Perubahan Warna Kulit Buah Tiga Varietas Jeruk Keprok dengan Perlakuan Degreening dan Suhu Penyimpanan

PERUBAHAN WARNA KULIT BUAH TIGA VARIETAS
JERUK KEPROK DENGAN PERLAKUAN
DEGREENING DAN SUHU PENYIMPANAN

HANIFAH MUTHMAINNAH

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perubahan Warna
Kulit Buah Tiga Varietas Jeruk Keprok dengan Perlakuan Degreening dan Suhu
Penyimpanan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2014
Hanifah Muthmainnah
NIM A24090099

ABSTRAK
HANIFAH MUTHMAINNAH. Perubahan Warna Kulit Buah Tiga Varietas Jeruk
Keprok dengan Perlakuan Degreening dan Suhu Penyimpanan. Dibimbing oleh
ROEDHY POERWANTO dan DARDA EFENDI.
Warna merupakan kualitas utama yang menentukan tingkat permintaan
konsumen terhadap buah jeruk. Konsumen lebih menyukai jeruk berwarna jingga,
padahal di Indonesia jeruk yang tinggi produktivitasnya adalah jeruk berwarna
hijau. Hal ini menyebabkan jeruk lokal kalah bersaing dengan jeruk impor. Salah
satu cara supaya jeruk lokal dapat bersaing dengan jeruk impor adalah dengan
melakukan degreening. Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari efek
degreening dan suhu penyimpanan terhadap perubahan warna kulit jeruk keprok.
Penelitian dilaksanakan dari bulan Juni hingga Juli 2013 di Laboratorium Pusat
Kajian Hortikultura Tropika, IPB. Penelitian ini dilakukan pada 3 varietas jeruk
keprok (Chokun, Fremont, dan Batu 55) secara terpisah. Penelitian ini

menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) Faktorial dengan
2 faktor dan 3 ulangan. Faktor pertama adalah suhu degreening (18°C dan suhu
ruang) dan faktor kedua adalah suhu simpan (18°C dan suhu ruang). Hasil
penelitian menunjukkan perlakuan degreening suhu 18°C dan penyimpanan suhu
ruang pada ketiga varietas jeruk keprok memiliki nilai CCI tertinggi dibandingkan
perlakuan lainnya pada 15 HSP.
Kata kunci: jingga, nilai Citrus Color Index, suhu degreening, suhu penyimpanan.
ABSTRACT
HANIFAH MUTHMAINNAH. Skin Color Changes in Three Varieties of
Tangerines with Degreening and Storage Temperature Treatment. Supervised by
ROEDHY POERWANTO and DARDA EFENDI.
Color is the main quality that determines the level of demand for citrus.
Consumer prefers orange citrus, whereas green citrus have high productivity in
Indonesia. It causes local citrus cannot compete with imported citrus. One way
that can make local citrus compete with imported citrus is by degreening. This is
research was conducted to study the effect of degreening and storage temperature
on color changes of tangerine peel. Research was conducted from June until July
2013 at the Laboratory of Center for Tropical Horticulture Studies, IPB. This
study was conducted on 3 varieties of tangerines (Chokun, Fremont, and Batu 55)
separately. This research used a randomized complete factorial design group 2

factors with 3 replications. The first factor is degreening temperature (18°C and
room temperature) and second factor is storage temperature (18°C and room
temperature). The results showed that degreening treatment at 18°C and room
temperature storage on all three varieties of tangerines have the highest CCI value
at 15 HSP.
Key words : degreening temperature, orange, storage temperature, value of Citrus
Color Index.

PERUBAHAN WARNA KULIT BUAH TIGA VARIETAS
JERUK KEPROK DENGAN PERLAKUAN
DEGREENING DAN SUHU PENYIMPANAN

HANIFAH MUTHMAINNAH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura


DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014

Judul Skripsi
Nama
NIM

: Perubahan Warna Kulit Buah Tiga Varietas Jeruk Keprok
dengan Perlakuan Degreening dan Suhu Penyimpanan
: Hanifah Muthmainnah
: A24090099

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Roedhy Poerwanto, MSc
Pembimbing I

Dr Ir Darda Efendi, MSi

Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito,MSc.Agr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus :

Judul Skripsi
Nama
NIM

Perubahan Warna Kulit Buah Tiga Varietas Jeruk Keprok
dengan Perlakuan Degreening dan Suhu Penyimpanan
Hanifah Muthmainnah
A24090099

Disetujui oleh


Poerwanto MSc
Pembimbing I

Tanggal Lulus :

Dr Ir Darda Efendi, MSi
Pembimbing II

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2013 sampai Juli 2013 ini
ialah pengembangan jeruk berwarna jingga di dataran rendah, dengan judul
Perubahan Warna Kulit Buah Tiga Varietas Jeruk Keprok dengan Perlakuan
Degreening dan Suhu Penyimpanan.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Roedhy
Poerwanto dan Bapak Dr Ir Darda Efendi selaku pembimbing, serta Bapak
Endang Gunawan yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan
penulis sampaikan kepada Bapak Kusuma beserta staf Pusat Kajian Hortikultura

Tropika IPB, yang telah membantu selama pengumpulan data. Penelitian ini
dibiayai dengan dana insentif riset Kementerian Riset dan Teknologi dengan
nomor kontrak 38/SEK/INSINAS/PPK/I/2013 tanggal 14 Januari 2013. Untuk itu
penulis mengucapkan terimakasih. Ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2014
Hanifah Muthmainnah

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Hipotesis
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Umum Buah Jeruk
Jeruk Keprok Batu 55

Jeruk Chokun
Jeruk Fremont
Degreening
Etephon
METODE PENELITIAN
Bahan Penelitian
Alat Penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian
Analisis Data
Prosedur Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perubahan Warna Kulit
Warna Ujung Buah
Warna Ekuator
Warna Pangkal Buah
Warna Rataan Ujung, Ekuator, Pangkal Buah Jeruk
Skor Warna Kulit Ketiga Varietas Jeruk Keprok
Penampilan Warna Kulit Buah Jeruk
Persentase Susut Bobot
Kekerasan Buah dan pH buah

Kandungan PTT dan ATT buah
Rasio PTT/ATT
Masa Simpan Buah
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA

vi
vi
1
1
2
2
2
2
2
3
3
3
4
5

5
5
5
5
6
8
9
9
10
11
12
14
14
21
21
22
23
24
25
26


DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pada Chokun
Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pada Fremont
Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pada Batu 55
Skor warna kulit jeruk semua kombinasi perlakuan
Persentase susut bobot selama penyimpanan 25 HSP
Kekerasan dan pH buah selama penyimpanan
Kandungan PTT dan ATT jeruk selama penyimpanan
Rasio PTT/ATT ketiga varietas jeruk keprok

8
8
9
15
21
22
23
24

DAFTAR GAMBAR

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Nilai CCI pada ujung buah
Nilai CCI pada ekuator
Nilai CCI pada pangkal buah
Nilai CCI rataan ujung, ekuator dan pangkal buah
Perubahan warna kulit ketiga varietas jeruk
Diagram perubahan warna kulit jeruk keprok varietas Chokun
Diagram perubahan warna kulit jeruk keprok varietas Fremont
Diagram perubahan warna kulit jeruk keprok varietas Batu 55

9
10
11
12
15
17
18
19

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Jeruk mempunyai nilai ekonomi dan mengandung gizi yang cukup
tinggi. Jeruk dapat dikonsumsi dalam bentuk segar maupun olahan. Permintaan
konsumen terhadap buah jeruk semakin meningkat disebabkan oleh peningkatan
jumlah penduduk, pendapatan dan kesadaran masyarakat terhadap nilai gizi. Data
BPS (2012) produksi jeruk lokal mencapai 1.611 juta ton. Deptan (2013) mencatat
pada bulan Juli 2013 volume impor jeruk mencapai 2.230 ton sedangkan ekspor
jeruk hanya 73 ton. Standar konsumsi buah yang ditetapkan Food and Agriculture
Organization (FAO) sebesar 65.75 kg per kapita per tahun, jika 10% dari jumlah
standar FAO tersebut adalah buah jeruk maka dengan jumlah penduduk 237 juta
jiwa (BPS 2010) akan dibutuhkan 1.422 juta ton per tahun (Balitjestro 2010). Hal
ini menunjukkan seharusnya produksi jeruk nasional dapat memenuhi kebutuhan
konsumsi jeruk dalam negeri. Di Indonesia jeruk yang tinggi produktivitasnya
ialah jeruk berwarna hijau. Warna jeruk yang tetap hijau disebabkan kandungan
pigmen klorofil yang tinggi, dan perombakan klorofil berjalan lambat. Warna
hijau pada jeruk merupakan hal yang tidak dikehendaki konsumen karena
mengurangi daya tarik konsumen. Hal ini disebabkan oleh anggapan masyarakat
bahwa jeruk berwarna hijau mempunyai citarasa yang kurang baik dan memberi
kesan bahwa jeruk belum matang.
Warna jeruk merupakan salah satu kualitas utama yang terdiri atas
akumulasi karotenoid dan derivatif C30 apocarotenoids. Pembentukan warna
jingga pada kulit jeruk disebabkan oleh dua zat warna, yaitu β-citraurin dan
criptoxanthin. β-citraurin membuat warna kulit jeruk menjadi kemerahan,
sedangkan criptoxanthin membuat warna kulit jeruk menjadi kuning. Degreening
pada suhu ruang 28-29°C zat warna yang terbentuk hanya criptoxanthin sehingga
seringkali jeruk yang dihasilkan berwarna kuning. Degreening pada suhu rendah
18-20°C menyebabkan β-citraurin dan criptoxanthin terbentuk secara bersamaan
sehingga warna jingga kemerahan dapat dihasilkan (Stewart and Wheaton 1971).
Riyanti (2005) menyatakan bahwa semakin kuning atau jingga warna
kulit jeruk, maka permintaan semakin meningkat. Hal ini dibuktikan oleh
banyaknya konsumen yang lebih memilih mengonsumsi jeruk impor karena
memiliki penampilan yang lebih menarik yakni berkulit jingga. Para produsen
atau distributor jeruk perlu mengubah warna jeruk yang akan dipasarkan menjadi
jingga untuk memenuhi permintaan konsumen, salah satu caranya dengan
melakukan degreening pada jeruk dengan menggunakan etilen/ethephon, sehingga
warna hijau berubah menjadi jingga.
Penyimpanan suhu rendah dapat menghambat kerusakan fisiologis,
memperlambat transpirasi dan respirasi, mengurangi kehilangan air, serta
menghambat aktivitas mikroorganisme pengganggu sehingga mutu buah sampai
ke tangan konsumen masih tetap terjaga dengan baik (Safaryani et al. 2007).
Penyimpanan suhu rendah juga dapat memperpanjang mutu fisik (warna dan
penampilan/kesegaran, tekstur dan citarasa) dan nilai gizi.

2
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh suhu degreening
dan suhu penyimpanan terhadap perubahan warna kulit tiga varietas jeruk keprok.
Hipotesis
1. Suhu degreening berpengaruh nyata terhadap perubahan warna kulit jeruk.
2. Suhu penyimpanan berpengaruh nyata terhadap perubahan warna kulit jeruk.
3. Terdapat interaksi nyata antara suhu degreening dan suhu penyimpanan
terhadap perubahan warna kulit jeruk.
TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Umum Buah Jeruk
Sentra penanaman jeruk keprok di Indonesia meliputi Garut (Jawa
Barat), Tawangmangu (Jawa Tengah), Batu (Jawa Timur), Selayar (Sulawesi
Selatan), Pontianak (Kalimantan Barat) dan Medan (Sumatera Utara). Klasifikasi
botani jeruk keprok adalah kingdom Plantae, divisi Spermatophyta, sub divisi
Angiospermae, kelas Dicotyledonae, ordo Rutales, famili Rutaceae, genus Citrus,
spesies Citrus nobilis L.
Pascapanen degreening menggunakan etilen maupun ethephon
dilakukan untuk mempelajari perubahan warna dan akumulasi karotenoid.
Perubahan warna jingga setelah aplikasi degreening diindikasikan dengan
penurunan sudut hue (H) dan peningkatan indeks warna jeruk (CCI). Jumlah
kandungan karotenoid meningkat, sedangkan kandungan klorofil menurun selama
penyimpanan dan kedua perubahan ini dipercepat oleh aplikasi etilen eksogen.
Warna hijau pada jeruk disebabkan oleh adanya klorofil yang menutupi
karotenoid. Buah jeruk dapat berubah warna menjadi jingga dengan aplikasi
etilen, ethephon, dan ethrel (Yi Zhou et al. 2010).
Jeruk Keprok Batu 55
Jeruk keprok varietas Batu 55 merupakan tanaman subtropik yang dapat
tumbuh dan berproduksi secara optimal pada suhu optimum 25 30°C. Buahnya
berbentuk agak besar hampir seragam menyerupai bentuk bola tertekan dengan
diameter cabang, bentuk bunga bulat telur panjang ke arah pangkal seragam dan
berbau harum. Tangkai bunga pendek dengan bunga pelindungnya kecil, kelopak
5 8 cm dengan ruang buah (septa buah) 9 19. Tebal kulitnya 0.2 – 0.3 cm
mudah dikupas, penuh pori-pori dan daging buahnya berwarna oranye dan sedikit
berbau harum. Daging buah banyak mengandung air, tiap sapta mengandung
banyak biji lebih kurang 10 30 biji (Balitbangtan 2006).

3
Jeruk Chokun
Jeruk Chokun adalah jenis jeruk keprok dataran rendah asal Thailand.
Jeruk ini mempunyai rasa sangat manis (tanpa getir), sehingga disebut juga jeruk
madu. Umur berbuah genjah (1 1.5 tahun). Jeruk ini tahan penyakit CVPD
(Citrus Vein Phloem Degeneration), penyakit yang disebabkan oleh virus yang
merupakan pembunuh utama tanaman jeruk (Wijaya 2011). Pohon jeruk Chokun
asal okulasi bersifat sangat genjah dengan produktifitas yang sangat tinggi. Jeruk
Chokun memerlukan 5 7 bulan basah terutama di bulan Juli-Agustus dengan
temperatur optimal antara 20 30°C dan memerlukan cahaya sinar matahari
penuh/tidak terhalang. Ciri-ciri jeruk Chokun adalah memiliki ukuran yang relatif
kecil berkisar 90 100 g. Berkulit tipis sehingga mudah untuk dibuka, permukaan
kulit licin, memiliki aroma yang khas, dan daging buah berwarna orange/jingga.
Buah jeruk bertipe hesperidium, dipenuhi dengan kantong jus yang disebut
flavedo, ditutupi oleh jaringan berbusa putih dan selembar kulit yang banyak
mengandung minyak (Balijestro 2012).
Jeruk Fremont
Jeruk Fremont merupakan jeruk mandarin dengan karakteristik rasa
manis dan aroma kuat, jumlah biji banyak, kulit buah terang dengan warna orange
tua, permukaan kulit buah agak kasar dan kandungan air mencapai 55%. Jeruk ini
merupakan jeruk mandarin hasil persilangan antara Clementine dengan Ponkan
pada tahun 1959 di California dan dilepas oleh Departemen Pertanian Amerika
Serikat pada tahun 1964. Ciri-ciri jeruk Fremont yaitu ukuran buah kecil-medium,
berbentuk oblate, permukaan kulit agak kasar, ketebalan kulit 3 mm dan sulit
dikupas. Buah jeruk bertipe hesperidium, dipenuhi dengan kantong jus yang
disebut flavedo, ditutupi oleh jaringan berbusa putih dan selembar kulit yang
banyak mengandung minyak. Tanaman jeruk Fremont dapat tumbuh dan
berproduksi dengan baik pada tanah yang bergranulasi bahkan pada lingkungan
yang hangat. Tanaman ini sulit menghasilkan buah berukuran optimal jika
dibudidayakan di daerah dingin (AusCitrus 2002).
Degreening
Proses degreening yaitu proses perombakan warna hijau (klorofil) pada
kulit jeruk diikuti dengan proses pembentukan warna kuning jingga. Degreening
dengan etilen adalah praktek pascapanen umum dalam buah jeruk. Etilen dapat
menginduksi warna buah dan kandungan karotenoid dalam flavedo meningkat
pada tahap pematangan buah. Etilen merangsang peningkatan phytoene,
phytofluene, (9Z)-violaxanthin yang merupakan karotenoid utama dalam kulit
jeruk matang, apocarotenoid β-citraurin, dan penurunan konsentrasi karotenoid
chloroplastic (Rodrigo and Zacarias 2006). Buah jeruk temasuk buah non
klimakterik. Degreening dengan etilen dapat merangsang perusakan pigmen
klorofil yang berwarna hijau dan akumulasi karotenoid yang berwarna jingga.

4
Degreening tidak berpengaruh pada jus, Padatan Terlarut Total (PTT), kadar
asam, dan berefek kecil pada isi dan komposisi volatil aroma jus (Mayouni 2007).
Pada jeruk hampir tidak ada peningkatan produksi etilen dan laju
respirasi selama pematangan. Buah jeruk memproduksi etilen selama pematangan,
aplikasi etilen secara eksogen dapat mempercepat proses fisiologis. Salah satu
efek etilen pada jeruk adalah dapat merubah warna kulit. Pengaruh etilen eksogen
pada mekanisme menyebabkan kerusakan klorofil pada flavedo jeruk. Aktifitas
chlorophyllase meningkat setelah aplikasi etilen dan mengakibatkan degredasi
klorofil dipercepat (Rodrigo and Zacarias 2006). Aplikasi degreening secara
eksogen tidak hanya menginduksi perubahan warna yang diinginkan dalam buah
jeruk, tetapi juga menghasilkan efek yang tidak diinginkan terkait untuk
mempercepat penuaan buah seperti kecokelatan. Waktu penyimpanan yang
semakin lama, buah jeruk semakin rentan terhadap penuaan (Sdiri et al. 2013).
Ethephon
Ethephon melepaskan etilen dengan adanya basa. Sebanyak 1 mol
ethephon melepaskan hampir 1 mol etilen. Sebanyak 28,3 ml gas etilen dapat
dilepaskan dari 206 ml ethephon. Pada teknik degreening intermiten, etilen
dihasilkan dari ethephon dengan menambahkan natrium hidroksida dalam ruang
tertutup dengan suhu dan kelembaban yang dikontrol (Ladaniya 2008). Efek
penggunaan ethephon diamati dari jaringan tanaman terutama mengingat bahwa
ethephon tidak mudah dimetabolisme menjadi etilen, hal ini didukung oleh
berbagai pengamatan evaluasi etilen menggunakan ethephon. Hal ini disebabkan
tanggapan langsung (respirasi dan degradasi klorofil) dari jaringan tanaman,
penggunaan ethephon menyebabkan degradasi senyawa lambat yang bisa
menjelaskan efek jangka panjang seperti berbunga. Etilen telah lama dikenal
untuk mempengaruhi sejumlah proses fisiologis tanaman dapat juga dimanfaatkan
sebagai alat untuk meningkatkan produksi pertanian. Penggunaan eksperimental
dan praktis etilen dibatasi oleh gas alam yang membuatnya sulit untuk diterapkan
di ruang terbuka/outdoor. Ethephon dapat larut dalam air hal ini menyebabkan
pembentukan etilen (Bondad 1976). Kemampuan ethephon menghasilkan etilen
pada jaringan tanaman adalah sebagai berikut :
O
Cl -CH2 - CH2 -P -O + H2O
Cl - + CH2
O
= CH2 + H2PO4

METODE PENELITIAN

Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tiga varietas jeruk
keprok (Chokun, Fremont, dan Batu 55) dipanen di Tapos, larutan ethephon
konsentrasi 120 ppm, indikator PP, larutan NaOH 0.1 N, aquades.
Peralatan Penelitian
Peralatan yang digunakan adalah lemari pendingin, colour reader, pH
meter, hand refraktometer, hand penetrometer, timbangan analitik, buret,
erlenmeyer, labu takar, gelas ukur, pipet volum, pipet tetes, orange juicer, pisau.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pusat Kajian Hortikultura
Tropika IPB. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Juli 2013.
Analisis Data
Penelitian ini dilakukan pada 3 varietas jeruk keprok (Chokun, Fremont,
dan Batu 55) secara terpisah. Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok
Lengkap Teracak (RKLT) Faktorial dengan 2 faktor, yaitu suhu degreening (suhu
18°C±1°C dan suhu ruang 28°C±1°C) dan suhu penyimpanan (suhu 18°C±1°C
dan suhu ruang 28°C±1°C). Terdapat 12 perlakuan yang diamati, setiap
perlakuan diulang 3 kali, sehingga terdapat 36 satuan percobaan. Setiap perlakuan
diamati 35 40 jeruk dengan 3 jeruk sampel pengamatan warna.
Data yang diperoleh diuji menggunakan uji F (ANOVA) taraf 5%, data
skoring warna dianalis menggunakan uji Friedman dilanjutkan dengan uji lanjut
Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5% (Gomez dan Gomez 2007).
Model linier untuk rancangan RKLT adalah:
Yij = μ + αi+ ßj + εijk
dengan : i = 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12 dan j = 1,2,3,4
Yij : Respon buah terhadap perlakuan-i, dan ulangan ke j
µ : Nilai tengah
αi : Perlakuan ke-i
βj : Pengaruh ulangan ke-j
εij : Galat percobaan
Analisis data skoring menggunakan uji Friedman (Dixon and Massey 1991):
X2r
Σ (Ȓ.j- )2
X2r
r
c
Ȓ.j

= mean range yang didapat dari uji Friedman
= baris
= kolom
= rataan peringkat dalam kolom ke-j

6
Prosedur Percobaan
Ketiga varietas jeruk yang digunakan dalam penelitian ini dipanen dari
perkebunan jeruk di daerah Tapos, Ciawi, Bogor. Grading dilakukan setelah
panen, buah jeruk dipilih yang memiliki ukuran sama dan warna seragam. Jeruk
yang terpilih kemudian dicuci, setelah itu dikeringkan dengan tissue. Jeruk yang
telah dicuci kemudian dimasukkan ke dalam keranjang, setelah itu dilakukan
proses degreening. Degreening dilakukan pada suhu ruang dengan ethephon
konsentrasi 120 ppm. Jeruk disemprot satu per satu dengan larutan ethephon
secara merata, didiamkan beberapa menit. Jeruk yang telah disemprot larutan
ethephon kemudian disimpan sebagian pada suhu 18°C±1°C dan sebagian pada
suhu ruang 28°C±1°C selama 15 jam. Setelah itu, jeruk perlakuan degreening
suhu 18°C sebagian disimpan pada suhu 18°C dan sebagian disimpan pada suhu
ruang, jeruk perlakuan degreening suhu ruang sebagian disimpan pada suhu 18°C
dan sebagian disimpan pada suhu ruang.
Pengamatan destruktif dilakukan setiap 1 Minggu Setelah Perlakuan (MSP),
terdiri atas:
a. Kekerasan buah (kgdetik-1) diukur menggunakan hand penetrometer.
b. Padatan Terlarut Total (°Brix) diukur menggunakan hand refractometer.
c. Asam Tertitrasi Total (%) diukur menggunakan metode titrasi NaOH 0.1 N
ATT
Keterangan : ml NaoH
= volume NaOH yang terpakai
N NaOH
= normalitas NaOH (0.1 N)
Fp
= faktor pengenceran (100/25)
64
= faktor asam dominan
mg contoh = 25000mg
d. pH jeruk diukur menggunakan pH meter.
Pengamatan non-destruktif dilakukan setiap hari, terdiri atas:
a. Susut bobot (g) diukur menggunakan timbangan analitik, dilakukan setiap hari
pada hari ke-0 (w) dan setiap pengamatan (wa) pada penyimpanan 25 Hari
Setelah Perlakuan (HSP). Susut bobot dihitung menggunakan rumus:
Susut bobot (%) =
b. Warna kulit jeruk diamati setiap hari dengan menggunakan color reader
selama 30 HSP. Alat ini mempunyai sistem notasi warna hunter (system L, a,
dan b). L menyatakan kecerahan (brightness) dengan nilai 0 (hitam) sampai
100 (putih). Nilai a dan b merupakan koordinat kromatisitas, a menyatakan
warna kromatik campuran merah hijau dengan nilai +a dari 0 sampai 60 untuk
warna merah dan –a dari 0 sampai -60 untuk warna hijau. Nilai b menyatakan
warna kromatik campuran kuning biru dengan nilai +b dari 0 sampai 60 untuk
warna kuning dan nilai –b dari 0 sampai -60 untuk warna biru.

7
Menurut Cuesta et al. (1981), warna kulit jeruk atau Citrus Color Index (CCI)
didapatkan dengan rumus
, dengan L (Luminosity) = kecerahan, a=
perubahan warna hijau ke merah, b= perubahan warna biru ke kuning. Nilai
CCI