penting dilakukan untuk memperoleh validitas.Ketiga alur tersebut berlangsung secaraberulang dan
terus menerusselamapenelitianberlangsungdanmerupakan
proses siklusdaninteraktif
sehinggakesimpulan yang
adabukanlahkesimpulanakhirsampaipenelitianberakhir.Dalam penarikan kesimpulan, data yang dikumpulkan harus diuji kebenarannya yaitu data hasil angket,
wawancara, dan observasi lingkungan sekolah dan beberapa informan sehingga memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data pada akhir penelitian yang mana dalam penarikan
kesimpulan tersebut diperoleh dari sekumpulan informasi mengenai pengaruh lingkungan sekolah terhadap motivasi belajar siswa SMP Negeri 5 Pasangakayu.
III. HASIL PENELITIAN 1. Gambaran Umum Tentang Keadaan Lokasi Penelitian
Secara geografis SMP Negeri 5 Pasangkayu berada di bagian selatan Kabupaten Mamuju Utara, 65 km arah Kota Pasangkayu. Lokasi tepatnya di Baras II Desa Motu Kecamatan Baras.
Di sekitar sekolah terdapat areal kelapa sawit, hal ini dikarenakan sebagian besar mata pencaharian penduduk adalah berkebun kelapa sawit.Sekolah yang memiliki luas lahan 1.600 ha
didirikan tahun 2005 dan telah mengalami perubahan kepemimpinan sebanyak 1 kali. Adapun jumlah kelas saat ini adalah 13 kelas.Siswa di SMP Negeri 5 Pasangkayu pada tahun ajaran
20132014 berjumlah 381 siswa.Jumlah guru 18 orang, 10 guru berstatus sebagai guru tetap dan 8 guru berstatus sebagai guru tidak tetap. Dari seluruh guru yang ada, semuanya berkualifikasi
pendidikan S-1. Tenaga administrasi yang ada berjumlah 4 orang, 2 orang berstatus tetap dan 2 berstatus tidak tetap.
Sarana dan prasarana yang dimiliki SMP Negeri 5 Pasangkayu yaitu ruang kelas 13 buah, ruang lab IPA 1 buah, perpustakaan 1 buah, ruang tata usaha 1 buah, ruang OSIS 1 buah, ruang
kepala sekolah 1 buah, ruang guru1 buah, ruang WC 2 buah, Ruang kepala sekolah 1 buah, ruang tamu1 buah, kantin 1 buah, tempat ibadah 1 buah, pos penjaga sekolah 1 buah dan tempat parkir
1 buah. Fasilitas olahraga yang ada yaitu lapangan takraw dan volley.
2. Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Motivasi Belajar Siswa.
Faktor dalam lingkungan sekolah yang berpengaruh terhadap motivasi siswa untuk belajar yaitu kondisi lingkungan sekolah, sarana belajar, prasarana belajar, hubungan atau
interaksi antar siswa, siswa dengan guru dan semua warga sekolah termasuk para staf administrasi, tata tertib sekolah dan kerjasama antara guru, staf dan kepala sekolah dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa. Sebagai anggota masyarakat sekolah, maka siswa dalam belajar dapat terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Lingkungan sekitar itu berupa kondisi
lingkungan sekolah. Kriteria tentang lingkungan yangmenyenangkan untuk belajar merupakan masalah yang paling mendasar dalamsistem pendidikan formal. Oleh karena itu kondisi
lingkungan yang sehat turut mempengaruhi motivasi belajar. Lingkungan yang aman, nyaman dan bisa disesuaikan sendiri dapat menumbuhkan dorongan untuk belajar. Sebaliknya
lingkungan yang kurang menyenangkan seperti kegaduhan, kekacauan dan tidak bersih dapat mengganggu kapasitas untuk berkonsentrasi dan menumbuhkan keinginan untuk tidak belajar.
Hasil data angket menunjukkan bahwa 23 60,54 dari 38 responden menyatakan lingkungan sekolah sangat berpengaruh terhadap motivasi siswa untuk belajar, 10 responden 26,31
menyatakan berpengaruh, 3 responden 7,89 menyatakan kurang berpengaruh dan 2 responden 5,26 menyatakan tidak berpengaruh. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kondisi
lingkungan sekolah sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Memperkuat hasil diatas, berikut hasil wawancara dengan siswa dan guru. “Keadaan
lingkungan sekolah bagus, bersih dan saya merasa nyaman dengan lingkungan sekitar sekolah karena lingkungan sekolah bersih, siswa-siswanya ramah, gedung sekolah mendukung kegiatan
yang dilaksanakan di sekolah karena ruang kelas dibutuhkan untuk belajar”Niluh Putu Andriani, wawancara 14 November 2013. Halsenada juga dikatakan Kesya Anggeliani Betty“keadaan
lingkungan sekolah mempengaruhi motivasi saya dalam belajar. Nyaman, biasanya tidak ada sampah jadi nyaman belajar, tidak nyaman kalau banyak sampah, anak-anak tidak belajar”
wawancara 13 November 2013. “Keadaan sekolah kami cukup menunjang motivasi anak-anak belajar dilihat dari tenaga guru, sarana dan prasarana serta keadaan lingkungan yang jauh dari
keramaian, Sekitar lingkungan cukup menunjang dimana sekolah jauh dari hiruk-pikuk sehingga menjadi aman” K. Sukasini, wawancara 16 November 2013.
Data diatas didukung hasil observasi di lapangan. Kondisi sekolah dan lingkungan yang ada di sekitar sekolah yang cukup bersih. Di pinggir halaman sekolah terdapat Taman yang
dihiasi berbagai macam tanaman, tampak rindang karena adanya tanaman yang berukuran cukup besar serta kebersihannya juga cukup terjaga. Sekolah bersebelahan langsung dengan sebuah
jalan. Kesibukan lalu lintas tidak menimbulkan suara bising yang mengganggu aktivitas belajar mengajar di dalam sekolah. Secara umum kondisi lingkungan sekolah SMP Negeri 5 Pasangkayu
cukup asri dan sejuk sebab di depan sebagian kelas ditanami bungadan pepohonan.Cukupjauh dari kebisingan kendaraan observasi 11 November 2013.
Sarana dan prasarana yang terdapat di sekolah sangat diperlukan dalam proses pembelajaran. Sarana belajar yang lengkap akanmembuatproses pembelajaran berjalan lancar
karena motivasi siswa untuk belajar akan muncul jika sarana belajar lengkap akan tetapi sarana belajar yang tidak lengkap akan menghambat proses pembelajaran. Dari pengolahan data angket
diperoleh hasil 18 responden 47,36 menyatakan sarana belajar yang ada sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa, 18 responden 47,38 menyatakan berpengaruh, dan 2
responden 5,26 menyatakan tidak berpengaruh. Data diatas diperkuat hasil wawancara dengan siswa. “Tersedia buku-buku di
perpustakaan seperti buku pelajaran, buku-buku cerita dan buku-buku lainnya, saya biasa pinjam buku di sana, terutama buku pelajaran IPS karena dipakai juga pada saat belajar. Sarana belajar
di kelas seperti meja, kursi, papan tulis dan meja guru ada. Kalau di kelas saya, ada beberapa kursi yang rusak dan itu menganggu karena ditaruh di belakang kelas. Tidak nyaman dilihat”
Vonny Mini, wawancara 13 November 2013.Hal senada juga diungkapkan Salvius Dominggus “buku-buku pendukung untuk pembelajaran tersedia di perpustakaan, setiap belajar bukunya
harus dibawa kedalam ruang kelas untuk dipelajari oleh siswa yang hendak mempelajari buku tersebut contohnya buku matematika, di kelas saya sudah tersedia sarana pendukung
pembelajaran seperti buku cetak, spidol, papan tulis dan penghapus jadi kami nyaman belajar” wawancara 14 November 2013.
Kelengkapan prasarana belajar akan mempengaruhi motivasi setiap siswa untuk belajar.Tanggapan responden tentang prasarana belajar yang ada di SMP Negeri 5 Pasangkayu
berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa adalah 12 responden 31,57 menyatakan sangat berpengaruh, 19 responden 50,02 menyatakan berpengaruh, 5 responden 13,15
menyatakan kurang berpengaruh dan 2 responden 5,26 menyatakan tidak berpengaruh. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa prasarana belajar yang ada di SMP Negeri 5
Pasangkayu berpengaruh terhadap motivasi belajar. Memperkuat data diatas, berikut hasil wawancara dengan siswa dan guru. “Sekolah sudah
menyediakan fasilitas belajar yang cukup memadai seperti membangun perpustakaan, gedung sekolah tempat melakukan pelajaran bersama dengan teman yang suka berbagi ilmu Salvius
Dominggus, wawancara 14 November 2013. “Prasarana belajar yang ada di sekolah kami bisa dibilang belum memadai, sebagian siswa ada yang sekolah pada pagi hari dan ada pula siswa
yang sekolah pada sore hari dan ini mempengaruhi mutu pendidikan, tidak hanya motivasinya tetapi juga semangat belajarnya terutama pada pembelajaran pada sore hari tetapi kami sudah
berusaha maksimal bagaimana caranya agar anak-anak kami bisa tetap semangat belajar meskipun banyak kendala tetapi mudah-mudahan ruang kelas yang sementara dibangun bisa
selesai tahun depan sehingga kami bisa belajar dengan baik tanpa membagi waktu belajar” Nyoman Mertayasa, wawancara 16 November 2013.
Motivasi belajar juga dipengaruhi oleh suasana belajar mengajar. Faktor yang menentukan terciptakan kondisi belajar yang kondusif, dinamis dan produktif bagi
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yaitu suasana belajar. Dari 38 responden,12 responden 31,57 menyatakan sangat berpengaruh, 20 responden 52,65 menyatakan berpengaruh, 4
responden 10,52 menyatakan kurang berpengaruh dan 2 responden 5,26 menyatakan tidak berpengaruh. Hasil tersebut menunujukkan bahwa suasana belajar berpengaruh terhadap
motivasi belajar siswa. Hasil diatas didukung hasil wawancara dengan siswa dan guru. “Kalau sementara belajar
suasana kelas tenang jadi senang belajarnya karena lebih mengusai, dapat memahami, tetapi biasa tidak tenang kalau ditinggal guru jadi susah konsentrasi belajar karena teman-teman ribut.”
Kesya Anggeliani Betty, 13 November 2013. “Suasana kelas pada saat pelaksanaan pembelajaran jelas mempengaruhi motivasi siswa untuk belajar contohnya saja pada saat
mengajar, apabila suasana kelas yang ribut siswa banyak nakal sedikitnya berpengaruh pada belajar siswa yang lain” K. Sukasini, wawancara 16 November 2013.
Memperkuat data di atas, berikut hasil pengamatan lapangan. Pembelajaran dimulai pukul 07.30 WITA. Siswa yang hadir pada hari itu berjumlah 32 siswa dari total 33 siswa.
Metode mengajar yang digunakan guru adalah ceramah dan tanyajawab. Sebelum mulai pembelajaran siswa berdoa. Memang sebelum guru masuk ke dalam kelas, siswa terlihat ramai
dari luar, tetapi setelah guru mulai pelajarannya semua siswa tenang dan memperhatikan. Ketika guru melontarkan pertanyaan, kebanyakan siswa antusias untuk menjawab pertanyaan dari
gurunya. Jika siswa tidak tahu tentang materi yang diajarkan, maka siswalangsung bertanya kepada gurunya. Setelah setengah jam pelajaran berlangsung, guru memberikan tugas kepada
siswa. Semua siswa mandiri mengerjakan tugas dan ramai terkontrol observasi 12 November 2013 di kelas VIII A.
Hubungan atau interaksi antar anggota masyarakat sekolah juga berpengaruh terhadap motivasi siswa untuk belajar. Dari 38 responden, 15 responden 39,47 menyatakan hubungan
atau interaksi antar siswa sangat berpengaruh dan 16 responden 42,12 menyatakan berpengaruh, hal ini menunjukkan bahwa hubungan atau interaksi antar siswa di SMP Negeri 5
Pasangkayu berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Sementara Tanggapan responden tentang hubungan atau interaksi siswa dengan guru berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa
yaitu 10 responden 26,31, 26 responden 68,43 menyatakan berpengaruh dan 2 responden 5,26 menyatakan kurang berpengaruh. Sedangkan Tanggapan responden tentang hubungan
atau interaksi siswa dengan staf sekolahan berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa yaitu 7 responden 18,42, 20 responden 52,64 menyatakan berpengaruh, dan 11 responden
28,94 menyatakan kurang berpengaruh.
Berdasarkan hasilyang diperoleh di atas, menunjukkan bahwa hubungan antar anggota warga sekolah berpengaruh terhadap motivasi belajar. Baik itu hubungan atau interaksi antar
siswa, siswa dengan guru maupun siswa dengan staf administrasi. Perasaan senang menyenangi antara siswadalam kelas, guru dengan siswa akan menimbulkan situasi dan kondisi belajar yang
kondusif sehingga guru dapat menyampaikan bahan pelajaran sesuai dengan rencana pengajaran Satuan pelajaran dan siswa dapat menerima bahan pelajaran tersebut dengan baik. Apabila
siswa tidak menyenangi gurunya, maka pelajaran yang disampaikan oleh guru tidak dikuasai karena siswa malas mempelajarinya karena benci dengan guru bidang studi tersebut. Selain itu,
hubungan yang tidak menyenangi antara siswa dengan siswa juga menimbulkan suasana belajar yang tidak menyenangkan yang akhirnya mempengaruhi situasi belajar dalam kelas dan di luar
kelas. Hasil diatas didukung oleh hasil wawancara dengan siswa dan guru berikut. “Saya kalau
bertemu dengan guru selalu menyapanya, sering ucapkan selamat. Kalau kita dekat dengan guru kita bisa belajar dengan baik karena kita sudah kenal dan tidak canggung lagi. Kalau ada PR
yang saya tidak tahu, saya tanyakan kepada guru” Kesya Anggeliani Betty, wawancara 13 November 2013. “Kalau di dalam kelas, mereka menghormati kami sebagai pendidik, pengajar
dan pembimbing. Pada saat pembelajaran berlangsung, siswa kami aktif dan kami berusaha mengembangkan itu dengan memberi apresiasi terhadap keberhasilannya. Sedangkan kalau di
luar kelas, sebagai teman yang lebih dewasa. Pengaruh terhadap motivasi belajar siswa saya kira ini sedikit berkembang, karena setiap kami bertemu dengan mereka, kami selalu mengimbau
kepada siswa bahwa begitu penting yang namanya ilmu pengetahuan dari tidak tahu menjadi tahu, makanya kita perlu belajar dan belajar itu tidak mengenal usia” Herpin Patiung,
wawancara 16 November 2013. Sejalan dengan pergeseran makna pembelajaran dari pembelajaran yang berorientasi
kepada guru teacher oriented kepembelajaran yang berorientasi kepada siswa student oriented, maka peran guru dalam proses pembelajaran pun mengalami pergeseran, salah satunya
adalah penguatan peran guru sebagai motivator. Tanggapan responden tentang peran guru sebagai motivator dalam belajar berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa yaitu 28 responden
73,69 menyatakan sangat berpengaruh dan 10 responden 26,31 menyatakan berpengaruh. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa peran guru sebagai motivator sangat bepengaruh dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa. Peran guru untuk mengelola motivasi belajar sangat penting dan dapat dilakukan melalui berbagai aktifitas belajar. Guru di SMP Negeri 5
Pasangkayu dalam kegiatan belajar selalu memberikan motivasi kepada siswanya, selalu diberikan nasehat akan pentingnya pendidikan dimasa depan. Di luar kelas, guru selalu
menasehati siswanya ketika mendapatkan siswanya melanggar peraturan sekolah. Kebiasaan seperti ini berdampak positif terhadap perkembangan siswa. Siswa semakin dekat dengan guru
dan guru juga semakin dekat dengan siswanya. Data diatas diperkuat hasil wawancara dengan guru. “Sebagai guru di sekolah ini, saya
selalu memberikan dorongan kepada anak-anak untuk rajin belajar. Di dalam kelas misalnya selalu memberi nasehat akan pentingnya suatu ilmu. Jenjang umur semasa sekarang bukan
waktunya untuk bekerja tetapi untuk belajar, saya katakan demikian karena ada siswa yang sering tidak masuk sekolah dengan alasan pergi kerja di kebun kelapa sawit, mereka tergoda
dengan uang karena bekerja disini bisa langsung menghasilkan uang” Herpin Patiung, wawancara 16 November 2013. Hal senada juga diungkapakn oleh K. Sukasini, bahwa “guru
dalam hal ini saya dan teman-teman sudah menjadi tugas kami untuk mengarahkan kegiatan belajar anak-anak kami untuk mencapai tujuan pembelajaran. Memberikan motivasi dalam
belajar baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Selalu diberikan nasehat, tidak hanya pada saat anak-anak membuat kesalahan tetapi juga setiap belajar, saya selalu mengapresiasi setiap hasil
dari tugas-tugas yang saya kasih. Menyenangkan jadinya kalau kita dekat dengan anak-anak. Ketika kita bertemu di luar, mereka selalu memberikan salam” wawancara 16 November 2013.
Tata tertib merupakan peraturan yang mengikat semua personal yang ada di suatu sekolah agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar. Tanggapan responden tentang tata
tertib berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa yaitu 13 responden 34,21, menyatakan sangat berpengaruh, 22 responden 57,90 menyatakan berpengaruh dan 3 responden 7,89
menyatakan kurang berpengaruh. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tata tertib yang berlaku di SMP Negeri 5 Pasangkayu berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Tata tertib
dimaksudkan pula sebagai pendukung dalam usaha pembentukan disiplin belajar bagi siswa. Siswa dituntut untuk menjalankan peraturan tersebut agar mereka terbiasa disiplin sehingga
semua tindakannya senantiasa taat dan sesuai dengan peraturan atau tata tertib yang ada di sekolah sehingga tercipta suasana pembelajaran yang kondusif sehingga dengan sendirinya akat
membangkitkan motivasi siswa untuk belajar. Memperkuat data diatas, berikut hasil wawancara dengan siswa dan guru. “Tata tertib
disekolah kami tidak terlalu mengekang siswa contohnya biasa kalau terlambat disuruh angkat air. Bolos tiga kali dipanggil orang tua. Harus mengikuti soalnya kalau sekolah tertib kita juga
tertib, proses belajarnya juga menjadi baik Semua peraturan harus dijalani karena ada semua mamfaatnya misalnya saya tidak mau terlambat karena ada peraturan, kalau terlambat malu
dihukum kalau dilihat teman-teman” Niluh Putu Diah Swadewi, wawancara 13 November 2013. “Penerapan disiplin yang baik dalam proses pendidikan akan menghasilkan mental, watak
dan kepribadian peserta didik yang kuat. Kami selaku guru dituntut harus mampu membelajarkan peserta didik tentang disiplin diri belajar membaca, mencintai buku, menghargai
waktu, mematuhi aturan sehingga dengan sendirinya motivasi untuk belajar anak-anak akan muncul” Herpin Patiung, wawancara 18 November 2013.
Dalam lingkungan sekolah, kerja sama antara guru, para staf dan kepala sekolah sangat diperlukan. Maju tidaknya suatu pendidikan disekolah salah satunya ditentukan oleh tiga unsur
tersebut. Tanggapan responden tentang kerja sama guru, staf sekolah dan kepala sekolah dalam meningkatkan motivasi belajar siswa yaitu 11 responden 28,84 menyatakan sangat berjalan
dengan baik, 24 responden 63,17 menyatakan berjalan dengan baik, 2 responden 5,26 menyatakan kurang berjalan dengan baik dan 1 responden 2,63 menyatakan tidak berjalan
dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa kerja sama guru, staf sekolah dan kepala sekolah dalam meningkatkan motivasi belajar siswa sudah berjalan dengan baik.
Hasil diatas diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru berikut. “Bentuk kerja sama antara guru,staf sekolahan dan kepala sekolah di sekolah ini khususnya dalam meningkatkan
motivasi siswa untuk belajar sudah baik dan berpengaruh terhadap motivasi belajar dari sasil kerja sama guru sesama bidang studi” Herpin Patiung, wawancara 16 November 2013. Senada
yang diungkapkan K. Sukasini bahwa “kepala sekolah bersama dengan guru-guru yang lain sepakat memberikan hadiah kepada anak-anak yang berprestasi” wawancara 16 November
2013.
3. Kendala-kendala yang dihadapi guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa