Model Stimulus terhadap Keyakinan Individu dalam Adopsi Teknologi Perbankan Berbasis Self-Service Technologies: Kasus E-Banking di Solo

(1)

LAPORAN AKHIR

PENELITIAN HIBAH BERSAING

MODEL STIMULUS TERHADAP KEYAKINAN INDIVIDU DALAM ADOPSI TEKNOLOGI PERBANKAN BERBASIS SELF-SERVICE TECHNOLOGIES:

KASUS E-BANKING DI SOLO

Oleh:

Edy Purwo Saputro, SE, MSi (NIDN: 0613097001) Nur Achmad, SE, MSi (NIDN: 0616087002)

dibiayai oleh:

Koordinasi Perguruan Tinggi Wilayah VI, Kemendikbud RI, sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Hibah Penelitian Nomor: 008/K6/KL/SP/2013,

Tanggal 16 Mei 2013

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA DESEMBER 2013


(2)

(3)

RINGKASAN

Penelitian ini berusaha merumuskan suatu model stimulus yang berpengaruh terhadap keyakinan individu untuk menerima adopsi teknologi berbasis self-service technologies dalam kasus e-banking. Hal ini menjadi sangat penting karena layanan perbankan pada dasarnya adalah sama, termasuk layanan online berbasis self-service technologies yaitu e-banking sehingga perbankan yang mampu membangun stimulus terhadap keyakinan individu untuk menerima e-banking secara tidak langsung akan meningkatkan niat dari individu untuk menggunakan e-banking dan sekaligus memperkuat basis loyalitasnya. Mengacu urgensi dari adopsi e-banking dan stimulus terhadap keyakinan individu maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah faktor-faktor apa yang mempengaruhi aspek keyakinan individu untuk menerima adopsi teknologi berbasis self-service technologies dalam kasus e-banking? Tujuan penelitian ini adalah membangun model stimulus yang berpengaruh terhadap keyakinan individu untuk menerima adopsi teknologi berbasiskan self-service technologies dari kasus e-banking. Analisis untuk tahun pertama dilakukan dengan pendekatan kualitatif yaitu kajian riset empiris adopsi e-banking untuk membuat hipotesa dan kuesioner dan analisis untuk tahun kedua dengan pendekatan kuantitatif (analisis struktural model) dan kualitatif yaitu diseminasi untuk validasi model. Hasil penelitian ini yaitu dirumuskannya faktor-faktor yang mempengaruhi daya tarik adopsi e-banking melalui model stimulus yang berpengaruh terhadap keyakinan individu serta dirumuskannya model kebijakan dan rekomendasi dalam bentuk implikasi teoritis, praktis, manajerial, metodologis dan relevansinya untuk studi lanjutan.


(4)

PRAKATA

Assalamu'alaikum wr.wb.

Alhamdulillah. Akhirnya laporan penelitian ini telah selesai sesuai jadwal yang ditetapkan. Terlepas dari kekurangan dan sisi kelemahan yang ada dari penelitian ini, yang jelas bahwa riset tentang adopsi e-banking sangat penting, terutama mengacu perkembangan kesadaran nasabah - konsumen terhadap layanan perbankan yang semakin meningkat saat ini.

Konsekuensi dari hasil penelitian ini tentu menjadi suatu pemicu bagi para peneliti lainnya untuk lebih mengembangkan berbagai celah penelitian yang nantinya akan memberikan kontribusi optimal lebih lanjut. Dengan kata lain kelemahan dari penelitian ini menjadi stimulus untuk pengembangan penelitian lainnya.

Akhirnya, kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penelitian ini dan semoga hasil penelitian ini ada nilai manfaatnya bagi semua pihak.

Wassalamu'alaikum wr.wb.

Surakarta, Desember 2013


(5)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ……… i

Halaman Pengesahan ……… ii

Halaman Ringkasan ……… iii

Halaman Daftar Isi ……… iv

Halaman Daftar Tabel ……… v

Halaman Daftar Gambar ……… vi

Bab I Pendahuluan ……… 1

1. Latar Belakang ……… 1

2. Urgensi (Keutamaan) Penelitian ……… 2

3. Rumusan Masalah ……… 4

Bab II Tinjauan Pustaka ……… 5

1. E-banking: Penelitian Keperilakuan ……… 5

2. E-banking: Adopsi dan Penelitian Sebelumnya ……… 6

Bab III Tujuan dan Manfaat Penelitian ……… 9

1. Tujuan Khusus ……… 9

2. Manfaat Penelitian ……… 10

Bab IV Metode Penelitian ……… 11

1. Definisi dan Penjelasan Istilah ……… 11

2. Lokasi Penelitian ……… 14 3. Tahapan Penelitian ……… 15 4. Hipotesis, Model dan Pengumpulan Data ……… 16

Bab V Hasil dan Pembahasan ……… 19

1. Hasil Review Riset Empiris ……… 19

2. Model Penelitian Lanjutan ……… 21

Bab VI Rencana Tahapan Berikutnya ……… 23

1. Rencana Riset Tahun Kedua (2014) ……… 23

2. Rencana Pembuatan Modul Ajar ……… 23

Bab VII Kesimpulan dan Saran ……… 24

1. Kesimpulan ……… 24

2. Saran ……… 24

Daftar Pustaka ……… 22 Lampiran ……… 24


(6)

DAFTAR TABEL


(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Roadmap Penelitian ……… 18


(8)

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Industrialisasi perbankan yang didukung oleh perkembangan teknologi semakin memandirikan nasabah. Selain itu, online environment dan juga e-service yang menjadi bagian dari e-lifestyle secara tidak langsung berpengaruh terhadap layanan berbasis self-service technologies sehingga nasabah menjadi mandiri. Meski realitas tuntutan adopsi teknologi berbasis layanan mandiri (self-service technologies) kian pesat, namun proses adopsinya tidaklah mudah karena terkait dengan aspek resiko dan kemanfaatan. Oleh karena itu, membangun model stimulus yang berpengaruh terhadap keyakinan individu untuk dapat menerima adopsi teknologi berbasis self-service technologies dalam kasus e-banking menjadi penting karena tidak hanya mereduksi resiko tapi juga relevansinya dengan loyalitas.

Kasus adopsi e-banking sebagai bentuk penelitian keperilakuan telah dilakukan dengan model pendekatan yang beragam, baik itu model Theory of Reasoned Action (TRA) dari Ajzen dan Fishbein (1980), Theory of Planned Behavior (TPB) dari Ajzen (1991), Technology Acceptance Model (TAM) dari Davis (1986) dan Self-service Technologies (SSTs) dari Curran dan Meuter (2005). Hal ini mengindikasikan adanya keragaman sehingga menghasilkan kesimpulan kontroversi, bersifat kasuistik dan hasil penelitian terdahulu memiliki kemampuan terbatas yaitu menjelaskan hal yang bersifat situasional. Hal ini memberikan peluang membangun model yang mampu menjelaskan fenomena yang terjadi pada setting penelitian ini dan sekaligus menunjukan keunikan penelitian ini.

Dari berbagai kajian kasus adopsi e-banking, bahwa persoalan yang utama yaitu bagaimana membangun kontinuitas atau long-term adoption sehingga memicu niat menggunakan e-banking bagi kelompok non-adopters dan menimbulkan loyalitas untuk kelompok adopters (Puschel, et.al., 2010; Wessels dan Drennan, 2010). Hal ini yang


(9)

memicu lack of knowledge terkait adopsi e-banking. Lack of knowledge terjadi karena minimnya informasi yang bisa diakses individu - nasabah (Laukkanen dan Kiviniemi, 2010). Oleh karena itu, elaborasi informasi menjadi sangat penting bagi individu untuk menerima adopsi e-banking.

Membangun long-term adoption juga dipengaruhi merek induk (core brand) karena ini terkait trust (Wu dan Lo, 2009). Oleh karena itu, membangun kontinuitas dari adopsi e-banking menjadi riset gap yang menarik. Penelitian ini berusaha menjawab itu semua dari setting amatan adopsi e-banking di Solo dengan fokus adalah membangun model stimulus untuk meningkatkan keyakinan individu untuk dapat menerima adopsi teknologi berbasis self-service technologies dari kasus e-banking. Versi Wang dan Pho (2009) keyakinan seseorang merupakan suatu konstruk yang bersifat multidimensi dan keyakinan seseorang adalah prediktor terhadap sikapnya.

2. Urgensi (Keutamaan) Penelitian

Hasil penelitian Saputro (2011) menunjukan bahwa persepsi resiko berpengaruh terhadap sikap positif individu dan sikap positif individu berpengaruh terhadap niat untuk melakukan adopsi e-banking dan niat untuk loyal. Hal ini mengacu situasional dimana adopsi teknologi tidak bisa terlepas dari resiko, baik human error atau technical error. Oleh karena itu, edukasi kepada nasabah menjadi salah satu aspek penting yang harus dilakukan perbankan untuk meminimalisasi resiko. Selain itu, penelitian Saputro (2010) bahwa keragaman penelitian kasus adopsi e-banking mengindikasikan bahwa masih banyak celah yang dapat dikembangkan untuk menjelaskan keberhasilan kasus adopsi e-banking, termasuk di negara berkembang seperti kasus di Indonesia.

Hasil penelitian Saputro (2010) menunjukan bahwa adopsi teknologi terbaru perbankan ternyata memicu ambiguitas, di satu sisi nasabah tetap menghendaki adanya interaksi personal dan di sisi lain perkembangan teknologi tidak bisa lagi dihindari yang mengharuskan perbankan melakukan adopsi teknologi untuk meningkatkan kualitas


(10)

layanan. Oleh karena itu, perbankan harus melakukan edukasi terhadap nasabah terkait adopsi teknologi terbaru perbankan dan hal ini bisa dilakukan dengan iklan di media atau visualisasi secara terstruktur agar nasabah lebih memahami penggunaan teknologi perbankan.

Problem inti dari edukasi yang dilakukan perbankan terfokus pada pemahaman dari para nasabah untuk bisa menerima terhadap semua bentuk adopsi teknologi terbaru dan jaminan keamanan serta kerahasian menjadi faktor yang menjadi pertimbangan nasabah. Temuan yang juga menarik bahwa nasabah percaya terhadap adopsi teknologi terbaru perbankan bagi bank swasta dibandingkan bank pesero. Keyakinan ini didukung fakta bahwa adopsi teknologi terbaru di bank swasta lebih cepat dibandingkan dengan bank pesero. Hasil ini secara eksplisit menjadi dasar penelitian lanjutan tentang urgensi intention to use dan intention to loyalty terkait adopsi e-banking sebagai teknologi baru perbankan di era e-service dengan penekanan teknologi berbasis layanan mandiri.

Hasil penelitian Saputro (2010) menunjukan bahwa nasabah bisa dikelompokan menjadi dua, pertama: nasabah tipe high touch. Karakteristik dari nasabah tipe ini cenderung lebih mengharapkan adanya interaksi manual dengan penekanan interaksi langsung dengan customer service atau pegawai perbankan sehingga aspek humanis interaksi menjadi orientasi utama dari karakteristik nasabah tipe ini. Aspek generalisasi dari tipe nasabah ini yaitu berusia lebih dari 50 tahun, pendidikan SMA, kurang paham terhadap internet, mayoritas berpenghasilan menengah dan tinggal di pinggiran.

Kedua: nasabah tipe high tech. Karakteristik utama nasabah tipe ini cenderung menghendaki interaksi minimal karena adanya kemudahan dari layanan elektronik yang telah disediakan perbankan. Oleh karena itu, layanan online perbankan adalah sesuatu yang tidak asing bagi kelompok nasabah ini dan mereka cenderung mampu menerima semua adopsi teknologi terbaru dari layanan perbankan, meskipun aspek keamanan dan kerahasiaan tetap menjadi prioritas bagi mereka. Aspek generalisasi dari tipe nasabah


(11)

ini adalah berusia antara 25-50 tahun, berpendidikan sarjana, sangat familier dengan internet (internet user), mayoritas cenderung melek teknologi dan tinggal di perkotaan.

3. Rumusan Masalah

Adopsi e-banking merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada nasabah. Di satu sisi, adopsi e-banking merupakan kewajiban terkait fenomena e-service dan komitmen dari aspek pemberdayaan nasabah melalui aplikasi teknologi berbasis layanan mandiri (SSTs). Di sisi lain, adopsi e-banking juga menuntut konsekuensi yang tidak mudah misalnya program edukasi dan juga sosialisasi kepada nasabah agar adopsi tersebut bisa diterima dan memberikan kualitas pelayanan terbaik (Polasik dan Wisniewski, 2009). Terkait hal ini, rumusan masalah penelitian ini: faktor-faktor apa yang mempengaruhi keyakinan individu menerima adopsi teknologi terutama untuk kasus e-banking?


(12)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. E-banking: Penelitian Keperilakuan

Adopsi e-banking sebagai salah satu bentuk penelitian keperilakuan dilakukan dengan berbagai model pendekatan dan memunculkan riset gap sehingga memberikan peluang untuk membangun model penelitian sesuai setting amatan dalam penelitian ini yang sekaligus menunjukan keunikan penelitian.

Model Theory of Reasoned Action (TRA) dari Ajzen dan Fishbein (1980), Theory of Planned Behavior (TPB) dari Ajzen (1991), dan Technology Acceptance Model (TAM) adalah model baku pada penelitian keperilakuan. TAM memadukan dua hal terkait keyakinan (belief) dalam pengambilan keputusan yaitu persepsi kemanfaatan (perceived usefulness) dan persepsi kemudahaan (perceived ease of use). Model ini menjelaskan fenomena adopsi e-banking dengan baik, meskipun kurang merefleksikan keberagaman aspek yang mempengaruhi niat adopsi dan juga keberadaan lingkungan (Wessels dan Drennan, 2010).

Terkait kritik model TAM, Curran dan Meuter (2005) mengembangkan model teknologi berbasis layanan mandiri (SSTs) dengan menambahkan dua anteseden dari belief yaitu need for interaction dan risk. Definisi SSTs yaitu: “technological interfaces that enable customers to produce a service independent of direct service employee involvement” (ibid, 2005). Penelitian yang mengadopsi SSTs dimungkinkan untuk memperkaya variabel sesuai setting amatan dan eksplorasi untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi individu terkait adopsinya (ibid, 2005).

Model pendekatan lain terkait sikap dan keperilakuan individu untuk kasus adopsi yaitu model The Innovations Diffusion Theory atau IDT yang dikembangkan Rogers (1983). Konseptual dari IDT bahwa adopsi teknologi dipengaruhi lima aspek yaitu: relative advantage, compatibility, complexity, observability dan juga trialability.


(13)

Model lain yang juga relevan terkait kasus adopsi yaitu User’s Informational-Based Readiness (UIBR) yang juga dikembangkan oleh Rogers (1995). Konsep UIBR yaitu mereduksi informasi untuk meningkatkan awarenes dan pengetahuan individu sehingga berniat mengadopsi teknologi baru. Oleh karena itu, model UIBR relevan dengan penelitian keperilakuan dan sikap individu terkait adopsi teknologi untuk meningkatkan aspek keyakinan, terutama untuk kelompok non-adopters melalui dua aktivitas inti yaitu: pencarian informasi seeking) dan filterisasi informasi (information-processing activity).

Aspek lain yang juga penting terkait riset keperilakuan adalah model pendekatan ELM (Elaboration Likelihood Model) yang dikembangkan Petty dan Cacioppo (1980). Aspek inti ELM yaitu filterisasi informasi untuk mendukung pengambilan keputusan. Filterisasi informasi terdiri dari attention, elaboration dan behavior dan model ELM tidak hanya process-oriented, tetapi juga variable-oriented karena dari setiap tahapan membutuhkan proses secara cermat dan variabel yang kompleks (ibid, 1980). Oleh karena itu, model pendekatan ELM menjadi salah satu aspek yang penting terkait riset keperilakuan, termasuk untuk kasus adopsi teknologi.

2. E-banking: Adopsi dan Penelitian Sebelumnya

Perkembangan internet berpengaruh terhadap layanan self-service technologies termasuk adopsi e-banking yang kini menjadi layanan wajib dan perbankan dituntut menyediakan fasilitas ini demi meningkatkan kualitas layanan sebagai salah satu bagian dari teknologi berbasis layanan mandiri (Kaleem dan Ahmad, 2008). Oleh karena itu, penelitian e-banking sangat beragam dengan berbagai kajian seperti yang dijelaskan sebagai berikut:

Penelitian Ayo, et.al. (2010) menegaskan bahwa di Nigeria kasus adopsi

e-banking mengalami perkembangan pesat dan hasil penelitian ini menunjukan bahwa

faktor yang mempengaruhi niat menggunakan e-banking adalah perceived usefulness,


(14)

et.al. (2010) untuk kasus di Jerman dengan analisis SEM dan model pendekatan TAM menyimpulkan bahwa niat untuk mengadopsi mobile banking dipengaruhi perceived usefulness, risk dan compatibility, sedangkan perceived costs, perceived ease of use, credibility dan trust tidak berpengaruh. Hasil ini menunjukan bahwa dengan model pendekatan yang sama ternyata untuk setting amatan yang berbeda bisa menghasilkan kesimpulan yang berbeda.

Penelitian Chau dan Ngai (2010) terkait kasus adopsi internet banking services di Inggris menyimpulkan bahwa usia remaja (mahasiswa) cenderung bersikap positif terhadap adopsi internet banking services dibanding dengan kelompok non-remaja yaitu usia diatas 30 tahun. Hasil ini mengindikasikan bahwa kelompok remaja dapat menjadi target pasar yang sangat potensial bagi pemasaran internet banking services yang didukung oleh perilaku kelompok usia remaja terkait perkembangan internet. Hasil penelitian Laukkanen dan Kiviniemi (2010) yang menguji pengaruh informasi terhadap kendala adopsi yang terdiri lima aspek yaitu: usage, value, risk, tradition, dan image menyimpulkan bahwa tradition barrier tidak berpengaruh, sedangkan empat aspek yang lain berpengaruh. Penelitian ini menggunakan analisis SEM dan untuk kasus adopsi di Finlandia.

Penelitian Puschel, et.al. (2010) memperkuat temuan sebelumnya bahwa niat adopsi e-banking dipengaruhi oleh sikap (attitude), norma subyektif (subjective norm), dan kontrol keperilakuan (perceived behavioral control). Model yang diajukan dalam penelitian ini adalah Decomposed Theory of Planned Behavior dan hal ini semakin memperkuat argumen bahwa penelitian tentang adopsi e-banking bisa dikaji dengan berbagai model pendekatan. Penelitian ini dilakukan di Brazil. Penelitian Wessels dan Drennan (2010) menyimpulkan sikap individu berpengaruh positif terhadap niat melakukan adopsi mobile phone banking, sedangkan sikap individu dipengaruhi oleh perceived usefulness, perceived risk, compatibility, dan cost. Penelitian ini dilakukan di Australia.


(15)

Hasil penelitian Lovelock dan Ure (2008) meyakini prospek e-banking karena e-banking semakin berkembang di Asia-Pasifik, terutama terkait adaptasi menjadi “end user” yang lebih friendly atas aplikasi teknologi perbankan. Klasifikasi negara leader dari pemanfaatan e-banking yaitu: Jepang dan Korea, kategori berkembang pesat yaitu: Hongkong, Singapura dan Taiwan dan kategori berkembang yaitu Cina, India, Philipina dan Indonesia.


(16)

DAFTAR PUSTAKA

Ajzen, I., dan Fishbein, M. (1980), Understanding Attitudes and Predicting Social Behavior, Prentice-Hall, New York.

Ajzen, I. (1991), The theory of planned behavior, Organizational Behavior and Human Decision Processes, Vol. 50, No. 2, hal. 179-211.

Annam, B. dan Yallapragada, N. (2006), Understanding customer attitudes towards technolog-based self-service: A case study on ATMs, Masters Thesis, Masters in Service Management Research, IMSM-R Department of Economics, Karlstads Universitet.

Ayo, C. K., Adewoye, J. O., dan Oni, A.A. (2010), The state of e-banking implementation in Nigeria: A post-consolidation review, Journal of Emerging Trends in Economics and Management Sciences (JETEMS), Vol. 1, No. 1, hal. 37-45. Chau, V.S., dan Ngai, L.W.L.C., (2010), The youth market for internet banking services:

Perceptions, attitude and behaviour, Journal of Services Marketing, Vol. 24, No. 1, hal. 42-60.

Curran, J.M., dan Meuter, M.L. (2005), Self-service technology adoption: Comparing three technologies, Journal of Services Marketing, Vol. 19, No. 2, hal. 103-114.

Davis, F.D. (1986), A technology acceptance for empirically testing new end user information systems: Theory and results, Doctoral Dissertation, Sloan School of Management, Massachusetts Institute of Technology, Cambridge, MA.

Donner, J. (2007), M-banking and m-payment services in the developing world: Complements or subsitutes for trust and social capital? Makalah ICA preconference mobile commincation, 23-24 may, San Francisco.

Eriksson, K., Kerem, K., dan Nilsson, D. (2008), The adoption of commercial innovations in the former Central and Eastern European markets: The case of internet banking in Estonia, International Journal of Bank Marketing, Vol. 26, No. 3, hal. 154-169. Habibi, S. (2008), Intention to adopt technology-based self-service: The case of airport self

check-in service for Iran aviation industry, Master Thesis, Marketing and E-commerce, Departement of Business Administration and Social Science, Lulea University of Technology.

Hair, J.F., Anderson, R.E., Tatham, R.L. dan Black, W.C. (1998), Multivariate Data Analysis 5th ed., New Jersey, Prentice Hall.

Hernandez, J.M., dan Mazzon, J.A. (2007), Adoption of internet banking: Proposition and implementation of an integrated methodology approach, International Journal of Bank Marketing, Vol. 25, No. 2, hal. 72-88.

Ho, S.H. dan Ko, Y.Y. (2008), Effects of self-service technology on customer value and customer readiness: The case of Internet banking, Internet Research, Vol. 18, No. 4, hal. 427-446.

Kaleem, A. dan Ahmad, S. (2008), Bankers’ Perceptions of Electronic Banking in Pakistan, Journal of Internet Banking and Commerce, Vol. 13, No.1, hal, 1-16.


(17)

Koenig-Lewis, N., Palmer, A., dan Moll, A., (2010), Predicting young consumers’ take up of mobile banking services, International Journal of Bank Marketing, Vol. 28, No. 5, hal. 410-432.

Laukkanen, T., dan Kiviniemi, V. (2010), The role of information in mobile banking resistance, International Journal of Bank Marketing, Vol. 28, No. 5, hal. 372-388. Lovelock, P. dan Ure, J. (2008), M-banking and m-payment in Asia Pasific, Makalah

dipresentasikan dalam International Financial Conference, Jakarta, 20 agustus. Nilsson, D. (2007), A cross-cultural comparison of self-service technology use, European

Journal of Marketing, Vol. 41, No. 3/4, hal. 367-381.

Petty, R.E., dan Cacioppo, J.T. (1986), Communication and Persuasion: Central and Peripheral Routes to Attitude Change, Springer Verlag, New York, NY.

Polasik, M. dan Wisniewski, T.P. (2009), Empirical analysis of internet banking adoption in Poland, International Journal of Bank Marketing, Vol. 27, No. 1, hal.32-52. Poon, W.C. (2008), Users’ adoption of e-banking services: The Malaysian perspective,

Journal of Business & Industrial Marketing, Vol. 23, No. 1, hal. 59-69.

Puschel, J., Mazzon, J.A., dan Hernandez, J.M.C., (2010), Mobile banking: Proposition of an integrated adoption intention framework, International Journal of Bank Marketing, Vol. 28, No. 5, hal. 389-409.

Purwanto, B.M. (2001), Pelatihan Pengukuran dan Teknik Statistik untuk Riset Keperilakuan, Modul, QUE Project Management dan Program Magister Sains Ilmu-Ilmu Ekonomi UGM.

Riquelme, H.E., dan Rios, R.E. (2010), The moderating effect of gender in the adoption of mobile banking, International Journal of Bank Marketing, Vol. 28, No. 5, hal. 328-341.

Rogers, E.M. (1995), Diffusion of Innovations, The Free Press, 4th ed., Collier Macmillan, New York, NY, London.

Saputro, E.P. (2010), Potret karakteristik nasabah perbankan di Jawa Tengah, Laporan Penelitian Mini Riset, Solo

--- (2010), Faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas nasabah, Laporan Penelitian Mini Riset, Solo.

--- (2010), Model intention to use dan intention to loyalty terhadap adopsi e-banking di era e-service, Laporan Penelitian Hibah Bersaing Tahun Pertama, Dikti.

--- (2011), Model intention to use dan intention to loyalty terhadap adopsi e-banking di era e-service, Laporan Penelitian Hibah Bersaing Tahun Kedua, Dikti.

Wang, J., dan Pho, T. (2009), Drivers of customer intention to use online banking: An empirical study in Vietnam, African Journal of Business Management, Vol. 3, No. 11, hal. 669-677,

Wessels, L., dan Drennan, J. (2010), An investigation of consumer acceptance of M-banking, International Journal of Bank Marketing, Vol. 28, No. 7, hal.

547-568.

Wu, S., dan Lo, C. (2009),The influence of core-brand attitude and consumer perception on purchase intention towards extended product, Asia Pacific Journal of Marketing and Logistics, Vol. 21, No. 1, hal. 174-194.


(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. E-banking: Penelitian Keperilakuan

Adopsi e-banking sebagai salah satu bentuk penelitian keperilakuan dilakukan dengan berbagai model pendekatan dan memunculkan riset gap sehingga memberikan peluang untuk membangun model penelitian sesuai setting amatan dalam penelitian ini yang sekaligus menunjukan keunikan penelitian.

Model Theory of Reasoned Action (TRA) dari Ajzen dan Fishbein (1980), Theory of Planned Behavior (TPB) dari Ajzen (1991), dan Technology Acceptance Model (TAM) adalah model baku pada penelitian keperilakuan. TAM memadukan dua hal terkait keyakinan (belief) dalam pengambilan keputusan yaitu persepsi kemanfaatan (perceived usefulness) dan persepsi kemudahaan (perceived ease of use). Model ini menjelaskan fenomena adopsi e-banking dengan baik, meskipun kurang merefleksikan keberagaman aspek yang mempengaruhi niat adopsi dan juga keberadaan lingkungan (Wessels dan Drennan, 2010).

Terkait kritik model TAM, Curran dan Meuter (2005) mengembangkan model teknologi berbasis layanan mandiri (SSTs) dengan menambahkan dua anteseden dari belief yaitu need for interaction dan risk. Definisi SSTs yaitu: “technological interfaces that enable customers to produce a service independent of direct service employee involvement” (ibid, 2005). Penelitian yang mengadopsi SSTs dimungkinkan untuk memperkaya variabel sesuai setting amatan dan eksplorasi untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi individu terkait adopsinya (ibid, 2005).

Model pendekatan lain terkait sikap dan keperilakuan individu untuk kasus adopsi yaitu model The Innovations Diffusion Theory atau IDT yang dikembangkan Rogers (1983). Konseptual dari IDT bahwa adopsi teknologi dipengaruhi lima aspek yaitu: relative advantage, compatibility, complexity, observability dan juga trialability.


(2)

Model lain yang juga relevan terkait kasus adopsi yaitu User’s Informational-Based Readiness (UIBR) yang juga dikembangkan oleh Rogers (1995). Konsep UIBR yaitu mereduksi informasi untuk meningkatkan awarenes dan pengetahuan individu sehingga berniat mengadopsi teknologi baru. Oleh karena itu, model UIBR relevan dengan penelitian keperilakuan dan sikap individu terkait adopsi teknologi untuk meningkatkan aspek keyakinan, terutama untuk kelompok non-adopters melalui dua aktivitas inti yaitu: pencarian informasi seeking) dan filterisasi informasi (information-processing activity).

Aspek lain yang juga penting terkait riset keperilakuan adalah model pendekatan ELM (Elaboration Likelihood Model) yang dikembangkan Petty dan Cacioppo (1980). Aspek inti ELM yaitu filterisasi informasi untuk mendukung pengambilan keputusan. Filterisasi informasi terdiri dari attention, elaboration dan behavior dan model ELM tidak hanya process-oriented, tetapi juga variable-oriented karena dari setiap tahapan membutuhkan proses secara cermat dan variabel yang kompleks (ibid, 1980). Oleh karena itu, model pendekatan ELM menjadi salah satu aspek yang penting terkait riset keperilakuan, termasuk untuk kasus adopsi teknologi.

2. E-banking: Adopsi dan Penelitian Sebelumnya

Perkembangan internet berpengaruh terhadap layanan self-service technologies termasuk adopsi e-banking yang kini menjadi layanan wajib dan perbankan dituntut menyediakan fasilitas ini demi meningkatkan kualitas layanan sebagai salah satu bagian dari teknologi berbasis layanan mandiri (Kaleem dan Ahmad, 2008). Oleh karena itu, penelitian e-banking sangat beragam dengan berbagai kajian seperti yang dijelaskan sebagai berikut:

Penelitian Ayo, et.al. (2010) menegaskan bahwa di Nigeria kasus adopsi

e-banking mengalami perkembangan pesat dan hasil penelitian ini menunjukan bahwa


(3)

et.al. (2010) untuk kasus di Jerman dengan analisis SEM dan model pendekatan TAM menyimpulkan bahwa niat untuk mengadopsi mobile banking dipengaruhi perceived usefulness, risk dan compatibility, sedangkan perceived costs, perceived ease of use, credibility dan trust tidak berpengaruh. Hasil ini menunjukan bahwa dengan model pendekatan yang sama ternyata untuk setting amatan yang berbeda bisa menghasilkan kesimpulan yang berbeda.

Penelitian Chau dan Ngai (2010) terkait kasus adopsi internet banking services di Inggris menyimpulkan bahwa usia remaja (mahasiswa) cenderung bersikap positif terhadap adopsi internet banking services dibanding dengan kelompok non-remaja yaitu usia diatas 30 tahun. Hasil ini mengindikasikan bahwa kelompok remaja dapat menjadi target pasar yang sangat potensial bagi pemasaran internet banking services yang didukung oleh perilaku kelompok usia remaja terkait perkembangan internet. Hasil penelitian Laukkanen dan Kiviniemi (2010) yang menguji pengaruh informasi terhadap kendala adopsi yang terdiri lima aspek yaitu: usage, value, risk, tradition, dan image menyimpulkan bahwa tradition barrier tidak berpengaruh, sedangkan empat aspek yang lain berpengaruh. Penelitian ini menggunakan analisis SEM dan untuk kasus adopsi di Finlandia.

Penelitian Puschel, et.al. (2010) memperkuat temuan sebelumnya bahwa niat adopsi e-banking dipengaruhi oleh sikap (attitude), norma subyektif (subjective norm), dan kontrol keperilakuan (perceived behavioral control). Model yang diajukan dalam penelitian ini adalah Decomposed Theory of Planned Behavior dan hal ini semakin memperkuat argumen bahwa penelitian tentang adopsi e-banking bisa dikaji dengan berbagai model pendekatan. Penelitian ini dilakukan di Brazil. Penelitian Wessels dan Drennan (2010) menyimpulkan sikap individu berpengaruh positif terhadap niat melakukan adopsi mobile phone banking, sedangkan sikap individu dipengaruhi oleh perceived usefulness, perceived risk, compatibility, dan cost. Penelitian ini dilakukan di Australia.


(4)

Hasil penelitian Lovelock dan Ure (2008) meyakini prospek e-banking karena e-banking semakin berkembang di Asia-Pasifik, terutama terkait adaptasi menjadi “end user” yang lebih friendly atas aplikasi teknologi perbankan. Klasifikasi negara leader dari pemanfaatan e-banking yaitu: Jepang dan Korea, kategori berkembang pesat yaitu: Hongkong, Singapura dan Taiwan dan kategori berkembang yaitu Cina, India, Philipina dan Indonesia.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ajzen, I., dan Fishbein, M. (1980), Understanding Attitudes and Predicting Social Behavior, Prentice-Hall, New York.

Ajzen, I. (1991), The theory of planned behavior, Organizational Behavior and Human Decision Processes, Vol. 50, No. 2, hal. 179-211.

Annam, B. dan Yallapragada, N. (2006), Understanding customer attitudes towards technolog-based self-service: A case study on ATMs, Masters Thesis, Masters in Service Management Research, IMSM-R Department of Economics, Karlstads Universitet.

Ayo, C. K., Adewoye, J. O., dan Oni, A.A. (2010), The state of e-banking implementation in Nigeria: A post-consolidation review, Journal of Emerging Trends in Economics and Management Sciences (JETEMS), Vol. 1, No. 1, hal. 37-45. Chau, V.S., dan Ngai, L.W.L.C., (2010), The youth market for internet banking services:

Perceptions, attitude and behaviour, Journal of Services Marketing, Vol. 24, No. 1, hal. 42-60.

Curran, J.M., dan Meuter, M.L. (2005), Self-service technology adoption: Comparing three technologies, Journal of Services Marketing, Vol. 19, No. 2, hal. 103-114.

Davis, F.D. (1986), A technology acceptance for empirically testing new end user information systems: Theory and results, Doctoral Dissertation, Sloan School of Management, Massachusetts Institute of Technology, Cambridge, MA.

Donner, J. (2007), M-banking and m-payment services in the developing world: Complements or subsitutes for trust and social capital? Makalah ICA preconference mobile commincation, 23-24 may, San Francisco.

Eriksson, K., Kerem, K., dan Nilsson, D. (2008), The adoption of commercial innovations in the former Central and Eastern European markets: The case of internet banking in Estonia, International Journal of Bank Marketing, Vol. 26, No. 3, hal. 154-169. Habibi, S. (2008), Intention to adopt technology-based self-service: The case of airport self

check-in service for Iran aviation industry, Master Thesis, Marketing and E-commerce, Departement of Business Administration and Social Science, Lulea University of Technology.

Hair, J.F., Anderson, R.E., Tatham, R.L. dan Black, W.C. (1998), Multivariate Data Analysis 5th ed., New Jersey, Prentice Hall.

Hernandez, J.M., dan Mazzon, J.A. (2007), Adoption of internet banking: Proposition and implementation of an integrated methodology approach, International Journal of Bank Marketing, Vol. 25, No. 2, hal. 72-88.

Ho, S.H. dan Ko, Y.Y. (2008), Effects of self-service technology on customer value and customer readiness: The case of Internet banking, Internet Research, Vol. 18, No. 4, hal. 427-446.

Kaleem, A. dan Ahmad, S. (2008), Bankers’ Perceptions of Electronic Banking in Pakistan, Journal of Internet Banking and Commerce, Vol. 13, No.1, hal, 1-16.


(6)

Koenig-Lewis, N., Palmer, A., dan Moll, A., (2010), Predicting young consumers’ take up of mobile banking services, International Journal of Bank Marketing, Vol. 28, No. 5, hal. 410-432.

Laukkanen, T., dan Kiviniemi, V. (2010), The role of information in mobile banking resistance, International Journal of Bank Marketing, Vol. 28, No. 5, hal. 372-388. Lovelock, P. dan Ure, J. (2008), M-banking and m-payment in Asia Pasific, Makalah

dipresentasikan dalam International Financial Conference, Jakarta, 20 agustus. Nilsson, D. (2007), A cross-cultural comparison of self-service technology use, European

Journal of Marketing, Vol. 41, No. 3/4, hal. 367-381.

Petty, R.E., dan Cacioppo, J.T. (1986), Communication and Persuasion: Central and Peripheral Routes to Attitude Change, Springer Verlag, New York, NY.

Polasik, M. dan Wisniewski, T.P. (2009), Empirical analysis of internet banking adoption in Poland, International Journal of Bank Marketing, Vol. 27, No. 1, hal.32-52. Poon, W.C. (2008), Users’ adoption of e-banking services: The Malaysian perspective,

Journal of Business & Industrial Marketing, Vol. 23, No. 1, hal. 59-69.

Puschel, J., Mazzon, J.A., dan Hernandez, J.M.C., (2010), Mobile banking: Proposition of an integrated adoption intention framework, International Journal of Bank Marketing, Vol. 28, No. 5, hal. 389-409.

Purwanto, B.M. (2001), Pelatihan Pengukuran dan Teknik Statistik untuk Riset Keperilakuan, Modul, QUE Project Management dan Program Magister Sains Ilmu-Ilmu Ekonomi UGM.

Riquelme, H.E., dan Rios, R.E. (2010), The moderating effect of gender in the adoption of mobile banking, International Journal of Bank Marketing, Vol. 28, No. 5, hal. 328-341.

Rogers, E.M. (1995), Diffusion of Innovations, The Free Press, 4th ed., Collier Macmillan, New York, NY, London.

Saputro, E.P. (2010), Potret karakteristik nasabah perbankan di Jawa Tengah, Laporan Penelitian Mini Riset, Solo

--- (2010), Faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas nasabah, Laporan Penelitian Mini Riset, Solo.

--- (2010), Model intention to use dan intention to loyalty terhadap adopsi e-banking di era e-service, Laporan Penelitian Hibah Bersaing Tahun Pertama, Dikti.

--- (2011), Model intention to use dan intention to loyalty terhadap adopsi e-banking di era e-service, Laporan Penelitian Hibah Bersaing Tahun Kedua, Dikti.

Wang, J., dan Pho, T. (2009), Drivers of customer intention to use online banking: An empirical study in Vietnam, African Journal of Business Management, Vol. 3, No. 11, hal. 669-677,

Wessels, L., dan Drennan, J. (2010), An investigation of consumer acceptance of M-banking, International Journal of Bank Marketing, Vol. 28, No. 7, hal.

547-568.

Wu, S., dan Lo, C. (2009),The influence of core-brand attitude and consumer perception on purchase intention towards extended product, Asia Pacific Journal of Marketing and Logistics, Vol. 21, No. 1, hal. 174-194.