PENGARUH LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP NEGERI 5 PASANGKAYU KECAMATAN BARAS KABUPATEN MAMUJU UTARA | Pamassangan | EDU CIVIC 6190 20482 1 PB

(1)

PENGARUH LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP NEGERI 5 PASANGKAYU KECAMATAN BARAS KABUPATEN

MAMUJU UTARA

Gidion Pamassangan1 Abduh H. Harun2

Jamaludin3

Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

ABSRTAK

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: 1. Bagaimana pengaruhlingkungan sekolah terhadap motivasi belajar siswa SMP Negeri 5 Pasangkayu; 2. Apakendala yangdihadapi oleh guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa SMP Negeri 5 Pasangkayu. Tujuan penelitian yaitu: 1. Untuk mendiskripsikan pengaruh lingkungan sekolah terhadap motivasi belajar siswa SMP Negeri 5 Pasangkayu; 2. Untuk menggambarkan kendala yang dihadapi guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa SMP Negeri 5 Pasangkayu. Populasi dalam penelitian ini adalah 3 guru dan seluruh siswa yang berjumlah 381 orang. Penarikan sampel menggunakan teknik kuota sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang anggota diambil untuk mewakili setiap kelas dengan jumlah persen yang sama. Jumlah sampel yang ditetapkan sebanyak 38 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: observasi, wawancara dan angket. Data angket dianalisis dengan menggunakan tabel frekuensi. Sementara data wawancara dan pengamatan dianalisis dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yang dianalisis melalui 3 tahap yaitu: Reduksi data, Penyajian data dan Verifikasi data.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lingkungan sekolah SMP Negeri 5 Pasangkayu berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Hal ini dapat dibuktikan dari persentase pengaruh kondisi lingkungan sekolah yaitu 60,54%, sarana belajar 47,38%, prasarana belajar 50,02% hubungan antar siswa 42,12%, hubungan dengan guru 68,43% dan hubungan dengan staf sekolah 52,64%, suasana sekolah 52,65%, peran guru sebagai motivator dalamkegiatan pembelajaran 73,69%, tata tertib 57,90% dan kerja sama antar guru 63,17%. Kendala yang dihadapi guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa yaitu faktor internal yakni sikap dan minat belajar siswa dan faktor eksternal yakni terbatasnya sarana dan prasarana belajar. Upaya mengatasi kendala yaitu menciptakan suasana belajar menyenangkan, memberikan hadiah atas prestasi yang dicapai, menjalankan tata tertib sebaik-baiknya, mengoptimalkan peran guru sebagai motivator, kerja sama antar guru dan meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana belajar. Kesimpulan dalam penelitian ini bahwa lingkungan sekolah SMP Negeri 5 Pasangkayu berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa baik yang berpengaruh positif maupun yang berpengaruh negatif. Dalam meningkatkan motivasi siswa, guru menghadapi kendala dari diri siswa itu sendiri dan dari luar diri siswa.

Kata Kunci : lingkungan sekolah dan motivasi belajar

1

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan SosialFakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako. Stambuk A 321 09 027

2Pembimbing I 3


(2)

I. PENDAHULUAN

Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan salah satu penekanan dari Tujuan Pendidikan Nasional seperti yang tertuang dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang berbunyi:

Pendidikan Nasional bertujuan mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab4.

Adanya undang-undang tersebut, maka segala sesuatu yang berkaitan dengan pendidikan harus tetap menjadi prioritas utama yang harus diperhatikan kelangsungannya. Untuk mencapai tujuan pendidikan, maka diperlukan langkah nyata dari semua pihak yang terlibat secara bersama-sama bekerja dalam memajukan pendidikan.Salah satu yang harus menjadi perhatian dalam mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan nasional adalah lingkungan sekolah itu sendiri. Lingkungan sekolah sangat berperan penting dalam proses belajar siswa, baik itu lingkungan fisik sekolah maupun lingkungan sosial. Lingkungan fisik seperti keadaan sekolah, sarana dan prasarana belajar. Lingkungan sosial seperti suasana sekolah, hubungan atau interaksi antar warga sekolah, tata tertib dan kerja sama pihak sekolah.

SMP Negeri 5 Pasangkayu merupakan salah satu sekolah lanjutan tingkat pertama yang terletak di Kecamatan Baras tepatnya di Desa Motu. Jumlah siswa keseluruhan berjumlah 381 siswa. Lingkungan sekolah yang masih berada dalam lokasi perkebunan kelapa sawit PT Unggul Widya Teknologi Lestari juga turut berpengaruh terhadap pendidikan di sekolah tersebut. Sarana dan prasarana yang terdapat di sekolah sangat diperlukan dalam proses pembelajaran. Sarana dan prasarana yang tidak lengkap menjadikan proses pembelajaran terhambat. Begitu juga dengan peran guru dalam proses pembelajaran metode yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi kepada siswa sangat mempengaruhi siswa terutama motivasi siswa untuk belajar. Pendidikan bukan hanya mencakup satu hal tetapi mencakup keseluruhan baik itu yang bersifat pengetahuan, keterampilan maupun belajar dalam menyikapi nilai-nilai yang diperoleh seseorang melalui pergaulan dengan lingkungan.

Motivasi dalam kegiatan belajar siswa merupakan hal yang sangat penting, sebab dengan adanya motivasi, maka gairah dan semangat siswa untuk belajar menjadi tinggi dan membuatmereka tekundan sungguh-sungguh.Alasan penulis termotivasi untuk mengkaji


(3)

lingkungan sekolah dalam mempengaruhi motivasi setiap siswa untuk belajar tidak lain karena lingkungan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap motivasi siswa untuk belajar.Berdasarkan persoalan-persoalan tersebut,maka timbul permasalahan yang perlu dikaji yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa. Faktor-faktor tersebut pada penelitian ini hanya dibatasi pada lingkungan sekolahsaja. Makapeneliti menetapkan “Pengaruh Lingkungan Sekolahterhadap Motivasi Belajar Siswa SMP Negeri 5 Pasangkayu Kecamatan Baras Kabupaten Mamuju Utara”sebagai judul penelitian ini.

Lingkungan sekolah memegang peranan penting dalam perkembangan belajar peserta didik, lingkungan sekolah akan mempegaruhi motivasi setiap siswa dalam proses belajarnya. Nana Syaodih Sukmadinata (2005:164) membagi lingkungan sekolah menjadi dua bagian yakni“1)lingkungan fisik sekolah seperti sarana dan prasarana belajar. 2) Lingkungan sosial menyangkut hubungan siswa denganteman-temanya, guru-gurunya, staf sekolah yang lain, suasana sekolah dan pelaksanaan”5. Watak atau kepribadian seseorang selain ditentukan oleh potensi dasar yang dimilikinya juga ditentukan oleh lingkungan. Adapun faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa menurutMuhibbin Syah (2005:108) adalah

Motivasi belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri manusia itu sendiri yang berupa sikap, kepribadian, pendidikan, pengalaman dan cita-cita dan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri manusia itu sendiri yang terdiri dari lingkungan sosial, yang meliputi lingkungan masyarakat, tetangga, teman, orangtua/keluarga dan teman sekolah dan lingkungan non sosial meliputi keadaan gedung sekolah, letak sekolah, jarak tempat tinggal dengan sekolah, alat-alat belajar, kondisi ekonomi orangtua dan lain-lain6.

Motivasi belajar yang muncul dari dalam diri seseorang ada yang bersifat fisiologis seperti lapar, haus, seks dan ada yang bersifat dorongan-dorongan yang hubunganya dengan manusia dengan manusia yang lain dalam masyarakat seperti dorongan estetis, dorongan ingin selalu berbuat baik (etika) dan sebagainya. Jadi kedua golongan motif tersebut saling berhubungan dengan yang lain. Menurut A. M. Sardiman (2010:56) menyebutkan bahwa

Motivasi belajar ada dua yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam individu itu sendiri tanpa ada paksaan atau dorongan dari orang lain. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dari luar diri individu karena adanya paksaan atau dorongan dari orang lain sehingga individu tersebut mempunyai kemauan untuk melakukan sesuatu atau belajar7.

5

Sukmadinata, N Syaodih. (2004). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdayakarya

6Muhibbin, Syah. (2005). Psikologi Pendidikan dengan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 7Sardiman, A.M. (2010). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: RajawaliPers


(4)

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar dibagi menjadi dua macam, yaitu motivasi belajar yang berasal dari dalam diri individu/siswa (motivasi intrinsik) dan motivasi belajar yang dari luar diri individu/siswa (motivasi ekstrinsik). Kedua macam motivasi belajar tersebut sangat berperan penting bagi pencapaian tujuan belajar siswa dan saling berkaitan.

II. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang menghasilkan data deskriptifberupa kata-kata tertulis untuk menggambarkan keadaan tentang subjek dan objek penelitian pada saat penelitian berlangsung. Tujuan dalam penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai subjek dan objek yang diselidiki khususnya mengenai pengaruh lingkungan sekolah terhadap motivasi belajar siswa SMP Negeri 5 Pasangkayu Kecamatan Baras Kabupaten Mamuju Utara.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 5 Pasangkayu.Sampel yang ditetapkan yaitu 38 siswa. Dalam penarikan sampel, peneliti menggunakan teknik kuota sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang anggota diambil untuk mewakili setiap kelas dengan jumlah persen (%). Teknik pengumpulan data dilakukan denganMengedarkan angket berupa pertanyaan tertulis yang kemudian dibagikan pada siswa sebanyak 38 siswa masing-masing 12 siswa kelas IX, 12 siswa kelas VII dan 14 siswa kelas VIII yang telah dijadikan sampel dalam penelitian kemudian melakukan wawancara kepada siswa dan guru. Untuk memperkuat hasil penelitian, maka dilakukan obeservasi atau pengamatan.

Data yang telah dikumpulkan dari hasil angket, wawancara dan observasi diproses sebelum melalui tiga tahapan yang terjadi secara bersamaan. Milles dan Huberman (1992:16) menganalisis ketiga tahapan tersebut secara bersamaan yaitu: “reduksi data, penyajian data dan penerikan kesimpulan/verifikasi data”.8Reduksi data dilakukan dengan proses memilih, menyeleksi atau menyederhanakan data dan menstrasformasikan data, maksudnya adalah data hasil angket dihitung dengan menggunakan rumus P = 100%.Penyajian data yang dimaksud adalah penyusunan sekumpulan informasi yang didapatkan penulis melalui hasil angket, wawancara, dan observasi. Data tersebut diolah atau dianalis dalam bentuk tabel untuk mengolah hasil angket sedangkan hasil wawancara ditulis secara singkat dalam bentuk narasi yang memberikan kesimpulan.Penarikan kesimpulan dapat dilakukan setelah reduksi data. Verifikasi

8Milles, Matheaw B. dan Huberman A. Michael (terjemahan Tjetjep Rohendi, 1992) Analisis Data Kualitatif.


(5)

penting dilakukan untuk memperoleh validitas.Ketiga alur tersebut berlangsung secaraberulang dan terus menerusselamapenelitianberlangsungdanmerupakan proses siklusdaninteraktif sehinggakesimpulan yang adabukanlahkesimpulanakhirsampaipenelitianberakhir.Dalam penarikan kesimpulan, data yang dikumpulkan harus diuji kebenarannya yaitu data hasil angket, wawancara, dan observasi lingkungan sekolah dan beberapa informan sehingga memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data pada akhir penelitian yang mana dalam penarikan kesimpulan tersebut diperoleh dari sekumpulan informasi mengenai pengaruh lingkungan sekolah terhadap motivasi belajar siswa SMP Negeri 5 Pasangakayu.

III. HASIL PENELITIAN

1. Gambaran Umum Tentang Keadaan Lokasi Penelitian

Secara geografis SMP Negeri 5 Pasangkayu berada di bagian selatan Kabupaten Mamuju Utara, 65 km arah Kota Pasangkayu. Lokasi tepatnya di Baras II Desa Motu Kecamatan Baras. Di sekitar sekolah terdapat areal kelapa sawit, hal ini dikarenakan sebagian besar mata pencaharian penduduk adalah berkebun kelapa sawit.Sekolah yang memiliki luas lahan 1.600 ha didirikan tahun 2005 dan telah mengalami perubahan kepemimpinan sebanyak 1 kali. Adapun jumlah kelas saat ini adalah 13 kelas.Siswa di SMP Negeri 5 Pasangkayu pada tahun ajaran 2013/2014 berjumlah 381 siswa.Jumlah guru 18 orang, 10 guru berstatus sebagai guru tetap dan 8 guru berstatus sebagai guru tidak tetap. Dari seluruh guru yang ada, semuanya berkualifikasi pendidikan S-1. Tenaga administrasi yang ada berjumlah 4 orang, 2 orang berstatus tetap dan 2 berstatus tidak tetap.

Sarana dan prasarana yang dimiliki SMP Negeri 5 Pasangkayu yaitu ruang kelas 13 buah, ruang lab IPA 1 buah, perpustakaan 1 buah, ruang tata usaha 1 buah, ruang OSIS 1 buah, ruang kepala sekolah 1 buah, ruang guru1 buah, ruang WC 2 buah, Ruang kepala sekolah 1 buah, ruang tamu1 buah, kantin 1 buah, tempat ibadah 1 buah, pos penjaga sekolah 1 buah dan tempat parkir 1 buah. Fasilitas olahraga yang ada yaitu lapangan takraw dan volley.

2. Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Motivasi Belajar Siswa.

Faktor dalam lingkungan sekolah yang berpengaruh terhadap motivasi siswa untuk belajar yaitu kondisi lingkungan sekolah, sarana belajar, prasarana belajar, hubungan atau interaksi antar siswa, siswa dengan guru dan semua warga sekolah termasuk para staf administrasi, tata tertib sekolah dan kerjasama antara guru, staf dan kepala sekolah dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Sebagai anggota masyarakat sekolah, maka siswa dalam belajar dapat terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Lingkungan sekitar itu berupa kondisi


(6)

lingkungan sekolah. Kriteria tentang lingkungan yangmenyenangkan untuk belajar merupakan masalah yang paling mendasar dalamsistem pendidikan formal. Oleh karena itu kondisi lingkungan yang sehat turut mempengaruhi motivasi belajar. Lingkungan yang aman, nyaman dan bisa disesuaikan sendiri dapat menumbuhkan dorongan untuk belajar. Sebaliknya lingkungan yang kurang menyenangkan seperti kegaduhan, kekacauan dan tidak bersih dapat mengganggu kapasitas untuk berkonsentrasi dan menumbuhkan keinginan untuk tidak belajar. Hasil data angket menunjukkan bahwa 23 (60,54%) dari 38 responden menyatakan lingkungan sekolah sangat berpengaruh terhadap motivasi siswa untuk belajar, 10 responden (26,31%) menyatakan berpengaruh, 3 responden (7,89%) menyatakan kurang berpengaruh dan 2 responden (5,26%) menyatakan tidak berpengaruh. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kondisi lingkungan sekolah sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa.

Memperkuat hasil diatas, berikut hasil wawancara dengan siswa dan guru. “Keadaan lingkungan sekolah bagus, bersih dan saya merasa nyaman dengan lingkungan sekitar sekolah karena lingkungan sekolah bersih, siswa-siswanya ramah, gedung sekolah mendukung kegiatan yang dilaksanakan di sekolah karena ruang kelas dibutuhkan untuk belajar”(Niluh Putu Andriani, wawancara 14 November 2013). Halsenada juga dikatakan Kesya Anggeliani Betty“keadaan lingkungan sekolah mempengaruhi motivasi saya dalam belajar. Nyaman, biasanya tidak ada sampah jadi nyaman belajar, tidak nyaman kalau banyak sampah, anak-anak tidak belajar” (wawancara 13 November 2013). “Keadaan sekolah kami cukup menunjang motivasi anak-anak belajar dilihat dari tenaga guru, sarana dan prasarana serta keadaan lingkungan yang jauh dari keramaian, Sekitar lingkungan cukup menunjang dimana sekolah jauh dari hiruk-pikuk sehingga menjadi aman” (K. Sukasini, wawancara 16 November 2013).

Data diatas didukung hasil observasi di lapangan. Kondisi sekolah dan lingkungan yang ada di sekitar sekolah yang cukup bersih. Di pinggir halaman sekolah terdapat Taman yang dihiasi berbagai macam tanaman, tampak rindang karena adanya tanaman yang berukuran cukup besar serta kebersihannya juga cukup terjaga. Sekolah bersebelahan langsung dengan sebuah jalan. Kesibukan lalu lintas tidak menimbulkan suara bising yang mengganggu aktivitas belajar mengajar di dalam sekolah. Secara umum kondisi lingkungan sekolah SMP Negeri 5 Pasangkayu cukup asri dan sejuk sebab di depan sebagian kelas ditanami bungadan pepohonan.Cukupjauh dari kebisingan kendaraan (observasi 11 November 2013).

Sarana dan prasarana yang terdapat di sekolah sangat diperlukan dalam proses pembelajaran. Sarana belajar yang lengkap akanmembuatproses pembelajaran berjalan lancar karena motivasi siswa untuk belajar akan muncul jika sarana belajar lengkap akan tetapi sarana belajar yang tidak lengkap akan menghambat proses pembelajaran. Dari pengolahan data angket


(7)

diperoleh hasil 18 responden (47,36%) menyatakan sarana belajar yang ada sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa, 18 responden (47,38%) menyatakan berpengaruh, dan 2 responden (5,26%) menyatakan tidak berpengaruh.

Data diatas diperkuat hasil wawancara dengan siswa. “Tersedia buku-buku di perpustakaan seperti buku pelajaran, buku-buku cerita dan buku-buku lainnya, saya biasa pinjam buku di sana, terutama buku pelajaran IPS karena dipakai juga pada saat belajar. Sarana belajar di kelas seperti meja, kursi, papan tulis dan meja guru ada. Kalau di kelas saya, ada beberapa kursi yang rusak dan itu menganggu karena ditaruh di belakang kelas. Tidak nyaman dilihat” (Vonny Mini, wawancara 13 November 2013).Hal senada juga diungkapkan Salvius Dominggus “buku-buku pendukung untuk pembelajaran tersedia di perpustakaan, setiap belajar bukunya harus dibawa kedalam ruang kelas untuk dipelajari oleh siswa yang hendak mempelajari buku tersebut contohnya buku matematika, di kelas saya sudah tersedia sarana pendukung pembelajaran seperti buku cetak, spidol, papan tulis dan penghapus jadi kami nyaman belajar” (wawancara 14 November 2013).

Kelengkapan prasarana belajar akan mempengaruhi motivasi setiap siswa untuk belajar.Tanggapan responden tentang prasarana belajar yang ada di SMP Negeri 5 Pasangkayu berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa adalah 12 responden (31,57%) menyatakan sangat berpengaruh, 19 responden (50,02%) menyatakan berpengaruh, 5 responden (13,15%) menyatakan kurang berpengaruh dan 2 responden (5,26 %) menyatakan tidak berpengaruh. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa prasarana belajar yang ada di SMP Negeri 5 Pasangkayu berpengaruh terhadap motivasi belajar.

Memperkuat data diatas,berikut hasil wawancara dengan siswa dan guru. “Sekolah sudah menyediakan fasilitas belajar yang cukup memadai seperti membangun perpustakaan, gedung sekolah tempat melakukan pelajaran bersama dengan teman yang suka berbagi ilmu (Salvius Dominggus, wawancara 14 November 2013). “Prasarana belajar yang ada di sekolah kami bisa dibilang belum memadai, sebagian siswa ada yang sekolah pada pagi hari dan ada pula siswa yang sekolah pada sore hari dan ini mempengaruhi mutu pendidikan, tidak hanya motivasinya tetapi juga semangat belajarnya terutama pada pembelajaran pada sore hari tetapi kami sudah berusaha maksimal bagaimana caranya agar anak-anak kami bisa tetap semangat belajar meskipun banyak kendala tetapi mudah-mudahan ruang kelas yang sementara dibangun bisa selesai tahun depan sehingga kami bisa belajar dengan baik tanpa membagi waktu belajar” (Nyoman Mertayasa, wawancara 16 November 2013).

Motivasi belajar juga dipengaruhi oleh suasana belajar mengajar. Faktor yang menentukan terciptakan kondisi belajar yang kondusif, dinamis dan produktif bagi


(8)

berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yaitu suasana belajar. Dari 38 responden,12 responden (31,57%) menyatakan sangat berpengaruh, 20 responden (52,65%) menyatakan berpengaruh, 4 responden (10,52%) menyatakan kurang berpengaruh dan 2 responden (5,26%) menyatakan tidak berpengaruh. Hasil tersebut menunujukkan bahwa suasana belajar berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa.

Hasil diatas didukung hasil wawancara dengan siswa dan guru. “Kalau sementara belajar suasana kelas tenang jadi senang belajarnya karena lebih mengusai, dapat memahami, tetapi biasa tidak tenang kalau ditinggal guru jadi susah konsentrasi belajar karena teman-teman ribut.” (Kesya Anggeliani Betty, 13 November 2013). “Suasana kelas pada saat pelaksanaan pembelajaran jelas mempengaruhi motivasi siswa untuk belajar contohnya saja pada saat mengajar, apabila suasana kelas yang ribut/ siswa banyak nakal sedikitnya berpengaruh pada belajar siswa yang lain” (K. Sukasini,wawancara 16 November 2013).

Memperkuat data di atas, berikut hasil pengamatan lapangan. Pembelajaran dimulai pukul 07.30 WITA. Siswa yang hadir pada hari itu berjumlah 32 siswa dari total 33 siswa. Metode mengajar yang digunakan guru adalah ceramah dan tanyajawab. Sebelum mulai pembelajaran siswa berdoa. Memang sebelum guru masuk ke dalam kelas, siswa terlihat ramai dari luar, tetapi setelah guru mulai pelajarannya semua siswa tenang dan memperhatikan. Ketika guru melontarkan pertanyaan, kebanyakan siswa antusias untuk menjawab pertanyaan dari gurunya. Jika siswa tidak tahu tentang materi yang diajarkan, maka siswalangsung bertanya kepada gurunya. Setelah setengah jam pelajaran berlangsung, guru memberikan tugas kepada siswa. Semua siswa mandiri mengerjakan tugas dan ramai terkontrol (observasi 12 November 2013 di kelas VIII A).

Hubungan atau interaksi antar anggota masyarakat sekolah juga berpengaruh terhadap motivasi siswa untuk belajar. Dari 38 responden, 15 responden (39,47%) menyatakan hubungan atau interaksi antar siswa sangat berpengaruh dan 16 responden (42,12%) menyatakan berpengaruh, hal ini menunjukkan bahwa hubungan atau interaksi antar siswa di SMP Negeri 5 Pasangkayu berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Sementara Tanggapan responden tentang hubungan atau interaksi siswa dengan guru berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa yaitu 10 responden (26,31%), 26 responden (68,43%) menyatakan berpengaruh dan 2 responden (5,26%) menyatakan kurang berpengaruh. Sedangkan Tanggapan responden tentang hubungan atau interaksi siswa dengan staf sekolahan berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa yaitu 7 responden (18,42%), 20 responden (52,64%) menyatakan berpengaruh, dan 11 responden (28,94%) menyatakan kurang berpengaruh.


(9)

Berdasarkan hasilyang diperoleh di atas, menunjukkan bahwa hubungan antar anggota warga sekolah berpengaruh terhadap motivasi belajar. Baik itu hubungan atau interaksi antar siswa, siswa dengan guru maupun siswa dengan staf administrasi. Perasaan senang menyenangi antara siswadalam kelas, guru dengan siswa akan menimbulkan situasi dan kondisi belajar yang kondusif sehingga guru dapat menyampaikan bahan pelajaran sesuai dengan rencana pengajaran (Satuan pelajaran) dan siswa dapat menerima bahan pelajaran tersebut dengan baik. Apabila siswa tidak menyenangi gurunya, maka pelajaran yang disampaikan oleh guru tidak dikuasai karena siswa malas mempelajarinya karena benci dengan guru bidang studi tersebut. Selain itu, hubungan yang tidak menyenangi antara siswa dengan siswa juga menimbulkan suasana belajar yang tidak menyenangkan yang akhirnya mempengaruhi situasi belajar dalam kelas dan di luar kelas.

Hasil diatas didukung oleh hasil wawancara dengan siswa dan guru berikut. “Saya kalau bertemu dengan guru selalu menyapanya, sering ucapkan selamat. Kalau kita dekat dengan guru kita bisa belajar dengan baik karena kita sudah kenal dan tidak canggung lagi. Kalau ada PR yang saya tidak tahu, saya tanyakan kepada guru” (Kesya Anggeliani Betty, wawancara 13 November 2013). “Kalau di dalamkelas, mereka menghormati kami sebagai pendidik, pengajar dan pembimbing. Pada saat pembelajaran berlangsung, siswa kami aktif dan kami berusaha mengembangkan itu dengan memberi apresiasi terhadap keberhasilannya. Sedangkan kalau di luar kelas, sebagai teman yang lebih dewasa. Pengaruh terhadap motivasi belajar siswa saya kira ini sedikit berkembang, karena setiap kami bertemu dengan mereka, kami selalu mengimbau kepada siswa bahwa begitu penting yang namanya ilmu pengetahuan dari tidak tahu menjadi tahu, makanya kita perlu belajar dan belajar itu tidak mengenal usia” (Herpin Patiung, wawancara 16 November 2013).

Sejalan dengan pergeseran makna pembelajaran dari pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher oriented) kepembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student oriented), maka peran guru dalam proses pembelajaran pun mengalami pergeseran, salah satunya adalah penguatan peran guru sebagai motivator. Tanggapan responden tentang peran guru sebagai motivator dalam belajar berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa yaitu 28 responden (73,69%) menyatakan sangat berpengaruh dan 10 responden (26,31%) menyatakan berpengaruh. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa peran guru sebagai motivator sangat bepengaruh dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Peran guru untuk mengelola motivasi belajar sangat penting dan dapat dilakukan melalui berbagai aktifitas belajar. Guru di SMP Negeri 5 Pasangkayu dalam kegiatan belajar selalu memberikan motivasi kepada siswanya, selalu diberikan nasehat akan pentingnya pendidikan dimasa depan. Di luar kelas, guru selalu


(10)

menasehati siswanya ketika mendapatkan siswanya melanggar peraturan sekolah. Kebiasaan seperti ini berdampak positif terhadap perkembangan siswa. Siswa semakin dekat dengan guru dan guru juga semakin dekat dengan siswanya.

Data diatas diperkuat hasil wawancara dengan guru. “Sebagai guru di sekolah ini, saya selalu memberikan dorongan kepada anak-anak untuk rajin belajar. Di dalam kelas misalnya selalu memberi nasehat akan pentingnya suatu ilmu. Jenjang umur semasa sekarang bukan waktunya untuk bekerja tetapi untuk belajar, saya katakan demikian karena ada siswa yang sering tidak masuk sekolah dengan alasan pergi kerja di kebun kelapa sawit, mereka tergoda dengan uang karena bekerja disini bisa langsung menghasilkan uang” (Herpin Patiung, wawancara 16 November 2013). Hal senada juga diungkapakn oleh K. Sukasini, bahwa “guru dalam hal ini saya dan teman-teman sudah menjadi tugas kami untuk mengarahkan kegiatan belajar anak-anak kami untuk mencapai tujuan pembelajaran. Memberikan motivasi dalam belajar baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Selalu diberikan nasehat, tidak hanya pada saat anak-anak membuat kesalahan tetapi juga setiap belajar, saya selalu mengapresiasi setiap hasil dari tugas-tugas yang saya kasih. Menyenangkan jadinya kalau kita dekat dengan anak-anak. Ketika kita bertemu di luar, mereka selalu memberikan salam” (wawancara 16 November 2013).

Tata tertib merupakan peraturan yang mengikat semua personal yang ada di suatu sekolah agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar. Tanggapan responden tentang tata tertib berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa yaitu 13 responden (34,21%), menyatakan sangat berpengaruh, 22 responden (57,90%) menyatakan berpengaruh dan 3 responden (7,89%) menyatakan kurang berpengaruh. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tata tertib yang berlaku di SMP Negeri 5 Pasangkayu berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Tata tertib dimaksudkan pula sebagai pendukung dalam usaha pembentukan disiplin belajar bagi siswa. Siswa dituntut untuk menjalankan peraturan tersebut agar mereka terbiasa disiplin sehingga semua tindakannya senantiasa taat dan sesuai dengan peraturan atau tata tertib yang ada di sekolah sehingga tercipta suasana pembelajaran yang kondusif sehingga dengan sendirinya akat membangkitkan motivasi siswa untuk belajar.

Memperkuat data diatas, berikut hasil wawancara dengan siswa dan guru. “Tata tertib disekolah kami tidak terlalu mengekang siswa contohnya biasa kalau terlambat disuruh angkat air. Bolos tiga kali dipanggil orang tua. Harus mengikuti soalnya kalau sekolah tertib kita juga tertib, proses belajarnya juga menjadi baik Semua peraturan harus dijalani karena ada semua mamfaatnya misalnya saya tidak mau terlambat karena ada peraturan, kalau terlambat malu dihukum kalau dilihat teman-teman” (Niluh Putu Diah Swadewi, wawancara 13 November 2013).“Penerapan disiplin yang baik dalam proses pendidikan akan menghasilkan mental, watak


(11)

dan kepribadian peserta didik yang kuat. Kami selaku guru dituntut harus mampu membelajarkan peserta didik tentang disiplin diri belajar membaca, mencintai buku, menghargai waktu, mematuhi aturan sehingga dengan sendirinya motivasi untuk belajar anak-anak akan muncul” (Herpin Patiung,wawancara 18 November 2013).

Dalam lingkungan sekolah, kerja sama antara guru, para staf dan kepala sekolah sangat diperlukan. Maju tidaknya suatu pendidikan disekolah salah satunya ditentukan oleh tiga unsur tersebut. Tanggapan responden tentang kerja sama guru, staf sekolah dan kepala sekolah dalam meningkatkan motivasi belajar siswa yaitu 11 responden (28,84%) menyatakan sangat berjalan dengan baik, 24 responden (63,17%) menyatakan berjalan dengan baik, 2 responden (5,26%) menyatakan kurang berjalan dengan baik dan 1 responden (2,63%) menyatakan tidak berjalan dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa kerja sama guru, staf sekolah dan kepala sekolah dalam meningkatkan motivasi belajar siswa sudah berjalan dengan baik.

Hasil diatas diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru berikut. “Bentuk kerja sama antara guru,staf sekolahan dan kepala sekolah di sekolah ini khususnya dalam meningkatkan motivasi siswa untuk belajar sudah baik dan berpengaruh terhadap motivasi belajar dari sasil kerja sama guru sesama bidang studi” (Herpin Patiung, wawancara 16 November 2013). Senada yang diungkapkan K. Sukasini bahwa “kepala sekolah bersama dengan guru-guru yang lain sepakat memberikan hadiah kepada anak-anak yang berprestasi” (wawancara 16 November 2013).

3. Kendala-kendala yang dihadapi guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa

Guru menghadapi dua faktor yang menjadi kendala yang cukup berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Kedua faktor tersebut adalah faktor internal dan eksternal.

a. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri siswa berupa sikap dan kepribadian. Dari hasil wawancara dengan ibu Herpin Patiung menjelaskan bahwa “ada siswa yang memang malas dan kurang disiplin dan itu bisa mempengaruhi temannya yang lain”. Lebih lanjut beliau katakan bahwa “dalam menegakkan aturan di sekolah, ada saja oknum orang tua siswa yang marah ketika anaknya dihukum karena melanggar tata tertib yang diberlakukan di sekolah padahal itu hanya semata-mata untuk kebaikan mereka. Siswa juga terpengaruh dengan situasi yang ada di tempat tinggalnya, mayoritas penduduk bermata pencaharian adalah petani kelapa sawit. Siswa yang tidak masuk sekolah dengan alasan membantu orang tua di kebun. Ada siswa yang terpengaruh dengan pekerjaan dibanding belajar. Mereka terpengaruh karena dengan bekerja bisa langsung menghasilkan uang”(wawancara 16 November 2013). Hal senada juga


(12)

diungkapkan oleh ibu K. Sukasini, (wawancara 16 November 2013) beliau menjelaskan bahwa “ketika proses pembelajaran sedang berlangsung, ada siswa yang ribut dan itu jelas menganggu suasana belajar. Ada siswa yang nakal akan berpengaruh pada belajar siswa yang lain”.

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa yang terdiri dari lingkungan sosial yang meliputi lingkungan sekolah dan teman sekolah.Lingkungan non sosial meliputi keadaan sekitar sekolah atau kondisi lingkungan sekolah, gedung sekolah, alat-alat belajar dan sarana dan prasarana belajar yang ada di sekolah.

Hasil wawancara dengan bapak Nyoman Mertayasa, (hasil wawancara 16 November 2013) beliau menjelaskan bahwa “prasarana belajar yang ada di sekolah kami bisa dibilang belum memadai, sebagian siswa ada yang sekolah pada pagi hari dan ada pula siswa yang sekolah pada sore hari dan ini mempengaruhi motivasi belajar mereka, tidak hanya motivasinya tetapi juga semangat belajarnya terutama pada pembelajaran pada sore hari tetapi kami sudah berusaha maksimal bagaimana caranya agar anak-anak kami bisa tetap semangat belajar. Meskipun banyak kendala tetapi mudah-mudahan ruang kelas yang sementara dibangun bisa selesai tahun depan sehingga kami bisa belajar dengan baik tanpa membagi waktu belajar. Hal senada juga dikemukakan oleh Ibu Herpin Patiung, beliau menjelaskan bahwa “keadaan sarana dan prasarana belajar yang ada disekolahkamimasih minim,namun kami berusahasupaya siswa motivasi belajarnya bertambah. Untuk tempat ibadah terutama yang muslim sudah cukup baik bangunannya”(wawancara 16 November 2013).

4. Upaya yang Dilakukan Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar

Meningkatkan motivasi belajar siswa adalah salah satu kegiatan integral yang wajib ada dalam kegiatan pembelajaran. Selain memberikan ilmu pengetahuan, guru juga bertugas untuk meningkatkan motivasi anak dalam belajar. Tidak bisa kita pungkiri bahwa motivasi belajar siswa satu dengan yang lain sangat berbeda, untuk itulah penting bagi guru selalu senantiasa memberikan motivasi kepada siswa supaya siswa senantiasa memiliki semangat belajar dan mampu menjadi siswa yang berprestasi serta dapat mengembangkan diri secara optimal.

Proses pembelajaran akan berhasil manakala siswa mempunyai motivasi dalam belajar. Oleh karena itu, guru perlu menumbuhkan motivasi belajar siswa. Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, guru dituntut kreatif membangkitkan motivasi belajar siswa. Hasil wawancara dengan ibu Herpin Patiung (wawancara 16 November 2013) menjelaskan bahwa “sebagai guru di sekolah ini, saya selalu memberikan dorongan kepada anak untuk rajin belajar di dalam kelas misalnya selalu memberi nasehat akan pentingnya suatu ilmu. Jenjang umur


(13)

semasa sekarang bukan waktunya untuk bekerja tapi untuk belajar, saya katakan demikian karena disini ada siswa yang sering tidak masuk sekolah dengan alasan pergi kerja di kebun kelapa sawit, selain itu karena bekerja disini bisa langsung menghasilkan uang”. Senadadengan yang diungkapkan oleh ibu K. Sukasini, (wawancara 16 November 2013) “guru dalam hal ini saya dan teman-teman sudah menjadi tugas kami untuk mengarahkan kegiatan belajar anak-anak kami untuk mencapai tujuan pembelajaran. Memberikan motivasi dalam belajar baik didalam kelas maupun diluar kelas. Selalu diberikan nasehat, tidak hanya pada saat anak-anak membuat kesalahan tetapi juga setiap belajar, saya selalu mengapresiasi setiap hasil dari tugas-tugas yang saya kasih”.

Dibidang sarana dan prasarana, pembenahan terus dilakukan diantaranya pembangunan ruang kelas dan ruang untuk laboratorium TIK. Dikatakan Esther Pongsendana selaku penanggungjawab bagian sarana dan prasarana bahwa “memang masih banyak kekurangan seperti listrik yang mati disiang hari, ruang kelas masih kurang sehingga kelas satu masuk pada siang hari dan itu bisa berdampak negatif terhadap motivasi belajar siswa kami tapi mudah-mudahan tahun depan sudah tertutupi semua hambatan karena sementara dalam proses seperti ruang kelas yang hampir rampung, begitu juga dengan PLN sudah akan beroperasi”.

Selain meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana belajar serta peran guru sebagai motivator juga adanya apresiasi dari pihak sekolah terhadap siswa yang memiliki prestasi. Mereka mendapat hadiah dari sekolah berupa uang dan alat-alat kelengkapan belajar sebagai hasil jerih payah atas kerja kerasnya dalam belajar

IV. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang diuraikan dalam penelitian pada bab terdahulu, maka pada bagian ini ditarik kesimpulan penelitian sebagai jawaban akhir permasalahan yang telah peneliti lakukan di SMP Negeri 5 Pasangkayu Kecamatan Baras Kabupaten Mamuju Utara yakni motivasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa sedangkan faktor eksternal adalah faktor dari luar diri siswa berupa lingkungan. Lingkungan SMP Negeri 5 Pasangkayu berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Pengaruh tersebut ada yang berpengaruh positif dan ada pula yang berpengaruh negatif. Pengaruh positif yaitu kondisi lingkungan yang kondusif, jauh dari keramaian dan bersih, sarana belajar seperti buku pelajaran, kelengkapan kelas, perpustakaan. Suasana belajar yang tenang karena jauh dari keramaian, hubungan antar siswa berlangsung baik tanpa ada konflik, guru sebagai panutan selalu menunjukkan perilaku terpuji


(14)

dan selalu memberikan nasehat setiap ada kesempatan kepada siswanya. Pengaruh negatifnya adalah kurangnya ruang kelas yang mengakibatkan adanya pembagian waktu belajar, belum adanya laboratorium TIK dan aliran listrik tidak berfungsi maksimal.Dalam usaha meningkatkan motivasi belajar siswa, guru dihadapkan pada beberapa kendala yaitu Faktor internal berupa sikap dan kepribadian siswa yakni masih ada siswa yang memang belum memiliki perhatian dan malas dalam belajar. Faktor eksternal berupa prasarana belajar yang ada di SMP Negeri 5 Pasangkayu belum memadai, ruang kelas yang sementara dalam pembangunan dan aliran listrik yang dibatasi tidak hanya Lab TIK yang tidak berfungsi dengan baik tetapi juga Lab IPA tidak berjalan sebagaimana mestinya.

2. Saran

Ada beberapa hal yang perlu disampaikan sebagai saran dalam penelitian ini yakni dalam proses pembelajaran, peran guru untuk mengelola motivasi belajar siswa sangatlah dibutuhkan, kemampuan guru mengajar menjadikan dirinya model yang mampu membangkitkan rasa ingin tahu dan kesanggupan dalam diri peserta didik merupakan aset utama dalam membangkitkan motivasi. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka perlu kerja sama yang lebih baik semua warga sekolah baik antar guru, staf sekolahan maupun dengan kepala sekolah secara bersama-sama bekerja dan mengajar sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang telah dibebankan kepada mereka.Demi kelancaran proses pembelajaran, diharapkan dinas pendidikan setempat agar kiranya melakukan pembenahan di segala bidang sehingga tercipta lingkungan pendidikan yang lebih baik.

V. DAFTAR RUJUKAN

Milles, Matheaw B. dan Huberman A. Michael (terjemahan Tjetjep Rohendi, 1992)Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press

Muhibbin, Syah. (2005). Psikologi Pendidikan dengan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sardiman, A.M. (2010). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: RajawaliPers Sukmadinata, N Syaodih. (2004). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung:

PT Remaja Rosdayakarya


(1)

Berdasarkan hasilyang diperoleh di atas, menunjukkan bahwa hubungan antar anggota warga sekolah berpengaruh terhadap motivasi belajar. Baik itu hubungan atau interaksi antar siswa, siswa dengan guru maupun siswa dengan staf administrasi. Perasaan senang menyenangi antara siswadalam kelas, guru dengan siswa akan menimbulkan situasi dan kondisi belajar yang kondusif sehingga guru dapat menyampaikan bahan pelajaran sesuai dengan rencana pengajaran (Satuan pelajaran) dan siswa dapat menerima bahan pelajaran tersebut dengan baik. Apabila siswa tidak menyenangi gurunya, maka pelajaran yang disampaikan oleh guru tidak dikuasai karena siswa malas mempelajarinya karena benci dengan guru bidang studi tersebut. Selain itu, hubungan yang tidak menyenangi antara siswa dengan siswa juga menimbulkan suasana belajar yang tidak menyenangkan yang akhirnya mempengaruhi situasi belajar dalam kelas dan di luar kelas.

Hasil diatas didukung oleh hasil wawancara dengan siswa dan guru berikut. “Saya kalau bertemu dengan guru selalu menyapanya, sering ucapkan selamat. Kalau kita dekat dengan guru kita bisa belajar dengan baik karena kita sudah kenal dan tidak canggung lagi. Kalau ada PR yang saya tidak tahu, saya tanyakan kepada guru” (Kesya Anggeliani Betty, wawancara 13 November 2013). “Kalau di dalamkelas, mereka menghormati kami sebagai pendidik, pengajar dan pembimbing. Pada saat pembelajaran berlangsung, siswa kami aktif dan kami berusaha mengembangkan itu dengan memberi apresiasi terhadap keberhasilannya. Sedangkan kalau di luar kelas, sebagai teman yang lebih dewasa. Pengaruh terhadap motivasi belajar siswa saya kira ini sedikit berkembang, karena setiap kami bertemu dengan mereka, kami selalu mengimbau kepada siswa bahwa begitu penting yang namanya ilmu pengetahuan dari tidak tahu menjadi tahu, makanya kita perlu belajar dan belajar itu tidak mengenal usia” (Herpin Patiung, wawancara 16 November 2013).

Sejalan dengan pergeseran makna pembelajaran dari pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher oriented) kepembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student oriented), maka peran guru dalam proses pembelajaran pun mengalami pergeseran, salah satunya adalah penguatan peran guru sebagai motivator. Tanggapan responden tentang peran guru sebagai motivator dalam belajar berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa yaitu 28 responden (73,69%) menyatakan sangat berpengaruh dan 10 responden (26,31%) menyatakan berpengaruh. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa peran guru sebagai motivator sangat bepengaruh dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Peran guru untuk mengelola motivasi belajar sangat penting dan dapat dilakukan melalui berbagai aktifitas belajar. Guru di SMP Negeri 5 Pasangkayu dalam kegiatan belajar selalu memberikan motivasi kepada siswanya, selalu diberikan nasehat akan pentingnya pendidikan dimasa depan. Di luar kelas, guru selalu


(2)

menasehati siswanya ketika mendapatkan siswanya melanggar peraturan sekolah. Kebiasaan seperti ini berdampak positif terhadap perkembangan siswa. Siswa semakin dekat dengan guru dan guru juga semakin dekat dengan siswanya.

Data diatas diperkuat hasil wawancara dengan guru. “Sebagai guru di sekolah ini, saya selalu memberikan dorongan kepada anak-anak untuk rajin belajar. Di dalam kelas misalnya selalu memberi nasehat akan pentingnya suatu ilmu. Jenjang umur semasa sekarang bukan waktunya untuk bekerja tetapi untuk belajar, saya katakan demikian karena ada siswa yang sering tidak masuk sekolah dengan alasan pergi kerja di kebun kelapa sawit, mereka tergoda dengan uang karena bekerja disini bisa langsung menghasilkan uang” (Herpin Patiung, wawancara 16 November 2013). Hal senada juga diungkapakn oleh K. Sukasini, bahwa “guru dalam hal ini saya dan teman-teman sudah menjadi tugas kami untuk mengarahkan kegiatan belajar anak-anak kami untuk mencapai tujuan pembelajaran. Memberikan motivasi dalam belajar baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Selalu diberikan nasehat, tidak hanya pada saat anak-anak membuat kesalahan tetapi juga setiap belajar, saya selalu mengapresiasi setiap hasil dari tugas-tugas yang saya kasih. Menyenangkan jadinya kalau kita dekat dengan anak-anak. Ketika kita bertemu di luar, mereka selalu memberikan salam” (wawancara 16 November 2013).

Tata tertib merupakan peraturan yang mengikat semua personal yang ada di suatu sekolah agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar. Tanggapan responden tentang tata tertib berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa yaitu 13 responden (34,21%), menyatakan sangat berpengaruh, 22 responden (57,90%) menyatakan berpengaruh dan 3 responden (7,89%) menyatakan kurang berpengaruh. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tata tertib yang berlaku di SMP Negeri 5 Pasangkayu berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Tata tertib dimaksudkan pula sebagai pendukung dalam usaha pembentukan disiplin belajar bagi siswa. Siswa dituntut untuk menjalankan peraturan tersebut agar mereka terbiasa disiplin sehingga semua tindakannya senantiasa taat dan sesuai dengan peraturan atau tata tertib yang ada di sekolah sehingga tercipta suasana pembelajaran yang kondusif sehingga dengan sendirinya akat membangkitkan motivasi siswa untuk belajar.

Memperkuat data diatas, berikut hasil wawancara dengan siswa dan guru. “Tata tertib disekolah kami tidak terlalu mengekang siswa contohnya biasa kalau terlambat disuruh angkat air. Bolos tiga kali dipanggil orang tua. Harus mengikuti soalnya kalau sekolah tertib kita juga tertib, proses belajarnya juga menjadi baik Semua peraturan harus dijalani karena ada semua mamfaatnya misalnya saya tidak mau terlambat karena ada peraturan, kalau terlambat malu dihukum kalau dilihat teman-teman” (Niluh Putu Diah Swadewi, wawancara 13 November 2013).“Penerapan disiplin yang baik dalam proses pendidikan akan menghasilkan mental, watak


(3)

dan kepribadian peserta didik yang kuat. Kami selaku guru dituntut harus mampu membelajarkan peserta didik tentang disiplin diri belajar membaca, mencintai buku, menghargai waktu, mematuhi aturan sehingga dengan sendirinya motivasi untuk belajar anak-anak akan muncul” (Herpin Patiung,wawancara 18 November 2013).

Dalam lingkungan sekolah, kerja sama antara guru, para staf dan kepala sekolah sangat diperlukan. Maju tidaknya suatu pendidikan disekolah salah satunya ditentukan oleh tiga unsur tersebut. Tanggapan responden tentang kerja sama guru, staf sekolah dan kepala sekolah dalam meningkatkan motivasi belajar siswa yaitu 11 responden (28,84%) menyatakan sangat berjalan dengan baik, 24 responden (63,17%) menyatakan berjalan dengan baik, 2 responden (5,26%) menyatakan kurang berjalan dengan baik dan 1 responden (2,63%) menyatakan tidak berjalan dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa kerja sama guru, staf sekolah dan kepala sekolah dalam meningkatkan motivasi belajar siswa sudah berjalan dengan baik.

Hasil diatas diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru berikut. “Bentuk kerja sama antara guru,staf sekolahan dan kepala sekolah di sekolah ini khususnya dalam meningkatkan motivasi siswa untuk belajar sudah baik dan berpengaruh terhadap motivasi belajar dari sasil kerja sama guru sesama bidang studi” (Herpin Patiung, wawancara 16 November 2013). Senada yang diungkapkan K. Sukasini bahwa “kepala sekolah bersama dengan guru-guru yang lain sepakat memberikan hadiah kepada anak-anak yang berprestasi” (wawancara 16 November 2013).

3. Kendala-kendala yang dihadapi guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa Guru menghadapi dua faktor yang menjadi kendala yang cukup berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Kedua faktor tersebut adalah faktor internal dan eksternal.

a. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri siswa berupa sikap dan kepribadian. Dari hasil wawancara dengan ibu Herpin Patiung menjelaskan bahwa “ada siswa yang memang malas dan kurang disiplin dan itu bisa mempengaruhi temannya yang lain”. Lebih lanjut beliau katakan bahwa “dalam menegakkan aturan di sekolah, ada saja oknum orang tua siswa yang marah ketika anaknya dihukum karena melanggar tata tertib yang diberlakukan di sekolah padahal itu hanya semata-mata untuk kebaikan mereka. Siswa juga terpengaruh dengan situasi yang ada di tempat tinggalnya, mayoritas penduduk bermata pencaharian adalah petani kelapa sawit. Siswa yang tidak masuk sekolah dengan alasan membantu orang tua di kebun. Ada siswa yang terpengaruh dengan pekerjaan dibanding belajar. Mereka terpengaruh karena dengan bekerja bisa langsung menghasilkan uang”(wawancara 16 November 2013). Hal senada juga


(4)

diungkapkan oleh ibu K. Sukasini, (wawancara 16 November 2013) beliau menjelaskan bahwa “ketika proses pembelajaran sedang berlangsung, ada siswa yang ribut dan itu jelas menganggu suasana belajar. Ada siswa yang nakal akan berpengaruh pada belajar siswa yang lain”.

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa yang terdiri dari lingkungan sosial yang meliputi lingkungan sekolah dan teman sekolah.Lingkungan non sosial meliputi keadaan sekitar sekolah atau kondisi lingkungan sekolah, gedung sekolah, alat-alat belajar dan sarana dan prasarana belajar yang ada di sekolah.

Hasil wawancara dengan bapak Nyoman Mertayasa, (hasil wawancara 16 November 2013) beliau menjelaskan bahwa “prasarana belajar yang ada di sekolah kami bisa dibilang belum memadai, sebagian siswa ada yang sekolah pada pagi hari dan ada pula siswa yang sekolah pada sore hari dan ini mempengaruhi motivasi belajar mereka, tidak hanya motivasinya tetapi juga semangat belajarnya terutama pada pembelajaran pada sore hari tetapi kami sudah berusaha maksimal bagaimana caranya agar anak-anak kami bisa tetap semangat belajar. Meskipun banyak kendala tetapi mudah-mudahan ruang kelas yang sementara dibangun bisa selesai tahun depan sehingga kami bisa belajar dengan baik tanpa membagi waktu belajar. Hal senada juga dikemukakan oleh Ibu Herpin Patiung, beliau menjelaskan bahwa “keadaan sarana dan prasarana belajar yang ada disekolahkamimasih minim,namun kami berusahasupaya siswa motivasi belajarnya bertambah. Untuk tempat ibadah terutama yang muslim sudah cukup baik bangunannya”(wawancara 16 November 2013).

4. Upaya yang Dilakukan Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar

Meningkatkan motivasi belajar siswa adalah salah satu kegiatan integral yang wajib ada dalam kegiatan pembelajaran. Selain memberikan ilmu pengetahuan, guru juga bertugas untuk meningkatkan motivasi anak dalam belajar. Tidak bisa kita pungkiri bahwa motivasi belajar siswa satu dengan yang lain sangat berbeda, untuk itulah penting bagi guru selalu senantiasa memberikan motivasi kepada siswa supaya siswa senantiasa memiliki semangat belajar dan mampu menjadi siswa yang berprestasi serta dapat mengembangkan diri secara optimal.

Proses pembelajaran akan berhasil manakala siswa mempunyai motivasi dalam belajar. Oleh karena itu, guru perlu menumbuhkan motivasi belajar siswa. Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, guru dituntut kreatif membangkitkan motivasi belajar siswa. Hasil wawancara dengan ibu Herpin Patiung (wawancara 16 November 2013) menjelaskan bahwa “sebagai guru di sekolah ini, saya selalu memberikan dorongan kepada anak untuk rajin belajar di dalam kelas misalnya selalu memberi nasehat akan pentingnya suatu ilmu. Jenjang umur


(5)

semasa sekarang bukan waktunya untuk bekerja tapi untuk belajar, saya katakan demikian karena disini ada siswa yang sering tidak masuk sekolah dengan alasan pergi kerja di kebun kelapa sawit, selain itu karena bekerja disini bisa langsung menghasilkan uang”. Senadadengan yang diungkapkan oleh ibu K. Sukasini, (wawancara 16 November 2013) “guru dalam hal ini saya dan teman-teman sudah menjadi tugas kami untuk mengarahkan kegiatan belajar anak-anak kami untuk mencapai tujuan pembelajaran. Memberikan motivasi dalam belajar baik didalam kelas maupun diluar kelas. Selalu diberikan nasehat, tidak hanya pada saat anak-anak membuat kesalahan tetapi juga setiap belajar, saya selalu mengapresiasi setiap hasil dari tugas-tugas yang saya kasih”.

Dibidang sarana dan prasarana, pembenahan terus dilakukan diantaranya pembangunan ruang kelas dan ruang untuk laboratorium TIK. Dikatakan Esther Pongsendana selaku penanggungjawab bagian sarana dan prasarana bahwa “memang masih banyak kekurangan seperti listrik yang mati disiang hari, ruang kelas masih kurang sehingga kelas satu masuk pada siang hari dan itu bisa berdampak negatif terhadap motivasi belajar siswa kami tapi mudah-mudahan tahun depan sudah tertutupi semua hambatan karena sementara dalam proses seperti ruang kelas yang hampir rampung, begitu juga dengan PLN sudah akan beroperasi”.

Selain meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana belajar serta peran guru sebagai motivator juga adanya apresiasi dari pihak sekolah terhadap siswa yang memiliki prestasi. Mereka mendapat hadiah dari sekolah berupa uang dan alat-alat kelengkapan belajar sebagai hasil jerih payah atas kerja kerasnya dalam belajar

IV. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang diuraikan dalam penelitian pada bab terdahulu, maka pada bagian ini ditarik kesimpulan penelitian sebagai jawaban akhir permasalahan yang telah peneliti lakukan di SMP Negeri 5 Pasangkayu Kecamatan Baras Kabupaten Mamuju Utara yakni motivasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa sedangkan faktor eksternal adalah faktor dari luar diri siswa berupa lingkungan. Lingkungan SMP Negeri 5 Pasangkayu berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Pengaruh tersebut ada yang berpengaruh positif dan ada pula yang berpengaruh negatif. Pengaruh positif yaitu kondisi lingkungan yang kondusif, jauh dari keramaian dan bersih, sarana belajar seperti buku pelajaran, kelengkapan kelas, perpustakaan. Suasana belajar yang tenang karena jauh dari keramaian, hubungan antar siswa berlangsung baik tanpa ada konflik, guru sebagai panutan selalu menunjukkan perilaku terpuji


(6)

dan selalu memberikan nasehat setiap ada kesempatan kepada siswanya. Pengaruh negatifnya adalah kurangnya ruang kelas yang mengakibatkan adanya pembagian waktu belajar, belum adanya laboratorium TIK dan aliran listrik tidak berfungsi maksimal.Dalam usaha meningkatkan motivasi belajar siswa, guru dihadapkan pada beberapa kendala yaitu Faktor internal berupa sikap dan kepribadian siswa yakni masih ada siswa yang memang belum memiliki perhatian dan malas dalam belajar. Faktor eksternal berupa prasarana belajar yang ada di SMP Negeri 5 Pasangkayu belum memadai, ruang kelas yang sementara dalam pembangunan dan aliran listrik yang dibatasi tidak hanya Lab TIK yang tidak berfungsi dengan baik tetapi juga Lab IPA tidak berjalan sebagaimana mestinya.

2. Saran

Ada beberapa hal yang perlu disampaikan sebagai saran dalam penelitian ini yakni dalam proses pembelajaran, peran guru untuk mengelola motivasi belajar siswa sangatlah dibutuhkan, kemampuan guru mengajar menjadikan dirinya model yang mampu membangkitkan rasa ingin tahu dan kesanggupan dalam diri peserta didik merupakan aset utama dalam membangkitkan motivasi. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka perlu kerja sama yang lebih baik semua warga sekolah baik antar guru, staf sekolahan maupun dengan kepala sekolah secara bersama-sama bekerja dan mengajar sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang telah dibebankan kepada mereka.Demi kelancaran proses pembelajaran, diharapkan dinas pendidikan setempat agar kiranya melakukan pembenahan di segala bidang sehingga tercipta lingkungan pendidikan yang lebih baik.

V. DAFTAR RUJUKAN

Milles, Matheaw B. dan Huberman A. Michael (terjemahan Tjetjep Rohendi, 1992)Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press

Muhibbin, Syah. (2005). Psikologi Pendidikan dengan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sardiman, A.M. (2010). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: RajawaliPers Sukmadinata, N Syaodih. (2004). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung:

PT Remaja Rosdayakarya


Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ALOKASI DANA DESA DI DESA AKO KECAMATAN PASANGKAYU KABUPATEN MAMUJU UTARA | Wahyuddin | Katalogis 6601 21943 1 PB

0 0 9

IMPLEMENTASI PROGRAM DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH SMA NEGERI 1 PASANGKAYU KABUPATEN MAMUJU UTARA | Anas | Katalogis 6590 21899 1 PB

0 0 10

Studi Tengtang Kreatifitas Siswa dalam Pembelajaran PKn di SMP Negeri 1 Ogodeide Kecamatan. Ogodeide Kabupaten. Tolitoli | Harianto | EDU CIVIC 6174 20434 1 PB

0 0 13

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran PKn dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw di Kelas XB SMA Negeri 1 Pasangkayu | S | EDU CIVIC 6191 20486 1 PB

0 0 15

PENERAPAN COOPERATIF LEARNING TIPE STAD DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL PADA PEMBELAJARAN PKn UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI KELAS VIII a SMP NEGERI 1 PASANGKAYU | Afandi | EDU CIVIC 6184 20464 1 PB

0 0 11

INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT KEWARGAAN (KAJIAN PADA KELOMPOK TANI) DI WILAYAH PEMUKIMAN TRANSMIGRASI DESA PEDANDA KECAMATAN PEDONGGA KABUPATEN MAMUJU UTARA | Ikra | EDU CIVIC 6632 22057 1 PB

0 0 22

POLA PIKIR SUKU DA’A TERHADAP PENDIDIKAN FORMAL BAGI ANAK DI DESA KALOLA KECAMATAN BAMBALAMOTU KABUPATEN MAMUJU UTARA | Hasan | EDU CIVIC 6147 20332 1 PB

0 0 11

STUDI TENTANG PENDIDIKAN ORANG TUATERHADAP MOTIVASI BELAJAR ANAK DI SMP NEGERI 1 PALASA KECAMATAN PALASA KABUPATEN PARIGI MOUTONG | Wawan | EDU CIVIC 7305 24361 1 PB

0 0 15

PENGARUH KOMITMEN, KOMPETENSI, DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA GURU DI KECAMATAN PASANGKAYU KABUPATEN MAMUJU UTARA (Study Kasus pada SMA Negeri 1 Pasangkayu dan MA DDI Pasangkayu) | Ningsih | Katalogis 7148 23761 1 PB

0 0 11

this PDF file PENGARUH KOMITMENOMPETENSI, DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA GURU DI KECAMATAN PASANGKAYU KABUPATEN MAMUJU UTARA (Study Kasus pada SMA Negeri 1 Pasangkayu dan MA DDI Pasangkayu) | Ningsih | Katalogis 1 PB

0 0 10