Eksistensi Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan (Studi Deksriptif Mengenai Eksistensi Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan)

(1)

i

EKSISTENSI KOMUNITAS KAUM JELATA GILA MODIF MOTOR DI JAKARTA SELATAN

( Studi Deskriptif Tentang Eksistensi Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan)

ABSTRACT

The Existence Of The MotorCycle Modification Community In South Jakarta (A Descriptive Study Of The Existence Of The MotorCycle Modification Community In

South Jakarta) By:

Ahmad Aulia Makmun NIM. 41809085

This research under Guidance: Drs. Manap Solihat M. Si

This research aimed to know about the Existence Of Motorcycle Modifications Community In South Jakarta. To answer the problems, then was appointed sub focus sub focus-research as well: the ability of the community, the development community and the common community of Imaging crazy modification.

This research approach was qualitative descriptive study with. Informants are chosen by purposive sampling technique, the main informant for research amounting to 2 (two) Chairman and the common community of wakil and 2 (two) members of the community. Research data obtained through by observation, in-depth interviews, documentation, literature studies and online data search. As for the file analysis techniques to reduce file, collecting file, presenting file and draw conclusions.

Reserch results show that: The ability of the subaltern communities began as a hobby and their ability to communications in the presence of the motorcycle community. The development of a community and society that affect the existence of the motorcycle community. Imaging to be a step that determines the success or failure of the constructed image in the eyes of society

Conclusions the existence is formed by the common community of common people’s insane motor derived from the ability of its members to modify motorcycles and assisted by the developments that happen on each activity as well as the development of technology as a medium to help imaging process so that it is able to build a positive image in the eyes of society and achieve the goal to establish a positive existence in society.


(2)

ii developments.

Keyword : Existence, Ability, Development, Imaging 1.1 Latar Belakang Masalah

Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor merupakan sebuah perkumpulan remaja di Jakarta Selatan yang mempunyai kesamaan hobi satu sama lain. Mereka gemar memodifikasi motor dan sering mengikut sertakan dalam ajang kontes Otomotif Modifikasi Motor yang sering di selenggarakan di Kota Jakarta. Modifikasi adalah cara merubah bentuk sebuah barang dari yang kurang menarik menjadi lebih menarik tanpa menghilangkan fungsi aslinya, serta menampilkan bentuk yang lebih bagus dari aslinya. Inilah yang menjadi motivasi komunitas ini untuk memodif motor mereka agar lebih menarik. Rutinitas komunitas ini setiap minggunya berkumpul di Jl Duren Tiga, Jakarta Selatan.

Komunitas Kaum Jelata Gila modif ini berdiri pada tanggal 10 oktober 2012. Salah satu pendiri komunitas ini diantaranya adalah Cacam. Dia adalah seorang yang mempunyai kemampuan atau keahlian dibidang pengecatan airbrush body motor di Jakarta. Hasil karya dari ini yang menjadi motivasi para pemuda untuk membentuk komunitas yaitu : Kaum Jelata Gila Modif Motor.

Para pemuda kaum jelata gila modif motor ini sering memamerkan hasil karya modifikasi mereka dengan mengikut sertakan dalam ajang kontes otomotif modifikasi motor antar komunitas. Mereka juga mengadakan pertemuan antar sesama anggota untuk mencari inspirasi baru dalam memodifikasi motor mereka.


(3)

iii

komunitas yang kesamaan hobi dan mempunyai satu tujuan yang sama, para komunitas ini ingin menunjukan eksistensi mereka, dengan menunjukan hasil karya modifikasi motor mereka kepada masyarakat dan tampil disetiap ajang kontes otomotif modifikasi motor, eksistensi hasil karya mereka akan diakui, dibanggakan oleh masyarakat dan mereka merasa puas dengan hal itu demi mendapatkan citra yang positif.

Dari wacana di atas peneliti menarik permasalahan tentang eksistensi di Komunitas Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan. Dimana dalam menghasilkan karyanya dan komunikasi mereka dengan masyarakat dalam kegiatan-kegiatannya, anggota komunitas motor memiki keinginan untuk mengeksiskan. Pembahasan tentang eksistensi komunitas motor peneliti anggap menarik untuk diteliti, karya modifikasi juga merupakan bagian dari media komunikasi di mana selama ini masyarakat selalu melihat aktifitas anggota hanya cenderung pada hasil modifikasinya. Akan tetapi, di balik hasil karya tersebut terdapat komunitas motor yang mempunyai tujuan menunjukan eksistensi dirinya masing-masing melalui proses komunikasi yang mereka lakukan. Peneliti kemudian merasa tertarik untuk meneliti tentang komunitas motor di Jakarta Selatan, dengan mengangkat judul penelitian : “Eksistensi Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka penelitian dapat menarik rumusan masalah penelitian, yaitu :


(4)

iv

1. Bagaimana Kemampuan dari Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan?

2. Bagaimana Perkembangan dari Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan ?

3. Bagaimana Pencitraan dari Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan ?

1.3 Metode Penelitian

Pada metodepenelitian ini, peneliti melakukan suatu penelitian dengan pendekatan secara Kualitatif dimana untuk mengetahui dan mengamati segala hal yang menjadi ciri sesuatu hal. Menurut David Williams (1995) dalam buku Lexy Moleong menyatakan: “Bahwa penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan metode alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah” (Moleong, 2007:5).

Adapun menurut penulis pada buku kualitatif lainnya, seperti yang diungkapkan oleh Denzin dan Lincoln (1987) dalam buku Lexy Moleong, menyatakan :

“Bahwa penelitian kualitatif adalah penlitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode y ang ada” (Moleong, 2007:5)


(5)

v

Adapun studi penelitian ini secara Deskriptif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini, Metode Deskriptif. Metode mendeskripsikan secara lengkap data data serta gejala yang timbul di lapangan, kemudian memiliki cira menitikberatkan kepada observasi dan suasana ilmiah ( natural setting).

Adapun ciri dari metode deskriptif, yaitu: 1. Mencari teori bukan menguji teori. 2. Titik berat pada observasi.

3. Peneliti bertindak sebagai pengamat dalam suasana, alamiah. 4. Mungkin lahir karna kebutuhan.

5. Timbul karna, peristiwa, yang menarik perhatian tetapi belum ada kerangka teorinya. (Rakhmat 2004:25).

Untuk dapat menghasilkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperlukan suatu teknik yang sesuai, dan dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik-teknik pengumpulan data melalu dua teknik yakni “Studi Pustaka” dan “Studi Lapangan”, studi pustaka meliputi referensi buku, skripsi penelitian terdahulu dan Internet Searching. Dan teknik penelitian melalui studi lapangan meliputi wawancara mendalam dan observasi partisipatif pasif.

Pemilihan informan-informan pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, sebagaimana maksud yang disampaikan oleh Sugiyono dalam buku Memahami Penelitian Kualitatif, adalah :


(6)

vi 1.4 Pembahasan

1. Kemampuan Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan

Kemampuan para anggota komunitas kaum jelata gila modif motor untuk menghasilkan karya yang bagus, unik dan kemampuan komunikasi dan sosialisasi menjadi modal utama karena tidak setiap orang pada dasarnya memiliki kemampuan untuk melakukan hal tersebut. Kemampuan para anggota komunitas kaum jelata juga bisa dilihat melalui cara mereka berkomunikasi dan berinteraksi. Dalam kehidupan pada sebuah komunitas, komunikasi sangatlah diperlukan hal ini demi menjaga keutuhan komunitas tersebut, tanpa komunikasi komunitas tersebut akan mati. Komunikasi dalam komunitas berarti berbicara mengenai komunikasi dengan orang banyak dan termasuk kedalam komunikasi kelompok. Komunikasi ini tidak berjalan satu arah karena setiap individu didalam komunitas tersebut pasti akan selalu berkomunikasi yang menjadikan komunikasi dalam komunitas tersebut bersifat dua arah.

Sebuah komunitas pasti memiliki tujuan, tujuan komunitas Kaum Jelata Gila Modif tujuan tersebut adalah merubah citra negatif dari komunitas sepeda motor menjadi citra yang positif. Disini komunitas Kaum Jelata berusaha menunjukan kepada masyarakat bahwa mereka itu ada diantara mereka. Eksistensi yang ingin mereka bentuk yang bermula dari suatu kemampuan yang mereka miliki dan mereka tampilkan melalui berbagai kegiatan dan perkembangan yang


(7)

vii

mereka, semua itu demi sebuah pencitraan guna mendongkrak eksistensi mereka dimata masyarakat.

Berawal dari sebuah kemampuan yang dimiliki setiap orang di dalam komunitas ini mereka melakukan kegiatan-kegiatan yang positif dan menunjukan eksistensi mereka. Kegiatan ini biasanya melakukan kegiatan rutin seperti berkumpul bersama-sama, melakukan kegiatan bakti sosial dengan anggota atau komunitas motor lain dan mengikuti berupa event dari perusahaan tertentu atau memang sebuah kompetisi otomotif. Maka para anggota komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor akan berusahan keras dan berpikir model modifikasi apa yang harus mereka tampilkan dalam acara tersebut yang sesuai dengan kelasnya. 2. Perkembangan Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor Di Jakarta

Selatan

Perkembangan dunia otomotif atau lingkungan bisa dilihat dari perkembangan teknologi. Teknologi yang semakin hari semakin berkembang turut berperan dalam proses eksistensi komunitas Kaum Jelata. Kegiatan yang telah mereka lakukan dan juga perkembangan-perkembangan yang terjadi, semua itu berakhir pada proses pencitaan. Proses pencitraan ini langkah lebih lanjut yang harus ditempuh guna membentuk sebuah eksistensi. Pencitraan tersebut akan memancing feedback dari masyarakat. Terkadang feedback yang diharapkan tidak langsung muncul.

Komunitas Kaum Jelata yang sudah beberapa kali mengikuti kegiatan-kegiatan rutin yang mereka lakukan dan salah satu diantaranya kegiatan-kegiatan sosial dan kegiatan/event yang berskala internasional dari kegiatan tersebut tentu berharap


(8)

viii

orang-orang yang memiliki tujuan dan sama hobi yang sama yaitu sepeda motor. Setiap anggota komunitas Kaum Jelata Gila Modif memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dan bersosialisasi yang menjadi modal utama. Kemampuan tersebut nantinya akan berkembang seiring dengan berjalannya waktu dari kegiatan yang mereka lakukan, cara berkomunikasi yang baik terdapat dalam diri setiap anggota komunitas Kaum Jelata Gila Modif akan turut berperan serta dalam mengembangkan kemampuan ini terutama dalam perkembangan komunitas.

Dalam aktifitasnya komunitas motor kaum jelata mengalami beberapa perkembangan, diantaranya:

1. Jumlah anggota semakin bertambah dan pasti banyak bermunculan ide-ide yang kreatif lagi.

2. Perkembangan sangat bagus dikarenakan perkembangan teknologi yang semakin canggih.

3. Perkembangan anggota dan hasil karya yang banyak bermunculan dan kualitasnya jauh lebih bagus.

4. Anggota komunitas semakin yakin bahwa kegiatan yang mereka lakukan mendapat respon yang positif oleh masyarakat.

3. Pencitraan Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan

Dalam suatu kegiatan atau aktifitas yang pasti terdapat sisi positif dan negatif. Hal ini menjadi hal yang lumrah karena pada dasarnya semua kegiatan


(9)

ix

tidak jarang sisi negatif pada kegiatan tersebut juga muncul dikarenakan individu yang melakukannya juga memiliki cara pandang yang berbeda dengan yang lainnya.

Dalam setiap anggota ingin menampilkan sepeda motor mereka yang terbaik karena tujuan mereka adalah untuk menunjukan eksistensi komunitas ini dan juga meraih simpati masyarakat. Namun tidak jarang meskipun niat mereka baik, selalu ada saja orang yang memberikan respon negatif hal ini menunjukan bahwa pencitraan itu tidak selalu dipengaruhi oleh kegiatan awal yang kita lakukan.

Pencitraan merupakan sebuah keharusan dalam proses membentuk eksistensi sebuah komunitas sehingga menimbulkan sebagai berikut :

1. Hasil dari pencitraan tidak selalu sesuai dengan apa yang kita inginkan, ketika ada feedback positif pasti ada juga feedback negatif, semua ini tergantung pada bagaimana sikap kita menghadapinya.

2. Terkait dengan pencitraan, komunitas kaum jelata gila modif memiliki sisi yang positif yaitu memperkuat solidaritas, mempertingkat kreatifitas dan memperkuat jiwa sosial.

3. Ada juga sisi negatifnya yang pada dasarnya memang tergantung pada bagaimana individu memandang sesuatu tersebut, seperti terlalu menghabiskan uang dan waktu, namun hal ini memang jarang terjadi karena rata-rata anggota komunitas ini sudah dewasa


(10)

x 1.5 Kesimpulan

1. Kemampuan Dari Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan

Didorong dengan keinginan dari sebuah hobi untuk menuangkan ide-ide yang kreatif dalam sepeda motor, kemampuan para anggota komunitas kaum jelata gila modif akhirnya muncul dari dalam diri masing-masing anggota komunitas. Kemampuan tersebut meliputi kemampuan untuk dapat menampilkan sebuah karya di depan umum, kemampuan untuk memodifikasi dan kemampuan untuk dapat berkomunikasi dengan sesama anggota komunitas dan juga orang-orang diluar komunitas. Namun hal ini tidak menjadi kriteria untuk bergabung dengan komunitas kaum jelata, karena justru komunitas kaum jelata sangat terbuka untuk membantu anak-anak muda yang ingin memunculkan dan menuangkan kemampuan tersebut.

2. Perkembangan Dari Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan

Meliputi beberapa aspek yaitu perkembangan dalam diri setiap anggota komunitas kaum jelata gila modif dan perkembangan pada dunia sekitar yang mampu membantu proses eksistensi komunitas kaum jelata di Kota Jakarta dalam hal ini yaitu perkembangan teknologi dan dunia otomotif. Perkembangan dalam kemampuan tiap anggota komunitas kaum jelata


(11)

xi

feedback positif dari masyarakat. Perkembangan otomotif yang terjadi juga secara tidak langsung membantu komunitas kaum jelata untuk membentuk eksistensi mereka, salah satunya adalah dengan mengikuti Kontes otomotif dan Kopdar (Kopi darat) yang memudahkan mereka untuk berkomunikasi sesama anggota dan juga orang-orang diluar komunitas.

3. Pencitraan Dari Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan

Adalah langkah akhir yang menentukan apakah eksistensi komunitas tersebut dapat terbentuk atau tidak. Ketika melakukan kegiatan yang bersifat pencitraan, kegiatan tersebut harus dilakukan dengan baik dan matang agar dapat terbentuk eksistensi yang baik di mata masyarakat dan membuat perubahan citra yang negatif terhadap komunitas motor.

DAFTAR PUSTAKA A. DAFTAR BUKU :

Abidin, Zaenal. 2002. Filsafat Manusia. Bandung: PT.Remaja Rosada Karya Curtis, Dan B., Floyd, James J., Winsor, Jerry L., 2005. Komunikasi Bisnis dan

Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Cragan F. John. 2004. Communication in Small Groups. Boston: Wadsworth Cengage Learning.

Effendy, Onong Uchjana.1997. Ilmu teori & Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti.


(12)

xii

Krishna, Anand. 2009. Total Success. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama Moeleong, J. Lexy. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja

Rosdakarya.

Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy. 2005. Jurnal Komunikasi dan Informasi. Bandung : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran.

Rakhmat, Jalaluddin. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT Remaja Rosadakarya.

Rismawaty. 2008. Kepribadian & Etik Profesi. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Severin, J. Werner. 1988. Communication Origin: origins, method, uses. USA : Longman.

Sugiyono, 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.

B.INTERNET SEARCHING :

http://sulur.students-blog.undip.ac.id/2009/06/16/proses-komunikasi/ (Selasa, 25 Febuari 2014 Pukul 12:36)

http://definisimu.blogspot.com/2012/08/definisi-perkembangan.html/ (Jum’at 28 Febuari 2014 Pukul 14:27)

http://falzart.wordpress.com/2011/11/25/diary-pencitraan/ (Minggu, 2 Maret 2014 Pukul 11:07)


(13)

xiii

http://definisimu.blogspot.com/2012/08/definisi-perkembangan.html (Jum’at, 7 Maret 2014 Pukul 18:47)

http://balemoto.blogspot.com/2013/05/sejarah-asal-mula-sepeda-motor-di.html (Sabtu, 8 Maret 2014 Pukul 20:23)

C.KARYA ILMIAH

Zakhrifa, Nijam. 2013. Eksistensi Komunitas Cosplay Shinsen-Gumi di Kota Bandung. Bandung : Universitas Komputer Indonesia

Nur M. Dienda.. Eksistensi Penari Jaipong Di Kota Sukabumi (Studi Deskriptif Tentang Eksistensi Diri Penari Jaipong Di Kota Sukabumi)

Septiana, Reni. 2010. Eksistensi Komunitas Lesbian di Kota Bandung. Bandung : Universitas Komputer Indonesia


(14)

(15)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor merupakan sebuah perkumpulan remaja di Jakarta Selatan yang mempunyai kesamaan hobi satu sama lain. Mereka gemar memodifikasi motor dan sering mengikut sertakan dalam ajang kontes Otomotif Modifikasi Motor yang sering di selenggarakan di Kota Jakarta. Modifikasi adalah cara merubah bentuk sebuah barang dari yang kurang menarik menjadi lebih menarik tanpa menghilangkan fungsi aslinya, serta menampilkan bentuk yang lebih bagus dari aslinya. Inilah yang menjadi motivasi komunitas ini untuk memodif motor mereka agar lebih menarik. Rutinitas komunitas ini setiap minggunya berkumpul di Jl Duren Tiga, Jakarta Selatan.

Komunitas Kaum Jelata Gila modif ini berdiri pada tanggal 10 oktober 2012. Salah satu pendiri komunitas ini diantaranya adalah Cacam. Dia adalah seorang yang mempunyai kemampuan atau keahlian dibidang pengecatan airbrush body motor di Jakarta. Hasil karya dari ini yang menjadi motivasi para pemuda untuk membentuk komunitas yaitu : Kaum Jelata Gila Modif Motor.

Para pemuda kaum jelata gila modif motor ini sering memamerkan hasil karya modifikasi mereka dengan mengikut sertakan dalam ajang kontes otomotif modifikasi motor antar komunitas. Mereka juga mengadakan pertemuan antar sesama anggota untuk mencari inspirasi baru dalam memodifikasi motor mereka.


(16)

Dengan kegiatan di komunitas kaum jelata gila modif motor, sebagai komunitas yang kesamaan hobi dan mempunyai satu tujuan yang sama, para komunitas ini ingin menunjukan eksistensi mereka, dengan menunjukan hasil karya modifikasi motor mereka kepada masyarakat dan tampil disetiap ajang kontes otomotif modifikasi motor, eksistensi hasil karya mereka akan diakui, dibanggakan oleh masyarakat dan mereka merasa puas dengan hal itu demi mendapatkan citra yang positif.

Anggota komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor juga merasa tertarik untuk tampil didepan umum dengan berkomunikasi didalam kegiatan yang mereka lakukan seperti bersosialisasi, bakti sosial, serta bertukar informasi seputar modifikasi dengan komunitas lain dalam ajang kumpul-kumpul. Ini, bertujuan menunjukan kerberadaan mereka dan bereksistensi ditengah-tengah masyarakat.

Bicara soal selera, pasti ada pembedaan antara satu dengan yang lainnya. Begitu juga, dengan kepemilikan sebuah kendaraan bermotor. Dalam komunitas ini, ada yang memilih jenis bebek manual, bebek matic, trail, sport dan motor gede, termasuk choppers. Dari pemilihan jenis sepeda motor yang sudah ada, itu pun digali lagi perbedaan mendasar hingga terlahir motor modifikasi.

Dari penjabaran tersebut di atas, maka ada komunitas motor yang hanya menggunakan motor standar pabrikan seperti dikeluarkan oleh salah satu merk dagang, juga ada komunitas yang memang sengaja merombak total tampilannya. Perombakan ini, didasari keinginan masing-masing individu yang ingin tampil berbeda dengan yang lainnya.


(17)

Eksistensi yang dibuat komunitas ini menimbulkan dua sisi sudut pandang yaitu dilihat dari sisi positif dan sisi negatif. Melihat dari sisi positif ketika mereka berhasil menciptakan sebuah eksistensi, eksistensi tersebut dapat menambah energi antusiasme dan motivasi dalam anggota.

Artinya eksistensi sangat berperan bahwa dengan sikap antusias akan membawa pada pikiran, perasaan, tindakan dan memiliki energi rasa ketertarikan dan inspirasi yang membangkitkan usaha untuk berfikir jika mereka bisa melakukannya dengan penuh rasa optimis, dengan motivasi merupakan sebuah modal awal untuk membangkitkan eksistensi kita agar eksistensi kita dapat diterima dimasyarakat karena dengan sebuah motivasi akan membangkitkan rasa percaya diri dan memiliki rasa kemampuan untuk berusaha.

Didalam buku “Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar” William I. Gorden mendefinisikan komunikasi sebagai berikut : “Komunikasi secara ringkas dapat didefinisikan sebagai transaksi dinamis yang melibatkan gagasan dan perasaan.” (Mulyana, 2007:76).

Salah satu hal yang melatar belakang banyak terbentuknya komunitas dibidang modifikasi otomotif adalah karena semakin berkembangnya teknologi yang dapat menuangkan ide-ide yang kreatif para remaja di Jakarta dalam upaya memodifikasi sepeda motor mereka semenarik mungkin. Perkembangan ini, mengakibatkan semakin berkembangnya komunitas motor dalam ranah otomotif Indonesia.


(18)

Akibat dari perkembangan tadi pun, makin menjamurnya komunitas-komunitas sepeda motor dengan keragaman kendaraan yang turut meramaikan beragam kegiatan seperti touring, kontes modifikasi, pameran, serta bakti sosial hingga warna masyarakat lebih meriah dan dinamis.

Kertajaya Hermawan mengatakan bahwa :

“Komunitas adalah sekelompok orang yang saling peduli satu sama lain lebih dari yang seharusnya, dimana dalam sebuah komunitas terjadi relasi pribadi yang erat antar para anggota komunitas terbsebut karena adanya kesamaan interest atau values”

Sementara itu, Heidegger mengatakan dalam buku Harun Hadiwijono yang berjudul Sari Sejarah Filsafat Barat yaitu :

“Dengan ketekunan mengikuti kata hatinya itulah cara bereksistensi yang sebenarnya guna mencapai eksistensi yang sebenarnya. Didalam ketekunan ini seluruh eksistensi akan menjadi jelas. Disini orang akan mendapatkan pengertian atau pemikiran yang benar tentang manusia dan dunia. Dari dalam kata hati itu akan muncul kegembiraan.”

Philip Kotler (2009:299) menyebutkan “Citra sebagai seperangkat keyakinan, ide, dan kesan yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu objek.”

Dalam komunitas ini eksistensi diperlukan karena dengan eksistensi sebuah komunitas dapat di kenal oleh masyarakat, Menurut Zaenal Abidin (2002:16) :

Eksistensi adalah suatu proses yang dinamis, suatu, menjadi atau mengada‟. Ini sesuai dengan asal kata eksistensi itu sendiri, yakni exsistere, yang artinya keluar dari, melampaui‟ atau mengatasi‟. Jadi eksistensi tidak bersifat kaku dan terhenti, melainkan lentur atau kenyal dan mengalami perkembangan atau sebaliknya kemunduran, tergantung pada kemampuan dalam mengaktualisasikan potensi-potensinya”.


(19)

Penulis menilai bahwa eksistensi sebuah komunitas merupakan kelompok yang saling peduli satu sama lain lebih dari yang seharusnya, dimana dalam sebuah komunitas terjadi relasi pribadi yang tidak bersifat kaku dan terhenti, melainkan lentur atau kenyal dan mengalami perkembangan atau kemunduran tergantung pada kemampuan mengaktualisasikan potensi. Tentu, upaya mengaktualisasi diri perlu ketekunan dalam mengikuti kata hati guna mencapai eksistensi yang sebenarnya.

Dari wacana di atas peneliti menarik permasalahan tentang eksistensi di Komunitas Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan. Dimana dalam menghasilkan karyanya dan komunikasi mereka dengan masyarakat dalam kegiatan-kegiatannya, anggota komunitas motor memiki keinginan untuk mengeksiskan. Pembahasan tentang eksistensi komunitas motor peneliti anggap menarik untuk diteliti, karya modifikasi juga merupakan bagian dari media komunikasi di mana selama ini masyarakat selalu melihat aktifitas anggota hanya cenderung pada hasil modifikasinya. Akan tetapi, di balik hasil karya tersebut terdapat komunitas motor yang mempunyai tujuan menunjukan eksistensi dirinya masing-masing melalui proses komunikasi yang mereka lakukan. Peneliti kemudian merasa tertarik untuk meneliti tentang komunitas motor di Jakarta Selatan, dengan mengangkat judul penelitian : “Eksistensi Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan”.


(20)

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1Rumusan Masalah Makro

Berdasarkan latar belakang masalah, maka penelitian dapat menarik rumusan masalah penelitian, yaitu :

Bagaimana Eksistensi Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan ?

1.2.2 Rumusan Masalah Mikro

Pada penelitian ini, peneliti merinci secara jelas dan tegas dari fokus masalah yang masih bersifat umum dengan subfokus-subfokus terpilih dan dijadikan sebagai identifikasi masalah, yaitu :

1. Bagaimana Kemampuan dari Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan?

2. Bagaimana Perkembangan dari Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan ?

3. Bagaimana Pencitraan dari Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan ?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan secara lebih jelas tentang “Eksistensi Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan”.


(21)

1.3.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut untuk :

1. Mengetahui Kemampuan dari Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan.

2. Mengetahui Perkembangan dari Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan.

3. Mengetahui Pencitraan dari Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan.

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini dapat dilihat dari segi teoritis dan praktis, sebagai berikut :

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Kegunaan penelitian ini secara teoritis diharapkan berguna bagi pengembangan ilmu komunikasi secara umum dan konteks komunikasi kelompok secara khusus mengenai eksistensi.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Adapun kegunaan penelitian ini secara praktis, diharapkan bisa memberikan suatu masukan atau referensi tambahan yang dapat diaplikasikan dan menjadi pertimbangan. Kegunaan secara praktis pada penelitian ini, sebagai berikut :


(22)

1.4.2.1 Bagi Peneliti

Bagi peneliti, berharap dari penelitian ini akan mampu menambah wawasan dan dapat dijadikan bahan referensi sebuah pengetahuan serta penerapan ilmu yang diperoleh peneliti selama studi. Dalam hal khusus mengenai eksistensi komunitas.

1.4.2.2 Bagi Akademik

Bagi Akademik penelitian ini dapat menambah referensi yang ada dan dapat berguna untuk mahasiswa UNIKOM (Universitas Komputer Indonesia) secara umum dan secara khusus berguna bagi mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian pada kajian yang sama.

1.4.2.3 Bagi Masyarakat

Diharapkan dapat berguna sebagai suatu informasi sebagai kajian eksistensi diri yang secara khusus dilakukan oleh komunitas motor sebagai subjek pada penelitian ini dan menambah pengetahuan bagi masyarakat mengenai komunitas motor di kota Jakarta.


(23)

9

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 TinjauanPustaka

2.1.1 Penelitian Terdahulu

Dalam tinjauan pustaka ini, peneliti mencoba mengawali dengan menelaah penuliasan terlebih dahulu yang berkaitan dengan penelitian serta peneliti mencoba merelavansi dengan penulisan yang akan dilakukan peneliti. Studi penelitian terdahulu sangat penting bagi untuk bahan acuan yang membantu penulis dalam merumuskan asumsi dasar untuk pengembangan kajian. Tentunya studi terdahulu tersebut harus yang relevan baik dari konteks penelitian maupun metode penelitian yang digunakan. Penelitian terdahulu yang dianggap relevan dengan permasalahan yang diteliti penulis yaitu:


(24)

Tabel 2.1 Penulisan Terdahulu

No Judul Penulisan Kampus Nama Penulis Metode Yang Digunakan

Hasil Penelitian

1 Eksistensi

Komunitas Cosplay Shinsen-Gumi di Kota Bandung (Studi Deskriptif Tentang Eksistensi Komunitas Cosplay Shinsen-Gumi di Kota Bandung) Universitas Komputer Indonesia, Program Studi Komunikasi

Nizam Zakhrifa Kualitatif Studi Deskriptif Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa eksistensi komunitas cosplay Shinsen-Gumi dipengaruhi oleh kemampuan, perkembangan dan pencitraan yang mereka lakukan 2 Eksistensi Diri

Penari Jaipong Di Kota Sukabumi (Studi Deskriptif Tentang Eksistensi Diri Penari Jaipong

Universitas Komputer Indonesia, Program Studi Komunikasi

Dienda Nur M. Kualitatif Studi Deskriptif Hasil dari penelitian adalah interaksi dalam kehidupan penari jaipong harus selalu dapat


(25)

Sumber : Analisa Peneliti, 2014

Di Kota Sukabumi berinteraksi

terhadap

masyarakat yang ada disekitarnya. 3 Eksistensi

Komunitas Lesbian Di Kota Bandung (Suatu

Fenomenologi Tentang Eksistensi Komunitas Lesbian Di Kota Bandung

Universitas Komputer Indonesia, Program Studi Komunikasi

Reni Septiana Kualitatif Studi Deskriptif Hasil penelitian menunjukkan bahwa keyakinan yang diberikan masyarakat kepada komunitas ini sudah membuat mereka merasa mayarakat sudah mulai menerima keberadaannya dengan ditunjang penampilan yang menarik membuat komunitas ini semakin merasa percaya diri


(26)

2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi

Sebagai makhluk sosial setiap manusia secara alamiah memiliki potensi dalam berkomunikasi. Ketika manusia diam, manusia itu sendiripun sedang melakukan komunikasi dengan mengkomunikasikan perasaannya. Baik secara sadar maupun tidak manusia pasti selalu berkomunikasi.

Manusia membutuhkan komunikasi untuk berinteraksi terhadap sesama manusia maupun lingkungan sekitar. Ilmu komunikasi merupakan ilmu sosial terapan dan bukan termasuk ilmu sosial murni karena ilmu sosial tidak bersifat absolut melainkan dapat berubah-ubah sesuai dengan perkembangan jaman. Hal tersebut dikarenakan ilmu komunikasi sangat erat kaitannya dengan tindak dan perilaku manusia, sedangkan perilaku dan tingkah laku manusia dapat dipengaruhi oleh lingkungan maupun perkembangan jaman.

Komunikasi adalah “Suatu proses dimana seseorang atau beberapa orang, kelompok, organisasi dan masyarakat menciptakan dan menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain.”

Dengan komunikasi kita diartikan segala cara untuk menarik perhatian. Kita berkomunikasi dengan ekspresi, wajah, sikap, dengan sentuhan, gambar-gambar, tanda-tanda visual, dengan musik dan tarian, dengan lambang-lambang ilmiah serta paling penting dan menentukan peradaban manusia yaitu dengan kata-kata (bahasa). Untuk mengetahui


(27)

lebih dalam dan jelas tentang Ilmu Komunikasi, diawali dengan pengertian dan asal kata dari para ahli terkemuka.

2.1.2.1 Definisi Komunikasi

Sebagaimana kita ketahui bahwa manusia adalah mahkluk sosial dimana dalam pergaulan hidupnya manusia melakukan komunikasi dengan orang lain untuk menyampaikan pesan dan menerima pesan tersebut. Dalam berkomunikasi tersebut manusiapun dapat mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam bentuk percakapan untuk mencapai tujuan yang diinginkannya. “Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris Communication menurut asal katanya berasal dari bahasa latin Communicate, dalam perkataan ini bersumber dari kata Communis yang berarti sama, sama disini maksudnya adalah sama makna. Jadi, jika dua orang terlibat dalam komunikasi maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dikomunikasikan, yakni baik si penerima maupun si pengirim sepaham dari suatu pesan tertentu”. (Effendy, 2002:9)

Sekalipun definisi komunikasi itu pasti berbeda-beda, orang dapat menarik unsur-unsur tertentu dari komunikasi. Berikut definisi yang dikemukan Berelson dan Steiner (1964), sebagaimana dikutip dalam buku “Teori-Teori Komunikasi”, menerangkan bahwa ilmu komunikasi adalah

“Penyampaian informasi, ide, emosi, keterampilan, dan seterusnya, melalui penggunaan simbol-kata, gambar, angka, grafik, dan lain-lain.”(B.Aubrey Fisher dalam Rakhmat, 1986:10)


(28)

Definisi lainnya yang mengungkapan tentang ilmu komunikasi. Dance (1967) mendefinisikan komunikasi yaitu :

“Komunikasi dalam kerangka kerja psikologi perilaku manusia yang luas melalui pendefinisian komunikasi manusia sebagai “pengungkapan respon melalui simbol-simbol verbal”, dimana simbol-simbol verbal itu bertindak sebagai perangsang (stimuli) bagi respons yang terungkapkan tadi.” (B.Aubrey Fisherdalam Rakhmat,1986:10)

Berdasarkan dari definisi diatas, dapat dijabarkan bahwa komunikasi adalah proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang (biasanya lambang bahasa) kepada orang lain (komunikan) bukan hanya sekedar memberi tahu tetapi juga mempengaruhi seseorang atau sejumlah orang tersebut untuk melakukan tindakan tertentu (merubah perilaku orang lain).

Jadi pertama-tama haruslah diperhatikan bahwa komunikan itu memahami pesan-pesan komunikasi, apabila komunikan memahami berarti ada kesamaan makna antara komunikator dengan komunikan, karena tidak mungkin memahami sesuatu tanpa terlebih dahulu adanya kesamaan makna (Communis). Jika komunikan memahami dapat diartikan menerima, maka penerimannya itu perlu dibina selanjutnya komunikan dimotivasi untuk melakukan suatu kegitan. Uraian tersebut jelas, bahwa pada hakikatnya komunikasi dalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku orang lain, baik secara


(29)

langsung melalui lisan maupun tidak langsung melalui media proses komunikasi.

Proses komunikasi pada dasarmya adalah proses penyampaian pesan yang dilakukan seseorang komunikator kepada komunikan pasan itu bisa berupa gagasan, informasi, opini dan lain-lain.

2.2.1.2 Fungsi Komunikasi

Begitu pentingnya komunikasi dalam hidup manusia, sehingga komunikasi itu sendiri memiliki fungsi-fungsi dalam kehidupan manusia. Maka menurut Harold D. Lasswell dalam bukunya Cangara, mengemukakan bahwa fungsi komunikasi antara lain :

1. Manusia dapat mengontrol lingkungannya.

2. Beradaptasi dengan lingkungan tempat mereka berada. 3. Melakukan transformasi warisan sosial kepada generasi

berikutnya. (Cangara, 1998:59).

Berbeda dengan Onong Uchjana Effendy dalam bukunya Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, fungsi komunikasi terdiri sebagai berikut:

1. Menyampaikan Informasi (to inform) 2. Mendidik (to educate)


(30)

3. Menghibur (to entertain) Mempengaruhi (to influence). (Effendy, 2004:8)

Adapun dalam buku Ilmu Komunikasi oleh Widjaja, komunikasi dipandang dalam arti luas sebagai pertukaran berita dan pesan, tetapi sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar menukar data, fakta dan ide maka fungsinya dalam setiap sistem sosial adalah sebagai berikut :

1. Informasi, pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, penyebaran berita, data, gambar, fakta, pesan, opini, dan komentar yang dibutuhkan agar dapat dimengerti dan bereaksi secara jelas terhadap kondisi lingkungan dan orang lain agar dapat mengambil keputusan yang tepat.

2. Sosialisasi (pemasyarakatan), penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif sehingga ia sadar akan fungsi sosialnya dan dapat aktif di dalam masyarakat.

3. Motivasi, menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka pendek maupun jangka panjang, mendorong orang menentukan pilihan dan keinginannya, mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan bersama yang akan dikejar.


(31)

4. Perdebatan dan diskusi, menyediakan dan saling menukar fakta yang diperlukan untuk memungkinkan persetujuan atau menyelesaikan perbedaan pendapat mengenai masalah publik, menyediakan bukti-bukti relevan yang diperlukan untuk kepentingan umum agar masyarakat lebih melibatkan diri dengan masalah yang menyangkut kepentingan bersama.

5. Pendidikan, pengalihan ilmu pengetahuan dapat mendorong perkembangan intelektual, pembentukan watak, serta membentuk keterampilan dan kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan.

6. Memajukan kehidupan, menyebarkan hasil kebudayaan dan seni dengan maksud melestarikan warisan masa lalu, mengembangkan kebudayaan dengan memperluas horizon seseorang, serta membangun imajinasi dan mendorong kreativitas dan kebutuhan estetiknya.

7. Hiburan, penyebarluasan sinyal, simbol, suara dan imaji dari drama, tari, kesenian, kesusatraan, musik, olahraga, kesenangan kelompok, dan individu.

8. Integrasi, menyediakan bagi bangsa, kelompok, dan individu kesempatan untuk memperoleh berbagai pesan yang mereka perlukan agar mereka dapat saling kenal dan


(32)

mengerti serta menghargai kondisi pandangan dan keinginan orang lain. (Widjaja, 2000: 65-66).

Dari fungsi-fungsi komunikasi yang dikemukakan oleh para ahli di atas, maka komunikasi pun memiliki tujuan penting dalam kehidupan manusia.

2.2.1.3 Tujuan Komunikasi

Adapun tujuan dari komunikasi itu sendiri dalam buku Ilmu, Teori, Dan Filsafat Komunikasi milik Onong Uchjana Effendy (2003:55) adalah sebagai berikut :

1. Mengubah sikap (to change the attitude)

2. Mengubah opini /pendapat/pandangan (to change the opinion) 3. Mengubah perilaku (to change the behavior)

4. Mengubah masyarakat (to change the society)

Untuk lebih memahami tujuan komunikasi, Ruslan menyatakan tujuan komunikasi sebagi berikut :

1. Apakah kita ingin menjelaskan sesuatu pada orang lain. Maksudnya apakah kita menginginkan orang lain untuk mengerti dan memahami apa yang kita maksud.

2. Apakah kita ingin agar orang lain menerima dan mendukung gagasan kita. Dalam hal ini tentu cara penyampaian akan berbeda dengan cara yang dilakukan untuk menyampaikan


(33)

informasi atau pengetahuan saja. Apakah kita ingin agar orang lain mengerjakan sesuatu atau agar mereka mau bertindak. (Effendy, 2003: 11).

2.1.3 Tinjauan Tentang Komunikasi Kelompok

Penelitian ini masuk pada komuniksi kelompok karena dilakukan oleh banyak orang yang memiliki jalan pikiran yang sama. Sama dalam artian disini adalah sekelompok orang yang sesama memiliki kecintaan terhadap modifikasi motor.

Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut (Deddy Mulyana, 2005).

Dan B. Curtis, James J. Floyd dan Jerril L. Winson (2005:49) menyatakan komunikasi kelompok terjadi ketika tiga orang atau lebih bertatap muka, biasanya di bawah pengarahan seseorang pemimpin untuk mencapai tujuan atau sasaran bersama dan mempengaruhi satu sama lain. Lebih mendalam ketiga ilmuwan tersebut menjabarkan sifat-sifat komunikasi sebagai berikut :

1. Kelompok berkomunikasi melalui tatap muka.

2. Kelompok memiliki sedikit partisipan.


(34)

4. Kelompok membagi tujuan atau sasaran bersama.

5. Anggota kelompok memiliki pengaruh atas satu sama lain.

Komunikasi kelompok dibagi menjadi dua yaitu komunikasi kelompok kecil dan komunikasi kelompok besar. Komunikasi kelompok kecil adalah komunikasi yang ditujukan kepada kognisi komunikan dan prosesnya berlangsung secara dialogis. Sedangkan komunikasi kelompok besar adalah komunikasi yang ditujukan kepada efeksi komunikan dan prosesnya berlangsung secara linear. (Onong, 2003 : 76-77).

2.1.3.1 Proses Komunikasi Kelompok

Kelompok berarti beberapa orang yang terhubung dalam satu sistem komunikasi yang berlangsung secara terus-menerus dari waktu ke waktu, face to faceatau computer mediate, yang memiliki goal, tujuan serta norma yang sama yang akhirnya kelompok tersebut akan mencapai tujuan tersebut secara bersamaan (Cragan, 2004).

Bernegoisasi satu sama lain, atau berkomunikasi bukanlah menukarkan informasi satu orang ke orang lain. Melainkan memberi dan menerima informasi satu sama lain dalam sebuah percakapan yang nantinya akan ditemukan suatu interpertasi yang sama antar anggotanya.

2.1.3.2 Faktor-faktor Pembentukan Komunikasi Kelompok

Setiap kegiatan yang dijalankan oleh manusia dikarenakan timbul faktor-faktor yang mendorong manusia tersebut untuk melakukan suatu


(35)

pekerjaan. Begitu pula dengan kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang terlibat, didorong oleh faktor-faktor tertentu. Mengapa manusia ingin melaksanakan komunikasi dengan yang lainnya, khususnya komunikasi Kelompok adalah kumpulan orang-orang yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling berinteraksi. Atau dengan kata lain, kelompok adalah kumpulan orang yang saling berinteraksi, interdependen (saling tergantung antara satu dengan yang lainnya), dan berada bersama-sama untuk mencapai tujuan yang sama.

Dua faktor utama yang mengarahkan pilihan tersebut adalah kedekatan dan kesamaan.

a. Keadaan

Pengaruh tingkat kedekatan, atau kedekatan geografis, terhadap keterlibatan seseorang dalam sebuah kelompok tidak bisa diukur. Kita membentuk kelompok bermain dengan orang-orang disekitar kita. Kita bergabung dengan kelompok kegiatan sosial lokal. Kelompok tersusun atas individu-individu yang saling berinteraksi. Semakin dekat jarak geografis antara dua orang, semakin mungkin mereka saling melihat, berbicara, dan bersosialisasi. Singkatnya, kedekatan fisik meningkatkan peluang interaksi dan bentuk kegiatan bersama yang memungkinkan terbentuknya kelompok sosial. Jadi, kedekatan menumbuhkan interaksi, yang memainkan peran penting terhadap terbentuknya kelompok pertemanan.


(36)

b. Kebersamaan

Pembentukan kelompok tidak hanya tergantung pada kedekatan fisik, tetapi juga kesamaan diantara anggota-anggotanya. Sudah menjadi kebiasaan, orang lebih suka berhubungan dengan orang yang memiliki kesamaan dengan dirinya. Kesamaan yang dimaksud adalah kesamaan minat, kepercayaan, nilai, usia, tingkat intelejensi, dan karakter-karakter personal lain. Kesamaan juga merupakan faktor utama dalam memilih calon pasangan untuk membentuk kelompok yang disebut keluarga.

2.1.3.3 Karakteristik Komunikasi Kelompok

Karakteristik komunikasi dalam kelompok ditentukan melalui dua hal, yaitu norma dan peran.

Norma adalah kesepakatan dan perjanjian tentang bagaimana orang-orang dalam suatu kelompok berhubungan dan berperilaku satu sama lainnya. Severin dan Tankard yang dikutip Suprapto menyebutkan ada dua jenis norma, yaitu deskriptif dan perintah. Norma deskriptif menentukan apa yang seharusnya dilakukan dalam sebuah konteks, sedangkan norma perintah menentukan apa yang umumnya disetujuai oleh masyarakat.

Terdapat tiga kategori norma dalam kelompok yaitu norma sosial, prosedural, dan tugas. Norma sosial mengatur hubungan di antara anggota kelompok. Sedangkan norma prosedural menguraikan secara rinci


(37)

bagaimana suatu kelompok mengambil keputusan, harus beroperasi, dan pada akhirnya pada kesepakatan kelompok. Norma tugas mengatur bagaimana pekerjaan harus dilakukan ( Sendjaja 2002: 3.6).

Peran adalah aspek dinamis dari kedudukan atau status. Menurut Soerjono Soekanto, seseorang telah menjalankan peran apabila telah melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya.

Menurut Adler & Rodman peran dalam komuikasi kelompok meliputi fungsi tugas dan pemeliharaan. Fungsi Tugas yaitu pemberi informasi, pemberi pendapat, pencari informasi dan pemberi aturan. Sedangkan Fungsi Pemeliharaan meliputi pendorong partisipasi, penyelaras, penurunan ketegangan, penanganan persoalan pribadi.

Menurut Brilhart, ada 5 karakteristik komunikasi dalam kelompok, yaitu:

1. Meliputi sekelompok kecil orang (2-20) sehingga setiap orang menjadi sadar & mampu bereaksi terhadap yang lainnya.

2. Untuk keberhasilan pencapaian tujuan setiap orang harus terikat dalam kondisi saling ketergantungan.

3. Setiap orang harus mempunyai rasa saling memiliki dan mengidentifikasi diri dengan anggota kelompok lain.


(38)

4. Interaksi secara oral, walau tidak seluruh interaksi berlangsung secara oral, tapi yang signifikan melalui pembicaraan.

5. Perilaku didasarkan pada norma-norma, nilai dan prosedur yangg diterima tiap anggota.

2.1.3.4 Jenis-jenis Komunikasi Kelompok 1. Komunikasi kelompok kecil

Komunikasi kelompok kecil (small/micro group communication) adalah komunikasi yang :

a. Ditujukan kepada kognisi komunikan. b. Prosesnya berlangsung secara dialogis.

Dalam komunikasi kelompok kecil komunikator menunjukan pesanya kepada benak atau pikiran komunikan, misalnya kuliah, ceramah, diskusi, seminar, rapat, dan lain-lain. Dalam situasi komunikasi seperti itu logika berperan penting. komunikan akan menilai logis tidaknya uraian komunikator.

Cara yang kedua dari komunikasi kelompok kecil ialah bahwa prosesnya berlangsung secara dialogis, tidak linear, melainkan sirkular, umpan balik secara verbal. Komunikan dapat menanggapi uraian komunikator, bisa bertanya jika kita tidak mengerti. Dapat menyanggah bila tidak setuju dan lain sebagainya.

Dalam kehidupan sehari-hari begitu banyak jenis komunikasi kelompok kecil, antara lain, seperti telah disinggung di


(39)

atas : rapat (rapat kerja, rapat pimpinan, rapat mingguan), kuliah, ceramah, brifing, penataran, loka karya, diskusi panel, forum, symposium, seminar, konferensi, kongres, curah saran (brainstorming).

2. Komunikasi kelompok besar

Sebagai kebalikan dari komunikasi kelompok kecil, komunikasi kelompok besar (large/macro group communication) adalah komunikasi yang.

a. Ditujukan kepada seleksi komunikan. b. Prosesnya berlangsung secara linear.

Pesan yang disampaikan oleh komunikator dalam situasi komunikasi kelompok besar, ditunjukan kepada afeksi komunikan, kepada hatinya atau pada perasaannya. Contoh untuk komunikasi kelompok besar adalah misalnya rapat raksasa sebuah lapangan. Jika komunikan pada komunikasi kelompok kecil umunya bersifat homogen (antara lain sekelompok orang yang sama jenis kelaminya, sama pendidikanya, sama status sosialnya), maka komunikan pada komunikasi kelompok besar umumnya bersifat heterogen : mereka terdiri dari individu-individu yang beraneka ragam dalam jenis kelamin, usia, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, agama dan lain sebagainya.


(40)

Proses komunikasi kelompok besar bersifat linear, satu arah dari titik yang satu ke titik yang lain, dari komunikator ke komunikan. Tidak seperti pada komunikasi kelompok kecil yang seperti telah diterangkan tadi berlangsung secara sirkular. Dialogis, bertanya jawab. Dalam pidato di lapangan amat kecil kemungkinannya terjadi dialog antara seorang operator dengan salah seorang dari khalayak massa.

2.1.3.5 Fungsi-fungsi Komunikasi Kelompok

Keberadaan suatu kelompok dalam masyarakat dicerminkan oleh adanya fungsi-fungsi yang akan dilaksanakannya. Fungsi-fungsi tersebut mencakup fungsi hubungan sosial, pendidikan, persuasi, pemecahan masalah dan pembuatan keputusan dan fungsi terapi. Semua fungsi ini dimanfaatkan untuk pembuatan kepentingan masyarakat, kelompok dan para anggota kelompok itu sendiri.

1. Hubungan sosial, dalam arti bagaimana suatu kelompok mampu memelihara dan memantapkan hubungan sosial di antara para anggotanya seperti bagaimana suatu kelompok secara rutin memberikan kesempatan kepada anggotanya untuk melakukan aktivitas yang informal, santai dan menghibur.

2. Pendidikan adalah fungsi kedua dari kelompok, dalam arti bagaimana sebuah kelompok secara formal maupun informal bekerja unutk mencapai dan mempertukarkan pengetahuan.


(41)

Melalui fungsi pendidikan ini, kebutuhan-kebutuhan dari para anggota kelompok, kelompok itu sendiri bahkan kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi. Namun demikian, fungsi pendidikan dalam kelompok akan sesuai dengan yang diharapkan atau tidak, bergantung pada tiga faktor, yaitu jumlah informasi baru yang dikontribusikan, jumlah partisipan dalam kelompok serta frekuensi interaksi di antara para anggota kelompok. Fungsi pendidikan ini akan sangat efektif jika setiap anggota kelompok membawa pengetahuan yang berguna bagi kelompoknya. Tanpa pengetahuan baru yang disumbangkan masing-masing anggota, mustahil fungsi edukasi ini akan tercapai.

3. Fungsi persuasi, seorang anggota kelompok berupaya mempersuasikan anggota lainnya supaya melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Seseorang yang terlibat usaha-usaha persuasif dalam suatu kelompok, membawa resiko untuk tidak diterima oleh para anggota lainnya. Misalnya, jika usaha-usaha persuasif tersebut terlalu bertentangan dengan nilai-nilai yang berlaku dalam kelompok, maka justru orang yang berusaha mempersuasi tersebut akan menciptakan suatu konflik, dengan demikian malah membahayakan kedudukannya dalam kelompok.


(42)

4. Fungsi kelompok juga dicerminkan dengan kegiatan-kegiatannya untuk memecahkan persoalan dan membuat keputusan-keputusan. Pemecahan masalah (problem solving) berkaitan dengan penemuan alternatif atau solusi yang tidak diketahui sebelumnya, sedangkan pembuatan keputusan (decision making), berhubungan dengan pemilihan antara dua atau lebih solusi. Jadi, pemecahan masalah menghasilkan materi atau bahan untuk pembuatan keputusan.

5. Terapi adalah fungsi kelima dari kelompok. Kelompok terapi memiliki perbedaan dengan kelompok lainnya ,karena kelompok terapi tidak memiliki tujuan. Objek dari kelompok terapi adalah membantu setiap individu mencapai perubahan personalnya. Tentunya, individu tersebut harus berinteraksi dengan anggota kelompok lainnya guna mendapatkan manfaat, namun usaha utamanya adalah membantu dirinya sendiri, bukan membantu kelompok mencapai konsensus. Contoh dari kelompok terapi ini adalah kelompok konsultasi perkawinan, kelompok penderita narkotika, kelompok perokok berat dan sebagainya Tindak komunikasi dalam kelompok-kelompok terapi dikenal dengan nama pengungkapan ciri (selfdisclosure). Artinya, dalam suasana yang, mendukung, setiap anggota dianjurkan untuk berbicara secara terbuka tentang apa yang menjadi permasalahannya.


(43)

Jika muncul konflik antar anggota dalam diskusi yang dilakukan, orang yang menjadi pemimpin atau yang memberi terapi yang akan mengaturnya.

2.1.4 Tinjauan Tentang Eksistensi

Perlu dikatakan bahwa eksistensi manusia mempunyai proses yang rumit. Dengan begitu, eksistensi manusia merupakan suatu proses yang di dalamnya terdapat pergulatan, konflik, dan ketegangan tanpa henti-hentinya untuk mencari bentuk demi mewujudkan dirinya secara optimal. Eksistensi tak pernah ada dalam ruang kosong. Dalam prosesnya, ia selalu berhadapan dan bahkan bertabrakan dengan eksistensi lain, sering kali terjadi dalam ruang dan waktu bersamaan.

Eksistensi manusia mengalami konflik baik secara vertikal kepada Tuhan maupun secara horizontal dengan sesama manusia dan alam. Dalam konflik dengan eksistensi Tuhan, seperti meragukan ada-Nya dan Ketetapan-Nya, manusia seharusnya menyelesaikan diri dengan eksistensi Tuhan. Sebab, pada hakikatnya manusia tidak akan mempu untuk menggugat-Nya, sebab manusia sendiri merupakan salah satu bagian dari eksistensi Tuhan.

Dalam realitas kehidupan, manusia bukanlah sebuah cetakan yang sudah selesai dan permanen. Tetapi, manusia akan menjalankan proses meraih eksistensinya dalam beberapa tahap. Kita sering kali melihat saudara-saudara kita bahkan diri kita sendiri jatuh bangun, turun naik, tawa tangis, pahit manis, sulit mudah bergantian singgah di kehidupan


(44)

kita. Menurut Zaenal Abidin (2002:16) dalam bukunya “Filsafat Manusia”:

“Eksistensi adalah suatu proses yang dinamis, suatu menjadi‟ atau mengada‟. Ini sesuai dengan asal kata eksistensi itu sendiri, yakni exsistere, yang artinya keluar dari, melampaui‟ atau mengatasi‟. Jadi eksistensi tidak bersifat kaku dan terhenti, melainkan lentur atau kenyal dan mengalami perkembangan atau sebaliknya kemunduran, tergantung pada kemampuan dalam mengaktualisasikan potensi-potensinya”.

Eksistensi menurut penulis ada akan keberadaan seseorang yang bergaul dalam lingkungan masyarakat, bisa dikatakan ingin diakui keberadaanya khusunya dalam segi sosial. Karena pada dasarnya manusia akan mengalami perubahan dari masa sekarang sampai masa yang akan datang baik dari segi bahasa, perilaku dan tindakan.

Eksistensi ini memberikan gambaran akan berbagai pembentukan diri individu dalam mempelajari lingkungan sekitarnya dan berusaha untuk dapat memberikan sumbangsihnya bagi sosial sebagai bentuk pengharapan pengakuan dari sosialitas. Eksistensi ini terbentuk dengan adanya dorongan dari dalam diri individu dan tuntutan manusia sebagai makhluk sosial. Hal ini menyebabkan manusia memiliki kepentingan bagi dirinya selaku individu dan sebagai makhluk sosial, sebagaimana yang diungkapkan oleh Setiawan yang dikutip oleh Rismawaty bahwa:

Manusia hidup antara dua kutub eksistensi, yaitu kutub eksistensi individual dan kutub eksistensi sosial, dimana keduanya amat terjalin dan tampaknya menjadi suatu hal yang tak terpisahkan dalam diri manusia (indivisualisasi dan sosialisasi). Pada suatu pihak ia berhak mengemukakan dirinya (kutub eksistensi individual), ingin dihargai dan diakui tetapi pada pihak lain ia harus mampu menyesuaikan diri pada ketentuan-ketentuan yang


(45)

berlaku didalam masyarakat didalam lingkungan sosialnya (kutub eksistensi sosial).” (Rismawaty, 2008: 29).

Orang berkomunikasi untuk menunjukkan bahwa dirinya eksis, ini disebut sebagai aktualisasi diri atau lebih tepatnya lagi lebih kepada pernyataan eksistensi diri. Deddy Mulyana memodifikasi pernyataan filsuf Prancis, Rene Descartes yang terkenal “Cogito ergo sum” (saya berfikir, maka saya ada) yang kemudian diganti menjadi “Saya berbicara, maka saya ada”.

2.1.5 Tinjauan Tentang Komunitas

Istilah masyarakat berasal dari kata musyarak yang berasal dari Bahasa Arab yang memiliki arti ikut serta atau berpartisipasi sedangkan dalam bahasa Inggris disebut Society. Sehingga bisa dikatakan bahwa masyarakat adalah sekumpulan manusia yang berinteraksi dalam suatu hubungan sosial. Mereka mempunyai kesamaan budaya, wilayah, dan identitas.

2.1.5.1 Pengertian Komunitas

“Komunitas adalah sekelompok orang yang saling peduli satu sama lain lebih dari yang seharusnya, dimana dalam sebuah komunitas terjadi relasi pribadi yang erat antar para anggota komunitas tersebut karena adanya kesamaan interest atau values “(Kertajaya Hermawan, 2008).

Proses pembentukannya bersifat horizontal karena dilakukan oleh individu-individu yang kedudukannya setara.

Komunitas adalah sebuah identifikasi dan interaksi sosial yang dibangun dengan berbagai dimensi kebutuhan fungsional. Kekuatan pengikat suatu komunitas, terutama, adalah kepentingan bersama dalam


(46)

memenuhi kebutuhan kehidupan sosialnya yang biasanya, didasarkan atas kesamaan latar belakang budaya, ideologi, sosial- ekonomi. Disamping itu secara fisik suatu komunitas biasanya diikat oleh batas lokasi atau wilayah geografis. Masing-masing komunitas, karenanya akan memiliki cara dan mekanisme yang berbeda dalam menanggapi dan menyikapi keterbatasan yang dihadapainya serta mengembangkan kemampuan kelompoknya.

Istilah kata arti komunitas berasal dari bahasa latin communitas yang berasal dari kata dasar communis yang artinya masyarakat, publik atau banyak orang. Definisi Arti Komunitas adalah sebuah identifikasi dan interaksi sosial yang dibangun dengan berbagai dimensi kebutuhan fungsional. Menurut Kertajaya Hermawan (2008), Arti Komunitas adalah sekelompok orang yang saling peduli satu sama lain lebih dari yang seharusnya, dimana dalam sebuah komunitas terjadi relasi pribadi yang erat antar para anggota komunitas tersebut karena adanya kesamaan interest atau values.

Menurut pengertian diatas, komunitas adalah jaringan dari beberapa individu yang saling mengikat yang meningkatkan sosialisasi sesama jaringan, saling mendukung, memberikan informasi, adanya rasa memiliki dan menjadi identitas sosial. Ikatan yang kuat dan dukungan dari sesama anggota komunitas memungkinkan adanya saling ketergantungan di antara anggota komunitas yang secara sadar atau tidak terjadi interaksi saling memanfaatkan di antara anggota komunitas.


(47)

2.1.5.2 Konsep Komunitas

Komunitas juga perlu memiliki kekuatan sebagai acuan bersama, bahwa kekuatan dari komunitas sangat penting bagi keberlangsungan kehidupan komunitas tersebut. Dimana pegangan dari komunitas melengkapi kriteria subjektif dari kebersamaan, perasaan saling terhubung yang memberikan perasaan dari kepunyaan.

2.1.5.3 Ciri-ciri Komunitas

Berikut ini adalah ciri-ciri dari komunitas, yaitu :

a. Adanya keanggotaan didalamnya, tidak mungkin ada komunitas tanpa ada anggota.

b. Adanya saling mempengaruhi, anggota komunitas bisa saling mempengaruhi satu sama lainnya.

c. Adanya integrasi dan pemenuhan kebutuhan antar anggota. d. Adanya ikatan emosional antar anggota.

Komunitas dapat dikatakan sebagai sekelompok orang yang saling mempengaruhi, memiliki kesamaan identitas kelompok dan memiliki ikatan emosional antar anggotanya.

2.1.5.4 Manfaat komunitas

Komunitas memiliki sejumlah manfaat yaitu:

a. Menampung ide-ide yang berasal dari masyarakat luas, sehingga dapat dipilih ide yang tepat untuk dijadikan kebijakan bagi masyarakat sosial.


(48)

b. Mengungkapkan ikatan-ikatan dalam masyarakat umum dan juga sosialisasinya.

c. Mengungkapkan relasi sosial secara spesifik, dalam hubungan dengan negara yang bersifat autokratik.

d. Menghubungkan arti dunia dengan segera, dan berkait dengan kehidupan sehari-hari.

e. Memperluas jaringan pertemanan.

f. Lebih banyak kesempatan untuk berbagi pengalaman dengan sesama anggota atau anggota komunitas lain.

g. Kesempatan belajar yang terbuka luas bagi setiap anggota komunitas.

h. Saling membantu dalam menghadapi masalah dan memecahkan suatu masalah.

2.1.5.5 Hubungan Sosial Komunitas

Hubungan sosial komunitas merupakan hubungan yang terbentuk berdasarkan atas pola interaksi yang terjadi, baik didalam komunitas maupun antar komunitas. Umumnya hubungan sosial yang terbentuk di dalam komunitas adalah hubungan pertemanan, hubungan kekerabatan, dan hubungan pekerjaan. Sedangkan dalam hubungan antar komunitas terdapat hubungan persaingan, selain hubungan-hubungan yang ada dalam komunitas.


(49)

2.2 Kerangka Pemikiran

Dalam penelitian ini sebagai ranah pemikiran yang mendasari peneliti tersusunlah kerangka pemikiran baik secara teoritis maupun konseptual. Adapun kerangka pemikiran secara teoritis dan konseptual, sebagai berikut:

2.2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Penelitian ini didasari pada pemikiran kerangka teoritis, adapun fokus dari judul penelitian ini adalah eksistensi, eksistensi adalah faktor penting dalam kehidupan manusia, seorang manusia tanpa eksistensi hidupnya akan terasa tidak beraturan mengingat manusia adalah makhluk sosial.

Mengapa eksistensi itu menjadi suatu pemahaman yang sangat penting? Sebab eksistensi akan membentuk seseorang untuk menjadi pribadi yang lebih baik, karena ketika eksistensi yang baik sudah terbentuk seseorang itu otomatis akan menjadi pribadi yang lebih baik karena eksistensinya tersebut.

Eksistensi ini memberikan gambaran akan berbagai pembentukan diri individu dalam mempelajari lingkungan sekitarnya dan berusaha untuk dapat memberikan sumbangsihnya bagi sosial sebagai bentuk pengharapan pengakuan dari sosialitas. Eksistensi ini terbentuk dengan adanya dorongan dari dalam diri individu dan tuntutan manusia sebagai makhluk sosial.


(50)

Hal ini menyebabkan manusia memiliki kepentingan bagi dirinya selaku individu dan sebagai makhluk sosial, sebagaimana yang diungkapkan oleh Setiawan yang dikutip oleh Rismawaty bahwa:

”Eksistensi individual dan kutub eksistensi sosial, di mana keduanya amat terjalin dan tampaknya menjadi suatu hal yang tak terpisahkan dalam diri manusia (indivisualisasi dan sosialisasi). Pada suatu pihak ia berhak mengemukakan dirinya (kutub eksistensi individual), ingin dihargai dan diakui tetapi pada pihak lain ia harus mampu menyesuaikan diri pada ketentuan-ketentuan yang berlaku didalam masyarakat didalam lingkungan sosialnya (kutub eksistensi sosial).” (Rismawaty, 2008: 29).

Adapun menurut Zaenal Abidin dalam buku nya yang berjudul “Filsafat Manusia” mendefinisikan eksistensi yaitu:

“Eksistensi adalah suatu proses yang dinamis, suatu „menjadi‟ atau „mengada‟. Ini sesuai dengan asal kata eksistensi itu sendiri, yajni exsistere, yanga artinya keluar dari, „melampaui‟ atau mengatasi‟. Jadi eksistensi tidak bersifat kaku dan terhenti, melainkan lentur atau kenyal dan mengalami perkembangan atau sebaliknya kemunduran, tergantung pada kemampuan dalam mengaktualisasikan potensi-potensinya”.

A. Kemampuan

Eksistensi ini sebenarnya, ditentukan oleh banyak hal, dan salah satunya adalah “kemampuan”. Kemampuan adalah tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan. Kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau praktek. Kemampuan ini sangat berpengaruh penting dalam proses pembentukan eksistensi. Baik itu kemampuan skill seseorang atau kemampuan berkomunikasi seseorang.


(51)

B. Perkembangan

Perkembangan adalah proses yang bersifat kualitatif dan berhubungan dengan kematangan seorang individu yang ditinjau dari perubahan yang bersifat progresif serta sistematis di dalam diri manusia. Akhmad Sudrajat memberikan definisi bahwa “Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang sistematis, progresif dan berkesinambungan dalam diri individu sejak lahir hingga akhir hayatnya atau dapat diartikan pula sebagai perubahan perubahan yang dialami individu menuju tingkat kedewasaan atau kematangannya.”

C. Pencitraan

Pencitraan sebuah gambaran atau persepsi seseorang atau banyak orang terhadap pribadi maupun nonpribadi berkaitan dengan tampilan atau perilaku pribadi maupun nonpribadi dalam kondisi tertentu.Pencitraan merupakan bagian terakhir dan penentu dalam pembentukan sebuah eksistensi.

Pencitraan adalah tahap yang terbentuk dari kegiatan-kegiatan komunitas kaum jelata gila modif motor dan juga perkembangannya. Setelah melakukan kegiatan tersebut pencitraan ini akan otomatis dilakukan oleh komunitas kaum jelata dan masyarakat akan memberikan feedback yang akan berujung pada pembentukan eksistensi komunitas kaum jelata gila modif motor dimasyarakat.


(52)

Dari kerangka pemikiran secara teoritis diatas, peneliti hanya mengambil faktor dari eksistensi yaitu kemampuan, perkembangan, dan pencitraan sebagai ranah pemikirian peneliti kedepannya serta subfokus-subfokus terpilih lainnya yang ikut dijadikan kerangka pemikiran dalam penelitian ini.

2.2.2 Kerangka Pemikiran Konseptual

Dalam penelitian ini bermaksud untuk mengetahui bagaimana eksistensi komunitas kaum jelata gila modif motor di jakarta selatan sebagai fokus dari judul penelitian ini adalah eksistensi, eksistensi adalah faktor penting dalam kehidupan manusia, seorang manusia tanpa eksistensi hidupnya akan terasa tidak beraturan mengingat manusia adalah makhluk sosial.

Eksistensi itu menjadi pemahaman yang sangat penting eksistensi akan membentuk seseorang untuk menjadi pribadi yang lebih baik, karena ketika eksistensi yang baik sudah terbentuk seseorang itu otomatis akan menjadi pribadi yang lebih baik karena eksistensinya tersebut.

Zaenal Abidin dalam buku nya yang berjudul “Filsafat Manusia” mendefinisikan eksistensi yaitu:

“Eksistensi adalah suatu proses yang dinamis, suatu „menjadi‟ atau „mengada‟. Ini sesuai dengan asal kata eksistensi itu sendiri, yajni exsistere, yanga artinya keluar dari, „melampaui‟ atau mengatasi‟. Jadi eksistensi tidak bersifat kaku dan terhenti, melainkan lentur atau kenyal dan mengalami perkembangan atau sebaliknya kemunduran, tergantung pada kemampuan dalam mengaktualisasikan potensi-potensinya”.


(53)

Philip Kotler (2009:299) menyebutkan “Citra sebagai seperangkat keyakinan, ide, dan kesan yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu objek.”

Eksistensi terbentuk dari kemampuan komunitas Kaum Jelata dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang akan membentuk citra mereka dengan melakukan kegiatan tersebut dengan tekun. Dengan ketekunan tersebut akan muncul sebuah perkembangan efek dari pengalaman saat melakukan kegiatan tersebut, kegiatan komunitas modif motor ini menjadi beragam dan hal ini berdampak pada eksistensi mereka di masyarakat.

Pencitraan menjadi sebuah langkah awal bagi komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor dalam membentuk eksistensi mereka. Feedback masyarakat terhadap masyarakat ketika komunitas tersebut mengikuti sebuah kegiatan atau acara akan sangat berpengaruh pada citra komunitas tersebut.

Citra yang baik akan membentuk sebuah eksistensi yang positif dan sudah tentu akan mendatangkan kebahagiaan bagi para anggota komunitas kaum jelata. Sebaliknya, citra yang buruk akan membentuk sebuah eksistensi yang negatif akan membuat keberadaan komunitas kaum jelata gila modif motor semakin terpuruk dan dipandang sebelah mata oleh masyarakat.

Dengan partisipasinya dalam setiap kegiatan yang diadakan, para komunitas motor ini akan mempunyai pengalaman dari tiap kegiatannya dan hal ini akan membuat mereka berkembang, baik dari segi pola pikir


(54)

maupun ide atau kreatifitas. Perkembangan ini juga mengikuti dengan lingkungan sekitarnya, seperti perkembangan teknologi, dunia otomotif. Teknologi yang ada dapat dimanfaatkan oleh komunitas motor ini.

Dari setiap kegiatan kontes yang mereka ikuti, anggota komunitas motor ini sangat mengharapkan adanya masyarakat yang melihat mereka ketika mengikuti ajang kontes modifikasi karena kembali pada tujuan awal yaitu eksistensi.

Ketika orang-orang yang melihat penampilan mereka, tentu saja ada feedback yang disampaikan kepada anggota komunitas ini. Feedback tersebut sangat beragam, mulai dari yang positif hingga negatif, semua itu tergantung pada individu yang menilai juga dari anggota komunitas motor itu sendiri. Ketika feedback itu muncul, maka akan membentuk sebuah citra dari masyarakat.

Pencitraan ini adalah langkah terakhir dari pembentukan eksistensi komunitas motor ini. Setiap orang ingin mempunyai eksistensi dan ikut berpartisipasi dalam kehidupan sosial, karena manusia adalah makhluk sosial.

Namun eksistensi itu sendiri tidak akan tercipta dengan sendirinya. Setiap manusia yang ingin eksistensinya diterima oleh masyarakat harus dapat menunjukan bahwa mereka ada, oleh karena itu manusia harus terus ikut serta dalam setiap kegiatan atau acara yang melibatkan orang banyak, agar eksistensi tersebut tidak akan hilang di mata masyarakat.


(55)

Gambar 2.2

Kerangka Alur Pemikiran

Sumber : Peneliti, 2014

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas peneliti mencoba mendeskripsikan langkah dan tahapan yang muncul dalam pikiran, sehingga terbentuk rancangan yang tepat untuk dapat diteliti dan dianalisis.

Komunitas motor ini membentuk eksistensi dimasyarakat melalui tiga subfokus yakni kemampuan para anggota dalam teknis modifikasi dan kemampuan mereka sharing dan berkomunikasi dengan sesama

Studi Deskriptif

Komunitas Kaum Jelat Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan

Pencitraan

Kemampuan Perkembangan

Eksistensi Komunitas Kaum Jelata Gila Modif Motor Di Jakarta Selatan


(56)

anggota komunitas maupun dengan masyarakat diluar komunitas, melalui perkembangan individu dan perkembangan komunitas juga berusaha membentuk eksistensi mereka dimata publik, perkembangan anggota setalah bergabung dengan komunitas kaum jelata gila modif motor yakni dengan mengikuti berbagai kegiatan rutinan yang diikuti anggota di komunitas ini.

Perkembangan otomotif itu sendiri dalam memanfaatkan adanya teknologi yang semakin canggih dan perkembangan komunitas kaum jelata gila modif motor itu sendiri yang senantiasa mempengaruhi eksistensi komunitas motor, karena bagaimanapun juga eksistensi komunitas motor akan muncul ketika anggota komunitas tersebut berada dalam satu wadah kelompok komunitas motor yang baik.

Pencitraan anggota di komunitas kaum jelata gila modif motor juga secara bersamaan mempengaruhi eksistensi komunitas motor, setelah melakukan berbagai kegiatan di komunitas motor disini anggota berusaha menghasilkan karya modifikasi sesuai dengan keinginan dan kepuasaanya, para anggota komunitas motor ini akan mendapatkan kegembiraan dan kepuasan dalam diri mereka apabila berhasil menyalurkan hasrat mereka dalam sebuah karya modifikasi sepeda motor yang menarik, guna memperlihatkan hasil karya mereka kepada masyarakat dan tampil untuk membuat eksistensi komunitas kaum jelata gila modif motor yang berharap dapat menarik tanggapan/citra positif dari masyarakat.


(57)

43

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

3.1.1 Sejarah Motor Di Indonesia

Sepeda motor di Indonesia pertama kali dimiliki oleh seorang berkebangsaan Inggris bernama John C. Potter pada tahun 1893. Sehari-hari J.C. Potter bekerja sebagai Masinis Pertama di pabrik gula Oemboel (baca: Umbul) Probolinggo, Jawa Timur. J.C. Potter juga dikenal sebagai penjual mobil yang mendapat kepercayaan Sunan Solo untuk mengurusi pengiriman mobil pertamanya dari Eropa. Dalam buku Krèta Sètan (de duivelswagen) dikisahkan bagaimana John C. Potter memesan sendiri sepeda motor itu ke pabriknya, Hildebrand und Wolfmüller, di Muenchen, Jerman.

Sepeda motor itu tiba pada tahun 1893, satu tahun sebelum mobil pertama milik Sunan Solo (merk Benz tipe Carl Benz) tiba di Indonesia. Hal itu menjadikan J.C. Potter sebagai orang pertama di Indonesia yang menggunakan kendaraan bermotor. Selain itu, ada hal yang menarik apabila kita mengamati tahun kedatangan sepeda motor tersebut.

Untuk diketahui, sepeda motor pertama di dunia (Reitwagen) lahir di Jerman pada 1885 oleh Gottlieb Daimler dan Wilhelm Maybach tetapi belum dijual untuk umum. Tahun 1893, sepeda motor pertama yang dijual untuk umum dibuat oleh pabrik sepeda motor Hildebrand und Wolfmüller di Muenchen, Jerman.


(58)

Sepeda motor ini pertama kali masuk ke Amerika Serikat pada tahun 1895 ketika seorang pemain sirkus asal Perancis membawanya ke New York. Jadi, meski yang membawanya bukan orang pribumi Indonesia, tetapi sebuah hal yang luar biasa ketika sepeda motor komersial pertama di dunia ternyata langsung dikirim ke Indonesia pada tahun pertama pembuatannya. Terlebih lagi, baru dua tahun kemudian sepeda motor komersial pertama tersebut masuk Amerika Serikat. Jadi, sepeda motor yang pertama kali masuk Indonesia merupakan sepeda motor pertama di dunia juga.

Sepeda motor ini tidak menggunakan rantai dan roda belakang digerakkan langsung oleh kruk as (crankshaft). Meski berusia ratusan tahun, ternyata motor komersial pertama di dunia ini sudah mengusung teknologi yang sampai saat ini masih dipakai diantaranya adalah twin-silinder horizontal, 4 valve, berpendingin air, dan berkapasitas mesin besar yaitu 1.500 cc dengan bahan bakar bensin atau nafta.

Namun, meski bermesin besar tetapi tenaga kuda yang dihasilkan hanya 2,5HP saja pada 240rpm. Selain itu, sepeda motor ini belum menggunakan persneling, belum menggunakan magnet, belum menggunakan aki (accu), belum menggunakan koil, dan belum menggunakan kabel listrik.

Diperlukan waktu sekitar 20 menit untuk menghidupkan dan mestabilkan mesinnya. Pada tahun 1932, sepeda motor ini ditemukan dalam keadaan rusak di garasi di kediaman John C Potter. Sepeda motor itu teronggok selama 40 tahun di pojokan garasi dalam keadaan tidak terawat


(59)

dan berkarat. Atas bantuan montir-montir marinir di Surabaya, sepeda motor milik John C Potter itu direstorasi (diperbaiki seperti semula) dan disimpan di kantor redaksi mingguan De Motor. Kemudian sepeda motor antik itu diboyong ke Museum Lalu Lintas (Museum Polisi) di Surabaya yang kemudian pada tahun 1934 disumbangkan ke Museum Negeri Mpu Tantular di Sidoarjo dengan nomer inventaris 10.81 kategori IPTEK namun memberikan deskripsi yang berbeda, yaitu sebagai sepeda motor uap merk Daimler.

Pada 1899, di negeri ini juga sudah hadir sepeda motor listrik beroda tiga yang menggunakan tenaga baterai, yang bernama De Dion Bouton Tricycle buatan Perancis. Sepeda motor listrik beroda tiga itu juga digunakan untuk menarik wagon penumpang. Sepeda motor De Dion Bouton cukup terkenal di masanya. Sepeda motor lain terlihat pada tahun 1902 yang juga digunakan untuk menarik wagon yaitu sepeda motor Minerva buatan Belgia.

Mesin Minerva saat itu juga dipesan dan digunakan pada merk motor lain sebelum bisa membuat mesin sendiri, diantaranya adalah Ariel Motorcycles di Inggris. Pada 1906, Administratur Bantool (Bantul) di Yogyakarta juga terlihat mempunyai sepeda motor dan beberapa buah mobil. Pada masa itu, memang hanya orang Belanda dan Inggris serta disusul pribumi ningrat yang mempunyai kemampuan membeli sepeda motor pada masa-masa awal. Seiring dengan pertambahan jumlah mobil, jumlah sepeda motor pun terus bertambah. Lahirlah klub-klub touring


(60)

sepeda motor, yang anggotanya adalah pengusaha perkebunan dan petinggi pabrik gula. Berbagai merek sepeda motor dijual di negeri ini, mulai dari Reading Standard, Excelsior, Harley Davidson, Indian, King Dick, Brough Superior, Henderson, sampai Norton.

Merek-merek sepeda motor yang hadir di negeri ini dapat dilihat dari iklan-iklan sepeda motor yang dimuat di surat kabar pada kurun waktu dari tahun 1916 – 1926. R.S Stockvis & Zonnen Ltd merupakan salah satu perusahaan yang tercatat menyediakan suku-suku cadang motor dan mobil (juga mengurus pesanan mobil-mobil Eropa maupun Amerika).

Pada tahun 1950, ribuan motor BMW masuk ke Indonesia dengan dua cara, yaitu lewat jalur pemerintah (hanya perwira yang diizinkan) dan lewat jalur swasta dengan membangun tempat pameran dan pemesanan. Di Bandung saat itu ada dua, yaitu NV Spemotri yang gedungnya saat ini menjadi Bank Niaga di Dago, dan CV Denn barr di Simpang Lima Bandung. Yang paling banyak masuk Indonesia adalah BMW satu silinder 249 cc, yaitu R25, R26, dan R27.

BMW menjadi semacam kendaraan resmi pembuka jalan acara kenegaraan seperti ketika mengawal masuknya bendera Merah Putih ke Bandung tanggal 28 September 1961. Varian langka BMW R51/2 500 cc keluaran 1952 diyakini hanya ada dua di Indonesia.

Pada awal tahun 1960-an, skuter Vespa masuk Indonesia disusul dengan skuter Lambretta pada akhir tahun 1960-an. Pada masa itu, masuk pula sepeda motor asal Jepang, Honda, Suzuki, Yamaha, dan belakangan


(61)

juga Kawasaki. Pada akhirnya, bagaimanapun seperti juga terjadi di seluruh dunia motor (mobil) Jepang akhirnya merajai pasar otomotif dunia.

3.1.2 Pengertian Otomotif

Otomotif adalah ilmu yang mempelajari tentang alat-alat transportasi darat yang menggunakan mesin, terutama mobil dan sepeda motor. Otomotif mulai berkembang sebagai cabang ilmu seiring dengan di ciptakannya mesin mobil. Dalam perkembangannya, mobil semakin menjadi alat transportasi yang kompleks yang terdiri dari ribuan komponen yang tergolong dalam puluhan sistem dan subsistem. Oleh karena itu, otomotif pun berkembang menjadi ilmu yang luas dan mencakup semua sistem dan subsistem tersebut.

Untuk menjaga mobil dapat berfungsi dengan baik, dibutuhkan service secara teratur (berkala). Pekerjaan service berkala sebaiknya dilakukan oleh mekanik berpengalaman sesuai standar prosedur yang dilakukan oleh ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merk) dan sesuai jenis kendaraan yang dirawat serta kilometer yang telah dicapai. Juga diperlukan Spooring yang menggunakan computerized alignment yang sangat akurasi dan didukung oleh operator yang sangat berpengalaman. Tools lain yang digunakan adalah Star Diagnostic dan Multi Scanner yang berfungsi untuk membaca dan melacak aspek kesalahan pada berbagai merk dan jenis kendaraan yang pengoperasiannya didukung oleh operator yang ahli.


(62)

3.1.3 Komunitas Kaum Jelata Gila Modif

Kaum Jelata Gila Modif Merupakan salah satu komunitas motor yang didirikan pada tanggal 10 Oktober 2012. Berawal dari sering berkumpulnya para pemuda di bengkel pengecatan Airbrush body motor terletak di Jl Duren Tiga Jakarta Selatan, kemudian Arif berinisiatif untuk membuat komunitas motor yang anggotanya para pemuda yang memiliki hobi memodifikasi motor. Hasil karya dari modifikasi motor tersebut, ada yang diikut sertakan dalam ajang kontes modifikasi motor yang sering diadakan di daerah Ibu Kota Jakarta.

Dari ajang kontes motor yang sering diikuti komunitas ini, komunitas Kaum Jelata Gila Modif juga pernah memperoleh juara, seperti juara kelas standar Advance dan standar modif serta perkembangan dunia otomotif yang semakin maju disaat ini membuat komunitas Kaum Jelata Gila Modif semakin terinovasi untuk menampilkan karya modifikasi diajang kontes yang diselenggarakan.

Gambar 3.1

Juara Kelas Standar Advance


(63)

Komunitas Kaum Jelata Gila Modif ini pertama kali beranggotakan 11 orang yang turut serta dalam membentuk suatu komunitas unik dibidang modifikasi motor, setelah komunitas ini terbentuk dan mulai menunjukkan eksistensi dalam modifikasi motor, komunitas ini sekarang berjumlah 55 orang yang memiliki kesamaan hobi untuk memodifikasi motor agar memiliki tampilan yang berbeda dengan motor-motor keluaran pabrikan lainnya.

Gambar 3.2 Sticker Komunitas

Sumber : Peneliti 2014

Nama komunitas ini dicestuskan dari ketua komunitas yaitu bang arif, dinamakan Kaum Jelata Gila Modif karena arif sangat menggemari sekali memodifikasi sepeda motor. Hampir semua motor yang dia miliki telah dimodifikasinya. Inilah bentuk kegemarannya dengan dunia otomotif.


(64)

Kaum Jelata Gila Modif didirikan dengan tujuan untuk menghimpun anggota dan menyalurkan kegemaran otomotif khususnya sepeda motor serta mengutamakan rasa kekeluargaan, kesetia kawanan, tertib berkendara, berlalu lintas dan peraturan yang berlaku.

Visi dari Kaum Jelata Gila Modif motor adalah

 Sebagai asosiasi untuk mengembangkan dan memperkenalkan

dunia otomotif.

 Menjadi organisasi yang memiliki kesadaran sosial tinggi.  Mempererat tali persaudaraan antar komunitas motor khususnya.  Menjadikan Kaum Jelata Gila Modif sebagai wadah otomotif yang

bermuatan positif.

Misi dari Kaum Jelata Gila Modif, yaitu

 Menjaga tali persaudaraan antar sesama club otomotif khususnya

dan masyarakat pada umumnya dalam mewadahi komunikasi dan interaksi antar sesama dan pengendara ataupun pencinta sepeda motor.

 Mengubah citra negatif tentang komunitas motor yang telah

melekat di masyarakat.

 Menciptakan kebersamaan yang solit antar anggota komunitas


(1)

136

2. PENDIDIKAN FORMAL

Tahun Pendidikan keterangan

2009-Sekarang Universitas Komputer

Indonesia

2005-2009 SMA 60 Jakarta Selatan Lulus/Berijazah

2002-2005 MTs Al-khairiyah Jakarta

Selatan

Lulus/Berijazah

1996-2002 SDN 01 Pancoran Jakarta

Selatan

Lulus/Berijazah

3. PRESTASI

Tahun Prestasi

2002 Juara Umum di SDN 01

2006 Juara II Kompetisi Badminton Antar Siswa SMA 60 di Jakarta

Selatan

Demikian Daftar Riwayat Hidup ini dibuat dengan sesungguhnya, untuk dapat dipergunakan seperlunya. Terima kasih.

Bandung, Februari 2015 Penulis,

Ahmad Aulia Makmun NIM. 41809085


(2)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-Nya telah meridhoi segala jalan dan upaya peneliti dalam menyelesaikan penelitian skripsi ini tepat pada waktu yang telah ditentukan.

Dalam melakukan penelitian skripsi ini tidak sedikit peneliti menghadapi kesulitan serta hambatan baik tekhnis maupun non tekhnis. Namun atas izin Allah SWT, juga berkat usaha, doa, semangat, bantuan, bimbingan serta dukungan yang peneliti terima baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya peneliti tujukan kepada orang tua yang selalu membantu dan memberikan dukungan baik moral, spiritual, dan material serta doa kepada peneliti hingga detik ini.

Melalui kesempatan ini pula, dengan segala kerendahan hati peneliti ingin menyampaikan rasa hormat, terimakasih, dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo.,Drs.,M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia.

2. Ibu Melly Maulin P. S.Sos., M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi

3. Bapak Sangra Juliano P. S.IKOM selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi Dan Sebagai Dosen Wali.


(3)

vii

4. Bapak Drs. Manap Solihat, M. Si selaku pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan masukan kepada saya dalam melaksanakan penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Rismawaty S.Sos., M.Si Selaku Dosen Penguji yang telah banyak membantu saat peneliti melakukan penelitian dan memberikan motivasi untuk terus maju.

6. Bapak Yadi Supriyadi S.Sos M.Phil Selaku Dosen Penguji yang telah banyak memberikan arahan dan masukan dalam penelitian.

7. Dosen Program Ilmu Komunikasi, Ibu Desayu Eka Surya S. Sos., M.Si., Bpk Olih Solihin.,S.Sos.,M.Si., Bpk. Inggar Prayoga, S.I.kom., Bpk Adiyana Slamet, S.IP.,MSi., Bpk Dr. Ali Syamsuddin, M.Si dan Ibu Tine Agustin Wulandari, S.I.Kom., yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada peneliti.

8. Informan yang tidak bisa saya sebutkan satu-satu yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan informasi yang dibutuhkan.

9. Teman-teman IK-H1 khususnya Diki Januar Niagara, Muhammad

Aziz, M. Feby , Reza Renaldy, Yohanes, M. Irvan, Dina, Shinta, Amalia dan Tjahya Awalludin yang telah memberikan dukungan dan segala bantuanya.

10.Semua pihak yang telah membantu sebelum dan selama pelaksanaan penelitian yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini masih diperlukan penyempurnaan dari berbagi sudut, baik dari segi isi maupun pemakaian kalimat


(4)

viii

dan kata-kata yang tepat, oleh karena itu, peneliti mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan penelitian ini, dan penelitian selanjutnya di masa yang akan datang. Akhir kata peneliti mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu peneliti dalam melakukan penelitian.

Bandung, Februari 2015


(5)

ii


(6)