Makalah MODEL PEMBELAJARAN CTL pada pemb

MODEL PEMBELAJARAN CTL
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas
Mata kuliah model pembelajaran IPS

Dosen Pengampu: Muhammad Noor, M.Pd

OLEH
Rossi Wulansari
NIM : 152223152
Lela Nurlaela
Nim : 152223154

PROGRAM S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
STKIP MUHAMMADIYAH KUNINGAN
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
maka kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Model
Pembelajaran CTL”
Penulisan ini merupakan salah satu tugas dan syarat untuk menyelesaikan

tugas mata kuliah Matematika. Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih
banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi,
mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari
semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhirnya kami sebagai penulis berharap semoga Allah memberikan pahala
yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat
menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal’Alamiin.
Tasikmalaya, Oktober 2016
penulis

1

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .....................................................................................

i

DAFTAR ISI....................................................................................................

ii


BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................

1

B. Rumusan Masalah.................................................................................

2

C. Tujuan penelitian...................................................................................

2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian CTL.....................................................................................

3

B. Persiapan CTL......................................................................................


4

C. Pelaksanaan CTL..................................................................................

5

D. Hasil yang Diharapkan dalam Pembelajaran CTL................................

8

E. Karakteristik pembelajaran CTL...........................................................

10

F. Pola/sekernario Pembelajaran Konstektual...........................................

10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...........................................................................................

15

B. Saran.....................................................................................................

16

DAFTAR PUSTAKA

2

3

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang Masalah
Proses belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan komunikasi antara

siswa dengan guru. Proses belajar mengajar dikatakan efektif apabila terjadi
transfer belajar yaitu materi pelajaran yang disajikan guru dapat diserap ke dalam
struktur kognitif siswa. Siswa dapat mengetahui materi tersebut tidak hanya
terbatas pada tahap ingatan saja tanpa pengertian

(rote learning) tetapi bahan

pelajaran dapat diserap secara bermakna (meaning learning). Agar terjadi transfer
belajar yang efektif, maka kondisi fisik dan psikis dari setiap individu siswa harus
sesuai dengan materi yang dipelajarinya.
Dalam proses belajar mengajar matematika selalu melibatkan siswa
secara aktif untuk mengembangkan kemampuannya dalam berpikir rasional,
kritis, dan kreatif. Pembelajaran yang bersifat deduktif aksiomatik dan berangkat
dari hal-hal yang abstrak, enderung sulit diterima dan dipahami oleh siswa.
Konsep pembelajaran tersusun secara hierarkis, yang berarti bahwa dalam
mempelajari suatu konsep sebelumnya yang menjadi prasyarat

harus benar-

benar dikuasai agar dapat memahami konsep selanjutnya. Oleh karena itu

penyajian materi perlu mendapat perhatian guru.
Dalam
menggunakan

pembelajaran
strategi

di

sekolah

pendekatan,

guru

metode

hendaklah

dan


teknik

memilih
yang

dan

banyak

melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik mental, fisik, maupun sosial. Menurut
petunjuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di sekolah, penerapan
strategi yang dipilih dalam pembelajaran harus bertumpu pada dua hal yaitu
optimalisasi interaksi semua unsur pembelajaran, dan optimalisasi keterlibatan
seluruh indra siswa.
Menurut Monks, Knoers dan Siti Rahayu dalam Dimyati (1999: 25) dari
segi perkembangan anak telah memiliki tujuan sendiri pada usia masih
1

muda (pubertas) dan dewasa muda. Pada usia tersebut siswa telah sadar dan

memiliki rasa tanggung jawab. Siswa SD berada pada usia masih dalam
tahap bermain. Dari segi pembelajaran, maka sadar diri dan rasa tanggung jawab
tersebut perlu ditanamkan. Dengan kata lain siswa SD secara perlahan perlu
dididik agar memiliki rasa tanggung jawab dalam belajar dan membuat
program belajar dengan tujuan belajar sendiri. Siswa perlu dididik untuk
menjalankan program dan mencapai tujuan belajar sendiri Belajar dengan
pengajaran

kelompok

kecil membuat

siswa

belajar

lebih kreatif

dan


mengembangkan sifat kepemimpinan pada siswa serta dapat memenuhi
kebutuhan siswa secara optimal.
Linda Lundgren dalam Muslimin Ibrohim (2000: 17) menyatakan
”Hasil

penelitian

menunjukkan

bahwa pembelajaran kooperatif memiliki

dampak positif untuk siswa yang rendah hasil belajarnya.” Meliaht semua itu,
maka pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning-CTL) perlu
diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang didapatkan langsung dari
pengalaman anak itu.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian model pembelajaran CTL?
2. Bagaimana cara menerapkan nya di kelas?
C. TUJUAN
Dari latar belakang dan rumusan masalah diatas dapat mengemukakan tujuan

sebagai berikut :
1. Siswa dapat belajar dari pengalaman dibandingkan dengan hafalan.
2. Selain guru yang aktif, siswa lebih aktif dalam mencari dan menerima
pelajaran.
3. Siswa lebih mudah memahami pelajaran.

2

4. Menanamkan sikap tanggung jawab dan mandiri pada diri siswa.
5. Pelajaran lebih PAIKEM.

BAB II
PEMBAHASAN
A.

PENGERTIAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING
Menurut Nuhardi (2003), pembelajaran kontekstual (contextual teaching
and learning-CTL) adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk
menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Dan
jugamendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya

dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan danketeramplan
siswa diperoleh dari usaha siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan
keterampilan baru ketika ia belajar.
Menurut Jhonson (2002), CTL adalah sebuah proses pendidikan yang
bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang
mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan
konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan
pribadi, social dan budaya mereka.
Sehingga, Contextual teaching and learning (CTL) adalah konsep belajar
yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi
dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan
dan keterampilan siswa diperoleh dari usaha siswa mengkonstruksi sendiri
pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar.
Jika ditelaah CTL cocok diterapkan di Indinesia. Konsep CTL hampir
mirip dengan CBSA bahwa siswa dituntut peranannya dalam proses pembelajaran,

3

keaktifan siswa sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Perbedaannya,
CTL lebih kompleks baik guru maupun siswa harus dapat menjalankan fungsinya
dengan baik, sehingga mampu menghasilkan out put yang berkualitas. Dalam
pembelajaran kotekstual terdapat adanya keterkaitan materi dengan dunia luar
atau keadaan yang sebenarnya dan terkini sehingga diharapkan adanya
pengalaman visual terlebih dahulu yang dapat dibangun oleh siswa.
Menurut Johnson (2004), ada tiga pilar dalam system CTL, yaitu:
1) CTL mencerminkan prinsip kesling bergantungan. Kesaling bergantungan
mewujudkan diri, misalnya ketika para siswa bergabung untuk memecahkan
masalah dan ketika para guru mengadakan pertemuan denan rekannya. Hal ini
tampak jelas ketika subjek yang berbeda dihubungkan, dan ketika kemitraan
menggabungkan sekplah dengan dunia bisnis dan komunitas.

2) CTL mencerminkan prinsip diferensiasi. Diferensiasimenjadi nyata ketika CTL
menantang para siswa untuk saling menghormati keunikan masing-maasing untuk
menghormati perbedaan-perbedaan,untuk menjadi kreatif, untuk bekerja sama,
untuk menghasilkan gagasan dan hasil baru yang berbeda, dan untuk menyadari
bahwa keragaman adalahy tanda kemantapan dan kekuatan.

3) CTL mencerminkan prinsip pengorganisasian diri. Pengorganisasian diri terlihat
ketika para siswa mencari dan menemukan kemampuan dan minat mereka sendiri
yang berbeda, mendapat manfaat dari umpan balik yang diberikan olehpenilaian
autentik, mengulas usaha-usahamereka dalam tuntunan tujuan yang jelas dan
standar tang tinggi, dan berperan serta dalam kegiatan-kegiatan yang berpusat
pada isiwa yang membuat hati mereka bernyanyi.
Landasan filosofi CTL adalah kontruksivisme, yaitu filosofi belajar yang
menekankan bahwabelajar tidak hanya sekedar menghafal, siswa harus
mengkonstruksi pengetahuan dibenak mereka sendiri.
4

B.

PERSIAPAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING
Persiapan CTL yang dapat dilakukan antara lain:
1. Guru menyusun strategi belajar baru yang lebih memberdayakan siswa.
2. Guru mengelola kelas sebgai tim yang bekerja sama untuk menemukan
sesuatu yang baru bagi siswa.
3. Guru membuat rencana scenario (tahap-tahap) pembelajaran yang akan
dilaksanakandalam satu atau lebih pertemuan.
4. Guru menciptakan masyarakat belajar dengan cara membentuk kelompok.
5. Guru menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran.

C.

PELAKSANAAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DI
SEKOLAH
Pendekatan CTL memiliki tujuh komponen utama. Sebuah kelas dikatakan
menggunakan pendekatan CTL jika menerapkan ketujuh komponen tersebut
dalam pembelajarannya. Tujuh komponen tersebut adalah:
1. Konstruktivisme (constructivism)
Merupakan landasan berfikir (filosofi) pedekatan CTL, yaitu bahwa
pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas
melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan
bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan
diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna
melalui pengalaman nyata.
Karena itu siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka
sendiri. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan

5

mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar. Siswa
menjadi pusat kegiatan, bukan guru. Pada umumnya kita sudah menerapkan
sistem filosof ini dalam pembelajaran sehari-hari, yaitu ketika kita merancang
pembelajaran dalam bentuk siswa bekerja, praktek mengerjakna sesuatu, berlatih
seacara fisik, menulis karangan, mendemonstrasikan, menciptakan ide.

2. Menemukan (inquiry)
Merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL. Pengetahuan
dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat
seperangkat fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri.
Langkah-langkah kegiatan menemukan (inkuiri):
A. Merumuskan masalah (dalam mata pelajaran apapun).
B. Mengamati dan melakukan observasi.
C. Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan,
tabel dan karya lainnya.
D. Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman
sekelas, guru atau audiens yang lain.
3. Bertanya ( Questioning)
Merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis CTL. Karena bagi
siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan
pembelajaran yang berbasis inquirI, yaitu menggali informasi mengkonfirmasikan
pa yang sudah diketahui, dan mengarahlkan perhatian pada aspek yang belum
diketahuinya.

6

Dalam bertanya dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, antara guru
dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan orang lain yang
didatangklan ke kelas
4. Masyarakat belajar (Learning Ciommunity)
Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran
diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Dalam kelas CTL, guru disarankan
selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa
dibagi dal;am kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen dengan bentuk
yang sangat bervariasi, baik keanggotaan, jumlah, bahkan bisa melibatkan siswa
di kelas atasnya. Dalam masyarakat belajar, dua kelompok (atau lebih) yang
terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar. Tidak ad pihak yang
dominant, merasa segan untuk bertanya, atau menganggap paling tahu, semua
pihak mau saling mendengarkan.
5. Pemodelan (Moddeling)
Maksud dari komponen ini adalah bahwa dalam sebuah pembelajaran
keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Model itu
bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu atau cara mengerjakan sesuatu. Sebagai
guru memberi contoh tentang bekerja sesuatu, sebelum melaksanakan tugas.
Tetapi dalam pendekatan CTL, guru bukan satu-satunya model, karena model
dapat juga didatangkan dariluar. Misalnya jika ada siswa yang pernah
memenangkan kontes bahasa inggris, siswa itu dapat ditunjuk untuk
mendemonstrasikan keahliannya. Atau guru kerajinan mendatangkan model
tukang kayu di kelas, lalu memintanya untuk bekerja dengan peralatannya,
sementara siswa menirunya.
6. Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berfikir ke belakang tentang apa yang baru dipelajari
atau berfikir ke belakang tentang apa yang telah dilakukan masa lalu. Siswa
mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang

7

baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya.
Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang
baru diterima. Siswa memperluas pengetahuan yang dimiliki melalui konteks
pembelajaran, yang kemudian diperluas sedikit, sementara guru atau orang
dewasa membantu siswa membuat hubungan antar pengetahuan yang dimiliki
sebelumnya dengan pengetahuan yang baru.
Pada akhir pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa
melakukan refleksi. Realisasinya berupa pernyataan langsung tentang apa yang
diperoleh hari ini, catatan atau jurnal di buku siswa, kesan dan saran siswa
mengenai pembelajaran hari itu, hasil karay atau diskusi.
7. Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assessment)
Merupakan proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan
gambaran perkembangan belajar siswa. Hal tersebut perlu diketahui oleh guru
agar dapat memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan
benar. Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan disepanjang
proses pembelajaran, maka assessment tidak dilakukan di akhir periode, tetapi
dilakukan bersama dengan secara integrasi (tidak terpisah) dari kegiatan
pembelajaran. Karena assessment menekankan proses pembelajaran, maka data
yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada
saat melakukan proses pembelajaran. Kemajuan belajar dinilai dari proses bukan
melalui hasil dan dengan berbagai cara. Hal yang bisa digunakan sebagai dasar
menilai prestasi siswa adalah PR, kuis, karya siswa, presentasi, laporan jurnal,
karya tulis/proyek kegiatan dan laporannya.
D.

HASIL YANG DIHARAPKAN DARI MODEL CONTEXTUAL TEACHING
AND LEARNING
Hasil yang diharapkan dalam pembelajaran melalui pendekatan CTL antara lain
adalah:
1. Siswa belajar melaui mengalami bukan menghapal

8

2. Siswa mampu mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri.
3. Siswa terbiasa memecahkan masala, menemukan sesuatu yang berguna
bagi dirinya dan bergelut dengan ide-ide.
4. Siswa menjadi aktif, kritis dan kreatif.
5. Kelas menjadi produktif, menyenagkan dan tidak membosankan.
6. Dinding kelas dan lorong-lorong sekolah penuh dengan hasil karya siswa,
peta, gambar, artikel, puisia, komentar, foto tokoh, diagram-diagram.
7. Siswa selalu dikepung berbagai informasi, kelas CTL adalah siswa yang
selalu ramai dan gembira dalam belajar.

KATA-KATA

KUNCI

DALAM

PEMBELAJARAN

TEACHING AND LEARNING
a. Real world learning
b. Mengutamakan pengalaman nyata
c. Berfikir tingkat tinggi
d. Berpusat pada siswa
e. Siswa aktif, kritis dan kreatif
f. Pengetahuan bermakna dalam kehidupan
g. Dekat dengan kehidupan nyata
h. Perubahan perilaku
i. Siswa praktek bukan menghafal

9

CONTEXTUAL

j. Learning bukan teaching
k. Pendidikan (education) bukan pengajaran (intruction)
l. Pembentukan” Manusia”
m. Memecahkan masalah
n. Siswa acting, guru mengarahkan
o. Hasil belajar diukur dengan berbagai cara, bukan hanya dengan tes

STRATEGI

PEMBELAJARAN

YANG

BERASOSIASI

DENGAN

CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING
a. CBSA
b. Pendekatan proses
c. Life skills education
d. Authentic Intruction
e. Inquiry –Based Learning
f. Problem Based Learning
g. Cooperatif Learning
h. Service Learning

E.

KARAKTERISTIK

PEMBELAJARAN

TEACHING AND LEARNING

10

BERBASIS

CONTEXTUAL



Kerja sama



Saling menunjang



Menyenagkan, tidak membosankan



Belajar dengan bergairah



Pembelajaran terintegrasi



Menggunakan berbagai sumber



Siswa aktif



Sharing dengan teman



Siswa kritis, guru kreatif



Dinding kelas dan lorong-lorong sekolah penuh dengan hasil karya siswa,
peta, gambar, artikel, puisia, komentar, foto tokoh, diagram-diagram



Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor, tetapi hasil karya siswa,
laporan hasil praktikum, karangan siswa dll.

F.

POLA/SKENARIO PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
Contoh-contoh berikut menunjukan beraneka ragam cara yang dilakukan
oleh guru-guru dikelas untuk menghubungkan mata pelajaran akademik dengan
konteks siswa itu sendiri. Mereka menunjukan bahwa pengaitan-pengaitan yang
dilakukan dalam CTL cocok diterapkan mulaidari sekolah dasar hingga
universitas.
Contoh-contoh pengaitan dalam CTL dikelas

1) Dikelas yang sudah tinggi para guru mendorong siswa untuk membaca, menulis,
dan berpikir secara kritis dengan meminta mereka untuk focus pada persoalan-

11

persoalan kontropversial dilingkungan atau masyarakat mereka. Kelas dibagi
menjadi empat atau lima kelompok. Setiap kelompok memilih sebuah persoalan
controversial dan menelitinya. Mereka melakukan penelitian diperpustakaan,
melakukan survey lapangan, dan mewawancarai pejabat setemat mengenai
persoalan yang sedang diteliti. Mereka menyajkan penemuan-penemuan dalam
bentuk presentasi disertai foto, gambar, diagram, dan draf. Mereka menyampaikan
penemuan-penemuan tersebut didepan khalayak yang terdiri dari teman sekelas
dan para orang tua.
2) Disebuah kelas IPS membahas tentang pariwisata, siswa diminta untuk membahas
potensi pariwisata diwilayahnya dengan berbagai sudut pandang dan ide-idenya
dari mulai potensi daya tarik obyek wisata, analisis ekonomi, analisis budaya,
model promosi serta pengembangannya, sampai membuat brosur perjalanan
dalam paket wisata.
3) Seorang guru matematika memberikan tugas pada siswanya tentang kegiatan
dimasa dating serta cara “menabung untuk msa pensiun’. Ada dua rumus, satu.
Menentukan jumlah uang yang akan didapatkan setelah seseorang menabung
dalam jangka waktu tertentu ditambah bunga; rumus yang lain menentukan total
uang yang akan diterima setelah seseoarang melakukan pembayaran dalam satu
periode waktu tertentu. Para siswa kemudian diminta untuk menghitung dan
membandingkan berbagai macam rencana pensiun menggunakan dua rumus
tersebut. Para siswa harus membuat rencana pensiun berdasarkan data terkini.
Mereka belajar “presentasi, evaluasi rumus, pemecahan masalah, penukaran uang”
dengan menggunakan kalkulator grafik dan lembar kerja computer. Para siswa
melihat perbedaan jumlah uang apabila program pensiun dimulai lebih awal.
Secara sederhana langkah penerapan CTL dalam kelassecara garis besar adalah
sebagaiberikut:
1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan
cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstrusikan sendiri
pengetahuan dan keterampilan barunya.

12

2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topic.
3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4. Ciptakan ‘masyarakat belajar’(belajar dalam kelompok-kelmpok).
5. Hadirkan ‘model’ sebagai contoh pembelajaran.
6. Lakukan refleksi di akhir penemuan.
7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
Ciri kelas yang menggunakan pendekatan kontekstual,yaitu:
1. Pengalaman nyata.
2. Kerjasama, saling menunjang.
3. Gembira, belajar dengan bergairah.
4. Pembelajaran terintegrasi.
5. Menggunakan berbagai sumber.
6. Siswa aktif dan kritis.
7. Menyenangkan, tidak membosnkan.
8. Sharing dengan teman.
9. Guru kreatif.
10. Contoh scenario pembelajaran kontekstual untuk untuk ilmu pengetahuan
alam/sains.
Pengorganisasian : Kelompok kecil 4-5 orang

13

Pertemuan I

: Menyelidiki perubahan air menjadi uap dan kembali lagi
menjadi air

1. Persiapan percobaan.
2. Penjelasan penggunaan alat.
3. Melakukan kegiatan percobaan.
4. Mengamati dan melaporkan hasil percobaan.
5. Menyimpulkan hasil kegiatan.
6. Member contoh terapan dalam kehidupan sehari-hari.
Pertemuan II

: Menyelidiki wujud lilin yang dipanaskan kemudian
didinginkan.

1. Tanyajawab tentang terjadinya perubahan wujud pada lilin.
2. Penjelasan penggunaan alat.
3. Melakukan kegiatan percobaan.
4. Mengamati dan melaporkan hasil percobaan.
5. Menyimpulkan hasil kegiatan.
6. Memberi contoh terapan dalam kehdupan sehari-hari.
Alat dan bahan:
1. Air, lilin, korek api.
2. Kompor/pemanas, cawan.
Penilaian:

14

1. Penilaian tertulis (mengenal perubahan wujud, mengenal benda yang
berubah wujud dapat kembali kewujud semula).
2. Kinerja (mengamati kinerja siswa atau melakukan percobaan).
3. Produk (merancang dan membuat alat penyulingan air).
4. Contoh pola pembelajaran CTL rumpun IPS.
Topic

: Fungsi dasar

Kompetensi dasar

: Siswa memahami jenis dan fungsi pasar.

Indicator hasil belajar :


Siswa dapat menjelaskan pengertian pasar.



Siswa dapat menjelaskan jenis-jenis pasar.



Siswa dapat menjelaskan perbedaan karakteristik pasar tradisional dan
pasar modern.



Siswa dapat menyimpulkan fungsi pasar.



Siswa dapat membuat karangan terkait tentang pasar.

Pola Pembelajaran
1. Pendahuluan
1) Guru menjelaskankompetensi yang harus dicapai siswa dan pentingnya materi
ajar dalam kehidupan ekonomi dan social.
2) Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL
a) Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok sesuaidengan jumlah siswa.

15

b) Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi ke pasar tradisional
dan pasar modern.
c) Melalui instrument observasi/angket siswa diminta mencatat mengenai
bebagai hal yang ditemukan dipasar.
3) Guru melakukan tanya jawab sekitar ugas yang harus dikerjakan oleh siswa.
2. Kegiatan Inti
Dilapangan
1) Siswa melakukan observasi kepasar sesuaidengan tugas kelompok.
2) Siswa mencatat hal yang mereka temukan dipasar sesuai dengan alat
observasi, angket yang telah mereka susun sebelumnya.
Didalam kelas
1) Siswa mendiskusikan hasil temuan mereka sesuaidengan kelompoknya
masing-masing.
2) Siswa melaporkan hasil diskusi/presentasi.
3) Setiap kelompok saling menjawab terhadap pertanyaan yang diajukan oleh
kelompok lainnya.
3. Penutup
1) Dipimpin oleh guru, siswa menyimpulkan hasil observasi dan diskusi tentang
fungsi dan jenis pasar sesuai dengan indicator belajar yang dicapai.
2) Guru menugaskan siswa untuk membuat karangan tentang pengalaman belajar
mereka dengan tema ‘pasar’.

16

BAB III
PENUTUP
A.

KESIMPULAN
Dari penjelasan dalam isi makalah diatas dapat di simpulkan bahwa:
1. Pembelajaran yang selama lebih menekankan pada keaktifan guru dalam
menyampaikan pelajaran tanpa memperhitungkan keaktifan siswa sudah
waktunya diganti strategi yang memudahkan anak dalam menerima
pemahaman materi yang disampaikan guru dengan menerapkan model
pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning-CTL).
2. Dalam mengajar guru bisa merubah gaya mengajar yaitu lebih
mengutamakan keaktifan siswa dalam memahami pelajaran melalui
pengalaman langsung.
3. Menciptakan likungan belajar yang yang membuat siswa tidak takut salah.
4. Memberikan jaminan belajar yang positif secara emosional.
5. Pembelajaran kontekstual dapat menimbulkan siswa belajar melaui
mengalami

bukan

menghapal,

siswa

mampu

mengkonstruksikan

pengetahuan di benak mereka sendiri, siswa terbiasa memecahkan masala,
menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergelut dengan ideide, siswa menjadi aktif, kritis dan kreatif, Kelas menjadi produktif,
menyenagkan dan tidak membosankan, dinding kelas dan lorong-lorong

17

sekolah penuh dengan hasil karya siswa, peta, gambar, artikel, puisia,
komentar, foto tokoh, diagram-diagram, Siswa selalu dikepung berbagai
informasi, kelas CTL adalah siswa yang selalu ramai dan gembira dalam
belajar.

B.

SARAN
Dari makalah yang telah di buat, penulis dapat memberikan saran sebagai berikut:
1. Dalam proses belajar mengajar, guru hendaknya memperhatikan metode,
strategi, dan model pembelajaran yang inovatif sehingga siswa mudah
memahami pelajaran/materi yang disampaikan.
2. Tidak hanya guru yang aktif dalam pembelajaran, namun siswa juga harus
aktif dalam mencari pengetahuan melalui pengalaman siswa itu sendiri
serta penerapan pada keterampilan.

18

19

DAFTAR PUSTAKA
name=Forum WordPress.com;action-uri=http://forums.wordpress.com/;iconuri=https://s2.wp.com/i/favicon.ico

Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMAMPUAN SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL PISA KONTEN SHAPE AND SPACE BERDASARKAN MODEL RASCH

69 778 11

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis korelasi antara lama penggunaan pil KB kombinasi dan tingkat keparahan gingivitas pada wanita pengguna PIL KB kombinasi di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Jember

11 241 64

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22