RISIKO KREDIT PERBANKAN KREDIT UMKM LOKASI PROYEK

Triwulan III - 2009 Kajian Ekonomi Regional Jakarta 27 s.d. Juli 2009 Tabel III.3 Perkembangan Kredit Berdasarkan Sektoral lanjutan Kredit Pertanian Level Rp Miliar 25.399,1 27.367,6 28.175,0 30.680,1 31.975,4 37.806,8 35.721,9 Pertumbuhan . y-o-y 41,3 34,2 34,0 23,7 25,9 38,1 33,2 Pertumbuhan . q-t-q 2,4 7,8 3,0 8,9 4,2 18,2 9,6 Kredit Pertambangan Level Rp Miliar 25.479,1 25.979,9 27.186,4 27.953,2 25.631,0 24.018,1 25.126,3 Pertumbuhan . y-o-y 88,3 52,4 85,3 18,2 0,6 7,6 4,9 Pertumbuhan . q-t-q 7,7 2,0 4,6 2,8 8,3 6,3 2,4 Kredit Listrik, Air, Gas Level Rp Miliar 9.137,6 9.268,2 12.816,0 17.255,5 18.377,6 20.299,6 21.904,5 Pertumbuhan . y-o-y 72,9 55,9 83,3 145,9 101,1 119,0 118,6 Pertumbuhan . q-t-q 30,2 1,4 38,3 34,6 6,5 10,5 17,1 2008 2009 Uraian 1 2 3 4 1 2 3 Grafik III.3 Perbandingan LDR Kredit Lokasi Bank dengan Lokasi Proyek Kredit yang disalurkan untuk proyek di Jakarta kredit Kredit yang disalurkan untuk proyek di Jakarta kredit Kredit yang disalurkan untuk proyek di Jakarta kredit Kredit yang disalurkan untuk proyek di Jakarta kredit Kredit yang disalurkan untuk proyek di Jakarta kredit berdasarkan lokasi proyek menunjukkan peningkatan. berdasarkan lokasi proyek menunjukkan peningkatan. berdasarkan lokasi proyek menunjukkan peningkatan. berdasarkan lokasi proyek menunjukkan peningkatan. berdasarkan lokasi proyek menunjukkan peningkatan. Pada posisi akhir bulan Juli 2009, jumlah kredit untuk membiayai proyek yang berlokasi di Jakarta meningkat 33,8 yoy menjadi Rp 484,12 triliun, lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2009 16,7, yoy. Hal ini berarti usaha di Jakarta yang memanfaatkan kredit dari bank terjadi peningkatan. Dengan perkembangan tersebut, LDR berdasarkan lokasi proyek meningkat dari 53,0 menjadi 54,2.

B. RISIKO KREDIT PERBANKAN

Sampai dengan triwulan laporan, risiko kredit perbankan relatif Sampai dengan triwulan laporan, risiko kredit perbankan relatif Sampai dengan triwulan laporan, risiko kredit perbankan relatif Sampai dengan triwulan laporan, risiko kredit perbankan relatif Sampai dengan triwulan laporan, risiko kredit perbankan relatif terjaga di bawah 5. terjaga di bawah 5. terjaga di bawah 5. terjaga di bawah 5. terjaga di bawah 5. Sampai dengan posisi akhir Juli 2009, risiko kredit yang tercermin pada NPLs gross bank yang relatif stabil dari 4,5 menjadi 4,6. Stabilnya NPL tersebut, karena kondisi perekonomian yang mulai membaik diiringi perkembangan pertambahan PHK sektor industri yang terhenti. Sehingga di kredit industri, terjadi penurunan nominal NPL sektor industri pengolahan dari Rp 12,9 triliun menjadi Rp 12,7 triliun. Grafik III.4 NPLs Jenis Penggunaan Lokasi Bank Lokasi Proyek 2007 2008 2009 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 Investasi Modal Kerja Konsumsi 2007 2008 2009 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 batas NPL Triwulan III - 2009 Kajian Ekonomi Regional Jakarta 28 Grafik III.5 NPLs Sektor Ekonomi Utama

C. KREDIT UMKM LOKASI PROYEK

Posisi kredit mikro, kecil dan menengah MKM Posisi kredit mikro, kecil dan menengah MKM Posisi kredit mikro, kecil dan menengah MKM Posisi kredit mikro, kecil dan menengah MKM Posisi kredit mikro, kecil dan menengah MKM Bank di Jakarta Bank di Jakarta Bank di Jakarta Bank di Jakarta Bank di Jakarta masih bertumbuh. masih bertumbuh. masih bertumbuh. masih bertumbuh. masih bertumbuh. Hingga Juli 2009 kredit MKM di Jakarta telah tumbuh 7,4 ytd, dan secara tahunan posisi kredit MKM meningkat 16,2 yoy menjadi Rp 147,4 triliun. Secara jumlah nominal, posisi kredit MKM 1 di Jakarta tersebut masih tertinggi dibandingkan dengan provinsi lain, menyusul kemudian adalah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. 1 Termasuk kredit MKM oleh BPR, BPRS dan Bank Syariah namun tidak termasuk kartu kredit Tabel III.2 Perkembangan Kredit UMKM Miliar Rp 1. DKI Jakarta 133.817,4 143.407,7 147.407,2 20,8 16,2 7,4 2. Jawa Barat 103.425,1 108.727,3 109.882,8 15,5 14,9 7,6 3. Jawa Timur 78.499,4 81.425,3 81.834,9 11,5 12,2 5,9 4. Jawa Tengah 63.833,5 66.878,3 67.470,1 9,5 12,7 6,4 5. Sumatera Utara 34.552,2 36.292,4 36.606,3 5,2 12,5 6,1 6. Banten 29.148,9 29.274,3 29.310,6 4,1 12,4 -1,9 7. Sulawesi Selatan 22.834,2 24.210,9 24.335,2 3,4 16,7 8,6 8. Riau 17.380,7 18.449,0 18.686,6 2,6 17,4 9,8 9. Bali 16.765,7 17.582,3 17.645,9 2,5 17,3 8,2 10. Sumatera Selatan 14.745,1 16.153,6 16.593,6 2,3 25,2 16,1 Total 10 Propinsi 515.002,2 542.401,1 549.773,1 77,4 14,8 6,9 Propinsi Lainnya 148.794,8 158.935,4 160.271,8 18,8 9,8 Total Kredit MKM Nasional 663.797,0 701.336,6 710.045,0 15,7 7,5 Baki DebetOutstanding Tw I Tw II Juli 2009 2009 2009 Pangsa Pertumbuhan Jul 08 - Jul 09 Pertumbuhan Des 08 - Jul 09 Konstruksi Peng., Pergd., dan Kom. Industri Pengolahan Perdg, Rest, dan Hotel 2007 2008 2009 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 batas NPL Triwulan III - 2009 Kajian Ekonomi Regional Jakarta 29 Perkembangan Sistem Pembayaran bab 4 Perkembangan sistem pembayaran sampai triwulan III- 2009 masih tetap dapat memenuhi kebutuhan transaksi perekonomian. Transaksi pembayaran nontunai dengan menggunakan sarana BI Real Time Gross Settlement RTGS masih tinggi baik dari sisi volume maupun nilai. Sementara pelayanan nontunai lainnya kliring juga menunjukkan kinerja membaik sebagaimana ditunjukkan oleh rendahnya persentase tolakan kliring. Sementara perkembangan kegiatan sistem pembayaran tunai di wilayah DKI Jakarta relatif stabil dan dapat memenuhi aktivitas kegiatan ekonomi. Selain itu, kegiatan pemantauan terhadap uang palsu menunjukkan penurunan persentase temuan bilyet uang palsu. Triwulan III - 2009 Kajian Ekonomi Regional Jakarta 30 A. TRANSAKSI RTGS Rata-rata volume maupun nilai transaksi dengan menggunakan Rata-rata volume maupun nilai transaksi dengan menggunakan Rata-rata volume maupun nilai transaksi dengan menggunakan Rata-rata volume maupun nilai transaksi dengan menggunakan Rata-rata volume maupun nilai transaksi dengan menggunakan sarana RTGS tetap tinggi Tabel IV.1. sarana RTGS tetap tinggi Tabel IV.1. sarana RTGS tetap tinggi Tabel IV.1. sarana RTGS tetap tinggi Tabel IV.1. sarana RTGS tetap tinggi Tabel IV.1. Nilai transaksi RTGS dalam triwulan laporan mencapai Rp 62,1 triliun per hari dan dari sisi volume sebanyak 19.661 transaksi per hari. Disamping itu, penggunaan RTGS masih mendominasi pembayaran nontunai yang nilai nominalnya mencapai lebih dari 95 dari total nilai transaksi nontunai, karena mampu melayani transaksi keuangan bernilai besar dan bersifat mendesak urgent antara lain seperti transaksi di Pasar Uang AntarBank PUAB, transaksi di bursa saham, transaksi pemerintah, transaksi valuta asing valas. Pengguna sistem RTGS paling banyak dilakukan oleh nasabah bank untuk jumlah transaksi ke Jakarta dari luar Jakarta. Tabel IV.1 Transaksi RTGS Harian RTGS Rp Miliar 77.568 93.101 95.038 97.597 106.742 83.953 82.046 65.490 59.093 72.102 62.799 Dari Jakarta 42.669 51.755 53.560 54.358 59.795 47.093 47.594 39.080 35.302 42.783 34.987 ke Jakartaf-t 17.399 20.803 21.123 21.472 23.358 18.120 17.434 13.637 11.985 15.320 9.084 ke Luar Jakartaf 25.270 30.952 32.437 32.886 36.437 28.973 30.160 25.443 23.316 27.463 25.904 Ke Jakarta 34.899 41.346 41.478 43.239 46.947 36.860 34.452 26.409 23.791 29.320 27.811 dari Luar Jakartat 34.899 41.346 41.478 43.239 46.947 36.860 34.452 26.409 23.791 29.320 27.811 RTGS Volume 18.251 20.412 21.278 23.696 25.170 22.797 20.761 20.854 18.947 20.396 19.661 Dari Jakarta 9.180 10.259 10.635 11.963 12.180 11.071 11.678 11.914 10.606 11.502 10.528 ke Jakartaf-t 3.299 3.676 3.742 4.115 4.155 3.656 3.667 3.708 3.215 3.470 2.055 ke Luar Jakartaf 5.881 6.582 6.893 7.848 8.025 7.414 8.011 8.206 7.391 8.032 8.473 Ke Jakarta 9.072 10.153 10.643 11.733 12.990 11.727 9.083 8.940 8.341 8.895 9.133 dari Luar Jakartat 9.072 10.153 10.643 11.733 12.990 11.727 9.083 8.940 8.341 8.895 9.133 2007 2008 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2009 Triwulan III - 2009 Kajian Ekonomi Regional Jakarta 31 B. TRANSAKSI KLIRING Penyelesaian rata-rata harian transaksi melalui kliring di Jakarta Penyelesaian rata-rata harian transaksi melalui kliring di Jakarta Penyelesaian rata-rata harian transaksi melalui kliring di Jakarta Penyelesaian rata-rata harian transaksi melalui kliring di Jakarta Penyelesaian rata-rata harian transaksi melalui kliring di Jakarta pada triwulan III 2009 sedikit meningkat Tabel IV.2. pada triwulan III 2009 sedikit meningkat Tabel IV.2. pada triwulan III 2009 sedikit meningkat Tabel IV.2. pada triwulan III 2009 sedikit meningkat Tabel IV.2. pada triwulan III 2009 sedikit meningkat Tabel IV.2. Rata-rata harian nilai nominal transaksi kliring di triwulan laporan Rp 2,63 triliun, sedikit meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya Rp 2,54 triliun. Demikian pula rata-rata harian jumlah warkat kliring naik menjadi 188.912 warkat dibandingkan triwulan sebelumnya 187.848 warkat. Peningkatan ini juga dikonfirmasi dengan perkembangan jumlah giro di Jakarta dibanding triwulan sebelumnya juga meningkat, dari 8,5 yoy ke 15,8 yoy. Faktor yang mempengaruhi peningkatan nilai maupun jumlah warkat transaksi tersebut antara lain karena lebih banyak transfer dengan nominal yang kecil. Kualitas kliring di Jakarta pada triwulan III 2009 relatif baik Tabel Kualitas kliring di Jakarta pada triwulan III 2009 relatif baik Tabel Kualitas kliring di Jakarta pada triwulan III 2009 relatif baik Tabel Kualitas kliring di Jakarta pada triwulan III 2009 relatif baik Tabel Kualitas kliring di Jakarta pada triwulan III 2009 relatif baik Tabel IV. 3. IV. 3. IV. 3. IV. 3. IV. 3. Persentase rata-rata harian tolakan kliring terhadap total rata-rata harian kliring, baik dari sisi jumlah warkat maupun nilai transaksi relatif rendah. Persentase rata-rata harian nilai nominal dan volume cek dan BG yang ditolak masing-masing adalah 0,82 dan 0,34. Terkait dengan upaya untuk meningkatkan kualitas kliring, Bank Indonesia memberlakukan penerbitan daftar hitam nasional penarik cek dan atau bilyet giro kosong. Tabel IV.2 Rata-rata Harian Transaksi Kliring 2007 1 158.162 2.105 2 189.459 2.759 3 196.663 2.998 4 198.518 3.095 2008 1 198.919 3.174 2 217.356 3.499 3 225.148 3.648 4 213.995 3.510 2009 1 190.947 2.994 2 187.848 2.538 3 188.912 2.628 Triwulan Volume Nominal miliar rupiah data s.d. Agustus 2009 Tabel IV.3 Tolakan Kliring 2007 1 14.193 642 2.105.110 158.162 0,67 0,41 2 12.368 605 2.759.094 189.459 0,45 0,32 3 14.479 480 2.998.294 196.663 0,48 0,24 4 12.926 537 3.094.510 198.518 0,42 0,27 2008 1 14.943 514 3.173.572 198.919 0,47 0,26 2 15.424 513 3.498.543 217.356 0,44 0,24 3 20.185 587 3.647.637 225.148 0,55 0,26 4 20.233 677 3.510.452 213.995 0,58 0,32 2009 1 19.249 625 2.993.592 190.947 0,64 0,33 2 20.226 606 2.538.039 187.848 0,80 0,32 3 20.533 635 2.517.278 186.369 0,82 0,34 Triwulan Penarikan CekBG Kosong Kliring Total Persentase Nominal juta Rupiah Volume lembar Nominal juta Rupiah Volume lembar Nominal Volume data s.d. Juli 2009 Triwulan III - 2009 Kajian Ekonomi Regional Jakarta 32 C. TRANSAKSI TUNAI Kegiatan sistem pembayaran tunai di wilayah DKI Jakarta relatif Kegiatan sistem pembayaran tunai di wilayah DKI Jakarta relatif Kegiatan sistem pembayaran tunai di wilayah DKI Jakarta relatif Kegiatan sistem pembayaran tunai di wilayah DKI Jakarta relatif Kegiatan sistem pembayaran tunai di wilayah DKI Jakarta relatif stabil dan dapat memenuhi aktivitas kegiatan ekonomi. stabil dan dapat memenuhi aktivitas kegiatan ekonomi. stabil dan dapat memenuhi aktivitas kegiatan ekonomi. stabil dan dapat memenuhi aktivitas kegiatan ekonomi. stabil dan dapat memenuhi aktivitas kegiatan ekonomi. Seiring dengan peningkatan aktivitas ekonomi, maka penggunaan uang tunai kembali meningkat baik dilihat dari arus outflow maupun inflow. Dilihat dari sisi outflow, pada triwulan laporan arus outflow masih meningkat dibanding triwulan II 2009, meskipun pada triwulan II 2009 peningkatan outflow sudah cukup tinggi. Hal tersebut ditengarai sebagai pengaruh musiman mendekati hari raya keagamaan Idul Fitri dan dicetaknya uang dengan denominasi baru. Dari sisi inflow, setoran yang dilakukan bank meningkat antara lain bersumber dari jumlah uang tidak layak edar yang disetorkan ke Bank Indonesia. Disamping sudah dapat memenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat, kualitas dari sistem pembayaran tunai juga mengalami perbaikan sebagaimana ditujukkan oleh penurunan persentase temuan bilyet uang palsu. Persentase penurunan temuan bilyet uang palsu pada triwulan III 2009 s.d. Agustus 2009 mencapai 87,8 dibanding temuan pada triwulan II 2009 28,9. Grafik IV.1 Rata-rata Harian Arus Uang Tunai BI Jakarta Inflow Outflow data sementara 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 Rp Milliarhari 2006 2007 2008 2009 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 Triwulan III - 2009 Kajian Ekonomi Regional Jakarta 33 Keuangan Daerah bab 5 Realisasi APBD Pemprov DKI Jakarta hingga triwulan III-2009 menunjukkan perbaikan dibanding tahun sebelumnya. Hal tersebut tercermin dari angka realisasi belanja triwulan III-2009 APBD DKI Jakarta yang mencapai 42,5, sedikit lebih tinggi daripada tahun 2008 42,2. Faktor yang mendukung meningkatnya realisasi APBD adalah relatif lebih cepatnya pengesahan APBD Jakarta 2009 dibandingkan APBD 2008, selain beberapa upaya percepatan yang ditempuh Pemprov DKI Jakarta. Triwulan III - 2009 Kajian Ekonomi Regional Jakarta 34 APBD DKI Jakarta tahun 2009 mengalami peningkatan APBD DKI Jakarta tahun 2009 mengalami peningkatan APBD DKI Jakarta tahun 2009 mengalami peningkatan APBD DKI Jakarta tahun 2009 mengalami peningkatan APBD DKI Jakarta tahun 2009 mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun lalu dan disetujui lebih awal dibandingkan dengan tahun lalu dan disetujui lebih awal dibandingkan dengan tahun lalu dan disetujui lebih awal dibandingkan dengan tahun lalu dan disetujui lebih awal dibandingkan dengan tahun lalu dan disetujui lebih awal dibandingkan tahun lalu. dibandingkan tahun lalu. dibandingkan tahun lalu. dibandingkan tahun lalu. dibandingkan tahun lalu. APBD DKI Jakarta 2009 sudah disetujui berdasarkan Perda No.12009 tanggal 8 Januari 2009, lebih cepat dibandingkan tahun 2008 Perda No. 22008 tanggal 18 Maret 2008. APBD Jakarta 2009 terjadi peningkatan sekitar Rp 1,6 triliun dibandingkan APBD 2008. Pada pos belanja, belanja modal meningkat sekitar 16 sementara belanja administrasioperasional meningkat 8. Di sisi pos pendapatan, pendapatan asli daerah PAD dianggarkan meningkat 7, sementara pendapatan dari dana perimbangan bagi hasil pajak naik sekitar 14.

A. REALISASI BELANJA APBD 2009