Pemanfaatan Teknologi Silase pada Hijauan Tanaman Sorgum

PEMANFAATAN TEKNOLOGI SILASE PADA HIJAUAN
TANAMAN SORGUM

MUHAMMAD ASRIANTO MALIK

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pemanfaatan Teknologi
Silase pada Hijauan Tanaman Sorgum adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2015


Muhammad Asrianto Malik
D251130416

RINGKASAN
MUHAMMAD ASRIANTO MALIK. Pemanfaatan Teknologi Silase pada
Hijauan Tanaman Sorgum. Dibimbing oleh PANCA DEWI MANU HARA
KARTI dan LUKI ABDULLAH.
Sorgum merupakan tanaman serealia yang berpotensi besar untuk
dikembangkan di Indonesia karena toleran terhadap kekeringan dan genangan air,
dapat berproduksi pada lahan marjinal, serta relatif tahan terhadap gangguan
hama/ penyakit. Tanaman sorgum yang terdiri dari biji sorgum dan hijauan
sorgum berpotensi sebagai pakan ternak. Namun, pengembangan sorgum untuk
pakan ternak masih menggunakan varietas konvensional yang didesain bukan
untuk pakan karena memiliki kandungan lignin yang tinggi. Beberapa hasil
penerapan teknologi mutasi serta persilangan pada tanaman sorgum menghasilkan
galur sorgum dengan kandungan lignin yang lebih rendah dan kandungan nutrisi
yang lebih tinggi. Sorgum jenis inilah yang dapat didesain sebagai sorgum khusus
untuk pakan. Sorgum brown midrib (BMR) merupakan jenis sorgum hasil
pemuliaan yang memiliki kandungan lignin lebih rendah dan kandungan nutrisi

yang lebih tinggi. Salah satu kendala penyediaan hijauan pakan di Indonesia
adalah penyediaan sepanjang tahun yang tidak kontinyu, pada musim penghujan
produksi hijauan melebihi kebutuhan dan pada musim kemarau produksi hijauan
kurang dari kebutuhan. Kendala tersebut dapat diatasi melalui usaha-usaha
pengawetan hijauan pakan pada saat produksinya melimpah dengan penerapan
teknologi fermentasi berupa teknologi silase.
Penelitian ini terdiri dari dua kajian yang dilakukan secara bertahap. Kajian
pertama untuk menguji kualitas nutirisi perbedaan tanaman sorgum dengan dan
tanpa rangkum bunga serta menguji efektivitas penambahan aditif berupa dedak
padi dan inokulum yang berasal dari ekstrak sorgum yang difermentasi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tanaman sorgum manis dengan dan tanpa rangkum
bunga memiliki kualitas yang sama baik serta silase yang dihasilkan dari tanaman
sorgum manis lebih efektif dibuat dengan tanpa penambahan aditif.
Kajian kedua bertujuan untuk menguji pengaruh perbedaan varietas, waktu
fermentasi, dan umur panen terhadap kualitas silase tanaman sorgum. Hasil yang
didapatkan adalah jenis sorgum BMR Patir 3.7 menghasilkan kualitas silase yang
lebih baik daripada jenis sorgum lainnya. Waktu fermentasi silase tanaman
sorgum selama 28 hari menghasilkan kualitas silase yang lebih baik diantara
waktu fermentasi lainnya. Umur panen terbaik untuk menghasilkan silase yang
berkualitas baik adalah umur panen 95 hari setelah tanam.

Kata kunci: lignin, silase, sorgum brown midrib

SUMMARY
MUHAMMAD ASRIANTO MALIK. Utilization of Silage Technology to the
Sorghum Forage. Supervised by PANCA DEWI MANU HARA KARTI and
LUKI ABDULLAH.
Sorghum is potential forage to develop in Indonesia as it tolerant to
drought and puddle, able to grow in marginal land, and relatively resistance of
parasite. Sorghum plant consists of seed, stem and leave, has potency as a fodder.
Otherwise, the development program of sorghum as a fodder still uses
conventional variety which is designed not to be a fodder because of high lignin
content. Some mutation applications and also sorghum crossbred technology
resulted low lignin sorghum with higher nutrient value. This kind of sorghum can
be designed as particular sorghum as fodder. Sorghum brown midrib (BMR) is
type of plant breeding result with lower lignin and higher nutrient value. One of
handicap in forage provision in Indonesia is discontinue a whole year forage
production, a surplus production during rainy season but scarcity in the dry season.
That stumbling stone can be overcome by forage preservation during rainy season
with ensilage fermentation technology.
This research consisted of two studies which was done step by step. First

study is to determine the nutrient differences between flowered or non-flowered
sorghum, and evaluate the effectiveness of additives of rice bran and fermented
sorghum extract inoculum on the silage quality. The result of the experiment
showed sweet sorghum forage with or without flower have similar quality and
also it was more effective to use no additive in purpose of sorghum silage.
The second study is to evaluate the effect of different variety, age of
harvesting, and fermentation time on the quality of sorghum silage. The result
showed type of BMR sorghum Patir 3.7 resulted better silage quality than the rest
of sorghum. Silage fermentation time of 28 days resulted better silage quality
among the others time treatments. The best harvesting time to get good quality
silage was 95 days after planting.
Keywords: lignin, silage, sorghum brown midrib

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PEMANFAATAN TEKNOLOGI SILASE PADA HIJAUAN
TANAMAN SORGUM

MUHAMMAD ASRIANTO MALIK

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Nutrisi dan Pakan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Despal, SPt MScAgr


Judul Tesis : Pemanfaatan Teknologi Silase pada Hijauan Tanaman Sorgum
Nama
: Muhammad Asrianto Malik
NIM
: D251130416

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir Panca Dewi MHK, MSi
Ketua

Prof Dr Ir Luki Abdulah, MScAgr
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Ilmu Nutrisi dan Pakan


Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dwierra Evvyernie, MS MSc

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 26 Januari 2015

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak tahun 2013 ini ialah silase
tanaman sorgum, dengan judul “Pemanfaatan Teknologi Silase pada Hijauan
Tanaman Sorgum”. Bagian dari tesis ini sedang dalam proses penerbitan pada di
Media Peternakan sebagai publikasi yang berjudul “Physical and Chemical
Quality of Sweet Sorghum Silage (Sorghum bicolor L. Moench) with Addition of
Rice Bran and Fermented Sorghum Extract”.

Terima kasih penulis ucapkan kepada PT. Kaltim Prima Coal yang telah
memberikan beasiswa penuh kepada penulis selama program sarjana langsung
magister (Sinergi) Fast Track angkatan I terlebih khusus buat Ibu Nurul M.
Karim, Ibu Yuliana Datubua, Bapak Budi Santoso, dan Ibu Jumaiah atas perhatian
lebihnya kepada penulis. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Prof Dr
Ir Panca Dewi MHK, MSi dan Bapak Prof Dr Ir Luki Abdullah, MScAgr selaku
komisi pembimbing yang telah banyak memberikan sumbangan saran, waktu, dan
pikiran serta dengan sabar dan ikhlas membimbing penulis selama mengikuti
pendidikan magister. Tidak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada Ibu Dr
Despal, SPt MScAgr selaku dosen penguji pada ujian sidang tesis dan selaku
koordinator Mata Kuliah Metodologi Penelitian dan Rancangan Percobaan atas
kritik dan saran serta kesempatan yang diberikan kepada penulis selama 3 tahun
untuk mendalami mata kuliah tersebut. Penulis memberikan apresiasi khusus
kepada segenap jiwa yang berperan penting selama penulis mengikuti pendidikan
magister: Ketua program studi INP Ibu Dr Ir Dwierra Evvyernie, MS MSc dan
sekretaris program studi INP Ibu Prof Dr Ir Sumiati, MSc atas masukan terhadap
penulisan karya ilmiah ini dan selama proses pendidikan, staf program studi INP
(Mas Supri dan Bu Ade) atas bantuan administrasinya, Ibu Dian Anggraeny atas
bantuan dan kebaikan hati menerima penulis sebagai anggota Laboratorium
Nutrisi Ternak Perah, teman seperjuangan program Sinergi S1-S2 (Fast Track)

INTP (Ardi, Dyah, Endah, dan Fina) atas motivasi dan kesabarannya dalam saling
mengingatkan, serta seluruh pihak yang berkontribusi besar dalam penelitian dan
penyusunan karya ilmiah ini (Ayu, Fajrin, Hanah, Ican, Tenti, Pewe, Mas Nanang,
Mbak Puput, kelas INP 2012 dan INP 2013, kelas INTP 46 Nutritiousz, kelas
INTP 48 Desolator, serta sahabat-sahabat lain yang tidak dapat disebutkan semua.
Ucapan terima kasih tak terhingga penulis sampaikan kepada kedua orang tua
tercinta (Bapak Malik dan Ibu Rahima), kakak-kakak tersayang serta seluruh
keluarga besar atas doa, dukungan dan motivasinya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu
pengetahuan dan dapat dijadikan bahan referensi dalam bidang pertanian dan
peternakan.
Bogor, Februari 2015
Muhammad Asrianto Malik

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xiii

DAFTAR GAMBAR


xiii

DAFTAR LAMPIRAN

xiii

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan

1
1
2

2 KUALITAS FISIK DAN KIMIAWI SILASE TANAMAN SORGUM MANIS
(Sorghum bicolor L. Moench) DENGAN PENAMBAHAN ADITIF BERUPA
DEDAK PADI DAN EKSTRAK SORGUM TERFERMENTASI
3
ABSTRAK

3
ABSTRACT
3
PENDAHULUAN
3
METODE
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
5
SIMPULAN
7
3 KUALITAS SILASE TANAMAN SORGUM PADA BERBAGAI UMUR
PEMANENAN DENGAN PERBEDAAN VARIETAS DAN WAKTU
FERMENTASI
8
ABSTRAK
8
ABSTRACT
8
PENDAHULUAN
9
METODE
9
HASIL DAN PEMBAHASAN
11
SIMPULAN
17
4 PEMBAHASAN UMUM

17

5 SIMPULAN

20

DAFTAR PUSTAKA

20

LAMPIRAN

23

RIWAYAT HIDUP

34

DAFTAR TABEL
1 Kualitas nutrisi tanaman sorgum manis (dengan dan tanpa rangkum
bunga)
2 Kualitas silase tanaman sorgum manis
3 Kualitas fisik silase (aroma, warna, tekstur, dan keberadaan jamur)
tanaman sorgum
4 Suhu silase tanaman sorgum
5 Kualitas kimiawi (pH, BK, dan nilai fleigh) silase tanaman sorgum
6 Protein kasar silase tanaman sorgum
7 Kualitas kimiawi silase (NH3 dan TVFA) tanaman sorgum

6
7
11
12
13
15
16

DAFTAR GAMBAR
1 Pola pengaruh waktu fermentasi silase tanaman sorgum terhadap pH
silase yang dihasilkan
2 Pola pengaruh umur panen tanaman sorgum terhadap pH silase yang
dihasilkan
3 Pola pengaruh umur panen tanaman sorgum terhadap BK silase yang
dihasilkan
4 Pola pengaruh umur panen tanaman sorgum terhadap PK silase yang
dihasilkan
5 Pola pengaruh waktu fermentasi silase tanaman sorgum terhadap NH3
silase yang dihasilkan
6 Pola pengaruh umur panen tanaman sorgum terhadap NH3 silase yang
dihasilkan

14
13
14
15
17
16

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil sidik ragam kualitas silase
2 Hasil sidik ragam suhu silase
3 Hasil uji lanjut Duncan interaksi jenis sorgum dengan umur panen
terhadap suhu silase
4 Hasil uji lanjut Duncan interaksi waktu fermentasi dengan umur panen
terhadap suhu silase
5 Hasil sidik ragam pH silase
6 Hasil uji lanjut Duncan faktor jenis sorgum terhadap pH silase
7 Hasil uji lanjut Duncan faktor waktu fermentasi terhadap pH silase
8 Hasil uji lanjut Duncan faktor umur panen terhadap pH silase
9 Hasil uji polinomial orthogonal faktor waktu fermentasi terhadap pH
silase
10 Hasil uji polinomial orthogonal faktor umur panen terhadap pH silase
11 Hasil sidik ragam bahan kering silase
12 Hasil uji lanjut Duncan faktor umur panen terhadap bahan kering silase

23
24
24
25
25
25
26
26
26
27
27
27

13 Hasil uji polinomial orthogonal faktor umur panen terhadap bahan
kering silase
14 Hasil sidik ragam nilai fleigh silase
15 Hasil uji lanjut Duncan faktor jenis sorgum terhadap nilai fleigh silase
16 Hasil uji lanjut Duncan faktor waktu fermentasi terhadap nilai fleigh
silase
17 Hasil uji lanjut Duncan faktor umur panen terhadap nilai fleigh silase
18 Hasil sidik ragam protein kasar silase
19 Hasil uji lanjut Duncan faktor umur panen terhadap protein kasar silase
20 Hasil uji lanjut Duncan interaksi waktu fermentasi dengan umur panen
terhadap protein kasar silase
21 Hasil uji polinomial orthogonal faktor umur panen terhadap protein
kasar silase
22 Hasil sidik ragam NH3 silase
23 Hasil uji lanjut Duncan faktor waktu fermentasi terhadap NH3silase
24 Hasil uji lanjut Duncan faktor umur panen terhadap NH3silase
25 Hasil uji polinomial orthogonal faktor waktu fermentasi terhadap NH3
silase
26 Hasil uji polinomial orthogonal faktor umur panen terhadap NH3 silase
27 Hasil sidik ragam total volatile fatty acid silase

28
28
29
29
29
29
30
30
30
31
31
31
31
32
33

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Klasifikasi utama tanaman sorgum secara umum dapat dibagi menjadi
empat jenis, yaitu sorgum manis/ sweet sorghum (biasa digunakan sebagai hay,
silase, maupun sirup), sorgum nonsakarik (biasa digunakan untuk produksi biji),
broomcorn (pemanfaatan malainya sebagai bahan pembuat sapu), dan grass
sorghum (dimanfaatkan sebagai hijauan dan pastura). Tanaman sorgum jenis
sorgum manis/ sweet sorghum sangat palatabel sebagai hijauan pakan karena
batangnya yang renyah dan manis (Ahlgren 1956).
Sorgum merupakan tanaman serealia yang berpotensi besar untuk
dikembangkan di Indonesia. Hal ini dikarenakan tanaman sorgum mempunyai
daerah adaptasi yang luas, yaitu toleran terhadap kekeringan dan genangan air,
dapat berproduksi pada lahan marjinal, serta relatif tahan terhadap gangguan
hama/ penyakit (Sirappa 2003). Tanaman sorgum terdiri dari bagian hijauan dan
bagian biji yang mempunyai potensi untuk dijadikan pakan ternak ruminansia.
Selama ini, pengembangan sorgum untuk pakan ternak masih menggunakan
varietas konvensional yang didesain bukan untuk pakan. Faktor pembatas
penggunaan sorgum konvensional sebagai hijauan pakan adalah tingginya
kandungan lignin. Penerapan teknologi mutasi serta persilangan pada tanaman
sorgum menghasilkan galur sorgum dengan kandungan lignin yang lebih rendah
dan kandungan nutrisi yang lebih tinggi. Sorgum jenis inilah yang dapat didesain
sebagai sorgum khusus untuk pakan. Brown midrib (BMR) merupakan suatu
istilah dari hasil mutasi genetik beberapa spesies rerumputan yang menghasilkan
tanaman dengan kandungan lignin yang rendah. Beberapa tahun terkahir BMR
diterapkan pada hijauan sorgum, sudan grass, dan jagung (Miller and Stroup
2003). Sorgum brown midrib (BMR) merupakan varietas sorgum hasil pemuliaan
yang pemanfaatannya difokuskan untuk pakan ternak. Sorgum BMR memiliki
kandungan lignin lebih rendah, kandungan nutrisi yang lebih tinggi, dan produksi
biomassa 12% lebih rendah dibandingkan dengan sorgum konvensional (Oliver et
al. 2004; Mustafa et al. 2004).
Salah satu kendala hijauan pakan di Indonesia adalah penyediaan sepanjang
tahun yang tidak kontinyu, pada musim penghujan produksi hijauan melebihi
kebutuhan dan pada musim kemarau produksi hijauan kurang dari kebutuhan.
Kendala tersebut dapat diatasi melalui usaha-usaha pengawetan hijauan pakan
pada saat produksinya melimpah dengan penerapan teknologi fermentasi
(Diwyanto dan Inounu 2001). Salah satu usaha dalam penerapan teknologi
fermentasi adalah melalui proses ensilase untuk menghasilkan silase.
Silase merupakan salah satu teknik pengawetan pakan atau hijauan pada
kadar air tertentu melalui proses fermentasi mikrobial oleh bakteri yang
berlangsung di dalam tempat yang disebut silo (McDonald et al. 2002). Salah satu
upaya untuk meningkatkan kualitas silase hijauan tropis adalah dengan
penggunaan aditif pada proses ensilase yang dapat menstimulasi fermentasi
bakteri asam laktat (BAL) (Bureenok et al. 2006). Penambahan aditif seperti
dedak padi yang memiliki kandungan nutrisi menurut Hartadi et al. (2005) yaitu
serat kasar (SK) 11.6%, protein kasar (PK) 13.8%, dan bahan ekstrak tanpa

2
nitrogen (BETN) 48.7% diharapkan dapat meningkatkan kualitas silase. Ridwan
et al. (2005) melaporkan bahwa penambahan dedak padi 1 - 5% pada pembuatan
silase rumput gajah berpengaruh terhadap kualitas silase. Penambahan aditif lain
yang sudah umum dilakukan adalah penambahan starter BAL pada silase.
Ohshima et al. (1997) melaporkan bahwa penggunaan ekstraksi hijauan alfalfa
yang difermentasi sebagai campuran pembuatan silase pada hijauan alfalfa
menghasilkan kualitas silase yang lebih baik dibandingkan dengan inokulum yang
berasal dari aditif BAL komersial. Santoso et al. (2009) melaporkan bahwa
penambahan ekstraksi rumput tropika yang difermentasi sebanyak 3% (v/b) pada
rumput tropika sejenis dapat meningkatkan kualitas fermentasi silase yang
dihasilkan.
Faktor penting lain untuk menentukan keberhasilan pembuatan silase adalah
kondisi hijauan. Kondisi hijauan yang akan dibuat silase dan saat proses ensilase
sangat penting untuk menentukan tercapainya kondisi optimum silase. Pada
kondisi optimum, pertumbuhan bakteri yang diinginkan akan menghasilkan
perubahan yang efisien pada gula tanaman sehingga silase yang dihasilkan
berkualitas baik (Sapienza and Bolsen 1993). Kondisi lain yang juga berpengaruh
pada keberhasilan pembuatan silase adalah kadar air hijauan yang berkorelasi
dengan umur pemanenan dan lamanya waktu feremntasi silase (ensilase)
berlangsung.
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Menguji penggunaan aditif berupa dedak padi dan ekstrak sorgum
terfermentasi terhadap kualitas silase tanaman sorgum.
b. Menguji pengaruh perbedaan varietas, umur panen, dan waktu
fermentasi terhadap kualitas silase tanaman sorgum.

3

2 KUALITAS FISIK DAN KIMIAWI SILASE TANAMAN
SORGUM MANIS (Sorghum bicolor L. Moench) DENGAN
PENAMBAHAN ADITIF BERUPA DEDAK PADI DAN
EKSTRAK SORGUM TERFERMENTASI
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji perbedaan kualitas hasil panen
tanaman sorgum manis dengan dan tanpa rangkum bunga serta menguji
efektivitas kualitas silase yang dihasilkan dengan penambahan aditif berupa dedak
padi 3% dan ekstrak sorgum terfermentasi 3%. Percobaan disusun menggunakan
rancangan acak lengkap dengan tiga perlakuan dan empat ulangan. Perlakuan
meliputi, (A) silase tanaman sorgum manis tanpa penambahan aditif, (B) silase
tanaman sorgum manis dengan penambahan dedak padi 3%(b/b), dan (C) silase
tanaman sorgum manis dengan penambahan ekstrak sorgum terfermentasi 3%
(v/b). Peubah yang diukur adalah kondisi awal bahan dan kualitas silase. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tanaman sorgum manis dengan dan tanpa rangkum
bunga memiliki kualitas yang sama baik serta silase yang dihasilkan dari tanaman
sorgum manis lebih efektif dibuat dengan tanpa penambahan aditif.
Kata kunci: dedak padi, ekstrak sorgum terfermentasi, kualitas silase, sorgum
manis
ABSTRACT
The objective of this research was to determine the different quality of
harvested crop with or without flower and also to evaluate affectivity of silage
quality resulted with addition of additive such as 3% rice bran and 3% fermented
sorghum extract. The experiment was designed with completely randomized
design with three treatment and four replicates. The treatment were (A) sweet
sorghum silage without additive, (B) sweet sorghum silage with 3% rice bran
(w/w), and (C) sweet sorghum silage with 3% fermented sorghum extract (v/w).
Variables measured were early condition of forage and silage quality. The result
of the experiment showed sweet sorghum forage with or without flower have
similar quality and also it was more effective to use no additive in purpose of
sorghum silage.
Keywords: fermented sorghum extract, rice bran, silage quality, sweet sorghum
forage.

PENDAHULUAN
Sorgum (Sorghum bicolor L. Moench) dikenal sebagai tanaman onta atau “a
camel among crops” karena memiliki daya adaptasi yang luas dan sangat tahan
terhadap kondisi lahan marjinal seperti kekeringan, lahan masam, lahan salin, dan

4
lahan alkalin (FAO 2002). Menurut BALITSEREAL (2012), sorgum manis
varietas numbu berbunga 50% pada umur kurang lebih 69 hari.
Kendala hijauan pakan di Indonesia adalah kandungan nutrisi yang rendah
dan keterbatasan penyediaan sepanjang tahun. Kendala tersebut dapat diatasi
melalui usaha-usaha pengawetan hijauan pakan pada saat produksinya melimpah,
penggunaan sumber pakan inkonvensional, serta aplikasi teknologi fermentasi
(Diwyanto dan Inounu 2001). Salah satu usaha dalam penerapan teknologi
fermentasi adalah melalui proses ensilase untuk menghasilkan silase.
Silase merupakan salah satu teknik pengawetan pakan atau hijauan pada
kadar air tertentu melalui proses fermentasi mikrobial oleh bakteri yang
berlangsung di dalam tempat yang disebut silo (McDonald et al. 2002). Salah satu
upaya untuk meningkatkan kualitas silase hijauan tropis adalah dengan
penggunaan aditif pada proses ensilase yang dapat menstimulasi fermentasi
Bakteri Asam Laktat (BAL) (Bureenok et al. 2006). Penambahan aditif seperti
dedak padi yang memiliki kandungan nutrien menurut Hartadi et al. (2005) yaitu
serat kasar (SK) 11.6%, protein kasar (PK) 13.8%, dan bahan ekstrak tanpa
nitrogen (BETN) 48.7% diharapkan dapat meningkatkan kualitas silase. Ridwan
et al. (2005) melaporkan bahwa penambahan dedak padi 1 - 5% pada pembuatan
silase rumput gajah berpengaruh terhadap kualitas silase.
Penambahan aditif berupa BAL komersial sudah banyak digunakan sebagai
starter pada pembuatan silase, namun penelitian Ohshima et al. (1997) yang
menggunakan hijauan dari daerah subtropika menunjukkan bahwa penggunaan
BAL yang diperoleh dari estrak rumput sejenis yang sudah difermentasi
menghasilkan kualitas silase yang lebih baik dibandingkan dengan inokulum yang
berasal dari aditif BAL komersial. Santoso et al. (2009) melaporkan bahwa
penambahan ekstrak rumput terfermentasi 3% (v/b) pada rumput sejenis dapat
meningkatkan kualitas fermentasi silase.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji perbedaan kualitas hasil panen
tanaman sorgum manis dengan dan tanpa rangkum bunga serta menguji
efektivitas silase yang dihasilkan dengan penambahan aditif berupa dedak padi
3% dan ekstrak sorgum terfermentasi 3%.
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan dan
Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Perah, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi
Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan
selama 8 bulan, dari bulan Mei 2013 sampai Desember 2013.
Materi
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tanaman sorgum
(Sorghum bicolor L. Moench) varietas Numbu yang ditanam dan di panen dari
kebun percobaan Cikabayan IPB serta bahan-bahan untuk analisis kualitas silase.
Peralatan yang digunakan meliputi peralatan untuk pembuatan silase yang
terdiri dari silo berupa toples plastik ukuran 2.5 liter dengan selotip sebagai
perekat agar kondisi kedap udara serta alat-alat untuk analisis kualitas silase.

5
Pembuatan Silase Tanaman Sorgum
Tanaman sorgum dipanen pada umur 70 hari setelah tanam. Setelah panen,
tanaman dilayukan selama 2.5 - 3 jam kemudian dicacah berukuran 3 - 5 cm dan
dihomogenkan. Tanaman sorgum tersebut kemudian dimasukkan ke dalam toples
plastik berukuran 2.5 liter, ditekan hingga cukup padat sehingga kondisi anaerob
dapat terjadi. Silo yang selesai dibuat, disimpan dalam ruangan pada suhu kamar
selama 21 hari.
Rancangan Percobaan dan Analisis Data
Data perbedaan hasil panen tanaman sorgum antara tanaman sorgum yang
memiliki rangkum bunga dengan tanaman sorgum tanpa rangkum bunga
dianalisis menggunakan Uji-T.
Rancangan percobaan yang digunakan pada pembuatan silase tanaman
sorgum adalah adalah rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 3
perlakuan; A (silase tanpa penambahan aditif), B (silase dengan penambahan
dedak padi 3%), dan C (silase dengan penambahan ekstrak sorgum terfermentasi
3%). Setiap perlakuan diulang sebanyak 4 kali. Data yang didapatkan pada
percobaan ini dianalisis menggunakan sidik ragam (ANOVA). Apabila terdapat
perbedaan yang nyata antar perlakuan, maka dilanjutkan dengan uji jarak Duncan
(1955) dengan menggunakan perangkat lunak SPSS 16.
Peubah yang diamati.
Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Kondisi awal bahan. Pengukuran kondisi awal bahan meliputi: a)
kandungan bahan kering (BK), abu, kalsium (Ca), fosfor (P), protein kasar (PK),
lemak kasar (LK), dan serat kasar (SK) sorgum menggunakan metode AOAC
(2005); b) kandungan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) sorgum menggunakan
rumus perhitungan BETN = BK-(abu+PK+LK+SK); c) kandungan TDN sorgum
menggunakan rumus perhitungan Hartadi (1980); d) kandungan neutral detergent
fiber (NDF), acid detergent fiber (ADF), dan selulosa (Van Soest et al. 1991);
dan e) kandungan water soluble carbohydrate (WSC) sebelum ensilase
menggunakan metode fenol oleh Dubois et al. (1956) yang dimodifikasi Buysse
dan Merckx (1993).
Kualitas silase. Peubah kualitas silase yang diamati meliputi: a) kandungan
bahan kering (BK), abu, kalsium (Ca), fosfor (P), protein kasar (PK), lemak kasar
(LK), dan serat kasar (SK) silase sorgum menggunakan metode AOAC (2005); b)
kandungan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) silase sorgum menggunakan
rumus perhitungan BETN = BK-(abu+PK+LK+SK); c) kandungan TDN silase
sorgum menggunakan rumus perhitungan Hartadi (1980); d) kandungan neutral
detergent fiber (NDF), acid detergent fiber (ADF), dan selulosa (Van Soest et al.
1991); dan h) residual water soluble carbohydrate (WSC) silase menggunakan
metode fenol oleh Dubois et al. (1956) dimodifikasi Buysse dan Merckx (1993).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Awal Bahan
Tanaman sorgum manis varietas Numbu dalam penelitian ini dipanen pada
umur 70 hari dengan memanfaatkan seluruh bagian tanaman. Umur panen

6
Tabel 1 Kualitas nutrisi tanaman sorgum manis (dengan dan tanpa rangkum
bunga)
Nutrien
BK (%)
Abu (%)
Ca (%)
P (%)
PK (%)
LK (%)
SK (%)
BETN (%)
TDN (%)
NDF (%)
ADF (%)
Hemiselulosa (%)
Selulosa (%)
WSC (%)

Tanaman Sorgum Manis
Dengan rangkum bunga Tanpa rangkum bunga
17.24 ± 0.06
16.67 ± 1.05
5.04 ± 0.15
4.68 ± 0.21
1.07 ± 0.63
0.59 ± 0.03
0.47 ± 0.16
0.30 ± 0.00
12.07 ± 0.20
12.69 ± 0.45
1.40 ± 0.07
1.76 ± 0.43
32.73 ± 2.48
34.07 ± 1.63
48.77 ± 2.20
46.80 ± 0.96
58.77 ± 1.76
58.61 ± 1.51
94.60 ± 3.86
86.70 ± 6.37
78.27 ± 11.17
79.48 ± 6.27
16.33 ± 7.30
7.22 ± 0.09
53.67 ± 11.85
51.69 ± 2.30
9.15 ± 0.04
10.69 ± 2.83

Nilai-P
0.57
0.18
0.37
0.29
0.22
0.36
0.59
0.37
0.93
0.27
0.91
0.22
0.84
0.52

BK: bahan kering, Ca: mineral kalsium, P: mineral fosfor, PK: protein kasar, LK: lemak kasar,
SK: serat kasar, BETN: bahan ekstrak tanpa nitrogen, TDN: total digestible nutrient, NDF: neutral
detergent fiber, ADF: acid detergent fiber, WSC: water soluble carbohydrate.

tanaman 70 hari merupakan kondisi sorgum varietas Numbu pada fase berbunga
50% (BALITSEREAL 2012). Kondisi panen tersebut menghasilkan hasil panen
tanaman memiliki dan tidak memiliki rangkum bunga. Perbandingan kandungan
nutrien tanaman dengan dan tanpa rangkum bunga ditampilkan pada tabel 2.1.
Berdasarkan hasil uji-T yang dilakukan tidak terdapat perbedaan (P>0.05) antara
hasil panen tanaman sorgum manis (dengan dan tanpa rangkum bunga).
Owen and Webster (1963) membagi kematangan tanaman sorgum ke dalam
6 fase, yaitu 1) bloom, 2) milk, 3) soft-dough, 4) medium-dough, 5) hard-dough,
dan 6) mature. Tanaman sorgum manis varietas Numbu mengalami fase berbunga
50% pada umur 70 hari (BALITSEREAL, 2012) yang berarti fase tersebut
tanaman berada pada kondisi milk to the soft-dough stage yang sesuai untuk
hijauan bahan silase (Doggett 1970). Tidak terdapatnya perbedaan (P>0.05) antara
hasil panen tanaman sorgum tersebut dikarenakan kandungan bulir/ biji sorgum
pada fase tersebut masih tinggi kandungan airnya yang menyebabkan nutrien
lainnya belum dominan. Kandungan nutrien biji sorgum pada fase mature menurut
Ward (1968) adalah 87.6% BK, 10.5% PK, 3.3% LK, 2.0% SK, 82.5% BETN,
dan 1.7% abu. Kadar WSC tanaman sorgum manis pada penelitian ini berkisar
antara 9.15 - 10.69% masih lebih tinggi dari nilai kandungan WSC hijauan yang
berkualitas baik untuk pembuatan silase yaitu 3 - 5% (McDonald et al. 1991).
Kualitas Silase
Peubah kualitas nutrien disajikan pada Tabel 2.2. Peubah yang
menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P0.05)
dengan A (5.04%). Hal ini diduga karena penambahan dedak padi pada perlakuan
B. Penambahan dedak padi sebanyak 3% menyebabkan kandungan kadar abu dan
BK meningkat. Hasil penelitian Owen and Webster (1963) pada silase sorgum
fase milk to the soft-dough stage menunjukkan hasil proksimat sebagai berikut,
20.6 - 22% BK, 9.3 - 9.7% PK, 26.5 - 28.6% SK, 2.6 - 3.1% LK, 7.8% abu, dan
51.3 - 53.4% BETN. Kandungan PK (11.29 – 13.91%) dan SK (34.63 – 36.63%)
pada penelitian ini lebih tinggi dari pada penelitian yang dilakukan Owen and
Webster (1963). Hasil analisis fraksi serat yang meliputi NDF, ADF, hemiselulosa
dan selulosa pada penelitian ini menunjukkan hasil tidak berbeda (P>0.05). Nilai
NDF (89.70 – 90.44%), ADF (61.24 – 77.59%), dan selulosa (47.17 – 53.95%)
pada penelitian ini lebih tinggi dari penelitian Mahanta (2004), yaitu NDF (79.89
– 81.96%), ADF (48.96 – 51.00%), dan selulosa (38.84 – 39.38%).
SIMPULAN
Tanaman sorgum manis dengan dan tanpa rangkum bunga memiliki kualitas
yang sama baik serta silase tanpa penambahan aditif lebih efektif dibuat dengan
tanpa penambahan aditif.

8

3 KUALITAS SILASE TANAMAN SORGUM PADA
BERBAGAI UMUR PEMANENAN DENGAN PERBEDAAN
VARIETAS DAN WAKTU FERMENTASI
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh perbedaan varietas, umur
panen, dan waktu fermentasi terhadap kualitas silase tanaman sorgum. Rancangan
yang digunakan adalah rancangan acak kelompok pola faktorial 3x3x4 dengan 3
kelompok. Faktor pertama adalah perbedaan jenis tanaman sorgum (sorgum
varietas Samurai I (M17), sorgum BMR galur Patir 3.6, dan sorgum BMR galur
Patir 3.7), faktor kedua adalah umur pemanenan tanaman (85 hari, 95 hari, dan
105 hari), dan faktor ketiga adalah waktu fermentasi silase (7 hari, 14 hari, 21 hari,
dan 28 hari). Peubah yang diamati meliputi kualitas fisik silase (aroma, tektur,
warna, keberadaan jamur, dan suhu) dan kualitas kimiawi silase (pH, bahan kering,
protein kasar, total asam lemak terbang (TVFA), N-NH3, dan nilai fleigh). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa perbedaan jenis sorgum, waktu fermentasi silase,
dan umur panen tanaman sorgum mempengaruhi kualitas silase yang dihasilkan.
Jenis sorgum BMR Patir 3.7 menghasilkan kualitas silase yang lebih baik
daripada jenis sorgum lainnya. Waktu fermentasi silase tanaman sorgum selama
28 hari menghasilkan kualitas silase yang lebih baik diantara waktu fermentasi
lainnya. Umur panen terbaik untuk menghasilkan silase yang berkualitas baik
adalah umur panen 95 hari setelah tanam.
Kata kunci: jenis sorgum, kualitas fisik, kualitas kimiawi, umur panen, waktu
fermentasi
ABSTRACT
The objective of this research was to determine the effect of different variety,
harvesting time, and time of fermentation to sorghum silage quality. The
experimental design of this research was 3x3x4 factorial of randomized blocked
design with three replicates. First factor was the different type of sorghum
(Samurai I (M17) variety sorghum, BMR sorghum Patir 3.6, and BMR sorghum
Patir 3.7), second factor was sorghum harvesting time (85 days, 95 days, and 105
days), and the third factor was time of fermentation (7 days, 14 days, 21 days and
28 days). Variables measured included silage physical quality (aroma, texture,
color, fungi, and temperature) and silage chemical quality (pH, dry matter, crude
protein, Total volatile fatty acid (TVFA), N-NH3, and fleigh Point). The result
showed that different variety, harvesting time, and time of fermentation affecting
silage quality. Type of BMR sorghum Patir 3.7 resulted better silage quality than
the rest of sorghum. Silage fermentation time of 28 days resulted better silage
quality among the others time treatments. The best harvesting time to get good
quality silage was 95 days after planting.
Keywords: chemical quality, harvesting time, physical quality, sorghum, time of
fermentation

9
PENDAHULUAN
Sorgum (Sorghum bicolor L. Moench) merupakan tanaman serealia yang
berpotensi besar untuk dikembangkan di Indonesia. Hal ini dikarenakan tanaman
sorgum mempunyai daerah adaptasi yang luas, yaitu toleran terhadap kekeringan
dan genangan air, dapat berproduksi pada lahan marjinal, serta relatif tahan
terhadap gangguan hama/ penyakit (Sirappa 2003). Tanaman sorgum terdiri dari
hijauan pakan dan biji yang mempunyai potensi untuk dijadikan pakan ternak
ruminansia. Selama ini, pengembangan sorgum untuk pakan ternak masih
menggunakan varietas konvensional yang didesain bukan untuk pakan. Sorgum
brown midrib (BMR) merupakan varietas sorgum hasil pemuliaan yang
pemanfaatannya difokuskan untuk pakan ternak. Sorgum BMR memiliki
kandungan lignin lebih rendah, kandungan nutrisi yang lebih tinggi, dan produksi
biomassa 12% lebih rendah (Oliver et al. 2004; Mustafa et al. 2004).
Salah satu kendala hijauan pakan di Indonesia adalah penyediaan sepanjang
tahun yang tidak kontinyu. Kendala tersebut dapat diatasi melalui usaha-usaha
pengawetan hijauan pakan pada saat produksinya melimpah, penggunaan sumber
pakan inkonvensional, serta aplikasi teknologi fermentasi (Diwyanto dan Inounu
2001). Salah satu usaha dalam penerapan teknologi fermentasi adalah melalui
proses ensilase untuk menghasilkan silase.
Silase merupakan salah satu teknik pengawetan pakan atau hijauan pada
kadar air tertentu melalui proses fermentasi mikrobial oleh bakteri yang
berlangsung di dalam tempat yang disebut silo (McDonald et al. 2002). Kondisi
hijauan pada saat akan dibuat silase dan saat proses ensilase sangat penting untuk
menentukan tercapainya kondisi optimum. Pada kondisi optimum, pertumbuhan
bakteri yang diinginkan akan menghasilkan perubahan yang efisien pada gula
tanaman (Sapienza and Bolsen 1993). Kondisi lainnya adalah kadar air hijauan
yang berkorelasi dengan umur pemanenan dan lamanya waktu proses pembuatan
silase (ensilase) berlangsung. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh
perbedaan jenis sorgum, waktu fermentasi, dan umur panen terhadap kualitas
silase tanaman sorgum.
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan Institut
Pertanian Bogor, Laboratorium Agrostologi, dan Laboratorium Ilmu Nutrisi
Ternak Perah, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan selama 10 bulan,
dari bulan Januari sampai Oktober 2014.
Materi
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tanaman sorgum
(Sorghum bicolor L. Moench) varietas Samurai I (M17) dan varietas Brown
Midrib (galur Patir 3.6 dan galur Patir 3.7) yang ditanam dan di panen dari kebun
percobaan Cikabayan IPB serta bahan-bahan untuk analisis kualitas silase.

10
Peralatan yang digunakan meliputi peralatan untuk pembuatan silase yang
terdiri dari silo berupa toples plastik ukuran 2 liter dengan selotip sebagai perekat
agar kondisi kedap udara serta alat-alat untuk analisis kualitas silase.
Pemanenan dan Pembuatan Silase Tanaman Sorgum
Pemanenan tanaman sorgum dilakukan sesuai dengan perlakuan yaitu pada
umur 85, 95, dan 105 hari. Setelah dipanen, tanaman sorgum selanjutnya
dichopping dan dilayukan selama 24 jam dengan tujuan menurunkan kadar air
sehingga siap untuk dibuat silase. Silase dibuat menggunakan toples plastik
berukuran 2 liter yang selanjutnya dikondisikan kedap udara dengan bantuan
selotip. Proses ensilase (waktu fermentasi) dilakukan berdasarkan perlakuan yaitu
7, 14, 21, dan 28 hari.
Pemanenan Silase
Silase dipanen disesuaikan dengan waktu ensilase yang diterapkan sebagai
perlakuan (7, 14, 21, dan 28 hari). Pemanenan dilakukan dengan membuka silo
kemudian dilakukan pengukuran suhu silase. Selanjutnya dilakukan pengamatan
sifat fisik berupa aroma, tekstur, warna, dan keberadaan jamur dengan pengujian
sensori. Persentase jamur diukur dengan menimbang jumlah bagian berjamur
yang dibandingkan dengan jumlah total silase. Tahap selanjutnya adalah
mengeringkan silase di dalam oven 60 oC. Silase yang sudah kering siap untuk
dilakukan analisis selanjutnya.
Rancangan Percobaan dan Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok
(RAK) pola faktorial dengan pola faktorial 3 x 3 x 4 dengan 3 kelompok. Faktor
pertama adalah perbedaan jenis tanaman sorgum (C1 = sorgum varietas Samurai I
(M17); C2 = sorgum BMR galur Patir 3.6; C3 = sorgum BMR galur Patir 3.7),
faktor kedua adalah umur pemanenan tanaman (D85 = umur 85 hari; D95 = umur
95 hari; D105 = umur 105), dan faktor ketiga adalah waktu fermentasi (F7 =
fermentasi 7 hari; F14 = fermentasi 14 hari; F21 = fermentasi 21 hari; F28 =
fermentasi 28 hari).
Data pada pengamatan karakteristik fisik (aroma, warna, tekstur, dan
keberadaan jamur) dianalisis secara deskriptif sedangkan data lainnya pada
karakteristik fisik berupa suhu dan kualitas kimiawi dianalisis menggunakan sidik
ragam (ANOVA). Apabila terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan, maka
dilanjutkan dengan uji jarak Duncan (1955) dan uji polinomial orthogonal (untuk
faktor kuantitatif) dengan menggunakan perangkat lunak SPSS 16.
Peubah yang diamati
Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Kalitas fisik silase. Pengukuran kualitas fisik silase dilakukan dengan
pengujian sensori untuk peubah aroma, tekstur, warna, dan keberadaan jamur,
sedangkan suhu diukur menggunakan termometer.
Kualitas kimiawi silase. Peubah kualitas kimiawi silase yang diamati
meliputi: a) nilai pH silase menggunakan prosedur Naumann dan Bassler (1997);
b) kandungan bahan kering (BK) silase menggunakan metode AOAC (1990); c)
kandungan protein kasar (PK) silase menggunakan metode Kjeldahl yang

11
dikemukakan oleh AOAC (1990); d) konsentrasi N-NH3 silase menggunakan
metode mikrodifusi Conway (Conway and O’Malley 1942); e) konsentrasi total
volatile fatty acid (TVFA) menggunakan teknik destilasi uap atau Steam
Destilation (General Laboratory Procedure 1966); serta f) perhitungan kualitas
silase berdasarkan nilai fleigh berdasarkan formula Kilic (1984):
NF = 220+(2 x BK(%) – 15) - (40 x pH)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kualitas Fisik Silase
Kualitas silase dapat dilihat dari kualitas fisik silase yang dihasilkan
(Ferreira and Mertens 2005). Kualitas fisik silase meliputi warna, bau, tekstur, dan
keberadaan jamur serta suhu. Kualitas fisik silase tanaman sorgum manis dapat
dilihat pada Tabel 3.1. Aroma silase tanaman sorgum manis menunjukkan aroma
asam dan wangi fermentasi. Aroma silase yang dihasilkan termasuk kedalam
kriteria kualitas silase yang baik. Silase berkualitas baik memiliki aroma asam dan
wangi (Abdelhadi et al. 2005). Warna silase yang dihasilkan menunjukkan warna
hijau atau sama dengan warna tanaman sorgum sebelum ensilase. Saun and
Heinrichs (2008) menyatakan bahwa warna pada silase menggambarkan hasil
fermentasi selama proses ensilase dan silase yang berkualitas baik adalah silase
yang berwarna hampir sama dengan bahan sebelum ensilase.
Tabel 3 Kualitas fisik silase (aroma, warna, tekstur, dan keberadaan jamur)
tanaman sorgum
Perlakuan

Aroma

Jenis Sorgum (JS)
Samurai I (M17)
Asam
Patir 3.6
Asam
Patir 3.7
Asam
Umur Panen (UP)
85 hari
Asam
95 hari
Asam
105 hari
Asam
Waktu Fermentasi (WF)
7 hari
Asam
14 hari
Asam
21 hari
Asam
28 hari
Asam

Peubah
Warna
Tekstur

Jamur (%)

Hijau
Hijau
Hijau

Padat
Padat
Padat

2.33
2.84
3.94

Hijau
Hijau
Hijau

Padat
Padat
Padat

0.55
2.54
6.02

Hijau
Hijau
Hijau
Hijau

Padat
Padat
Padat
Padat

0.54
1.87
3.37
6.36

Tekstur silase yang dihasilkan menunjukkan tekstur yang padat atau tidak
menggumpal, tidak berlendir, dan remah. Silase yang baik memiliki tekstur
lembut (Sandi et al. 2010). Persentase jamur berdasarkan rataan dari seluruh
perlakuan menunjukkan kurang dari 10%. Menurut Davies (2007), persentase
bagian berjamur pada silase berkualitas baik adalah kurang dari 10%. Faktor jenis
sorgum menunjukkan bahwa secara rata-rata jenis sorgum yang menghasilkan

12
Tabel 4 Suhu silase tanaman sorgum
Peubah
Suhu

Efek Perlakuan
JS

UP

WF

JS.UP

JS.WF

WF.UP

JS.WF.UP

(1) 25.21 ± 1.15

(1) 24.86 ± 0.57

(1) 24.52 ± 1.00

**

ns

**

ns

(2) 25.31 ± 1.23

(2) 24.68 ± 1.15

(2) 25.37 ± 1.12

(3) 25.29 ± 1.13

(3) 26.26 ± 0.97

(3) 25.57 ± 1.39

(4) 25.61 ± 0.73
**P < 0.01, ns: P > 0.05, JS: jenis sorgum; (1): Samurai I (M17), (2): Patir 3.6, (3): Patir 3.7. UP: umur
panen; (1): 85 hari, (2): 95 hari, (3): 105 hari. WF: waktu fermentasi; (1): 7 hari, (2): 14 hari, (3): 21
hari, (4): 28 hari.

persentase jamur paling sedikit adalah Samurai I (M17). Berdasarkan faktor umur
panen dan waktu fermentasi, persentase jamur secara rata-rata semakin meningkat
seiring semakin lamanya umur panen tanaman sorgum dan semakin lamanya
waktu fermentasi silase tanaman sorgum. Suhu silase tanaman sorgum secara
statistik menunjukkan adanya interaksi (P 0.05, JS: jenis sorgum; (1): Samurai I (M17), (2): Patir 3.6, (3): Patir 3.7. UP: umur
panen; (1): 85 hari, (2): 95 hari, (3): 105 hari. WF: waktu fermentasi; (1): 7 hari, (2): 14 hari, (3): 21
hari, (4): 28 hari. Angka-angka pada faktor dan kolom yang sama yang diikuti oleh huruf kecil yang
berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan).

Kualitas kimiawi selanjutnya yang disajikan pada Tabel 3.4 adalah protein
kasar (PK). PK silase tanaman sorgum secara statistik menunjukkan adanya
interaksi (P