Analisis Kebutuhan Pelatihan Peningkatan Kompetensi Guru IPA SMP Negeri di Kota Pekanbaru

ANALISIS KEBUTUHAN PELATIHAN PENINGKATAN
KOMPETENSI GURU IPA SMP NEGERI
DI KOTA PEKANBARU

IRMA FEBRIANIS

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DANSUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis Kebutuhan
Pelatihan Peningkatan Kompetensi Guru IPA SMP Negeri di Kota Pekanbaru
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Pebruari 2014
Irma Febrianis
NIM I351110101

RINGKASAN
IRMA FEBRIANIS. Analisis Kebutuhan Pelatihan Peningkatan Kompetensi Guru
IPA SMP Negeri diKota Pekanbaru. Dibimbing oleh PUDJI MULJONO
danDJOKO SUSANTO.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kompetensi guru IPA SMP
Negeri di Kota Pekanbaru. Berbagai program pelatihan yang diselenggarakan
belum berdampak nyata terhadap peningkatan kompetensi guru IPA SMP Negeri
di Kota Pekanbaru. Kegagalan program pelatihan disebabkan pelatihan bersifat
top downdan tidakdidasarkan pada kebutuhan nyata guru IPA SMP Negeri.
Analisis kebutuhan pelatihan harus dilakukan sebelum penyelenggaraan pelatihan
untuk menentukan kompetensi yang butuhdiperbaiki melaluipelatihan.Training
Needs Analysis(TNA)merupakan metode efektif untuk menganalisis kebutuhan
pelatihan guru IPA SMP Negeri di Kota Pekanbaru. Tujuannya adalah:
(1)memetakan tingkat kompetensi aktual guru IPA SMP Negeri di Kota
Pekanbaru yang terdiri atas kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan

profesional, (2) menganalisis bagian-bagian kompetensi guru yangbutuh
ditingkatkan melalui pelatihan,(3) menganalisis prioritas kebutuhan pelatihan,dan
(4) memberikan rekomendasi metode pelatihanyang efektif untuk meningkatkan
kompetensi guru IPA SMP Negeri di Kota Pekanbaru.
Penelitian dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif melalui
survei, wawancara, dan FGD. Sebanyak 165 dari 213 guru IPA SMP Negeri
menyatakan kesediaan sebagai responden. TNA dimulai dengan penilaian
kompetensi ideal guru (KIG) dan kompetensi aktual guru (KAG) menggunakan
kuesioner yang diadopsi dan dimodifikasi dari Permendiknas Nomor 16 Tahun
2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Analisis
kesenjangan kompetensi Guru (KKG) dilakukan dengan membandingkan nilai
KIG dan KAG. Apabila nilai KKGlebih besar dari 1, maka terdapat kesenjangan
kompetensi yang menunjukkan adanya kebutuhan pelatihan. Penetapan kebutuhan
pelatihan dilakukan melalui wawancara tentang faktor penyebab kesenjangan
kompetensi. Prioritas pelatihan ditetapkan berdasarkan nilai KKG, jumlah guru
(JG) dan persentase guru (PG) yang membutuhkan pelatihan pada kompetensi
tertentu. Metode pelatihan efektif diperoleh dari kelompok ahli melalui FGD.
Hasil penelitian menunjukkan tingkat kompetensi pedagogik, kepribadian,
sosial, dan profesional aktual guru IPA SMP Negeri berada di bawah standar
kompetensi ideal. Guru IPA SMP Negeri membutuhkan pelatihan untuk seluruh

kompetensi guru.Terdapat 8 prioritas pelatihan peningkatan kompetensi guru IPA
SMP
Negeri,
yaitu:
(1)
pelatihan
teknologi
informasi
dan
komunikasi(TIK/ICT)untuk pembelajaran dan pengembangan diri guru, (2)
pelatihan kode etik profesi guru Indonesia, (3) pelatihan penelitian tindakan kelas
(PTK), (4) pelatihan teori dan prinsip pembelajaran IPA terpadu, (5) pelatihan
kurikulum IPA terpadu, (5) pelatihan psikologi anak, (7) pelatihan komunikasi
pendidikan, dan (8) pelatihan kepribadian guru. Metode pelatihan yang efektif
untuk pelatihan guru IPA SMP Negeri di Kota Pekanbaru adalahIn House
Training (IHT), pelatihan khusus, kursus singkat, dan pembinaan internal.
Kata kunci:kompetensi guru IPA, analisis kebutuhan pelatihan

SUMMARY
IRMA FEBRIANIS. Analysis of Training Needs for Competency Enhancement of

The Natural Science Teacher of The State Secondary School at Pekanbaru.
Supervised by PUDJI MULJONO and DJOKO SUSANTO.
This research was initiatedby lack ofcompetencies ofthe natural science
teacher of the state secondary school at Pekanbaru. Varioustraining programs
conducted have not given significant impacts in the improvement oftheir
competencies. The failure was due to the nature of the training program i.e. top
downandnot basedonthe actualneeds of the natural science teachers.
Trainingneeds analysisshould beconductedprior to thetrainingtodeterminepart of
competenciesthat need tobe overcome bytraining. Training Needs Analysis(TNA)
is aneffectivemethodfor the analysis oftraining needs of the natural science
teacher. The objectives were to:(1) map theactual competencelevel of the natural
science teacher, (2) analyzeparts of the competency required to be enhanced
through the training, (3) analyzethe priority of training needs, and(4) proposing
recommendations on the effectiveness of training method.
The
research
was
conducted
using
quantitativeandqualitativeapproachesthroughsurveys, interviews, andfocusgroup

discussions. A total of165of213 the natural science teacher of the state secondary
school at Pekanbaru expressed their willingness to becomerespondents.
TNAbeganwiththe assessments on the ideal competencies for teachers (ICT) and
theactualcompetenciesof
teachers(ACT)
using
aquestionnairewhichwas
adoptedandmodifiedfrom theMinisterial RegulationNumber16Year2007 onthe
AcademicQualificationStandardsand Teacher Competencies. The gap analysis of
teacher competence(TCG) was done bycomparingthe scores ofthe ICTandACT. If
the
scoreof
TCG(ICT-ACT)
more
than
one,
then
there
is
acompetencygapthatindicatesthe needs fortraining. Determination of training

needs was done by recording up information’s about the cause of competency
gaps through interviews. The training priority order (TPO) was based onthe score
ofthe
TCG,
number
andpercentageof
teachers
requiringtraininginspecificcompetencies. Effectivetrainingmethods were obtained
from the expert groupsthrough theFGD.
The results showed that the level ofactualcompetence of the the natural
science teacherwas below the idealcompetence. The natural science
teachersrequiretrainingsfor allteachercompetencies. There were eight priorities of
training
program,namely:(1)
trainingon
informationandcommunicationtechnology(ICT)
forlearningandpersonal
developmentof the teachers, (2) training on professional code of ethics
Indonesianteachers, (3) training on classroom action research(CAR), (4) training
on theory and principles of learning on integrated natural science, (5) training on

developmentcurriculumon integrated natural science, (6) training onchild
psychology, (7) training on education communication, and(8) training on the
teachers’ personality. It is suggested that In House Training, specific training,
short courses, and internal coaching are worth applied as effective training
methods to improve competence ofthe natural science teacher of the state
secondary school at Pekanbaru.

Keywords: Competencies of natural science teachers, trainingneeds analysis

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


ANALISIS KEBUTUHAN PELATIHAN
PENINGKATAN KOMPETENSI GURU IPA SMP NEGERI
DI KOTA PEKANBARU

IRMA FEBRIANIS

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis

: Dr Ir Anna Fatchiya, MSi


Judul Tesis :Analisis Kebutuhan Pelatihan Peningkatan Kompetensi Guru IPA
SMP Negeri di Kota Pekanbaru
Nama
: Irma Febrianis
NIM
: I351110101

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Pudji Muljono, MSi
Ketua

Prof Dr Ign Djoko Susanto, SKM
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi

Ilmu Penyuluhan Pembangunan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof Dr Ir Sumardjo,MS

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 26 Pebruari 2014

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga naskah tesis ini berhasil diselesaikan. Penulis
memilih tema pengembangan sumber daya manusia dengan judul Analisis
Kebutuhan Pelatihan Peningkatan Kompetensi Guru IPA SMP Negeri di Kota
Pekanbaru.
Penulis menyampaikan penghargaanyang sebesar-besarnya kepada Bapak
Dr Ir Pudji Muljono, MSi dan Bapak Prof Dr Ign Djoko Susanto,SKM selaku

Komisi Pembimbing yang telah membimbing penulis dengan sabar mulai dari
penyusunan proposal penelitian hingga penyusunan tesis. Kepada Ibu Dr Ir Anna
Fatchiya, MSi selaku Penguji Luar Komisidan Dr Ir Dwi Sadono, MSi mewakili
Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan pada ujian tesis, dihaturkan terima
kasih atas saran dan kritik yang sangat bermanfaat untuk penyempurnaan tesis ini.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak H. Abdul Jamal, MPd selaku
Kepala Bidang Pengembangan Sekolah Menengah dan Ibu Hj. Lionarmi selaku
Kepala Seksi Pelatihan dan Pengembangan Guru SMP/MTs Dinas Pendidikan
Kota Pekanbaru yang memberikan dukungan penuh untuk penulis selama
pelaksanaan penelitian. Terima kasih kepada Ibu Zubaidah, M.Pd sebagai
Instruktur IPA SMP/MTs Kota Pekanbarudan seluruh guru IPA SMP Negeri
Pekanbaru. Ungkapan terima kasih terdalam disampaikan kepada seluruh
keluarga, terutama suami terkasih Nurul Qomar, SHut, MP,ananda Madu
Zahratussa’adah Radhiyallah dan Harum Azharussa’adah Radhiyallah atas segala
doa dan dukungan yang diberikan selama ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Pebruari 2014
Irma Febrianis

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

ix

DAFTAR GAMBAR

x

DAFTAR LAMPIRAN

xi

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian

1
1
6
6
6
6

2 PEDAGOGICAL COMPETENCE-BASED TRAINING
NEEDS ANALYSIS FOR THE NATURAL SCIENCE TEACHER
Abstract
Introduction
Methods
Results and Discussion
Conclution

7
7
7
9
10
14

3 ANALISIS KEBUTUHAN PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI
KEPRIBADIAN GURU IPA SMP NEGERIDI KOTA PEKANBARU
Abstrak
Pendahuluan
Metode Penelitian
Hasil dan Pembahasan
Simpulan

15
15
16
18
18
24

4 ANALISIS KEBUTUHAN PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI
SOSIAL GURU IPA SMP NEGERI DI KOTA PEKANBARU
Abstrak
Pendahuluan
Metode Penelitian
Hasil dan Pembahasan
Simpulan

25
25
26
27
28
32

5 ANALISIS KEBUTUHAN PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI
PROFESIONAL GURU IPA SMP NEGERI DI KOTA PEKANBARU
Abstrak
Pendahuluan
Metode Penelitian
Hasil dan Pembahasan
Simpulan

33
33
34
36
37
44

6 PEMBAHASAN UMUM

45

7 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

50
50
50

DAFTAR PUSTAKA

51

LAMPIRAN

58

RIWAYAT HIDUP

60

DAFTAR TABEL
2.1
2.2
2.3
3.1
3.2
3.3
4.1
5.1
5.2
5.3
5.4
6.1
6.2
6.3

Gap Analysis of Pedagogical Competence
Analysis of Priority Training Needs
Recommendation of Training Methodsand Organizers
Kesenjangan Kompetensi Kepribadian Guru IPA SMP Negeri
Prioritas Pelatihan Kompetensi Kepribadian Guru IPA SMP Negeri
Metode Pelatihan Efektif dan Penyelenggara Pelatihan Peningkatan
Kompetensi Kepribadian Guru IPA SMP Negeri
Kesenjangan Kompetensi Sosial Guru IPA SMP Negeri
Kesenjangan Kompetensi Profesional Guru IPA SMP Negeri
Pemetaan Penguasaan Materi dan Konsep Pembelajaran IPA Terpadu
Prioritas Pelatihan Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Guru IPA
Metode Pelatihan dan Penyelenggara Pelatihan Peningkatan Kompetensi
Profesional Guru IPA SMP Negeri di Kota Pekanbaru
Kesenjangan Kompetensi Aktual Guru IPA SMP Negeri
Prioritas Pelatihan Peningkatan Kompetensi Guru IPA SMP Negeri
Metode Pelatihan dan Penyelenggara Pelatihan Peningkatan Kompetensi
Guru IPA SMP Negeri di Kota Pekanbaru

10
12
13
18
20
23
28
37
38
40
43
45
46

DAFTAR GAMBAR
1.1 Alur proses penelitian analisis kebutuhan pelatihan
peningkatan kompetensi guru IPA SMP Negeri di Kota Pekanbaru

5

DAFTAR LAMPIRAN
1
2

Keterangan diterima (accepted) dari Jurnal Penyuluhan
Keterangan proses review di
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran
Terakreditasi DIKTI

58
59

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sistem pendidikan Indonesia masih menghasilkan lulusan yang berkualitas
rendah dalam pengetahuan dan keterampilan (Bank Dunia 2011). Hasil survei
internasional PISA (Programme for International Student Assessment) tahun2012
menempatkan peserta didik Indonesia usia 15 tahun pada posisi ke-64 untuk
matematika, 62 untuk membaca, dan 64 untuk sains dari 65 negara. Pada studi
PIRLS (Progress in International Reading Literacy Study) tahun 2011,
keterampilan membaca peserta didik Indonesia usia sekolah dasar berada pada
posisi 42 dari 45 negara. Keterampilan membaca peserta didik Indonesia
memprihatinkan karena sebanyak54% lulusan kelas 9 SMP tidak mampu
membaca secara fungsional(Hanushek dan Wößmann 2007). Peserta didik tidak
mampu mengusai 70% materi bacaan (Natsir 2007) dan sulit untuk menjawab soal
uraian yang memerlukan analisis dan logika (KSG 2008). Rendahnya prestasi
peserta didik disebabkan oleh buruknya manajemen guru dalam sistem pendidikan
Indonesia (Bank Dunia 2011).
Buruknya manajemen guru di Indonesia dapat dideteksi dari tingginya
proporsi guru yangtidak layak mengajar, berkualifikasi pendidikan rendah, dan
mengajar mata pelajaran yang kurang sesuai dengan latar belakang
pendidikannnya (missmatch). Persentaseguru tidak layak mengajar mencapai
84.70% di sekolah dasar dan 39.66% di sekolah menengah (PSP 2006). Guru
berkualifikasi di bawah standar minimal S1/D4 berjumlah 63.1% (Suparwoto et al.
2011) bahkan 26%diantaranya adalah lulusan SMA atau dibawahnya (Bank Dunia
2011). Sebanyak 15% guru missmatch bahkan 17.2% guru mengajar mata
pelajaran yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya.
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Nomor 20 tahun
2003 dan Undang-undang Guru dan Dosen (UUGD) Nomor 14 tahun 2005,
bertujuan mereformasi sistem pendidikan di Indonesia khususnya dari manajemen
guru. Secara spesifik, UUGD bertujuan untuk mewujudkan guru profesional
dengan cara meningkatkan kompetensi guru melalui peningkatan kualifikasi
pendidikan dan sertifikasi. UUGD Pasal 10 dan Peraturan Pemerintah Nomor 19
tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) Pasal 28 menyatakan guru
wajib memiliki kualifikasi pendidikan minimal S1/D4 dan menguasai kompetensi
pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional. Implementasi UUGD adalah
program peningkatan kualifikasi pendidikan dan sertifikasi.
Program peningkatan kualifikasi pendidikan guru di Lembaga Pendidik dan
Tenaga Kependidikan (LPTK) dan Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) berbasis ICT di
Universitas Terbuka tidak efektif meningkatkan kompetensi guru. Program PJJ
tidak banyak memberikan pengaruh terhadap peningkatan kompetensi guru
(Hardianto 2009). Pada umumnya guru melanjutkan pendidikan ke program yang
tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan sebelumnya atautidak sesuaidengan
mata pelajaran yang diampu (Dekawati 2011). Akibatnya, pada ujian mata
pelajaranpersentase jawaban benar pada guru tanpa gelar sarjana 31% sedangkan
guru sarjana 35%. Tidak ada perbedaan kompetensi antara guru bergelar sarjana
dan tanpa gelar sarjana (Ree et al. 2012).

2
Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2007 tentang Setifikasi bagi Guru
dalamJabatan menjadi landasan yuridis pelaksanaan sertifikasi guru.Pemerintah
Indonesia dan Bank Dunia melakukan evaluasi awal dampak program sertifikasi
terhadap peningkatan kompetensi guru. Hasilnya, sertifikasi melalui
portofoliotidak mampu memilah guru berkompetensi tinggi dan rendah (Bank
Dunia 2011). Sertifikasi melalui pendidikan dan latihan profesi guru (PLPG)
mempunyai kemampuan lebih tinggi dibandingkan portofolio (Kemendiknas 2011,
Brotosedjati 2012). Namun, PLPGbelum dapat memperbaiki pengetahuan dan
keterampilan guru tentang materi pelajaran (Ree et al. 2012). Kinerja guru
bersertifikatpendidik belum optimal (Setiawan dan Ningsih, 2010) bahkan belum
terlihat perbedaan kompetensi (Sembiring 2010) atau tidak ada bedanya
kompetensi guru bersertifikat dan yang belum bersertifikat (Afidah et al. 2012).
Kompetensi guru merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan
perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan (UUGD).Berdasarkan UUGD, SNP,
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru, kompetensi guru
terdiri atas kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan
pembelajaran peserta didik. Kompetensi kepribadian guru adalah kemampuan
kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi
teladan bagi peserta didik. Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,
tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Kompetensi profesional guru adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran
yang diampunya secara luas dan mendalam.
Peningkatan kompetensi guru dapat dilakukan melalui pelatihan (Mondy
2008; Dessler 2010; Noe et al. 2010). Pelatihan merupakan aktivitas yang sengaja
dirancang untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan
dalam melaksanakan pekerjaan saat ini (Mondy 2008). Pelatihan mengacu kepada
metode yang digunakan untuk memberikan keterampilan yang dibutuhkan
karyawan baru atau yang ada saat ini dalam melakukan pekerjaannya (Dessler
2010). Noe et al. (2010) menyatakan pelatihan merupakan upaya mempermudah
pembelajaran tentang kompetensi yang meliputi pengetahuan, keterampilan, atau
perilaku yang sangat penting untuk keberhasilan kinerja. Berdasarkan UU
Sisdiknas pelatihan merupakan bentuk pendidikan nonformal berkelanjutan
dengan penekanan pada penguasaan keterampilan fungsional, standar kompetensi,
sikap kewirausahaan, dan kepribadian profesional. Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor16 Tahun 2009
menetapkan pelatihan sebagai salah satu bentuk peningkatan kompetensi guru.
Pemerintah telah mengucurkan 1.2 trilliun rupiah untuk meningkatkan
kapasitas P4TK (PusatPengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan) dan LPMP (Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan) sebagai pusat
pendidikan dan pelatihan guru. Hasilnya, kompetensi guru yang pernah mengikuti
pelatihan tidak berbeda nyata dengan guru yang belum pernah mengikuti
pelatihan (Jalmo dan Rustaman 2010). Kodir (2009) menemukanpendidikan dan
pelatihandi P4TK IPA belum berdampak secaranyata bagi peningkatan
kompetensi guru IPA. Belum tampak perubahan perilaku guru dalam mengajar
sebelum dan setelah mengikuti pelatihan di LPMP (Sofiraeny 2011).

3
Bukti empiris menunjukkan program pendidikan dan pelatihan yang telah
dilaksanakan oleh pemerintah belum berhasil untuk meningkatkan kompetensi
guru. Kegagalan berbagai program tersebut disebabkan oleh penyelenggaraan
program yang berorientasi proyek, berbasis anggaran, dan bersifat massal (Jalmo
dan Rustaman 2010). Program tidak memperhatikan kekurangan individu guru
(KSG 2008) dan bersifat generalisasipadahal permasalahan yang dihadapi guru
bersifat lokal dan kontekstual (Sofiraeny 2011). Darwangsa (2013) menyatakan
program pelatihan bersifat top down yang dirancang dari pusat sedangkan guru
mengikuti saja program tersebut. Artinya, penyelenggaraan program pendidikan
dan pelatihan tidakdidasarkan pada kebutuhan nyata guru.
Pelatihan yang tidak didasarkan pada kebutuhan nyata guru tidak akan
berdampak pada peningkatan kompetensi guru bahkan dapat menurunkan
motivasi belajar, pemborosan waktu, tenaga, dan dana (Darling-Hammond 2006).
Guru adalah pembelajar dewasa yang orientasi belajarnya berpusat pada
pemecahan masalah yang dihadapi dalam melakukan tugas atau masalah dalam
kehidupan keseharian (Monica et al. 2012). Oleh karena itu pelatihan guru harus
mampu memberikan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan guru pada
saat ini dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik profesional. Hariandja
(2007) menyatakan pelatihan penting dilaksanakan apabila terjadi perubahan
lingkungan kerja dan penyesuaian perubahan peraturan sehingga karyawan
mendapatkan tugas baru yang sebagian atau sama sekali baru atau asing baginya.
Pada tahun 2006, terjadi perubahan dari kurikulum berbasis kompetensi
(KBK) menjadi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Salah satu bentuk
inovasi KTSPadalah menggabungkan bidang kajian fisika, biologi, kimia, bumi,
dan antariksa ke dalam pembelajaran IPA terpadu (Puskur 2006; Wilujeng et al.
2010; Arlitasari et al. 2013). Secara yuridis, Permendiknas Nomor 22 tahun 2006
tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah (SI-PDM),
menjadi dasar pelaksanaan pembelajaran IPA terpadu di Indonesia. Perubahan
Kurikulum 2013, menguatkan pelaksanaan IPA terpadu melalui Permendiknas
Nomor 64tahun 2013 tentang SI-PDM dengan mengganti nama IPA terpadu
dengan mata pelajaran IPA. Hal ini berimplikasi kepada guru yang mengajar di
sekolah karena pada umumnya guru berlatar belakangpendidikan fisika dan
biologi (Puskur 2006; Saputro 2012). Guru fisika tidak memiliki kemampuan
yang optimal pada kajian bidang ilmu biologi dan kimia, begitu pula sebaliknya
(Wilujeng et al. 2010; Ayu et al. 2011). Guru belum mengusai materi IPA terpadu
bahkan mengalami kesalahan secara konsep (Wilujeng et al. 2010).
Bukti empiris menunjukkan hampir semua guru IPA SMPdi Indonesia
belum menerapkan pembelajaran IPA terpadu (Wilujeng et al. 2010; Ayu et al.
2011; Saputro 2012). Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan guru IPA SMP
Negeri Kota Pekanbaru belum melaksanakan pembelajaran IPA terpadu. Dinas
Pendidikan Kota Pekanbaru menganjurkan pelaksanaan pembelajaran IPA terpadu
sebagaimana yang telah ditetapkan dalam permendiknas. Mencermati alasan
teoritis, empiris, yuridis, dan berdasarkan hasil penelitian pendahuluan diduga
kuat guru IPA SMP Negeri Kota Pekanbaru memerlukan pelatihan untuk
meningkatkan kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
Sebelum penyelenggaraan pelatihan maka harus dimulai dengan memahami
kebutuhan nyata guru IPA SMP Negeri pada saat ini melalui analisis kebutuhan
pelatihan.

4
Analisis kebutuhan pelatihan dapat dilakukan dengan menggunakan metode
analisis kebutuhan pelatihan (AKP) atau Training Needs Analysis Tool (TNA-T)
yang dikembangkan oleh McCann dan Tashima (1994). TNA didefinisikan
sebagai suatu proses mengidentifikasi kesenjangan kompetensi dengan cara
membandingkan kompetensi saat ini dengan kompetensi yang diinginkan (Gupta
2007). Rosset (Chang et al. 2012) menyatakan TNA merupakan suatu proses
pengumpulan informasi tentang kompetensi ideal, kompetensi aktual, penilaian
kesenjangan kompetensi oleh pemangku kepentingan, mengidentifikasi penyebab
kesenjangan, dan menemukan solusi yang tepat untuk mengatasi kesenjangan
tersebut. Berdasarkan alasan teoritis, analisis kebutuhan pelatihan guru merupakan
suatu proses mengidentifikasi kebutuhan pelatihan guru dengan cara
membandingkan kompetensi yang dimiliki guru saat ini (kompetensi aktual)
dengan kompetensi yang seharusnya dimiliki guru (kompetensi ideal),
mengidentifikasi penyebab kesenjangan, dan menemukan solusi yang tepat untuk
mengatasi kesenjangan tersebut.
TNA mampu menghasilkan kebutuhan pelatihan yang obyektif, sistematis,
dan berkelanjutan apabila dilakukan lengkap melalui tiga tahapan analisis, yaitu:
analisis organisasi/institusi, analisis tugas/jabatan/operasi, dan analisis individu
(MDF 2005; Sherazi et al. 2011; Jan dan Muthuvelayutham 2012). Analisis
organisasi/institusi pada hakikatnya memfokuskan pada siapa yang memerlukan
pelatihan dan siapa kelompok sasaran di dalam organisasi/institusi yang
memerlukan pelatihan. Analisis tugas/jabatan/operasi memfokuskan pada
deskripsi tugas atau profil kompetensi yang dipersyaratkan. Analisis individu
memfokuskan pada kesenjangan kompetensi, kebutuhan pelatihan, dan menggali
masalah atau memberikan rekomendasi untuk menyelesaikan masalah.
Analisis organisasi dilakukan di Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru untuk
menetapkan kelompok guru yang menjadi sasaran pelatihan.Analisis tugas/jabatan
diadopsi dan dimodifikasi dari Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang
Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru (SKA-KG). Berdasarkan
analisis organisasi/institusi maka analisis individu dilakukan terhadap guru IPA
SMP Negeri Kota Pekanbaru.
Analisis individu dimulai dengan analisis kesenjangan kompetensi guru
(KKG). KKG diperoleh dengan cara membandingkan kompetensi aktual guru
(KAG) dan kompetensi ideal guru (KIG). Kebutuhan pelatihan dapat
diidentifikasi dari nilai KKG. Apabila nilai KKG > 1, maka terdapat kebutuhan
pelatihan. Setelah kebutuhan pelatihan teridentifikasi maka tahap selanjutnya
adalah penetapan kebutuhan pelatihan.
Penetapan kebutuhan pelatihan merupakan suatu proses pengambilan
keputusan apakah kesenjangan kompetensi akan dihilangkan dengan pelatihan
atau melalui usaha selain pelatihan. McCann dan Tashima (1994) menegaskan
kesenjangan kompetensi yang disebabkan oleh faktor perilaku yaitu rendahnya
pengetahuan, keterampilan, dan sikap dapat diatasi dengan pelatihan. Akan tetapi,
jika kesenjangan kompetensi disebabkan oleh faktor lain maka tidak dapat diatasi
dengan pelatihan tetapi melalui usaha selain pelatihan. MDF (2005) menyatakan
kesenjangan kompetensi yang disebabkan oleh selain faktor perilakudapat diatasi
dengan cara melakukan desain ulang kebijakan (re-designing policies), tugas (redesigning tasks), dan proses (re-designing processes).

5
Prioritas pelatihan ditetapkanberdasarkan KKG (McChan dan Tashima
1994) jumlah dan persentase responden yang membutuhkan pelatihan pada
kompetensi tertentu (Malik 1985; Halim et al. 2008; Monica et al. 2012; Jan dan
Muthuvelayutham 2012). Agar pelaksanaan pelatihan sesuai dengan tujuan yang
hendak dicapai, perlu ditentukan metode pelatihan dengan mempertimbangkan
materi, tujuan, peserta pelatihan, dan fasilitas (Sedarmayanti 2009).
Kemendiknastelah menentukan metode pelatihan khusus untuk guru yaituInhouse
training (IHT), magang, kemitraan sekolah, belajar jarak jauh, pelatihan
berjenjang, pelatihan khusus, kursus singkat, dan pembinaan internal oleh sekolah
(BPSDMPK dan PMP 2012). Mencermati latar belakang dan alasan teoritis,alur
proses penelitian disajikan pada Gambar 1.1.

Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru

Analisis Kebutuhan Pelatihan (TNA)

1.
2.
3.
4.

Kompetensi Ideal Guru
(KIG)
Kompetensi Pedagogik Ideal
Kompetensi Kepribadian Ideal
Kompetensi Sosial Ideal
Kompetensi Profesional Ideal

Kompetensi Aktual Guru
(KAG)
1.
2.
3.
4.

Kompetensi Pedagogik Aktual
Kompetensi Kepribadian Aktual
Kompetensi Sosial Aktual
Kompetensi Profesional Aktual

Kesenjangan Kompetensi Guru
(KKG)
Desain Ulang :
Kebijakan,
Tugas, Proses

Penetapan Kebutuhan Pelatihan

Prioritas Pelatihan

Rekomendasi Metode Pelatihan Efektif
Gambar 1.1Alur proses penelitian analisis kebutuhan pelatihan peningkatan
kompetensi guru IPA SMP Negeri di Kota Pekanbaru

6
PerumusanMasalah
Berdasarkan latar belakang maka permasalahan dalam penelitian ini adalah
bagaimana kebutuhanpelatihan peningkatan kompetensi guru IPA SMP Negeri di
Kota Pekanbaru yang terdiri atas kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan
profesional.
Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan perumusan masalah maka tujuan umum penelitian
adalah melakukakan analisis kebutuhan pelatihan peningkatan kompetensi guru
IPA SMP Negeri di Kota Pekanbaru yang terdiri atas kompetensi pedagogik,
kepribadian, sosial, dan profesional.Tujuan umum penelitian dijabarkan dalam
beberapa tujuan khusus penelitian berikut:
1. Memetakan tingkat kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan
profesional aktualguru IPA SMP Negeri di Kota Pekanbaru
2. Menganalisis bagian-bagian kompetensi guru yangbutuh ditingkatkan
melalui pelatihan
3. Menganalisis prioritas kebutuhan pelatihan peningkatan kompetensi guru
IPA SMP Negeri di Kota Pekanbaru
4. Memberikan rekomendasimetode pelatihan efektif untuk meningkatkan
kompetensi guru IPA SMP Negeri di Kota Pekanbaru

Manfaat Penelitian
Memberikan informasi kebutuhan pelatihan peningkatan kompetensi guru
IPA SMP Negeri di Kota Pekanbaru.Secara teoritis, informasi tersebut bermanfaat
sebagai bahan pertimbangan, perbandingan, dan bahan referensi bagi peneliti lain
untuk mengkaji kebutuhan pelatihan guru. Secara praktis, informasi dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru, LPMP
Propinsi Riau, kepala sekolah, dan pihak terkait dalam penyelenggaraan pelatihan
bagi guru IPA SMP Negeri di Kota Pekanbaru.

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian dibatasi pada analisis kebutuhan pelatihan guru IPA SMP Negeri
di Kota Pekanbaru menggunakan metode Training Needs Analysis (TNA). TNA
dilakukan secara lengkap terhadap 4 kompetensi guru yang terdiri atas kompetensi
pedagogik, sosial, kepribadian, dan profesional. Prioritas pelatihan ditetapkan
berdasarkan kesenjangan kompetensi guru (KKG), jumlah guru (JG) dan
persentase guru(PG) yang membutuhkan pelatihan. Rekomendasi metode
pelatihan ditetapkan berdasarkan pendapat pakar dalam FGD dan metode
pelatihan guru yang telah ditetapkan oleh Kemendiknas (BPSDMPK dan PMP
2012). Rekomendasi metode selain pelatihan (kebijakan, tugas, dan proses)
ditetapkan berdasarkan pendapat pakar, pemegang kebijakan (Dinas Pendidikan
Kota Pekanbaru, dan buku panduan pengembangan pembelajaran IPA terpadu
oleh Balitbang Depdiknas (Puskur 2006).

7

2 PEDAGOGICAL COMPETENCE-BASED TRAINING
NEEDS ANALYSIS FOR THE NATURAL SCIENCE
TEACHER*
Abstract
Pedagogy competence is a basic soft skill for a teacher in teaching that
determine the successful process and learning outcomes of the pupils. Analysis
ofneeds for training to improve pedagogy competence of natural science teachers
ofSMP Negeri Pekanbaru never been carried out in the past.This study offers an
effective approach in determining the needs of training of the teachers using the
Training Needs Analysis (TNA). The objectives of the study are to obtain
evidence an actual pedagogic competence of the natural sciences teachers, to
obtain needs and training priorities, and proposing recommendations on the
effective training method. Surveys, interviews, and focus group discussion among
the teachers were conducted to set primary data which analyzed descriptively.
Survey was carried on 165 teachers of SMP Negeri Pekanbaru using selfevaluation questionnaire. Results show that actual pedagogic competence of
theteachers are belowthe ideal competence. There are five prioritiesof training
program for the teachers, namely : the training of ICT,classroomaction research,
the theory and principles of learning on integrated natural science, curriculum
development, and understanding onpupils’ characteristics. It is suggested that In
House Training, spesific training, and short courses can beapplied as effective
training methods to improve pedagogic competence of the teachers.
Keywords: pedagogy competence, training needs analysis

Introduction
People believethatteachershavein-depthknowledgeandskillsina particularfield
ofscience. However, the knowledgeandskillsarenotenoughtomake them able
toteach well(Turnuklu andYesildere2007). They also need to have teaching
skillorpedagogical competence(Hotaman 2010). Indonesian Government
RegulationNo. 74, 2008on Teachers defines thatteachers'pedagogical
competenceisthe ability of teachersinlearningmanagement of the learners.
Pedagogical competenceis a specificcompetencethatdistinguishesteachersfrom
other professions(Jahiriansyah etal. 2013; Retnowati2013)whichdemonstrates the
abilityof teacherstoorganizelearning material so it can beeasily understoodby the
learners(Rosnita2011).
Recent researchesshowedthatpedagogical competencedirectlyandsignificantly
affectedthe success ofteachersin teaching(Hotaman2010)andteachers'commitment
andjob
satisfaction(Sumantri2012).
Analysis
of
correlation
andregressionshowedthatpedagogical
competencedirectlycontributedto
teachers’creativity by68.9% (Retnowati2013)andperformanceby57.4% (Amin
etal.2013). Therefore, an increase inpedagogical competencewill be followedby
an increase incommitment, job satisfaction, creativity, andperformance
ofteachersthat influencethe success ofteachersin teaching.
*Telah terbit di Journal of Education and Learning. Vol.8 (2) pp. 144-151.


8
From results of their study, Awangetal. (2013) concludedthatteachersmusthave
pedagogical knowledgeandskillstodevelope acorrect behaviorfor students. Recent
researchprovedthatpedagogical
competencedirectlyandsignificantly
affected
68.3%
oflearners behavior interms ofmotivation to learn(Widoyoko
andRinawati2012). Pedagogical competencealsoaffected students’ learning
outcomes by 39.1% (Pujiastuti etal.2012), or42.8% (Yulianti 2012), or66.7%
(Widiarsa
etal.2013).
Thus,
an
increase
inteachers'pedagogical
competencewillincreasestudents’s learning motivationandlearning outcomes.
Empirical
evidencesuggestedthat
pedagogical
competence
of
Indonesianteachershad notreachedthe required minimumstandard. BSNP(2009)
reported that out of33provincesinIndonesia, there were 42% of teacherswhohad
mastered10pedagogical competences. The initialcompetency test(UKA) in
2012showed that the average score ofthe national level ofteachers’s
competencewas low, e.g. 42.25(BPSDMPK andPMP2012). There were
8provinces had reached the score of 42.25while the rest 25provinces hadeven
smaller scores. On theother hand,theoretical, juridical, andempirical foundations
demonstratethatof teachersare the teachers’ basic skillthat determinesthe success
rateof students. Therefore, improvement ofpedagogical competenceof teachers is
urgently neededtobe implementedinall parts of Indonesia, including in
Pekanbaru,RiauProvince, where teachers’competence levelsare belowthenational
average.
Improvement ofteachers'pedagogical competencecan be donethrough training.
Indonesian Regulation of theMinister for Administrative andBureaucratic
ReformsNo. 16, 2009 definestrainingasa form ofimproving the competenceof
teachers.
Trainingof
teachersaccording
toO'Sullivan(Musfah2011)should
betailored
to
the
needsof
teacherstoimprove
their
competenceasprofessionaleducators. Education Office of Pekanbaru City has done
alotofteacher trainings, but they are not preceeded by phase of
teachers’needsanalysis. A training which isnot basedon the needsof teachershas no
significant
impacton
improvingteacher
competence,
it
mayevendecreasemotivation to learn, a waste of time, energy, andfunds(DarlingHammond2006).
Analysis of teacher training needs must be conducted before the training. This
study offered an effective approach in determining the training needs of teachers
by using Training Needs Analysis (TNA). The goalswere to map actual level of
pedagogical competence of teachers, define training needs and priorities, and
provided recommendations for effective training method. TNA method is able to
produce objective, systematic, and sustainable training needs if it is done
thoroughly through analysis of organization/institution, task analysis, and analysis
of individual (MDF2005; Sherazi et al.2011; Jan and Muthuvelayutham2012).
Institutional analysis focuses on target group who requires training in an
institution. Task analysis focuses on competency profiles that supposed to be
mastered. Whereas individual analysis focuses on competency gaps and
contributing factors, training needs, and provides recommendations to resolve the
problem of competency gap.
Result ofinstitutionsanalysis in preliminary studyconducted inEducation Office
of Pekanbaru City has set natural science teachers of SMP Negeri Pekanbaru(the
state junior high school)astrainingtargets. Task analysiswere performedthrough

9
studying regulations, literature, and consulting experts’ opinions. TheDecreeof the
Minister
of
National
EducationNo.16,
2007
on
theStandardsof
AcademicQualificationsandCompetenciesof
Teachers
(SAQ-CT)
was
adoptedandmodifiedas adescription of pedagogical competence thatmust be
ownedby thenatural science teachers of SMP Negeri Pekanbaru.
Referring toSAQ-CT, thepedagogical competencethatmust be ownedby natural
science teachers consistsof10competencies, namely: (1) masteringthe
characteristics oflearners, (2) masteringlearningtheoryand learning principlesof
integratednatural science, (3) developingcurriculum of integrated of natural
science
learning,
(4)
conductingeducationallearning,
(5)
utilizinginformationandcommunicationtechnology(ICT)
learning
of
integratednatural science, (6) facilitatingthe development ofstudents' potentials,
(7) communicating in an effective, empathetic, andpolite manner with students,
(8) conducting assessmentandevaluation of learning processesandoutcomes, (9)
utilizing the assessmentandevaluation results for the sakeof the learning, and(10)
taking reflective actionstoimprove the quality oflearning (CAR).

Methods
This study was adescriptive researchwithquantitativeandqualitativeapproaches.
Survey, interviewandfocus group discussion(FGD) methods were usedforprimary
data collection. A total of165natural science teachers of SMP Negeri Pekanbaru
expressed their willingness to become respondents.The firstphase ofthe study was
startedwith assessments of idealpedagogic competence(IPC) and actual pedagogic
competence(APC) by using questionnaireswhichhad been testedpreviously for
their validity and reliability. Assessment of IPCwas conducted
usingIPCquestionnaireby the director of junior highschoolwith natural science
background, instructor, and natural science core teachers of SMP/MTs of
Pekanbaru. Assessment of APCwas conducted by using APCquestionnaireby
natural
science
teachers
withself-evaluationtechnique.The
IPCandAPCassessments used a scalewith arange of1-9 which was
adoptedandmodifiedfromMcCannandTashima(1994).
The gap analysis of pedagogical competence(PCG) was done bycomparingthe
scores ofIPCandAPC. If the score ofthe PCG(IPC -APC) more than1, thenthere is
acompetencygap. Determination oftraining needswas done byrecording up
informationsaboutthe cause ofcompetencygapsthroughinterviews. The training
priority order (TPO) was based onthe score ofthe PCGandthe perception
ofpotential traineesabouttheir training needs in certain competencies(Halim
etal.,2008).
A Focus Group Discussion (FGD) with 20 participants was conducted to
collect deeper information to support quantitative data. The participants (groups of
experts and natural science teachers of SMP Negeri Pekanbaru) were selected
purposively. The expert group was consisted of representatives from Education
Quality Assurance Agency (LPMP) of Riau Province, Head of Section of Training
and Development of SMP/MTs of Education Office of Pekanbaru City, and
Supervisor of natural science of SMP/MTs. Furthermore, a credibility test of the

10
FGD result was conducted through triangulation technique and reference materials
(Sugiyono2010).
Results and Discussion
Various research reports indicate that Indonesian teachers' pedagogical
competence is still low. There are 42% of Indonesian teachers who mastered the
pedagogical competence (BSNP 2009). Especially for natural science teachers of
junior high school, Sudirman and Purnamasari (2009) stated that only 26% of
natural science teachers of SMP Negeri Jakarta got good scores for pedagogical
competence. From South Kalimantan, Pujiastuti et al. (2012) reported that
pedagogical competence of natural science teachers of SMP/MTs in Banjarbaru
City was categorized as low. Similar result was obtained in this study (Table 2.1),
which indicated that pedagogical competence mastered by natural science teachers
of SMP Negeri Pekanbaru (APC) was below the required pedagogic competence
(IPC) standard. Even so, the APC score was below the national standard of
competency set by the National Education Standard Agency (BSNP) of the
Ministry of National Education with minimum competency score of 7.0. That is,
the level of actual pedagogic competence of natural science teachers of SMP
Negeri Pekanbaru is below the ideal standard of pedagogic competence.
Tabel 2.1Gap Analysis of Pedagogical Competence
No
Pedagogical Competence
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Mastering thecharacteristics of learners
Masteringlearningtheoryand learning principlesof
integratednatural science
Developingcurriculum of integrated of natural science
learning
Conductingeducationallearning
Utilizinginformationandcommunicationtechnology(ICT)
Facilitatingthe development ofstudents' potentials
Communicating in an effective, empathetic, andpolite
manner with students
Conducting assessmentandevaluation of learning
processesandoutcomes
Utilizing the assessmentandevaluation results for the
sakeof the learning
Taking reflective actionstoimprove the quality
oflearning

PC

PC

PCG

8.3
8.0

4.8
4.4

3.5
3.6

8.1

4.5

3.6

8.5
7.7
8.3
8.3

5.4
3.7
5.0
5.2

3.1
4.0
3.3
3.1

8.2

5.3

2.9

8.3

5.5

2.8

7.6

4.0

3.6

Results of competencygapanalysisin Table 2.1indicatesthat thePCG scores of
all competencies were higher than1which meant there is gapbetween actual
competence ofnatural science teachers and the required pedagogical competence.
The largest gap(4.0) was on thecompetency ofutilizingof information and
communicationtechnology(ICT) inintegratednatural science learning. Meanwhile,
the smallestgap(2.8) was on the competency of utilizing assessmentandevaluation
of learning processesandoutcomes. Thegapsareparts of the competencethatneed to
be overcomeby training. It can be concludedthat thenatural science teachers of

11
SMP Negeri Pekanbaruneed competencyimprovement training in all of
10pedagogical competence.
However, notallgapscan be overcomebypedagogytraining. Training can only
overcomegaps which arecaused bybehavioralfactors, namely lack of knowledge,
skill, andattitude.If thegapis causedby other factors, it can notbe overcome
bytrainingbutthroughother
effortsin
accordancewiththe
causes(McCann
andTashima1994).
Factors
causingthe
competencygapwas
obtainedthroughinterviewswithsupervisors and instructors of natural science, and
school directors.
Analysis ofthe interviewsshowedthat thecompetencegapwas caused
bybehavioral factors. The study findings suggestedthat the gap of 4pedagogical
competenciesof teachersdue tolack of knowledgeaboutthese competencies. The
fourcompetencieswere mastering theoryand principlesof integratednatural science
learning, abilitytodevelopan integratednatural sciencecurriculum, ability to
useinformation and communications technology(ICT), and theability toperform
reflective
throughclassroomaction
research(CAR).
Sixotherpedagogical
competenceswerecaused by teachers’ skill to apply it. In general, the teachers
already haveenough knowledgethesecompetencebut they are lacking of skill
inapplying them. So, it isestablished thatthe gapof 10pedagogicalcompetenciescan
be overcomebytraining.
Training cannot all of a sudden beheld for the10pedagogical competencies. It is
necessary toseta priority order oftraining(TPO) based onthe scores ofthe
competencegap. Results ofanalysis of the PCG showedthatthere were
3pedagogical competenceswiththe samePCG score, e.g.3.6(Table 2.1), so that it
requireda moresensitivemethodin thedetermination ofthe TPO.
The order ofprioritycan beset based onperception ofprospectivetrainees which
is
measured
by
numberandpercentageof
respondentswho
needtrainingincertaincompetencies. Specifically, Halimetal. (2008) setthe
TPOforsecondarynatural science teachersinMalaysiawhen the percentageof
teacherswho needtrainingreaches 40% ormore. In this study,the TPOwas
determined based onthe score ofthe PCG, the number of teachers(NT) andthe
percentageof teachers(PT) needcertainpedagogical competence training. The
combinationofthese three methodswas proved to be moresensitivetodetermine
theTPOin accordance with therealneeds ofnatural science teachers and it
coulddeterminethe number of individualswho become the training
targetforeachpedagogical competence gap.
Referring
toHalimetal.
(2008),
this
study
showed5pedagogical
competenceswith percentage of teacherswho needtrainingmorethan40% (Table
2.2). The priority of training needswas translated intotraining programsin the
following order: (1) training ofICTinintegratednatural science learning,(2) training
of CAR, (3) training of theoryand principlesof integratednatural science learning,
(4) training of developmentof curriculum of integratednatural science, and(5)
training of mastering the characteristics of pupils.
Information
obtainedfrom
interviewsexplainedthatthe high
demand
fortrainingICT(78%) was due to theteachers'lack of knowledgeabouthow
tousecomputers, laptops, LCDs, andElectronic versionin the learning process.
Teachersalso did not knowhow todesigninstructional media by using the latest
ICT-based applications.The high demand forCARtraining(75%) due tothe facts

12
that the teachersdid not knowhow todo research, notfamiliarwith research
procedures, andlack of financial supporttomotivateteachersto do research.The
third priority of training needs(66%) due to theteachers'lack of knowledgeabout
thetheories, principles, approaches, strategies, methods, andtechniquesof learning.
This findingwas uniquebecause86% of respondents were graduates from Faculty
of Teachers Training and Education (LPTK),that assumed they competent in
applying the theories and principles of learning.
Table 2.2Analysis of Priority Training Needs
No
Pedagocical Competence
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Mastering thecharacteristics of pupils
Masteringlearningtheoryand
learning
principlesof integratednatural science
Developingcurriculum of integrated of natural
science learning
Conductingeducationallearning
Utilizinginformationandcommunicationtechnolo
gy(ICT)in the learning of integratednatural
science
Facilitatingthe
development
ofstudents'
potentials
Communicating in an effective, empathetic,
andpolite manner with students
Conducting assessmentandevaluation of learning
processesandoutcomes
Utilizing the assessmentandevaluation results for
the sakeof the learning
Taking reflective actionstoimprove the quality
oflearning

CG

NT

T
(%)

PO

3.5
3.6

83
109

50
66

5
3

3.6

101

61

4

3.1
4.0

63
128

38
78

8
1

3.3

64

39

6

3.1

64

39

7

2.9

61

37

9

2.8

53

32

10

3.6

124

75

2

The need for training of development of integrated natural science curriculum
(61%) due to changes of curriculum from competence-based curriculum (KBK
2004) to school-based curriculum (KTSP) and then to curriculum 2013. KTSP
2006 contains learning innovation that combines fields of studies of physics,
biology, chemistry (Puskur 2006), earth and space into integrated natural science
(Wilujeng et al. 2010; Arlitasari et al. 2013). Curriculum 2013 through Regulation
of Ministry of National Education No. 64, 2013 on SI-PDM reaffirms
implementation of learning of integrated natural science in junior high school with
the change of name to natural science.
It is strongly believed that the natural science teachers of junior high
schoolwasnot equipped with training of development of integrated natural science
curriculum. The assumption was analogical with results of a study (Wilujeng et al.
2010) which stated that almost all natural science teachers of junior high school in
Indonesia hadnot yet to implement an integrated natural science learning because
they are afraid not deliver the content of the curriculum materials. This happened
because the teachers did not have ability to develop the KTSP curriculum in

13
relation to the subject they administered because they still oriented to the
curriculum of KBK 2004 (Munandar et al. 2013).
Unlike
the
four
previousorder
ofpriorities,
the
5th
training
prioritywasmasteringcharacteristics
of
learners(50%)
which
due
to
teacherslacking ofskill. Suchas skills of explainingthe development of
learnerswith regard tothe physical,intellectual, social-emotional, moral, spiritual,
culturalandsocial background, identifying initial ability andcategorizingpotentials
of learners, andidentifying learners’ learning difficulties.
The result of FGD showed that teacher’s group agreed that the study was
highly in accordance with the real needs of natural science teachers of SMP
Negeri Pekanbaru. It revealed that the difficulties faced by teachers in applying
the competence of mastering pupils’ characteristics was caused by a new
government policy that determinesa minimum of 24 hours per week teaching for
teachers. Natural science subjects were taught for 4 hours per class, so teachers
should teach a minimum of 6 classes consisted 35-40 pupils per class. This meant
that a natural science teacher should teach 210-240 pupils, so it was difficult for a
teacher to learn the characters of each pupils. Natural science teachers of SMP
Negeri Pekanbaru need training to obtain new skills on mastering pupils’
characteristics where the number of pupils is large.
In general, the expert group recommended In House Training (IHT), specific
training, apprenticeship, and short courses as training methods. It is recommended
that the trainings are organized by subject teacher council of natural science
teachers (MGMP IPA)of SMP/MTs, Education Office of Pekanbaru City,
Education Quality AssuranceAgency (LPMP) of Riau Province, Science
Empowerment and Development Education Centre (SEDEC/P4TK IPA)Bandung,
LPTKUniversity of Riau, and private institutions/companies
The recommendation expert group were qualitative data which validity was
tested using triangulation technique through interview, questionnaire, and policy
documentation study. Interview was conducted with Head of Division of High
School Development, Education Office of Pekanbaru City, while questi