PENGARUH STRUKTUR MODAL, LIKUIDITAS, INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS), PERTUMBUHAN LABA, PERSISTENSI LABA DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KUALITAS LABA (STUDI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA)

(1)

OPPORTUNITY SET (IOS), PERTUMBUHAN LABA, PERSISTENSI LABA DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KUALITAS LABA

(Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

EFFECT OF CAPITAL STRUCTURE, LIQUIDITY, INVESTMENT OPPORTUNITY SET ( IOS ), PROFIT GROWTH, EARNINGS PERSISTENCE, AND COMPANY SIZE TO THE QUALITY OF EARNINGS

(Study on Manufacture Company Listed in Indonesia Stock Exchange)

Oleh :

ADHE KURNIAWAN 20120420106

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

Indonesia)

EFFECT OF CAPITAL STRUCTURE, LIQUIDITY, INVESTMENT OPPORTUNITY SET ( IOS ), PROFIT GROWTH, EARNINGS PERSISTENCE, AND COMPANY SIZE TO THE QUALITY OF EARNINGS

(Study on Manufacture Company Listed in Indonesia Stock Exchange)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh : ADHE KURNIAWAN

20120420106

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

Dengan ini saya,

Nama : Adhe Kurniawan

Nomor Mahasiswa : 20120420106

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “PENGARUH STRUKTUR MODAL, LIKUIDITAS, INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS),

PERTUMBUHAN LABA, PERSISTENSI LABA DAN UKURAN

PERUSAHAAN TERHADAP KUALITAS LABA (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 22 Agustus 2016


(4)

beriman di antaramu dan orang-orang yang

diberi ilmu pengetahuan (QS. Al-Mujadalah :11)

Ilmu pengetahuan tanpa agama

lumpuh, agama tanpa ilmu

pengetahuan buta ( Albert Einstein )

Satu-satunya perlindungan terbaik menghadapi hari-hari susah adalah memperbanyak ilmu di saat-saat mudah.

Berusahalah sekuat tenaga maka hasil yang akan didapat akan memuaskan dirimu. (Adhe. K)


(5)

“Saat kamu menerima kemudahan dan

keberhasilan, maka doa orang yang

sayang

kepadamu

telah

terkabul

termasuk doa kedua orang tuamu. Aku

persembahkan skripsi ini untuk Bapak,

Mama, dan kedua saudaraku (Ayu dan

Giri).”


(6)

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ...iii

HALAMAN PERNYATAAN... iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

INTISARI ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Landasan Teori ... 8

1. Teori Keagenan ... 8

2. Kualitas Laba ... 8

3. Struktur Modal ... 9


(7)

6. Pertumbuhan Laba ... 10

7. Persistensi Laba ... 10

8. Ukuran Perusahaan ... 11

B. Penelitian Terdahulu dan Penurunan Hipotesis ... 11

1. Pengaruh Struktur Modal terhadap Kualitas Laba ... 11

2. Pengaruh Likuiditas terhadap Kualitas Laba ... 12

3. Pengaruh Investment Opportunity Set terhadap Kualitas Laba .. 13

4. Pengaruh Pertumbuhan Laba terhadap Kualitas Laba ... 14

5. Pengaruh Persistensi Laba terhadap Kualitas Laba ... 15

16. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Kualitas Laba ... 16

C. Model Penelitian ... 17

BAB III METODE PENELITIAN ... 18

A. Populasi dan Sampel... 18

B. Teknik Pengumpulan Sampel ... 18

C. Jenis Data ... 19

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 19

1) Variabel Dependen ... 19

2) Variabl Independen ... 19

E. Uji Kualitas Data ... 22

1. Uji Statistik Deskriptif ... 22

2. Uji Asumsi Klasik ... 22

F. Uji Hipotesis dan Analisis Data ... 24

1. Analisis Regresi Linear Berganda ... 24


(8)

A. Gambaran Umum Obyek/Subyek Penelitian ... 27

B. Analisis Deskriptif ... 28

1. Struktur Modal ... 29

2. Likuiditas ... 29

3. Investment Opportunity Set (IOS) ... 30

4. Pertumbuhan Laba ... 30

5. Persistensi Laba ... 30

6. Ukuran Perusahaan ... 30

C. Uji Asumsi Klasik ... 31

1. Uji Multikolinieritas ... 31

2. Uji Autokorelasi ... 32

3. Uji Heterokedastisitas ... 32

4. Uji Normalitas ... 33

D. Uji Hipotesis ... 34

1. Uji Simultan (F Hitung) ... 34

2. Uji Koefisien Determinan (Adjusted R2) ... 35

3. Uji Signifikan Nilai T ... 35

E. Pembahasan... 38

1. Pengaruh Struktur Modal terhadap Kualitas Laba ... 38

2. Pengaruh Likuiditas terhadap Kualitas Laba ... 39

3. Pengaruh Investment Opportunity Set terhadap Kualitas Laba .. 40


(9)

6. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Kualitas Laba ... 42

BAB V SIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN PENELITIAN... 43

A. Simpulan ... 43

B. Saran ... 44

C. Keterbatasan Penelitian ... 44 DAFTAR PUSTAKA


(10)

4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 29

4.3 Hasil Uji Multikolinieritas ... 31

4.4 Hasil Uji Autokorelasi ... 32

4.5 Hasil Uji Heterokedastisitas ... 33

4.6 Hasil Uji Normalitas ... 33

4.7 Hasil Uji Nilai F ... 34

4.8 Hasil Uji Koefisien Determinan ... 35

4.9 Hasil Uji Statistik T ... 36


(11)

(12)

(13)

viii

This study is to analyze the effect of capital structure, liquidity, investment opportunity set (IOS), profit growth, earnings persistence and the size of the company to the quality of earnings. Earnings quality is dependent variable in this study. capital structure, liquidity, investment opportunity set (IOS), profit growth, earnings persistence and the size of the company is the company's independent variables in this study. Samples 57 companies listed in the Indonesia Stock Exchange for the years 2012- 2014. This study used purposive sampling criteria and test linear regression analysis. The results showed that the liquidity and profit growth has a positive and significant impact on the quality of earnings. capital structure, investment opportunity set (IOS), the persistence of earnings and the size of the company does not affect the quality of earnings.

Keywords: quality of earnings, capital structure, liquidity, investment opportunity set (IOS), profit growth, earnings persistence, the size of the company.


(14)

1 A. Latar Belakang

Laporan keuangan digunakan sebagai sumber informasi untuk menilai suatu perusahaan (Susanti, 2012). Pada umumnya, informasi laba dalam laporan keuangan khususnya bagi pengguna laporan keuangan yang akan melakukan kontrak atau mengambil keputusan investasi menjadi informasi yang sangat penting. Teori keagenan menyatakan bahwa antara manajemen dan pemilik mempunyai kepentingan yang berbeda (Jensen dan Meckling, 1976). Konflik keagenan menyebabkan terjadinya sifat manajemen yang melaporkan laba secara oportunis untuk memaksimalkan kepentingan pribadinya (Rachmawati dan Triatmoko, 2007). Apabila hal ini terjadi, maka akibatnya adalah rendahnya kualitas laba yang dihasilkan. Rendahnya kualitas laba dapat mengakibatkan para penggunanya membuat kesalahan dalam pengambilan keputusan. Laba yang tidak menunjukkan informasi kinerja manajemen yang sebenarnya akan membuat pihak pengguna laporan menjadi tersesat. Menurut Scott (2003), ERC atau koefisien respon laba didefinisikan sebagai ukuran tingkat abnormal return sekuritas dalam merespon komponen unexpected earnings yang dilaporkan dari perusahaan yang mengeluarkan sekuritas tersebut.

Pentingnya informasi laba secara tegas telah disebutkan dalam Statement of Financial Accounting Concept (SAFC) No. 1 yang menyatakan bahwa selain untuk menilai kinerja manajemen, laba juga membantu mengestimasi


(15)

kemampuan laba yang representatif, serta untuk menaksir risiko dalam investasi atau kredit. Informasi laba yang dilaporkan oleh manajemen perusahaan akan digunakan oleh investor untuk pengambilan keputusan dalam menginvestasikan dananya ataupun memprediksi laba di masa yang akan datang. Investor membeli saham pada saat mereka yakin bahwa laba di masa yang akan datang dapat meningkatkan harga saham.

Teori keagenan adalah teori yang membahas hubungan antara pemilik dan agen (manajemen perusahaan) atau keterkaitan keagenan. Laporan keuangan merupakan catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi. Laporan keuangan ini dapat mencerminkan kinerja suatu perusahaan. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas laba, yakni: risiko sistematik atau beta, ukuran perusahaan, persistensi laba, pertumbuhan laba, struktur modal, kualitas auditor, likuiditas, dan kualitas akrual.

Kualitas laba yang dihasilkan perusahaan mempengaruhi reaksi yang diberikan. Kualitas laba yang tinggi menunjukkan bahwa investor tertarik pada informasi laba (Molaei et al., 2012). Ketika keuntungan perusahaan meningkat, maka laba perusahaan dikatakan berkualitas. Kualitas laba dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut: risiko sistematik atau beta, ukuran perusahaan, persistensi laba, pertumbuhan laba, struktur modal, kualitas auditor, likuiditas, kualitas akrual.

Investment Opportunity Set (IOS) merupakan kesempatan perusahaan untuk tumbuh. IOS dijadikan sebagai dasar untuk menentukan klasifikasi


(16)

pertumbuhan perusahaan di masa depan. Menurut Solechan (2006), nilai IOS bergantung pada pengeluaran-pengeluaran yang ditetapkan manajemen di masa yang akan datang (future discretionary expenditure) yang pada saat ini merupakan pilihan-pilihan investasi yang diharapkan akan menghasilkan

return yang lebih besar dari biaya modal (cost of equity) dan dapat menghasilkan keuntungan. Tindakan manajer menjadi unobservable yang dapat menyebabkan prinsipal tidak dapat mengetahui apakah manajer telah melakukan tindakan yang sesuai dengan keinginan prinsipal atau tidak.

Investment Opportunity Set (IOS) dari suatu perusahaan juga dapat mempengaruhi cara pandang manajer, pemilik, investor dan kreditor terhadap perusahaan. Perusahaan yang mempunyai kesempatan tumbuh yang tinggi dianggap dapat menghasilkan return yang tinggi pula.

Likuiditas menunjukkan bahwa perusahaan mampu untuk memenuhi kewajiban finansialnya dalam jangka pendek menggunakan dana lancar yang tersedia. Namun apabila likuiditas perusahaan terlalu besar maka perusahaan tersebut berarti tidak mampu mengelola aktiva lancarnya semaksimal mungkin sehingga kinerja keuangan menjadi kurang baik dan kemungkinan ada manipulasi laba untuk mempercantik informasi laba tersebut. Likuiditas meningkat karena adanya asimetri informasi (Amihud, 2008).

Pertumbuhan laba dapat diketahui dengan mengukur market to book ratio

(Collins dan Kothari, 1989). Pertumbuhan laba suatu perusahaan biasanya diakibatkan oleh adanya laba kejutan yang diperoleh pada periode sekarang. Investor dapat merespon informasi laba kejutan tersebut sebagai suatu


(17)

indikasi adanya intervensi dari pihak manajemen perusahaan terhadap laporan keuangan sehingga laba mengalami peningkatan. Oleh karena itu, laba yang dihasilkan perusahaan tidak mencerminkan keadaan perusahaan yang sesungguhnya.

Struktur modal yang diukur dengan leverage merupakan suatu variabel untuk mengetahui seberapa besar aset perusahaan dibiayai oleh hutang perusahaan (Irawati, 2012). Utang yang dimiliki perusahaan berhubungan dengan keuntungan yang akan diperoleh perusahaan (Keshtavar et al., 2013). Semakin tinggi hutang perusahaan, maka perusahaan tersebut akan semakin dinamis. Investasi yang meningkat menunjukkan adanya prospek keuntungan di masa yang akan datang. Pihak manajemen akan lebih terpacu untuk meningkatkan kinerjanya agar hutang perusahaan dapat terpenuhi sehingga dampak positifnya adalah perusahaan akan lebih berkembang. Keputusan untuk menentukan struktur modal dapat dilihat dari harga sahamnya.

Ukuran perusahaan berhubungan dengan kualitas laba sebab semakin besar ukuran suatu perusahaan maka kelangsungan usaha perusahaan tersebut akan semakin tinggi dalam meningkatkan kinerja keuangan sehingga perusahaan tidak perlu melakukan praktek manipulasi laba.

Definisi persistensi laba menurut Scott (2009) adalah revisi laba yang diharapkan dimasa mendatang (expected future earnings) yang diimplikasikan oleh inovasi laba tahun berjalan sehingga persistensi laba dilihat dari inovasi laba tahun berjalan yang dihubungkan dengan perubahan harga saham. Besarnya revisi ini menunjukan tingkat persistensi laba. Inovasi


(18)

terhadap laba sekarang adalah informatif terhadap laba masa depan ekspektasian, yaitu manfaat masa depan yang diperoleh.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH STRUKTUR MODAL,

LIKUIDITAS, INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS),

PERTUMBUHAN LABA, PERSISTENSI LABA DAN UKURAN

PERUSAHAAN TERHADAP KUALITAS LABA ”. Penelitian ini merupakan replika dari penelitian Dira dan Astika (2014) memiliki perbedaaan dengan penelitian sebelumnya yaitu terdapat penambahan dua variabel independen.

Kedua variabel independen tersebut ialah Investment Opportunity Set (IOS) dan persistensi laba. Penelitian ini juga mengubah tahun sampel yaitu yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2011 menjadi perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014.


(19)

B. Batasan Masalah

Faktor-faktor yang mempengaruhi penelitian ini yaitu pengaruh struktur modal, likuiditas, Investment Opportunity Set (IOS), pertumbuhan laba, persistensi laba dan ukuran perusahaan. Periode penelitian yang digunakan adalah tahun 2012-2014 yang bergerak di bidang manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang dapat diambil untuk penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah terdapat pengaruh struktur modal terhadap kualitas laba ? 2. Apakah terdapat pengaruh likuiditas terhadap kualitas laba ?

3. Apakah terdapat pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) terhadap kualitas laba ?

4. Apakah terdapat pengaruh pertumbuhan laba terhadap kualitas laba ? 5. Apakah terdapat pengaruh persistensi laba terhadap kualitas laba ? 6. Apakah terdapat pengaruh ukuran perusahaan terhadap kualitas laba? D. Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh struktur modal terhadap kualitas laba.

2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh likuiditas terhadap kualitas laba.


(20)

3. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh Investment Opportunity Set

(IOS) terhadap kualitas laba.

4. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh pertumbuhan laba terhadap kualitas laba.

5. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh persistensi laba terhadap kualitas laba.

6. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh ukuran perusahaan terhadap kualitas laba.

E. Manfaat Penelitian 1) Manfaat teoritis :

Sebagai panduan untuk melakukan pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pada kualitas laba.

2) Manfaat praktis :

a. Penelitian ini diharapkan memberikan saran bagi perusahaan dan memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi untuk meningkatkan kualitas laba suatu peusahaan.

b. Sebagai sumbangan saran, pemikiran dan informasi pada kinerja keuangan dalam kualitas laba.


(21)

8

TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Teori Keagenan

Teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham (shareholders) sebagai prinsipal dan manajemen sebagai agen (Jensen dan Meckling, 1976). Manajemen merupakan pihak yang dikontrak oleh pemegang saham untuk bekerja demi kepentingan pemegang saham. Karena mereka dipilih, maka pihak manejemen harus mempertanggungjawabkan semua pekerjaannya kepada pemegang saham. Hubungan keagenan merupakan suatu kontrak dimana satu atau lebih orang (prinsipal) memerintah orang lain (agen) untuk melakukan suatu jasa atas nama prinsipal serta memberi wewenang kepada agen membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipal. Jika kedua belah pihak tersebut mempunyai tujuan yang sama untuk memaksimumkan nilai perusahaan, maka diyakini agen akan bertindak dengan cara yang sesuai dengan kepentingan prinsipal.

2. Kualitas Laba

Kualitas laba, dalam akuntansi, merujuk kepada kemasukakalan seluruh laba yang dilaporkan. Ini adalah penilaian sejauh mana laba sebuah perusahaan itu dapat diperoleh berulang-ulang, dapat dikendalikan, dan baik bank, di antara faktor-faktor lainnya.


(22)

Kualitas laba mengakui fakta bahwa dampak ekonomi transaksi yang terjadi akan beragam antarperusahaan sebagai fungsi (gabungan) dari karakter dasar bisnis mereka, dan secara beragam dirumuskan sebagai tingkat laba yang menunjukkan apakah dampak ekonomi pokoknya lebih baik dalam memperkirakan arus kas, ataukah konservatif, atau juga dapat diramalkan. Kualitas laba adalah laba dalam laporan keuangan yang mencerminkan kinerja keuangan perusahaan yang sesungguhnya (Irawati, 2012). Kualitas laba semakin tinggi kalau mendekati perencaan awal atau melebihi target dari rencana awal. Kualitas laba rendah karena dalam menyajikan laba tidak sesuai dengan sebenarnnya sehingga informasi yang di dapat dari laporan laba menjadi bias dampaknya menyesatkan kreditur dan investor dalam mengambil keputusan.

3. Struktur Modal

Struktur modal adalah penggunaan asset dan sumber dana oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap (beban tetap) dengan maksud agar meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham (Novianti, 2012). Struktur modal mempunyai pengaruh terhadap kualitas laba karena jika aset perusahaan lebih besar dibiayai oleh hutang daripada modalnya maka peran daripada investor menjadi menurun.

4. Likuiditas

Likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi hutang jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang dimiliki. Likuiditas mempunyai pengaruh terhadap kualitas laba karena jika suatu perusahaan


(23)

memiliki kemampuan dalam membayar hutang jangka pendeknya berarti perusahaan memiliki kinerja keuangan yang baik dalam pemenuhan hutang lancar sehingga perusahaan tidak perlu melakukan praktek manipulasi laba (Dira dan Astika, 2014).

5. Investment Opportunity Set (IOS)

Investment Opportunity Set menunjukkan investasi perusahaan atau opsi pertumbuhan. Nilai opsi pertumbuhan tersebut tergantung pada

discretionary expenditure manajer (Solechan, 2006). Manajemen

investment opportunities membutuhkan pembuatan keputusan dalam lingkungan yang tidak pasti dan konsekuensinya tindakan manajerial menjadi lebih unobservable. Tindakan manajer yang unobservable dapat menyebabkan prinsipal tidak dapat mengetahui apakah manajer telah melakukan tindakan yang sesuai dengan keinginan prinsipal atau tidak. 6. Pertumbuhan Laba

Pertumbuhan laba dimungkinkan ada pengaruh dengan kualitas laba perusahaan karena jika perusahaan yang memiliki kesempatan bertumbuh terhadap labanya berarti kinerja keuangan perusahaan tersebut baik dan dimungkinkan juga memiliki kesempatan bertumbuh terhadap kualitas labanya (Irawati, 2012). Maka pertumbuhan laba berpengaruh positif ter-hadap kualitas laba.

7. Persistensi Laba

Definisi persistensi laba menurut Scott (2009) adalah revisi laba yang diharapkan dimasa mendatang (expected future earnings) yang


(24)

diimplikasikan oleh inovasi laba tahun berjalan sehingga persistensi laba dilihat dari inovasi laba tahun berjalan yang dihubungkan dengan perubahan harga saham. Besarnya revisi ini menunjukan tingkat persistensi laba. Inovasi terhadap laba sekarang adalah informatif terhadap laba masa depan ekspektasian, yaitu manfaat masa depan yang diperoleh pemegang saham.

8. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan adalah suatu ukuran perusahaan yang dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan. Ukuran perusahaan berhubungan dengan kualitas laba karena semakin besar perusahaan maka semakin tinggi pula kelangsungan usaha suatu perusahaan dalam meningkatkan kinerja keuangan sehingga perusahaan tidak perlu melakukan praktek manipulasi laba (Irawati, 2012).

B. Penelitian Terdahulu dan Penurunan Hipotesis

1. Pengaruh Struktur Modal terhadap Kualitas Laba

Menurut Keown et al (2004) struktur modal (capital structure) adalah panduan atau kombinasi sumber dana jangka panjang yang digunakan oleh perusahaan. Struktur modal menunjukkan perbandingan baik dalam artian absolut maupun relatif antara hutang dengan modal sendiri. Struktur modal yang diukur dengan leverage merupakan suatu variabel untuk mengetahui seberapa besar aset perusahaan dibiayai oleh hutang perusahaan (Irawati, 2012). Utang yang dimiliki perusahaan berhubungan dengan keuntungan yang akan diperoleh perusahaan (Keshtavar et al., 2013).


(25)

Jang, dkk (2007) menyatakan bahwa semakin besar hutang suatu perusahaan maka mencerminkan laba yang berkualitas. Perusahaan yang memiliki tingkat hutang yang tinggi dapat menggunakan hutangnya untuk mendanai kegiatan operasi perusahaannya sehingga memungkinkan perusahaan dapat menghasilkan laba yang besar dan dapat melunasi hutang tersebut dari laba yang dihasilkan.

Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sugiarto, dkk (2007) bahwa struktur modal berpengaruh positif terhadap kualitas laba. Hasil berbeda ditunjukkan oleh penelitian Dira dan Astika (2014) struktur modal tidak berpengaruh terhadap kualitas laba. Berdasarkan penjelasan diatas dapat ditarik hipotesis :

H1 : Struktur modal berpengaruh positif terhadap kualitas laba

2. Pengaruh Likuiditas terhadap Kualitas Laba

Likuiditas menunjukkan bahwa perusahaan mampu untuk memenuhi kewajiban finansialnya dalam jangka pendek menggunakan dana lancar yang tersedia. Likuiditas yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi utang jangka pendeknya yang jatuh tempo. Beberapa literatur menyebutkan bahwa perusahaan yang liquid adalah perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas mendekati dua atau lebih besar dari satu. Likuiditas perusahaan merupakan bahan pertimbangan yang penting bagi pihak kreditur dan investor. Secara teori perusahaan yang memiliki likuiditas yang rendah dipersepsikan memiliki risiko yang tinggi. Dengan demikian bagi investor yang rasional (risk averse) likuiditas perusahaan


(26)

perlu dipertimbangkan dalam hal pengambilan keputusan investasi terkait kualitas laba.

Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian Jang,dkk (2007) dan Yuli (2010) yang menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh positif terhadap kualitas laba. Hasil berbeda ditunjukkan oleh penelitian Dira dan Astika (2014) likuiditas tidak berpengaruh terhadap kualitas laba. Berdasarkan penjelasan diatas dapat ditarik hipotesis :

H2 : Likuiditas berpengaruh positif terhadap kualitas laba

3. Pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) terhadap Kualitas Laba Menurut Solechan (2006), nilai IOS bergantung pada pengeluaran-pengeluaran yang ditetapkan manajemen di masa yang akan datang (future discretionary expenditure) yang pada saat ini merupakan pilihan-pilihan investasi yang diharapkan akan menghasilkan return yang lebih besar dari biaya modal (cost of equity) dan dapat menghasilkan keuntungan. Perusahaan dengan tingkat investment opportunity set tinggi cenderung akan memiliki prospek pertumbuhan perusahaan yang tinggi dimasa depan. Adanya kesempatan bertumbuh yang ditandai dengan adanya kesempatan investasi (investment opportunity set) menyebabkan laba perusa-haan dimasa depan akan meningkat. Sehingga pasar akan memberi respon yang lebih besar terhadap perusahaan yang mempunyai kesempatan bertumbuh (investment opportunity set). Tingginya respon pasar terhadap laba akan menyebabkan semakin besar reaksi harga pasar suatu sekuritas.


(27)

Hasil ini didukung oleh penelitian Fita (2004) dan Mulyani et al, (2007) yang menyatakan bahwa investment opportunity set berpengaruh positif terhadap kualitas laba. Berdasarkan penjelasan tersbut ditarik hipotesis : H3 : Investment Opportunity Set (IOS) berpengaruh positif terhadap

kualitas laba

4. Pengaruh Pertumbuhan Laba terhadap Kualitas Laba

Pertumbuhan laba dapat diketahui dengan mengukur market to book ratio (Collins dan Kothari, 1989). Pertumbuhan laba suatu perusahaan biasanya diakibatkan oleh adanya laba kejutan yang diperoleh pada periode sekarang. Investor dapat merespon informasi laba kejutan tersebut sebagai suatu indikasi adanya intervensi dari pihak manajemen perusahaan terhadap laporan keuangan sehingga laba mengalami peningkatan. Oleh karena itu, laba yang dihasilkan perusahaan tidak mencerminkan keadaan perusahaan yang sesungguhnya.

Semakin tinggi tingkat pertumbuhan perusahaan, maka semakin tinggi pula kualitas labanya. Keadaan ini disebabkan karena adanya respon positif dari investor sebagai pengguna laporan keuangan dalam merespon informasi kualitas laba. Dengan demikian, laba yang dihasilkan merupakan keadaan perusahaan yang sesungguhnya. Hal inilah yang menyebabkan meningkatnya kepercayaan investor terhadap perusahaan yang mengalami pertumbuhan laba sehingga menyebabkan kualitas laba yang tinggi.

Hasil ini didukung oleh penelitian Teoh Wong (1993) dan Hartono (2009) menyatakan bahwa pertumbuhan laba berpengaruh positif terhadap


(28)

kualitas laba. Berbeda dengan penelitian Dira dan Astika (2014) yang menyatakan bahwa pertumbuhan laba tidak berpengaruh terhadap kualitas laba. Berdasarkan penjelasan diatas dapat ditarik hipotesis :

H4 : Pertumbuhan laba bepengaruh positif terhadap kualitas laba

5. Pengaruh Persistensi Laba terhadap Kualitas Laba

Persistensi laba menurut Scott (2003) adalah revisi laba yang diharapkan dimasa depan yang diimplikasikan oleh inovasi laba sehingga persistensi laba dilihat dari inovasi laba tahun berjalan yang dihubungkan dengan perubahan harga saham. Persistensi merupakan cermin kualitas laba yang diperoleh perusahaan karena perusahaan dapat mempertahankan perolehan laba tersebut dari waktu ke waktu dan bukan hanya karena suatu peristiwa tertentu, seperti penjualan aset, penjualan merek dagang, dan kegiatan non operasional lainnya.

Perusahaan yang mampu mempertahankan labanya dari tahun ke tahun lebih membuat para investor tertarik, karena menurut investor perusahaan ini mampu menjaga kondisi perusahaan untuk tetap stabil. Semakin tinggi persistensi laba maka koefisien respon laba akan meningkat. Hal ini mengindikasikan bahwa laba perusahaan berkualitas.

Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Jang, dkk (2007) dan Ambarwati (2008) yang menyatakan bahwa persistensi laba berpengaruh positif terhadap kualitas laba. Maka dapat ditarik hipotesis :


(29)

6. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Kualitas Laba

Ukuran perusahaan merupakan karakteristik dari suatu perusahaan. Ukuran perusahaan berhubungan dengan kualitas laba sebab semakin besar ukuran suatu perusahaan maka kelangsungan usaha perusahaan tersebut akan semakin tinggi dalam meningkatkan kinerja keuangan sehingga perusahaan tidak perlu melakukan praktek manipulasi laba.

Perusahaan-perusahaan yang berskala besar akan mudah memperoleh dana pinjaman dari pihak ketiga, karena kemampuan untuk mengakses kepada pihak lain atau jaminan yang dimiliki merupakan aktiva yang lebih besar dari perusahaan kecil.

Hasil ini didukung oleh penelitian Dira dan Astika (2014), Susanto (2011), dan Jang, dkk (2007) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kualitas laba. Dari penjelasan tersebut maka hipotesisnya adalah :


(30)

C. Model Penelitian

Skema model penelitian ini digambarkan dalam Gambar 2.1 sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen +

+

+

+

+

+

Gambar 2.1 Skema Model Penelitian Struktur Modal

Likuiditas Investment Opportunity Set

(IOS) Pertumbuhan

Laba Persistensi Laba

Ukuran Perusahaan


(31)

18

METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2012-2014.

B. Teknik Pengumpulan Sampel

Pemilihan meotde sampel menggunakan metode non probability sampling

dengan teknik purposive sampling. Purposive sampilng adalah pengambilan secara sengaja sesuai dengan persyaratan sampel yang diperlukan. Adapun persyaratan untuk sampel yangdipilih adalah sebagai berikut :

1) Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan mempublikasikan laporan keuangan auditan untuk periode yang berakhir 31 Desember secara konsisten dan lengkap selama periode 2012-2014. 2) Perusahaan manufaktur yang menghasilkan laba selama periode

2012-2014.

3) Perusahaan manufaktur yang menyajikan harga penutupan saham tahunan dengan lengkap.

4) Laporan keuangan yang disajikan dalam mata uang rupiah dan semua data yang dibutuhkan untuk penelitian ini tersedia dengan lengkap.


(32)

C. Jenis data

Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder (serta merupakan data kuantitatif (angka yang disajikan dalam pelaporan keuangan digunakan untuk menghitung nilai variabel-variabel terkait dalam penelitian ini).

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1) Variabel Dependen

Kualitas Laba

Kualitas laba adalah laba dalam laporan keuangan yang mencerminkan kinerja keuangan perusahaan yang sesungguhnya. Para investor, calon investor, para analisis keuangan dan para pengguna informasi keuangan lainnya harus mengetahui betul bagaimana kualitas laba yang sebenarnya. Kualitas laba dapat dihitung menggunakan rumus

Raspuda (2014):

Quality of Income

=

� �

� ��

Keterangan :

EBIT : Laba sebelum bunga dan pajak 2) Variabel Independen

a. Struktur Modal

Struktur modal adalah penggunaan aset dan sumber dana oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap (beban tetap) dengan maksud agar meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham. Struktur modal yang diukur dengan leverage merupakan suatu vaiabel yang


(33)

untuk mengetahui seberapa besar aset perusahaan dibiayai oleh hutang perusahaan. Leverage juga dapat diartikan sebagai tingkat ketergantungan perusahaan terhadap hutang dalam membiayai kegiatan operasinya, dengan demikian leverage juga mencerminkan tingkat resiko keuangan perusahaan. Variabel leverage dalam penelitian ini diukur dengan Debt to Equity Ratio (DER).Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut Sembiring (2005):

Debt Equity Ratio =

� � � �

� � �

b. Likuiditas

Likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi hutang jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang dimiliki. Likuidi-tas mempunyai pengaruh terhadap kualiLikuidi-tas laba karena jika suatu perusahaan memiliki kemampuan dalam membayar hutang jangka pendeknya berarti perusahaan memiliki kinerja keuangan yang baik dalam pemenuhan hutang lancar sehingga perusahaan tidak perlu melakukan praktek manipulasi laba. Rumus yang digunakan adalah Almilia (2007) :

Current ratio

=

� � � �

�� � � � �

c. Investment Opportunity Set (IOS)

Investment Opportunity Set (IOS) adalah kesempatan perusahaan untuk tumbuh. IOS dijadikan sebagai dasar untuk menentukan


(34)

klasifikasi pertumbuhan perusahaan di masa depan. Proksi IOS yang digunakan dalam penelitian ini adalah market to book value of asset ratio, seperti yang digunakan dalam penelitian Rachmawati dan Triatmoko (2007) dengan rumus :

MKTBKASS = − � +( ℎ �ℎ � ℎ )

d. Pertumbuhan Laba

Pertumbuhan laba adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi hutang jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang dimiliki. Seberapa besar efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan pemanfaatan yang dimiliki. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

Pertumbuhan Laba = � ℎ

�ℎ −1

e. Persistensi Laba

Definisi persistensi laba menurut Scott (2009) adalah revisi laba yang diharapkan dimasa mendatang (expected future earnings) yang diimplikasikan oleh inovasi laba tahun berjalan sehingga persistensi laba dilihat dari inovasi laba tahun berjalan yang dihubungkan dengan perubahan harga saham. Persistensi laba akuntansi diukur menggunakan koefisien regresi antara laba akuntansi periode sekarang dengan laba akuntansi periode yang lalu. Skala data yang digunakan adalah rasio, menurut Asma (2013) dapat menggunakan rumus :


(35)

Xit = α + βXit-1+ ε Keterangan:

Xit : laba perusahaan i pada tahun t Eit-1 : laba perusahaan i sebelum tahun t f. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang dapat dinilai dari total aset yang dimiliki, jumlah penjualan, rata-rata total penjualan dan rata-rata assets. Jadi ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya perusahaan yang dapat dilihat dari besar kecilnya modal yang digunakan dan total aset yang dimiliki. Ukuran perusahaan dapat diproksi melalui total aset (TA). Rumus yang digunakan untuk menghitung ukuran perusahaan (Collins dan Kothari, 1989) sebagai berikut:

Ukuran Perusahaan = Total Aset Perusahaan pada Akhir Tahun (Log) E. Uji Kualitas Data

1. Uji Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif ini digunakan untuk memberikan gambaran nilai minimum, maksimum, rata-rata (mean), dan simpangan baku (standar deviasi) dari variabel-variabel yang diteliti.

2. Uji Asumsi Klasik

Penelitian ini melibatkan lebih dari dua variabel penelitian, untuk itu digunakan model linear regresi berganda sebagai teknik analisis data. Hasil yang valid dari teknik analisis regresi berganda akan terpenuhi jika asumsi


(36)

klasik tepenuhi. Pengujian asumsi klasik yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain:

a. Uji Multikolinieritas

Menurut Ghozali (2011) uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi yang tinggi atau sempurna antar variabel bebas/independen. Jika nilai VIF

lebih kecil dari 10 dan nilai Tolerance > 0,1, maka bisa ditarik kesimpulan bahwa kedua persamaan regresi bebas dari masalah multikolinieritas.

b. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada suatu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Dilihat dari nilai Durbin Watson, dapat diketahui bahwa persamaan tersebut tidak mengalami autokorelasi. Model regresi yang baik sebaiknya tidak terdapat autokorelasi. Untuk mengetahui ada atau tidaknya autokorelasi dalam model regresi, dalam penelitian ini digunakan uji Durbin Watson (DW), jika angka DW diantara du <dw< 4-du maka tidak terjadi autokorelasi (Nazaruddin dan Basuki, 2015).

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan


(37)

ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2005). Untuk menguji heteroskedastisitas digunakan uji Glejser. Uji Glejser mengusulkan untuk meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen. Jika nilai signifikansi antara variabel independen dengan absolut residual > α 0,05 maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.

d. Uji Normalitas

Berdasarkan uji Kolmogorov-Smirnov yang digunakan untuk menguji normalitas nilai residual, maka variabel residual kedua persamaan berdistribusi normal dengan nilai signifikansi > α 0.05 (Ghozali, 2011).

F. Uji Hipotesis dan Analisis Data 1. Analisis Regresi Linier Berganda

Metode analisis yang digunakan untuk menilai variabilitas luas pengungkapan risiko dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda (multiple regressionanalysis). Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen struktur modal, likuiditas, IOS, pertumbuhan laba, persistensi laba, ukuran perusahaan terhadap variabel dependen kualitas laba. Model regresi yang dikembangkan untuk menguji hipotesis - hipotesis yang telah dirumuskan dalam penelitian ini adalah :


(38)

Keterangan :

Klit : Kualitas Laba

SMit : Struktur Modal

LIit : Likuiditas

IOSit : Investment Opportunity Set PLit : Pertumbuhan Laba PRSit : Persistensi Laba UPit : Ukuran Perusahaan

α : konstanta

e : error

2. Uji Statistik F

Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Jika nilai signifikansi < 0,05, maka dapat dikatakan terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Namun, jika nilai signifikansi > 0,05 maka tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara variabel bebas terhadap variabel terikat.

3. Uji Koefisien Determinan (Adjusted R2)

Uji ini bertujuan untuk menentukan proporsi atau persentase total variasi dalam variabel terikat yang diterangkan oleh variabel bebas. analisis yang digunakan adalah regresi bergenda, maka yang digunakan adalah Adjusted R Square. Koefisien ini menunjukkan seberapa besar prosentase variasi variabel independen yang digunakan dalam model


(39)

mampu menjelaskan variasi variabel dependen. R2sama dengan 0, maka tidak ada sedikitpun presentase sumbangan pengaruh yang diberikan variabel independen terhadap variabel dependen, atau variasi variabel independen yang digunakan dalam model tidak menjelaskan sedikitpun variasi variabel dependen. Sebaliknya R2 sama dengan 1, maka prosentase sumbangan pengaruh yang diberikan variabel independen terhadap variabel dependen adalah sempurna, atau variasi variabel independen yang digunakan dalam model menjelaskan 100% variasi variabel dependen.

4. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Untuk menguji pengaruh pada setiap hipotesis digunakan uji stastistik

t. Uji statistik t digunakan untuk mengetahui pengaruh satu variabel independen secara individual terhadap variabel dependen (Ghozali, 2006). Pengujian dilakukan dengan menggunakan signifikan level 0,05

(α=5%). Kriteria hipotesis diterima jika :

a. Nilai signifikan < α 0,05


(40)

27

A. Gambaran Umum Obyek/Subyek Penelitian

Hasil pemilihan sampel pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2012 - 2014 diperoleh jumlah sampel sebanyak 57 perusahaan. Proses pemilihan sampel disajikan pada tabel berikut :

Adapun prosedur pemilihan sampel adalah sebagai berikut: Tabel 4.1

Perincian Pemilihan Sampel Tahun 2012-2014

Kriteria Jumlah

Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun

2012 – 2014 160

Perusahaan yang tidak mempublikasikan laporan keuangan auditan per 31 Desember dari tahun 2012 – 2014

(30) Perusahaan manufaktur yang tidak menghasilkan laba

selama periode 2012-2014. (49)

Perusahaan manufaktur yang tidak menyajikan harga

penutupan saham tahunan dengan lengkap. (30) Laporan keuangan perusahaan yang tidak disajikan

dalam mata uang rupiah dan semua data yang dibutuhkan untuk penelitian ini tersedia dengan lengkap.

(32)

Jumlah Perusahaan 19

Tahun Pengamatan 3

Total Sampel Tahun Pengamatan 57


(41)

B. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan kondisi data yang digunakan dalam penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi struktur modal (SM), likuiditas (LI), investment opportunity set (IOS), pertumbuhan laba (PL), persistensi laba (PRS), dan ukuran perusahaan (UP). Nilai - nilai statistik data awal dalam proses pengolahan belum menghasilkan data yang berdistribusi normal, sehingga beberapa data outlier dikeluarkan dari analisis.

Outlier adalah kasus atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi - observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim baik untuk variabel tunggal atau kombinasi .Outlier perlu dibuang jika data outlier tidak menggambarkan observasi dalam populasi. Berikut merupakan statistik deskriptif untuk data yang sudah normal.

Deskripsi dari variabel-variabel penelitian ditunjukan oleh Tabel 4.2 berikut ini :


(42)

Tabel 4.2

Hasil Uji Statistik Deskriptif N

Minimum Maximum Mean

Std. Deviation

KL 57 ,01 ,76 ,3475 ,20811

SM 57 ,16 2,56 ,8642 ,57835

LI 57 ,45 6,15 2,4233 1,49204

IOS 57 1,78 8,13 4,3814 1,50206

PL 57 ,08 8,44 1,2467 1,15677

PRS 57 -9,93 12,14 ,2265 3,41776

UP 57 11,11 14,37 12,6742 ,84638

Valid N (listwise)

57

Sumber : Hasil Olah Data 2016 1. Struktur Modal

Struktur Modal ditunjukkan oleh proksi SM. Berdasarkan Tabel 4.2. Hasil uji statistik deskriptif, besarnya SM dari 57 sampel perusahaan manufaktur mempunyai nilai minimum sebesar 0,16, nilai maksimum sebesar 2,56, rata-rata (mean) sebesar 0,8642, dan standar deviasi sebesar 0,57835.

2. Likuiditas

Likuiditas ditunjukkan oleh proksi LI. Berdasarkan Tabel 4.2. Hasil uji statistik deskriptif, besarnya LI dari 57 sampel perusahaan manufaktur mempunyai nilai minimum sebesar 0,45, nilai maksimum sebesar 6,15, nilai rata-rata (mean) sebesar 2,4233, dan standar deviasi sebesar 1,49204.


(43)

3. Investment Opportunity Set (IOS)

Investment Opportunity Set ditunjukkan oleh proksi IOS. Berdasarkan Tabel 4.2. Hasil uji statistik deskriptif, besarnya IOS dari 57 sampel perusahaan manufaktur mempunyai nilai minimum sebesar 1,78, nilai maksimum sebesar 8,13, nilai rata-rata (mean) sebesar 4,3814, dan standar deviasi sebesar 1,50206.

4. Pertumbuhan Laba

Pertumbuhan Laba ditunjukkan oleh proksi PL. Berdasarkan Tabel 4.2. Hasil uji statistik deskriptif, besarnya PL dari 57 sampel perusahaan manufaktur mempunyai nilai minimum sebesar 0,08, nilai maksimum sebesar 8,44, nilai rata-rata (mean) sebesar 1,2467, dan standar deviasi sebesar 1,15677.

5. Persistensi Laba

Persistensi Laba ditunjukkan oleh proksi PRS. Berdasarkan Tabel 4.2. Hasil uji statistik deskriptif, besarnya PRS dari 57 sampel perusahaan manufaktur mempunyai nilai minimum sebesar -9,93, nilai maksimum sebesar 12,14, nilai rata-rata (mean) sebesar 0,2265, dan standar deviasi sebesar 3,41776.

6. Ukuran Perusahaan

Ukuran Perusahaan ditunjukkan oleh proksi UP. Berdasarkan Tabel 4.2. Hasil uji statistik deskriptif, besarnya UP dari 57 sampel perusahaan manufaktur mempunyai nilai minimum sebesar 11,11, nilai maksimum


(44)

sebesar 14,37, nilai rata-rata (mean) sebesar 12,6742, dan standar deviasi sebesar 0,84638.

C. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik merupakan persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linear berganda. Berikut hasil uji asumsi klasik adalah sebagai berikut :

1. Uji Multikolinieritas

Apabila nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10, berarti tidak ada multikolinearitas antar variabel dalam model regresi. Hasil uji multikolinieritas adalah sebagai berikut :

Tabel 4.3

Hasil Uji Multikolinearitas

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Const

ant) ,067 ,501 ,134 ,894

SM ,078 ,052 ,217 1,509 ,138 ,596 1,679

LI ,084 ,019 ,604 4,338 ,000 ,634 1,576

IOS ,038 ,024 ,272 1,550 ,128 ,399 2,508

PL ,058 ,020 ,322 2,856 ,006 ,967 1,035

PRS ,012 ,008 ,193 1,552 ,127 ,799 1,251

UP -,018 ,046 -,074 -,400 ,691 ,358 2,797

a Dependent Variable: KL

Variabel Independen : SM = Struktur Modal, LI = Likuiditas, IOS = Investment Opportunity Set, PL = Pertumbuhan Laba , PRS = Persistensi Laba, dan UP = Ukuran Perusahaan.

Dari tabel 4.3 menunjukan nilai Tolerance masing-masing variabel SM = 0,596, LI = 0,634, IOS = 0,399, PL = 0,967, PRS = 0,799, dan UP = 0,358 dimana semuannya > 0,1. Nilai VIF pada kolom terakhir masing-masing variabel SM = 1,679, LI = 1,576, IOS = 2,508, PL = 1,035, PRS =


(45)

1,251, UP = 2,797 dimana semuanya < 10 dengan demikian, model pengujian ini bebas dari gejala multikolinearitas.

2. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada suatu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Hasil uji autokorelasi adalah sebagai berikut :

Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of

the Estimate Durbin-Watson

1 ,620(a) ,385 ,311 ,17272 2,108

a Predictors: (Constant), UP, PL, SM, PRS, LI, IOS b Dependent Variable: KL

Dari tabel 4.4 menunjukkan nilai DW-test yang diperoleh sebesar 2,108 berada pada daerah dU< DW < 4-dU yaitu : 1,8812 < 2,108 < 4-1,8812 atau 1,8812 < 2,108 < 2,1188 artinya tidak ada autokorelasi dalam model regresi.

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Hasil uji heteroskedastisitas adalah sebagai berikut :


(46)

Tabel 4.5

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

B Std. Error Beta t Sig

1 (Constant) -,025 ,286 -,087 ,931

SM ,025 ,030 ,148 ,831 ,410

LI ,017 ,011 ,264 1,526 ,133

IOS -,002 ,014 -,030 -,136 ,893

PL -,004 ,012 -,054 -,386 ,701

PRS -,001 ,004 -,049 -,316 ,753

UP ,009 ,026 ,075 ,327 ,745

a Dependent Variable: ABS_RES1

Dari tabel 4.5 di atas menunjukkan nilai sig pada kolom terakhir masing-masing variabel adalah SM = 0,410, LI = 0,133, IOS = 0,893, PL = 0,701, PRS = 0,753, dan UP 0,745 dimana dimana semuanya > α 0,05. Dengan demikian, model penujian ini bebas dari gejala heteroskedastisitas.

4. Uji Normalitas

Berdasarkan uji Kolmogorov-Smirnov yang digunakan untuk menguji normalitas nilai residual, maka variabel residual kedua persamaan berdistribusi normal dengan nilai signifikansi > α 0.05 (Ghozali, 2011).

Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas

Unstandardize d Residual

N 57

Normal Parameters(a,b) Mean ,0000000

Std. Deviation ,16320535

Most Extreme Differences

Absolute ,060

Positive ,052

Negative -,060

Kolmogorov-Smirnov Z ,452

Asymp. Sig. (2-tailed) ,987


(47)

Dari tabel 4.6 menunjukan bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov (Test Statistic) Z yaitu 0,452 dan Asymp. Sig. (2-tailed) yaitu 0,987 nilai ini > α 0,05 hal ini mengindikasikan model regresi memenuhi asumsi normalitas atau data berdistribusi secara normal.

D. Uji Hipotesis

1. Uji Simultan (F hitung)

Pengujian hipotesis uji F ini digunakan untuk mengetahui apakah secara keseluruhan variabel bebas mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap variabel terikat. Hasil uji nilai F dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.7 Hasil Uji Nilai F

Model

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression ,934 6 ,156 5,217 ,000(a)

Residual 1,492 50 ,030

Total 2,425 56

a Predictors: (Constant), UP, PL, SM, PRS, LI, IOS b Dependent Variable: KL

Sumber : Hasil Olah Data, 2016

Hasil tabel 4.7 diatas dapat dilihat bahwa model persamaan ini memiliki nilai F hitung sebesar 5,217 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 (sig < 0,05). Sehingga dapat dikatakan bahwa keenam variabel independen yang terdiri dari struktur modal, likuiditas, investment opportunity set, pertumbuhan laba, persistensi laba, dan ukuran perusahaan dalam penelitian ini berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba.


(48)

2. Uji Koefisien Determinan (Adjusted R2)

Uji ini bertujuan untuk menentukan proporsi atau persentase total variasi dalam variabel terikat yang diterangkan oleh variabel bebas. Hasil uji koefisien determinan (adjusted R2) dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 4.8

Hasil Uji Koefisien Determinan (adjusted R2)

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 ,620(a) ,385 ,311 ,17272

a Predictors: (Constant), UP, PL, SM, PRS, LI, IOS b Dependent Variable: KL

Sumber :Hasil Olah Data, 2016

Berdasarkan Tabel 4.8 di atas, diketahui bahwa besar koefisien determinasi (adjusted R2) atau kemampuan faktor - faktor variabel independen struktur modal, likuiditas, investment opportunity set, pertumbuhan laba, persistensi laba, dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap variabel dependen (kualitas laba) sebesar 0,311 atau 31,1 % dan sisanya (100 % - 31,1 % = 68,9 %) dijelaskan atau diprediksi oleh faktor lain di luar keenam faktor dan model lain di luar model tersebut. 3. Uji Signifikan Nilai T

Uji statistik t bertujuan untuk menguji masing- masing variabel independen (SM, LI, IOS, PL, PRS, dan UP) secara individu apakah berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (KL) atau tidak, Hasil uji satistik t adalah sebagai berikut :


(49)

Tabel 4.9 Hasil Uji Statistik t

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) ,067 ,501 ,134 ,894

SM ,078 ,052 ,217 1,509 ,138

LI ,084 ,019 ,604 4,338 ,000

IOS ,038 ,024 ,272 1,550 ,128

PL ,058 ,020 ,322 2,856 ,006

PRS ,012 ,008 ,193 1,552 ,127

UP -,018 ,046 -,074 -,400 ,691

a Dependent Variable: KL Sumber : Hasil Olah Data 2016.

Dari tabel 4.9 tersebut, tercantum nilai konstanta dan nilai-nilai koefisien regresi linear berganda untuk masing-masing variabel bebas. Berdasarkan nilai tersebut, maka dapat ditentukan model regresi linear berganda yang dinyatakan dalam bentuk persamaan sebagai berikut :

KL = 0,067 + 0,078 SM + 0,084 LI + 0,038 IOS + 0,058 PL + 0,012 PRS – 0,18 UP a. Pengujian Hipotesis Satu (H1)

Berdasarkan hasil pengujian di atas, didapatkan hasil estimasi variabel Struktur Modal (SM) memiliki koefisien regresi sebesar 0,078 (tanda positif) dengan nilai signifikansi sebesar 0,138 (> α 0,05). Dengan demikian Struktur Modal (SM) tidak berpengaruh terhadap Kualitas Laba (KL), maka pada penelitian ini hipotesis 1 ditolak.

b. Pengujian Hipotesis Dua (H2)

Berdasarkan hasil pengujian di atas, didapatkan hasil estimasi variabel Likuiditas (LI) memiliki koefisien regresi sebesar 0,084 (tanda positif) dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 (< α 0,05). Dengan demikian


(50)

Likuiditas (LI) berpengaruh positif terhadap Kualitas Laba (KL), maka pada penelitian ini hipotesis 2 diterima.

c. Pengujian Hipotesis Tiga (H3)

Berdasarkan hasil pengujian di atas, didapatkan hasil estimasi variabel

Investment Opportunity Set (IOS) memiliki koefisien regresi sebesar 0,038 (tanda positif) dengan nilai signifikansi sebesar 0,128 (> α 0,05). Dengan demikian Investment Opportunity Set (IOS) tidak berpengaruh terhadap Kualitas Laba (KL), maka pada penelitian ini hipotesis 3 ditolak.

d. Pengujian Hipotesis Empat (H4)

Berdasarkan hasil pengujian di atas, didapatkan hasil estimasi variabel Pertumbuhan Laba (PL) memiliki koefisien regresi sebesar 0,058 (tanda positif) dengan nilai signifikansi sebesar 0,006 (< α 0,05). Dengan demikian Pertumbuhan Laba (PL) berpengaruh positif terhadap Kualitas Laba (KL), maka pada penelitian ini hipotesis 4 diterima.

e. Pengujian Hipotesis Lima (H5)

Berdasarkan hasil pengujian di atas, didapatkan hasil estimasi variabel Persistensi Laba (PRS) memiliki koefisien regresi sebesar 0,012 (tanda positif) dengan nilai signifikansi sebesar 0,127 (> α 0,05). Dengan demikian Persistensi Laba (PRS) tidak berpengaruh terhadap Kualitas Laba (KL), maka pada penelitian ini hipotesis 5 ditolak.

f. Pengujian Hipotesis Enam (H6)

Berdasarkan hasil pengujian di atas, didapatkan hasil estimasi variabel Ukuran Perusahaan (UP) memiliki koefisien regresi sebesar 0,18 (tanda


(51)

negatif) dengan nilai signifikansi sebesar 0,691 (> α 0,05). Dengan demikian Ukuran Perusahaan) tidak berpengaruh terhadap Kualitas Laba (KL), maka pada penelitian ini hipotesis 6 ditolak.

Secara keseluruhan, hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.10

Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis

Kode Hipotesis Hasil

H1 Struktur Modal berpengaruh positif

terhadap Kualitas Laba Ditolak H2

Likuiditas berpengaruh positif terhadap

Kualitas Laba Diterima

H3

Investment Opportunity Set

berpengaruh positif terhadap Kualitas Laba

Ditolak H4 Pertumbuhan Laba positif berpengaruh

terhadap Kualitas Laba Diterima H5 Persistensi Laba berpengaruh positif

terhadap Kualitas Laba Ditolak H6 Ukuran Perusahaan berpengaruh

positif terhadap Kualitas Laba Ditolak

E. Pembahasan (Interprestasi)

1. Pengaruh Struktur Modal (SM) terhadap Kualitas Laba (KL)

Berdasarkan hasil yang didapatkan dalam penelitian ini yakni menunjukkan bahwa struktur modal (SM) tidak berpengaruh terhadap kualitas laba (KL) pada perusahaan manufaktur di Indonesia. Hal ini dikarenakan perusahaan manufaktur sebagian besar menggunakan sumber dananya secara seimbang dari hutang dan modal untuk pembiayaan aktivanya. Jika semakin tinggi hutang perusahaan, maka perusahaan tersebut akan semakin dinamis. Pihak manajemen akan lebih terpacu untuk meningkatkan kinerjanya agar hutang-hutang perusahaan dapat terpenuhi.


(52)

Para investor memberikan respon yang berbeda terhadap besarnya hutang suatu perusahaan karena adanya kebijakan pendanaan dan kebijakan hutang yang masing-masing digunakan oleh perusahaan untuk menjaga keseimbangan financial. Struktur modal yang tidak berpengaruh dikarenakan adanya perbedaan pandangan yaitu tidak memperhatikan besaran hutang perusahaan melainkan memperhatikan tingkat kinerja perusahaan tersebut.

Hasil ini konsisten dengan penelitian Dira dan Astika (2014) dan Yuli (2010) menyatakan bahwa struktur modal tidak berpengaruh terhadap kualitas laba.

2. Pengaruh Likuiditas (LI) terhadap Kualitas Laba (KL)

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis kedua yakni, diperoleh hasil variabel likuiditas (LI) berpengaruh positif terhadap kualitas laba (KL) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014. Hal ini dikarenakan likuiditas yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi utang jangka pendeknya yang jatuh tempo. Beberapa literatur menyebutkan bahwa perusahaan yang

liquid adalah perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas mendekati dua atau lebih besar dari satu.Secara teori perusahaan yang memiliki likuiditas yang rendah dipersepsikan memiliki risiko yang tinggi. Dengan demikian bagi investor yang rasional (risk averse) likuiditas perusahaan perlu dipertimbangkan dalam hal pengambilan keputusan investasi terkait kualitas laba.


(53)

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Jang, dkk(2007) dan Yuli (2010) yang juga menyatakan bahwa memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas laba. Hasil berbeda ditunjukkan oleh penelitian Dira dan Astika (2014) likuiditas tidak berpengaruh terhadap kualitas laba.

3. Pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) terhadap Kualitas Laba (KL)

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis ketiga yakni, diperoleh hasil variabel investment opportunity set (IOS) tidak berpengaruh terhadap kualitas laba (KL) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014. Hal ini dikarenakan motivasi investor dalam investasinya bukan untuk mendapatkan keuntungan jangka panjang. Melainkan untuk mendapatkan capital gain (jangka pendek). Faktor kesempatan bertumbuh yang dilihat dari investment opportunity set

biasanya diamati oleh investor yang mempunyai perspektif jangka panjang untuk mendapatkan tingkat bunga (yield)dari investasi yang dilakukannya. Pengaruh investment opportunity set yang tidak signifikan terhadap kualitas laba dikarenakan investment opportunity set tidak menjadi pusat perhatian investor dalam membuat keputusan investasi. Sehingga investor tidak terlalu memperhatikan nilai investment opportunity set perusahaan,


(54)

Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Palupi (2006) dan Wulansari (2009) yang menyatakan investment opportunity set tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba.

4. Pengaruh Pertumbuhan Laba (PL) terhadap Kualitas Laba (KL) Berdasarkan hasil pengujian hipotesis keempat yakni, diperoleh hasil variabel pertumbuhan laba (PL) berpengaruh terhadap kualitas laba (KL) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014. Ini berarti bahwa semakin tinggi pertumbuhan laba di perusahaan, semakin tinggi pula kualitas laba yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Teoh Wong (1993) yang menunjukkan pertumbuhan laba memliki pengaruh positif terhadap kualitas laba. Penelitian mereka menyimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pertumbuhan perusahaan, maka semakin tinggi pula kualitas labanya.

Keadaan ini disebabkan karena adanya respon positif dari investor sebagai pengguna laporan keuangan dalam merespon informasi kualitas laba. Dengan demikian, laba yang dihasilkan merupakan keadaan perusahaan yang sesungguhnya. Hal inilah yang menyebabkan meningkatnya kepercayaan investor terhadap perusahaan yang mengalami pertumbuhan laba sehingga menyebabkan kualitas laba yang tinggi.

Hasil ini konsisten dengan penelitian Hartono (2009). Hasil yang berbeda ditunjukkan oleh penelitian Dira dan Astika (2014) yang


(55)

menyatakan bahwa pertumbuhan laba tidak berpengaruh terhadap kualitas laba.

5. Pengaruh Persistensi Laba (PRS) terhadap Kualitas Laba (KL) Berdasarkan hasil pengujian hipotesis kelima yakni, diperoleh hasil variabel persistensi laba (PRS) tidak berpengaruh terhadap kualitas laba (KL) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014. Laba yang diperoleh perusahaan tersebut dapat meningkat secara terus menerus ataupun stabil dimasa yang akan datang. Sehingga reaksi pasar lebih tinggi terhadap informasi yang diharapkan berlaku konsisten (permanen) dalam jangka panjang dibandingkan informasi yang bersifat sementara. Sehingga semakin persisten atau permanen laba dari waktu ke waktu, respon investor semakin rendah yang menunjukkan persistensi laba tidak berpengaruh terhadap kualitas laba.

Hasil penelitian ini didukung oleh Wijayanti (2009) dan Rizky (2009) juga menyatakan persistensi tidak berpegaruh terhadap kualitas laba yang dilihat dari koefisien respon laba.

6. Pengaruh Ukuran Perusahaan (UP) terhadap Kualitas Laba (KL) Berdasarkan hasil pengujian hipotesis kelima yakni, diperoleh hasil variabel ukuran perusahaan (UP) tidak berpengaruh terhadap kualitas laba (KL) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014. Hal ini dikarenakan investor menganggap bahwa perusahaan yang besar belum tentu memberikan keuntungan, bisa saja perusahaan tersebut juga memiliki hutang yang besar untuk mendanai


(56)

kegiatan operasional perusahaan. Sebagian besar perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang berukuran besar, namun investor lebih memilih melihat kondisi pasar perusahaan secara umum daripada melihat total asetnya. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Palupi (2006), Collins dan Kothari (1989) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kualitas laba. Hasil berbeda ditunjukkan oleh penelitian Dira dan Astika (2014) yang menyatakan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kualitas laba.


(57)

43

BAB V

SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data mengenai pengaruh Struktur Modal, Likuiditas, Investment Opportunity Set (IOS), Pertumbuhan Laba, Persistensi Laba, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kualitas Laba pada perusahaan manufaktur sejumlah 57 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014, dapat disimpulkan bahwa :

1. Secara simultan variabel SM, LI, IOS, PL, PRS, dan UP bersama- sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen yaitu KL. 2. Struktur Modal (SM) tidak berpengaruh terhadap Kualitas Laba (KL). 3. Likuiditas (LI) berpengaruh positif terhadap Kualitas Laba (KL).

4. Investment Opportunity Set (IOS) tidak berpengaruh terhadap Kualitas Laba (KL).

5. Pertumbuhan Laba (PL) berpengaruh positif terhadap Kualitas Laba (KL).

6. Persistensi Laba (PRS) tidak berpengaruh terhadap Kualitas Laba (KL). 7. Ukuran Perusahaan (UP) tidak berpengaruh terhadap Kualitas Laba (KL).


(58)

B. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan dari penelitian tersebut di atas, maka diajukan saran sebagai berikut

1. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah sampel penelitian dengan periode yang berbeda ataupun dengan menambah periode yang lama dan juga yang baru.

2. Penelitian selanjutnya perlu untuk menambah atau mengganti beberapa variabel yang dimungkinkan berpengaruh terhadap kualitas laba.

3. Untuk penelitian selanjutnya dapat melakukan perbandingan dengan penelitian yang terdapat di luar negeri untuk mengetahui variabel-variabel apakah yang berpengaruh terhadap penentuan Kualitas Laba yang terdapat pada negara-negara selain Indonesia.

4. Bagi perusahaan untuk meningkatkan kepercayaan pemegang saham terhadap perusahaan, maka perusahaan harus mampu menunjukkan kinerja perusahaan yang bagus dan menyampaikan informasi yang cukup kepada investor mengenai perkembangan perusahaan.

C. Keterbatasan Penelitian

Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa keterbatas penelitian. Antara lain adalah sebagai berikut :

1. Sampel masih terbatas pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia, dimungkinkan mengganti dengan perusahaan lain yang lebih luas untuk melihat pengaruh secara signifikan terhadap Kualitas Laba. 2. Adanya kriteria yang menyebabkan jumlah sampel menjadi terbatas.


(59)

3. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Struktur Modal, Likuiditas, Investment Opportunity Set, Pertumbuhan Laba, Persistensi Laba, dan Ukuran Perusahaan. Sedangkan variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kualitas Laba.

4. Periode yang digunakan dalam penelitian ini hanya 3 periode yaitu periode 2012 sampai dengan 2014.


(60)

manajemen SMART. Universitas Kristen Maranatha Bandung.

Ambarwati, Sri. 2008. “Earnings Response Coefficient”. Akuntabilitas. Vol. 7. Hal: 128-134

Amihud, Yakov. 2008. Liquidity, The Value of The Firm, and Corporate Finance.

Journal in the Summer, 2(20), pp: 1-40.

Asma, Tuti Nur. 2013. Pengaruh Aliran Kas dan Perbedaan antara Laba Akuntansi dan Laba Fiskal terhadap Persistensi Laba. Skripsi. Universitas Negeri Padang.

Collins, Daniel W.; Kothari, S.P. 1989. An Analysis of Intertemporal and Cross-Sectional Determinants of Earnings Response Coefficient. Journal of Accounting andEconomics, 11(2-3), pp: 143-181.

Dira, Kadek Prawisanti dan Ida Bagus Putra Astika. 2014. Pengaruh Struktur Modal, Likuiditas, Pertumbuhan Laba, dan Ukuran Perusahaan pada Kualitas Laba. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 7.1 (2014):64-78.

Fita Setiati dan Indra Wijaya Kusuma. 2004. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Koefisien Respon Laba pada Perusahaan Bertumbuh dan Tidak Bertumbuh. Makalah SimposiumNasional Akuntansi VII. Denpasar, Bali.

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang.

Ghozali, Imam. 2006. Analisis Multivatiate dengan Program SPSS. Edisi ke 4. Badan Penerbit Universitas Diponogoro: Semarang.

Ghozali, Imam. 2011. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.


(61)

Perusahaan dan Likuiditas terhadap Kualitas Laba. Accounting Analysis Journal, 1(2): h:1-6.

Jang, Lesia; Sugiarto, Bambang; Siagian, Dergibson. 2007. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laba pada Perusahaan Manufaktur di BEJ.

Akuntabilitas, 6(2): h:142-149.

Jensen, M.C. and W. Meckling. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behaviour, Agency Cost, and Ownership Structure. Journal of Financial Economics

,3, pp: 305-360.

Hartono Jogiyanto. 2009. Teori Portofolio dan Analisis Investasi Edisi Keenam. Yogyakarta : BPFE.

Keown, Arthur J. Et al. 2004. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. (Terjemahan). Jakarta: Salemba Empat. Buku asli diterbitkan tahun 2002.

Keshtavar, Ali; Moeinaddin, Mahmoud; Dehnavi, Hasan Dehghan. 2013. Need for Capital Management and Capital Structure in the World Today.

International Journal ofModern Management Sciences, 2 (2): pp: 67-74.

Molaei, Iraj., Molaei, Daryush., Yari, Rasoul., and Aghabaki, Mehdi. 2012. The Investigation of Effecting Factors on Earnings Quality. Journal of Basic and Applied ScientificResearch, 2(3), pp: 3077-3080.

Mulyani, Sri., Nur Fadhjrih Asyik, dan Andayani. 2007. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Earnings Response Coeficient Pada Perusahaan yang

Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”. Skripsi. STIESIA. Surabaya.

Nazaruddin, Ietje dan Basuki, Agus Tri. 2015. Analisis Statistik Dengan SPSS. Banyumeneng: Danisa Media.

Novianti, Rizki. 2012. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Struktur Modal, Kualitas Akrual dan Investment Opportunty Set terhadap Kualitas Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.


(62)

Rachmawati, Andri; Triatmoko, Hanung. 2007. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Makalah Simposium Nasional Akuntansi X, Makassar, 26-28 Juli 2007.

Raspuda, Ferly Kasribulan. 2014. Pengaruh Struktur Modal, Pertumbuhan Laba, Ukuran Perusahaan, Likuiditas, dan Investment Opportuniy Set terhadap Kualitas Laba. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Yogyakarata.

Rizky Indra Pradita. 2009. Pengaruh Alokasi Pajak Antar Periode, Persistensilaba Akuntansi, Pertumbuhan Laba Akuntansi Struktur Modal, Besaran Perusahaan Terhadap Earnings Response Coefficient Pada Perusahaan Manufaktur Yang Go Public Di BEI. Skripsi Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas Surabaya.

Sembiring, 2005. Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung jawab Sosial: Studi Empiris pada Perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta.

Paper Presented at the Seminar Nasional Akuntansi, Solo.

Scott, William R. 2003. Financial Accounting Theory, Edisi 3, USA; Prentice-Hall.

Scott, William R. 2009. Financial Accounting Theory, 5th Ed. Canada: Prentice-Hall.

Solechan, Achmad. 2006. Pengaruh Earning, Manajemen Laba, IOS, Beta, Size

dan Rasio Hutang Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di BEI. Skripsi. STMIK HIMSYA.

Sugiarto, Bambang Lesia dan Dergibson Siagian. 2007. “Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Kualitas Laba pada Perusahaan Manufaktur di BEJ”. Jurnal Akuntabilitas, Maret 2007, hal. 142-149 ISSN 1412-0240 Vol. 6, No 2.


(63)

Ukuran Perusahaan pada Kualitas Laba Perusahaan Industri Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2009-2011. Skripsi

Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, Denpasar.

Susanto, Yulius Kurnia. 2011. Pengaruh Faktor-Faktor Intern Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang Dengan Pendekatan Pecking Order Theory.

Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 13, No. 3 Desember 2011, Hlm. 195-210.

Teoh, S.H, and T.J. Wong. 1993. Perceived Auditor quality and the earnings response coefficient.The Accounting Reviews 68(2):346 – 366.

Wijayanti. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Koefisien Respon Laba Akuntansi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdapat di BEI. Skripsi S-1.

Universitas Pembangunan Nasional “veteran”. Jakarta.

Wulansari, Yeni. 2009. Pengaruh Investment Opportunity Set, Likuiditas, dan Leverage terhadap Kualitas Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Skripsi. Universitas Negeri Padang.

Yuli WS, Kurniati. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laba pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Skripsi Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah, Surakarta.


(64)

(65)

Daftar Nama Perusahaan

No. Kode Perusahaan Nama Perusahaan

1 INTP PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. 2 ASII PT Astra Internasional Tbk.

3 AUTO PT Astra Otoparts Tbk.

4 DSFI PT Dharma Samudra Fishing Industries Tbk.

5 GJTL PT Gajah Tunggal Tbk.

6 ADES PT Akasha Wira Internasional Tbk. 7 AMFG PT Asahimas Flat Glass Tbk.

8 BATA PT Sepatu Bata Tbk.

9 BUDI PT Budi Acid Jaya Tbk.

10 BWPT PT BW Plantation Tbk.

11 CPIN PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. 12 DVLA PT Darya-Varia Laboratoria Tbk.

13 GGRM PT Gudang Garam Tbk.

14 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk. 15 JPFA PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk.

16 KAEF PT Kimia Farma Tbk.

17 LMSH PT Lionmesh Prima Tbk.

18 ROTI PT Nippon Indosari Corporindo Tbk. 19 ULTJ PT Ultra Jaya Milk Industry & Trading


(1)

Lampiran 6

Perhitungan Pertumbuhan Laba ( Laba bersih / Laba bersih t-1 )

No.

Kode

Prs Tahun Laba Bersih Laba Bersih t-1 Hasil

1 INTP 2014 Rp 5.274.009.000.000 Rp 5.012.294.000.000 1,052215 2 ASII 2014 Rp 22.125.000.000.000 Rp 22.297.000.000.000 0,992286 3 AUTO 2014 Rp 956.409.000.000 Rp 999.766.000.000 0,956633 4 DSFI 2014 Rp 11.874.297.151 Rp 11.730.359.719 1,012271 5 GJTL 2014 Rp 269.868.000.000 Rp 120.330.000.000 2,242732 6 ADES 2014 Rp 31.021.000.000 Rp 55.656.000.000 0,55737 7 AMFG 2014 Rp 458.635.000.000 Rp 338.358.000.000 1,355473 8 BATA 2014 Rp 70.781.440.000 Rp 44.373.679.000 1,595122 9 BUDI 2014 Rp 28.499.000.000 Rp 42.886.000.000 0,664529 10 BWPT 2014 Rp 190.636.000.000 Rp 181.781.931.000 1,048707 11 CPIN 2014 Rp 1.746.644.000.000 Rp 2.528.690.000.000 0,690731 12 DVLA 2014 Rp 80.929.476.000 Rp 125.796.473.000 0,643337 13 GGRM 2014 Rp 5.395.293.000.000 Rp 4.383.932.000.000 1,230697 14 INDF 2014 Rp 5.146.323.000.000 Rp 3.416.635.000.000 1,506255 15 JPFA 2014 Rp 384.846.000.000 Rp 640.637.000.000 0,600724 16 KAEF 2014 Rp 236.531.070.864 Rp 215.642.329.977 1,096868 17 LMSH 2014 Rp 7.403.115.436 Rp 14.382.899.194 0,514716 18 ROTI 2014 Rp 188.577.521.074 Rp 158.015.270.921 1,193413 19 ULTJ 2014 Rp 283.360.914.211 Rp 325.127.420.664 0,871538 20 INTP 2013 Rp 5.217.953.000.000 Rp 4.763.388.000.000 1,095429 21 ASII 2013 Rp 22.297.000.000.000 Rp 22.742.000.000.000 0,980433 22 AUTO 2013 Rp 1.058.015.000.000 Rp 1.135.914.000.000 0,931422 23 DSFI 2013 Rp 11.730.359.719 Rp 9.067.042.462 1,293736 24 GJTL 2013 Rp 123.155.000.000 Rp 1.010.226.000.000 0,121908 25 ADES 2013 Rp 55.656.000.000 Rp 83.376.000.000 0,66753 26 AMFG 2013 Rp 338.358.000.000 Rp 346.609.000.000 0,976195 27 BATA 2013 Rp 44.373.679.000 Rp 69.343.398.000 0,639912 28 BUDI 2013 Rp 42.886.000.000 Rp 5.084.000.000 8,435484 29 BWPT 2013 Rp 181.781.931.000 Rp 262.183.809.000 0,693338 30 CPIN 2013 Rp 2.528.690.000.000 Rp 2.680.872.000.000 0,943234 31 DVLA 2013 Rp 125.796.473.000 Rp 148.909.089.000 0,844787 32 GGRM 2013 Rp 4.383.932.000.000 Rp 4.068.711.000.000 1,077474 33 INDF 2013 Rp 5.161.247.000.000 Rp 4.871.745.000.000 1,059425 34 JPFA 2013 Rp 661.699.000.000 Rp 1.077.433.000.000 0,614144 35 KAEF 2013 Rp 215.642.329.977 Rp 205.763.997.378 1,048008 36 LMSH 2013 Rp 14.382.899.194 Rp 41.282.515.026 0,348402 37 ROTI 2013 Rp 158.015.270.921 Rp 149.149.548.025 1,059442 38 ULTJ 2013 Rp 325.127.420.664 Rp 353.431.619.485 0,919916 39 INTP 2012 Rp 4.763.388.000.000 Rp 3.601.516.000.000 1,322606


(2)

41 AUTO 2012 Rp 1.135.914.000.000 Rp 1.101.583.000.000 1,031165 42 DSFI 2012 Rp 9.067.042.462 Rp 7.092.635.864 1,278374 43 GJTL 2012 Rp 1.115.262.000.000 Rp 684.562.000.000 1,629161 44 ADES 2012 Rp 83.376.000.000 Rp 25.868.000.000 3,223133 45 AMFG 2012 Rp 347.000.000.000 Rp 336.995.000.000 1,029689 46 BATA 2012 Rp 69.343.000.000 Rp 56.615.000.000 1,224817 47 BUDI 2012 Rp 5.100.000.000 Rp 62.965.000.000 0,080997 48 BWPT 2012 Rp 262.183.809.000 Rp 320.388.173.000 0,818332 49 CPIN 2012 Rp 2.680.872.000.000 Rp 2.362.497.000.000 1,134762 50 DVLA 2012 Rp 148.909.089.000 Rp 120.915.340.000 1,231515 51 GGRM 2012 Rp 4.068.711.000.000 Rp 4.958.102.000.000 0,820619 52 INDF 2012 Rp 4.779.446.000.000 Rp 4.891.673.000.000 0,977058 53 JPFA 2012 Rp 1.074.577.000.000 Rp 671.474.000.000 1,600326 54 KAEF 2012 Rp 205.763.997.378 Rp 171.763.175.754 1,197952 55 LMSH 2012 Rp 41.282.515.026 Rp 10.897.341.682 3,788311 56 ROTI 2012 Rp 149.000.000.000 Rp 116.000.000.000 1,284483 57 ULTJ 2012 Rp 353.431.619.485 Rp 128.449.344.052 2,751525


(3)

Lampiran 7

Perhitungan Persistensi Laba

(Eit=B0+B1Eit-1+Eit)

No. Kode Prs Tahun Hasil

1 INTP 2014 0,214228418

2 ASII 2014 2,177069326

3 AUTO 2014 2,177069326

4 DSFI 2014 1,348920359

5 GJTL 2014 -2,325725563 6 ADES 2014 -0,482019893 7 AMFG 2014 -0,858227585 8 BATA 2014 -1,961752005 9 BUDI 2014 -0,65282217 10 BWPT 2014 1,381371988 11 CPIN 2014 -0,477996074 12 DVLA 2014 -0,825634894 13 GGRM 2014 -0,35442342

14 INDF 2014 12,1433434

15 JPFA 2014 -1,076499059 16 KAEF 2014 0,290532173 17 LMSH 2014 -0,450684656 18 ROTI 2014 -2,17440667 19 ULTJ 2014 -0,12580635 20 INTP 2013 3,083238022 21 ASII 2013 -1,378781106 22 AUTO 2013 1,220754622 23 DSFI 2013 0,965097398 24 GJTL 2013 -2,948747792 25 ADES 2013 -9,930581937 26 AMFG 2013 1,596479575 27 BATA 2013 -2,919411488 28 BUDI 2013 -3,590085619 29 BWPT 2013 -0,757863313 30 CPIN 2013 -0,477996074 31 DVLA 2013 2,789661855 32 GGRM 2013 -1,196522865 33 INDF 2013 -0,117286138 34 JPFA 2013 -1,401970604 35 KAEF 2013 0,484766254

36 LMSH 2013 -0,2832993

37 ROTI 2013 -0,076280163 38 ULTJ 2013 11,94261102 39 INTP 2012 0,214228418


(4)

41 AUTO 2012 2,177069326 42 DSFI 2012 1,348920359 43 GJTL 2012 -2,325725563 44 ADES 2012 -0,482019893 45 AMFG 2012 -0,858227585 46 BATA 2012 -1,961752005 47 BUDI 2012 -0,65282217 48 BWPT 2012 1,381371988 49 CPIN 2012 -0,477996074 50 DVLA 2012 -0,825634894 51 GGRM 2012 -0,35442342

52 INDF 2012 12,1433434

53 JPFA 2012 -1,076499059 54 KAEF 2012 0,290532173 55 LMSH 2012 -0,450684656 56 ROTI 2012 -2,17440667 57 ULTJ 2012 -0,12580635


(5)

Lampiran 8

Perhitungan Ukuran Perusahaan (Total Aset, Log)

NO Kode Prs Tahun Total Aset Log

1 INTP 2014 Rp 28.884.973.000.000 13,46067197 2 ASII 2014 Rp 236.029.000.000.000 14,37296537 3 AUTO 2014 Rp 14.380.926.000.000 13,15778685 4 DSFI 2014 Rp 270.782.723.620 11,43262095 5 GJTL 2014 Rp 16.042.897.000.000 13,2052828 6 ADES 2014 Rp 504.865.000.000 11,70317526 7 AMFG 2014 Rp 3.918.391.000.000 12,59310777 8 BATA 2014 Rp 774.891.087.000 11,88924067 9 BUDI 2014 Rp 2.476.982.000.000 12,39392285 10 BWPT 2014 Rp 16.379.840.000.000 13,21430966 11 CPIN 2014 Rp 20.862.439.000.000 13,31936508 12 DVLA 2014 Rp 1.236.247.525.000 12,09210544 13 GGRM 2014 Rp 58.220.600.000.000 13,76507668 14 INDF 2014 Rp 85.938.885.000.000 13,93418971 15 JPFA 2014 Rp 15.730.435.000.000 13,19674073 16 KAEF 2014 Rp 2.968.184.626.297 12,47249091 17 LMSH 2014 Rp 139.915.598.255 11,14586613 18 ROTI 2014 Rp 2.142.894.276.216 12,33100074 19 ULTJ 2014 Rp 2.917.083.567.355 12,46494887 20 INTP 2013 Rp 26.607.241.000.000 13,42499984 21 ASII 2013 Rp 213.994.000.000.000 14,3304016 22 AUTO 2013 Rp 12.617.678.000.000 13,10097944 23 DSFI 2013 Rp 255.085.045.929 11,406685 24 GJTL 2013 Rp 15.350.754.000.000 13,18612971 25 ADES 2013 Rp 441.064.000.000 11,64450161 26 AMFG 2013 Rp 3.539.393.000.000 12,54892879 27 BATA 2013 Rp 680.685.060.000 11,83294622 28 BUDI 2013 Rp 2.382.875.000.000 12,37710126 29 BWPT 2013 Rp 6.200.427.308.000 12,79242162 30 CPIN 2013 Rp 15.722.197.000.000 13,19651323 31 DVLA 2013 Rp 1.190.054.288.000 12,07556677 32 GGRM 2013 Rp 50.770.251.000.000 13,70560931 33 INDF 2013 Rp 78.092.789.000.000 13,89261093 34 JPFA 2013 Rp 14.917.590.000.000 13,17369867 35 KAEF 2013 Rp 2.471.939.548.890 12,39303785 36 LMSH 2013 Rp 141.697.598.705 11,15136249 37 ROTI 2013 Rp 1.822.689.047.108 12,26071258 38 ULTJ 2013 Rp 2.811.620.982.142 12,44895678 39 INTP 2012 Rp 22.755.160.000.000 13,35707989 40 ASII 2012 Rp 182.274.000.000.000 14,26072472


(6)

42 DSFI 2012 Rp 222.357.843.866 11,34705245 43 GJTL 2012 Rp 12.869.793.000.000 13,10957156 44 ADES 2012 Rp 389.094.000.000 11,59005453 45 AMFG 2012 Rp 3.115.421.000.000 12,49351674 46 BATA 2012 Rp 574.108.000.000 11,7589936 47 BUDI 2012 Rp 2.299.700.000.000 12,36167119 48 BWPT 2012 Rp 4.912.982.787.000 12,69134524 49 CPIN 2012 Rp 12.348.627.000.000 13,09161867 50 DVLA 2012 Rp 1.074.691.476.000 12,0312838 51 GGRM 2012 Rp 41.509.325.000.000 13,61814567 52 INDF 2012 Rp 59.324.207.000.000 13,77323194 53 JPFA 2012 Rp 10.961.464.000.000 13,03986856 54 KAEF 2012 Rp 2.076.347.580.785 12,31730006 55 LMSH 2012 Rp 128.547.715.366 11,10906436 56 ROTI 2012 Rp 1.204.944.000.000 12,08096686 57 ULTJ 2012 Rp 2.420.793.382.029 12,38395772


Dokumen yang terkait

Pengaruh Kemampulabaan Dan Invesment Opportunity Set Serta Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia

1 37 96

Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Investment Opportunity Set, Free Cash Flow, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI)

1 46 91

Pengaruh Investment Opportunity Set (IOS), Voluntary Disclosure, Leverage dan Likuiditas Terhadap Kualitas Laba (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2010-2014)

0 16 193

PENGARUH STRUKTUR MODAL, LIKUIDITAS, INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS), PERTUMBUHAN LABA, PERSISTENSI LABA DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KUALITAS LABA (STUDI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA)

6 28 33

PENGARUH STRUKTUR MODAL , PERTUMBUHAN LABA, UKURAN PERUSAHAAN, LIKUIDITAS DAN INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS) TERHADAP KUALITAS LABA

0 2 80

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, STRUKTUR MODAL, LIKUIDITAS DAN INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS) TERHADAP KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI.

3 7 15

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, STRUKTUR MODAL, LIKUIDITAS DAN INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS) TERHADAP PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, STRUKTUR MODAL, LIKUIDITAS DAN INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS) TERHADAP KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAF

1 4 12

PENDAHULUAN PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, STRUKTUR MODAL, LIKUIDITAS DAN INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS) TERHADAP KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI.

2 4 15

KUALITAS INFORMASI AKUNTANSI, MANAJEMEN LABA DAN PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, STRUKTUR MODAL, LIKUIDITAS DAN INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS) TERHADAP KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI.

0 5 22

PENUTUP PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, STRUKTUR MODAL, LIKUIDITAS DAN INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS) TERHADAP KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI.

0 4 5