“Pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Terhadap Motivasi Belajar IPS Siswa (Quasi Eksperimen di SDN 01 Cirendeu)

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

Eksperimen di SDN 01 Cirendeu)”. Skripsi Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran

Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap motivasi belajar IPS siswa.

Penelitian ini dilaksanakan di SDN 01 Cirendeu. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperiment dengan rancangan penelitian Posttest- Only Control Design. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Dimana pengambilan sampel secara acak, tidak melihat kriteria apapun. Sampel penelitian dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Sampel penelitian untuk kelas eksperimen berjumlah 30 siswa dengan menggunakan model pembelajaran CTL. Sampel untuk kelas kontrol berjumlah 30 siswa dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah skala motivasi belajar dan hasil pengamatan (observasi). Analisis data proses kedua kelompok menggunakan uji-t diperoleh hasil thitung

8,97 dan ttabel pada taraf signifikan 95% sebesar 1,67 maka thitung > ttabel. Hal ini

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran Cotextual Teaching

and Learning (CTL) terhadap motivasi belajar IPS siswa. Hal ini juga diperkuat

dengan hasil pengamatan guru selama proses pembelajaran.


(6)

and Learning (CTL) Method towards Students’ Motivation in Learning IPS Subject (A Quasi Experimental Study at SDN 01 Cirendeu)” Skripsi of

Madrasah Ibtidaiyah Education Department at Faculty of Tarbiyah and Teachers’

Training UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Key words: Contextual Teaching Learning (CTL), Learning Motivation

This study is aimed to find out the the effect of Contextual Teaching and

Learning (CTL) Method towards students’ motivation in learning social. This

study was conducted in SDN 01 Cirendeu. The method of the study is quasi experimentalwhich is categorized in Posttest – Only Control Design. In selecting the sample, the researcher uses random sampling. The sample of the study in the experimental class is 30 students by using contextual teaching and learning method and in the control class is 30 students by using the conventional method. In analyzing the data between two classes, the researcher uses t-test formula and it is gained that to = 8.97 and tt in significant level 95 % = 1,67. It means that to> tt.

Therefore, it can be inferred that there is the effect of using contextual teaching and learning (CTL) towards students’ motivation in learning social.


(7)

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-Nya, ridho serta inayah-Nya kepada seluruh hamba-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat teriring salam senantiasa kita curahkan kepada bimbingan kita Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun kita menuju jalan kebenaran.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat pencapaian gelar Sarjana Pendidikan (S,Pd) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasi yang sebesar- besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan arahan kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Ibu Nurlena Rifa’I, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Fauzan, M.A, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dra. Manerah, M.Pd, selaku dosen penasehat akademik juruasn Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dra. Eni Rosda Syarbaini, M.Psi, dosen pembimbing skripsi, yang penuh kesabaran dan perhatian membimbing serta mengarahkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

6. Teristimewa untuk kedua orang tua tercinta, bapak H. Tasdik dan ibu Hj. Suciati, serta kakak- kakak ku tercinta mba yayan, mas otong, mb ela, yang


(8)

semangat serta dukungan yang tiada hentinya.

8. Seluruh teman- teman PGMI angkatan 2010 baik kelas A maupun kelas B yang telah memberikan support dan doa bagi penulis.

9. Seluruh keluarga besar POSTAR (Pojok Seni Tarbiyah) dan seluruh keluarga besar Paduan Suara Tarbiyah (PSM FITK) yang selalu mensuport penulis. 10.Seluruh dosen Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) yang telah

memberikan banyak ilmu dan pengalaman selama kuliah.

Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, semoga bantuan, bimbingan, semangat, doa dan dukungannya yang diberikan pada penulis dibalas oleh Allah SWT. penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, semua itu dikarenakan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukkan yang membangun sebagai bahan perbaikan dari berbagai pihak. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Jakarta, Januari 2015

Intan Kartika


(9)

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah... 4

C.Pembatasan Masalah ... 4

D.Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A.Pembelajaran IPS ... 7

1. Pengertian Pembelajaran IPS ... 7

2. Ruang Lingkup Pembelajaran IPS di SD/MI………9

3. Tujuan Pembelajaran IPS di SD/MI ... 11

B. Motivasi Belajar Siswa ... 12

1. Pengertian Motivasi Belajar ... 12

2. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ... 13

3. Indikator Motivasi Belajar ... 15

4. Fungsi Motivasi dalam Belajar ... 17


(10)

2. Karakteristik Model Pembelajaran CTL ... 21

3. Prinsip- prinsip Pembelajaran CTL ... 22

4. Desain Pembelajaran CTL ... 26

D. CTL dan Motivasi Belajar Siswa ... 26

E. Hasil Penelitian yang Relevan ... 27

F. Kerangka Berpikir ... 28

G.Hipotesis Penelitian ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Tempat dan Waktu Penelitian ... 30

B. Metode dan Desain Penelitian ... 30

C.Populasi dan Sampel ... 31

D.Teknik Pengumpulan Data ... 31

E. Uji Coba Instrumen Penelitian ... 35

1. Uji Validitas ... 35

2. Uji Realibilitas ... 37

F. Tehnik Analisis Data ... 38

1. Menentukan Tinggi Rendahnya Motivasi Belajar Siswa………38

2. UjiNormalitas………..38

3. Uji Homogenitas ………39

4. Uji Hipotesis ………..40

G. Hipotesis Statistik ………....41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Profil Sekolah ... 42

B. Deskripsi Data ... 46

C. Analisis dan Interpretasi Hasil Penelitian……….... 56


(11)

B. Implikasi………...63

C.Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 65


(12)

Tabel 3.1 Kisi- kisi Skala Motivasi Belajar……….32 Tabel 3.2 Pedoman Observasi Aktivitas Siswa………34 Tabel 3.3 Validitas pada Skala Motivasi Belajar……….36 Tabel 3.4 Skala Motivasi Belajar yang digunakan Pada Penelitian…....37 Tabel 4.1 Data Tenaga Pendidik dan Kependidikan SDN 01 Cirendeu...45 Tabel 4.2 Data Peserta Didik ……….45 Tabel 4.3 Motivasi Belajar Kelas Eksperimen………...47 Tabel 4.4 Tabel Frekuensi Motivasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen….48 Tabel 4.5 Interpretasi Kategori Motivasi Belajar Siswa

Kelas Eksperimen………...49 Tabel 4.6 Motivasi Belajar Siswa Kelas Kontrol……….50 Tabel 4.7 Tabel Frekuensi Motivasi Belajar Siswa Kelas Kontrol………..51 Tabel 4.8 Interpretasi Kategori Motivasi Belajar Siswa Kelas Kontrol……52 Tabel 4.9 Rekapitulasi Motivasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol………...53

Tabel 4.10 Hasil Observasi Aktifitas Siswa Kelas Eksperimen………..54 Tabel 4.11 Hasil Observasi Aktifitas Siswa Kelas Kontrol……….55 Tabel 4.12 Hasil Uji Normalitas Motivasi Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol………56


(13)

(14)

Gambar 4.3 Kegiatan Siswa Pada Proses Pembelajaran………..55 Gambar 4.4 Kegiatan Siswa Pada Proses Pembelajaran………...61 Gambar 4.5 Kegiatan Siswa Pada Proses Pembelajaran………..61


(15)

Lampiran 3 Kisi-Kisi Skala Motivasi Belajar ... 121

Lampiran 4 Skala Motivasi Belajar yang Digunakan Dalam Penelitian ... 122

Lampiran 5 Pedoman Observasi Aktivitas Belajar Siswa ... 125

Lampiran 6 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Kelas Eksperimen ... 126

Lampiran 7 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Kelas Kontrol ... 133

Lampiran 8 Penghitungan Uji Validitas ... 141

Lampiran 9 Hasil Validitas ... 142

Lampiran 10 Penghitungan Uji Realibilitas ... 142

Lampiran 11 Hasil Uji Realibilitas ... 143

Lampiran 12 Penghitungan Interpretasi Skor Motivasi ... 144

Lampiran 13 Uji Normalitas Post- test Kelass Eksperimen ... 146

Lampiran 14 Uji Normalitas Post-test Kelas Kontrol ... 150

Lampiran 15 Uji Homogenitas Kelompok Eksperimen Dan Kontrol ... 154

Lampiran 16 Uji Signifikansi dengan Uji-T (T-Test) ... 156

Lampiran 17 Tabel r (product moment)... 157

Lampiran 18 Tabel Chi Square ... 158

Lampiran 19 Tabel t... 159 Lampiran 20 Uji Referensi

Lampiran 21 Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 22 Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 23 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Lampiran 24 Surat Izin Penggunaan Skala Motivasi


(16)

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia sebagai makhluk sosial dan berbudaya menyelenggarakan pendidikan sebagai fungsi utama untuk mempertahankan, melangsungkan dan meningkatkan keberadaannya agar dapat berdaptasi terhadap lingkungannya. Melalui proses pendidikan, setiap individu mengenal, menyerap, mewarisi dan memasukan dalam dirinya unsur- unsur kebudayaan yaitu berupa nilai- nilai, dan pengetahuan- pengetahuan yang sangat diperlukan untuk menghadapi lingkungannya. Pada prinsipnya, pendidikan merupakan bentuk kesadaran masyarakat yang ingin meningkatkan peradabannya, sehingga mereka menguasai ilmu pengetahuan dan mempunyai jati diri.

“Menurut undang- undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa; pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara1”.

Untuk mendukung usaha tersebut, dibutuhkan motivasi belajar yang tinggi dalam diri siswa. Motivasi adalah suatu dorongan yang timbul oleh adanya rangsangan- rangsangan dari dalam maupun dari luar sehingga seseorang berkeinginan untuk mengadakan perubahan tingkah laku atau aktivitas tertentu lebih baik dari keadaan sebelumnya2. Menurut Thomas F. Staton, seorang ahli psikologi, mengemukakan bahwa motivasi merupakan salah satu faktor psikologi yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran3. Motivasi mendorong dan mengarahkan minat belajar untuk tercapai suatu tujuan. Di dalam kegiatan belajar mengajar, peran motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Hasil belajar akan menjadi optimal, jika ada motivasi dalam diri siswa. Motivasi

1 Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas No 20 Tahun 2003), h. 1 2 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi Dan Pengukurannya, (Jakarta: Bumi Aksara), Cet. 3, h.9 3 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 39


(18)

akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. Motivasi belajar merupakan kekuatan yang akan menggerakkan jasmani dan rohani seseorang untuk melakukan sesuatu demi tercapainya tujuan yang akan diinginkan. Dengan demikian, semakin tinggi motivasi belajar akan semakin memberikan hasil belajar yang optimal. Dalam kegiatan proses pembelajaran siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi ditunjukkan dengan ciri- ciri tekun menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan, menunjukkan minat terhadap materi yang dia sukai, lebih senang bekerja mandiri, cepat bosan pada tugas- tugas rutin atau tidak kreatif, dapat mempertahankan pendapatnya, senang mencari dan memecahkan masalah- masalah4. Selain itu juga siswa yang mempunyai motivasi tinggi dalam belajar dapat ditunjukkan dengan perilaku siswa aktif dalam proses pembelajaran, perhatiannya terfokus pada pembelajaran, dan mempunyai rasa ingin tahu yang besar terhadap materi.

Pendapat di atas mengisyaratkan betapa pentingnya motivasi dalam belajar, begitu pula dengan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) juga sangat memerlukan sekali motivasi, karena dalam pembelajaran IPS perlu adanya yang mendorong agar siswa mau tekun belajar, sehingga terampil dalam melaksanakan pekerjaan yang berkenaan dengan kehidupan sehari- hari. Oleh karena itu, motivasi perlu ditanamkan kepada siswa yang diharapkan dapat memberikan energi positif siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar di sekolah.

Motivasi belajar timbul karena faktor intrinsik dan ektrinsik. Faktor intrinsik berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita- cita, sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif dan kegiatan belajar yang menarik5. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran IPS di SD guru diharapkan menggunakan berbagai model dan strategi pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam belajar IPS. Siswa harus terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Pengetahuan yang diperoleh siswa bukan hanya sekedar transfer

4 Sardiman, ibid., h.83


(19)

pengetahuan dari guru ke siswa, tetapi pengetahuan itu diperoleh berdasarkan siswa menemukan, menggali materi sendiri yang berdasarkan realita kehidupan siswa. Dengan proses pembelajaran yang demikian, kegiatan belajar lebih bermakna dan menyenangkan, sehingga siswa dapat dengan mudah memahami materi, dan meningkatkan motivasi belajar. Pembelajaran harus disajikan dengan model pembelajaran yang menarik yang melibatkan siswa secara aktif.

Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah model pembelajaran yang memberikan fasilitas kegiatan belajar siswa untuk mencari, mengolah, dan menemukan pengalaman belajar yang lebih bersifat konkret (terkait dengan kehidupan nyata) melalui keterlibatan siswa dalam mencoba, melakukan, dan mengalami sendiri6. Dengan konsep belajar yang seperti itu, diharapkan proses pembelajaran lebih bermakna dan menyenangkan bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa yang mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Dengan menggunakan model CTL dalam proses pembelajaran, siswa diharapkan dapat memahami materi bukan hanya sekedar hafalan semata. Semakin banyak siswa memahami tentang materi yang diajarkan, semakin besar pula keingintahuan siswa terhadap materi tersebut, hal itu mendorong siswa untuk lebih tekun dalam belajar dan memiliki tujuan yang akan dicapai

Kenyataan yang ada, Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sering dianggap sebagai pelajaran yang tidak terlalu penting dibandingkan dengan pelajaran akademis lainnya seperti matematika dan IPA. Hal ini menyebabkan berpengaruhnya pada proses pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara siswa kelas 5 SDN 01 Cirendeu, Pelajaran IPS merupakan pelajaran yang dianggap sebagai pelajaran menghafal, dan pelajaran yang membuat ngantuk karena lebih banyak mendengar ceramah dari guru, dan tidak lebih dari rangkaian angka tahun dan urutan peristiwa yang harus diingat kemudian diungkap kembali saat

6 Rusman, Model- Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h.190


(20)

menjawab soal-soal ujian. Hal ini kurang merangsang atau tidak mengembangkan keterampilan berpikir secara kritis. Pembelajaran yang berlangsung cenderung tidak melibatkan pengembangan pengetahuan siswa karena guru selalu mendominasi pembelajaran (teacher centered, guru belum menggunakan model pembelajaran yang variatif yang dapat melibatkan siswa secara aktif yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Siswa hanya mendengarkan ceramah dari guru, siswa mencatat apa yang disampaikan oleh guru, pembelajaran bersifat informatif.

Situasi dan kondisi pembelajaran di atas menyebabkan siswa pasif dalam proses pembelajaran dan suasana belajar menyenangkan sebagaimana yang diharapkan belum terwujud. Ini menyebabkan proses pembelajaran menjadi kering dan membosankan, yang berakibat pada motivasi belajar IPS siswa di sekolah rendah.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning(CTL) terhadap Motivasi Belajar IPS Siswa”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka masalah dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Kurangnya peran aktif siswa dalam pembelajaran 2. Siswa tidak mempunyai tujuan yang jelas dalam belajar

3. Tidak bervariasinya model pembelajaran yang digunakan guru dalam pelajaran IPS

4. Siswa tidak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi 5. Siswa tidak berani dalam mempertahankan pendapat

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, peneliti hanya membatasi beberapa masalah yang akan diteliti, yaitu:


(21)

1. Masalah yang diteliti dibatasi pada penggunaan model pembelajaran

Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran IPS.

2. Motivasi Belajar IPS siswa yang meliputi: 1) adanya hasrat dan keinginan untuk melakukan kegiatan, 2) adanya dorongan dan kebutuhan untuk melakukan kegiatan, 3) adanya harapan dan cita- cita, 4) adanya penghargaan dan penghormatan atas diri, 5) adanya lingkungan yang baik, 6) adanya kegiatan yang menarik

3. Materi IPS yang difokuskan pada penelitian ini adalah “Peninggalan- peninggalan Kerajaan Hindu, Budha, dan Islam serta Tokoh- tokoh yang Berpengaruh dalam Kerajaan Hindu, Budha, Islam”

D. Perumusan Masalah

Apakah ada pengaruh Penerapan Model Contextual Teaching and Learning (CTL) Terhadap Motivasi Belajar IPS Siswa?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Penerapan Model Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap Motivasi Belajar IPS Siswa yang terkait dengan adanya hasrat dan keinginan untuk melakukan kegiatan, adanya dorongan dan kebutuhan untuk melakukan kegiatan, adanya harapan dan cita- cita, adanya penghargaan dan penghormatan atas diri, adanya lingkungan yang baik.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: 1. Bagi guru:

Dapat memberikan informasi kepada guru tentang penggunaan model pembelajaran CTL pada mata pelajaran IPS

2. Bagi siswa :

a. Meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS b. Membantu meningkatkan pemahaman siswa tentang pelajaran IPS


(22)

3. Bagi peneliti:

Penelitian ini dapat menambah wawasan mengenai pelaksanaan pembelajaran IPS dengan menggunakan model Contextual Teaching and


(23)

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Pembelajaran IPS

1. Pengertian Pembelajaran IPS

Sebelum menjelaskan pembelajaran IPS, terlebih dahulu akan dijelaskan pengertian belajar dan pembelajaran. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya1. Sependapat dengan Slameto, menurut Muhibbin Syah belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif2. Menurut Winkel, belajar adalah suatu aktivitas mental/ psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan- perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas3.

Berdasarkan pengertian- pengertian belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan pada diri individu baik berupa kecakapan dalam bidang kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai akibat dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungan.

Selanjutnya, pembelajaran menurut UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 20 menyatakan; pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar4

Menurut Kokom Komalasari, bahwa pembelajaran adalah sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan peserta didik/ pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar peserta didik/

1 Slameto, Belajar dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), cet.5, h.2

2 Muhibbin Syah, Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), Cet.15, h.90

3Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Grasindo, 2000), cet 6, h. 53


(24)

pembelajar dapat mencapai tujuan- tujuan pembalajaran secara efektif dan efisien5.

Menurut Aminuddin Rasyad, pembelajaran adalah proses yang terjadi yang membuat seseorang atau sejumlah orang, yaitu peserta didik melakukan proses belajar sesuai dengan rencana pengajaran yang telah diprogamkan6. Selanjutnya, Eni Rosda Syarbaini dalam bahan ajar Psikologi Pendidikan mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa7.

Berdasarkan pengertian- pengertian pembelajaran di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses yang dirancang oleh guru agar terciptanya proses belajar yang efektif dengan melibatkan komponen- komponen pembelajaran seperti materi pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran, media pembelajaran, evaluasi pembelajaran guna mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

Menurut Trianto, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu- ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya8. Sejalan dengan pendapat Trianto, Sapriya mengemukakan bahwa: Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan nama mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial, humaniora, sains bahkan berbagai isu dan masalah sosial kehidupan9.

Selanjutnya menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah ilmu yang mempelajari seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu isu sosial10.

5 Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual:Konsep dan Aplikasi, (Bandung: Refika Aditama, 2013), h.3

6 Aminuddin Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: UHAMKA Press, 2003), h.14 7 Eni Rosda Syarbaini, Bahan ajar psikologi pendidikan (tidak diterbitkan)

8 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu: konsep, strategi, dan implementasinya dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 171 9 Sapriya, pendidikan IPS, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), h. 20

10 Standar Isi Untuk Pendidikan Dasar dan Menengah (Jakarta: Undang- undang Permendiknas No 20 Tahun, 2006), h. 575


(25)

Dari pengertian para tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa IPS adalah nama mata pelajaran yang diintegrasikan dengan berbagai cabang disiplin ilmu sosial, humaniora, sains dan berbagai isu- isu sosial yang terjadi di masyarakat. Dari pengintegrasian berbagai ilmu-ilmu sosial tersebut siswa diharapkan dapat mempunyai kemampuan afektif, kognitif, psikomotorik, secara utuh. Selain itu, mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan masyarakat. Dengan mempelajari IPS siswa akan dibekali pengetahuan agar dapat berinteraksi dengan kehidupan nyata mereka di masyarakat. “Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai”11.

Pembelajaran IPS lebih menekankan pada aspek „pendidikan’ dari pada transfer konsep karena dalam pembelajaran IPS siswa diharapkan memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral dan keterampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya. IPS juga membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat dimana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat dan dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitarnya.

2. Ruang Lingkup Pembelajaran IPS di SD/MI

Organisasi materi pendidikan IPS pada tingkat Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) menggunakan pendekatan secara terpadu, disesuaikan dengan karakteristik tingkat perkembangan usia siswa SD/MI yang masih pada taraf berpikir konkret. Materi pendidikan IPS SD/MI tidak menunjukkan label dari masing masing disiplin ilmu sosial. Materi disajikan secara terpadu dengan mengambil tema-tema sosial yang terjadi di sekitar siswa. Demikian juga halnya tema-tema sosial yang dikaji berangkat dari fenomena- fenomena serta aktivitas


(26)

sosial yang terjadi di sekitar siswa. Tema tema ini kemudian semakin meluas pada lingkungan yang semakin jauh dari lingkaran kehidupan siswa.

Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS terdiri dari Ekonomi, Geografi, Sosiologi, dan Sejarah yang keempat itu dberikan secara terintegrasi. Berdasarkan SK-KD IPS untuk lingkup ekonomi di SD/MI diajarkan tentang jenis- jenis pekerjaan, pengenalan mata uang, dan bentuk- bentuk usaha ekonomi yang ada di Indonesia. Untuk bidang Geografi di SD/MI lebih banyak menyajikan fenomena alam baik di Indonesia maupun di luar negeri yang akan membangkitkan rasa ingin tahu siswa. Bidang Sejarah dikenalkan kepada siswa SD/MI lebih banyak menguraikan cerita- cerita kepahlawanan dan sejarah kemerdekaan Indonesia yang dapat membuat siswa tahu bagaimana proses kemerdekaan yang dilalui bangsa Indonesia sampai sekarang ini. Pada bidang Sosiologi lebih banyak mengenalkan masalah- masalah sosial yang ada di lingkungan sekitar, dan hubungan antar masyarakat sekitar. Dari ruang lingkup materi Sosiologi yang diajarkan dapat membantu siswa untuk mengetahui bagaimana persoalan- persoalan sosial yang terjadi di masyarakat sekitar, serta siswa dapat ikut langsung dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar.

Selanjutnya menurut Badan Standar Nasional Pendidikan, secara garis besar ruang lingkup IPS meliputi aspek-asek sebagai berikut12 :

a. Manusia, tempat, dan lingkungan. b. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan. c. Sistem sosial dan budaya.

d. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup IPS mencakup segala aktivitas aktivitas sosial manusia dengan lingkungannya baik masa lampau, sekarang maupun masa yang akan datang.


(27)

3. Tujuan Pembelajaran IPS di MI/SD

Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut13 :

a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan sekitarnya.

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan.

d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetensi dalam masyarakat majemuk, ditingkat lokal, nasional, dan global.

Selanjutnya menurut Sapriya, tujuan pembelajaran IPS adalah;

untuk mempersiapkan para peserta didik sebagai warga Negara yang menguasai pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), sikap dan nilai (attitude and

values) yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah

pribadi atau masalah sosial serta kemampuan mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga Negara yang baik14.

Menurut Trianto, tujuan utama pembelajaran IPS adalah;

untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari- hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat15

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPS bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir, bersikap, dan nilai yang disesuaikan dengan bakat, minat, kemampuan, dan lingkungan peserta didik sebagai individu, agar nantinya mampu hidup di tengah- tengah masyarakat dengan baik dan mengarahkan siswa untuk menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Dapat dikatakan tujuan pembelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan

13 ibid., h. 576

14 Sapriya, op cit, h. 12


(28)

pengetahuan, pemahaman dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.

B. Motivasi Belajar Siswa

1. Pengertian Motivasi Belajar

Istilah motivasi berasal dari kata “motif” yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Menurut Hamzah B. Uno, motivasi adalah suatu dorongan yang timbul oleh adanya rangsangan- rangsangan dari dalam maupun dari luar sehingga seseorang berkeinginan untuk mengadakan perubahan tingkah laku atau aktivitas tertentu lebih baik dari keadaan sebelumnya16.

Menurut Muhibbin Syah, motivasi adalah keadaan internal organism baik manusia maupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu17. Menurut Sardiman, motivasi adalah serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi- kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu18. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata, motivasi adalah suatu kondisi dalam diri individu yang mendorong atau menggerakkan individu melakukan kegiatan untuk mencapai suatu tujuan19.

Selanjutnya menurut Mc.Donald yang dikutip oleh Sardiman, motivasi mempunyai tiga unsur penting, yaitu20:

a. Motivasi mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perubahan energi yang dimaksud adalah adanya tindakan atau perbuatan yang dilakukan.

b. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa/ “feeling”, afeksi seseorang. Seseorang yang dalam belajarnya mempunyai motivasi tinggi

c. Motivasi diransang karena ada tujuan

16 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi Dan Pengukurannya, (Jakarta: Bumi Aksara), Cet. 3, h.9 17 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), Cet.15, h.134

18 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), Cet.19, h.75

19 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), Cet.6, h.61


(29)

Berdasarkan pengertian- pengertian motivasi di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan atau keinginan yang ditunjukkan dengan perbuatan untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan. Timbulnya motivasi dapat disebabkan karena faktor dari dalam maupun dari luar siswa yang digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan siswa. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia yang dipengaruhi gejala kejiwaan, perasaan, dan juga emosi. Semua itu terdorong karena adanya tujuan, kebutuhan dan keinginan.

Selanjutnya, motivasi belajar merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah keterampilan, pengalaman21. Motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang merupakan dorongan atau kekuatan daya penggerak pada diri siswa yang mengarahkan tingkah laku untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu guna memperoleh hasil yang diinginkan atau dicita- citakan. Motivasi belajar merupakan dorongan internal dan eksternal pada diri siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku guna mencapai tujuan yang diinginkan siswa.

2. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Pada dasarnya faktor- faktor yang mempengaruhi motivasi belajar bukan hanya datang dari dalam diri siswa saja, tetapi dari luar diri siswa juga dapat mempengaruhi motivasi belajar. Faktor- faktor tersebut adalah22:

a. Cita- Cita atau Aspirasi Siswa

Cita- cita merupakan mesin penggerak dari dalam diri manusia untuk berbuat, dengan cita- cita yang kuat manusia akan berusaha untuk dapat meraihnya. Cita- cita siswa untuk “menjadi seseorang…” akan memperkuat semangat belajar dan mengarahkan perilaku belajar

21Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), h. 80


(30)

b. Kemampuan Siswa

Kemampuan siswa merupakan hal yang pokok yang dapat menimbulkan motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Siswa yang memiliki kemampuan akan lebih termotivasi dari pada siswa yang tidak memiliki kemampuan.

c. Kondisi Siswa

Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar siswa. Seorang siswa yang sedang sakit, banyak masalah yang dihadapi akan mengganggu perhatian belajar. Siswa tidak berkosentrasi dalam belajar. Sebaliknya, siswa yang sehat, tidak mempunyai masalah, akan nyaman dalam belajar.

d. Kondisi Lingkungan Siswa

Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan teman sebaya, lingkungan sekolah, dan kehidupan kemasyarakatan. Lingkungan yang kondusif bagi siswa akan mempengaruhi motivasi siswa dalam belajar. Siswa yang berada dalam lingkungan yang kurang kondusif akan malas dalam belajar.

e. Unsur- unsur Dinamis dalam Belajar dan Pembelajaran

Unsur- unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran merupakan kondisi yang memungkinkan berubahnya dalam proses belajar mengajar, misalnya kondisi siswa, lingkungan siswa dalam belajar, dll

f. Upaya Guru dalam Membelajarkan Siswa

Upaya guru membelajarkan siswa terjadi di sekolah dan di luar sekolah. Upaya pembelajaran di sekolah meliputi hal- hal berikut; menyelenggarakan tertib belajar di sekolah, membina disiplin belajar dalam setiap kesempatan, membina belajar tertib lingkungan sekolah. Disamping penyelenggaraan tertib yang umum tersebut, maka secara individual setiap guru menghadapi anak didiknya. Upaya pembelajaran tersebut meliputi pemahaman tentang diri siswa dalam rangka kewajiban tertib belajar, pemanfaat penguatan berupa hadiah, kritik, hukuman secara tepat guna, dan mendidik anak cinta belajar


(31)

3. Indikator Motivasi Belajar

Menurut Sardiman, ciri- ciri siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi, antara lain23:

a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai)

b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak mudah putus asa) c. Menunjukkan minat terhadap bermacam- macam masalah d. Lebih senang bekerja mandiri

e. Cepat bosan pada tugas- tugas yang rutin (hal- hal yang bersifat mekanis, berulang- ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif)

f. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu) g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini

h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal- soal

Meskipun motivasi itu merupakan suatu kekuatan, namun tidaklah merupakan suatu substansi yang dapat kita amati. Yang dapat kita lakukan adalah mengidentifikasi beberapa indikatornya dalam term- term tertentu, antara lain24:

a. Durasi kegiatan (berapa lama kemampuan penggunaan waktu untuk melakukan kegiatan )

b. Frekuensi kegiatan (berapa sering kegiatan dilakukan dalam periode waktu tertentu)

c. Persistensinya (ketepatan dan kelekatannya) pada tujuan kegiatan

d. Ketabahan, keuletan, dan kemampuannya dalam menghadapi rintangan dan kesulitan untuk mencapai tujuan

e. Devosi (pengabdian) dan pengorbanan (uang, tenaga, pikiran) untuk mencapai tujuan

f. Tingkatan aspirasinya (maksud, rencana, cita- cita, sasaran atau target dan idolanya) yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan

g. Tingkatan kualifikasi prestasi atau produk atau output yang dicapai dari kegiatannya (berapa banyak, memadai atau tidak, memuaskan atau tidak) h. Arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan (like or dislike, positif atau negatif) Menurut Hamzah B. Uno dalam bukunya teori motivasi dan pengukurannya, indikator motivasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut25:

23 Sardiman, op.cit., h.83

24 Abin Syamsyudin Makmun, Psikologi Pendidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), h. 40


(32)

a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil

b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar c. Adanya harapan dan cita- cita masa depan d. Adanya penghargaan dalam belajar

e. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar

f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik.

Selanjutnya menurut Syaiful Bahri Djamarah dalam buku Psikologi Belajar, seorang siswa yang mempunyai motivasi dalam belajar, ditunjukkan dengan siswa tekun dalam belajar, siswa penuh konsentrasi dalam mengikuti pembelajaran, siswa aktif berpartisipasi dalam kegiatan belajar26. Selain itu, menurut Syaiful Bahri Djamarah dalam buku yang sama, mengemukakan bahwa siswa yang mempunyai motivasi rendah dalam pembelajaran, ditunjukkan dengan perilaku siswa malas berpartisipasi dalam belajar, tidak mendengarkan penjelasan guru, tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru, dan tidak mencatat apa yang telah guru sampaikan27.

Berdasarkan pendapat para tokoh di atas, motivasi dalam diri siswa dapat diketahui dengan mengamati tingkah laku siswa pada proses pembelajaran, seperti: siswa aktif bertanya, memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru, mempunyai antusiasme yang tinggi dalam proses pembelajaran, menunjukan rasa senang dan semangat saat proses pembelajaran.

Berdasarkan indikator- indikator di atas, siswa yang mempunyai motivasi tinggi dalam belajar dapat diketahui dengan beberapa tingkah laku yang mereka tunjukkan dalam proses pembelajaran. Begitu juga sebaliknya, siswa yang mempunyai motivasi rendah dalam belajar, juga dapat diketahui dari beberapa tingkah laku yang siswa tunjukan dalam proses pembelajaran.

Dalam penelitian ini, untuk menyusun instrument penelitian, penulis menggunakan indikator yang dikemukakan oleh Hamzah B. Uno diantaranya28:

26 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 122-124 27 Syaiful Bahri Djamarah, Ibid., h. 122-124


(33)

a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil

b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar c. Adanya harapan dan cita- cita masa depan d. Adanya penghargaan dalam belajar

e. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar

f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik.

4. Fungsi Motivasi dalam Belajar

Di dalam proses pembelajaran peranan motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan motivasi yang tinggi, siswa dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar, yang semuanya itu akan berdampak pada tujuan atau cita- cita yang ingin dicapai siswa.

Menurut Sardiman, ada tiga fungsi motivasi, yaitu29:

a. Mendorong manusia untuk berbuat. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan

b. Menentukan arah perbuatan, yaitu kearah tujuan yang akan dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah kegiatan yang harus dikerjakan c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan- perbuatan apa yang

harus dikerjakan yang sesuai untuk mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan- perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan yang akan dicapai Menurut Dimyati dan Mudjiono, pentingnya motivasi belajar bagi siswa adalah untuk30:

a. Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses belajar, dan hasil akhir b. Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan

dengan teman sebayanya, sebagai ilustrasi jika terbukti usaha belajar seorang siswa belum memadai, maka ia berusaha setekun temannya yang belajar dan berhasil

c. Mengarahkan kegiatan belajar d. Membesarkan semangat belajar

e. Menyadarkan tentang perjalanan belajar dan kemudian bekerja

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa motivasi mendorong manusia untuk berbuat, mengarahkan kegiatan belajar yaitu motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha untuk pencapaian prestasi. Motivasi dapat

29 Sardiman, op cit,. h.85


(34)

membesarkan semangat belajar, adanya motivasi yang tinggi dalam belajar akan mencapai hasil belajar yang optimal. Dengan adanya motivasi yang tinggi dan dengan adanya usaha yang tekun dalam belajar akan menghasilkan prestasi belajar yang optimal. Intensitas motivasi seseorang akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.

5. Upaya Menumbuhkan Motivasi Belajar

Menurut pakar psikologi Donald O. Hebb dalam Aminudin Rasyad “memotivasi peserta didik adalah satu tugas guru dalam proses belajar- mengajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran”31

. Secara umum dapat dikatakan, bahwa tujuan memotivasi peserta didik adalah untuk menggerakkan, menggugah, menimbulkan keinginan yang kuat untuk belajar secara sungguh- sungguh. Maka bagi guru peranan motivasi ini sangat penting dalam proses belajar mengajar, karena dapat menimbulkan kemauan, memberi semangat, menimbulkan kesadaran untuk meningkatkan prestasinya. Berbagai cara yang ditempuh guru untuk memotivasi peserta didiknya. Ada beberapa strategi untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa siswa, yaitu32 :

a. Pernyataan penghargaan secara verbal. Pernyataan verbal terhadap perilaku yang baik atau hasil kerja atau hasil belajar siswa merupakan cara yang paling mudah dan efektif untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar b. Menggunakan nilai ulangan sebagai pemacu keberhasilan

c. Menimbulkan rasa ingin tahu

d. Memunculkan sesuatu yang tidak diduga oleh siswa e. Menjadikan tahap dini dalam belajar mudah bagi siswa

f. Menggunakan materi yang dikenal siswa sebagai contoh dalam belajar g. Gunakan kaitan yang unik dan tak terduga untuk menerapkan suatu konsep

dan prinsip yang telah dipahami.

h. Menuntut siswa untuk menggunakan hal- hal yang telah dipelajari sebelumnya

i. Menggunakan simulasi dan permainan

j. Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperlihatkan kemahirannya di depan umum

k. Mengurangi akibat yang tidak menyenangkan dan keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar

l. Memahami iklim sosial dalam sekolah

31 Aminudin Rasyad. Teori Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Uhamka Press, 2003) cet. Ke-3 h.89


(35)

m. Memanfaatkan kewibawaan guru secara tepat n. Memperpadukan motif- motif yang kuat

o. Miemperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai p. Merumuskan tujuan- tujuan sementara

q. Memberitahukan hasil kerja yang telah dicapai

r. Membuat suasana persaingan yang sehat diantara para siswa s. Mengembangkan persaingan dengan diri sendiri

t. Memberikan contoh yang positif

Selanjutnya menurut Eni Rosda Syarbaini dalam bahan ajar psikologi pendidikan, ada beberapa cara yang dilakukan guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa, diantaranya adalah33:

a. Pemahaman yang jelas tentang tujuan belajar b. Penyesuaian tugas dengan kemampuan siswa c. Meningkatkan kepercayaan diri siswa

d. Memperbaiki kebiasaan belajar siswa

e. Menggunakan tehnik dan prosedur mengajar yang variatif f. Optimalisasi pemanfaatan pengalaman dan kemampuan siswa g. Pengembangan cita- cita dan aspirasi belajar

Berdasarkan pendapat para tokoh di atas, ada berbagai macam cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Tinggal bagaimana cara guru menerapkan cara- cara di atas pada siswa.

6. Pengukuran Motivasi Belajar

Dengan memperhatikan indikator- indikator motivasi di atas, berbagai tehnik pendekatan dan pengukuran yang digunakan untuk mengukur motivasi, antara lain:

a. Tes tindakan (performance test) disertai observasi untuk memperoleh informasi dan data tentang persistensi (ketepatan dan kelekatan), keuletan, ketabahan, dan kemampuan menghadapi masalah, durasi, dan frekuensinya b. Kuesioner terhadap subjeknya untuk mendapat informasi tentang devosi

(pengabdian), pengorbanannya dan aspirasinya

c. Mengarang bebas untuk mengetahui cita- cita dan aspirasinya

d. Tes prestasi dan skala sikap untuk mengetahui kualifikasi dan arah sikapnya34

33 Eni Rosda Syarbaini, Bahan Ajar Psikologi Pendidikan, (tidak diterbitkan ) 34 Abin Syamsyudin Makmun, op.cit.,h. 40


(36)

Dalam penelitian ini, untuk mengukur motivasi belajar siswa, penulis menggunakan skala motivasi (skala sikap) model likert.

C. Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)

1. Pengertian Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)

CTL adalah singkatan dari Contextual Teaching and Learning. Konteks berasal dari kata kerja latin Contexere yang berarti “menjalin bersama” kata konteks merujuk pada “keseluruhan situasi, latar belakang atau lingkungan” yang berhubungan dengan diri, yang terjalin bersamanya (webster’s new world dictionary)35. Teaching adalah refleksi sistem kepribadian sang guru yang bertindak secara professional. Learning adalah refleksi sistem kepribadian siswa yang menunjukan perilaku yang terkait dengan tugas yang diberikan36.

Contextual Teaching Learning adalah suatu pembelajaran yang

menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka37.

Menurut Yatim Riyanto, Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa untuk mengaitkan pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat38

Dari beberapa pengertian yang dikemukakan di atas, bahwa Contextual

Teaching and Learning (CTL) merupakan model pembelajaran yang bertujuan

membantu peserta didik untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari- hari, sehingga

35 Elain B. Johnson, Contextual Teaching and Learning Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, (Bandung: Mizan Learning Center, 2006), h.83 36 Elain B. Johnson, ibid, h.19

37 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet- 7, h.255

38 Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi Bagi Pendidik Dalam Implementasi Pembelajaran Yang Efektif dan Berkualitas, (Jakarta: Kencana, 2009), h.161


(37)

peserta didik memiliki pengetahuan / keterampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkontruksi sendiri secara aktif pemahamannya.

Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) diharapkan lebih bermakna bagi peserta didik karena proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalaminya. Dalam konteks itu, peserta didik perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana cara mencapainya. Mereka sadar bahwa yang meraka pelajari berguna bagi kehidupannya nanti. Dalam kelas kontekstual, guru berusaha membantu peserta didik mencapai tujuan. Maksudnya adalah bahwa guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada sekedar informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan keterampilan yang baru bagi peserta didik. Pengetahuan dan keterampilan diperoleh dengan menemukan sendiri bukan apa kata guru.

Pembelajaran kontekstual sebagai suatu model pembelajaran yang memberikan fasilitas kegiatan belajar siswa untuk mencari, mengolah, dan menemukan pengalaman belajar yang lebih bersifat konkret (terkait dengan kehidupan nyata) melalui keterlibatan aktivitas siswa dalam mencoba, melakukan, dan mengalami sendiri. Dengan demikian pembelajaran tidak sekedar dilihat dari sisi produk, akan tetapi yang terpenting adalah proses. 2. Karakteristik Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning

(CTL)

Setiap model pembelajaran mempunyai karakteristik yang berbeda- beda, termasuk juga model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). Menurut Wina Sanjaya ada 5 karakteristik penting dalam pembelajaran CTL, yaitu39:

a. Dalam CTL, pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge), artinya apa yang akan dipelajari tidak


(38)

terlepas dari pengetahuan yang sudah ada dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain

b. Pembelajaran yang kontextual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru (iquiring knowledge). Pengetahuan baru itu diperoleh dengan cara deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara keseluruhan, kemudian memperhatikan detailnya. c. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya pengetahuan

yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini, misalnya dengan cara meminta tanggapan dari yang lain tentang pengetahuan yang diperolehnya dan berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu dikembangkan

d. Mempraktikan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge), artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan perilaku siswa

e. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi.

3. Prinsip- Prinsip Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

CTL sebagai suatu model pembelajaran memiliki 7 prinsip. Prinsip- prinsip ini yang melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan model CTL, diantaranya adalah40:

a. Konstruktivisme

Konstruktivisme yaitu proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman41. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus membangun

40 Wina Sanjaya, op.cit., 264- 269 41 Wina Sanjaya.Op. Cit., h 264


(39)

pengetahuan itu sendiri melalui pengalaman yang nyata. “Pada dasarnya pengetahuan dibentuk pada diri manusia berdasarkan pengalaman nyata yang dialaminya dan hasil interaksinya dengan lingkungan sosial di sekelilingnya. Belajar adalah prubahan proses mengkonstruksi pengetahuan berdasarakan pengalamannya yang dialami para siswa sebagai hasil interaksinya dengan lingkungan sekitarnya”42.

b. Bertanya (questioning)

Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya. Penerapan unsur bertanya dalam CTL harus difasilitasi oleh guru. Melalui proses bertanya, siswa akan mampu menjadi pemikir yang handal dan mandiri. Mereka dirangsang untuk mampu mengembangkan ide/ gagasan dan pengujian baru yang inovatif. Dalam pembelajaran CTL siswa dituntut aktif dalam proses pembelajaran, salah satunya dengan aktif bertanya. Bertanya dalam proses pembelajaran bukan hanya satu arah yaitu antara guru dan murid, tetapi dua arah yaitu guru dan siswa, siswa dan siswa. Melalui penerapan bertanya, pembelajaran akan lebih hidup, akan medorong proses dan hasil pembelajaran yang lebih luas dan mendalam.

Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk43:

1) Menggali inforministratif maupun akademis 2) Mengecek pemahaman peserta didik

3) Membangkitkan respon peserta didik

4) Mengetahui sejauh mana keingintahuan peserta didik 5) Mengetahui hal- hal yang sudah diketahui peserta didik

6) Memfokuskan perhatian peserta didik pada sesuatu yang dikehendaki pembelajar/ guru

7) Untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari peserta didik 8) Untuk menyegarkan kembali pengetahuan peserta didik

42 Sumiati, Asra., Metode Pembelajaran. (Bandung: Wacana Prima, 2009), h.15

43 Martinis Yamin, Desain Baru Pembelajaran Konstruktivistik, (Jakarta: Referensi, 2012), h. 83- 84


(40)

c. Menemukan (inquiry)

Proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Dalam CTL, siswa dibimbing oleh guru untuk menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya. Pada pembelajaran CTL, siswa mencari materi sendiri bukan siswa yang menerima materi dari guru. Suatu pengetahuan yang didapat dengan cara proses mengamati, menemukan, mencatat, akan lebih bermakna (mudah dipahami dan tidak mudah lupa) dari pada pengetahuan yang didapat dengan cara mendengarkan ceramah saja.

d. Masyarakat Belajar (learning community)

Maksud dari masyarakat belajar adalah membiasakan siswa untuk melakukan kerja sama dan memanfaatkan sumber belajar dari teman- teman belajarnya. Dalam learning community, hasil belajar diperoleh dari kerja sama dengan orang lain melalui berbagai pengalaman44. Konsep masyarakat belajar dalam CTL menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerjasama dengan orang lain. Kerjasama itu dapat dilakukan dalam berbagai bentuk baik dalam kelompok belajar secara formal maupun dalam lingkungan yang terjadi secara alami. Belajar secara berkelompok sangat penting karena pembelajaran yang dilaksanakan secara individual menyebabkan lambatnya berkembang pengetahuan dan pengalaman siswa. Belajar secara kelompok mempunyai keuntungan diantaranya adalah permasalah yang terjadi dalam proses pembelajaran akan mudah diselesaikan, karena siswa dapat bertukar pikiran dengan siswa yang lainnya untuk menyelesaikan masalah, pembelajaran yang dilaksanakan secara kelompok dapat menyebabkan pengetahuan dan pengalaman yang didapat siswa bervariasi

44Rusman, Model- Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h.195


(41)

e. Pemodelan (modeling)

Permodelan yaitu menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran. Siswa akan lebih mudah memahami dan menerapkan proses dan hasil belajar jika dalam pembelajaran guru menyajikan dalam bentuk suatu model, bukan hanya berbentuk lisan. Siswa akan mampu mengamati dan mencontoh apa yang ditunjukkan oleh guru.

f. Refleksi

Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian- kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan CTL, setiap berakhir proses pembelajaran, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk „merenung’ atau mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya. Biarkan secara bebas siswa menafsirkan pengalamannya sendiri, sehingga ia dapat menyimpulkan tentang pengalaman belajarnya.

g. Penilaian Nyata (authentic Assessment)

Penilaian nyata (aunthentic assessment) adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa memiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan baik intelektual maupun mental siswa. Penekanan penilaian autentik adalah penilaian tidak hanya mengacu pada pada hasil tetapi penilaian pada proses, bagaimana peserta didik memperoleh dan memiliki pengetahuan, ketrampilan dan sikap.

Penilaian yang autentik dilakukan secara terintegrasi dengan proses pembelajaran. Penilaian ini dilakukan secara terus menerus selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh sebab itu, tekanannya diarahkan kepada proses belajar bukan kepada hasil belajar.


(42)

Ketujuh Prinsip- prinsip di atas harus dilaksanakan secara optimal, agar pembelajaran berlangsung secara optimal dan mencapai hasil yang diinginkan oleh guru dan siswa.

4. Desain Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

Sebelum melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan CTL, tentu saja terlebih dahulu guru harus membuat desain (skenario) pembelajarannya, sebagai pedoman umum dan sekaligus sebagai alat kontrol dalam pelaksanaannya. Pada intinya pengembangan setiap komponen CTL tersebut dalam pembelajaran dapat dilakukan sebagai berikut45:

a. Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermakna, apakah dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan baru yang harus dimilikinya.

b. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik yang diajarkan

c. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan pertanyaan- pertanyaan

d. Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok berdiskusi, tanya jawab dan lain sebagainya

e. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi, model bahkan media yang sebenarnya

f. Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan

g. Melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya pada setiap siswa

D. Contextual Teaching and Learning (CTL) dan Motivasi Belajar Siswa Pembelajaran CTL menyajikan suatu konsep yang mengaitkan materi pelajaran yang dipelajari siswa dengan konteks dimana materi tersebut digunakan, serta berhubungan dengan bagaimana seseorang belajar. Materi pelajaran akan bertambah bermakna jika siswa mempelajari materi pelajaran yang disajikan melalui konteks kehidupan siswa, dan menemukan arti di dalam proses pembelajaran, sehingga pembelajaran akan menjadi lebih berarti, dapat dikenang, dan menyenangkan.

45 Rusman, op.cit., h.199- 200


(43)

Menurut Trianto, model pembelajaran CTL merupakan alternatif model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa lebih optimal. Karena “pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang berusaha mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat keterkaitan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan tenaga kerja”46

Selain itu CTL merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa secara penuh dalam proses pembelajaran, siswa didorong untuk beraktivitas mempelajari materi pelajaran sesuai dengan topik yang akan dipelajari. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dan dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Dalam konteks itu siswa mengerti apa makna belajar, apa manfaat belajar bagi kehidupannya nant. Dengan itu semua, siswa mempunyai hasrat dan keinginan berhasil dalam belajar, mempunyai harapan dan cita- cita masa depan yang tinggi. Dengan demikian model pembelajaran CTL dapat memotivasi siswa dalam belajar.

E. Hasil Penelitian Yang Relevan

Untuk mendukung penelitian ini, berikut ini disajikan beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Penelitian tersebut antara lain:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Yudistira, dalam skripsi S1 jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjudul “Pengaruh Strategi Pembelajaran Kontekstual (CTL) Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Bidang Studi PAI di SMP Darussalam Ciputat”. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh pembelaran CTL terhadap motivasi belajar

46 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2009), h. 108


(44)

PAI. Hal ini dibuktikan dengan motivasi kelas eksperimen > kelas kontrol yaitu 114,56 > 101,0347.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Melina Andri, dalam skripsi S1 Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang berjudul “Penerapan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Dalam Upaya Meningkatkan Motivasi Siswa Kelas XI IPA 1 Pada Konsep Laju Reaksi”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pendekatan

contextual teaching and learning (CTL) dapat meningkatkan motivasi belajar

siswa. Hal ini dibuktikan dengan menikatnya motivasi belajar siswa dari siklus 1 sampai siklus 3, yaitu sebesar 68,17%, 77,51%, 82,15%48.

F. Kerangka Berpikir

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Faktor- faktor yang mempengaruhi proses belajar salah satunya adalah motivasi. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan- kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Di dalam proses pembelajaran peran motivasi sangat diperlukan. Motivasi yang tinggi memegang peranan yang penting dalam proses pembelajaran, karena motivasi dapat mendorong, mengarahkan dan menyeleksi perbuatan siswa untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Berbagai cara dapat ditempuh guru untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, salah satu diantaranya adalah dengan menggunakan model pembelajaran CTL.

47 Yudistira, “Pengaruh Strategi Pembelajaran Kontekstual (CTL) Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Bidang Studi PAI Di SMP Darussalam Ciputat”, Skripsi FITK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2012, tidak dipublikasikan

48 Siti Melina Andri, “Penerapan Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) Dalam

Upaya Meningkatkan Motivasi Siswa Kelas XI IPA Pada Konsep Laju Reaksi”, Skripsi FITK UIN


(45)

Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning adalah salah satu model pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Dengan guru menggunakan Model pembelajaran CTl, proses pembelajaran menjadi menyenangkan, pengetahuan yang didapatkan siswa bukan hanya hafalan saja, tetapi berupa pemahaman karena dalam proses pembelajarannya siswa terlibat secara langsung atau aktif untuk menemukan materi. Semakin besar siswa terlibat dalam proses pembelajaran, semakin besar pula pengetahuan yang didapat siswa dan semakin besar keingin tahuan siswa terhadap materi tersebut, itu mendorong siswa untuk termotivasi dalam mengikuti pembelajaran dan akan bekerja keras untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Berdasarkan kerangka pikir di atas, dapat diasumsikan bahwa penerapan model pembelajaran CTL dapat berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa.

F. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah dijelaskan di atas maka dalam penelitian dapat diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut: “Terdapat Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and


(46)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SDN Cirendeu 01 pada semester ganjil tahun ajaran 2014/ 2015. Alasan SDN Cirendeu menjadi tempat penelitian adalah karena sekolah tersebut mempunyai karakterikstik yang sesuai dengan penelitian. Penelitian ini di laksanakan di bulan September 2014.

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi eksperimen, dimana tidak memungkinkan peneliti untuk mengontrol semua variabel yang relevan kecuali dari variabel- variabel tertentu. Desain Quasi Eksperimental yang digunakan dalam penelitian ini adalah Posttest- Only Control Design. Dalam desain ini, dua kelompok dipilih secara random. Kelompok pertama diberi perlakuan (treatment) dengan menggunakan pembelajaran CTL, yang disebut kelompok eksperimen. Kelompok kedua tidak diberi perlakuan atau dengan menggunakan pembelajaran konvensional, yang disebut kelompok kontrol. Pelaksanaan penelitian dalam desain ini adalah kelompok eksperimen pertama- tama diberi perlakuan dengan menggunakan pembelajaran CTL, setelah tujuhkali perlakuan (treatment), dilakukanlah posttest untuk mengukur motivasi belajar IPS siswa dengan menggunakan pembelajaran CTL. Setelah itu bandingkan dengan hasil posttest kelompok kontrol. Adapun rancangan penelitian dapat digambarkan sebagai berikut1:

Kelompok Perlakuan posttest

R(e) Xe O

R(k) O

1Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 76


(47)

Keterangan :

R = proses pemilihan subjek secara acak e = kelompok eksperimen

k = kelompok kontrol

Xe = perlakuan yang diberikan pada kelompok eksperimen

O = tes yang sama pada kedua kelompok C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian2. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa SDN Cirendeu 01 yang berjumlah 900 siswa. Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 5 SDN 01 Cirendeu tahun ajaran 2014/ 2015, yang terdiri dari 4 kelas.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Tehnik sampling yang digunakan dalam penelitian adalah tehnik purposive sampling, yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi terjangkau yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu3. Sampel yang terpilih dalam penelitian ini adalah siswa kelas V C dan kelas V D SDN Cirendeu 01.

D. Tehnik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Skala Motivasi Belajar

Skala motivasi belajar adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang data pribadi atau hal- hal yang ia ketahui. Skala motivasi belajar ini digunakan untuk memperoleh data tentang motivasi belajar siswa. Untuk penyusunan butir- butir pernyataan skala motivasi belajar mengacu pada indikator- indikator pada variabel yang akan diukur. Indikator- indikator

2 Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. (Jakarta: Rineka Cipta, 2010) , h.130

3 Sugiyono, op cit., h. 120


(48)

motivasi belajar yang digunakan pada penelitian ini meliputi: 1) adanya hasrat dan keinginan untuk melakukan kegiatan, 2) adanya dorongan dan kebutuhan untuk melakukan kegiatan, 3) adanya harapan dan cita- cita, 4) adanya penghargaan dan penghormatan atas diri, 5) adanya lingkungan yang baik, 6) adanya kegiatan yang menarik4.

Skala motivasi belajar yang digunakan pada penelitian ini adalah skala motivasi belajar milik Bapak Romlih (izin penggunaan alat ukur terlampir) yang sebelumnya telah digunakan pada penelitian SI program studi PGMI FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjudul “Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, (Studi Penelitian pada

Siswa Kelas IV MI Ta’allamul Huda Curug, Gn. Sindur, Bogor). Skala

motivasi belajar ini terdiri dari 34 pernyataan, yaitu 17 butir pernyataan positif dan 17 pernyataan negatif. Skala motivasi belajar yang dipakai dalam instrument adalah skala likert, yaitu bentuk kuesioner yang mengungkap sikap siswa dalam bentuk empat pernyataan berupa: sangat setuju (SS), setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Jawaban dari setiap pernyataan positif diberi skor dengan rentang nilai dari 4 sampai 1, sedangkan jawaban dari setiap pernyataan negatif diberi skor dengan rentang nilai dari 1 sampai 4. Adapun kisi- kisi skala motivasi belajar adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Kisi- kisi Skala Motivasi Belajar5

No Indikator

No butir

Jumlah Pernyataan

positif

Pernyataan negatif 1 Adanya hasrat dan

keinginan untuk

1, 2, 3 4, 5, 6

6

4Hamzah B. Uno, Teori Motivasi Dan Pengukurannya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h.15-16 5Romli, “Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (studi

penelitian pada siswa kelas IV MI Ta’allamul Huda, Curug, Gn Sindur, Bogor)”,(Skripsi FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013) , (tidak dipublikasikan)


(49)

melakukan kegiatan

2

Adanya dorongan dan kebutuhan untuk melakukan kegiatan

7, 8, 9 10, 11, 12

6

3 Adanya harapan dan cita- cita

13, 14, 15 16,17,18

8

4

Adanya penghargaan dan penghormatan atas diri

19, 20, 21 22, 23, 24

6

5 Adanya lingkungan yang baik

25, 26 27, 28

4

6 Adanya kegiatan yang menarik

29, 30, 31 32, 33, 34

6

Jumlah 17 17 34

2. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Observasi atau pengamatan merupakan suatu tehnik atau cara mengumpulkan data dengan cara melakukan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Observasi dapat dilakukan secara partisipatif ataupun nonpartisipatif. Dalam observasi partisipatif pengamat ikut sebagai peserta dalam kegiatan yang sedang berlangsung, sedangkan observasi non partisipatif pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan, dia hanya berperan sebagai pengamat kegiatan6. Pada penelitian ini, peneliti berperan sebagai observasi partisipatif karena peneliti berperan langsung dalam kegiatan yang sedang berlangsung.

Hasil Observasi ini dijadikan sebagai data pendukung untuk memperoleh data mengenai motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran CTL. Observasi dilakukan dengan

6 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Rosdakarya, 2013), h. 220


(50)

mengamati kegiatan proses belajar mengajar, bagaimana aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.

Pedoman observasi yang digunakan pada penelitian ini menggunakan pedoman observasi milik bapak Romlih (surat izin penggunaan alat ukur terlampir), yang sebelumnya telah digunakan pada penelitian SI program studi PGMI FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjudul “Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, (Studi Penelitian pada

Siswa Kelas IV MI Ta’allamul Huda Curug, Gn. Sindur, Bogor). Lembar

pedoman observasi siswa ini terdiri dari 6 pernyataan dan 4 alternatif jawaban atau penilaian, yaitu: sangat baik (SB) dengan skor 4, baik (B) dengan skor 3, cukup (C) dengan skor 2, kurang (K) dengan skor 1. Adapun pedoman observasi aktivitas siswa adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2

Pedoman Observasi Siswa7

NO Kegiatan Belajar SB B C K

1 Siswa masuk kelas tepat waktu 2 Siswa berdoa sebelum belajar 3 Siswa memperhatikan guru ketika

menjelaskan materi pembelajaran 4 Siswa aktif bertanya pada proses

pembelajaran

5 Siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru

6 Siswa aktif dalam proses pembelajaran

7Romlih, “Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (studi

penelitian pada siswa kelas IV MI Ta’allamul Huda, Curug, Gn Sindur, Bogor)”, (Skripsi FITK


(51)

Adapun untuk menghitung persentase hasil observasi siswa, menggunakan rumus: Persentase

E. Uji Coba Instrumen Penelitian

Sebelum skala motivasi belajar diberikan kepada siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, terlebih dahulu skala motivasi belajar diuji cobakan kepada siswa yang memiliki karakteristik yang sama dengan sampel penelitian. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah memenuhi persyaratan validitas dan reliabilitas.

1. Uji Validitas

Skala motivasi belajar yang digunakan dalam penelitian perlu dilakukan uji validitas agar ketepatan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sesuai, sehingga betul- betul menilai apa yang seharusnya dinilai. Untuk menghitung validitas insturmen skala motivasi belajar, digunakan rumus product moment, sebagai berikut8:

r

xy =

∑ ∑ ∑ √ ∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan:

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y

ΣX = jumlah skor tiap- tiap butir ΣY = jumlah skor tiap- tiap siswa N = jumlah siswa

Untuk mengetahui valid atau tidaknya butir soal skala motivasi belajar, maka rhitung dibandingkan dengan rtabel product moment. Jika rhitung > rtabel

maka butir soal skala motivasi belajar valid. Dan jika rhitung < rtabel maka butir

soal skala motivasi belajar tidak valid.

8 Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran Prinsip Teknik Prosedur, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), h.254


(52)

Berdasarkan hasil uji validitas, dari 34 pernyataan terdapat 4 pernyataan yang dinyatakan tidak valid dan 30 pernyataan valid, dengan rinciannya sebagai berikut:

Tabel 3.3

Validitas Skala Motivasi Belajar

No Indikator

No butir Jumlah Pernyataan positif Pernyataan negatif 1

Adanya hasrat dan keinginan untuk melakukan kegiatan

1, 2, 3 4, 5, 6*

6

2

Adanya dorongan dan kebutuhan untuk melakukan kegiatan

7*, 8, 9 10, 11, 12

6

3 Adanya harapan dan cita- cita

13, 14, 15 16,17,18

8

4

Adanya penghargaan dan penghormatan atas diri

19, 20, 21 22, 23, 24*

6

5 Adanya lingkungan yang baik

25*, 26 27, 28

4

6 Adanya kegiatan yang menarik

29, 30, 31 32, 33, 34

6

Jumlah 17 17 34

Catatan: yang bertanda *, butir soal yang tidak valid

Dengan demikian, penelitian ini menggunakan 30 pernyataan yang valid, yang terdapat pada tabel di bawah ini:


(53)

Tabel 3.4

Kisi- kisi Skala Motivasi Belajar yang Digunakan dalam Penelitian

No Indikator

No butir

Jumlah Pernyataan

positif

Pernyataan negatif

1

Adanya hasrat dan keinginan untuk melakukan kegiatan

1, 2, 3 4, 5,

5

2

Adanya dorongan dan kebutuhan untuk melakukan kegiatan

8, 9 10, 11, 12

6

3 Adanya harapan dan cita- cita

13, 14, 15 16,17,18

8

4

Adanya penghargaan dan penghormatan atas diri

19, 20, 21 22, 23,

5

5 Adanya lingkungan yang baik

26 27, 28

3

6 Adanya kegiatan yang menarik

29, 30, 31 32, 33, 34

6


(54)

2. Uji Reliabilitas

Reabilitas adalah ketepatan atau keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilai9. Artinya kapanpun alat penilaian digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama. Untuk mengukur reliabilitas instrument skala motivasi belajar digunakan rumus Alpha, sebagai berikut10:

Keterangan:

R = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal yang valid

∑ = jumlah varians butir soal

= varians skor total

Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan pada 30 butir pernyataan yang valid, diperoleh nilai reliabilitas soal sebesar 0,58.

F. Tehnik Analisis Data

1. Menentukan Tinggi Rendahnya Motivasi Belajar Siswa

Pada penelitian ini pengkategorian motivasi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: motivasi tinggi, motivasi sedang, dan motivasi rendah dengan mengacu pada kriteria yang telah ditentukan, yaitu11:

a. Jika X < ( maka motivasi rendah

b. Jika ( X < ( maka motivasi sedang c. Jika ( X, maka motivasi tinggi

2. Uji Normalitas

Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data pada dua kelompok sampel yang diteliti berasal dari populasi yang berdistribusi normal

9 Nana Sudjana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. (Bandung: Rosdakarya, 2009), h. 16

10 Zainal Arifin, op cit., h. 264


(55)

atau tidak. Dalam penelitian ini, pengujian normalitas menggunakan Uji Chi kuadrat (chi square). Adapun prosedur pengujiannnya adalah sebagai berikut12:

a. Menentukan Hipotesis

H0 : data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : data sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

b. Cari X2 hitung dengan rumus :

X2hitung

Keterangan :

Oi = frekuensi observasi

Ei = frekuensi harapan

Cari X2tabel dengan derajat kebebasan (dk) = banyak kelas (K) – 3 dan taraf

kepercayaan 95% atau taraf signifikan ⍺ = 5% Kriteria pengujian :

Jika X2hitung X2tabel, maka H0 diterima (data yang diperoleh berdistribusi

normal)

Jika X2hitung X2tabel, maka H0 ditolak (data yang diperoleh tidak berdistribusi

normal)

c. Menentukan jumlah kelas interval d. Menentukan panjang kelas interval

e. Menyusun ke dalam tabel distribusi frekuensi (terlampir), sekaligus tabel penolong untuk menghitung harga Chi Kuadrat (chi square).

f. Menghitung fh (frekuensi yang diharapkan), kemudian masukkan kedalam

tabel frekuensi.

g. Membandingkan harga chi square (chi kuadrat) hitung dengan chi kuadrat tabel dengan kriteria yang telah ditentukan di atas.


(56)

3. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelompok sampel berasal dari populasi yang sama (homogen) atau tidak. Dalam penelitian ini, pengujian homogenitas menggunakan uji Fisher (F)13:

F = Rumusan hipotesis: H0 :

H1 :

H0 : kedua kelompok sampel mempunyai varians yang sama

H1 : kedua kelompok sampel mempunyai varians yang berbeda

Kriteria pengujian H0, yaitu:

Jika Fhitung Ftabel, maka H0 diterima (kedua kelompok berasal dari populasi

atau varians yang homogen

Jika Fhitung Ftabel, maka H1 diterima ( kedua kelompok berasal dari populasi

atau varians yang tidak homogen

4. Uji Hipotesis

Untuk uji hipotesis, jika kedua sampel berdistribusi normal maka menggunakan rumus uji t. rumus yang digunakan yaitu:

a. Untuk Sampel Yang Homogen14

              2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 2 ) 1 ( ) 1 ( n n n n s n s n x x t keterangan:

thitun : harga t hitung 13 Sugiyono, Ibid., h. 175 14 Sugiyono, op cit., h. 128


(57)

X1 : nilai rata- rata hitung data kelompok eksperimen

X2 : nilai rata- rata hitung data kelompok control

S12 : varians data kelompok eksperimen

S22 : varians data kelompok control

n1 :jumlah siswa pada kelompok eksperimen

n2 : jumlah siswa pada kelompok control

Setelah harga t hitung diperoleh, kita lakukan pengujian kebenaran hipotesis dengan membandingakan besarnya thitung dengan ttabel, dengan

terlebih dahulu menetapkan degrees of freedomnya atau derajat kebebasannya, dengan rumus:

dk = (n1 + n2)

Dengan diperolehnya dk, maka dapat dicari harga ttabel pada taraf

kepercayaan 95% atau taraf signifikansi 5%. Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:

jika thitung ttabel maka H0 diterima

jika thitung ttabel maka H0 ditolak

G. Hipotesis Statistik

Hipotesis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah: H0 : 1 = 2

H1 : 1 2

Keterangan : H0 = hipotesis nol

H1 = hipotesis alternatif

1 = rata- rata motivasi belajar IPS siswa yang di ajar dengan model

pembelajaran CTL

2 = rata- rata motivasi belajar IPS siswa yang diajar dengan pembelajaran


(58)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Sekolah SDN 01 Cirendeu 1. Identitas Sekolah

SDN 01 Cirendeu merupakan sekolah milik pemerintah. SDN 01 Cirendeu berdiri pada tanggal 1 Maret 1966. Sekolah yang beralamat di Jl. Garuda No. 51, Cirendeu, Ciputat Timur merupakan kelompok sekolah inti yang berada di wilayah Cirendeu dan berakreditasi A. Gedung SDN 01 Cirendeu berdekatan dengan SDN 02 Cirendeu dan SDN 5 Cirendeu, dalam satu lokasi dengan luas tanah 2100 m2, dan luas halaman 600 m2.

2. Visi Misi dan Tujuan Sekolah SDN 01 Cirendeu

Visi SDN 01 Cirendeu adalah Menjadi Sekolah yang Santun dalam Budi Pekerti, Akhlak dan Pengetahuan di Kota Tangerang Selatan pada tahun 2017.

Indikator Visi Sekolah :

a. Terwujudnya budaya tertib, disiplin, santun dalam ucapan sopan dalam perilaku terhadap sesama berlandaskan iman dan taqwa.

b. Unggul prestasi hasil belajar siswa baik akademik maupun non akademik minimal sama dengan SKBM sehingga makin berkurang prosentase siswa tinggal kelas.

c. Unggul prestasi ujian sekolah, mampu bersaing dan meningkat prosentase lulusan yang diterima di SLTP Negeri / Swasta Unggulan . d. Unggul prestasi dalam berbagai event lomba atau festival baik

akademik maupun non akademik

e. Cerdas, terampil , dan memiliki kemampuan dasar life skill sebagai salah satu bekal hidup mandiri di masa depan .

f. Unggul dalam penguasaan IPTEK dan penerapannnya serta mampu mengikuti arus perkembangannya


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)