BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Keselamatan Safety dan Kesehatan Health
Menurut Asfahl 1999, keselamatan safety b`erkaitan dengan efek yang akut dari hazards, sedangkan kesehatan health berkaitan dengan efek yang
kronis dari hazards. Efek yang akut adalah suatu reaksi tiba–tiba terhadap kondisi yang parah
atau buruk, efek yang kronis adalah suatu keadaan jangka panjang yang semakin memburuk dikarenakan tereksposnya atau terpaparnya keadaan yang kurang baik
secara berkepanjangan.
2.2 Definisi Hazards
Rudi Suardi 2005 menyatakan bahwa hazards adalah sesuatu yang berpotensi menjadi penyebab kerusakan. Ini dapat mencakup substansi, proses
kerja, dan atau aspek lainnya dari lingkungan kerja. Menurut A.M. Sugeng Budiono, dalam artikelnya “hazards” yang sering
disebut potensi bahaya merupakan sumber resiko yang potensial mengakibatkan kerugian baik material, lingkungan maupun manusia.
Asfahl 1999 menyatakan bahwa hazards melibatkan resiko atau kesempatan yang berkaitan dengan elemen-elemen yang tidak diketahui
unknown. Thomas j. 1989 mendefinisikan hazards sebagai kondisi yang potensial
untuk menyebabkan injury terhadap personel, kerusakan peralatan atau struktur
bangunan, kerugian material atau mengurangi kemampuan untuk melakukan suatu fungsi yang telah ditetapkan. Ketika hazards timbul, maka peluang terjadinya
efek–efek yang buruk tersebut akan muncul.
2.2.1. Kategori Hazards
Hazards primer adalah hazards yang bisa secara langsung dan segera menyebabkan : 1 injury atau kematian; 2 kerusakan peralatan, kendaraan,
struktur atau fasilitas; 3 degradasi kapabilitas fungsional terhentinya operasi dalam pabrik; 4 kerugian material. Berikut ini beberapa jenis kategori hazards
dalam industri : 1.
Bahaya Fisik : kebisingan, radiasi, pencahayaan, suhu panas, suhu dingin. 2.
Bahan Kimia : bahan–bahan berbahaya dan beracun, debu, uap kimia, larutan kimia.
3. Bahaya Biologi : virus, bakteri, jamur, parasit.
4. Bahaya Mekanis : permesinan, peralatan.
5. Bahaya Ergonomi : ruang sempit dan terbatas, pengangkutan barang,
mendorong, menarik, pencahayaan tidak memadai, gerakan tubuh terbatas. 6.
Bahaya Psikososial : pola gilir kerja, pengorganisasian kerja, long shift, trauma.
7. Bahaya Tingkah Laku : ketidakpatuhan terhadap standar, kurang keahlian,
tugas baru atau tidak rutin. 8.
Bahaya Lingkungan Sekitar : gelap, permukaan tidak rata, kemiringan, kondisi permukaan berlumpur dan basah, cuaca, kebakaran.
2.2.2 Risk Assessment
Kurniadi Heru Prabowo 2005 menyatakan risk assessment analisa resiko merupakan tahap pengkalkulasian terhadap hazards potensi bahaya yang
dapat terjadi. Bertujuan untuk mereduksi ketidakpastian dalam pengukuran resiko dan biasanya berkaitan dengan pengukuran tingkat keparahan severity dan
tingkat probabilitas frequencyprobability. Severity adalah tingkat keparahan yang timbul dari peristiwa kecelakaan, baik berupa kematian, cacat
sebagianseluruh bagian tubuh, luka yang menyebabkan tidak mampu bekerja maupun tindakan pertolongan pertama P3K. Sedangkan frequencyprobability
adalah kemungkinan suatu keadaankondisi yang dapat menyebabkan kejadian kecelakaan.
Perkalian antara nilai severity dan probability, akan didapatkan level resiko risk level. Berdasarkan tentang prosedur tentang Risk Assessment and
Management, level resiko risk level dapat diklasifikasikan menjadi 4 empat tingkatan, yaitu:
extreme risk, dengan score
≥ 15
high risk, dengan score 10 sampai 15
moderate risk, dengan score 5 sampai 10
low risk, dengan score ≤ 4
Proses dari pelaksanaan dan pengendalian resiko Risk Assessment and Management terdiri atas 4 empat tahapan, antara lain:
Identifikasi kejadiantindakan yang dapat menyebabkan resiko identification
potential event
Penilaian resiko yang terjadi Risk Assessment
Kembangkan solusi alternatif Develop alternative solution
Putuskan apa yang harus dilakukan Decide what to do
2.2.3. Metode-metode Statistik yang Dipakai
Agar data-data yang dikumpulkan dapat memberi informasi yang tepat dan berguna dalam analisa dan pengambialan keputusan lebih lanjut sehingga data-
data tersebut perlu diolah. Untuk itu dibutuhkan tools yang tepat untuk membantu dalam penyelesaiannya. Dalam pengambilan sampel penelitian harus hati-hati dan
memenuhi aturan dalam pemilihan sampel. Menurut Suharsini Arikunto, apabila subjek kurang dari 100, maka lebih baik merupakan penelitian populasi.
Selanjutnya, jika jumlah subjek besar dapat diambil antara 10 - 15 atau 20 - 25 atau lebih tergantung pada :
Kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga dan dana.
Sempitnya luas wilayah pengamatan dari setiap subjek, hal ini menyangkut
banyaknya sedikit data.
Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti untuk penelitian yang resikonya besar, maka sampelnya lebih besar, hasilnya akan lebih besar.
Metode-metode statistik yang dibutuhkan dalam pengolahan data antara lain : 1.
Uji Validitas
Validitas didefinisikan sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur test dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrumen
pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberi hasil ukur yang sesuai
dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Validitas dihitung dengan rumus korelasi produk momen :
r =
2 1
2 2
2 2
y y
N x
x N
y x
xy N
dimana : x = skor tiap-tiap variabel
y = skor tiap responden N = jumlah responden
r
xy
= Korelasi Product Moment
X
= Sigma jumlah X sor butir
2
X
= Sigma jumlah X kuadrat
Y
= Sigma jumlah Y
2
Y
= Sigma jumlah Y kuadrat
XY
= Sigma jumlah perkalian antara X dan Y Secara statistik, angka korelasi yang diperoleh harus dibandingkan dengan
angka kritik tabel korelasi nilai r.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Pengujian reliabilitas dengan internal
consistency, dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja kemudian yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu. Pengujian
reliabilitas instrumen dapat dilakukan dengan cara teknik belah dua dari Spearman Brown.
Spearman Brown :
r
tot
=
b b
r r
1
2
Dimana : r
tot
= Koefesien reliabilitas seluruh item r
b
= angka korelasi produk moment belahan pertama dan belahan kedua.
3. Uji Kecukupan Data
Dalam menguji apakah data yang kita sebarkan kepada responden cukup, kita menguji dengan rumus Bernouli :
2 2
2
. e
q p
Z N
Dimana : N = Jumlah data yang dibutuhkan
e = Angka absolute dari kesalahan yang dapat diterima atau error, biasanya yang digunakan sebesar 5 atau
0,05 α = Tingkat signifikansi = 0,95
Z = nilai distribusi normal p = Proporsi jumlah sampel yang benar
q = Proporsi jumlah sampel yang salah Bila data yang diperoleh telah mencukupi maka dilanjutkan dengan
pengolahan data, bila tidak mencukupi maka perlu dilakukan penyebaran kuesioner lagi.
2.3. Penelitian Terdahulu
Fendi Setiawan 2009 Pengukuran implementasi program kesehatan dan keselamatan kerja K3 serta perangkat hazards dengan
pendekatan risk assessment.
Pesatnya pekembangan teknologi tentunya akan berpengaruh terhadap masalah keselamatan dan kesehatan kerja. Dengan banyaknya
teknologi baru, manusia dipermudah pekerjaannya, bahkan hasilnyapun jauh lebih baik. Tetapi perubahan-perubahan seperti itu juga bisa
menimbulkan dampak negatif terhadap para pekerja maupun perusahaan khususnya dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja.
PT. Semen Gresik merupakan pabrik semen yang pertama yang beroprasi di Indonesia setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Dengan kapasitas pabrik pertama kali dari 250 ribu ton menjadi 375 ribu ton per tahun dan sampai sekarang kapasitas tersebut terus bertambah
setiap tahunnya. Di PT. Semen Gresik berbagai potensi bahaya senantiasa dijumpai. Sering terjadinya kecelakaan kerja di perusahaan industri serta
belum terukurnya secara lengkap potensi bahaya Hazard, maka cara yang dilakukan dengan mengukur tingkat keberhasilan program Kesehatan
dan Keselamatan Kerja K3. Hasil dari penelitian ini adalah pencapaian standarisasi program
Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3 di PT. Semen Gresik khususnya pada unit Finish Mill dan Packer nilainya sebesar 78,11. Nilai
pencapaian ini termasuk kategori KUNING karena berada pada range 60 - 84, yang berarti bahwa pencapaian dari suatu indikator kinerja belum
tercapai atau belum mencapai target yang maksimal, meskipun nilainya sudah mendekati target.
- Andhika Nuswantara 2008 Pengukuran Tingkat Kinerja
Implementasi Program Kesehatan Dan Keselamatan Kerja K3 Untuk Mengkategorikan Hazards
Dengan Pendekatan Risk Assessment Studi Kasus : Pt. Mandara Adhitama Utamabox,
Surabaya
Dalam rangka menunjang program pemerintah untuk meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja di semua bidang, maka
setiap perusahaan diwajibkan memiliki manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja
.
PT. Mandara Adhitama Utama Box adalah perusahaan industri yang bergerak di bidang penyablonan kardus, berlokasi di jalan
Ahmad Yani no. 234 Surabaya. Dalam lingkungan industri khususnya di PT. Mandara Adhitama Utama Box, berbagai potensi bahaya misalnya
tangan yang masuk dalam mesin long way dan terkena mesin state yang menyebabkan terluka senantiasa dijumpai
Pencapaian implementasi program K3 di PT. MANDARA ADHITAMA UTAMABOX sebesar 85,255, sehingga termasuk dalam
kategori hijau berada pada range 85 - 100.
Level tingkat implementasi program K3 – kecelakaan di PT. MANDARA ADHITAMA UTAMABOX berada pada level 2 cukup
aman. Adapun analisa terhadap kategori bahaya dapat menjadi tiga yaitu :
pertama, ada satu sumber kategori bahaya hazards yang mendapat
rangking 2 high risk, yaitu : mengoperasikan mesin Longway;
kedua ada tujuh sumber kategori bahaya hazards yang mendapat kategori 3 moderate risk, yaitu : mengangkat menurunkan barang
manual, pengoperasian mesin slutter, pengoperasian mesin stitch, pengoperasian mesin pengeleman, penataan barang digudang kurang rapi,
pengoperasian Forklift FLT, perbaikan mesin.
ketiga ada satu sumber bahaya hazards yang mendapat kategori 4 low risk, yaitu : membersihkan gudang
2.4. Perundang–undangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3