Performa ayam kampung yang diberi zeolit dalam ransumnya

PERFORMA AYAM KAMPUNG YANG DIBERI ZEOLIT
DALAM RANSUMNYA

RODEX JORDAN SIMANGUNSONG

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN
FAKULTAS
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Performa Ayam Kampung
yang Diberi Zeolit dalam Ransumnya adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.


Bogor, Oktober 2014

Rodex Jordan Simangunsong
NIM D14100033

ABSTRAK
RODEX JORDAN SIMANGUNSONG. Performa Ayam Kampung yang diberi
Zeolit dalam Ransumnya. Dibimbing oleh MARIA ULFAH dan POLLUNG H
SIAGIAN.
Zeolit adalah mineral yang memiliki struktur berongga yang dapat
menyerap molekul lain. Penggunaan zeolit dapat meningkatkan efisiensi pakan
dan mengurangi kelembaban litter dengan menghambat pertumbuhan dan kerja
mikroorganisme. Berdasarkan kemampuannya, zeolit dapat digunakan dalam
pakan ayam. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efek dari zeolit terhadap
performa ayam kampung. Penelitian ini menggunakan 320 ekor ayam kampung
yang dipelihara selama enam minggu dan dibagi menjadi 16 kandang masingmasing berisi 20 ekor ayam kampung. Analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL). Taraf penggunaan zeolit
yang digunakan adalah 0%, 0.5%, 1.0% dan 1.5%, masing-masing dengan 4
ulangan dan 20 ekor kampung per unit percobaan. Peubah yang diukur adalah
pertambahan bobot badan harian, konsumsi ransum harian, konversi pakan dan

mortalitas. Data dianalisis menggunakan metode analisis ragam (ANOVA). Hasil
menunjukkan bahwa penambahan zeolit hingga taraf 1.5% tidak berpengaruh
nyata terhadap konsumsi ransum harian, pertambahan bobot badan harian dan
konversi ransum.
Kata kunci: ayam kampung, konsumsi ransum harian, konversi ransum,
pertambahan bobot badan harian, zeolit

ABSTRACT
RODEX JORDAN SIMANGUNSONG. Effect of Zeolite Supplemented on Feed
on Kampung Performances. Supervised by MARIA ULFAH and POLLUNG H
SIAGIAN.
Zeolite are minerals that have a hollow structure that can absorb other
molecules. The use of zeolite can improve feed efficiency and reduce litter
moisture content by inhibiting microbial growth and development. Based on their
ability, zeolites therefore can be used in chicken feed. This study aims to assess
the effect of zeolite supplemented feed on kampung chicken performances. This
research used 320 kampung chickens which were kept for six weeks and divided
into 16 cages (each containing 20 kampung chickens). The experimental design
used in this study was a completely randomized design (CRD). The addition of
zeolites used were 0%, 0.5%, 1.0% and 1.5%, with 4 repetitions (20

chickens/experimental unit). The variables measured were daily feed consumption,
daily gain, feed conversion ratio and mortality. Data was analyzed by analysis of
variance (ANOVA) methods. The result showed that the addition of zeolite to the
extent of 1.5% had no significant difference for the daily feed consumption, daily
gain and feed conversion ratio.
Key words: daily feed consumption, daily gain, feed conversion ratio, kampung
chicken, zeolite

PERFORMA AYAM KAMPUNG YANG DIBERI ZEOLIT
DALAM RANSUMNYA

RODEX JORDAN SIMANGUNSONG

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN

FAKULTAS
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

Judul Skripsi
Nama
NIM

: Performa Ayam Kampung yang diberi Zeolit dalam Ransumnya
: Rodex Jordan Simangunsong
: D14100033

Disetujui oleh

Maria Ulfah, SPt MSc Agr
Pembimbing I

Prof Dr Ir Pollung H Siagian, MS
Pembimbing II


Diketahui oleh

Prof Dr Ir Muladno, MSA
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih
karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan judul
Performa Ayam Kampung yang Diberi Zeolit dalam Ransumnya ini yang telah
dilakukan sejak bulan Mei 2014 hingga Juni 2014.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Maria Ulfah, SPt MSc Agr
dan Bapak Prof Dr Ir Pollung H Siagian, MS selaku pembimbing, Bapak Dr Rudi
Afnan, SPt MSc Agr selaku pembahas seminar dan penguji ujian sidang dan Ibu
Dr Tuti Suryati, SPt Msi selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak
memberi saran serta motivasi. Secara khusus penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada kedua orang tua penulis Bapak Leveri Simangunsong dan Ibu
Hotnida Nainggolan serta kedua saudari penulis Eka JN Simangunsong dan Putri
D Simangunsong yang senantiasa memberikan doa dan dorongan semangat untuk

penulis. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Edwin Situmeang
selaku rekan dalam penelitian, keluarga besar Tobing Farm, teman-teman IPTP 47,
teman- teman UKM PMK IPB, keluarga besar Bapa House atas doa, semangat,
dan motivasi yang diberikan kepada penulis sepanjang perjalanan penelitian
hingga penyusunan karya ilmiah ini. Semoga hasil penelitian ini berguna untuk
ilmu pengetahuan khususnya dalam pengembangan dan penerapan ilmu
peternakan serta menjadi berkat bagi bangsa Indonesia.
Bogor, Oktober 2014

Rodex Jordan Simangunsong

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian







METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Bahan
Alat
Prosedur
Peubah
Rancangan
Analisis Data











HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum
Konsumsi Ransum Harian
Pertambahan Bobot Badan Harian
Konversi Ransum
Mortalitas








SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA


10 


LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

11 
11 

DAFTAR TABEL
1
2
3
4

Kandungan nutrisi ransum penelitian dan hasil analisis mineral zeolit
Rataan suhu dan kelembaban selama penelitian
Rataan konsumsi ransum harian ayam kampung selama pemeliharaan
Rataan pertambahan bobot badan harian ayam kampung selama
pemeliharaan
5 Konversi ransum ayam kampung selama pemeliharaan
6 Mortalitas ayam kampung selama pemeliharaan









DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil analisis ragam konsumsi ransum harian
2 Hasil analisis ragam pertambahan bobot badan harian
3 Hasil analisis ragam konversi ransum

11 
11 
11 

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Ayam kampung adalah ayam lokal Indonesia yang kehidupannya sudah
lekat dengan masyarakat (Nataamijaya 2010; Sartika dan Iskandar 2007).
Masyarakat perdesaan umumnya memelihara ayam kampung untuk mendapatkan
daging, telur maupun sebagai tabungan yang sewaktu-waktu dapat diuangkan.
Penampilan fenotipe ayam kampung sangat beragam, begitu juga dengan sifatsifat kualitatifnya seperti warna bulu dan jengger (Sartika dan Iskandar 2007).
Ayam kampung memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi bibit
dalam upaya menunjang ketahan pangan dan meningkatkan kesejahteraan
peternak. Namun, usaha peternakan ayam kampung belum berkembang antara lain
belum tersedianya bibit unggul serta cara sistem pemeliharaan yang masih
konvensional. Mempertimbangkan potensi itu, perlu diupayakan jalan keluar
untuk meningkatkan populasi dan produktivitasnya. Peningkatan produktivitas
ayam kampung dapat dilakukan melalui perbaikan kuantitas dan kualitas pakan
yang diberikan dengan sistem pemeliharaan intensif.
Salah satu alternatif dalam memperbaiki manajemen pemeliharaan adalah
dengan penggunaan zeolit dalam pakan ayam. Zeolit adalah suatu kelompok
mineral yang dihasilkan dari proses hidrotermal pada batuan beku basa. Zeolit
banyak terdapat di Indonesia, terutama di daerah gunung berapi atau mengendap
pada daerah sumber air panas. Mineral ini biasanya dijumpai mengisi celah-celah
ataupun rekahan dari bebatuan. Jenis dan kualitas zeolit di setiap tempat berbedabeda, hal ini berkaitan dengan struktur pembentukannya. Struktur fisik zeolit yang
berongga menyebabkan zeolit dapat menyerap sesuatu di sekitarnya yang
berdiameter lebih kecil.
Leung et al. (2006) menyatakan bahwa zeolit dapat digunakan sebagai
suplemen ransum karena zeolit dapat meningkatkan kecernaan pakan sehingga
dapat menurunkan biaya pakan. Zeolit jika ditambahkan dalam ransum diduga
berfungsi dalam membantu pengangkutan zat makanan atau memperlambat laju
pergerakan digesta dalam proses pencernaan ayam dan akan menghasilkan karkas
serta organ dalam yang baik. Zeolit memiliki kemampuan menukar ion yang
dapat membantu dalam menurunkan kadar amonia, hidrogen sulfida, kadar air dan
gas-gas beracun yang dihasilkan dari ekskreta ayam broiler. Penggunaan zeolit
dalam ransum juga dapat mengurangi kadar gas NH3 dan H2S ekskreta yang
berdampak bagi kesehatan ayam dan menjadikan peternakan ayam menjadi ramah
lingkungan (Kamaludin 2011). Zeolit dapat membantu proses penyerapan nutrien
sehingga penggunaan ransum akan lebih efisien. Menurut Sutamba (2011), zeolit
dapat mempercepat pertumbuhan ayam broiler pada minggu pertama hingga ketiga dan juga memberikan keuntungan kepada peternak ayam.
Berdasarkan hal tersebut, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas
ayam kampung perlu dilakukan kajian tentang pengaruh penambahan zeolit dalam
ransum ayam terhadap performa ayam kampung. Sampai saat ini data tentang
pemberian zeolit pada ayam kampung masih terbatas sehingga hasil penelitian ini
nantinya diharapkan dapat dijadikan dasar dalam budidaya ayam kampung yang
baik dan ramah lingkungan.

2

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menilai performa ayam kampung yang
diberi suplemen zeolit dalam ransum komersial.

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini mencakup penilaian performa ayam kampung
menggunakan ayam kampung yang diberi zeolit dalam ransum komersial.
Penilaian yang dilakukan meliputi konsumsi ransum harian, pertambahan bobot
badan harian, konversi ransum dan mortalitas.

METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 6 minggu yaitu dari bulan Mei hingga
Juni 2014, di Tobing Farm yang berada di kawasan Kampung Cina, Parung,
Bogor, Jawa Barat.

Bahan
Ayam Kampung
Ayam kampung yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam kampung
yang diproduksi oleh PT. AKI sebanyak 320 ekor. Pemeliharaan dilakukan pada
saat ayam berumur 3 minggu dengan masa pemeliharaan selama 6 minggu di
dalam 16 petak kandang yang berukuran 1.5 x 1.5 x 1 m dan masing-masing diisi
dengan 20 ekor ayam kampung.
Ransum
Ransum yang digunakan pada penelitian ini adalah ransum komersial CB 12.
Zeolit yang digunakan berasal dari pasar Bogor dengan ukuran 50 mesh yang
termasuk dalam kategori halus. Zeolit yang ditambahkan ke dalam ransum terdiri
atas 4 taraf zeolit per 100 kg ransum yaitu 0%, 0.5%, 1% dan 1.5%, masingmasing sebagai perlakuan R1, R2, R3 dan R4.

Alat
Kandang yang digunakan adalah kandang dengan sistem litter yang
disekat menjadi 16 sekat kandang, dimana setiap sekat kandang masing-masing
diisi dengan 20 ekor ayam. Kandang sekat dilengkapi dengan tempat ransum dan
air minum, lampu 75 watt, dan tirai penutup kandang. Peralatan lain yang
digunakan dalam penelitian ini, yaitu timbangan digital, timbangan analog,
thermohygrometer, ember, drum air, pengangkut ransum dan kamera digital.

3

Tabel 1 Kandungan nutrisi ransum penelitian* dan hasil analisis mineral zeolit **
Nutrien
R1
R2
R3
R4
Protein kasar (%)
21.80
21.26
20.02
21.86
Lemak kasar (%)
7.68
6.76
9.12
7.34
Abu (%)
6.74
7.17
8.50
8.16
Serat kasar (%)
2.02
2.79
2.37
2.34
Mineral Zeolit
Persentase (%)
Konsentrasi (ppm)
Ca
0.14
1 398.15
P
0.01
56.29
NaCl
0.58
Keterangan : *Hasil Analisis Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi IPB (2014)
dalam kondisi 100% bahan kering,
**
Hasil Analisis Laboratorium Teknologi Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan (2014)

Prosedur
Persiapan Kandang
Pemeliharaan ayam diawali dengan persiapan kandang yaitu, sanitasi dan
disinfeksi kandang dan peralatan yang digunakan. Kandang yang telah bersih lalu
diberi kapur. Kandang dibagi menjadi 16 sekat. Sekat dibuat dari bilah bambu
yang telah dipotong dan dibersihkan. Lantai kandang lalu ditebari alas berupa
sekam dengan ketebalan 3 cm dari lantai kandang. Semua peralatan untuk
pemeliharaan yang digunakan dicuci dan disterilkan terlebih dahulu. Kandang
kemudian dikosongkan sampai anak ayam umur 3 minggu tiba.

Pemeliharaan
Ayam kampung berumur 3 minggu dengan rataan bobot badan 150 g
sebanyak 320 ekor diambil dari kandang brooder, ditimbang satu per satu dan
dimasukkan sebanyak 20 ekor secara acak ke dalam 16 sekat kandang yang sudah
disediakan. Setelah itu dipelihara dalam kandang yang diberi litter selama 6
minggu. Kegiatan-kegiatan umum yang dilakukan setiap hari selama
pemeliharaan adalah pemberian ransum dan air minum disediakan ad libitum,
pembersihan tempat pakan dan minum ayam serta pembersihan lingkungan sekitar
kandang.
Setiap dua minggu sekali dilakukan penimbangan bobot ayam dan sisa
pakan. Pemberian vaksin pada ayam dilakukan secara berkala yaitu pada saat
ayam berumur 4, 7, 12, 18, dan 25 hari masing-masing dengan vaksin yaitu ND +
IB + vitamin, Vaksin Al + vitamin, Gumboro + vitamin, ND lasota + vitamin dan
Gumboro + vitamin.

Peubah
Konsumsi Ransum Harian (KRH)
Konsumsi ransum harian (KRH). Konsumsi ransum harian merupakan
jumlah ransum yang dikonsumsi ayam kampung selama 24 jam. Konsumsi

4

ransum harian ayam diperoleh dengan cara menghitung selisih antara jumlah
pemberian ransum selama tujuh hari dengan sisa pakan pada tempat ransum
kemudian dibagi dengan tujuh hari. Rumus yang digunakan yaitu:
-1

P

-1

KRH (g e h ) =

 

 

 

 

 

 

   S

 

 

Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH)
Pertambahan bobot badan harian (PBBH) diperoleh dari hasil
penimbangan bobot hidup ayam yaitu bobot badan akhir dikurangi bobot badan
awal dibagi lamanya pemeliharaan. Pertambahan bobot badan harian (PBBH)
dihitung dengan rumus:
PBBH (g e-1 h-1) =

B

 

 

 

 

B

 

 

 

 

Konversi Ransum (Feed Conversion Ratio/ FCR)
Konversi ransum adalah nilai yang menunjukkan banyaknya ransum (g)
yang diperlukan untuk menghasilkan satu gram pertambahan bobot badan dalam
satuan waktu tertentu. Konversi ransum dihitung dengan rumus:
RH 

FCR = PBBH 

Mortalitas
Mortalitas adalah perbandingan jumlah ayam yang mati dalam suatu populasi
dengan jumlah populasi awal. Mortalitas dihitung dengan rumus:
 

Mortalitas =

 

 

 

 

 

 

x 100%

Data lain yang diamati dalam penelitian ini adalah suhu dan kelembaban
kandang yang diukur tiga kali sehari pada pagi hari pukul (06.00-07.00 WIB),
siang hari (12.00-13.00 WIB) dan sore hari (18.00-19.00 WIB). Rumus yang
digunakan untuk melindungi rataan suhu dan kelembaban adalah:
T T T
T=
RH =

RH

RH

RH

Keterangan : Asumsi suhu dan kelembapan pada malam hari dan pagi hari sama sehingga terdapat
empat kali pengukuran, T1=suhu pagi hari, T2=suhu siang hari, T3=suhu sore hari,
RH1=kelembaban pagi hari, RH2=kelembapan siang hari dan RH3=kelembapan sore
hari.

Rancangan
Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah
rancangan acak lengkap (RAL). Taraf zeolit yang digunakan adalah 0%, 0.5%,

5

1.0% dan 1.5% masing-masing 4 ulangan dengan 20 ekor/kandang sebagai satu
satuan unit percobaan. Model matematika dari rancangan tersebut adalah sebagai
berikut (Matjik dan Sumertajaya 2000).
Yij = µ + αi + εij
Keterangan :
Yij
µ
αi
εij
i
j

: nilai pengamatan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
: nilai rataan umum
: pengaruh perlakuan ke-i
: error perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
: perlakuan taraf penggunaan zeolit dalam ransum; 0%; 0.5%; 1.0% dan 1.5%
: ulangan perlakuan taraf penggunaan zeolit dalam ransum; 1; 2; 3 dan 4

Analisis Data
Data peubah Konsumsi Ransum Harian (KRH), Pertambahan Bobot
Badan Harian (PBBH), dan Konversi Ransum (Feed Conversion Ratio/ FCR)
yang diperoleh terlebih dahulu diuji asumsi, jika memenuhi syarat maka dilakukan
uji analisis ragam atau analysis of variance (ANOVA). Jika hasil analisis
berpengaruh nyata maka dilanjutkan dengan uji perbandingan nilai tengah dengan
menggunakan Uji Beda Nyata Terkecil.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum
Rataan suhu dan kelembaban kandang selama penelitian mencapai
27.30C dan 77.98%. Rataan suhu dan kelembaban kandang ditampilkan pada
Tabel 2.
Tabel 2 Rataan suhu dan kelembaban selama penelitian
Suhu (°C)

Minggu ke1
2
3
4
5
6
Rataan

Pagi
23.93
24.73
24.66
24.86
24.64
24.11
24.49

Siang
32.66
33.16
33.01
32.09
31.27
31.29
32.25

Kelembaban (%)

Sore Rataan Pagi Siang Sore Rataan
27.70 27.05 87.00 58.43 77.57 77.50
28.84 27.86 86.71 55.14 74.43 75.75
28.77 27.78 86.43 55.14 75.71 75.93
27.23 27.26 87.71 60.00 80.86 79.07
28.20 27.19 87.43 63.86 78.71 79.36
27.10 26.65 88.14 63.29 81.43 80.25
27.97 27.30 87.24 59.31 78.12 77.98

Keterangan: Rataan suhu harian = (2T pagi + T siang +T sore)/4; Rataan kelembaban harian =
(2Rh pagi + Rh siang + Rh sore)/4

6

Rataan suhu dan kelembaban selama penelitian pada pagi, siang dan
malam hari masing-masing 24.49C dan 87.24%; 32.25C dan 59.31%; serta
27.97 C dan 78.12%. Menurut Charles (2002) bahwa suhu optimum kandang
ayam berkisar 18-22 C. Tingginya suhu kandang selama penelitian diduga
menyebabkan cekaman panas pada ayam yang berpengaruh terhadap konsumsi
ransum dan tingkah laku ayam. Cooper dan Washburn (1998) menyatakan
cekaman panas menurunkan pertambahan bobot badan dan konsumsi pakan serta
meningkatkan FCR (feed conversion ratio).
Pada kondisi suhu lingkungan tinggi ayam cenderung lebih banyak
mengkonsumsi air dibandingkan pakan. Penurunan konsumsi pada kondisi panas
dilakukan untuk menekan produksi panas yang dihasilkan dari proses
metabolisme tubuh. Hal ini sejalan dengan pendapat Jahja (2002) yang
menyatakan pada suhu lingkungan tinggi (cekaman panas) aktivitas tubuh
berkurang, konsumsi pakan berkurang dan konsumsi air minum meningkat. Selain
menurunkan konsumsi pakan, cekaman panas juga mempengaruhi tingkah laku
ayam (shelter seeking). Selama penelitian pada siang hari ayam terlihat cenderung
menyebar dan beristirahat di bawah tempat minum untuk mendapatkan suhu yang
lebih rendah (sensible heat loss).

Konsumsi Ransum Harian
Rataan konsumsi ransum harian (KRH) ayam kampung pada minggu ke-5
dan 6 pemeliharaan ditampilkan pada Tabel 3. Berdasarkan analisis ragam
diketahui penambahan zeolit dalam ransum dengan taraf 0%, 0.5%, 1.0% dan
1.5% tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap konsumsi ransum harian (KRH)
ayam kampung. Walaupun secara statistik tidak berbeda nyata, pemberian zeolit
dengan taraf 1.5% (R4) mampu menurunkan konsumsi ransum menjadi 46.58 g e1 -1
h dibandingkan dengan ransum kontrol sebesar 47.51 g e-1 h-1.
Tabel 3 Rataan konsumsi ransum harian ayam kampung selama pemeliharaan
Perlakuan
Konsumsi Ransum Harian
KK
-1 -1
ge h
%
R1
47.51±2.64
5.55
R2
47.67±1.38
2.88
R3
47.61±1.37
2.89
R4
46.58±1.78
3.83
Rataan
47.34±1.79
Hasil ini sejalan dengan Sutamba (2011) yang menyatakan penambahan
zeolit Aclinop sampai taraf 3% pada ayam broiler tidak berpengaruh nyata
terhadap konsumsi ransum harian. Penambahan zeolit dengan taraf di bawah 3%
diduga terlalu sedikit dalam ransum sehingga tidak akan memberikan pengaruh
terhadap konsumsi ransum harian. Penambahan zeolit yang tidak berpengaruh
terhadap konsumsi ransum harian tersebut tidak akan menimbulkan perbedaan
terhadap laju pencernaan. Hasil ini berbeda dengan pendapat Cool dan Williard
(1982) yang menyatakan zeolit Aclinop seharusnya dapat memperlambat laju

7

pencernaan makanan sehingga lebih lama tinggal dalam usus. Semakin lama
makanan tinggal dalam usus semakin sempurna proses penyerapan nutrien
makanan oleh usus sehingga efisiensi pakan semakin meningkat (FCR bernilai
kecil). Perbedaan hasil tersebut diduga disebabkan oleh perbedaan taraf zeolit,
jenis zeolit yang digunakan, bangsa ternak ayam dan lingkungan penelitian.

Pertambahan Bobot Badan Harian
Pertambahan bobot badan harian (PBBH) merupakan salah satu parameter
yang dapat digunakan sebagai standar berproduksi. Rataan PBBH ditampilkan
pada Tabel 4.
Tabel 4 Rataan pertambahan bobot badan harian ayam kampung selama
pemeliharaan
Perlakuan
Pertambahan Bobot Badan Harian
KK
-1 -1
ge h
%
R1
18.43±3.22
17.47
R2
19.44±1.66
8.55
R3
17.52±1.70
9.68
R4
19.37±0.65
3.38
Rataan
18.69±1.81
Hasil analisis ragam menunjukkan penambahan zeolit dalam ransum tidak
bepengaruh nyata (P>0.05) terhadap PBBH. Hasil penelitian menunjukkan ayam
kampung dengan perlakuan R3 (17.52±1.70 g e-1 h-1) menghasilkan rataan
pertambahan bobot badan harian terendah, kemudian diikuti secara berturut-turut
oleh perlakuan R1 (18.43±3.22 g e-1 h-1), R4 (19.37±0.65 g e-1 h-1) dan R2
(19.44±1.66 g e-1 h-1). Akan tetapi bila dilihat rataannya, pertambahan bobot
badan harian ayam yang diberi zeolit sampai taraf 1.5% lebih tinggi dibandingkan
dengan ayam tanpa penambahan zeolit (kontrol).
Rendahnya pertambahan bobot badan harian pada perlakuan R3 diduga
disebabkan oleh kandungan protein ransum yang rendah. Kandungan protein pada
ransum perlakuan R3 yaitu 17.74% lebih rendah dibandingkan ransum perlakuan
lainnya. Hasil ini sejalan dengan penelitian Sutamba (2011) dan Brahmana (2012)
yang menyatakan penambahan Aclinop dalam ransum ayam dan babi dapat
menurunkan kandungan protein ransum. Iskandar (2012) menyatakan kekurangan
asupan energi dan protein menyebabkan tertahannya kemampuan genetik tumbuh
sehingga ternak tumbuh kurang optimal. Sebaliknya, apabila asupan protein dan
energi berlebihan, ternak akan mengeluarkan kelebihan protein tersebut sehingga
merupakan pemborosan.

Konversi Ransum
Konversi ransum atau Feed Conversion Ratio (FCR) tidak dipengaruhi
oleh penambahan zeolit dalam ransum. Berdasarkan perbandingan KRH dengan
PBBH yang dihasilkan selama penelitian ini menunjukkan perlakuan R4

8

(3.61±0.17) memiliki nilai konversi ransum yang paling baik dan masing-masing
diikuti oleh perlakuan R2 (3.69±0.27), R1 (3.98±0.92) dan R3 (4.10±0.33). Hasil
konversi ransum ayam kampung selama penelitian ditampilkan pada Tabel 5.
Tabel 5 Konversi ransum ayam kampung selama pemeliharaan
Perlakuan
Konversi Ransum
R1
3.98±0.92
R2
3.69±0.27
R3
4.10±0.33
R4
3.61±0.17
Rataan
3.85±0.42
Nilai konversi yang sangat tinggi pada ransum dengan perlakuan R3
disebabkan oleh konsumsi ransum harian yang tinggi dan pertambahan bobot
badan harian yang rendah. Hal ini diduga dipengaruhi oleh konsentrasi nutrien
ransum perlakuan R3 yang memiliki kadar abu (8.50%) yang tertinggi dan kadar
protein (20.02%) yang terendah diantara ransum lainnya. Hal ini sejalan dengan
pendapat (Amrullah 2004) yang menyatakan zat nutrisi yang terkandung dalam
ransum merupakan salah satu yang mempengaruhi nilai konversi ransum.
Nataamijaya (2010) juga menambahkan tingginya nilai konversi ayam kampung
disebabkan oleh mutu genetika yang masih sangat beragam.
Rataan konversi ransum perlakuan tanpa zeolit (R1) adalah 3.98±0.92,
sedangkan ransum dengan penambahan zeolit dengan berbagai atau taraf 0.5%;
1.0% dan 1.5% zeolit adalah 3.80±0.26. Hasil ini menunjukkan konversi ransum
dengan penambahan zeolit lebih rendah atau lebih efesien dibandingkan ransum
tanpa zeolit. Hasil ini sejalan dengan pendapat (Papaioannou et al 2002) yang
menyatakan zeolit dalam pencernaan memiliki fungsi sebagai penyaring molekul
dan penukar ion sehingga dapat meningkatkan efesiensi pakan ternak.
Mortalitas
Penambahan zeolit hingga taraf 1.5% dalam ransum tidak berpengaruh
nyata (P>0.05) terhadap mortalitas ayam kampung. Jumlah ayam yang mati
selama penelitian adalah 4 ekor (1.25%) dari total 320 ekor ayam kampung yang
dipelihara. Hasil mortalitas ayam kampung selama penelitian ditampilkan pada
Tabel 6.
Tabel 6 Mortalitas ayam kampung selama pemeliharaan
Jumlah
Kematian
Hari
Diagnosis
Perlakuan
(ekor)
(minggu ke-)
ke4
24
R4T3
1
Predator
5
31
R1T1
1
Chronic Respiratory
Disease (CRD)
38
R3T2
1
Chronic Respiratory
6
Disease (CRD)
42
R4T4
1
Kanibalisme

9

Penyebab kematian ayam diduga karena faktor penyakit dan manajemen
pemeliharaan. Pemeliharaan dan pengembangan usaha ayam kampung pada
penelitian ini belum sepenuhnya memenuhi sistem Good Farming Practice
(GFP). Tingkat biosecurity yang rendah menyebabkan populasi predator di sekitar
kandang tinggi. Hasil menunjukkan kematian ayam yang terjadi di minggu ke-4
penelitian disebabkan oleh adanya predator (tikus) disekitar kandang. Hal ini juga
disebabkan oleh lingkungan kandang yang dikelilingi perkebunan dan hutan kecil.
Penyakit yang menyerang ayam pada minggu ke-5 dan 6 diduga adalah
penyakit Chronic Respiratory Disease (CRD). Perubahan cuaca yang terjadi
selama penelitian sangat mempengaruhi kondisi tubuh ayam. Technical Service
Medion (2008) menyatakan cuaca yang tidak menentu akan menyebabkan kondisi
tubuh ayam menurun sehingga lebih mudah terinfeksi bibit penyakit. Amer et al.
(2009) menyatakan bahwa pemeliharaan ayam dalam kandang dengan kepadatan
yang tinggi dan sirkulasi udara yang kurang baik dapat menyebabkan ternak ayam
terinfeksi bakteri Mycoplasma gallisepticum. Mycoplasma gallisepticum
menyerang saluran pernafasan di bagian kantong udara. Kantong udara menjadi
dipenuhi mukus. Tahap infeksi yang lebih akut menyebabkan mukus berwarna
kuning dan kental (Bell dan Weaver 2002). Gejala yang terlihat pada ayam muda
adalah adanya indikasi kesulitan bernafas seperti bersin dan nafas yang bersuara
(ngorok). Menurut Bell dan Weaver (2002) gejala CRD pada ayam dewasa adalah
ayam terlihat depresi dan tidak aktif, konsumsi ransum menurun namun
mortalitasnya rendah.
Kanibalisme pada ayam di minggu ke-6 (hari ke-42) diduga terjadi karena
tingkat kepadatan kandang. Kondisi kandang yang terlalu padat meningkatkan
persaingan untuk mendapatkan pakan dalam upaya memenuhi kebutuhan nutrien.
Ayam semakin banyak beraktivitas seiiring dengan bertambahnya bobot badan
sehingga semakin meningkat bobot badan ayam maka ayam seharusnya
memerlukan tempat tinggal yang lebih luas dari sebelumnya.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Penambahan zeolit dengan taraf 0%, 0.5%, 1.0% dan 1.5% dalam ransum
tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi ransum harian, pertambahan bobot badan
harian, dan konversi ransum. Namun demikian, penambahan zeolit dengan taraf 1.5%
memiliki pengaruh terbaik dari antara perlakuan lain yaitu mampu menahan laju
konsumsi ransum harian dan menghasilkan pertambahan bobot harian yang tinggi
serta konversi pakan yang paling baik.

Saran
Penelitian selanjutnya hendaknya menggunakan zeolit komersial yang sudah
teraktivasi dengan penambahan taraf zeolit dalam ransum yang lebih tinggi dan
menggunakan waktu penelitian yang lebih lama. Perlu juga dilakukan penelitian lebih
lanjut mengenai pengaruh pemberian zeolit dalam litter ayam kampung.

10

DAFTAR PUSTAKA
Amer MM, El-Bayomi KM, Zenab MSG, Hanafei AEA. 2009. Field study
on control of chronic respiratory disease in vertically infected
broiler
chicks. J. BS. Vet. Med.19 (1): 27-33.
Amrullah IK. 2004. Nutrisi Ayam Broiler. Ed ke-3. Bogor (ID): Lembaga Satu
Gunungbudi.
Bell DD, Weaver Jr WD. 2002. Commercial Chicken Meat and Egg
Production. 5th Ed. New York (US): Springer Science Business Media,
Inc.
Brahmana RB. 2012. Pengaruh taraf penambahan zeolit “Aclinop” dalam ransum
terhadap penampilan babi periode grower dan finisher [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Charles DR. 2002. Responses to the thermal environment. In: Charles, D. A &
Walker, A. W. (Eds). Poultry Environment Problems, A guide to solution.
Nottingham (UK): Nottingham University Press
Cool WM, Willard JM. 1982. Effect of clinoptilolite on swine nutrition. Nutr. Rep.
Int. 26:759.
Cooper MA, Washburn KW. 1998. The relationship of body temperature to
weight gain, feed consumption, and feed utilization in broiler under heat
stress. Poultry Sci. 77 : 237-242.
Iskandar S. 2012. Optimalisasi protein dan energi ransum untuk meningkatkan
produksi daging ayam lokal. Pengembangan Inovasi Pertanian 5(2), 2012:
96-107. Bogor (ID): Balai Penelitian Ternak Bogor.
Jahja. 2000. Ayam Sehat Ayam Produktif. Petunjuk-petunjuk Beternak Ayam.
Edisi ke-18. Bandung (ID): Medion Press.
Kamaludin E. 2011. Efektifitas penambahan zeolit dalam ransum dan litter untuk
menurunkan kadar amonia dan hidrogen sulfida ekskreta dan
meningkatkan kualitas manur ayam broiler [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Leung, S., Barrington S., Wan Y., Zhao X., dan El-Husseini B. 2006. Zeolite
(clinoptilolite) as feed additive to reduce manure mineral content.
Bioresour Technol. [ diunduh 2014 September 16 ]. http://www. Ncbi.
Nlm. Nih. Gov/ entrez/ utils/ fref.fcgi?.
Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi
SAS dan Minitab. Ed ke-2. Bogor (ID): IPB Pr.
Nataamijaya AG. 2010. Pengembangan potensi ayam lokal untuk menunjang
peningkatan kesejahteraan petani. Bogor (ID): Jurnal Litbang Pertanian,
29(4), 2010.
Papaioannou DS, Kyriakis SC, Papastreiadis A, Roumbies N, Yannakopoulos A,
Alexopoulos C. 2002. Effect of in-feed inclusion of a 41th natural zeolite
(clinoptilolite) on certain vitamin, macro and trace element concentrations
in the blood, liver and kidney tissues of sows. Research in Veterinary
Science (72):61-68.

11

Sartika T, Iskandar S. 2007. Mengenal Plasma Nutfah Ayam Indonesia dan
Pemanfaatannya. Edisi pertama. Bogor (ID): Balai Penelitian Ternak.
Sutamba CF. 2011. Performa ayam broiler yang diberi zeolit dalam ransum dan
litternya [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Technical Service Medion. 2008. Info Medion (Edisi Desember 2008) [Internet].
[diunduh
2014
September
16].
Tersedia
pada:
http://info.medion.co.id/index.php/artikel/layer/penyakit/penyakit
2008/reprint.

LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil analisis ragam konsumsi ransum harian
Sumber Keragaman
Perlakuan
Galat
Total

dB
3
12
15

JK
3.156
41.740
44.896

KT
1.052
3.478

Fhit
0.30

P
0.823

Keterangan: S = 1.86502 R-Sq = 7.03% R-Sq(adj) = 0.00%

Lampiran 2 Hasil analisis ragam pertambahan bobot badan harian
Sumber Keragaman
dB
JK
KT
Fhit
P
Perlakuan
3
9.831
3.277
0.80
0.519
Galat
12
49.332
34.111
Total
15
59.163
Keterangan: S = 2.02756 R-Sq = 16.62% R-Sq(adj) = 0.00%

Lampiran 3 Hasil analisis ragam konversi ransum
Sumber Keragaman
dB
JK
KT
Fhit
Perlakuan
3
0.004722 0.001574
0.82
Galat
12
0.022914 0.001910
Total
15
0.027636

P
0.505

Keterangan: S = 0.0436979 R-Sq = 17.09% R-Sq(adj) = 0.00%

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Simalungun pada tanggal 20 Februari 1993 dari
Bapak Leveri Simangunsong dan ibu Hotnida Nainggolan. Penulis adalah anak
ke-tiga dari 3 bersaudara. Penulis mengawali pendidikan kegiatan belajar dari
SDN 1 Tiga Dolok, SMP Negeri 1 Dolok Panribuan dan pada tahun 2010 penulis
lulus dari SMA Negeri 1 Dolok Panribuan dan pada tahun yang sama penulis

12

lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI dan
diterima di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas
Peternakan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam kegiatan organisasi, di
antaranya sebagai Koordinator Pembinaan 2011-2012 Komisi Pelayan Siswa
UKM PMK IPB dan Wakil Koordinator Pembinaan 2012-2013 UKM PMK IPB.
Selain itu penulis juga aktif dalam kepanitiaan kampus, seperti, Fapet Golden
Week 2013.