.
PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI TAHUN 2012
Lapangan Usaha 2009
2010 2011
2012 2013
1 2
3 4
5 6
1. Pertanian 17.905,98
18.183,77 19.274
20.450 21.867
2. Pertambangan dan Penggalian
948,20 992,88
1.053 1.117
1.194 3. Industri Pengolahan
158.650,29 167.818,61
178.057 188.919
202.011 4. Listrik, Gas, dan Air
Bersih 4.549,69
4.790,99 5.082
5.392 5.765
5. Bangunan 93.447,61
99.153,85 105.203
111.620 119.355
6. Perdagangan, Hotel Restoran
279.849,53 298.899,57
317.136 336.481
359.799 7. Pengangkutan dan
Komunikasi 191.812,23
205.829,46 218.378
231.699 247.755
8. Keuangan, Persewaan Jasa Perusahaan
106.856,89 111.654,18
118.466 125.693
134.403 9. Jasa-jasa
245.218,42 258.609,58
274.387 291.125
311.299
PDRB 1.099.238,84 1.165.932,09
1.237.054 1.312.514
1.403.471
Sumber : BPS Kota Tebing Tinggi Catatan : angka sementara
3.1.2. Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2011 dan Tahun 2012 PROYEKSI EKONOMI MAKRO KOTA TEBING TINGGI TAHUN 2012
1. PERTUMBUHAN EKONOMI
Pertumbuhan ekonomi Kota Tebing Tinggi tahun 2010 tumbuh lebih baik dibandingkan pada tahun 2009 yakni 5,95 - 6,07 . Salah satu sumber kontribusi yang diharapkan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi yaitu dari sektor perdagangan, hotel dan restaurant serta jasa, dimana pemerintah harus membuat suatu kebijakan yang dapat meningkatkan pendapatan
dan belanja daerah yang mampu menopang pertumbuhan sektor tersebut. Selain itu pemerintah daerah juga didorong agar dapat menggerakkan investasi swasta dalam rangka membuka lapangan
kerja yang bertujuan peningkatan pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2012 diperkirakan berada pada kisaran 6,32 dapat tercapai. Asumsi pertumbuhan ekonomi tersebut diikuti oleh asumsi pertumbuhan konsumsi
masyarakat, konsumsi pemerintah daerah dan investasi. Konsumsi masyarakat terus didorong dengan meningkatkan daya beli masyarakat melalui upaya mengendalikan inflasi dan menjaga
ketersediaan bahan pokok. Upaya untuk mendorong investasi dilakukan dengan peningkatan harmonisasi kebijakan dan penyederhanaan prosedur perijinan investasi dan peningkatan fasilitas
investasi. Sementara di sisi produksi, upaya mendorong pertumbuhan industri pengolahan dilakukan dengan kebijakan penumbuhan populasi usaha industri, penguatan struktur industri, dan
peningkatan produktivitas usaha industri.
Tabel 3.5
BAB III 10
.
PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI TAHUN 2012
Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Kota Tebing Tinggi Tahun 2010 - 2011
Tahun Pertumbuhan ekonomi
2010 6,07
2011 6,19
2012 6,32
Angka perkiraan
2. Inflasi
Inflasi merupakan fenomena ekonomi yang selalu menarik untuk dibahas terutama oleh Pemerintah berkaitan dengan dampaknya yang luas terhadap makro ekonomi. Tingkat inflasi 0
nol persen bukanlah tujuan utama kebijakan pemerintah karena hal itu sukar untuk dicapai, yang paling penting adalah menjaga agar tingkat inflasi rendah. Secara umum inflasi adalah kenaikan
tingkat harga secara umum dari barang atau komoditas dan jasa selama satu periode tertentu. Inflasi diukur dengan tingkat inflasi rate of inflation yaitu tingkat perubahan dari tingkat harga
secara umum.
Menjelang akhir tahun 2011 kondisi perekonomian Indonesia mengalami tantangan dengan naiknya beberapa harga bahan pangan, seperti beras, minyak goreng, gula dan lain sebagainya
yang disebabkan oleh perubahan iklim yang sangat ekstrem. Kekhawatiran terhadap ancaman krisis pangan dan krisis energi tak bisa dipungkiri membayangi perekonomian di tahun 2012.
Inflasi dalam negeri lebih berat juga karena cuaca ekstrem bisa membuat suplai pangan terganggu dan produksi tidak sebaik biasanya, ini sangat sensitif terhadap inflasi. Untuk terciptanya
keseimbangan antara produksi dan daya beli masyarakat perlu dilakukan kebijakan yang terarah dalam menjaga stabilitas harga untuk mencegah kemungkinan adanya kenaikan harga-harga
barang yang tidak terkendali. Inflasi yang tinggi tentunya dapat membawa akibat buruk, dimana salah satunya adalah menurunkan taraf kesejahteraan masyarakat, terutama pada kelompok
masyarakat yang berpenghasilan tetap.
Berdasarkan data PDRB dapat diperoleh indikator tingkat inflasi. Inflasi yang diperoleh dari data PDRB merupakan inflasi tingkat produsen. Pada tahun 2010, inflasi tingkat produsen di Kota
Tebing Tinggi mencapai 6,43 persen, lapangan usaha yang mengalami kenaikan harga tinggi adalah lapangan usaha bangunan 11,47 persen, pertambangan dan penggalian 6,71 persen, jasa-
jasa 7,50 persen, industri pengolahan 7,08 persen, pertanian 9,37 persen, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 7,18 persen, perdagangan, hotel dan restoran 5,81 persen,
listrik, gas dan air bersih 2,33 persen, serta pengangkutan dan komunikasi 1,82 persen. Inflasi tingkat produsen tahun 2010 sebesar 6,43 persen lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2009
sebesar 5,21persen.
Tabel 3.6 Tabel Inflasi Tingkat Produsen Kota Tebing Tinggi Menurut Lapangan Usaha
BAB III 11
.
PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI TAHUN 2012
Tahun 2006-2010 persen Lapangan Usaha
2006 2007
2008 2009
2010
1. Pertanian 5,43
7,72 6,65
6,23 9,37
2. Pertambangan dan Penggalian 10,42
6,67 7,81
7,97 6,71
3. Industri Pengolahan 12,16
12,79 11,07
6,44 7,08
4. Listrik, Gas dan Air Bersih 0,19
1,90 2,27
2,60 2,33
5. Bangunan 12,78
8,41 8,52
8,11 11,47
6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 5,58
8,40 6,64
3,48 5,81
7. Pengangkutan dan Komunikasi 1,55
0,93 1,10
1,76 1,82
8. Keuangan, Persewaaan, dan Jasa Perusahan
11,11 4,60
5,41 5,23
7,18 9. Jasa-Jasa
4,89 6,94
7,89 7,86
7,50
Inflasi Tingkat Produsen 7,11
7,27 6,81
5,21 6,43
Catatan : Angka Sementara Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tebing Tinggi
Tingkat inflasi pada tahun 2010 meningkat berkisar menjadi 6,43 persen, angka-angka inflasi tersebut meningkat akibat dampak kebijakan kenaikan TDL dan LPG. Kenaikan kedua
komoditas tersebut mempunyai efek pengganda yang tinggi karena TDL dan gas 12 kg yang dinaikkan mempunyai pangsa konsumen yang sangat besar di Kota Tebing Tinggi, bukan hanya
untuk kepentingan rumah tangga tetapi juga industri kecil dan menengah yang banyak berkembang di Kota Tebing Tinggi. Kenaikan kedua komoditas tersebut di atas pada akhirnya
meningkatkan harga kebutuhan pokok maupun produk-produk yang lain.
3. Ketenagakerjaan