c. PERUSAHAAN dapat menyiapkan benih dan
bibit dengan cara bekerj asama dengan Pemerint ah melalui Pusat Persemaian
Permanen yang let aknya t ersebar diseluruh Indonesia. At au PERUSAHAAN dapat
mengadakan benih unggul dari yang berlabel dan at au benih yang berasal dari pohon plus.
d. PERUSAHAAN dalam awal kegiat an dari pembuat an persemaian harus
mempert imbangkan perencanaan yang mant ap, meliput i :
1. Pemilihan at au penent uan lokasi
persemaian harus mempert imbangkan : sumber air, sumber media, kondisi
t empat , sarana j alan, luas persemaian, luas penanaman dan lain-lainnya.
2. Penat aan ruang persemaian dalam areal kerj a hut an t anaman harus dapat
mencipt akan kegiat an yang ef isien dan ef ekt if sert a secara langsung akan ikut
menent ukan kualit as bibit yang dihasilkan.
2. Penanaman
a. PERUSAHAAN harus melaksanakan sist em silvikult ur Tebang Pilih dan Tanam Jalur TPTJ
pada areal bekas t ebangan dan Tebang Habis Permudaan Buat an THPB pada areal hut an
t idak produkt if .
b. Jat ah penanaman dit et apkan sesuai Rencana Karya Pengusahaan Hut an Tanaman Indust ri
yang dibuat PERUSAHAAN, set elah disahkan oleh Depart emen Kehut anan dan Perkebunan
yang dit et apkan dengan mempert imbangkan sist em silvikult ur yang dit et apkan, kemampuan
sert a realisasi PERUSAHAAN dalam melaksanakan pembuat an t anaman,
pemungut an t ahun sebelumnya, j enis t anaman pokok, rot asi t ebangan, pot ensi st anding
st ock dan pert umbuhan volumenya riap growt .
c. Pembangunan hut an t anaman indust ri dengan
sist em Tebang Pilih dan Tanam Jalur dengan j enis andalan dilaksanakan pada j alur t anam
yang disiapkan sebelumnya.
d. Perusahaan. . . .
d. PERUSAHAAN harus melaksanakankegiat an pengusahaan hut an t anaman indust ri dengan
sist em Tebang Pilih dan Tanam Jalur dengan mempergunakan cara-cara
penanamanpemasangan aj ir, j arak t anam, ukuran lobang t anaman sesuai dengan
keadaan wilayah kerj anya sert a t idak meninggalkan azas manf aat , kelest arian dan
lingkungan.
e. Semua kegiat an izin pengusahaan hut an t anaman indust ri dilaksanakan dengan cara
yang t idak mengakibat kan adanya pemborosan dan kerugian-kerugian sumber daya alam.
f . PERUSAHAAN t idak dibenarkan menebang j enis
kayu yang dilindungi t anpa izin khusus dari Depart emen Kehut anan dan Perkebunan.
g. PERUSAHAAN t idak dibenarkan membuka lahan
Land Clearing melampaui j at ah penanaman, pemugut an yang t elah dit et apkan di dalam
Rencana Karya Tahunan Hut an Tanaman Indust ri yang t elah disahkan.
h. Perusahaan dilarang melaksanakan kegiat an pengusahaan HTI dengan membuka lahan land
clearing diluar areal yang t elah dit et apkan didalam Rencana Karya Tahunan Hut an
Tanaman Indust ri yang t elah disahkan.
i. PERUSAHAAN dilarang melaksanakan kegiat an
pengusahaan HTI dengan membuka lahan land clearing dengan cara dibakar.
j . PERUSAHAAN dilarang melaksanakan kegiat an pengusahaan HTI diluar areal Hak Pengusahaan
Hut an Tanaman Indust rinya. k. PERUSAHAAN t idak diperkenankan unt uk
menanam menggant i j enis t anaman yang t elah dit et apkan dalam at au Rencana Karya
Pengusahaan Hut an Tanaman Indust ri RKP- HTI dan at au Rencanan Karya Tahunan
Pengusahaan Hut an Tanaman Indust ri RKT- HTI t anpa seij in Ment eri Kehut anan dan
Perkebunan.
3. Pemeliharaan. . . .
3. Pemeliharaan