8.Model CTL

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

contextual
teaching and learning

Strategi Pembelajaan Kontekstual
 Strategi pembelajaran CTL (contextual teaching and learning)
merupakan strategi yang melibatkan siswa secara penuh dalam
proses pembelajaran. Siswa didorong untuk beraktifitas
mempelajari materi pembelajaran yang sesuai dengan topik yang
akan dipelajarinya.
 Belajar dalam konteks CTL bukan hanya sekedar mendengarkan
atau mencatat, tetapi belajar adalah proses pengalaman secara
langsung. Melalui proses berpengalaman itu diharapkan
perkembangan siswa terjadi secara utuh, dan tidak hanya
berkembang dalam aspek kognitif saja, tetapi juga afektif dan
psikomotor.

 Belajar melalui CTL diharapkan siswa dapat menemukan sendiri
materi yang dipelajarinya.


Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Kontekstual
 Contextual Teaching and Learning (CTL) ialah strategi
pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan
siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang
dipelajarinya dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan
nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya
dalam kehidupan mereka.
 3 hal yang harus kita pahami :
1. CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkan konsep dalam
kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat
memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana
materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam
kehidupan sehari-hari.
2. CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk
menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada
proses pengalaman secara langsung.
3. CTL mendorong siswa agar dapat menemukan hubungan antara
materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya
siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan pengalaman
belajar di sekolah dengan kehidupan nyata.


 Gambar : teori “Puzzle” pembelajaran
kontekstual
Pengetahuan yang sudah ada

Pengetahuan baru

Latar Belakang Filosofis dan Psikologis CTL
 Latar Belakang Filosofis
 CTL banyak dipengaruhi oleh filsafat konstruktivisme yang mulai
digagas oleh Mark Baldwin dan selanjutnya dikembangkan oleh
Jean Piaget. Aliran filsafat konstruktivisme berangkat dari
epistimologi Giambista Vico (Suparno, 1997).
 Menurut Vico, pengetahuan merupakan struktur konsep dari
subjek yang mengamati. Selanjutnya, pandangan filsafat
konstruktivisme tentang hakikat pengetahuan mempengaruhi
konsep tentang proses belajar, bahwa belajar bukanlah sekedar
menghapal, tetapi proses mengkonstruksi pengetahuan melalui
pengalaman.


 Pengetahuan bukanlah hasil “pemberian” dari orang lain seperti
guru, tetapi hasil dari proses mengkonstruksi yang dilakukan
setiap individu. Semua itu terbentuk dari hasil pengalaman siswa.

Piaget :
Bahwa sejak kecil setiap anak sudah memiliki
struktur kognitif yang kemudian dinamakan
“skema”. Skema terbentuk karena pengalaman.
Berkat pengalaman itulah dalam struktur kognitif
anak terbentuk skema tentang pengetahuan yang
dimilikinya.
Proses penyempurnaan skema dilakukan
melalui proses asimilasi dan akomodasi.
Asimilasi adalah proses penyempurnaan
skema,
 Akomodasi adalah proses mengubah skema
yang sudah ada hingga terbentuk skema yang
baru.
Semua itu terbentuk dari hasil pengalaman
siswa.


Latar Belakang Psikologis


Sesuai dengan filsafat yang mendasarinya bahwa pengetahuan
terbentuk karena peran aktif subjek, maka dipandang dari sudut
psikologis, CTL berpijak pada aliran psikologis kognitif.



Menurut aliran ini proses belajar terjadi karena pemahaman
individu terhadap lingkungan. Belajar bukanlah peristiwa
mekanis seperti keterkaitan stimulus dan respon. Belajar tidak
sesederhana itu. Belajar melibatkan proses mental yang tidak
tampak seperti emosi, minta, motivasi, dan kemampuan atau
pengalaman.



Apa yang tampak pada dasarnya adalah wujud dari adanya

dorongan yang berkembang diri seseorang. Sebagai peristiwa
mental perilaku manusia tidak semata-mata merupakan
gerakan fisik saja, akan tetapi yang lebih penting adalah faktor
pendorongnya yang ada dibelakang gerakan fisik itu. Mengapa
demikian? Sebab manusia selamanya memiliki kebutuhan yang
melekat dalam dirinya. Kebutuhan itulah yang mendorong
manusia untuk berperilaku.

Dari asumsi dan latar belakang yang mendasarinya,
Belajar pada konteks CTL adalah:


Bukanlah menghapal, akan tetapi mengkonstruksi pengetahuan
sesuai dengan pengalaman yang mereka miliki.



Bukan hanya sekedar mengumpulkan fakta yang terpisah.
Pengetahuan itu pada dasarnya merupakan organisasi dari
semua yang dialami, sehingga dengan pengetahuan yang dimiliki

akan berpengaruh terhadap pola-pola perilaku manusia, seperti
pola berpikir, pola bertindak, dan lain-lain.



Proses pemecahan masalah, sebab dengan memecahkan
masalah anak akan berkembang secara utuh yang bukan hanya
perkembangan intelektualnya saja akan tetapi juga mental dan
emosi.



Proses pengalaman sendiri yang berkembang secara bertahap
dari yang sederhana menuju yang kompleks.



Pada hakikatnya adalah menangkap pengetahuan dari
kenyataan.


Peran Guru dan Siswa dalam CTL
 Pada dasarnya guru memegang peranan penting
dalam proses pembelajaran kontekstual, seorang guru
harus memperhatikan karakteristik pembelajaran
kontekstual yang mengutamakan siswa sebagai subjek
bukan sebagai objek.
Karakteristik pembelajaran kontekstual yaitu : kerjasama,
 saling menunjang,
 menyenangkan,
 tidak membosankan,
 belajar dengan bergairah,
 pembelajaran terintegrasi,
 menggunakan berbagai sumber,
 siswa aktif.

Beberapa hal yag harus diperhatikan guru dlm
menggunakan pendekatan CTL :
1. Peran guru bukanlah sebagai instruktur atau
penguasa yang memaksakan kehendak, melainkan
guru adalah pembimbing siswa agar mereka bisa

belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
2. Peran guru untuk memilih bahan-bahan belajar yang
dianggap penting untuk dipelajari oleh siswa.
3. Peran guru adalah membantu agar setiap siswa
mampu menemukan keterkaitan antara pengalaman
baru dengan pengalaman sebelumnya.

4. Peran guru adalah memfasilitasi (mempermudah)
agar anak mampu melakukan proses asimilasi dan
proses akomodasi.

7 Asas CTL
1. Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun
pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan
pengalaman.
2. Inkuiri ialah proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan
penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Secara umum
inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa langkah, yaitu :
 Merumuskan masalah
 Mengajukan hipotesis

 Mengumpulkan data
 Menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan
 Membuat kesimpulan
3. Bertanya (questioning), dalam suatu pembelajaran yang produktif
kegiatan bertanya akan sangat berguna untuk :
 Menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan
materi pelajaran.
 Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar.
 Merangsang keingintahuan siswa pada sesuatu yang diinginkan.
 Membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu.

4. Masyarakat belajar (Learning Community), konsep masyarakat
belajar dalam CTL menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh
melalui hasil kerjasama dengan orang lain, baik dalam kelompok
belajar secara formal maupun dalam lingkungan yang terjadi secara
ilmiah.
5. Pemodelan (modeling) adalah proses pembelajaran dengan
memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap
siswa.
6. Refleksi (Reflection) adalah proses pengendapan pengalaman yang

telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali
kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya.
7. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment), dalam CTL
penilaian keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh aspek hasil
belajar seperti tes, akan tetapi juga proses belajar melalui penilaian
nyata. Penialaian nyata adalah proses yang dilakukan guru untuk
mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang
dilakukan siswa, baik dari segi pengetahuan dan keterampilan, hasil
produk siswa, dan tugas-tugas yang relevan dengan kontekstual.

Apa itu Pendekatan Kontekstual ?


Anak belajar lebih
baik melalui kegiatan
mengalami sendiri
dalam lingkungan yg
alamiah

 Strategi belajar lebih

penting daripada hasil

 Belajar akan lebih bermakna
jika anak “mengalami” apa
yang dipelajarinya, bukan
“mengetahuinya”
 Pembelajaran
berorientasi
penguasaan materi terbukti
hanya
berhasil
dalam
“mengingat” jangka pendek,
tetapi gagal membekali anak
memecahkan
persoalan
dalam “kehidupan jangka
panjang”

CTL =
 Konsep belajar mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata
 Proses belajar alamiah dalam bentuk siswa bekerja
dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari
guru ke siswa
 Strategi pembelajaran lebih penting dari pada hasil
Siswa mengerti :
Apa makna belajar ?
Apa manfaatnya ?
Status apa mereka ?
Bagaimana mencapainya ?

Mengapa pendekatan
kontekstual menjadi pilihan
?
 Diperlukan sebuah pendekatan belajar
yang lebih memberdayakan siswa
 Pengetahuan bukanlah seperangkat
fakta dan konsep yang siap diterima,
tetapi “sesuatu” yang harus
dikonstruksi sendiri oleh siswa.

Kecenderungan
belajar
1. Proses belajar

pemikiran tentang

 Anak belajar dari
mengalami sendiri,
mengkontruksi
pengetahuan, kemudian
memberi makna pada
pengetahuan itu

2. Transfer belajar

 Anak harus tau makna
belajar dan menggunakan
pengetahuan dan
keterampilan yang
diperolehnya untuk
memecahkan masalah
dalam kehidupannya

3. Siswa sebagai
pembelajar

 Tugas guru : mengatur
strategi belajar, membantu
menghubungkan
pengetahuan lama dan
baru, dan memfasilitasi
belajar

4. Pentingnya
lingkungan belajar

 Lupakan tradisi:
“guru akting di panggung, siswa
menonton”.
Ubah menjadi ,
”siswa aktif bekerja dan belajar
di panggung, guru
mengarahkan dari dekat”.

HAKIKAT PEMBELAJARAN
KONTEKSTUAL
 Konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkannya
dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka
sehari-hari, dengan melibatkan tujuh
komponen utama pembelajaran efektif,
yakni :

LANGKAH PENERAPAN CTL DALAM KELAS:

1)

2)
3)
4)
5)
6)
7)

Kembangkang pemikiran bhw anak akn belajar lebih
bermakna dg cara bekerja sendiri, menemukan
sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan
dan ketrampilan barunya!
Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk
semua topik!
Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan
bertanya!
Ciptakan „masyarakat belajar‟ (beljar dalam
kelompok-kelompok)!
Hadirkan „model‟ sbg contoh pembelajaran!
Lakukan refleksi di akhir pertemuan!
Lakukan penilaian yg sebenarnya dg berbgai cara!

7 KOMPONEN CTL
1.
2.
3.
4.

KONSTRUKTIVISME (CONSTRUCTIVISM)
MENEMUKAN (INQUIRY)
BERTANYA (QUESTIONING)
MASYARAKAT BELAJAR (LEARNING
COMMUNITY)
5. PEMODELAN (MODELING)
6. PENILAIAN SEBENARNYA (AUTHENTIC
ASSESSMENT)
7. REFLEKSI (REFLECTION)

Filosofi Konstruktivisme :
 Pengetahuan dibangun sedikit demi
sedikit, yg hasilnya diperluas melalui
konteks terbatas (sempit) dan tidak
sekonyong-konyong

 Dalam pandangan konstruktivis,
strategi memperoleh lebih diutamakan
dibandingkan seberapa banyak siswa
memperoleh dan mengingat
pengetahuan

Siklus inkuiri:






Observasi (observation)
Bertanya (questioning)
Mengajukan dugaan (hipotesis)
Pengumpulan data (data gathering)
Penyimpulan (conclution)

Kata kunci dr Strategi Inkuiri adalah:
“siswa menemukan sendiri”

Bertanya (questioning)
 Bertanya dipandang sbg kegiata guru
utk mendorong, membimbing, dan
menilai kemampuan berpikir siswa

 Pada semua aktivitas belajar,
questioning dpt diterapkan: antara
siswa dg siswa, antara guru dg siswa,
antara siswa dg orang lain yg
didatangkan ke kelas, dsb.

Masyarakat belajar (learning community)

 Dalam kelas CTL guru disarankan selalu
melaksanakan pembelajaran dalam
kelompok-kelompok belajar

 Pemodelan (Modeling):
Dalam sebuah pembelajaran selalu ada
model yg ditiru. Guru memberi model
tentang ‘bagaimana cara belajar’

Dalam pendekatan CTL guru bukan satusatunya model

Refleksi (Reflection)
 Refleksi adalah cara berpikir tentang
apa yang baru dipelajari atau berpikir
ke belakang tentang apa-apa yang
sudah dilakukan di masa lalu

Penilaian sebenarnya (Authentic Assessment):
 Pembelajran yg benar memang ditekankan pd upaya
membantu siswa agar mampu mempelajari (learning
how to learn) sesuatu, bukan ditekanka pada
diperolehnya sebanyak mungkin informasi di akhir
periode pembelajaran
 Kemajuan belajar dinilai dari proses bukan melulu
hasil dan dengan berbagai cara. Tes hanya salah
satunya. Itulah hakekat penilaian yang sebenarnya.