AHP), Sisa Hasil Usaha (SHU), Koperasi Pegawai Negeri
(KPN)
_________________________________________________________________________________________
1.
Latar Belakang
Proses perhitungan Sisa Hasil Usaha (SHU)
pada koperasi bukan merupakan proses yang mudah
karena perhitungan SHU ini berdasarkan transaksi,
kejadian dan keadaan ekonomi yang timbul dari
kegiatan usahanya, terlebih jika masih diproses
secara manual. Jika dilakukan dengan proses
manual proses ini membutuhkan waktu yang tidak
sedikit untuk melayani anggota. Sayangnya
pertimbangan manual seperti ini masih banyak
diterapkan pada Koperasi Pegawai Negeri, terutama
bagi koperasi yang tidak memiliki modal yang
besar. Hal ini dirasa sangat tidak efetif dan efisien.
Oleh sebab itu perlu dibuat Sistem Penunjang
Keputusan Perhitungan Sisa Hasil Usaha (SHU)
pada Koperasi Pegawai Negeri.
Sistem
Penunjang
Keputusan
sendiri
merupakan suatu sistem berbasis komputer yang
dirancang
untuk
mempertinggi
efektifitas
pengambil keputusan (Daihani, 2001).
Sistem ini dapat meningkatkan efektivitas dan
efisiensi penentuan proses penyimpanan dan
peminjaman pada koperasi karena proses penentuan
keputusan dibantu secara komputasi modern
dengan bantuan komputer. Melalui sistem ini
diharapkan penggunaan Teknologi Informasi
disegala bidang khususnya koperasi dapat tercapai.
2.
Perumusan Masalah
Bagaimana membangun perangkat lunak
Sistem Penunjang Keputusan untuk menentukan
Sisa Hasil Usaha (SHU) pada Koperasi Pegawai
Negeri (KPN).
3.
Batasan Masalah
Penulis akan membatasi ruang lingkup
pembahasan diantaranya yaitu :
a. Sistem Penunjang Keputusan hanya terbatas
pada proses perhitungan Sisa Hasil Usaha sesuai
Pedoman yang berlaku saat penelitian ini pada
Koperasi Pegawai Negeri.
b. Simpanan Pokok dan Simpanan Wajib dibuat
dengan bersifat dinamis sesuai dengan
keputusan rapat anggota.
Program Studi Ilmu Komputer Universitas Mulawarman
Jurnal Informatika Mulawarman
c. Persentase pembagian sisa hasil usaha (SHU)
menggunakan Metode Analytical Hierarchy
Process (AHP).
d. Perangkat lunak dibuat dengan desain
antarmuka grafis dan berbahasa Indonesia.
4.
Konsep Dasar Sistem Pendukung Keputusan (Decision Support System)
Konsep Sistem Pendukung Keputusan pertama
(SPK) atau Decision Support System (DSS) pertama
kali diungkapkan pada awal tahun 1970-an oleh
Michael S. Scott Morton dengan istilah Manajemen
Decision Systems (Daihani, 2001).
Selanjutnya, sejumlah perusahaan, lembaga
penelitian dan perguruan tinggi mulai melakukan
penelitian dan membangun SPK. Dalam buku
Komputerisasi Pengambilan Keputusan (Daihani,
2001) terdapat beberapa definisi yang diungkapkan
para ahli mengenai SPK, antara lain :
a. Man dan Watson: Sistem Pendukung Keputusan
merupakan suatu sistem interaktif, yang
membantu pengambil keputusan melalui
penggunaan data dan model-model keputusan
untuk memecahkan masalah-masalah yang
sifatnya semi terstruktur dan tidak terstruktur.
b. Maryan Alavi dan H. Albert Napier : Suatu
kumpulan prosedur pemrosesan data dan
informasi yang berorientasi pada pengunaan
model untuk menghasilkan berbagai jawaban
yang dapat membantu manajemen dalam
pengambilan keputusan. Sistem ini harus
sederhana, mudah dan adaptif.
c. Little : Sistem Pendukung Keputusan adalah
suatu sistem informasi berbasis komputer yang
menghasilkan berbagai alternatif keputusan
untuk membantu manajemen dalam menangani
berbagai permasalahan yang terstruktur ataupun
tidak terstruktur dengan menggunakan data dan
model.
Dari definisi-definisi diatas maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa Sistem Penunjang Keputusan
adalah suatu sistem yang berbasis/berbantuan
komputer yang ditujukan untuk membantu
pengambil keputusan dalam memanfaatkan data
dan model tertentu untuk memecahkan berbagai
persoalan yang semi terstruktur dan tidak
terstruktur.
Menurut Peter G. W. Keen, bekerja sama
dengan Scott Morton untuk mendefinisikan tiga
tujuan yang harus dicapai SPK. Mereka percaya
bahwa SPK harus:
a. Membantu manajer membuat keputusan untuk
memecahkan masalah semi-terstruktur.
b. Mendukung penilaian manajer bukan mencoba
menggantikannya.
c. Meningkatkan
efektivitas
pengambilan
keputusan manajer daripada efisiensinya.
Tujuan-tujuan ini berhubungan dengan tiga
prinsip dasar dari konsep SPK yaitu struktur
Vol 5 No. 2 Juli 2010
2
masalah, dukungan keputusan, dan efektivitas
keputusan. Karakteristik dan kemampuan dari SPK
adalah (ditunjukkan pada Gambar 4.1) (Turban,
dkk, 2005):
1. Dukungan kepada pengambil keputusan,
terutama pada situasi semi terstruktur dan tak
terstruktur, dengan menyertakan penilaian
manusia dan informasi terkomputerisasi.
2. Dukungan untuk semua level manajerial, dari
eksekutif puncak sampai manajer lini.
3. Dukungan untuk individu dan kelompok.
Masalah yang kurang terstruktur sering
memerlukan keterlibatan individu dari
departemen dan tingkat organisasional yang
berbeda atau bahkan dari organisasi lain.
4. Dukungan untuk keputusan independen
dan/atau sekuensial. Keputusan bisa dibuat
satu kali, beberapa kali, atau berulang (dalam
interval yang sama).
5. Dukungan di semua fase proses pengambilan
keputusan: inteligensi, desain, pilihan, dan
implementasi.
6. Dukungan di berbagai proses dan gaya
pengambilan keputusan.
7. Adaptasi sepanjang waktu.
8. Pengguna merasa seperti di rumah.
9. Peningkatan efisiensi pengambilan keputusan
(akurasi, timelines, kualitas) ketimbang pada
efisiensinya (biaya pengambilan keputusan).
10. Kontrol penuh oleh pengambil keputusan
terhadap semua langkah proses pengambilan
keputusan dalam memecahkan suatu masalah.
11. Pengguna akhir bisa mengembangkan dan
memodofikasi sendiri sistem sederhana.
12. Model-model biasanya digunakan untuk
menganalisis situasi pengambilan keputusan.
13. Akses disediakan untuk berbagai sumber data,
format, dan tipe, mulai dari sistem informasi
geografis (GIS).
14. Dapat digunakan sebagai standalone oleh
seorang pengambil keputusan pada satu lokasi
atau didistribusikan di suatu organisasasi
secara keseluruhan dan di beberapa organisasi
sepanjang rantai persediaan.
Sistem Pendukung Keputusan terdiri atas 4
komponen utama atau subsistem yaitu (Daihani,
2001) :
a. Data Management yaitu Data manajemen
meliputi database, yang mengandung data yang
relevan untuk berbagai situasi dan diatur oleh
software yang disebut Database Management
Systems (DBMS).
b. Model Management yaitu Model manajemen
melibatkan model finansial, statistikal,
manajemen science, atau berbagai model
kuantitatif
lainnya,
sehingga
dapat
memberikan ke sistem suatu kemampuan
Program Studi Ilmu Komputer Universitas Mulawarman
Jurnal Informatika Mulawarman
c.
d.
analitis, dan manajemen software yang
diperlukan.
Communication (dialog subsystem) yaitu User
dapat berkomunikasi dan memberikan
perintah pada DSS melalui subsistem ini, yang
berarti menyediakan antarmuka.
Knowledge Management yaitu Subsistem
optional ini dapat mendukung subsistem lain
atau bertindak sebagai komponen yang berdiri
sendiri.
Gambar 4.1 Karakteristik dan Kemampuan Sistem
Penunjang Keputusan
Sumber : Turban, dkk (2005)
5.
Definisi Koperasi
Menurut Tunggal (1995), istilah koperasi
berasal dari bahasa asing co-operation. (Co =
bersama, operation = usaha), koperasi berarti usaha
bersama, misalnya Koperasi Pegawai Negeri (KPN)
artinya usaha bersama para pegawai negeri.
Pengertian koperasi menurut Undang–Undang
Nomor 25 tahun 1992 adalah badan usaha yang
beranggotakan orang–orang atau badan hukum
koperasi
dengan
melandaskan
kegiatannya
berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas
kekeluargaan.
Koperasi merupakan kumpulan orang dan
bukan kumpulan modal. Koperasi harus betul–betul
mengabdi kepada kepentingan perikemanusiaan
semata-mata dan bukan kepada keuntungan
perseorangan. Koperasi adalah milik bersama para
anggota, pengurus maupun pengelola. Usaha
tersebut diatur sesuai dengan keinginan para
anggota melalui musyawarah rapat anggota.
Bentuk koperasi berdasarkan Undang–
Undang No.25 Tahun 1992 mengenal 2 bentuk
koperasi yaitu koperasi primer dan koperasi
sekunder. Koperasi primer adalah koperasi yang
didirikan oleh dan beranggotakan orang seorang.
Koperasi sekunder adalah koperasi yang didirikan
oleh dan beranggotakan koperasi. Mengenai syarat
Vol 5 No. 2 Juli 2010
3
pembentukan, koperasi primer dibentuk oleh
sekurang– kurangnya 20 orang. Koperasi sekunder
dibentuk oleh sekurang – kurangnya 3 koperasi.
Kemudian untuk ciri-ciri dari koperasi (Tunggal,
1995) adalah sebagai berikut:
a. Perkumpulan orang.
b. Pembagian keuntungan menurut perbandingan
jasa. Jasa modal dibatasi.
c. Tujuannya
meringankan
beban
ekonmi
anggotanya,
memperbaiki
kesejahteraan
anggotanya, pada khususnya dan masyarakat
pada umumnya.
d. Modal tidak tetap, berubah menurut banyaknya
simpanan anggota.
e. Tidak
mementingkan
pemasukan
modal/pekerjaan usaha tetapi keanggotaan
pribadi dengan prinsip kebersamaan.
f. Dalam rapat anggota tiap anggota masing –
masing satu suara tanpa memperhatikan jumlah
modal masing – masing.
g. Setiap anggota bebas untuk masuk/keluar
(anggota berganti).
h. Koperasi mempunyai badan hokum.
i. Menjalankan suatu usaha.
j. Penanggung jawab koperasi adalah pengurus.
k. Koperasi bukan kumpulan modal yang mencari
laba sebesar – besarnya.
l. Kerugian dipikul bersama para anggota.
Sedangkan tujuan koperasi dibentuk menurut
Undang–Undang Nomor 25 Tahun 1992 Pasal 3
Koperasi bertujuan mamajukan kesejahteraan
anggota pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya serta ikut membangun tatanan
perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan
masyarakat yang maju, adil dan makmur
berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 (Tunggal,
1995). Dimana Prinsip Koperasi menurut Undang –
Undang Nomor 25 Tahun 1992, Pasal 5 Ayat 1 dan
Ayat 2 dalam buku Amin Widjaja Tunggal (1995).
Koperasi melaksanakan prinsip koperasi sebagai
berikut :
a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka.
b. Pengelolaan dilakukan secara demokratis.
c. Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) dilakukan
secara adil sebanding dengan besarnya jasa
usaha masing – masing anggota.
d. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap
modal.
e. Kemandirian
6.
Penentuan Sisa Hasil Usaha (SHU)
Berdasarkan bunyi UU No. 12 Tahun 1967
pasal 34 ayat 1 SHU Koperasi adalah pendapatan
koperasi yang diperoleh di dalam satu tahun buku
setelah dikurangi dengan penyusutan, dan biaya –
biaya dari tahun buku yang bersangkutan.
Ayat 2 dan pasal yang sama menyebutkan
bahwa
SHU
berasal
dari
usaha
yang
diselenggarakan untuk anggota dan bukan anggota.
Program Studi Ilmu Komputer Universitas Mulawarman
Jurnal Informatika Mulawarman
Kemudian ayat 3 pasal ini juga menyatakan bahwa
SHU yang berasal dari usaha yang diselenggarakan
untuk anggota dan bukan anggota (Sudarsono, dkk,
2005).
Sisa Hasil Usaha harus diperinci menjadi Sisa
Hasil Usaha yang diperoleh dari transaksinya
dengan para anggota dan SHU yang diperoleh dari
pihak bukan anggota. Sebagian dari SHU yang
diperoleh dari para anggota dapat dikembalikan
kepada masing– masing anggota sebanding dengan
jasa yang diberikannya. SHU yang berasal dari
anggota dalam kegiatan koperasi dibagikan untuk :
a. Cadangan koperasi.
b. Untuk anggota sebanding dengan jasa yang
diberikannya.
c. Untuk anggota sebanding dengan simpanan.
d. Untuk dana pengurus.
e. Untuk dana kesejahteraan anggota.
f. Untuk dana pendidikan.
g. Untuk dana pembangunan daerah.
h. Untuk dana sosial.
Penggunaan SHU dan besarnya masing–
masing penggunaan ditetapkan dalam anggaran
dasar koperasi. Bagian SHU yang dikembalikan
kepada anggota dapat dikurangkan untuk mendapat
laba kena pajak. Pada waktu koperasi dibubarkan
sisa cadangan setelah dipergunakan untuk menutup
kerugian yang diderita dan biaya penyelesaian tidak
boleh dibagikan kepada para anggota, tetapi harus
diberikan kepada perkumpulan koperasi atau
kepada badan lain yang asas tujuannya sesuai
dengan koperasi.
7.
Rumus Penentuan SHU Koperasi
Adapun rumus untuk pembagian Sisa Hasil
Usaha (SHU) adalah sebagai berikut :
a. Untuk menghitung Sisa Hasil Usaha (SHU)
dari Jasa melalui pinjaman anggota, maka
rumus yang digunakan seperti dibawah ini :
Keterangan :
JHJ
: Jumlah Hasil Jasa
PSJ
: Persentase SHU Jasa
TB
: Total Bunga
Keterangan :
SJA
: SHU dari Jasa Anggota
JPTB
: Jumlah Pinjaman yg telah dibayar
JPKB : Jumlah Pinjaman Koperasi yang telah
dibayar
JHJ
: Jumlah Hasil Jasa
b.
Untuk menghitung SHU dari simpanan, maka
rumus yang digunakan adalah seperti dibawah
ini :
Vol 5 No. 2 Juli 2010
4
Keterangan
JHS
: Jumlah Hasil Simpanan
PSS
: Persentase SHU Simpanan
TB
: Total Bunga
Keterangan
SSA
: SHU Simpanan dari Anggota
JSA
: Jumlah Simpanan Anggota
JSK
: Jumlah Simpanan Koperasi
JHS
: Jumlah Hasil Simpanan
c.
Untuk menghitung SHU dari jabatan
pengurus, maka rumus yang digunakan
adalah sebagai berikut :
Keterangan
JHP
: Jumlah Hasil Pengurus
PSP
: Persentase SHU Pengurus
TB
: Total Bunga
Keterangan
SJP
: SHU dari Jabatan Pengurus
PJ
: Persentase Jabatan
JHP
: Jumlah Hasil Pengurus
Sumber : Tunggal (1995)
8.
Model Analytical Hierarkhi Process (AHP)
Proses pengambilan keputusan pada dasarnya
adalah memilih suatu alternatif. Peralatan utama
AHP adalah sebuah hierarki fungsional dengan
input utamanya persepsi manusia. Keberadaan
hierarki memungkinkan dipecahnya masalah
kompleks atau tidak terstruktur dalam sub – sub
masalah, lalu menyusunnya menjadi suatu bentuk
hierarki (Kusrini, 2007).
Permasalahan yang diselesaikan dengan AHP
memiliki beberapa prinsip, di antaranya adalah
(Kusrini, 2007):
a. Membuat hierarki yakni memahami sebuah
sistem yang kompleks, dapat dilakukan dengan
memecah sistem tersebut menjadi elemen –
elemen pendukung, menyusun elemen secara
hierarki
dan
menggabungkannya
atau
mensintesiskan sistem tersebut.
b. Penilaian kriteria dan alternative yakni kriteria
dan alternatif dapat ditentukan dengan
perbandingan berpasangan.
Menurut Saaty (1988) dalam buku Konsep dan
Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan (Kusrini,
2007), untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9
Program Studi Ilmu Komputer Universitas Mulawarman
Jurnal Informatika Mulawarman
adalah skala
pendapat.
terbaik
untuk
mengekspresikan
9.
e.
f.
g.
h.
Kesejahteraan
Pendidikan
Pembangunan
Sosial
Kemudian dilanjutkan dengan langkah–
langkah untuk memperoleh persentase setiap jenis
SHU tersebut, antara lain :
A. Membuat matriks perbandingan berpasangan.
Pada tahap ini dilakukan penilaian
perbandingan antara satu kriteria dengan
kriteria yang lain. Dalam hal ini yang menjadi
kriteria adalah jenis SHU. Hasil penilaian
dapat dilihat pada tabel 10.1.
Tabel 10.1 Matriks Perbandingan
Berpasangan Sisa Hasil Usaha (SHU)
Simp
Jasa
Penguru
s
Sejahtera
Didik
Bangun
Sosial
10. Perhitungan Persentase Setiap Jenis
Pembagian SHU Dengan Metode Analytical
Hierarchy Process (AHP)
Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)
merupakan salah satu model Sistem Penunjang
Keputusan yang memiliki banyak keunggulan
dalam menjelaskan proses pengambilan keputusan.
Salah satunya adalah dapat digambarkan secara
grafis melalui matriks sehingga mudah dipahami.
Diasumsikan pengurus melalui Rapat Anggota
memutuskan untuk membagi SHU menjadi 8
(delapan) jenis SHU, terdiri dari:
a. Cadangan
b. Untuk anggota menurut simpanan
c. Untuk anggota menurut jasa
d. Pengurus
5
Cad
Metode Penelitian
Berikut ini adalah beberapa metode
pengumpulan data dan informasi yang relevan
dengan penelitian penulis, yakni sebagai berikut:
a. Studi Pustaka yakni mengumpulkan data-data
yang terkait dengan proyek pembuatan
perangkat lunak yang sedang dikerjakan dengan
mencari literatur melalui karya-karya ilmiah,
jurnal, artikel, majalah, buletin, buku, situs
internet dan dari literatur yang lain. Informasi
yang diperoleh berupa konsep, teori-teori
maupun tutorial yang dapat menunjang
penelitian sehingga penulisan laporan ini tidak
akan menyimpang dari teori-teori yang ada dan
sudah diakui kebenarannya.
b. Wawancara yakni melakukan studi dengan
metode wawancara kepada pegawai koperasi
ataupun peneliti yang berhubungan dengan
permasalahan yang dibahas dalam penelitian
yang dikerjakan.
c. Internet yakni menggunakan media internet
untuk mencari informasi dan referensi yang
berhubungan dengan penelitian ini.
d. Alat penunjang penelitian yakni alat atau
perangkat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah perangkat keras komputer (Hardware).
Adapun perangkat keras yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Seperangkat notebook Toshiba Satellite dengan
spesifikasi processor Intel Dual Core 2.00 GHz,
memory 1 DDR2 1 GB, harddisk 80 GB dan
Printer Canon MP 145 Series.
e. Perangkat lunak pendukung yakni perangkat
lunak yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut : Microsoft Windows XP
Professional SP2 sebagai sistem Operasi,
Microsoft Visual Basic 6.0 sebagai bahasa
pemrograman dan MySQL sebagai database
server.
Vol 5 No. 2 Juli 2010
Cad
3,0
2,0
2,0
3,0
5,0
5,0
5,0
5,0
Simp
1,5
3,0
2,0
2,0
3,0
5,0
5,0
5,0
Jasa
1,5
1,5
3,0
2,0
2,0
3,0
5,0
5,0
Pengur
us
1,0
1,5
1,5
3,0
2,0
2,0
3,0
5,0
Sejahter
a
0,6
1
1,5
1,5
3,0
2,0
2,0
3,0
Didik
0,6
0,6
1,0
1,5
1,5
3,0
2,0
2,0
Bangun
0,6
0,6
0,6
1,0
1,5
1,5
3,0
2,0
Sosial
0,6
0,6
0,6
0,6
1,0
1,5
1,5
3,0
Jumlah
9,4
0
10,
8
12,
2
14,
6
19,
0
23,
0
26,
5
30,0
Jenis
SHU
Sumber : Data Olah, 2009
Keterangan :
Cad
: Untuk cadangan
Simp
: Untuk anggota sebanding dengan
simpanan anggota
Jasa
: Untuk anggota sebanding dengan jasa
anggota
Pengurus : Untuk pengurus
Sejahtera : Untuk kesejahteraan anggota
Didik
: Untuk pendidikan
Bangun
: Untuk pembangunan daerah
Sosial
: Untuk sosial
Program Studi Ilmu Komputer Universitas Mulawarman
Jurnal Informatika Mulawarman
Simp
Jasa
Didik
Bangun
Sosial
Jumlah
Priorita
s
Cad
0,19
0,16
0,21
0,26
0,22
0,19
0,17
1,71
0,21
Simp
0,28
0,16
0,14
0,16
0,22
0,19
0,17
1,47
0,18
Jasa
0,16
0,14
0,25
0,14
0,11
0,13
0,19
0,17
1,27
0,16
Pengurus
0,11
0,14
0,12
0,21
0,11
0,09
0,11
0,17
1,05
0,13
Sejahtera
0,06
0,09
0,12
0,10
0,16
0,09
0,08
0,10
0,80
0,10
Didik
0,06
0,06
0,08
0,10
0,08
0,13
0,08
0,07
0,66
0,08
Bangun
0,06
0,06
0,05
0,07
0,08
0,07
0,11
0,07
0,56
0,07
Sosial
0,06
0,06
0,05
0,04
0,05
0,07
0,06
0,10
0,48
0,06
Sumber : Data Olah, 2009
Adapun cara untuk memperoleh nilai– nilai
pada Tabel 10.2 adalah sebagai berikut :
a. Angka 0,32 pada kolom cadangan baris
cadangan diperoleh dari nilai kolom cadangan
baris cadangan pada Tabel 10.1 dibagi jumlah
kolom cadangan baris cadangan pada Tabel
10.1.
b. Nilai pada kolom jumlah diperoleh dari
penjumlahan setiap baris. Untuk baris pertama,
nilai 1,71 merupakan hasil penjumlahan dari
0,32 + 0,19 + 0,16 + 0,21 + 0,26 + 0,22 + 0,19 +
0,17.
c. Nilai pada kolom prioritas diperoleh dari nilai
pada kolom jumlah dibagi dengan jumlah
kriteria. Kriteria dalam SPK penentuan SHU
Koperasi terdapat 8 kriteria.
d. Angka – angka yang lain diperoleh dengan cara
yang sama.
1.
Keterangan
NBKB : Nilai baris kolom baru
NBKL
: Nilai baris kolom lama
JMKL
: Jumlah masing – masing kolom lama
Sejahte
ra
Pengur
us
Jenis
SHU
0,16
Membuat matriks nilai kriteria, untuk matriks
nilai kriteria diperoleh dengan rumus yakni :
Tabel 10.2 Matriks Nilai Kriteria SHU
0,32
B.
6
Cad
Adapun cara untuk memperoleh nilai – nilai
yang terdapat pada Tabel 10.1 adalah sebagai
berikut :
a. Angka 3 pada kolom cadangan baris cadangan
menggambarkan cadangan sedikit lebih penting
daripada elemen yang lainnya.
b. Angka 2 pada kolom simpanan baris cadangan
menggambarkan simpanan mempunyai nilai
yang berdekatan dengan elemen yang lain.
c. Angka 2 pada kolom jasa baris cadangan
menggambarkan jasa mempunyai nilai yang
berdekatan dengan elemen yang lain.
d. Angka 3 pada kolom pengurus baris cadangan
menggambarkan pengurus mempunyai nilai
sedikit lebih penting dengan elemen yang lain.
e. Angka 5 pada kolom sejahtera baris cadangan
menggambarkan elemen lain mempunyai nilai
lebih penting daripada elemen sejahtera.
f. Angka 5 pada kolom didik baris cadangan
menggambarkan elemen lain mempunyai nilai
lebih penting daripada elemen didik.
g. Angka 5 pada kolom bangun baris cadangan
menggambarkan elemen lain mempunyai nilai
lebih penting daripada elemen bangun.
h. Angka 5 pada kolom sejahtera baris cadangan
menggambarkan elemen lain mempunyai nilai
lebih penting daripada elemen sejahtera.
i. Angka 5 pada kolom sosial baris cadangan
menggambarkan elemen lain mempunyai nilai
lebih penting daripada elemen sosial.
j. Angka 1.5 pada kolom cadangan baris simpanan
merupakan hasil perhitungan dari nilai pada
kolom cadangan baris cadangan dibagi nilai
pada kolom simpanan baris cadangan.
k. Angka 1.5 pada kolom cadangan baris jasa
merupakan hasil perhitungan dari nilai pada
kolom cadangan baris cadangan dibagi nilai
pada kolom jasa baris cadangan. Begitu
seterusnya untuk pola perhitungan nilai kolom
cadangan.
l. Angka – angka yang lain diperoleh dengan cara
yang sama.
Vol 5 No. 2 Juli 2010
Membuat matriks penjumlahan setiap baris
dimana matriks ini dibuat dengan
mengalikan nilai prioritas pada Tabel 10.2
dengan matriks perbandingan berpasangan
pada Tabel 10.1.
Program Studi Ilmu Komputer Universitas Mulawarman
Jurnal Informatika Mulawarman
Vol 5 No. 2 Juli 2010
Tabel 10.3 Matriks Penjumlahan
Setiap Baris SHU
Pengurus
Sejahtera
Didik
Bangun
Sosial
Jumlah
0,43
0,64
1,07
1,07
1,07
1,07
6,41
0,55
0,37
0,37
0,55
0,92
0,92
0,92
4,87
0,24
0,24
0,48
0,32
0,32
0,48
0,80
0,80
3,66
0,13
0,20
0,20
0,39
0,26
0,26
0,39
0,65
2,48
Sejahtera
0,06
0,10
0,15
0,15
0,30
0,20
0,20
0,30
1,46
Didik
0,05
0,05
0,08
0,12
0,12
0,25
0,16
0,16
1,00
Bangun
0,04
0,04
0,04
0,07
0,11
0,11
0,21
0,14
0,76
Sosial
0,04
0,04
0,04
0,04
0,06
0,09
0,09
0,18
0,57
Jasa
0,43
0,28
Pengurus
Simp
0,64
Jasa
Cad
Cad
Simp
Jenis
SHU
Sumber : Data Olah, 2009
baris simpanan kolom cadangan pada Tabel
10.1.
c. Angka–angka yang lain diperoleh dengan cara
yang sama.
2.
Perhitungan Rasio Konsistensi,
perhatikan pada tabel 10.4
berikut
Adapun cara untuk memperoleh nilai – nilai
pada Tabel 10.4 adalah sebagai berikut :
a. Angka-angka pada kolom jumlah per baris
diperoleh dari kolom jumlah pada Tabel 10.3
b. Angka-angka pada kolom prioritas diperoleh
dari kolom prioritas pada Tabel 10.2.
c. Angka 6,62 pada baris cadangan diperoleh
dengan menjumlahkan nilai jumlah per baris
pada baris cadangan dengan nilai prioritas pada
baris cadangan.
d. Angka 5,05 pada baris simpanan diperoleh
dengan menjumlahkan nilai jumlah per baris
pada baris simpanan dengan nilai prioritas pada
baris simpanan.
e. Angka yang lain diperoleh dengan cara yang
sama.
3.
Penghitungan Persentase, berikut ini akan
dijabarkan
bagaimana
cara
untuk
mendapatkan persentase setiap jenis SHU
yang diperoleh dengan rumus sebagai
berikut :
Tabel 10.4 Perhitungan Rasio Konsistensi
Sisa Hasil Usaha (SHU)
Jenis
SHU
Jumlah
per baris
Prioritas
Hasil
Cad
Simp
Jasa
Pengurus
Sejahtera
Didik
Bangun
Sosial
6,41
4,87
3,66
2,48
1,46
1,00
0,76
0,57
0,21
0,18
0,16
0,13
0,10
0,08
0,07
0,06
6,62
5,05
3,82
2,61
1,56
1,08
0,83
0,63
Total
Keterangan
JS
: Jenis Usaha
RKSJ : Hasil Rasio Konsistensi per jenis SHU
TRKS : Total Ratio Konsistensi SHU
Perhitungan Persentase Cadangan yakni :
Perhitungan Persentase Simpanan yakni :
22,2
Perhitungan Persentase Jasa yakni :
Adapun cara untuk memperoleh nilai– nilai
pada Tabel 10.3 adalah sebagai berikut :
a. Angka 0,64 pada baris cadangan kolom
cadangan diperoleh dari prioritas baris cadangan
pada Tabel 10.2 dikalikan dengan nilai pada
baris cadangan kolom cadangan pada Tabel
10.1.
b. Angka 0,28 pada baris simpanan kolom
cadangan diperoleh dari prioritas baris simpanan
pada Tabel 10.3 dikalikan dengan nilai pada
7
Perhitungan Persentase Pengurus yakni :
Perhitungan Persentase Kesejahteraan yakni :
Perhitungan Persentase Pendidikan yakni :
Program Studi Ilmu Komputer Universitas Mulawarman
Jurnal Informatika Mulawarman
Vol 5 No. 2 Juli 2010
8
Perhitungan Persentase Pembangunan yakni :
Perhitungan Persentase Sosial yakni :
Selanjutnya dihitung total keseluruhan dari
persentase tiap jenis SHU, perhitungannya sebagai
berikut yakni :
29.82% + 22.75% + 17.2% + 11.76% + 7.03% +
4.87% + 3.74% + 2.84% sehingga hasil 100%.
11. Perhitungan Persentase Setiap Jenis
Pembagian SHU Dengan Metode Analytical
Hierarchy Process (AHP) Menggunakan
Perangkat Lunak Program KSP.
Diasumsikan pengurus melalui Rapat Anggota
memutuskan untuk membagi SHU menjadi 8
(delapan) jenis SHU yang terdiri dari: Cadangan,
Untuk anggota menurut simpanan, Untuk anggota
menurut jasa, Pengurus, Kesejahteraan, Pendidikan,
Pembangunan, dan Sosial. Keputusan dalam Rapat
Anggota diimplementasikan ke dalam program
dengan mencentang semua jenis SHU seperti
Gambar 11.1
Melalui program yang telah dibuat, pengurus
tersebut
langsung
memperoleh
persentase
pembagian setiap jenis SHU setelah mengklik
tombol proses. Persentase ini dapat dilihat pada sub
menu Sisa Hasil Usaha Persentase Pembagian SHU
seperti pada Gambar 11.2
Gambar 11.1 Pengurus mencentang semua jenis
pembagian SHU
Gambar 11.2 Pengurus memperoleh persentase
pembagian setiap jenis SHU
Nilai pada perhitungan manual dan
terkomputerisasi terkadang memiliki perbedaan
nilai 0,01. Hal ini dikarenakan proses pembulatan 2
angka dibelakang koma yang berbeda. Pada
perhitungan manual proses pembulatan dilakukan
dari awal yaitu dari matriks perbandingan
berpasangan hingga akhir proses perhitungan.
Sedangkan, proses perhitungan terkomputerisasi
hanya membulatkan angka pada saat perhitungan
akhir.
12. Simulasi Perhitungan Persentase Setiap
Jenis Jabatan Pengurus dengan Metode
Analytical Hierarchy Process (AHP)
Menggunakan Perangkat Lunak Program
KSP
Diasumsikan pengurus melalui Rapat Anggota
memutuskan untuk membagi jabatan pengurus
menjadi 10 (sepuluh) jenis yang terdiri dari : Ketua,
Wakil Ketua, Sekretaris I, Bendahara, Sekretaris II,
Seksi Simpan Pinjam, Seksi Toserba, Seksi
Perumahan, Seksi Pemborongan Barang dan Jasa,
serta Seksi Sosial. Keputusan dalam Rapat Anggota
diimplementasikan ke dalam program dengan
mencentang semua jenis jabatan pengurus dan
memasukkan nama–nama pengurus seperti Gambar
12.1. Misalnya diputuskan anggota yang memegang
jabatan pengurus antara lain :
a. Ketua
:Sulaiman Ismail
dengan No. anggota 2
b. Wakil Ketua
: Gondo Suwarno
dengan No. anggota 4
c. Sekretaris I
: Sitti Hidayah
dengan No. anggota 23
d. Bendahara
: Yusuf BAC
dengan No. anggota 36
e. Sekretaris II
: Abd Halim Johar
dengan No. anggota 40
f. Seksi Simpan Pinjam
: Maskanah
dengan No. anggota 42
g. Seksi Toserba
: Siti Rukiah
dengan No. anggota 43
Program Studi Ilmu Komputer Universitas Mulawarman
Jurnal Informatika Mulawarman
h. Seksi Perumahan
: Ridwan Syahrani
dengan No. anggota 44
i. Seksi Pemborongan : Surady Suro
dengan No. anggota 46
j. Seksi Sosial
: Sunarsih
dengan No. anggota 48
Gambar 12.1 Pengurus mencentang semua jenis
jabatan dan nama pengurus
Vol 5 No. 2 Juli 2010
9
perhitungan terkomputerisasi hanya membulatkan
angka pada saat perhitungan akhir.
13. Percobaan Perhitungan SHU Anggota
dengan Metode Analytical Hierarchy
Process (AHP) Menggunakan Perangkat
Lunak Program KSP
Dimisalkan anggota yang bernama Sulaiman
Ismail memiliki jabatan pengurus sebagai Ketua
dengan mendapat persentase SHU dari jabatan
tersebut sebanyak 12,55% (Dapat dilihat pada
Gambar 12.2). Anggota ini pernah melakukan
pinjaman pada tanggal 15 Mey 2009 sebesar
200.000 dengan jangka waktu pembayaran 2 bulan.
Dengan jumlah pinjaman 200.000 maka ia
harus membayar bunga sebesar 2% dari jumlah
pinjaman yaitu 4.000. Karena jangka waktu
pembayaran hanya 2 bulan maka total bunga yang
harus dibayar selama 2 bulan adalah 4.000 dikali 2
sama dengan 8.000. Cicilan pinjaman yang harus
dibayar oleh Bapak Sulaiman adalah 200.000
dibagi 2 sama dengan 100.000. Maka total cicilan
setiap bulan adalah 100.000 + 4.000 = 104.000.
Total cicilan ini dapat dilihat pada gambar 13.1.
Melalui program yang telah dibuat, pengurus
tersebut
langsung
memperoleh
persentase
pembagian setiap jenis jabatan pengurus setelah
mengklik tombol proses. Persentase ini dapat
dilihat pada sub menu Sisa Hasil Usaha Persentase
Pembagian pengurus seperti pada Gambar 12.2.
Gambar 13.1 Cicilan Tiap Bulan
Gambar 12.2 Pengurus memperoleh persentase
setiap jenis jabatan
Nilai pada perhitungan manual dan
terkomputerisasi terkadang memiliki selisih nilai.
Hal ini dikarenakan proses pembulatan 2 angka
dibelakang koma yang berbeda. Pada perhitungan
manual proses pembulatan dilakukan dari awal
yaitu dari matriks perbandingan berpasangan
hingga akhir proses perhitungan. Sedangkan, proses
Dimana ia telah dilunasi dengan membayar
cicilan pada bulan Juni dan Juli. Setiap pembayaran
pinjaman maka sisa bulan pembayaran berkurang 1.
Bapak Sulaiman memiliki total simpanan hingga
akhir tahun 2009 yang terdiri dari simpanan wajib
sebesar 63000, simpanan pokok sebesar 5000 dan
simpanan sukarela tidak ada. Untuk menghitung
nilai SHU yang diterima oleh Bapak Sulaiman
maka perlu memperhatikan jumlah simpanan,
jumlah pinjaman dan jabatan pengurus.
Program Studi Ilmu Komputer Universitas Mulawarman
Jurnal Informatika Mulawarman
Vol 5 No. 2 Juli 2010
10
pembagian SHU
Maka perolehan SHU dari simpanan Pak Sulaiman
adalah sebagai berikut :
Dimana;
SSP
= SHU Simpanan
JSP
= Jumlah simpanan wajib
JSK
= Jumlah simpanan koperasi
P
= Pokok
JHS
= Jumlah hasil simpanan
Gambar 13.2 Pembayaran Pak Sulaiman
dibulan Juni
Hal ini akan dirinci sebagai berikut: Untuk
perolehan SHU dari simpanan Pak Sulaiman.
Jumlah simpanan Pak Sulaiman adalah 63000.
Dimana jumlah seluruh simpanan koperasi dari
simpanan pokok, wajib dan sukarela adalah 975000
+ 40421500 + 156600 = 41553100.
Untuk perolehan SHU dari jasa Pak Sulaiman.
Jumlah pinjaman Pak Sulaiman adalah 200.000.
Jumlah pinjaman koperasi yang telah dilunasi pada
tahun 2009 adalah sebanyak 1.700.000.
Dimana;
JHJ
= Jumlah hasil jasa
PSJ
= Persentase SHU jasa
TB
= Total Bunga
Maka perolehan hasil SHU dari jasa Pak Sulaiman
adalah sebagai berikut :
Gambar 13.3 Simpanan pokok, simpanan
wajib, simpanan sukarela
Jumlah Hasil Simpanan = PSS x TB
Dimana PSS adalah Persentase SHU simpanan dan
TB adalah Total Bunga, maka
Jumlah Hasil Simpanan= 22.74% x 138.000
= 31381.2
Untuk jumlah hasil simpanan dapat dilihat pada
tabel pembagian SHU (Gambar 13.4)
Dimana;
HSJ
= Hasil SHU jasa
JPTB = Jumlah pinjaman yang telah dibayar
JPKB = Jumlah pinjaman koperasi yang telah
dibayar
JH
= Jumlah Hasil
Untuk perolehan SHU dari jabatan pengurus Pak
Sulaiman sebagai Ketua.
Gambar 13.4 Nilai pada tabel
Dimana;
JHP
= Jumlah Hasil Pengurus
PSP
= Persentase SHU Pengurus
TB
= Total Bunga
Program Studi Ilmu Komputer Universitas Mulawarman
Jurnal Informatika Mulawarman
Maka perolehan SHU untuk jabatan Ketua Pak
Sulaiman adalah sebagai berikut :
Dimana;
SHJ
= Hasil SHU Jabatan
PJB
= Persentase Jabatan
JHP
= Jumlah Hasil Pengurus
Maka total perolehan SHU Pak Sulaiman adalah
sebagai berikut :
Dimana;
TPS
= Totap Pendapatan SHU
SHUS = SHU Simpanan
SHUJ = SHU Jasa
SHUP = SHU Pengurus
Vol 5 No. 2 Juli 2010
11
14. Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
1. Sistem Penunjang Keputusan dengan metode
Analytical Hierarchy Process (AHP) dalam
penangan kasus pembagian sisa hasil usaha
(SHU) Koperasi Pegawai Negeri dapat
diimplementasikan kedalam pembuatan sebuah
perangkat lunak.
2. Dengan perangkat lunak yang dikembangan
tersebut, untuk perhitungan-perhitungan sisa
hasil usaha (SHU) dapat diproses dengan
singkat dan akurat tanpa harus menghitung
secara manual dan juga dapat menghindari
kemungkin kesalahan perhitungan untuk hasil
pembagian tiap-tiap jenis SHU.
3. Input, proses, output, pencarian dan transaksi
pada perangkat lunak yang dibuat tersebut
didesain dengan antarmuka grafis dan mudah
serta bersahabat dalam penggunaannya oleh
user.
4. Dari
penelitian
ini
didapat
pola-pola
perhitungan sisa hasil usaha (SHU) secara
manual yang kemudian diimplementasikan
dalam sebuah perangkat lunak yang dibuat
dengan bahasa pemrograman visual dan
selanjutnya menghasilkan informasi berupa
laporan-laporan yang lebih refresentatif dan
dinamis.
B. Saran
1. Untuk penelitian yang kedepan aspek-aspek
yang unggul pada perangkat lunak ini agar tetap
bisa dipertahankan sehingga jadi landasan dasar
untuk pengembangan perangkat lunak yang
akan datang sesuai dengan kaidah-kaidah
pengembangan perangkat lunak.
2. Perlu juga dikembangkan perangkat lunak
seperti ini yang bisa berjalan pada sistem
operasi linux (open source)
3. Perlu juga dikembangkan perangkat lunak
seperti ini yang bisa berjalan pada aplikasi
browser.
4. Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)
banyak diterapkan pada kasus-kasus tertentu
yang membutuhkan penunjang keputusan serta
pengambilan keputusan, sehingga metode ini
menjadi relevan untuk penelitian yang lain yang
berhubungan
dengan
syitem
penunjang
keputusan sesuai dengan kebutuhan.
Daftar Pustaka
Daihani, D. U. 2001. Komputerisasi Pengambilan
Keputusan.
Jakarta:
PT
Elex
Media
Komputindo Gramedia.
Gambar 13.5 Total SHU yang diterima Pak
Sulaiman
Handojo, A, Setiabudi, D. H, and Yunita, R.
Pembuatan
Aplikasi
Sistem
Pendukung
Keputusan Untuk Proses Kenaikan Jabatan Dan
Program Studi Ilmu Komputer Universitas Mulawarman
Jurnal Informatika Mulawarman
Perencanaan Karir Pada
Universitas Kristen Petra.
Vol 5 No. 2 Juli 2010
12
PT. X. Surabaya:
Johar, A. 2002. Manajemen Koperasi Berbasis
Komputer. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Gramedia.
Kartasapoetra, G. 2003. Praktek Pengelolaan
Koperasi Buku Acuan untuk Siswa Sekolah
Menengah Kejuruan. Jakarta: Rineka Cipta dan
Bina Adiaksara.
Sudarsono, and Edilius. 2005. Koperasi dalam
Teori dan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Susila, W. R, and Munadi, E. 2007. Penggunaan
Analytical
Hierarchy
Process
Untuk
Penyusunan Prioritas Proposal Penelitian.
Surabaya: Universitas Wijaya Kusuma.
Sutabri, T. 2004. Analisa Sistem Informasi.
Yogyakarta: Andi.
Kristanto, A. 2004. Rekayasa Perangkat Lunak
(Konsep Dasar). Yogyakarta: Gava Media.
Tohar, M. 1999. Permodalan dan Perkreditan
Koperasi. Yogyakarta: Kanisius.
Kusrini. 2007. Konsep dan Aplikasi Sistem
Pendukung Keputusan. Yogyakarta: Andi.
Tunggal, A. W. 1995. Akuntansi untuk Koperasi.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
McLeod, R,Jr,1996, Management Information
System,6 th Edition, P Edition, Prentice-Hall
International, Inc. Englewood Cliff, New Jersey.
Turban, E dan Aronson, J, E, 1995, Decision
Support System And Intelegent Systems, Fifth
Editon, Prentice-Hall International, Inc. New
Jersey.
Nugroho, B. 2004. Database Relational dengan
MySQL. Yogyakarta: Andi.
Program Studi Ilmu Komputer Universitas Mulawarman
Vol 5 No. 2 Juli 2010
1
Penerapan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Untuk
Menentukan Sisa Hasil Usaha Pada Koperasi Pegawai Negeri
Zainal Arifin
Program Studi Ilmu Komputer, FMIPA Universitas Mulawarman
Jl. Barong Tongkok no. 5 Kampus Unmul Gn. Kelua Sempaja Samarinda 75119
Abstrak
Penggunaan alat bantu komputer sebagai alat pendukung dalam bidang manajemen akuntansi sudah merupakan
kebutuhan mutlak. Koperasi tidak hanya membutuhkan tenaga terampil yang memahami konsep dasar akuntansi
secara manual, tetapi juga penguasaan dengan alat bantu komputer. Proses perhitungan Sisa Hasil Usaha (SHU)
pada koperasi bukan merupakan proses yang mudah karena perhitungan SHU ini berdasarkan transaksi, kejadian
dan keadaan ekonomi yang timbul dari kegiatan usahanya, terlebih jika masih diproses secara manual. Jika
dilakukan dengan proses manual proses ini membutuhkan waktu yang tidak sedikit untuk melayani anggota.
Oleh sebab itu perlu dibuat Sistem Penunjang Keputusan Penentuan Sisa Hasil Usaha (SHU) pada Koperasi
Pegawai Negeri. Sistem ini dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses penyimpanan dan peminjaman
pada koperasi karena proses penentuan keputusan dibantu secara komputasi modern dengan bantuan komputer.
Hasil dari penelitian ini dibuatlah perangkat lunak dengan menggunakan Microsoft Visual Basic 6.0 sebuah
Sistem Penunjang Keputusan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). AHP memiliki
keunggulan dibandingkan metode lainnya karena dapat digambarkan secara grafis melalui matriks. Hasil akhir
SPK ini berupa laporan jumlah SHU yang diterima setiap anggota pada Koperasi Pegawai Negeri dalam satu
tahun. Jika Sistem Penunjang Keputusan penentuan SHU Koperasi diimplementasikan secara optimal maka
masalah yang timbul karena proses penginputan, penyimpanan, pencarian, transaksi dan perhitungan Sisa Hasil
Usaha (SHU) yang sebelumnya merupakan salah satu kendala dalam menjalankan proses operasional koperasi
dapat teratasi dengan baik.
Kata kunci: Metode Analytical Hierarchy Process (AHP), Sisa Hasil Usaha (SHU), Koperasi Pegawai Negeri
(KPN)
_________________________________________________________________________________________
1.
Latar Belakang
Proses perhitungan Sisa Hasil Usaha (SHU)
pada koperasi bukan merupakan proses yang mudah
karena perhitungan SHU ini berdasarkan transaksi,
kejadian dan keadaan ekonomi yang timbul dari
kegiatan usahanya, terlebih jika masih diproses
secara manual. Jika dilakukan dengan proses
manual proses ini membutuhkan waktu yang tidak
sedikit untuk melayani anggota. Sayangnya
pertimbangan manual seperti ini masih banyak
diterapkan pada Koperasi Pegawai Negeri, terutama
bagi koperasi yang tidak memiliki modal yang
besar. Hal ini dirasa sangat tidak efetif dan efisien.
Oleh sebab itu perlu dibuat Sistem Penunjang
Keputusan Perhitungan Sisa Hasil Usaha (SHU)
pada Koperasi Pegawai Negeri.
Sistem
Penunjang
Keputusan
sendiri
merupakan suatu sistem berbasis komputer yang
dirancang
untuk
mempertinggi
efektifitas
pengambil keputusan (Daihani, 2001).
Sistem ini dapat meningkatkan efektivitas dan
efisiensi penentuan proses penyimpanan dan
peminjaman pada koperasi karena proses penentuan
keputusan dibantu secara komputasi modern
dengan bantuan komputer. Melalui sistem ini
diharapkan penggunaan Teknologi Informasi
disegala bidang khususnya koperasi dapat tercapai.
2.
Perumusan Masalah
Bagaimana membangun perangkat lunak
Sistem Penunjang Keputusan untuk menentukan
Sisa Hasil Usaha (SHU) pada Koperasi Pegawai
Negeri (KPN).
3.
Batasan Masalah
Penulis akan membatasi ruang lingkup
pembahasan diantaranya yaitu :
a. Sistem Penunjang Keputusan hanya terbatas
pada proses perhitungan Sisa Hasil Usaha sesuai
Pedoman yang berlaku saat penelitian ini pada
Koperasi Pegawai Negeri.
b. Simpanan Pokok dan Simpanan Wajib dibuat
dengan bersifat dinamis sesuai dengan
keputusan rapat anggota.
Program Studi Ilmu Komputer Universitas Mulawarman
Jurnal Informatika Mulawarman
c. Persentase pembagian sisa hasil usaha (SHU)
menggunakan Metode Analytical Hierarchy
Process (AHP).
d. Perangkat lunak dibuat dengan desain
antarmuka grafis dan berbahasa Indonesia.
4.
Konsep Dasar Sistem Pendukung Keputusan (Decision Support System)
Konsep Sistem Pendukung Keputusan pertama
(SPK) atau Decision Support System (DSS) pertama
kali diungkapkan pada awal tahun 1970-an oleh
Michael S. Scott Morton dengan istilah Manajemen
Decision Systems (Daihani, 2001).
Selanjutnya, sejumlah perusahaan, lembaga
penelitian dan perguruan tinggi mulai melakukan
penelitian dan membangun SPK. Dalam buku
Komputerisasi Pengambilan Keputusan (Daihani,
2001) terdapat beberapa definisi yang diungkapkan
para ahli mengenai SPK, antara lain :
a. Man dan Watson: Sistem Pendukung Keputusan
merupakan suatu sistem interaktif, yang
membantu pengambil keputusan melalui
penggunaan data dan model-model keputusan
untuk memecahkan masalah-masalah yang
sifatnya semi terstruktur dan tidak terstruktur.
b. Maryan Alavi dan H. Albert Napier : Suatu
kumpulan prosedur pemrosesan data dan
informasi yang berorientasi pada pengunaan
model untuk menghasilkan berbagai jawaban
yang dapat membantu manajemen dalam
pengambilan keputusan. Sistem ini harus
sederhana, mudah dan adaptif.
c. Little : Sistem Pendukung Keputusan adalah
suatu sistem informasi berbasis komputer yang
menghasilkan berbagai alternatif keputusan
untuk membantu manajemen dalam menangani
berbagai permasalahan yang terstruktur ataupun
tidak terstruktur dengan menggunakan data dan
model.
Dari definisi-definisi diatas maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa Sistem Penunjang Keputusan
adalah suatu sistem yang berbasis/berbantuan
komputer yang ditujukan untuk membantu
pengambil keputusan dalam memanfaatkan data
dan model tertentu untuk memecahkan berbagai
persoalan yang semi terstruktur dan tidak
terstruktur.
Menurut Peter G. W. Keen, bekerja sama
dengan Scott Morton untuk mendefinisikan tiga
tujuan yang harus dicapai SPK. Mereka percaya
bahwa SPK harus:
a. Membantu manajer membuat keputusan untuk
memecahkan masalah semi-terstruktur.
b. Mendukung penilaian manajer bukan mencoba
menggantikannya.
c. Meningkatkan
efektivitas
pengambilan
keputusan manajer daripada efisiensinya.
Tujuan-tujuan ini berhubungan dengan tiga
prinsip dasar dari konsep SPK yaitu struktur
Vol 5 No. 2 Juli 2010
2
masalah, dukungan keputusan, dan efektivitas
keputusan. Karakteristik dan kemampuan dari SPK
adalah (ditunjukkan pada Gambar 4.1) (Turban,
dkk, 2005):
1. Dukungan kepada pengambil keputusan,
terutama pada situasi semi terstruktur dan tak
terstruktur, dengan menyertakan penilaian
manusia dan informasi terkomputerisasi.
2. Dukungan untuk semua level manajerial, dari
eksekutif puncak sampai manajer lini.
3. Dukungan untuk individu dan kelompok.
Masalah yang kurang terstruktur sering
memerlukan keterlibatan individu dari
departemen dan tingkat organisasional yang
berbeda atau bahkan dari organisasi lain.
4. Dukungan untuk keputusan independen
dan/atau sekuensial. Keputusan bisa dibuat
satu kali, beberapa kali, atau berulang (dalam
interval yang sama).
5. Dukungan di semua fase proses pengambilan
keputusan: inteligensi, desain, pilihan, dan
implementasi.
6. Dukungan di berbagai proses dan gaya
pengambilan keputusan.
7. Adaptasi sepanjang waktu.
8. Pengguna merasa seperti di rumah.
9. Peningkatan efisiensi pengambilan keputusan
(akurasi, timelines, kualitas) ketimbang pada
efisiensinya (biaya pengambilan keputusan).
10. Kontrol penuh oleh pengambil keputusan
terhadap semua langkah proses pengambilan
keputusan dalam memecahkan suatu masalah.
11. Pengguna akhir bisa mengembangkan dan
memodofikasi sendiri sistem sederhana.
12. Model-model biasanya digunakan untuk
menganalisis situasi pengambilan keputusan.
13. Akses disediakan untuk berbagai sumber data,
format, dan tipe, mulai dari sistem informasi
geografis (GIS).
14. Dapat digunakan sebagai standalone oleh
seorang pengambil keputusan pada satu lokasi
atau didistribusikan di suatu organisasasi
secara keseluruhan dan di beberapa organisasi
sepanjang rantai persediaan.
Sistem Pendukung Keputusan terdiri atas 4
komponen utama atau subsistem yaitu (Daihani,
2001) :
a. Data Management yaitu Data manajemen
meliputi database, yang mengandung data yang
relevan untuk berbagai situasi dan diatur oleh
software yang disebut Database Management
Systems (DBMS).
b. Model Management yaitu Model manajemen
melibatkan model finansial, statistikal,
manajemen science, atau berbagai model
kuantitatif
lainnya,
sehingga
dapat
memberikan ke sistem suatu kemampuan
Program Studi Ilmu Komputer Universitas Mulawarman
Jurnal Informatika Mulawarman
c.
d.
analitis, dan manajemen software yang
diperlukan.
Communication (dialog subsystem) yaitu User
dapat berkomunikasi dan memberikan
perintah pada DSS melalui subsistem ini, yang
berarti menyediakan antarmuka.
Knowledge Management yaitu Subsistem
optional ini dapat mendukung subsistem lain
atau bertindak sebagai komponen yang berdiri
sendiri.
Gambar 4.1 Karakteristik dan Kemampuan Sistem
Penunjang Keputusan
Sumber : Turban, dkk (2005)
5.
Definisi Koperasi
Menurut Tunggal (1995), istilah koperasi
berasal dari bahasa asing co-operation. (Co =
bersama, operation = usaha), koperasi berarti usaha
bersama, misalnya Koperasi Pegawai Negeri (KPN)
artinya usaha bersama para pegawai negeri.
Pengertian koperasi menurut Undang–Undang
Nomor 25 tahun 1992 adalah badan usaha yang
beranggotakan orang–orang atau badan hukum
koperasi
dengan
melandaskan
kegiatannya
berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas
kekeluargaan.
Koperasi merupakan kumpulan orang dan
bukan kumpulan modal. Koperasi harus betul–betul
mengabdi kepada kepentingan perikemanusiaan
semata-mata dan bukan kepada keuntungan
perseorangan. Koperasi adalah milik bersama para
anggota, pengurus maupun pengelola. Usaha
tersebut diatur sesuai dengan keinginan para
anggota melalui musyawarah rapat anggota.
Bentuk koperasi berdasarkan Undang–
Undang No.25 Tahun 1992 mengenal 2 bentuk
koperasi yaitu koperasi primer dan koperasi
sekunder. Koperasi primer adalah koperasi yang
didirikan oleh dan beranggotakan orang seorang.
Koperasi sekunder adalah koperasi yang didirikan
oleh dan beranggotakan koperasi. Mengenai syarat
Vol 5 No. 2 Juli 2010
3
pembentukan, koperasi primer dibentuk oleh
sekurang– kurangnya 20 orang. Koperasi sekunder
dibentuk oleh sekurang – kurangnya 3 koperasi.
Kemudian untuk ciri-ciri dari koperasi (Tunggal,
1995) adalah sebagai berikut:
a. Perkumpulan orang.
b. Pembagian keuntungan menurut perbandingan
jasa. Jasa modal dibatasi.
c. Tujuannya
meringankan
beban
ekonmi
anggotanya,
memperbaiki
kesejahteraan
anggotanya, pada khususnya dan masyarakat
pada umumnya.
d. Modal tidak tetap, berubah menurut banyaknya
simpanan anggota.
e. Tidak
mementingkan
pemasukan
modal/pekerjaan usaha tetapi keanggotaan
pribadi dengan prinsip kebersamaan.
f. Dalam rapat anggota tiap anggota masing –
masing satu suara tanpa memperhatikan jumlah
modal masing – masing.
g. Setiap anggota bebas untuk masuk/keluar
(anggota berganti).
h. Koperasi mempunyai badan hokum.
i. Menjalankan suatu usaha.
j. Penanggung jawab koperasi adalah pengurus.
k. Koperasi bukan kumpulan modal yang mencari
laba sebesar – besarnya.
l. Kerugian dipikul bersama para anggota.
Sedangkan tujuan koperasi dibentuk menurut
Undang–Undang Nomor 25 Tahun 1992 Pasal 3
Koperasi bertujuan mamajukan kesejahteraan
anggota pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya serta ikut membangun tatanan
perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan
masyarakat yang maju, adil dan makmur
berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 (Tunggal,
1995). Dimana Prinsip Koperasi menurut Undang –
Undang Nomor 25 Tahun 1992, Pasal 5 Ayat 1 dan
Ayat 2 dalam buku Amin Widjaja Tunggal (1995).
Koperasi melaksanakan prinsip koperasi sebagai
berikut :
a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka.
b. Pengelolaan dilakukan secara demokratis.
c. Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) dilakukan
secara adil sebanding dengan besarnya jasa
usaha masing – masing anggota.
d. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap
modal.
e. Kemandirian
6.
Penentuan Sisa Hasil Usaha (SHU)
Berdasarkan bunyi UU No. 12 Tahun 1967
pasal 34 ayat 1 SHU Koperasi adalah pendapatan
koperasi yang diperoleh di dalam satu tahun buku
setelah dikurangi dengan penyusutan, dan biaya –
biaya dari tahun buku yang bersangkutan.
Ayat 2 dan pasal yang sama menyebutkan
bahwa
SHU
berasal
dari
usaha
yang
diselenggarakan untuk anggota dan bukan anggota.
Program Studi Ilmu Komputer Universitas Mulawarman
Jurnal Informatika Mulawarman
Kemudian ayat 3 pasal ini juga menyatakan bahwa
SHU yang berasal dari usaha yang diselenggarakan
untuk anggota dan bukan anggota (Sudarsono, dkk,
2005).
Sisa Hasil Usaha harus diperinci menjadi Sisa
Hasil Usaha yang diperoleh dari transaksinya
dengan para anggota dan SHU yang diperoleh dari
pihak bukan anggota. Sebagian dari SHU yang
diperoleh dari para anggota dapat dikembalikan
kepada masing– masing anggota sebanding dengan
jasa yang diberikannya. SHU yang berasal dari
anggota dalam kegiatan koperasi dibagikan untuk :
a. Cadangan koperasi.
b. Untuk anggota sebanding dengan jasa yang
diberikannya.
c. Untuk anggota sebanding dengan simpanan.
d. Untuk dana pengurus.
e. Untuk dana kesejahteraan anggota.
f. Untuk dana pendidikan.
g. Untuk dana pembangunan daerah.
h. Untuk dana sosial.
Penggunaan SHU dan besarnya masing–
masing penggunaan ditetapkan dalam anggaran
dasar koperasi. Bagian SHU yang dikembalikan
kepada anggota dapat dikurangkan untuk mendapat
laba kena pajak. Pada waktu koperasi dibubarkan
sisa cadangan setelah dipergunakan untuk menutup
kerugian yang diderita dan biaya penyelesaian tidak
boleh dibagikan kepada para anggota, tetapi harus
diberikan kepada perkumpulan koperasi atau
kepada badan lain yang asas tujuannya sesuai
dengan koperasi.
7.
Rumus Penentuan SHU Koperasi
Adapun rumus untuk pembagian Sisa Hasil
Usaha (SHU) adalah sebagai berikut :
a. Untuk menghitung Sisa Hasil Usaha (SHU)
dari Jasa melalui pinjaman anggota, maka
rumus yang digunakan seperti dibawah ini :
Keterangan :
JHJ
: Jumlah Hasil Jasa
PSJ
: Persentase SHU Jasa
TB
: Total Bunga
Keterangan :
SJA
: SHU dari Jasa Anggota
JPTB
: Jumlah Pinjaman yg telah dibayar
JPKB : Jumlah Pinjaman Koperasi yang telah
dibayar
JHJ
: Jumlah Hasil Jasa
b.
Untuk menghitung SHU dari simpanan, maka
rumus yang digunakan adalah seperti dibawah
ini :
Vol 5 No. 2 Juli 2010
4
Keterangan
JHS
: Jumlah Hasil Simpanan
PSS
: Persentase SHU Simpanan
TB
: Total Bunga
Keterangan
SSA
: SHU Simpanan dari Anggota
JSA
: Jumlah Simpanan Anggota
JSK
: Jumlah Simpanan Koperasi
JHS
: Jumlah Hasil Simpanan
c.
Untuk menghitung SHU dari jabatan
pengurus, maka rumus yang digunakan
adalah sebagai berikut :
Keterangan
JHP
: Jumlah Hasil Pengurus
PSP
: Persentase SHU Pengurus
TB
: Total Bunga
Keterangan
SJP
: SHU dari Jabatan Pengurus
PJ
: Persentase Jabatan
JHP
: Jumlah Hasil Pengurus
Sumber : Tunggal (1995)
8.
Model Analytical Hierarkhi Process (AHP)
Proses pengambilan keputusan pada dasarnya
adalah memilih suatu alternatif. Peralatan utama
AHP adalah sebuah hierarki fungsional dengan
input utamanya persepsi manusia. Keberadaan
hierarki memungkinkan dipecahnya masalah
kompleks atau tidak terstruktur dalam sub – sub
masalah, lalu menyusunnya menjadi suatu bentuk
hierarki (Kusrini, 2007).
Permasalahan yang diselesaikan dengan AHP
memiliki beberapa prinsip, di antaranya adalah
(Kusrini, 2007):
a. Membuat hierarki yakni memahami sebuah
sistem yang kompleks, dapat dilakukan dengan
memecah sistem tersebut menjadi elemen –
elemen pendukung, menyusun elemen secara
hierarki
dan
menggabungkannya
atau
mensintesiskan sistem tersebut.
b. Penilaian kriteria dan alternative yakni kriteria
dan alternatif dapat ditentukan dengan
perbandingan berpasangan.
Menurut Saaty (1988) dalam buku Konsep dan
Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan (Kusrini,
2007), untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9
Program Studi Ilmu Komputer Universitas Mulawarman
Jurnal Informatika Mulawarman
adalah skala
pendapat.
terbaik
untuk
mengekspresikan
9.
e.
f.
g.
h.
Kesejahteraan
Pendidikan
Pembangunan
Sosial
Kemudian dilanjutkan dengan langkah–
langkah untuk memperoleh persentase setiap jenis
SHU tersebut, antara lain :
A. Membuat matriks perbandingan berpasangan.
Pada tahap ini dilakukan penilaian
perbandingan antara satu kriteria dengan
kriteria yang lain. Dalam hal ini yang menjadi
kriteria adalah jenis SHU. Hasil penilaian
dapat dilihat pada tabel 10.1.
Tabel 10.1 Matriks Perbandingan
Berpasangan Sisa Hasil Usaha (SHU)
Simp
Jasa
Penguru
s
Sejahtera
Didik
Bangun
Sosial
10. Perhitungan Persentase Setiap Jenis
Pembagian SHU Dengan Metode Analytical
Hierarchy Process (AHP)
Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)
merupakan salah satu model Sistem Penunjang
Keputusan yang memiliki banyak keunggulan
dalam menjelaskan proses pengambilan keputusan.
Salah satunya adalah dapat digambarkan secara
grafis melalui matriks sehingga mudah dipahami.
Diasumsikan pengurus melalui Rapat Anggota
memutuskan untuk membagi SHU menjadi 8
(delapan) jenis SHU, terdiri dari:
a. Cadangan
b. Untuk anggota menurut simpanan
c. Untuk anggota menurut jasa
d. Pengurus
5
Cad
Metode Penelitian
Berikut ini adalah beberapa metode
pengumpulan data dan informasi yang relevan
dengan penelitian penulis, yakni sebagai berikut:
a. Studi Pustaka yakni mengumpulkan data-data
yang terkait dengan proyek pembuatan
perangkat lunak yang sedang dikerjakan dengan
mencari literatur melalui karya-karya ilmiah,
jurnal, artikel, majalah, buletin, buku, situs
internet dan dari literatur yang lain. Informasi
yang diperoleh berupa konsep, teori-teori
maupun tutorial yang dapat menunjang
penelitian sehingga penulisan laporan ini tidak
akan menyimpang dari teori-teori yang ada dan
sudah diakui kebenarannya.
b. Wawancara yakni melakukan studi dengan
metode wawancara kepada pegawai koperasi
ataupun peneliti yang berhubungan dengan
permasalahan yang dibahas dalam penelitian
yang dikerjakan.
c. Internet yakni menggunakan media internet
untuk mencari informasi dan referensi yang
berhubungan dengan penelitian ini.
d. Alat penunjang penelitian yakni alat atau
perangkat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah perangkat keras komputer (Hardware).
Adapun perangkat keras yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Seperangkat notebook Toshiba Satellite dengan
spesifikasi processor Intel Dual Core 2.00 GHz,
memory 1 DDR2 1 GB, harddisk 80 GB dan
Printer Canon MP 145 Series.
e. Perangkat lunak pendukung yakni perangkat
lunak yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut : Microsoft Windows XP
Professional SP2 sebagai sistem Operasi,
Microsoft Visual Basic 6.0 sebagai bahasa
pemrograman dan MySQL sebagai database
server.
Vol 5 No. 2 Juli 2010
Cad
3,0
2,0
2,0
3,0
5,0
5,0
5,0
5,0
Simp
1,5
3,0
2,0
2,0
3,0
5,0
5,0
5,0
Jasa
1,5
1,5
3,0
2,0
2,0
3,0
5,0
5,0
Pengur
us
1,0
1,5
1,5
3,0
2,0
2,0
3,0
5,0
Sejahter
a
0,6
1
1,5
1,5
3,0
2,0
2,0
3,0
Didik
0,6
0,6
1,0
1,5
1,5
3,0
2,0
2,0
Bangun
0,6
0,6
0,6
1,0
1,5
1,5
3,0
2,0
Sosial
0,6
0,6
0,6
0,6
1,0
1,5
1,5
3,0
Jumlah
9,4
0
10,
8
12,
2
14,
6
19,
0
23,
0
26,
5
30,0
Jenis
SHU
Sumber : Data Olah, 2009
Keterangan :
Cad
: Untuk cadangan
Simp
: Untuk anggota sebanding dengan
simpanan anggota
Jasa
: Untuk anggota sebanding dengan jasa
anggota
Pengurus : Untuk pengurus
Sejahtera : Untuk kesejahteraan anggota
Didik
: Untuk pendidikan
Bangun
: Untuk pembangunan daerah
Sosial
: Untuk sosial
Program Studi Ilmu Komputer Universitas Mulawarman
Jurnal Informatika Mulawarman
Simp
Jasa
Didik
Bangun
Sosial
Jumlah
Priorita
s
Cad
0,19
0,16
0,21
0,26
0,22
0,19
0,17
1,71
0,21
Simp
0,28
0,16
0,14
0,16
0,22
0,19
0,17
1,47
0,18
Jasa
0,16
0,14
0,25
0,14
0,11
0,13
0,19
0,17
1,27
0,16
Pengurus
0,11
0,14
0,12
0,21
0,11
0,09
0,11
0,17
1,05
0,13
Sejahtera
0,06
0,09
0,12
0,10
0,16
0,09
0,08
0,10
0,80
0,10
Didik
0,06
0,06
0,08
0,10
0,08
0,13
0,08
0,07
0,66
0,08
Bangun
0,06
0,06
0,05
0,07
0,08
0,07
0,11
0,07
0,56
0,07
Sosial
0,06
0,06
0,05
0,04
0,05
0,07
0,06
0,10
0,48
0,06
Sumber : Data Olah, 2009
Adapun cara untuk memperoleh nilai– nilai
pada Tabel 10.2 adalah sebagai berikut :
a. Angka 0,32 pada kolom cadangan baris
cadangan diperoleh dari nilai kolom cadangan
baris cadangan pada Tabel 10.1 dibagi jumlah
kolom cadangan baris cadangan pada Tabel
10.1.
b. Nilai pada kolom jumlah diperoleh dari
penjumlahan setiap baris. Untuk baris pertama,
nilai 1,71 merupakan hasil penjumlahan dari
0,32 + 0,19 + 0,16 + 0,21 + 0,26 + 0,22 + 0,19 +
0,17.
c. Nilai pada kolom prioritas diperoleh dari nilai
pada kolom jumlah dibagi dengan jumlah
kriteria. Kriteria dalam SPK penentuan SHU
Koperasi terdapat 8 kriteria.
d. Angka – angka yang lain diperoleh dengan cara
yang sama.
1.
Keterangan
NBKB : Nilai baris kolom baru
NBKL
: Nilai baris kolom lama
JMKL
: Jumlah masing – masing kolom lama
Sejahte
ra
Pengur
us
Jenis
SHU
0,16
Membuat matriks nilai kriteria, untuk matriks
nilai kriteria diperoleh dengan rumus yakni :
Tabel 10.2 Matriks Nilai Kriteria SHU
0,32
B.
6
Cad
Adapun cara untuk memperoleh nilai – nilai
yang terdapat pada Tabel 10.1 adalah sebagai
berikut :
a. Angka 3 pada kolom cadangan baris cadangan
menggambarkan cadangan sedikit lebih penting
daripada elemen yang lainnya.
b. Angka 2 pada kolom simpanan baris cadangan
menggambarkan simpanan mempunyai nilai
yang berdekatan dengan elemen yang lain.
c. Angka 2 pada kolom jasa baris cadangan
menggambarkan jasa mempunyai nilai yang
berdekatan dengan elemen yang lain.
d. Angka 3 pada kolom pengurus baris cadangan
menggambarkan pengurus mempunyai nilai
sedikit lebih penting dengan elemen yang lain.
e. Angka 5 pada kolom sejahtera baris cadangan
menggambarkan elemen lain mempunyai nilai
lebih penting daripada elemen sejahtera.
f. Angka 5 pada kolom didik baris cadangan
menggambarkan elemen lain mempunyai nilai
lebih penting daripada elemen didik.
g. Angka 5 pada kolom bangun baris cadangan
menggambarkan elemen lain mempunyai nilai
lebih penting daripada elemen bangun.
h. Angka 5 pada kolom sejahtera baris cadangan
menggambarkan elemen lain mempunyai nilai
lebih penting daripada elemen sejahtera.
i. Angka 5 pada kolom sosial baris cadangan
menggambarkan elemen lain mempunyai nilai
lebih penting daripada elemen sosial.
j. Angka 1.5 pada kolom cadangan baris simpanan
merupakan hasil perhitungan dari nilai pada
kolom cadangan baris cadangan dibagi nilai
pada kolom simpanan baris cadangan.
k. Angka 1.5 pada kolom cadangan baris jasa
merupakan hasil perhitungan dari nilai pada
kolom cadangan baris cadangan dibagi nilai
pada kolom jasa baris cadangan. Begitu
seterusnya untuk pola perhitungan nilai kolom
cadangan.
l. Angka – angka yang lain diperoleh dengan cara
yang sama.
Vol 5 No. 2 Juli 2010
Membuat matriks penjumlahan setiap baris
dimana matriks ini dibuat dengan
mengalikan nilai prioritas pada Tabel 10.2
dengan matriks perbandingan berpasangan
pada Tabel 10.1.
Program Studi Ilmu Komputer Universitas Mulawarman
Jurnal Informatika Mulawarman
Vol 5 No. 2 Juli 2010
Tabel 10.3 Matriks Penjumlahan
Setiap Baris SHU
Pengurus
Sejahtera
Didik
Bangun
Sosial
Jumlah
0,43
0,64
1,07
1,07
1,07
1,07
6,41
0,55
0,37
0,37
0,55
0,92
0,92
0,92
4,87
0,24
0,24
0,48
0,32
0,32
0,48
0,80
0,80
3,66
0,13
0,20
0,20
0,39
0,26
0,26
0,39
0,65
2,48
Sejahtera
0,06
0,10
0,15
0,15
0,30
0,20
0,20
0,30
1,46
Didik
0,05
0,05
0,08
0,12
0,12
0,25
0,16
0,16
1,00
Bangun
0,04
0,04
0,04
0,07
0,11
0,11
0,21
0,14
0,76
Sosial
0,04
0,04
0,04
0,04
0,06
0,09
0,09
0,18
0,57
Jasa
0,43
0,28
Pengurus
Simp
0,64
Jasa
Cad
Cad
Simp
Jenis
SHU
Sumber : Data Olah, 2009
baris simpanan kolom cadangan pada Tabel
10.1.
c. Angka–angka yang lain diperoleh dengan cara
yang sama.
2.
Perhitungan Rasio Konsistensi,
perhatikan pada tabel 10.4
berikut
Adapun cara untuk memperoleh nilai – nilai
pada Tabel 10.4 adalah sebagai berikut :
a. Angka-angka pada kolom jumlah per baris
diperoleh dari kolom jumlah pada Tabel 10.3
b. Angka-angka pada kolom prioritas diperoleh
dari kolom prioritas pada Tabel 10.2.
c. Angka 6,62 pada baris cadangan diperoleh
dengan menjumlahkan nilai jumlah per baris
pada baris cadangan dengan nilai prioritas pada
baris cadangan.
d. Angka 5,05 pada baris simpanan diperoleh
dengan menjumlahkan nilai jumlah per baris
pada baris simpanan dengan nilai prioritas pada
baris simpanan.
e. Angka yang lain diperoleh dengan cara yang
sama.
3.
Penghitungan Persentase, berikut ini akan
dijabarkan
bagaimana
cara
untuk
mendapatkan persentase setiap jenis SHU
yang diperoleh dengan rumus sebagai
berikut :
Tabel 10.4 Perhitungan Rasio Konsistensi
Sisa Hasil Usaha (SHU)
Jenis
SHU
Jumlah
per baris
Prioritas
Hasil
Cad
Simp
Jasa
Pengurus
Sejahtera
Didik
Bangun
Sosial
6,41
4,87
3,66
2,48
1,46
1,00
0,76
0,57
0,21
0,18
0,16
0,13
0,10
0,08
0,07
0,06
6,62
5,05
3,82
2,61
1,56
1,08
0,83
0,63
Total
Keterangan
JS
: Jenis Usaha
RKSJ : Hasil Rasio Konsistensi per jenis SHU
TRKS : Total Ratio Konsistensi SHU
Perhitungan Persentase Cadangan yakni :
Perhitungan Persentase Simpanan yakni :
22,2
Perhitungan Persentase Jasa yakni :
Adapun cara untuk memperoleh nilai– nilai
pada Tabel 10.3 adalah sebagai berikut :
a. Angka 0,64 pada baris cadangan kolom
cadangan diperoleh dari prioritas baris cadangan
pada Tabel 10.2 dikalikan dengan nilai pada
baris cadangan kolom cadangan pada Tabel
10.1.
b. Angka 0,28 pada baris simpanan kolom
cadangan diperoleh dari prioritas baris simpanan
pada Tabel 10.3 dikalikan dengan nilai pada
7
Perhitungan Persentase Pengurus yakni :
Perhitungan Persentase Kesejahteraan yakni :
Perhitungan Persentase Pendidikan yakni :
Program Studi Ilmu Komputer Universitas Mulawarman
Jurnal Informatika Mulawarman
Vol 5 No. 2 Juli 2010
8
Perhitungan Persentase Pembangunan yakni :
Perhitungan Persentase Sosial yakni :
Selanjutnya dihitung total keseluruhan dari
persentase tiap jenis SHU, perhitungannya sebagai
berikut yakni :
29.82% + 22.75% + 17.2% + 11.76% + 7.03% +
4.87% + 3.74% + 2.84% sehingga hasil 100%.
11. Perhitungan Persentase Setiap Jenis
Pembagian SHU Dengan Metode Analytical
Hierarchy Process (AHP) Menggunakan
Perangkat Lunak Program KSP.
Diasumsikan pengurus melalui Rapat Anggota
memutuskan untuk membagi SHU menjadi 8
(delapan) jenis SHU yang terdiri dari: Cadangan,
Untuk anggota menurut simpanan, Untuk anggota
menurut jasa, Pengurus, Kesejahteraan, Pendidikan,
Pembangunan, dan Sosial. Keputusan dalam Rapat
Anggota diimplementasikan ke dalam program
dengan mencentang semua jenis SHU seperti
Gambar 11.1
Melalui program yang telah dibuat, pengurus
tersebut
langsung
memperoleh
persentase
pembagian setiap jenis SHU setelah mengklik
tombol proses. Persentase ini dapat dilihat pada sub
menu Sisa Hasil Usaha Persentase Pembagian SHU
seperti pada Gambar 11.2
Gambar 11.1 Pengurus mencentang semua jenis
pembagian SHU
Gambar 11.2 Pengurus memperoleh persentase
pembagian setiap jenis SHU
Nilai pada perhitungan manual dan
terkomputerisasi terkadang memiliki perbedaan
nilai 0,01. Hal ini dikarenakan proses pembulatan 2
angka dibelakang koma yang berbeda. Pada
perhitungan manual proses pembulatan dilakukan
dari awal yaitu dari matriks perbandingan
berpasangan hingga akhir proses perhitungan.
Sedangkan, proses perhitungan terkomputerisasi
hanya membulatkan angka pada saat perhitungan
akhir.
12. Simulasi Perhitungan Persentase Setiap
Jenis Jabatan Pengurus dengan Metode
Analytical Hierarchy Process (AHP)
Menggunakan Perangkat Lunak Program
KSP
Diasumsikan pengurus melalui Rapat Anggota
memutuskan untuk membagi jabatan pengurus
menjadi 10 (sepuluh) jenis yang terdiri dari : Ketua,
Wakil Ketua, Sekretaris I, Bendahara, Sekretaris II,
Seksi Simpan Pinjam, Seksi Toserba, Seksi
Perumahan, Seksi Pemborongan Barang dan Jasa,
serta Seksi Sosial. Keputusan dalam Rapat Anggota
diimplementasikan ke dalam program dengan
mencentang semua jenis jabatan pengurus dan
memasukkan nama–nama pengurus seperti Gambar
12.1. Misalnya diputuskan anggota yang memegang
jabatan pengurus antara lain :
a. Ketua
:Sulaiman Ismail
dengan No. anggota 2
b. Wakil Ketua
: Gondo Suwarno
dengan No. anggota 4
c. Sekretaris I
: Sitti Hidayah
dengan No. anggota 23
d. Bendahara
: Yusuf BAC
dengan No. anggota 36
e. Sekretaris II
: Abd Halim Johar
dengan No. anggota 40
f. Seksi Simpan Pinjam
: Maskanah
dengan No. anggota 42
g. Seksi Toserba
: Siti Rukiah
dengan No. anggota 43
Program Studi Ilmu Komputer Universitas Mulawarman
Jurnal Informatika Mulawarman
h. Seksi Perumahan
: Ridwan Syahrani
dengan No. anggota 44
i. Seksi Pemborongan : Surady Suro
dengan No. anggota 46
j. Seksi Sosial
: Sunarsih
dengan No. anggota 48
Gambar 12.1 Pengurus mencentang semua jenis
jabatan dan nama pengurus
Vol 5 No. 2 Juli 2010
9
perhitungan terkomputerisasi hanya membulatkan
angka pada saat perhitungan akhir.
13. Percobaan Perhitungan SHU Anggota
dengan Metode Analytical Hierarchy
Process (AHP) Menggunakan Perangkat
Lunak Program KSP
Dimisalkan anggota yang bernama Sulaiman
Ismail memiliki jabatan pengurus sebagai Ketua
dengan mendapat persentase SHU dari jabatan
tersebut sebanyak 12,55% (Dapat dilihat pada
Gambar 12.2). Anggota ini pernah melakukan
pinjaman pada tanggal 15 Mey 2009 sebesar
200.000 dengan jangka waktu pembayaran 2 bulan.
Dengan jumlah pinjaman 200.000 maka ia
harus membayar bunga sebesar 2% dari jumlah
pinjaman yaitu 4.000. Karena jangka waktu
pembayaran hanya 2 bulan maka total bunga yang
harus dibayar selama 2 bulan adalah 4.000 dikali 2
sama dengan 8.000. Cicilan pinjaman yang harus
dibayar oleh Bapak Sulaiman adalah 200.000
dibagi 2 sama dengan 100.000. Maka total cicilan
setiap bulan adalah 100.000 + 4.000 = 104.000.
Total cicilan ini dapat dilihat pada gambar 13.1.
Melalui program yang telah dibuat, pengurus
tersebut
langsung
memperoleh
persentase
pembagian setiap jenis jabatan pengurus setelah
mengklik tombol proses. Persentase ini dapat
dilihat pada sub menu Sisa Hasil Usaha Persentase
Pembagian pengurus seperti pada Gambar 12.2.
Gambar 13.1 Cicilan Tiap Bulan
Gambar 12.2 Pengurus memperoleh persentase
setiap jenis jabatan
Nilai pada perhitungan manual dan
terkomputerisasi terkadang memiliki selisih nilai.
Hal ini dikarenakan proses pembulatan 2 angka
dibelakang koma yang berbeda. Pada perhitungan
manual proses pembulatan dilakukan dari awal
yaitu dari matriks perbandingan berpasangan
hingga akhir proses perhitungan. Sedangkan, proses
Dimana ia telah dilunasi dengan membayar
cicilan pada bulan Juni dan Juli. Setiap pembayaran
pinjaman maka sisa bulan pembayaran berkurang 1.
Bapak Sulaiman memiliki total simpanan hingga
akhir tahun 2009 yang terdiri dari simpanan wajib
sebesar 63000, simpanan pokok sebesar 5000 dan
simpanan sukarela tidak ada. Untuk menghitung
nilai SHU yang diterima oleh Bapak Sulaiman
maka perlu memperhatikan jumlah simpanan,
jumlah pinjaman dan jabatan pengurus.
Program Studi Ilmu Komputer Universitas Mulawarman
Jurnal Informatika Mulawarman
Vol 5 No. 2 Juli 2010
10
pembagian SHU
Maka perolehan SHU dari simpanan Pak Sulaiman
adalah sebagai berikut :
Dimana;
SSP
= SHU Simpanan
JSP
= Jumlah simpanan wajib
JSK
= Jumlah simpanan koperasi
P
= Pokok
JHS
= Jumlah hasil simpanan
Gambar 13.2 Pembayaran Pak Sulaiman
dibulan Juni
Hal ini akan dirinci sebagai berikut: Untuk
perolehan SHU dari simpanan Pak Sulaiman.
Jumlah simpanan Pak Sulaiman adalah 63000.
Dimana jumlah seluruh simpanan koperasi dari
simpanan pokok, wajib dan sukarela adalah 975000
+ 40421500 + 156600 = 41553100.
Untuk perolehan SHU dari jasa Pak Sulaiman.
Jumlah pinjaman Pak Sulaiman adalah 200.000.
Jumlah pinjaman koperasi yang telah dilunasi pada
tahun 2009 adalah sebanyak 1.700.000.
Dimana;
JHJ
= Jumlah hasil jasa
PSJ
= Persentase SHU jasa
TB
= Total Bunga
Maka perolehan hasil SHU dari jasa Pak Sulaiman
adalah sebagai berikut :
Gambar 13.3 Simpanan pokok, simpanan
wajib, simpanan sukarela
Jumlah Hasil Simpanan = PSS x TB
Dimana PSS adalah Persentase SHU simpanan dan
TB adalah Total Bunga, maka
Jumlah Hasil Simpanan= 22.74% x 138.000
= 31381.2
Untuk jumlah hasil simpanan dapat dilihat pada
tabel pembagian SHU (Gambar 13.4)
Dimana;
HSJ
= Hasil SHU jasa
JPTB = Jumlah pinjaman yang telah dibayar
JPKB = Jumlah pinjaman koperasi yang telah
dibayar
JH
= Jumlah Hasil
Untuk perolehan SHU dari jabatan pengurus Pak
Sulaiman sebagai Ketua.
Gambar 13.4 Nilai pada tabel
Dimana;
JHP
= Jumlah Hasil Pengurus
PSP
= Persentase SHU Pengurus
TB
= Total Bunga
Program Studi Ilmu Komputer Universitas Mulawarman
Jurnal Informatika Mulawarman
Maka perolehan SHU untuk jabatan Ketua Pak
Sulaiman adalah sebagai berikut :
Dimana;
SHJ
= Hasil SHU Jabatan
PJB
= Persentase Jabatan
JHP
= Jumlah Hasil Pengurus
Maka total perolehan SHU Pak Sulaiman adalah
sebagai berikut :
Dimana;
TPS
= Totap Pendapatan SHU
SHUS = SHU Simpanan
SHUJ = SHU Jasa
SHUP = SHU Pengurus
Vol 5 No. 2 Juli 2010
11
14. Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
1. Sistem Penunjang Keputusan dengan metode
Analytical Hierarchy Process (AHP) dalam
penangan kasus pembagian sisa hasil usaha
(SHU) Koperasi Pegawai Negeri dapat
diimplementasikan kedalam pembuatan sebuah
perangkat lunak.
2. Dengan perangkat lunak yang dikembangan
tersebut, untuk perhitungan-perhitungan sisa
hasil usaha (SHU) dapat diproses dengan
singkat dan akurat tanpa harus menghitung
secara manual dan juga dapat menghindari
kemungkin kesalahan perhitungan untuk hasil
pembagian tiap-tiap jenis SHU.
3. Input, proses, output, pencarian dan transaksi
pada perangkat lunak yang dibuat tersebut
didesain dengan antarmuka grafis dan mudah
serta bersahabat dalam penggunaannya oleh
user.
4. Dari
penelitian
ini
didapat
pola-pola
perhitungan sisa hasil usaha (SHU) secara
manual yang kemudian diimplementasikan
dalam sebuah perangkat lunak yang dibuat
dengan bahasa pemrograman visual dan
selanjutnya menghasilkan informasi berupa
laporan-laporan yang lebih refresentatif dan
dinamis.
B. Saran
1. Untuk penelitian yang kedepan aspek-aspek
yang unggul pada perangkat lunak ini agar tetap
bisa dipertahankan sehingga jadi landasan dasar
untuk pengembangan perangkat lunak yang
akan datang sesuai dengan kaidah-kaidah
pengembangan perangkat lunak.
2. Perlu juga dikembangkan perangkat lunak
seperti ini yang bisa berjalan pada sistem
operasi linux (open source)
3. Perlu juga dikembangkan perangkat lunak
seperti ini yang bisa berjalan pada aplikasi
browser.
4. Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)
banyak diterapkan pada kasus-kasus tertentu
yang membutuhkan penunjang keputusan serta
pengambilan keputusan, sehingga metode ini
menjadi relevan untuk penelitian yang lain yang
berhubungan
dengan
syitem
penunjang
keputusan sesuai dengan kebutuhan.
Daftar Pustaka
Daihani, D. U. 2001. Komputerisasi Pengambilan
Keputusan.
Jakarta:
PT
Elex
Media
Komputindo Gramedia.
Gambar 13.5 Total SHU yang diterima Pak
Sulaiman
Handojo, A, Setiabudi, D. H, and Yunita, R.
Pembuatan
Aplikasi
Sistem
Pendukung
Keputusan Untuk Proses Kenaikan Jabatan Dan
Program Studi Ilmu Komputer Universitas Mulawarman
Jurnal Informatika Mulawarman
Perencanaan Karir Pada
Universitas Kristen Petra.
Vol 5 No. 2 Juli 2010
12
PT. X. Surabaya:
Johar, A. 2002. Manajemen Koperasi Berbasis
Komputer. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Gramedia.
Kartasapoetra, G. 2003. Praktek Pengelolaan
Koperasi Buku Acuan untuk Siswa Sekolah
Menengah Kejuruan. Jakarta: Rineka Cipta dan
Bina Adiaksara.
Sudarsono, and Edilius. 2005. Koperasi dalam
Teori dan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Susila, W. R, and Munadi, E. 2007. Penggunaan
Analytical
Hierarchy
Process
Untuk
Penyusunan Prioritas Proposal Penelitian.
Surabaya: Universitas Wijaya Kusuma.
Sutabri, T. 2004. Analisa Sistem Informasi.
Yogyakarta: Andi.
Kristanto, A. 2004. Rekayasa Perangkat Lunak
(Konsep Dasar). Yogyakarta: Gava Media.
Tohar, M. 1999. Permodalan dan Perkreditan
Koperasi. Yogyakarta: Kanisius.
Kusrini. 2007. Konsep dan Aplikasi Sistem
Pendukung Keputusan. Yogyakarta: Andi.
Tunggal, A. W. 1995. Akuntansi untuk Koperasi.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
McLeod, R,Jr,1996, Management Information
System,6 th Edition, P Edition, Prentice-Hall
International, Inc. Englewood Cliff, New Jersey.
Turban, E dan Aronson, J, E, 1995, Decision
Support System And Intelegent Systems, Fifth
Editon, Prentice-Hall International, Inc. New
Jersey.
Nugroho, B. 2004. Database Relational dengan
MySQL. Yogyakarta: Andi.
Program Studi Ilmu Komputer Universitas Mulawarman