Peranan Model Ctl (Contextual Teaching Learning) Dalam Meningkatkan Minat Dan Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada Mata Pelajaran Pkn ( Di Mis Irsyadul Khair)

(1)

PADA MATA PELAJARAN PKN ( di MIS Irsyadul Khair)

Dibuat Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh MULYANAH 809018300638

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2013


(2)

(3)

(4)

(5)

i

MULYANAH, “Peranan Model CTL (Contextual Teaching Learning) Dalam Meningkatkan Minat Dan Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada Mata Pelajaran PKn”, Skripsi Jurusan Pendidikan Guru madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pembimbing: Dr. Iwan Purwanto ,M.Pd. Kata knci: Minat Belajar, hasil Belajar, PKn, Model CTL (Contextual

Teaching Learning)

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti, salah satu hambatan yang dihadapi dalam pembelajaran PKn adalah mengenai model pembelajaran yang tidak efektif. Untuk meengatasinya, peneliti menggunakan model pembelajaran CTL (Contextual Teaching Learning). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model pembelajaran CTL (Contextual Teaching Learning) dalam meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas V di MIS Irsyadul Khair.

Hipotesis tindakannya adalah peneliti menerapkan model CTL (Contextual

Teaching Learning) pada pelajaran PKn, dengan begitu minat dan hasil belajar

PKn siswa akan mningkat. Adapun indikator keberhasilannya adalah 75% nilai PKn siswa kelas V di MIS Irsyadul Khair mencapai KKM ≥60.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Kelas (PTK). Instrumen yang digunakan adalah instrument tes berupa pre test dan

post test, serta instrument non tes berupa lembar observasi dan lembar wawancara.

Berdasarkan hasil Normal Gain, hasil belajar siswa siklus II mengalami peningkatan dibandingkan dengan hasil belajar siswa pada siklus I. Hal ini membuktikan bahwa penerapan model CTL (Contextal Teaching Learning) berhasil pada siswa kelas V di MIS Irsyadul Khair. Rata-rata N-gain siklus I adalah 0,53, rata-rata N-Gain siklus II 0,67, dengan begitu indicator keberhasilan dalam penelitian telah tercapai karena seluruh siswa kelas V nilai PKn mereka telah mencapai KKM yang telah ditentukan yakni 60. Berdasarkan hasil wawancara, minat siswa setelah belajar PKn dengan model CTL (Contectual

Teaching Learning) adalah tinggi.

Setelah belajar dengan menggunakan model CTL (Contextual Teaching

Learning), siswa menjadi lebih aktif dan mudah berfikir kreatif serta

meningkatkan minat belajar siswa pada pelajaran PKn. Motivasi belajarnyapun meningkat dan lebih menyenangkan.


(6)

ii

MULYANAH, “The Role CTL (Contextual Teaching Learning) Models in Improving Student Result Interest and Class V on Civics Lesson”. Master’s thesis Department of Education Elementary Madrassa, Facculty of Teaching and Education, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Supervisor: Dr. Iwan Purwanto,M.Pd.

The key: Interest Learning, Learning outcomes, Civic, CTL (Contextual TeachingLearning) models.

Based on observations by researchers , one of the obstacles encountered in the learning of Civics is about learning model is not effective , researchers used learning CTL ( Contextual Teaching Learning ) . This study aims to determine the

application of learning CTL ( Contextual Teaching Learning )models to increase

interest and class V student learning outcomes in MIS Irsyadul.

Hypothesis actions are researchers applied a CTL ( Contextual Teaching Learning ) models in Civics , with interest and learning outcomes so students will study Civics . The indicator of success is 75 % value Civics class V students in MIS Irsyadul Khair achieve ≥ 60 KKM .

The method used in this study is a research method classes (CAR ) . The instrument used is a test instrument in the form of pre-test and post-test , as well as non- test instruments such as observation sheets and interview sheet .

Based on the results of Normal Gain , the results of the second cycle of student learning has increased compared to the learning outcomes of students in cycle I. It is proved that the application of the CTL ( Contextal Teaching Learning ) models are succeed in class V in MIS Irsyadul Khair . Average N - gain first cycle was 0.53 , the average N - Gain 0.67 second cycle , so indicator of success has been achieved in the study because the entire fifth grade students Civics value they have reached the predetermined KKM 60 . Based on the interview , after learning civics student interest with the CTL ( Contectual Teaching Learning ) model is high.

After learning to use the CTL ( Contextual Teaching Learning ) models, students become more active and creative thinking as well as increase student interest in the subject of Civics . give the student increased motivation and more fun .


(7)

iii

Bismillahirrohmanirrohiim

Assalamu’alaikum Warahmatullohi Wabarokatuh

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya maka skripsi ini dapat diselesaikan. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Disadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan sangat terbatas, maka adanya bimbingan, pengarahan dan dukungan dari berbagai pihak sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya, kepada yang terhormat: 1. Nurlena Rifa’I, MA, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan.

2. Fauzan, MA, selaku Ketua Program Studi PGMI.

3. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd, selaku Pembimbing yang selalu memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

4. Seluruh Dosen dan Staf jurusan PGMI.

5. Tasripin Rodjali selaku Kepala MI Irsyadul Khair yang telah membantu penulis selama penelitian berlangsung.

6. Agus Suharyono, suami penulis yang telah memberikan semangat, doa dan dorongan kepada penulis dalam selama penulisan skripsi ini.

7. Almarhum dan Almarhumah orang tua penulis, yang terus memberikan semangat dan nasehat-nasehat yang berarti dalam kehidupan penulis, walupun tidak dapat menemani penulis sampai skripsi ini selesai.

8. Teman-teman guru yang telah memberikan semangat dalam penulisan skripsi dan dalam perkuliahan.


(8)

iv skripsi ini.

Semoga Allah SWT dapat menerima segala amal kebaikan atas jasa baik yang diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan-kekurangan karena keterbatasan kemampuan penulis. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi khasanah ilmu pengetahuan. Amiin.

Jakarta, 09 September 2013 Penulis

MULYANAH NIM.809018300638


(9)

v HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. KAJIAN TEORITIS 1. Pengertian Belajar a. Belajar menurut para ahli ... 8

b. Unsur-unsur belajar ... 10

c. Tipe-tpe belajar ... 10

d. Faktor-faktor belajar ... 11

e. Prinsip-prinsip belajar... 13

2. Pengerrtian Hasil Belajar ... 14

3. Faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar ... 14

4. Kegunaan dan fungsi Hasil Belajar ... 15


(10)

vi

2. Faktor yang mempengaruhi Minat Belajat ... 18

C. MODEL PEMBELAJARAN CTL (Contextual Teaching Learning) ... 18

1. Pengertian Model CTL ... (Contextual Teaching Learning ... 18

2. Komponen-komponen CTL (Contextual Teaching Learning) ... 19

3. Prose belajar menurut Model CTL (Contextual Teaching Learning ... 20

4. Perbedaan model CTL dengan Konvensional ... 21

5. Langkah-langkah pembelajaran model CTL ... 22

D. HAKIKAT PEMBELAJARAN PKN ... 23

1. Pengertian PKn ... 23

2. Konsep dan tujuan PKn ... 24

E. HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN ... 25

F. KERANGKA BERPIKIR ... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan tempat penelitian ... 28

B. Subyek atau pertisipasi yang terlibat dalam peneelitian ... 28

C. Peran dan posisi peneliti... 30

D. Metode Penelitian dan Intervensi Tindakan ... 29

1. Metode Penelitian... 29

E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 31

F. Hasil intervensi tindakan yang diharapkan ... 35

G. Data dan Sumber Data ... 36

H. Instrument Pengumpulan Data ... 36

I. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Studi ... 37

J. Teknik Analisis Belajar ... 40

K. Indikator Keberhasilan Tindakan ... 42


(11)

vii

1.Sejarah Berdirinya MIS Irsyadul Khair ... 43

2.Visi dan Misi ... 43

B. Deskriptif Data Hasil Pengamatan Efek atau Hasil Intervensi Tindakan ... 46

C. Pemeriksaan Keabsahan Data ... 51

D. Analisis Data ... 51

1. Hasil Belajar Siswa ... 51

2. Hasil wawancara dengan siswa setelah tindakan ... 57

3. Hasil Observasi Aktifitas siswa, aktifitas guru dan proses pembelajaran ... 58

E. Pembahasan Hasil Temuan Penelitian ... 84

BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan ... 87

B. Implikasi ... 88

C. Saran-saran ... 88

LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA LEMBAR UJI REFERENSI BIODATA PENULIS


(12)

viii

Tabel 3.1 : Jadwal Kegiatan Penelitian ... 28

Table 4.1 : Data Tenaga Pendidik ... 44

Tabel 4.2 : Data Karyawan ... 45

Tabel 4.3 : Data Peserta Didik ... 45

Tabel 4.4 : Hasil Belajar Siklus I ... 52

Tabel 4.5 : Hasil Belajar Siklus II ... 54

Tabel 4.6 : Rekapitulasi perbandingan hasil belajar siklus I dan hasil belajar Siklus II ... 55

Tabel 4.7 : Hasil observasi aktivitas siswa siklus I ... 58

Tabel 4.8 : Hasil Observasi Aktifitas Guru Siklus I ... 59

Tabel 4.9 : Aktifitas Pembelajaran Siklus I ... 62

Tabel 4.10 : Aktifitas Guru Siklus II ... 64


(13)

ix

Lampiran I : Catatan Lapangan Siklus I ... 90

Lampiran II : Catatan Lapangan Siklus II ... 93

Lampiran III : Reliabilitas Tes ... 96

Lampiran IV : Skor Data Dibobot ... 98

Lampiran V : Daya Pembeda ... 100

Lampiran VI : Tingkat Kesukaran ... 101

Lampiran VII : Pedoman Wawancara Saat Observasi ... 102

Lampiran VIII : Hasil Wawancara Responden Siswa ... 103

Lampiran IX : Materi Siklus I ... 106

Lampiran X : Materi Siklus II ... 116

Lampiran XI : RPP Siklus I ... 132

Lampiran XII : RPP Siklus II ... 142


(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tidak ada yang tidak berubah didalam realita ini dan sudah menjadi kenyataan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan tidak terlepas dari perkembangan masyarakat, karena perkembangan dan perubahan adalah cirri khas dari peradaban manusia. Demikian halnya dengan pendidikan di Indonesia, dikarenakan perkembangan masyarakat akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta masalah ilmiah baru yang timbul di sekitar kita menyebabkan tuntutan masyarakat terhadap pendidikan di Indonesia mengalami perkembangan dan perubahan.

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Disebutkan pula tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis 1.

Pemerintah telah berusaha menjawab tuntutan masyarakat dalam hal peningkatan mutu pendidikan di Indonesia yang sesuai dengan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini. Salah satu diantaranya berbagai usaha pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan mengadakan pembaharuan-pembaharuan didalam system pendidikan kita.

Rendahnya mutu pendidikan dapat diartikan kurang efektifnya proses pembelajaran. Penyebabnya dapat berasal dari siswa, guru, maupun saranan dan prasarana yang ada, minat dan motivasi yang rendah, kinerja guru yang rendah akan menyebabkan pembelajaran kurang efektif.

Permasalahan yang dialami dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi factor internal dan eksternal. Faktor internal yang

1 Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Pelaksanannya 2003-2004 (Jakarta: CV. Tamia Utama 2004),.h.38-39


(15)

dialami siswa salah satunya adalah kurangnya minat siswa dalam mata pelajaran PKn, faktor inilah yang akan menjadi masalah sejauh siswa sebagai tindak belajar yang menghasilkan hasil belajar yang baik.

Hasil belajar merupakan daya serap siswa yang berupa kemampuan kognitif atau kemampuan mengerjakan tes sampai sekarang masih menjadi pedoman untuk menaikan siswa ke kelas yang lebih tinggi, dan menerima siswa atau mahasiswa baru.

Didalam dunia pendidikan sering kita menemui bahwa siswa merasa enggan mempelajari PKn, karena mereka beranggapan semua itu tidak penting hanya sekedar cerita yang diulang dan mereka beranggapan bahwa dalam pelajaran PKn banyak sekali hal-hal yang harus mereka hafalkan, dan tidak ada tantangan yang menarik bagi siswa untuk membuat mereka berpikir lebih jauh lagi ke depan, padahal sebagai warganegara yang baik mereka harus perlu mengenal kewajiban dan hak mereka sebagai warganegara.

Karena kurangnya minat siswa terhadap mata pelajaran PKn maka berdampak pada hasil belajar siswa yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, cenderung mereka menyepelekan dan menganggap mudah hal tersebut.

Dikarenakan minat mereka yang rendah terhadap mata pelajaran PKn, maka hasil belajar mereka tidak sesuai dengan standar nilai yang telah ditentukan, selama ini standar nilai yang diberikan untuk mata pelajaran PKn adalah 6,0, tetapi pada saat dilakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa sebagian siswa berada dibawah standar nilai yang sudah ada, sebagian besar siswa mengatakan tidak tertarik pada mata pelajaran PKn dan membosankan karena gurunya banyak sekali bercerita sehingga sebagian besar dari siswa hanya berfokus kepada guru dan tidak ada tantangan yang siswa alami.

Telah kita ketahui bersama pandangan umum selama ini yang masih dianut oleh guru sampai sekarang bahwa proses belajar mengajar adalah pengetahuan guru yang diberikan kepada siswa. Keberhasilan mengajar diukur sejauh mana siswa dapat menunjukkan bahwa mereka dapat mengungkapkan pengetahuan yang diinginkan oleh guru. Jika yang diungkapkan tidak sesuai


(16)

dengan yang diinginkan oleh guru maka siswa tidak dianggap belajar. Dengan asumsi ini maka guru berusaha sangat aktif dalam menyampaikan informasi (dengan metode ceramah) dan siswa hanya mendengar dan mengingat.

Kegiatan mengajar bukan hanya sekedar mengingat fakta-fakta untuk persediaan jawaban tes sewaktu ujian tetapi harus lebih bermakna bagi siswa. Seperti yang diungkapkan Ausubel “bahwa kegiatan mengajar atau materi pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa haruslah bermakna bagi siswa, artinya kegiatan tersebut haruslah relevan struktur kemampuan kognitif kemampuan siswa”2

. Karena dengan kegiatan yang sesuai akan dapat melakukan aktifitas mental (berpikir) dengan optimal.

Kegiatan mengajar juga diharapkan mampu memperluas wawasan pengetahuan, meningkatkan keterampilan dan menumbuhkan sejumlah sikap positif yang direfleksikan siswa melalui cara berpikir dan bertindak sebagai dampak hasil belajarnya. Untuk itu cara mengajar guru harus dirubah, guru menyediakan beragam kegiatan yang berimplikasi pada beragamnya pengalaman belajar supaya siswa mampu mengembangkan kompetensi setelah menereapkan pemahaman dan pengetahuannya, dimana model CTL (Contextual Teaching

Learning) sangat sesuai dipakai guru untuk meningkatkan minat dan hasil belajar

siswa dalam mata pelajaran PKn.

Model CTL (Contextual Teaching Learning) merupakan “konsep belajar yang membantu mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat”.

Dengan model ini diharapkan pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa belajar dan mengalami, mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa.

2

Dimyanti dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Penerbit Rineka Cipta, April 2010),.h.16


(17)

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis akan melakukan penelitian dengan judul “PERANAN MODEL CTL (Contextual Teaching Learning)

DALAM MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA

KELAS V PADA MATA PELAJARAN PKN”.

B. IDENTIFIKASI AREA DAN FOKUS

Berdasarkan hasil analisa pada latar belakang bahwa selama ini pembelajaran yag dilakukan masih bersifat konvensional, maka masalah diatas dapat digunakan sebagai dasar untuk merumuskan masalah yang akan digunakan sebagai focus perbaikan pembelajaran sebagai berikut:

1. Pengetahuan siswa relative rendah, karena kurangnya informasi yang mereka terima dari guru atau media lain.

2. Guru belum menerapkan model pembelajaran yang sesuai dikarenakan para guru jarang sekali membaca buku tentang model-model pembelajaran, sementara kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran PKn masih harus dilakukan dalam proses mengajar sehingga dapat menarik minat siswa. 3. Kurangnya minat siswa dalam mata pelajaran PKn, karena sebagian besar

guru menyampaikan materi PKn lebih banyak bercerita atau menggunakan cara-cara yang masih tradisional dan tidak membuat siswa menjadi aktif, akhirnya timbul rasa bosan pada diri siswa.

C. PEMBATASAN MASALAH

Untuk menghindari pembiasan dalam memahami rencana penelitian ini, maka saya mebatasi masalah pada Model Pembelajran CTL (Contextual Teaching

Learning) dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas V pada mata


(18)

D. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pembelajaran mata pelajaran PKn dengan menggunakan model CTL (Contextual Teaching Learning) pada siswa kelas V di MIS Irsyadul Khair, apakah akan banyak perubahan dibandingkan dengan model konvensional yang selama ini dipakai dalam pembelajaran?

2. Bagaimana minat siswa kelas V pada mata pelajara PKn dengan menggunakan model CTL (Contextual Teaching Learning) di MIS Irsyadul Khair, apakah dapat merubah pandangan siswa yang selama ini dalam proses belajar mengajar mereka kurang sekali perhatian karena cara guru kurang menarik dalam penyampaian materi?

3. Bagaimnana hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran PKn dengan menggunan model CTL (Contextual Teaching Learning), apakah dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang sebagian besar masih kurang dari KKM?

E. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 1. Tujuan Penelitian

Untuk memberi arah yang jelas tentang maksud dari penelitian ini dan berdasar pada rumusan masalah yang diajukan, maka tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui proses pembelajaran mata pelajaran PKn dengan menggunakan model CTL (Contextual Teaching Learning) pada siswa kelas V di MIS Irsyadul Khair, apakah akan banyak perubahan dibandingkan dengan model konvensional yang selama ini dipakai dalam pembelajaran?

b. Untuk mengetahui minat siswa kelas V pada mata pelajara PKn dengan menggunakan model CTL (Contextual Teaching Learning) di MIS Irsyadul Khair, apakah dapat merubah pandangan siswa yang selama ini


(19)

dalam proses belajar mengajar mereka kurang sekali perhatian karena cara guru kurang menarik dalam penyampaian materi?

c. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran PKn dengan menggunan model CTL (Contextual Teaching

Learning), apakah dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang sebagian

besar masih kurang dari KKM?

2. Manfaat Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. Berikut penulis kemukakan manfaat dari penelitian ini:

a. Scara teoritis

1) Secara teoritis hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pembuktian bahwa model CTL (Contextual Teaching Learning) merupakan salah satu hal penting dalam meningkatkan hasil belajar dan minat siswa dalam mata pelajaran PKn.

2) Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi keilmuan yang bermanfaat dalam dunia pendidikan mengenai penerapan model CTL (Contextual Teaching Learning) terhadap peningkatan minat dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran PKn.

3) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pembanding, pertimbangan dan pengembangan bagi peneltian dimasa yang akan dating dibidang dan permasalahan yang sejenis atau berkaitan.

b. Tujuan Praktis Bagi siswa

1) Meningkatkan minat siswadalam memahami materi pelajaran PKn. 2) Memiliki rasa tanggungjawab terhadap perolehan ilmu.

3) Memotivasi siswa untuk lebih mantap dalam belajar. 4) Meningkatkan hasil belajar siswa.

5) Siswa dapat berpikir kritis dan kreatif dalam menyerap informasi yang ada.


(20)

Bagi Guru

1) Hasil pembelajaran sebagai umpan balik umuk meningkatkan efektifitas dan efesiensi pembelajaran

2) Mendorong profesional guru. 3) Memperbaiki kinerja guru

4) Menumbuhkan wawasan berpikir ilmiah. 5) Meningkatkan kualitas pembelajaran. Bagi Peneliti

1) Untuk menerapkan ilmu yang diperoleh selama belajar dibangku perkuliahan.

2) Sebagai bekal bagi peneliti kelak, agar tetap memperhatikan model mengajar yang tepat.

Bagi Sekolah

Penelitian ini dapat meningkatkan mutu pembelajaran disekolah, khususnya pada mata pelajaran PKn, sekolah dapat meningkatkan fasilitas pembelajaran yang dibutuhkan siswa.


(21)

BAB II

KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN

A. HASIL BELAJAR 1. Pengertian Belajar

Pendidikan memerlukan kaidah-kaidah teori psikologi dan belajar yang shahih dan lengkap yang dapat digunakan untuk menunjang proses belajar mengajar. Untuk itu ia dihadapkan kepada pilihan beberapa teori belajar.

Menurut Thorndike (salah satu pendiri aliran tingkah laku) :belajar adalah interaksi antara stimulus (yang mungkin berupa pikiran, perasaan atau gerakan dan respon yang juga bias berbentuk pikiran, perasaan atau gerakan). Jelasnya menurut Thorndike, perubahan tingkah laku itu boleh berwujud sesuatu yang konkret (dapat diamati) atau yang non konkret (sesuatu yang tidak dapat diamati)”3

.

Menurut pandangan Skiner “belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya bila ia tidak belajar maka responnya menurun”4

. Ada tida syarat terjadinya interaksi antara oerganisme dan lingkungannya. Ketiga syarat tersebut adalah: (1) saat respon terjadi, (2) respon itu sendiri, (3) konsekuensi penguatan respon 5.

Banyak pengertian belajar yang diungkapkan oleh para ahli, namun pada dasarnya terletak pada perubahan tingkah laku, seperti pengertian belajar yang di kemukakan oleh M.Surui sebagai berikut “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Perubahan tersebut akan tampak dalam penguasaan pola-pola respon terhadap lingkungan, yang berupa

3

Irawan P, Teori Belajar, (Jakarta: Pekerti-AA), h.3 4

Dimyanti dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Penerbit Rineka Cipta, April 2010),cet.4,h.9

5

Asep Herry Hermawan dkk, Belajar dan Pembelajaran Sekolah Dasar, (Bandung:UPI Press,September,2007),h.28


(22)

keterampilan sikap, kecakapan, pengetahuan, pengalaman, apresiasi dan sebagainya”6

.

Dari pengertian diatas secara komprehensif ada beberapa prinsip belajar sebagai ciri dari perbuatan belajar yaitu:

a) Belajar sebagai usaha memperoleh perubahan tingkah laku.

b) Hasil belajar ditandai dengan perubahan seluruh aspek tingkah laku. c) Belajar merupakan suatu proses.

d) Proses belajar terjadi karena ada dorongan dan tujuan yang akan dicapai. e) Belajar merupakan bentuk pengalaman.

Menurut Gage and Berliner belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang muncul karena pengalaman, sedangkan Holgard menegaskan bahwa “belajar dapat dirumuskan sebagai perubahan perilaku yang relative permanen yang terjadi karena pengalaman”7.

a. Unsur-Unsur Belajar

Cronbach mengemukakan adanya tujuh unsure utama dalam proses belajar, yaitu:

1) Tujuan, belajar dimulai karena adanya sesuatu tujuan yang ingin dicapai. Tujuan itu muncul untuk memenuhi suatu kebutuhan.

2) Kesiapan untuk dapat melakukan perbuatan belajar dengan baik anak atau individu perlu memiliki kesiapan, baik kesiapan fisik dan psikis. Kesiapan yang berupa kematangan untuk melakukan sesuatu, maupun penguasaan pengetahuan dan kecakapan-kecakapan yang mendasarinya.

3) Situasi kegiatan belajar berlangsung dalam suatu situasi belajar.

4) Interpretasi yaitu melihat hubungan diantara komponen-komponen situasi belajar, makna dari hubunga tersebut dan menghubungkannya dengan kemungkinan pencapaian tujuan.

6

Amin Budiman dan Hj. Setiawati, Bimbingan Konseling, (Jakarta: Dirjen Pendidikan Departemen agama RI,2009), cet.I, h. 105

7 Ibid


(23)

5) Respons berpegang kepada hasil dari interprestasi apakah individu mungkin atau tidak mungkin mencapai tujuan yang diharapkan, maka ia memberikan respons.

6) Konsekuensi setiap usaha akan membawa hasil, akibat konsekuensi entah itu keberhasilan atau kegagalan, demikian juga dengan respons atau usaha belajar siswa.

7) Reaksi terhadap kegagalan selain keberhasilan, kemungkinan lain yang diperoleh siswa dalam belajar adalah kegagalan 8.

b. Belajar, Refleksi dan Instink 1). Belajar

Proses belajar ditandai oleh adanya perubahan pada perilaku individu, tetapi tidak semua perubahan pada perilaku individu terjadi karena belajar.

2). Refleksi

Perilaku atau kemampuan tertentu dikuasai oleh individu karena refleksi untuk menghindarkan diri dari bahaya atau gangguan-gangguan tertentu, individu melakukan gerakan-gerakan reflek, seperti: mengedipkan mata, menarik tangan dari sengatan api, meloncat jika akan jatuh, dan lain-lain. Gerakan ini merupakan kecakapan yang dimiliki individu tanpa dipelajari. Suatu pertahanan diri yang sifatnya otomatis.

3). Instink

Instink merupakan suatu kecakapan atau perilaku yang diperoleh tanpa dipelajari tetapi muncul karena perkembangan. Misalnya kecakapan mngisap air susu pada bayi, menyayangi anak pada orangtua, menyayangi jenis kelamin lain pada remaja, dan lain-lain.

c. Belajar coba-coba kebiasaan dan pemecahan masalah

Salah satu bentuk usaha belajar yang sederhana dan tanpa pemikiran adalah belajar melalui mencoba

8


(24)

d. Tipe- tipe Belajar

Dalam buku The Condition 0f Learning (1970) Gagne mengemukakan 8 tipe belajar, yang membentuk suatu hierarki dari yang paling sederhana sampai dengan yang paling kompleks yaitu:

1) Belajar tanda-tanda atau signal learning.

Belajar tanda merupakan tahap belajar yang paling sederhana, setahap lebih tinggi dari perbuatan refleks. Individu belajar mengenal dan member respon kepada tanda-tanda seperti: melirik kepada orang lewat, memalingkan muka dari cahaya yang dating, memusatkan perhatian kepada suara yang dating, memusatkan perhatian kepada bau makanan dan sebagainya.

2) Belajar perangsang jawaban atau stimulus respon learning.

Setahap lebih tinggi dari belajar tanda-tanda. Belajar ini merupakan upaya untuk membentuk hubungan antara perangsang dengan jawaban.

3) Rantai perbuatan atau chaining.

Individu belajar melakukan suatu rentetan kegiatan yang membentuk satu kesatuan, mandi merupakan suatu rantai kegiatan dari mulai membuka baju sampai mengeringkan dengan handuk dan berpakaian kembali.

4) Hubungan verbal atau verbal association.

Kalau dalam rantai kegiatan, hubungan itu berbentuk perilaku maka dalam hubungan verbal ini berbentuk hubungan bahasa. Yang paling sederhana dari hubungan verbal ini adalah hubungan antara benda dengan namanya, hubungan antara subjek dengan sifatnya. Yang lebih tinggi adalah hubungan antara konsep dengan konsep, konsep dengan perilaku atau nilai dan sebagainya.

5) Belajar membedakan atau discrimination learning.

Individu belajar melihat perbedaan dan juga persamaan sesuatu benda dengan yang lainnya. Atas dasar persamaan dan perbedaan itu individu bias mengadakan pengelompokan. Membedakan disini bukan hanya obyek-obyek konkrit tetapi juga hal-hal yang bersifat abstrak.


(25)

6) Belajar konsep atau concept learning.

Tipe belajar ini menyangkut pemahaman dan penggunaan konsep, seperti konsep: warna merah atau putih, sifat jujur atau culas, kondisi seperti aman, bahagia dan sebagainya.

7) Belajar aturan-aturan atau rule learning.

Individu belajar aturan-aturan yang ada di masyarakat, di sekolah, di rumah ataupun aturan dalam perdagangan, pemerintaan bahkan ilmu pengetahuan.

8) Belajar pemecahan masalah atau problem solving learning.

Dalam kegiatan belajar ini individu dihadapkan kepada masalah-masalah yang harus dipecahkannya, baik masalah yang bersifat praktis dalam kehidupan maupun teoritis dalam suatu bidang ilmu.

1) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar

Didalam proses belajar ada factor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk mencapai suatu keberhasilan yang diharapkan, diantaranya adalah:

a. Faktor-faktor dalam individu.

Banyak faktor yang ada dalam diri individu atau sipelajar yang mempengaruhi usaha dan keberhasilan belajarnya, Faktor-faktor tersebut menyangkut aspek jasmaniah maupun rohaniah dari individu.

b. Faktor-faktor lingkungan.

Keberhasilan belajar juga sangat dipengaruhi oleh factor-faktor diluar diri siswa, baik factor fisik maupun social. Psikologis yang berada pada lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

2) Prinsip-Prinsip Belajar.

Selain faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ada juga beberapa prinsip dalam belajar sebagai penunjang daripada keberhasilan belajar, antara lain: a. Belajar merupakan bagian dari perkembangan.

b. Belajar berlangsung seumur hidup.

c. Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan: faktor lingkungan, kematangan serta usaha dari individu sendiri.


(26)

e. Kegiatan belajar berlangsung pada setiap tempat dan waktu. f. Belajar berlangsung dengan guru atau tanpa guru.

g. Belajar berencana dan disengaja menuntut motivasi yang tinggi.

h. Perbuatan belajar bervariasi dari yang paling sederhana sampai dengan sangat kompleks.

3) Beberapa Teori Belajar a. Teori disiplin mental

Menurut rumpun psikologi ini, individu memiliki kekuatan, kemampuan atau potensi tertentu. Belajar adalah pengembangan dari kekuatan, kemampuan dan potensi-potensi tersebut.

b. Teori behaviorisme.

Rumpun teori ini disebut behaviorisme karena sangat menekankan perilaku atau tingkah laku yang dapat diamati.

c. Teori cognitive-Gesalt-Field

Rumpun ketiga adalah kognitif-gestalt-field. Rumusan ini bersifat molar atau bersifat keseluruhan dan keterpaduan. Teori ini bahwa yang utama pada kehidupan manusia adalah mengetahui (knowing) dan bukan respons. Teori ini menekankan pada peristiwa mental, bukan hubungan stimulus respons.

4) Ciri Khas Perilaku Belajar

Menurut psikologi pendidikan oleh Surya disebut juga “ prinsip-prinsip belajar”9

. Diantara cirri-ciri perubahan khas yang menjadi karakteristik perilaku belajar yang terpenting adalah:

a. Perubahan Intensional

Perubahan yang terjadi dalam proses belajar adalah berkat pengalaman atau praktik yang dilakukan dengan sengaja dan disadari, atau dengan kata lain bukan kebetulan.

b. Perubahan Positif dan Aktif

Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat positif dan aktif.

9

Muhibbinsyah, Psikologi Pendidikan, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya,2010), Cet.15,.h.144


(27)

c. Perubahan Efektif dan Fungsional

Perubahan yang timbul karena proses belajar bersifat efektif, yakni berhasil guna.

2. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan gambaran tentang apa yang harus digali, dipahami dan dikerjakan peserta didik. Hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak peserta didik. Peran peserta didik adalah bertindak belajar, yaitu mengalami proses belajar, dan menggunakan hasil belajar yang digolongkan sebagai dampak penggiring 10.

Menurut Syaiful, hasil belajar adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok, sebagai hasil dari kegiatan belajar 11.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil aktifitas dari mengajar.

3. Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar.

Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar terbagi kedalam factor internal dan eksternal:

a. Faktor Internal

Faktor Internal adalah faktor yang timbul dari dalam diri anak itu sendiri seperti: kesehatan, rasa aman, kemampuan, minat dan lain sebagainya. Faktor ini dapat dibagi menjadi dua yaitu:

1) Faktor Jasmani (fisiologi), yaitu yang berhubungan dengan keadaan jasmani anak, misalnya keshatan, cacat tubuh.

2) Faktor Psikologi (Rohani).

10

Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran,(Jakarta: Direktoret jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI,2009),.Cet I,h.11

11


(28)

b. Faktor Eksternal

Eksternal dapat dipahami sebagai unsure-unsur yang terdapat disekitar subyek yang seperti dikategorikan pada masalah ini. Dapat dikelompokan menjadi tiga faktor yaitu: faktor keluarga, sekolah dan faktor masyarakat.

4. Kegunaan dan Fungsi Hasil Belajar

Secara teoritis hasil belajar dalam lembaga pendidikan mempunyai arti yang sangat strategis jika ditinjau dari kegunaannya, antara lain seperti yang tertera di bawah ini:

a. Sebagai bahan laporan tentang kemajuan siswa yang bersangkutan kepada orangtuanya tentang kemampuan anaknya, disamping sebagai keterangan didik siswa selama mengikuti pendidikan pada suatu lembaga tertentu.

b. Sebagai bahan masukan bagi bimbingan dan penyuluhan.

c. Hasil belajar siswa dapat meramalkan dan memproyeksikan perkembangan dan kemajuan siswa secara individual maupun kelompok.

d. Hasil belajar siswa dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan tentang metode dan bahan yang diberikan guru dalam pelaksanaan supervise.

e. Sebagai keperluan penelitian, terutama mengenai penyelenggaraan pembelajaran yang meliputi penelitian tentang model yang digunakan pada waktu mengajar, kurikulum yang berlaku dan efisiensi lulusannya.

f. Hasil belajar siswa dapat dijadikan sebagai bahan untuk menentukan status siswa dalam berbagai mata pelajaran.

g. Sebagai dasar penilaian terhadap peserta didik dalam mencapai pembelajaran dan kinerja yang diharapkan.

Hasil belajar siswa digunakan untuk memotivasi siswa, dan untuk perbaikan serta peningkatan kualitas pembelajaran oleh guru, pemanfaatan hasil belajar untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran harus didukung oleh siswa, guru, kepala sekolah, dan orangtua siswa.Dukungan ini akan diperoleh apabila mereka memperoleh informasi hasil belajar yang lengkap dan akurat. Untuk itu laporan perkembangan hasil belajar siswa untuk guru atau sekolah, untuk siswa dan orangtua siswa.


(29)

5. Metode Pengukuran Hasil Belajar

Hasil belajar siswa mencakup ranah kognitif, psikomotorik dan afektif. Informasi ranah kognitif dan psikomotorik diperoleh dari system yang digunakan untuk mata pelajaran yang sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar. Informasi ranah afektif diperoleh melalui kuisioner, inventory dan pengamatan yang sistematik.

Hasil belajar siswa harus digambarkan secara jelas dan dapat diukur dengan teknik-teknik penilaian tertentu. Hasil belajar siswa dapat melalui ujian,kusioner, wawancara, atau pengamatan. Informasi hasil belajar ranah kognitif dan psikomotorik diperoleh melalui ujian, sedangkan ranah afektif diperoleh melalui angket, inventory, dan pengamatan”.

Hasil belajar siswa memiliki tingkat keberhasilan yang beragam sesuai dengan kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran. Untuk mengetahui tingkat hasil belajar siswa diperlukan upaya untuk mengukurnya. Tingkat hasil belajar siswa diantaranya dapat diketahui dengan melakukan pengukuran melalui evaluasi atau ulangan. Untuk mengukur evaluasi tingkat belajar siswa melalui tes prestasi belajar, yaitu ulangan harian, ulangan tengah semester, dan ulangan semester.

Ulangan harian digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar bahan tertentu dalam waktu tertentu.

Ulangan tengah semester, tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajarkan dalam waktu tertentu, biasanya pada pertengahan semester. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran daya serap siswa untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

Ulangan semester, tes ini untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester. Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar siswa dalam waktu tertentu.


(30)

Hasil belajar diperoleh dari hasil evaluasi, baik ulangan harian, ulangan tengah semester, maupun ulangan semester, menggambarkan kualitas proses pembelajaran yang dilakukan siswa. Proses pembelajaran dan hasil belajar tersebut keberhasilannya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Syaiful Djamarah menjelaskan “faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar secara garis besar ada empat faktor yaitu faktor lingkungan, instrumental, fisiologi, psikologis”12

.

B. MINAT BELAJAR 1. Pengertian Minat belajar

Yang dimaksud dengan minat (interest) menurut psikologi adalah “suatu kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus. Minat ini terkait dengan perasaan terutama perasaan senang, karena itu dapat dikatakan minat itu terjadi karena sikap senang terhadap sesuatu”13

.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, minat adalah “kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu, gairah, keinginan”14

.

Dapat disimpulkan dari definisi diatas bahwa minat belajar adalah minat yang dapat menunjang belajar, yaitu minat kepada mata pelajaran atau bahan pelajaran, dan juga kepada guru yang mengajar mata pelajaran tersebut. Apabila siswa tidak memiliki minat terhadap mata pelajaran atau bahan pelajaran dan juga gurunya, maka siswa tidak akan mau belajar atau mempelajari mata pelajaran tersebut. Oleh karena itu apabila siswa tidak memiliki minat kepada mata pelajaran dan gurunya maka kewajiban seorang guru untuk membangkitkan atau menumbuhkan sikap positif (menerima) kepada pelajaran tersebut dan kepada gurunya, agar siswa belajar memperhatikan mata pelajaran yang diberikan guru.

Peranan minat dalam belajar lebih besar daripada sikap dalam belajar, minat akan berperan sebagai motivating force yaitu sebagai kekuatan yang mendorong siswa unuk belajar. Siswa yang memiliki minat (sikap senang)

12

Syaiful bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta:Rineka Cipta,2008).h.177 13

H.M Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Islam,(Jakarta:CV. Pedoman Ilmu Jaya),h.84 14

Tim Penyusun kamus Pusat, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta:Balai pustaka,2005),h.774.


(31)

terhadap pelajaran, akan terus terdorong untuk tekun dan rajin dalam belajar, berbeda dengan siswa yang sikapnya hanya menerima terhadap pelajaran, mereka hanya tergerak untuk belajar dengan keterpaksaan tetapi sulit untuk terus tekun karena tidak ada dorongan.

1. Faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar

Menurut Z.F kawareh “bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar antara lain: penguasaan pelajaran, konsern anak sendiri, situasi dan kondisi belajar kurang menyenangkan”15

.

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar juga dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa. Dibawah ini akan diuraikan faktor-faktor tersebut:

a. Faktor- faktor internal seperti: 1) Faktor biologi

2) Faktor kesehatan jasmani dan rohani 3) Cacat tubuh

4) Faktor psikologis seperti: perhatian, kesiapan, bakat. b. Faktor-faktor eksternal seperti:

1) Faktor keluarga 2) Suasana rumah

3) Keadaan ekonomi keluarga

C. MODEL PEMBELAJARAN CTL (Contextual TeachingLearning)

1. Pengertian Model Pembelajaran CTL (Contextual TeachingLearning)

Pembelajaran selama ini diselenggarakan di sekolah-sekolah banyak didominasi oleh pandangan yang menganggap pengetahuan itu sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Guru sebagai sumber utama bahkan bisa dikatakan satu-satunya sumber, sehingga ceramah sebagai strategi utama dalam pembelajaran. Padahal pengetahuan bukan seperangkat fakta yang harus dihafal tetapi suatu yang harus dikonstruksikan sendiri oleh siswa.

15


(32)

Oleh karena itu dibutuhkan model pembelajaran yang dapat memberdayakan pembelajar, tidak memaksanya menghafal fakta-fakta, dan dapat mendorongnya untuk mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri, serta memberikan pelayanan kepada siswa sesuai dengan bakat dan kemampuan yang dimilikinya. Model yang tepat untuk pembelajaran PKn adalah CTL (Contextual

Teaching Learning)., model ini menggabungkan semua best practice,

prakte-praktek terbaik dari model yang ada. Disamping itu banyak pendekatan yang dilibatkan untuk merumuskan prinsip-prinsipnya. Dengan kata lain CTL

(Contextual Teaching Learning) adalal sinergi berbagai pendekatan dan disiplin

ilmu.

CTL (Contextual Teaching Learning) disebut juga pendekatan kontekstual karena konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi sehahri-hari siswa, sehingga dapat mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari sebagai anggota masyarakat. Disamping itu siswa dapat belajar melalui mengalami bukan menghafal, karena pengetahuan bukan suatu perangkat fakta dan konsep yang siap diterima, akan tetap sesuatu yang harus dikonstruksi oleh siswa.

2. Komponen-komponen CTL (Contextual Teaching Learning)

Ada tujuh komponen yang menandai pelaksanaan dalam proses pembelajaran model CTL (Contextual Teaching Learning) yaitu:

a. Konstruktivisme, konsep ini menuntun siwa untuk menyusun dan membangun

makna atas pengalaman baru yang didasarkan pada pengetahuan tertentu. Pembelajaran dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan.

b. Tanya Jawab (Quetioning), dalam konsep ini kegiatan Tanya jawab yang dilakukan dengan baik oleh guru maupun siswa. Pertanyaan guru digunakan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir secara kritis dan mengevaluasi cara berpikir siswa, sedangkan pertamyaan siswa merupakan


(33)

wujud keingintahuan. Dalam konsep ini proses perpindahan berlangsung dari pengamatan menjadi pemahaman.

c. Inquiry, merupakan siklus proses dalam membangun pengetahuan atau konsep

yang bermula dari melakukan observasi, bertanya, investigasi, analisis, kemudian membangun teori atau konsep.

d. Komunitas Belajar (Learning Community), yaitu kelompok belajar atau komunitas yang berfungsi sebagai wadah komunikasi untuk berbagi pengalaman dan gagasan. Siswa dapat bertukar penglaman dengan yang lainnya dan dapat berbagi ide dengan yang lain tentang apa yang sedang dialami atau dilakukan.

e. Pemodelan (modeling), dalam konsep ini kegiatan mendemonstrasikan suatu kerja agar siswa dapat mencontoh, belajar atau melakukan sesuatu sesuai dengan model yang diberikan.

f. Refleksi (reflection), yaitu melihat kembali atau merespon kejadian, kegiatan dan penglaman yang bertujuan untuk mengidentifikasi hal yang sudah diketahui, dan hal yang belum diketahui agar dapat dilakukan suatu tindakan penyempurnaan.

g. Penilaian Otentik (authentic assessment), adalah prosedur penilaian yang menunjukkan kemampuan (pengetahuan, keterampilan sikap) siswa secara nyata. Pembelajaran seharusnya mampu membantu siswa agar mampu mempelajari sesuatu, bukan pada diperolehnya informasi diakhir periode. Kemajuan belajar dinilai tidak hanya hasil tetapi lebih pada prosesnya dengan berbagai cara menilai pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa 16.

3. Proses Belajar Menurut Model CTL (Contextual Teaching Learning)

a) Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkonstruksi pengetahuan dipikiran mereka sendiri.

b) Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiripola-pola bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru.

16

Moh. Murtadho Amin dkk, Pembelajaran PKn MI, (Surabaya: Amanah Pustaka,2009),h.8-9


(34)

c) Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang itu terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang suatu persoalan.

d) Pengetahuan tidak dapat dipisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan. e) Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi

baru.

f) Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.

g) Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak itu dapat berjalan terus seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan keterampilan seseorang 17.

4. Perbedaan Model CTL (Contextual Teaching Learning) dengan konvensional

Model CTL (Contextual Teaching Learning): a) Menyandarkan pada memori spasial.

b) Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa.

c) Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata atau masalah yang disimulasikan.

d) Selalu mengaitkan informasi dengan pengetahuan yang dimiliki siswa. e) Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.

f) Cenderung mengintegrasikan beberapa bidang.

g) Siswa menggunakan waktu belajarnya untuk menemukan, menggali, berdiskusi, berpikir kritis, atau mengerjakan proyek dan pemecahan masalah (melalui kerja kelompok).

h) Perilaku dibangun atas kesadaran sendiri.

i) Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman. j) Hadiah dari perilaku baik adalah kepuasan diri.

17

M. Hanafi, M.Ag, M.A, Sejarah Kebudayaan Islam, (Dirjen Pendidikan Islam Republik Indonesia,2009),h.52


(35)

k) Siswa tidak melakukan hal yang buruk karena sadar hal tersebut keliru dan merugikan

l) Perilaku baik berdasarkan motivasi intrinsik.

m) Pembelajaran terjadi diberbagai tempat, konteks dan setting. n) Hasil belajar diukur melalui penerapan penilaian autentik. Model Konvensional:

a) Menyandarkan pada hafalan.

b) Pemilihan informasi ditentukan oleh guru. c) Siswa secara pasif menerima informasi. d) Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis.

e) Memberikan tumpukan informasi kepada siswa sampai saatnya diperlukan. f) Cenderung berfokus pada satu bidang.

g) Waktu belajar siswa sebagaian besar dipergunakan untuk mengerjakan buku tugas, mendengar ceramah, dan mengisi latihan yang membosankan melalui kerja individual.

h) Perilaku dibangun atas dasar kebiasaan.

i) Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan.

j) Hadiah dari perilaku baik adalah pujian atau nilai (angka) rapot.

k) Siswa tidak melakukan hal-hal yang buruk karena takut akan hukuman. l) Perilaku baik berdasarkan motivasi ekstrinsik.

m) Pembelajaran hanya terjadi didalam kelas.

n) Hasil belajar diukur melalui kegiatan akademik dalam bentuk tes / ujian /ulangan.

5. Langkah-langkah Pembelajaran Model CTL (Contextual Teaching Learning)

Secara garis besar langkah-langkah pembelajaran model CTL (Contextual

Teaching Learning) adalah sebagai berikut:

a) Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan dan mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.

b) Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topic. c) Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.


(36)

d) Menciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok). e) Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran.

f) Melakukan refleksi diakhir pertemuan.

g) Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

D. HAKIKAT PEMBELAJARAN PKN 1. Pengertian PKn

PKn adalah pembelajaran atau ilmu pengetahuan yang membina agar siswa (peserta didik) untuk menjadi warga Negara yang baik, agar siswa menyadari potensi dan harga dirinya sebagai warga negara, paham dan terampil, berlaku sebagai warganegara mengerti hak dan kewajiban dalam kehidupan antar manusia dan antar lembaga kenegaraan. PKn adalah media pembelajaran yang akan meng-Indonesiakan siswa swcara sadar, cerdas dan penuh tanggungjawab. Oleh karena itu program pembelajaran PKn memuat konsep-konsep umum yang dipilih dari ketatanegaraan, politik dan hokum dari negara yang bersangkutan, serta dari teori-teori umum yang cocok dengan target tersebut. Karakter disiplin ilmu politik dominan baik dalam pengorganisasian bahan materi (programnya) maupun dalam pembelajarannya 18.

Pendidikan Kewarganegaraan yang kita kenal sekaranng telah mengalami perjalanan yang panjang dan melalui kajian kritis sejak tahun 1960-an yang dikenal dengan mata pelajaran Civic di Sekolah Dasar dan merupakan embrio dari

Civic Education sebagai “The body of Knowledge”. Pendidikan Kewarganegaraan

sebagai instrumen pengetahuan diarahkan untuk membangun masyarakat demokrasi beradab. Secara normatif Pendidikan Kewarganegaraan memperoleh dasar hukum yang diatur dalam pasal 3 Undang-Undang Dasar No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Dalam Undang-Undang no.20 tahun 1989 tentang system Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan adalah suatu program pendidikan yang berfungsi dalam memberikan bekal kepada peserta didik

18

Drs. H. Sapriya, M.Ed,dkk, Pembelajaran dan Evaluasi Pembelajaran IPS, (Bandung:UPI Press,2006),h.9


(37)

mengenai pengetahuan, tentang hubungan antar Negara dan Warga Negara serta pengetahuan tentang Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN). Menurut Zamroni “Pendidikaan Kewarganegaraan adalah pendidikan yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis, melalui aktifitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru tentang kesadaran bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang palin menjamin hak-hak warganegara”19

.

2. Konsep dan Tujuan PKn

Konsep Kewarganegaraan (citizenship) berdasarkan Depdiknas “merupakan materi yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia dan suku bangsa, untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas dan berkarakter, sesuai dengan yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945”20

.

Berdasarkan UUD nomor 20 tahun 2003 penjelasan pasal 37 ayat (1), ditegaskan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Kewarganegaraan merupakan materi yang memfokuskan pembentukan diri yang beragam, baik dari segi bahasa, usia, agama, suku bangsa dan sosio-kultural untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter. Landasan PK nada dua yaitu landasan Yuridis dan landasan ilmiah. Landasan Yuridis meliputi: UU no.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah no.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Sedangkan landasan landasan ilmiahnya adalah bahwa setiap bangsa dan negara bertujuan meningkatkan taraf hidup warga negaranya, serta mampu mngantisipasi

19

A. Ubaedillah dan Abd.Rozak, Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, (Jakarta: Tim Indonesian Center of Education (ICCE) UIN Syarif Hidayatullah,2007), Edisi revisi,h.11-12.

20

Ine Kusuma Arya dan Markum Sustim, PKn Berbasis Nilai, (Bogor: Ghalia Indonesia,2010),h.39


(38)

perkembangan dan perubahan masa depannya berdasarkan nilai-nilai keagamaan, nilai-nilai moral dan nilai-nilai budaya bangsa 21.

Tujuan umum PKn adalah membentuk peserta didik yang menguasai kemampuan berpikir, bersikap rasional dan dinamis, berpandangan luas sebagai manusia intelektual.

Tujuan khusus PKn adalah mengantarkan peserta didik memiliki wawasan kesadaran berwarga negara untuk bela negara dan memiliki pola piker, pola sikap dan pola perilaku untuk cinta tanah air Indonesia.

E. HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN

1. Penelitian dengan judul” Pengaruh Pendekatan Kontekstual (CTL) Terhadap Hasil Belajar Matematika” oleh Ria Oktavianita, Pendidikan Matematika, UIN Jakarta tahun 2008, menyatakan bahwa berdasarkan data yang telah penulis analisis ternyata penggunaan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII, SMP PGRI 2 Ciputau dan hasilnya lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

2. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Safriadi, jurusan pendidikan IPS, UIN Jakarta tahun 2008 dengan judul “Hubungan Penerapan Pendekatan Kontekstual (CTL) Dengan Kualitas Pembelajaran IPS di SMPN 253 Jakarta”. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penerapan pendekatan kontekstual mempunyai hubungan yang positif dan signifikan dengan kualitaspembelajaran IPS di SMPN 253 Jakarta.

F. KERANGKA BERPIKIR

Permodelan adalah suatu strategi pembelajaran yang dapat berbentuk demonstrasi, pemberian contoh tentang konsep dan aktifitas belajar, sedangkan

CTL (Contextual Teaching Learning) adalah “konsep pembelajaran yang

menekankan pada keterkaitan materi dengan kehidupan nyata yang dialami peserta didik sehari-hari”. Sedangkan Pendidikan Kewarganegaraan merupakan

21

Drs.H. Sapriya,dkk, Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Pembelajaran IPS,(Bandung: UPI PRESS,2006),h.19


(39)

salah satu mata pelajaran yang dapat membentuk diri yang beragam dari segi sosio-kultural, bahasa, usia, agama, untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil dan berkarakter sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleg Depdiknas, mengemukakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang secara umum bertujuan untuk mengembangkan potensi individu warga Indonesia sehingga memiliki wawasan, sikap, dan keterampilan kewarganegaraan yang memadai dan memungkinkan untuk berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab dalam berbagai kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Belajar pada dasarnya merupakan suatu perubahan, proses usaha aktif seseorang untuk memperoleh, sehingga terbentuk perilaku baru menuju arah yang lebih baik. Kenyataannya, para peserta didik seringkali tidak mampu mencapai tujuan belajarnya atau tidak memperoleh perubahan tingkah laku sebagaimana yang diharapkan. Terutama pada mata pelajaran PKn, hal ini menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan yang merupakan hambatan dalam mencapai hasil belajar.

Hal tersebut didasari oleh dua faktor yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar, dan cara menghadapi itu ada kecenderungan tidak semua siswa dapat memecahkan masalhnya sendiri, ia tidak tahu masalah yang sedang dihadapi, adapula siswa yang tidak mempunyai masalah dalam belajar, padahal masalah yang dihadapinya cukup berat.

Gambar 2.1

Faktor Penyebab Hasil Belajar Rendah:

- Minat belajar siswa rendah - Guru

menggunakan model

konvensional dalam

penyampaian materi

Pembelajaran PKn

Hasil Belajar Rendah

Pelaksanaan Pembelajaran

Hasil Belajar Meningkat


(40)

Berdasarkan judul penelitian “Peranan Model CTL (Contextual Teaching

Learning) Dalam Meningkatkan Minat Dan Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada

Mata Pelajaran PKN” maka pengajuan hipotesis yang digunakan adalah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran CTL (Contextual

Teaching Learning) yang dimulai dengan pembuatan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), format observasi, tahap evaluasi setiap siklus dan lembar questioner tanggapan siswa.

Berdasarkan kerangka berpikir diatas, selama ini hasil belajar dalam mata pelajaran PKn selalu rendah dan dibawah KKM, dikarenakan minat siswa terhadap mata pelajaran PKn yang rendah. Guru dalam mengajar pelajaran PKn pun kurang menguasai model-model pembelajaran karena sering menggunakan model konvensional atau tradisional yang mengakibatkan siswa merasa jenuh dari permasalahan diatas peneliti melakukan penelitian tindakan kelas terhadap pembelajaran PKn dengan menggunakan model CTL (Contextual Teaching


(41)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

Penelitian ini adalah Penilain Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan pada bulan Februari-Maret semester genap tahun pelajaran 2012/2013 di MIS Irsyadul Khair. Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan terhadap seluruh siswa kelas V sebanyak 30 siswa.

B. SUBYEK ATAU PARTISIPASI YANG TERLIBAT DALAM

PENELITIAN

Subyek atau partisipan yang terlibat dalam penelitian kelas ini adalah seluruh siswa kelas V MIS Irsyadul Khair yang berjumlah 30 orang, terdiri atas 12 siswa 18 siswi. Observer yang terlibat dalam penelitian ini yaitu guru mata pelajaran PKn di MIS Irsyadul Khair Jakarta Selatan.

C. PERAN DAN POSISI PENELITI DALAM PENELITIAN

Peran dan posisi peneliti adalah sebagai observer dan juga sekaligus guru kelas yang berkolaborasi dengan satu guru PKn sebagai sumber untuk mengevaluasi kelebihan dan kekurangan peneliti dalam proses pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran model CTL (Contextual Teaching Learning)

pada mata pelajaran PKn.

Tabel 3.1

Kegiatan Penelitian Nov jan Feb Mar Apr Mei

Pengajuan proposal

Persiapan dan perencanaan

Observasi

Kegiatan Penelitian

Analisis data

Laporan penelitian


(42)

D. METODE PENELITIAN DAN DESAIN INTERVENSI TINDAKAN 1) Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau yang lebih dikenal dengan nama Classroom Action Research. Penelitian Tindakan Kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri 22. Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang merupakan salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Model penelitian ini adalah model Kemmis dan Mc Taggart, model ini merupakan pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin. Hanya saja komponen Acting (tindakan) dan observing merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan. Penelitian menunjuk pada suatu kegiatan mencermati obyek dengan aturan kegiatan tertentu untuk memperoleh data dan informasi yang bermanfaat untuk peneliti. Sedangkan tindakan merupakan suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dan kelas merupakan tempat yang didalmnya terdapat kelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan per silkus. Masing-masing masuk dalam satu siklus yang merupakan putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), refleksi

(reflecting). Bentuk sesungguhnya jumlah siklus sangat tergantung pada masalah

yang perlu dipecahkan. Desain penelitian yang digunakan menunjuk pada model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto, digambarkan dibawah ini:

22

Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2010),h.13


(43)

Gambar 3.1

Siklus Penelitian Tindakan Kelas

SIKLUS I

SIKLUS II

Sumber: Kemmis dan Mc Taggart

1) Perencanaan (planning)

Didalam penentuan perencanaan dapat dipisahkan menjadi dua, yaitu perencanaan umum dimaksudkan untuk rancangan yang meliputi keseluruhan aspek yang terkait dengan penelitian tindakan kelas. Sementara itu, perencanaan khusus dimaksudkan untuk menyusun rancangan dari siklus per siklus. Oleh karenanya, dalam perencanaan khusus ini tiap kali terdapat perencanaan ulang (replanning).

Hal-hal yang direncanakan diantaranya terkait dengan pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran, teknik atau strategi pembelajaran, media dan hamper sama dengan apabila kita menyiapkan suatu kegiatan belajar mengajar.

Perencanaaan

Pelaksanaa Perencanaan

Refleksi

Pengamatan

Pengamatan

Pelaksanaa Refleksi


(44)

2) Pelaksanaan (acting)

Tahap ini merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan itu yaitu mengenai tindakan kelas. Hal yang perlu diingat adalah bahwa dalam tahap ini pelaksana harus ingat dan berusaha mentaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar, tidak dibuat-buat. Jika perencanaan yang telah dirumuskan sebelumnya merupakan perencanaan yang cukup matang, maka proses tindakan semata-mata merupakan pelaksanaan perencanaan itu 23.

3) Pengamatan (observing)

Pengamatan (observing) atau monitoring dapat dilakukan sendiri olah peneliti atau kolaborator, yang memang diberi tugas untuk hal itu. Pada saat monitoring pengamat haruslah mencatat semua peristiwa atau hal yang terjadi di kelas penelitian.

4) Refleksi (reflecting)

Pada prinsipnya yang dimaksud dengan reflecting adalah upaya evaluasi yang dilakukan oleh para kolaborator atau partisipan yang terkait dengan suatu penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan. Refleksi ini dilakukan dengan cara kolaboratif, yaitu adanya diskusi terhadap berbagai masalah yang terjadi di kelas penelitian. Dengan demikian, refleksi dapat ditemukan sesudah adanya implementasi tindakan dan hasil observasi.

E. TAHAPAN INTERVENSI TINDAKAN

Penelitian tindakan diawali dengan melakukan penelitian pendahuluan (pra penelitian) kemudian akan dilanjutkan dengan siklus I dan siklus selanjutnya hingga mencapai indicator keberhasilan.

Adapaun dari tahapan-tahapan di atas adalah sebagai berikut:

23

Maifalinda Fatra dan Abd Rozak, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: FITK UIN Jakarta,2010),h.31


(45)

1. Pra Penelitian

a) Observasi kegiatan belajar mengajar

Pada kegiatan ini peneliti mengadakan tindakan pengamatan awal terhadap proses pembelajaran PKn pada kelas V MIS Irsyadul Khair. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran dan aktifitas pada mata pelajaran PKn.

b) Wawancara dengan guru dan siswa

Wawancara dilaksanakan terhadap guru dan siswa sekolah untuk menjaring permasalahan yang dihadapi dalam proses pembelajaran PKn sebelum penelitian tindakan ini dilakukan.

c) Analisis dan refleksi

Analisis dan refleksi dari kegiatan penelitian pendahuluan (pra penelitian) ini dilakukan untuk menganalisis data wawancara dan hasil belajar siswa kelas V yang diperoleh peneliti pada saat kegiatan penelitian pendahuluan (pra penelitian). Setelah itu direfleksikan untuk memperoleh cara yang tepat untuk mengatasi permasalahan yang muncul sehingga dapat diberikan tindakan yang tepat pada tahap pelaksanaan pembelajaran selanjutnya.

2. Kegiatan Siklus I

a. Tahapan Pelaksanaan Tindakan (Planning)

1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Sebelum melakukan penelitian, peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terlebih dahulu, RPP yang dibuat yaitu RPP berbasis model CTL (Contextual Teaching Learning). Materi yang tercantum dalam RPP siklus I adalah Kebebasan Berorganisasi.

2) Membuat hand out

Membuat hand out untuk media belajar siswa untuk menunjang kelancaran proses pembelajaran. Maka peneliti membuat hand out yang berhubungan dengan materi pokok yang akan dipelajari pada siklus I, yaitu kertas yang


(46)

telah digunting dituliskan pasangan jawaban dari masing-masing kertas tersebut.

3) Menyiapkan instrument (tes dan lembar observasi)

Instrumen yang dibuat pada penelitian adalah instrument tes hasil belajar yang berisi 25 soal dalam bentuk pilihan ganda. Selain instrument tes, peneliti menyiapkan lembar observasi yang digunakan untuk mengamati aktifitas guru dan siswa pada saat berlangsungnya proses pembelajaran siklus I.

4) Melakukan Uji coba instrument

Peneliti melakukan uji coba instrument tes hasil belajar pada siswa kelas V. Jumlah soal yang diuji cobakan adalah 25 soal dalam bentuk pilihan ganda. Dilakukan dalam dua kali pertemuan, pertemuan pertama 15 soal pilihan ganda dan pertemuan kedua 10 soal pilihan ganda.

b. Tahapan Pelaksanaan Tindakan (acting)

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah pelaksanaan scenario dan rencana pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Dalam tahap ini peneliti sebagai pelaksana tindakan menyampaikan materi dengan penerapan pembelajaran model CTL (Contextual Teaching Learning). Pada saat peneliti melaksanakan tindakan, pengamatan dilakukan oleh observer yang telah disiapkan sebelumnya.

c. Tahapan Observasi (observing)

1) Kolaborator mengobservasi proses pembelajaran dengan menggunakan model CTL (Contextual Teaching Learning) sekaligus mengamati aktifitas siswa.

2) Kolaborator menilai hasil belajar PKn setelah diberikan tes awal (pre test) dan tes akhir (post test)

d. Tahapan refleksi (reflecting)

Analisis dan refleksi dari proses pembelajaran siklus I dilakukan untuk menganalisis data hasil post test siklus I dan lembar observasi. Selain itu peneliti bersama kolaborator mengidentifikasi beberapa kekurangan pada proses belajar siklus I. Kemudian membandingkannya dengan indicator


(47)

ketercapaian, maka akan dilanjutkan pada siklus II. Setelah itu peneliti dan kolaborator berdiskusi untuk merencanakan tindakan yang tepat pada proses pembelajaran siklus II.

3. Kegiatan Penelitian (siklus II)

a. Tahap Perencanaan Tindakan (planning)

1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Membuat rencana penelitian, peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terlebih dahulu. RPP yang dibuat yaitu berbasis model CTL (Contextual Teaching Learning). Materi pokok tercantum dalam RPP siklus II adalah menghargai keputusan bersama.

2) Membuat hand out untuk media belajar siswa

Untuk menunjang kelancaran proses pembelajaran, maka peneliti membuat hand out yang berhubungan dengan materi pokok yang akan dipelajari pada siklus II, yaitu lembaran kertas yang berisi tugas untuk masing-masing kelompok yang akan dibagikan ke siswa kelas V.

3) Menyiapkan instrument (tes dan lembar observasi)

Instrumen yang dibuat pada penilitian ini adalah instrument tes hasil belajar yang berisi 25 soal dalam bentuk pilihan ganda. Yang dilakukan dalam dua kali pertemuan, pertemuan pertama 15 soal dan pertemuan kedua 10 soal. Selain instrument tes, peneliti menyiapkan lembar observasi yang digunakan untuk mengamati aktifitas guru dan siswa pada saat berlangsungnya proses pembelajaran siklus II.

4) Melakukan uji coba instrument

Peneliti melakukan uji coba instrument tes hasil belajar pada siswa kelas V. Jumlah soal yang diujikan adalah 25 soal dalam bentuk pilihan ganda. b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pada kegiatan ini peneliti mempersiapkan hal-hal apa saja yang diperlukan pada saat pelaksanaan siklus II. Hal-hal tersebut adalah materi apa saja yang akan dibahas, hasil refleksi siklus II, bagaimana cara melaksanakannya dan juga aktifitas-aktifitas apa saja yang harus diperbaiki pada siklus II ini, dan


(48)

hasil belajar siswa lebih meningkat dari siklus I dan kegiatan belajar siswa dalam mata pelajaran PKn menjadi lebih besar.

c. Tahap Observasi (oservasing)

1) Kolaborator mengobservasi proses pembelajaran dengan menggunakan model CTL (Contextual Teaching Learning) sekaligus mengamati aktifitas siswa.

2) Kolaborator menilai hasil belajar PKn sisswa setelah diberikan tes awal (pre test) dan tes akhir (post test) pada siklus II.

3) Mendokumentasikan kegiatan pembelajaran. d. Tahap refleksi (reflecting)

Analisis dan refleksi dari proses pembelajaran siklus II dilakukan untuk menganalisis data hasil post test siklus II dan lembar observasi. Selain itu peneliti bersama kolaborator mengidentifikasi beberapa kekurangn pada proses pembelajaran siklus II. Kemudian membandingkannya dengan indikator ketercapaian , maka akan dilanjutkan siklus selanjutnya. Namun jika indikator sudah tercapai maka penelitian akan dihentikan.

F. HASIL INTERVENSI TINDAKAN

Hasil intervensi tindakan dari penelitian ini adalah: 1) Minat belajar siswa

Dengan menggunakan model CTL (Contextual Teaching Learning) ini diharapkan siswa dapat lebih materi yang disampaikan oleh guru, sehingga tumbuh minat siswa karena belajar PKn tidak membuat mereka menjadi bosan dan jenuh.

2) Hasil Belajar Siswa

Dengan menggunakan model CTL (Contextual Teaching Learning) peneliti berharap siswa dapat lebih termotivasi dan hasil belajarpun akan lebih meningkat. Serta meningkatnya hasil belajar yang dicapai setelah pelaksanaan pembelajaran sebagai nilai batas tuntas minimal atau criteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditentukan oleh sekolah yaitu 60.


(49)

G. DATA DAN SUMBER DATA

1) Data kualitatif: Hasil Observasi proses pembelajaran, hasil wawancara terhadap guru dan siswa dan dokumentasi (berupa foto kegiatan pembelajaran)

2) Data kuantitatif: Nilai hasil Pre test dan post test. Sumber data diperoleh dari guru kelas, siswa dan peneliti.

H. INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ada dua jenis yaitu tes dan non tes:

1. Tes ( pre test dan post test)

Dalam pengumpulan data bukan hanya ada dalam prosedur penelitian, tapi juga ada dalam prosedur evaluasi. Untuk mengumpulkan data evaluasi tentu orang memerlukan suatu alat, antara lain tes.

Tes merupakan sejumlah pertanyaan yang memiliki jawaban yang benar dan salah. Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Tes juga sebagai sejumlah pertanyaan yang membutuhkan jawaban, atau sejumlah pertanyaan yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan mengukur tingkat kemaampuan seseorang atau mengungkap aspek tertentu dari orang yang dikenai tes 24.

Pada hakikatnya tes adalah serangkaian tugas yang harus dilakukan atau soal-soal yang harus dijawab oleh peserta didik untuk mengukur suatu aspek perilaku tertentu 25.

Tes tertulis ini berupa pre test dan post test yaitu tes yang diberikan sebelum pengajaran dimulai dan bertujuan untuk mengetahui sampai dimana penguasaan siswa terhadap bahan pengajaran yang akan diajarkan. Sedangkan post test yaitu tes yang diberikan pada setiap akhir program satuan pengajaran,

24

Harun Rasyid dan Mansur, Penilaian Hasil Belajar, (Bandung: PT. Wacana Prima,2008),cet.kedua,h.11

25

Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran,(Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI,2009),cet pertama,h.4


(50)

tujuan post test adalah untuk mengetahui sampai dimana pencapaian siswa terhadap bahan pengajaran setelah mengalami suatu kegiatan pembelajaran 26. Soal-soal pre test dibuat sama dengan soal-soal post test.

Tes yang digunakan adalah tes obyektif berupa soal pilihan ganda sebayak 25 soal pada tiap siklusnya dan dua kali pertemuan pada tiap siklusnya. Bentuk penilaian pilihan ganda adalah dengan memberikan nilai 1 apabila siswa menjawab pilihan ganda benar dan nilai 0 apabila siswa menjawab salah.

2. Non Tes

a. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan sebagai assessment kinerja yang digunakan untuk menilai aktifitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. b. Catatan Lapangan

Catatan lapangan berisikan kegiatan-kegiatan ketika pembelajaran berlangsung. Catatan lapangan meliputi rencana, tindakan, observasi dan refleksi.

c. Lembar Wawancara

Wawancara dilakukan baik dengan siswa maupun observer setelah pembelajaran.

I. TEKNIK PEMERIKSAAN KETERPECAYAAN STUDI

Alat ukur yang digunakan dalam suatu penelitian harus tepat, artinya alat ukur yang digunakan harus sesuai dengan fungsi dan sasaran pengukuran. Uji validitas, uji reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda menggunakan ANATEST.

1. Uji Validitas

Validitas berasal dari kata validity, dapat diartikan tepat atau shahih ,yakni sejauh mana kecpatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurannya. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk

26

Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pembelajaran, (Jakarta: PT.Remaja Rosdakarya,2006),h.36


(51)

mendapatkan data (mengukur) itu valid 27. Validitas yang digunakan adalah validitas item (yang merupakan bagian tak terpisahkan dari tes sebagai suatu totalitas), dalam mengukur apa yang seharusnya diukur lewat butir item tersebut. Pernyataan tersebut merupakan petunjuk bahwa semakin besar “dukungan” yang diberikan oleh butir-butir item (sebagai bagian tak terpisahkan dari tes), maka tes tersebut akan semakin menunjukan “kemampuan”. Sebaliknya, semakin kecil “dukungan” yang diberikan oleh masing-masing butir item terhadap tes sebagai suatu totalitas maka tes menjadi semakin “kurang mantap”28

.

Rumus rpbi = Mp – Mt p

SDt q

Rpbi : Koefisien korelasi point biserial yang melambangkan kekuatan korelasi antara variable I dengan variable II, yang didalamnya hal ini dianggap Sebagai koefisien validitas item.

Mp : Skor rata-rata hitung yang dimiliki oleh testee, yang untuk butir item yang bersangkutan telah dijawab dengan betul.

Mt : Skor rata-rata dari skor total SDt : Deviasi standar dari skor total

P : Proporsi testee yang menjawab betul terhadap butir item yang sedang diuji validitas itemnya.

Q : Proporsi testee yang menjawab salah terhadap butir item yang sedang diuji validitas itemnya .

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah ketepatan atau ketelitian suatu alat ukur (evaluasi). Jadi suatu tes dikatakan reliable jika dapat dipercaya, konsisten atau stabil dan

27

Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif,kualitatif, dan R&D (Bandung:Alfabeta,2010),h.173

28

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada,2008),h.182.


(52)

produktif. Dalam pandangan positifistik (kuantitatif) “suatu data dikatakan reliable dua atau lebih peneliti dalam obyek yang sama menghasilkan data yang sama, atau peneliti sama dalam berbeda menghasilkan data yang sama, atau sekelompok data bila dipecah menjadi dua menunjukan data yang tidak berbeda”29

.

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrument tersebut sudah baik. Uji reliabilitas yang digunakan dalam menguji instrument dengan menggunakan rumus Kuder Richardo atau K-R 20, yaitu:

Rumus r11 = n S² - ∑ pq

n – t S² Keterangan

r11 : reliabilitas tes secara keseluruhan

p : proporsi subjek yang menjawab item dengan benar.

q : proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q = 1 – p) ∑pq : jumlah hasil perkalian antara p dan q

n : banyaknya item

S : standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians) 30.

Pemberian interpretasi terhadap koefisien reliabiltas tes pada umumnya digunakan patokan sebagai berikut:

a. Apabila r11 sama dengan atau lebih besar daripada 0,70 berarti tes hasil belajar yang sedang diuji reliabilitasnya dinyatakan telah memiliki reliabillitas yang tinggi (reliable).

b. Apabila r11 lebih kecil daripada 0,70 berarti bahwa tes hasil belajar yang sedang diuji reliabilitasnya dinyatakan belum memiliki reliabilitas yang tinggi (un-reliable) 31.

29

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,2010),h.268

30

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan,(Jakarta: Bumi Aksara,2002),Ed.Rev,cet.3,h,209

31


(53)

3. Tingkat Kesukaran

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesukaran dari item soal, mudah, sedang dan sukar. Hasil hitungnya merupakan proporsi atau perbandingan antara siswa yang menjawab benar dengan keseluruhan siswa yang mengikuti tes. Rumus yang digunakan adalah: 32

P = B

JS

Keterangan:

P = indeks kesukaran item

B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

Klasifikasi indeks kesukaran:

0,00 – 0,30 = soal kategori susah

0,30 – 0 70 = soal termasuk kategori sedang 0,70 – 1,00 = soal termasuk kategori mudah J. TEKNIK ANALISIS BELAJAR

1. Tes Hasil Belajar a. N – Gain

Analisis dilakukan setelah semua data yang diperlukan terkumpul. Proses analisis ini diawali dengan mendata seluruh data yang ada dari berbagai sumber, baik berupa data kuntitatif maupun kulitatif. Dalam penelitian tindakan kelas ini analisis data yang dilakukan berupa analisis kulitatif dan kuantitatif.

Gain adalah selisih antara nilai post test dan pre test, gain menunjukan peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep setelah pembelajaran dilakukan oleh guru. Uji normal gain digunakan untuk menghindari bias pada penelitian dan menggunakan rumus menurut Meltzer.

32


(54)

N Gain = Skor post test Skor pre test Skor maksimal skor pre test

Dengan kategori problem G tinggi = nilai (g) > 0,70

G sedang = nilai 0,70 > (g) > 0,30 G rendah = nilai (g) < 0,30

b. Statistik Deskriptif

Mendeskripsikan data dan menghitung nilai rata-rata, nilai tertinggi, nilai terendah, dan presentase ketuntasan. Untuk menghitung rata-rata menggunakan rumus berikut:

X = ∑x

n

Keterangan:

∑x = jumlah seluruh skor x dalam sekumpulan data x = nilai rata-rata

n = jumlah seluruh data

2. Lembar Observasi a. Lembar Aktifitas Siswa

Penilaian hasil belajar observasi aktivitas siswa menggunakan rentang nilai dari 5 sampai dengan 1. Dengan demikian jika dalam penelitian ada 15 aspek yang harus diamati, maka skor maksimum adalah 75 dan skor minimumnya adalah 15. Dalam penelitian hasil observasi aktifitas siswa dibagi empat kategori berdasarkan presentase perolehan. Kategori tersebut adalah sebagai berikut:

Kurang : 0 – 54% Cukup : 55 – 64% Baik : 65 – 84% Sangat Baik : 85 – 100%


(1)

161

LAMPIRAN XIII


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Tim Penyusun, Undang-Undang RI No.20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: CV. Tamia Utama,2003.

P, Irawan., Teori Belajar, Jakarta: Pekerti A-A.

Mudjiono dan Dimyanti, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, Cet.4,2010.

Herry Hermawan, Asep., Belajar dan Pembelajaran Di SekolagDasar, Bandung: UPI Press,2007.

Budiman, Amin. Dan Setiawati,Hj.,Bimbingan Konseling, Jakarta: Dirjen Pendidikan Departemen Agama Ri,2009.

Arifin,Zaenal.,Evaluasi Pembelajaran, Jakarta: Dirjen Pendidikan Departemen Agama RI,Cet.I,2009.

Madjid,Abdul.,Perencanaan Pembelajaran, Bandung: PT. Remaja Rosadakarya,2011.

Bahri Djamarag, Syaiful.,Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta,2008.

Sabri,Alisuf.H.M., Psikologi Pendidikan Islam, Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya. Tim Penyusun.,Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,2005. Kawareh,Z.F.,Pengembangan Minat Belajar, Jakarta: Bina Karya,1995.

Rozak,Abdul. Dan Ubaedillah,dkk.,Hak Asasi dan MasyarakatMadani, Jakarta: Tim ICCE UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,2007.

Arya,Ine Kusuma dan Sustim,Markum.,PKn Berbasis Nilai, Bogor: Ghalia Indonesia,2010.

Sapriya,H.Drs.M.Ed.,Pembelajaran dan EvaluasiHasilBelajar IPS, Bandung: UPI Press,2006.

Wiriaatmadja,Rochiati.,Metode Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: PT. Remaja Rosadakarya,2010.

Arikunto,Suharsimi., Penelitian Tindakan Kelas,Jakarta: PT. Bumi Aksara, Cet.9,2010.

Rasyid,Harun dan Mansur.,Penilaian Hasil Belajar, Bandung: PT. Wacana Prima,2008.


(3)

Arifin,Zaenal.,Evaluasi Pembelajaran, Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI,2009.

Purwanto,Ngalim.,Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pembelajaran, Jakarta: PT. Remaja Rosadakarya,2006.

Sugiyono.,Metode Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Afabeta,2010.

Sudijono,Anas.,Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2008.

Arikunto,Suharsimi., Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara,Cet.3,2002.


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Penerapan Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (Ctl) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS

0 5 205

PENGARUH PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP ZAT DAN WUJUDNYA TERINTEGRASI NILAI KEAGAMAAN (Eksperimen di MTs Al-Khairiyah,Citeureup-Bogor)

1 33 61

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Sumber Energi Gerak melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) ( Penelitian Tindakan Kelas di MI Muhammadiyah 2 Kukusan Depok)

0 14 135

Peningkatan hasil belajar siswa pada konsep sumber energi gerak melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL): penelitian tindakan kelas di MI Muhammadiyah 2 Kukusan Depok

2 3 135

Penagruh pendekatan contextual teaching laering (CTL) terhadap hasil bejaran biologi siswa kuasi Ekperimen di SMPN 1 Cisauk

0 7 208

Peningkatan Hasil Belajar PKn dalam Materi Peranan Globalisasi Melalui Pendekatan Contekstual Teaching Learning (CTL) di kelas IV MI. Masyirotul Islamiyah Tambora Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2013/2014.

0 4 180

Penerapan pendekatan pembelajaran contextual teaching and learnig/CTL untuk meningkatkan hasil belajar PKN pada siswa kelas IV MI Miftahussa’adah Kota Tangerang

0 10 158

Upaya meningkatkan hasil belajar IPA pada konsep perkembangbiakan tumbuhan melalui pendekatan kontekstual: penelitian tindakan kelas di MI Hidayatul Athfal Gunungsindur

0 19 141

UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL AND TEACHING LEARNING ( CTL ) DI KELAS V SD N 038093 SIBAGINDAR TAHUN PELAJARAN 2015/2016.

0 2 23

PENGGUNAAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING ( CTL )UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR Penggunaan Contextual Teaching And Learning (CTL) Untuk Meningkatkan Minat Dan Hasil Belajar Matematika Tentang Pecahan Sederhana Pada Siswa Kelas III Semeste

0 1 11