IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BAGI PENINGKATAN KOMPETENSI GURU IPA :Studi Kasus di PPPPTK IPA Bandung.

(1)

DAFTAR ISI

Hal ABSTRAK ………

ABSTRACT ……….

i ii

KATA PENGANTAR ………. iii

DAFTAR ISI ……… v

DAFTAR TABEL ………. ix

DAFTAR GAMBAR. ……… x

BAB I PENDAHULUAN……… 1

A.Latar Belakang Masalah ………. 1

B.Identifikasi Masalah ……… 8

C.Rumusan Masalah ………... 9

D.Kerangka Berpikir ………... 9

E.Definisi Operasional ………... 11

F.Tujuan Penelitian ……… 13

G.Manfaat Penelitian ………. 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……… 16

A.Hakikat Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)………. 16

1.Pengertian Diklat………... ……….. 16

2.Konsep Dasar Diklat ………..…………..………... 17 3.Jenis-jenis Diklat ………..………... 4.Model pelatihan Partisipatif ………

23 25


(2)

5.Prosedur Operasional Diklat Tenaga Kependidikan di PPPPTK … 28

B.Implementasi Kurikulum ……… 31

1.Konsep Implementasi Kurikulum ……… 2.Pendekatan dan Model Implementasi Kurikulum ……….. 31 34 3.Proses Implementasi Kurikulum ……….. 38

a. Perencanaan Pembelajaran ………. 39

(1) Definisi dan Komponen Perencanaan Pembelajaran…….. 39

(2) Rancangan Pembelajaran Berorientasi Pencapaian Kompetensi ... 41

(3)Pengembangan Tujuan Pembelajaran ... 44

(4)Pengembangan Pengalaman Belajar ... 47

(5)Strategi dan Metode Pembelajaran ... 48

(6)Pengembangan Materi dan Bahan ajar ... 52

(7)Pengembangan Media Pembelajaran ... 57

b. Proses Pembelajaran... 60

c. Evaluasi Pembelajaran... ... 68

4.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kurikulum ... 74 C.Kompetensi Guru IPA ………...

1. Kompetensi Pedagogi ... 2. Kompetensi Kepribadian ... 3. Kompetensi Sosial ... 4. Kompetensi Profesional ...

77 78 79 79 79


(3)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……… 83

A.Metode Penelitian ………... 83

B.Sumber Data ………... 86

C.Teknik Pengumpulan Data ………. 87

D.Pelaksanaan Penelitian ……… 89

1. Tahap Orientasi ………. 89

2. Tahap Eksplorasi ………... 89

3. Tahap Member Check ………... 89

E.Teknik Analisis Data ……….. 89

1. Reduksi Data ………. 91

2. Penyajian Data ……….. 91

3. Penarikan Kesimpulan ……….. 91

F.Validitas Data ………. 92

G.Sistematika Penulisan ………. 92

H.Agenda Kegiatan Penelitian ………. 93

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……….. 95

A. Hasil Penelitian ……….. 95

1.Deskripsi Umum PPPPTK IPA ……… 95

a. Sejarah Berdirinya PPPPPTK IPA ……….. 95

b. Visi, Misi, dan Tujuan PPPPTK IPA ... 97

c. Kedudukan, Struktur Organisasi, Tugas Pokok PPPPTK IPA 99 d. Prosedur, Pola dan Program Diklat Guru IPA ... 100


(4)

2.Implementasi Kurikulum Diklat ... ... 100

a. Perencanaan Pembelajaran ... 107

b. Proses Pembelajaran ... 113

c. Evaluasi Pembelajaran ... d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kurikulum Diklat ... 141 148 B. Pembahasan ... 151

1. Perencanaan Pembelajaran ... 151

2. Proses Pembelajaran ... 3. Evaluasi Pembelajaran ... 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kurikulum Diklat ... 172 180 184 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 189

A. Kesimpulan ... 189

B. Rekomendasi ... 192

DAFTAR PUSTAKA ... 197

LAMPIRAN: A. PANDUAN WAWANCARA DAN OBSERVASI ... 202

B. FOTO KEGIATAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN ………... C. PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN ... D. SURAT IZIN PENELITIAN ... 208 211 217 RIWAYAT HIDUP ... 219


(5)

DAFTAR TABEL Tabel

2.1 Perbedaan Asumsi Pedagogis dan Andragogis ... 64

2.2 Perbedaan Andragogi dan Pedagogi dari Segi Komponen Proses Pembelajaran ... 65

3.1 Jadwal Kegiatan... 94

4.1 Program Pendidikan dan Pelatihan Tahun 2009 ... 104

4.2 Indeks Prestasi ... 143

4.3 Nilai Pretest dan Postest Peserta Diklat... 145

4.4 Nilai Akhir Peserta Diklat ………... 146


(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. 2.1

Kerangka Berpikir Peneitian ……… Siklus Belajar dari Pengalaman ………

10 26

2.2. Tahapan Pembelajaran ………. 62

2.3. Proses Kinerja Pembelajaran dan Pencapaian Siswa... 82

4.1 Bagan Organisasi PPPPTK IPA... 99

4.2. Komponen-komponen Kurikulum ... 160


(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Era globalisasi telah berdampak pada hampir seluruh lapisan kehidupan, termasuk di antaranya pada dunia pendidikan. Pendidikan memang memiliki peranan yang sangat strategis dalam kehidupan. Oleh karena itu, pendidikan dapat menjadi salah satu tolak ukur untuk kemajuan atau keterbelakangan peradaban suatu bangsa.

Pendidikan yang bermutu merupakan esensi dari komitmen negara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 Bab II Pasal 4 tentang Tujuan Pendidikan Nasional, yaitu:

Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Selain itu, pendidikan merupakan hak warga negara yang harus dipenuhi oleh pemerintah selaku unsur penyelenggara negara sebagaimana diamanatkan dalam alinea keempat pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Untuk mewujudkan komitmen tersebut diberlakukan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang sebelumnya telah digariskan dalam UUD 1945 Pasal 31 ayat 4 bahwa “Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran


(8)

pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional”.

Sebagai suatu proses yang bersifat sistemik, pendidikan yang bermutu memerlukan masukan instrumental yang juga bermutu. Salah satu masukan instrumental yang hidup dan berperan sentral dalam pembelajaran adalah pendidik dan tenaga kependidikan. Menurut Pasal 1 butir 6 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, yang termasuk pendidik adalah guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lainnya yang secara fungsional bertanggung jawab atas terselenggaranya pendidikan yang bermutu pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan yang relevan dengan tugasnya. Sementara itu, kategori tenaga kependidikan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan antara lain kepala sekolah, tenaga administrasi, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, teknisi sumber belajar, psikolog, pekerja sosial, dan terapis yang berfungsi menunjang terselenggaranya pendidikan yang bermutu pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan yang relevan dengan tugasnya.

Departemen Pendidikan Nasional sebagai instansi yang mengemban amanat undang-undang dalam bidang pengembangan pendidikan terus melakukan perbaikan program-program demi tercapainya peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan masyarakat. Guru sebagai pendidik merupakan bagian dari program pengembangan pendidikan yang mendesak dan harus dengan serius dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Guru sebagai ujung tombak pendidikan sudah selayaknya mendapat perhatian serius dan seksama dari pemerintah dalam


(9)

hal peningkatan kompetensi yang dibutuhkannya karena di pundak para gurulah keberhasilan pendidikan ini ditentukan. Dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 14 tentang Guru dan Dosen sebagai upaya keseriusan pemerintah dalam menaungi dan memerhatikan profesi guru.

Fenomena di lapangan menunjukkan bahwa guru-guru memerlukan pembinaan dan peningkatan kompetensi sesuai dengan kualifikasi pendidikan dan tugas yang diembannya. Hasil penelitian Eneng Susilawati dkk (2008) terhadap lima SMAN di Kabupaten Bandung, Purwakarta, Subang, dan Sukabumi menunjukkan bahwa guru-guru IPA masih kesulitan dalam memahami konsep pengembangan KTSP terutama dalam pengembangan silabus, RPP, penentuan KKM, dan rancangan penilaian hasil belajar. Hal ini disebabkan karena minimnya kesempatan untuk mengikuti sosialisasi, kurangnya sarana prasarana pendukung, terbatasnya dana pelaksanaan pendidikan dan kurangnya kemauan untuk menerima perubahan paradigma dalam pengembangan kurikulum. Hal serupa ditemui dalam penelitian Poppy K. Devi dkk (2008) bahwa kemampuan guru-guru Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional dalam membuat RPP dengan model dan strategi pembelajaran yang tepat untuk pembelajaran IPA masih rendah dan perlu ditingkatkan. Dalam kesempatan kunjungan ke sekolah-sekolah di Yogyakarta, berdasarkan wawancara dengan para guru SD, tim PPPPTK IPA memperoleh gambaran bahwa guru-guru SD masih belum mampu menggunakan alat peraga KIT IPA SD, dalam proses pembelajaran masih terdapat miskonsepsi atau kesalahpahaman tentang materi IPA, serta perlunya peningkatan pengetahuan tentang model-model pembelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum.


(10)

Berdasarkan fenomena-fenomena di atas jelaslah bahwa memang guru IPA memerlukan pembinaan dan peningkatan kompetensi. Untuk memenuhi tuntutan kompetensi sebagaimana diharapkan, pemerintah melaksanakan pembinaan dan pengembangan kompetensi guru dalam bentuk pendidikan dan pelatihan (diklat). Hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang No. 14 tahun 2005 Pasal 14 menyatakan bahwa “guru memiliki hak untuk memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi pada bidangnya dalam peningkatan kompetensi”. Peningkatan kompetensi guru saat ini sangat mendesak untuk dilakukan, mengingat banyaknya perubahan dalam tatanan dan penyelenggaraan pendidikan. Salah satu perubahan yang harus dilakukan adalah dalam penyelenggaraan pembelajaran, seperti yang dituntut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 Pasal 19 yang menyatakan bahwa:

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik serta perkembangan psikologis peserta didik.

Pembinaan dan pengembangan guru antara lain pembinaan dan pengembangan profesi yang meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Salah satu cara yang dilakukan adalah melakukan pembinaan melalui diklat yang menjadi tugas pokok berbagai unit pelaksana teknis yang berada di bawah binaan Direktorat Pembinaan Pendidikan dan Pelatihan, Direktorat Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Departemen Pendidikan Nasional dengan tugas pokoknya adalah membina pendidik dan tenaga kependidikan di seluruh Indonesia melalui diklat.


(11)

Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA) sebagai unit pelaksana teknis di bawah Direktorat Pembinaan Pendidikan dan Pelatihan, Direktorat Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Departemen Pendidikan Nasional memiliki tugas pokok melaksanakan pengembangan dan pemberdayaan pendidik dan tenaga kependidikan IPA dengan tugas pokok dan fungsinya antara lain menyusun program pengembangan dan pemberdayaan pendidik dan tenaga kependidikan serta memfasilitasi dan melaksanakan peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan.

Keberhasilan diklat guru IPA yang dilaksanakan oleh PPPPTK IPA tidak terlepas dari peran widyaiswara sebagai instruktur yang akan memfasilitasi dan mengantarkan guru-guru IPA pada kompetensi sebagaimana yang diharapkan. Peran widyaiswara sangat penting dalam mengimplementasikan kurikulum diklat, bahkan widyaiswara merupakan ruh atau jiwanya PPPPTK IPA karena di pundak para widyaiswara keberhasilan implementasi kurikulum akan tercapai. Oleh karena itu, diperlukan widyaiswara yang benar-benar kompeten dalam mengembangkan dan mengimplementasikan kurikulum diklat.

Kepala Lembaga Administrasi Negara Anwar Suprijadi dalam Rapat Koordinasi Widyaiswara Regional Kalimantan Tahun 2005 mengungkapkan widyaiswara sebagai unsur utama pendidik memiliki peran dan fungsi yang sangat menentukan dalam menjamin kualitas diklat. Widyaiswara tidak hanya berfungsi mengajar, mendidik dan melatih dalam arti sempit, namun harus berfungsi sebagai


(12)

fasilitator, moderator, konsultan, dinamisator, inspirator, peneliti dan bahkan harus mampu sebagai pemimpin dan pengayom serta pelayan.

Implementasi kurikulum merupakan bagian yang sangat penting dalam keberhasilan suatu program diklat. Kenyataan menunjukkan bahwa diklat yang dilaksanakan selama ini belum menunjukkan hasil sebagaimana yang diharapkan. Rusman (2002) dalam tesisnya mengungkapkan bahwa implementasi kurikulum berbasis kompetensi pada pelatihan kompetensi dasar di PPPG Teknologi Bandung belum terlaksana dengan baik sehingga hasilnya pun belum maksimal. Program diklat yang disampaikan begitu padat, namun disampaikan dalam waktu yang singkat. Akibatnya, peserta diklat tidak dapat menguasai kompetensi secara maksimal. Perencanaan diklat kurang terprogram dengan baik terlihat dari sering berubahnya jadwal diklat sehingga membingungkan peserta diklat. Hasil penelitian lain yang dilakukan Sri Laksmi dkk (2008) terhadap alumni peserta diklat PPPPTK IPA dalam mata tatar Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM) bagi pembelajaran IPA di SD menunjukkan bahwa guru masih belum memahami bagaimana cara mengimplementasikan model pembelajaran berbasis PAIKEM pada pembelajaran IPA. Guru telah melaksanakan PAIKEM, namun belum inovatif. Siswa bersikap aktif dan senang dalam belajar IPA, namun sikap inovatif, efektif dan kreatif belum tampak. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa diklat yang dilaksanakan terhadap guru-guru IPA SD belum mampu meningkatkan kompetensi guru IPA. Sementara itu, Djulaeha Bidulang (2000) dalam tesisnya menyimpulkan bahwa secara umum produktivitas widyaiswara di Sulawesi Utara


(13)

masih rendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa pelatihan selama ini belum memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan kinerja dan produktivitas peserta diklat di Sulawesi Utara. Hal ini bertolak belakang dengan filosofi, misi, dan visi program pelatihan yang merupakan upaya dan strategi untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta diklat dalam melaksanakan tugasnya.

Berdasarkan hasil penelitian di atas, penulis merasa tertarik untuk meneliti implementasi kurikulum diklat yang dilaksanakan di PPPPTK IPA. Diklat yang dirancang dan dilaksanakan PPPPTK IPA merupakan program yang sangat vital dan strategis bagi peningkatan kualitas guru IPA khususnya dan peningkatan kualitas pendidikan nasional umumnya. Harapan pemerintah terhadap PPPPTK IPA tersebut tentu harus diwujudkan dengan mengimplementasikan kurikulum diklat secara efektif dan efisien sehingga program diklat benar-benar memberikan manfaat yang signifikan bagi peningkatan kualitas guru IPA dan kualitas pendidikan IPA umumnya. Memang ada banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi suatu kurikulum antara lain sumber daya manusia, sarana prasarana, lingkungan serta berbagai kebijakan. Widyaiswara sebagai implementator kurikulum tampaknya memiliki peran yang dominan dalam pelaksanaan diklat guru IPA. Kurikulum sebagaimana dikemukakan Oemar Hamalik (2001:65) sebagai “....program pendidikan yang disediakan oleh lembaga pendidikan (sekolah) bagi siswa….” seberapa pun baiknya jika diimplementasikan oleh orang yang tidak tepat tidak akan berarti apa-apa. Hal tersebut mengandung arti bahwa widyaiswara sebagai implementator kurikulum sekaligus sebagai


(14)

fasilitator para guru IPA peserta diklat memang memiliki peran yang sangat penting dalam implementasi kurikulum diklat.

B. Identifikasi Masalah

Dalam studi pendahuluan, peneliti menemukan data bahwa diklat yang dilaksanakan oleh PPPPTK IPA belum menunjukkan peningkatan kompetensi guru IPA sebagaimana diharapkan. Hal tersebut terlihat dari perolehan nilai pretest dan postest yang tidak menunjukkan perubahan yang signifikan, bahkan beberapa diklat menunjukkan perolehan nilai pretest lebih baik dari postest. Hal tersebut menunjukkan bahwa diklat yang dilaksanakan belum mencapai kompetensi sebagaimana diharapkan. Penelitian yang dilakukan tim peneliti PPPPTK IPA terhadap alumni peserta diklat pada materi diklat PAIKEM sebagaimana dijelaskan di depan menunjukkan bahwa alumni peserta diklat ternyata belum memahami materi pelatihan yang disampaikan. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa implementasi kurikulum diklat belum mampu mewujudkan peningkatan kompetensi guru IPA. Dengan demikian, apa sebenarnya yang terjadi dan bagaimana proses implementasi kurikulum diklat dilaksanakan oleh PPPPTK IPA menjadi bagian penting untuk diteliti.

Berdasarkan latar belakang masalah dan studi pendahuluan, penulis mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan implementasi kurikulum diklat guru IPA di PPPPTK IPA antara lain guru-guru IPA masih memiliki kelemahan dalam penguasaan konsep materi IPA, penggunaan alat peraga IPA serta model-model pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan sehingga guru-guru IPA memerlukan pembinaan dan peningkatan kompetensi terutama


(15)

kompetensi pedagogi dan kompetensi profesional. Pendidikan dan pelatihan telah banyak dilakukan namun hasilnya belum mampu meningkatkan kompetensi guru sebagaimana diharapkan. Implementasi kurikulum diklat sangat berperan penting dalam mewujudkan peningkatan kompetensi guru IPA karena melalui proses itulah keberhasilan peningkatan kompetensi guru IPA akan ditentukan.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, penulis mencoba merumuskan masalah yaitu “Bagaimanakah implementasi kurikulum pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh PPPPTK IPA bagi peningkatan kompetensi guru IPA?”

Adapun pertanyaan penelitian berdasarkan rumusan masalah di atas, yaitu: 1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran diklat guru IPA yang dilaksanakan

oleh PPPPTK IPA?

2. Bagaimanakah proses pembelajaran diklat guru IPA yang dilaksanakan oleh PPPPTK IPA?

3. Bagaimanakah evaluasi pembelajaran diklat guru IPA yang dilaksanakan oleh PPPPTK IPA?

4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi implementasi kurikulum diklat guru IPA yang dilaksanakan oleh PPPPTK IPA?

D. Kerangka Berpikir

Untuk memperjelas pokok masalah penelitian sebagaimana disampaikan di atas, peneliti menuangkannya dalam bentuk kerangka berpikir penelitian


(16)

sebagaimana terlihat pada gambar 1.1. Gambar tersebut menunjukkan hubungan yang bersifat korelasional dan merupakan alur kerangka berpikir peneliti dalam melakukan penelitian ini (paradigma penelitian).

Diklat guru IPA dilaksanakan untuk meningkatkan kompetensi guru IPA. Banyak komponen yang dapat mempengaruhi keberhasilan diklat antara lain kebijakan lembaga atau penyelenggara diklat, program diklat, sumber daya manusia, sarana dan prasarana, pelayanan yang bersifat nonakademik, implementasi kurikulum, dan evaluasi dampak diklat. Penelitian ini membahas masalah implementasi kurikulum diklat dengan fokus pembahasan pada bagaimana perencanaan, proses, dan evaluasi pembelajaran pada diklat guru IPA dilaksanakan bagi peningkatan kompetensi guru IPA serta faktor-faktor yang

Penyelenggaraan Diklat Guru IPA

Perencanaan dan PersiapanDiklat Penyelenggaraan Diklat Evaluasi Diklat Evaluasi Dampak Diklat Analisis Kebutuhan Diklat Penyusunan dan Pengembangan Kurikulum Diklat Pelayanan Akomodasi dan Konsumsi Implementasi Kurikulum Diklat Perencanaan Pembelajaran Proses Pembelajaran Evaluasi Pembelajaran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kurikulum Persiapan Penyelenggaraan Diklat (Akademis dan Nonakademis) Kebijakan Lembaga Penyelenggara Diklat Pengembangan Sumber Daya Manusia P en in g k at an K o m p et en si G u ru I P A


(17)

mempengaruhi implementasi kurikulum tersebut. Penelitian ini berhubungan dengan pelaku kurikulum itu sendiri yaitu tenaga edukatif atau widyaiswara dan peserta diklat atau guru IPA dengan faktor pendukung lainnya yang turut mempengaruhi implementasi kurikulum diklat. Masalah berawal dari adanya kesenjangan antara kompetensi yang diperoleh peserta diklat guru IPA dengan kompetensi yang diharapkan ketika implementasi kurikulum diklat dilaksanakan. Oleh karena itu, peneliti merasa perlu meneliti bagaimana implementasi kurikulum diklat guru IPA dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari penafsiran yang keliru atas penelitian ini, beberapa definisi operasional berkaitan dengan penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Implementasi adalah proses mempraktekkan/menerapkan suatu gagasan, program, atau kumpulan kegiatan yang baru bagi orang-orang yang berusaha atau diharapkan untuk berubah (Fullan dalam Oemar Hamalik, 2006:3). Implementasi kurikulum adalah proses menerapkan rencana kurikulum (program) dalam bentuk pengajaran, melibatkan interaksi peserta didik dengan pendidik. Dalam hubungannya dengan variabel penelitian, implementasi kurikulum diartikan sebagai proses pelaksanaan kurikulum diklat bagi guru IPA yang dilaksanakan oleh PPPPTK IPA yang meliputi tahap perencanaan, proses dan evaluasi pembelajaran.

2. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman


(18)

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dalam hubungannya dengan variabel penelitian, kurikulum pendidikan dan pelatihan diartikan sebagai seperangkat rencana atau program diklat bagi peningkatan kompetensi guru IPA.

3. Pendidikan dan pelatihan adalah proses penyelenggaraan belajar mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan Pegawai Negeri Sipil. Pendidikan dan pelatihan guru IPA yaitu proses penyelenggaraan belajar mengajar yang dilaksanakan oleh PPPPTK IPA untuk meningkatkan kompetensi guru IPA. 4. Kompetensi merupakan kecakapan atau kemampuan yang harus dimiliki oleh

seseorang dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya. Kompetensi guru IPA yaitu kecakapan atau kemampuan yang harus dimiliki oleh guru IPA sebagai dasar dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru IPA bagi tercapainya tujuan pendidikan dan pembelajaran IPA di sekolah. Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005, “Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya”. Kompetensi yang harus dimiliki guru berkaitan dengan penelitian ini adalah kompetensi sebagaimana terdapat dalam Pasal 10 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005, yaitu kompetensi pedagogi, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Kompetensi pedagogi adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik atau dikenal sebagai kompetensi pengelolaan pembelajaran. Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara


(19)

efektif dan efisien, dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif dan berwibawa, serta menjadi teladan peserta didik. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam.

5. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (Undang-Undang N0. 14 Tahun 2005). Guru IPA adalah pendidik yang mengajarkan bidang studi IPA yang memiliki latar belakang pendidikan IPA. Pada tingkat SMA terdiri atas guru fisika, kimia dan biologi. Pada tingkat SMP terdiri atas guru fisika dan guru biologi. Pada tingkat SD dikenal guru kelas yang mengajarkan bidang studi IPA.

6. Peningkatan kompetensi guru IPA adalah meningkatnya pengetahuan dan kemampuan guru IPA berkaitan dengan kompetensi pedagogi, sosial, kepribadian, dan profesional sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum diklat.

F. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menginterpretasikan implementasi kurikulum diklat yang diselenggarakan oleh PPPPTK IPA terhadap peningkatan kompetensi guru IPA.


(20)

2. Tujuan Khusus

Secara khusus tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Memberikan gambaran tentang perencanaan pembelajaran pada diklat guru IPA yang dilaksanakan oleh PPPPTK IPA.

b.Memberikan gambaran tentang proses pembelajaran pada diklat guru IPA yang dilaksanakan oleh PPPPTK IPA.

c. Memberikan gambaran tentang evaluasi pembelajaran pada diklat guru IPA yang dilaksanakan oleh PPPPTK IPA.

d.Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kurikulum diklat guru IPA yang dilaksanakan oleh PPPPTK IPA.

G. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat baik secara teroritis maupun praktis, yaitu: 1. Manfaat teoritis:

a. Memberikan sumbangan penting bagi kajian ilmu pengembangan dan implementasi kurikulum khususnya kurikulum diklat berkenaan dengan implementasi kurikulum diklat bagi peningkatan kompetensi guru IPA. b.Memberikan sumbangan penting dan memperluas kajian ilmu

pengembangan kurikulum yang menyangkut implementasi kurikulum diklat yang berkualitas.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi PPPPTK IPA khususnya dan PMPTK umumnya dalam membuat program atau kurikulum diklat guru IPA serta implementasinya yang berkualitas.


(21)

b. Memberikan sumbangan kepada widyaiswara dalam melaksanakan implementasi kurikulum diklat kepada guru IPA agar menghasilkan kompetensi sebagaimana diharapkan.

c. Memberikan sumbangan kepada lembaga terkait agar dapat mengembangkan dan menyempurnakan program pelatihan sesuai dengan kebutuhan.

d. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tolak ukur untuk perkembangan program diklat pada masa mendatang.


(22)

83 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif atas dasar paradigma naturalistik. Sugiyono (2007) menegaskan bahwa:

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pospositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) di mana peneliti sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.

Sementara itu, Garna (1996:77) berpendapat bahwa ”Penelitian kualitatif menekankan pada konstruksi dari hakikat realitas secara sosial, hubungan dekat antara peneliti dengan apa yang dipelajari dan kecenderungan situasional yang dapat menajamkan kajian”.

Penggunaan pendekatan penelitian kualitatif dalam penelitian ini sangat tepat karena peneliti mencoba mengkaji dan memahami anggota suatu masyarakat sebagaimana diungkapkan Nasution (1996:4-5) bahwa:

Penelitian kualitatif pada hakekatnya ialah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Penelitian kualitatif bukanlah mencari kebenaran mutlak. Itu adalah pekerjaan ahli filsafat atau teologi. Peneliti kualitatif mengakui adanya dunia di luar dirinya. Akan tetapi, dunia itu tidak dapat dikenalnya sepenuhnya secara mutlak. Kebenaran menurut penelitian kualitatif bergantung pada dunia realitas empirik dan konsensus dalam masyarakat ilmuwan.

”Metode penelitian kualitatif tidak mengandalkan bukti berdasarkan logika matematis, prinsip angka, atau metode statistik. Penelitian kualitatif lebih


(23)

menghendaki arah bimbingan penyusunan teori substantif yang didasarkan pada data” (Mulyana, 2006:150). Tujuan pokok dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang implementasi kurikulum pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh PPPPTK IPA terhadap peningkatan kompetensi guru IPA. Dengan demikian, metode penelitian ini tepat dipilih dan digunakan karena penelitian ini tidak hanya berorientasi pada hasil tetapi juga berorientasi pada proses agar memperoleh hasil yang optimal. Penelitian kualitatif menekankan pada segi proses dari hasil penelitian yang mengungkapkan permasalahan apa adanya sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan melalui kata-kata secara tertulis atau lisan dari orang atau perilaku yang diamati sebagaimana diungkapkan oleh Bogdan dan Yaylor dalam Moleong (2006:4) bahwa ”metode kualitatif sebagai deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”.

Penelitian kualitatif memerlukan jangka waktu yang sangat lama dan pada umumnya penelitian dilaksanakan dalam tahunan. Namun, penelitian kualitatif tidak menutup kemungkinan dilakukan dalam waktu singkat jika data penelitian telah diperoleh sesuai dengan yang dibutuhkan. Hal tersebut sebagaimana disampaikan Sugiyono (2007:37) bahwa:

Pada umumnya jangka waktu penelitian kualitatif cukup lama, karena tujuan penelitian kualitatif adalah bersifat penemuan. Bukan sekedar pembuktian hipotesis seperti dalam penelitian kuantitatif. Namun demikian kemungkinan jangka penelitian berlangsung dalam waktu yang pendek, bila telah ditemukan sesuatu dan datanya sudah jenuh. Ibarat mencari provokator atau mengurai masalah atau memahami makna, kalau semua itu dapat ditemukan dalam satu minggu dan telah teruji kredibilitasnya, maka penelitian kualitatif dinyatakan selesai sehingga tidak memerlukan waktu yang lama.


(24)

Pendekatan kualitatif berusaha memahami dan menafsirkan makna peristiwa interaksi perilaku manusia dalam situasi tertentu. Oleh karena itu, peneliti melakukan langkah-langkah penelitian sebagai berikut.

a. Peneliti langsung ke lapangan untuk mengumpulkan data dan sumber data dengan tanpa melakukan intervensi. Peneliti merupakan instrumen utama melakukan pengamatan langsung menuju ke objek penelitian untuk mengumpulkan informasi melalui observasi dan wawancara secara formal dan nonformal pihak-pihak terkait dalam proses implementasi kurikulum pendidikan dan pelatihan dengan tujuan untuk lebih memahami data dan informasi yang diperoleh secara kontekstual. Peneliti berupaya menyesuaikan diri dengan responden supaya kehadirian peneliti tidak mengganggu responden. Pada akhirnya peneliti mengharapkan dapat memiliki wawasan untuk menilai dan mengambil keputusan dalam pengumpulan data dan informasi secara cepat di lapangan.

b.Analisis yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah metode deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis data dan informasi yang dikumpulkan. Analisis hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi berupa gambaran mengenai situasi yang diteliti dalam bentuk uraian naratif yang berisi kutipan-kutipan data yang dapat memberikan gambaran untuk menjawab pertanyaan penelitian.

c. Dalam penelitian ini, peneliti lebih menekankan pada proses daripada hasil sehingga peranan proses dalam penelitian ini sangat besar. Hal ini untuk


(25)

meneliti lebih jelas tentang implementasi kurikulum pendidikan dan pelatihan bagi peningkatan kompetensi guru IPA.

d.Proses analisis data dilakukan secara induktif karena dalam penelitian kualitatif analisis suatu masalah dilakukan tanpa generalisasi. Hal tersebut sebagaimana diungkapkan oleh Nasution (1996:11) bahwa:

Tujuan penelitian naturalistik/kualitatif bukanlah untuk menguji hipotetesis yang didasarkan atas teori tertentu melainkan untuk menemukan pola-pola yang mungkin dapat dikembangkan menjadi teori. Agar analisis benar-benar bersumber dari data di lapangan, teori dibatasi pada pengertian suatu pernyataan sistematis yang berkaitan dengan seperangkat proposisi yang berasal dari data dan diuji kembali secara empiris.

Bogdan & Bikken dalam Moleong (2006:248) menyatakan bahwa:

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengoperasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

e. Hal yang utama dalam penelitian ini adalah peneliti memberi pemahaman dan penarikan makna dari fenomena yang terjadi melalui penyampaian deskriptif analitik.

B. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian disesuaikan dengan fokus dan tujuan penelitian. Dalam penelitian kualitatif, sampel sumber data dipilih dan mengutamakan perspektif emic, artinya mementingkan pandangan informan, yakni bagaimana mereka memandang dan menafsirkan dunia dari pendiriannya. Peneliti tidak bisa memaksakan kehendaknya untuk mendapatkan data yang diinginkan.


(26)

Fokus penelitian ini adalah implementasi kurikulum diklat guru IPA yang dilaksanakan oleh PPPPTK IPA. Sesuai dengan fokus penelitian, sumber data dalam penelitian ini adalah:

a. Untuk mendapatkan data tentang implementasi kurikulum diklat, sumber datanya adalah penyelenggara diklat, pengembang kurikulum, widyaiswara, panitia, dan evaluator, para guru peserta diklat, serta dokumen-dokumen implementasi kurikulum.

b. Untuk mendapatkan data tentang faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kurikulum, sumber datanya adalah penyelenggara diklat, widyaiswara dan para guru peserta diklat,.

C. Teknik Pengumpulan Data.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara (indepth interview), observasi, studi dokumentasi, dan gabungan ketiganya atau triangulasi. Peneliti menggunakan pedoman wawancara dengan pertanyaan yang bersifat terbuka. Pedoman ini dimaksudkan untuk menjaga agar wawancara dapat berlangsung tetap pada konteks permasalahan penelitian. Dengan daftar pertanyaan tersebut diharapkan dapat diperoleh data primer mengenai keberhasilan implementasi kurikulum pendidikan dan pelatihan. Penelitian ini akan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut.

a. Studi kepustakaan (library research), yaitu penelitian dilakukan dengan mencari, mengumpulkan dan mempelajari buku-buku, literatur-literatur, dokumen-dokumen, dan bahan-bahan tertulis lain yang ada kaitannya dengan dengan masalah yang akan diteliti guna memperoleh data sekunder yang akan


(27)

dijadikan landasan dalam melihat dan membahas kenyataan yang ditemui dalam penelitian di lapangan.

b. Studi lapangan (field research), yaitu pengamatan langsung di lapangan untuk memperoleh data dan informasi yang dikumpulkan dengan cara:

(1) Pengamatan (observation), yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan langsung terhadap objek penelitian dengan melihat dan mengamati kegiatan yang berjalan serta mencatat data yang diperlukan dengan tidak terlibat langsung dalam proses pekerjaannya. Observasi dilakukan peneliti dengan melihat seluruh aktivitas proses implementasi kurikulum. Dalam penelitian ini peneliti memposisikan diri sebagai instrumen penelitian.

(2) Wawancara mendalam (in-dept interview), yaitu proses atau upaya yang dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan melalui tanya jawab langsung dengan pihak-pihak terkait penelitian baik dengan instruktur diklat, guru IPA sebagai peserta diklat maupun pihak-pihak terkait.

D. Pelaksanaan Penelitian.

Dalam penelitian kualitatif fase-fase penelitian tidak dapat ditentukan secara pasti atau tidak mempunyai batas-batas tegas karena desain serta fokus penelitian dapat mengalami perubahan. Secara garis besar tahapan penelitian dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap orientasi, tahap eksplorasi, dan tahap member check.


(28)

1. Tahap Orientasi

Tahap ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang lengkap dan jelas mengenai masalah yang hendak dicapai sekaligus untuk menetapkan desain dan menentukan fokus penelitian berikut narasumber. Tahapan ini diawali dengan penjajagan lapangan untuk menentukan permasalahan yang akan dijadikan penelitian dengan dilakukan langka-langkah, yaitu (1) menyusun rancangan penelitian; (2) meneliti lapangan penelitian; (3) mengurus perizinan dimulai dengan penerbitan surat keterangan izin penelitian; (4) menjajaki dan menilai keadaan lapangan agar penelitian dapat berjalan dengan baik; (5) memilih dan menggunakan informan untuk memperoleh informasi tentang situasi lapangan; (6) mempersiapkan penelitian sesuai dengan keperluan meliputi pedoman observasi, pedoman wawancara, buku catatan, tape recorder, dan sebagainya; (7) memerhatikan etika dan tatakrama penelitian.

2. Tahap Eksplorasi

Pada tahap ini peneliti mengumpulkan data sesuai dengan fokus dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan.

3. Tahap Member check

Tahap ini untuk mengecek kebenaran informasi yang telah diperoleh kepada informan di lapangan agar hasil penelitian lebih dipercaya dan untuk menghindari data yang salah.

E. Teknik Analisis Data.

Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi) dan


(29)

dilakukan secara terus-menerus sampai datanya jenuh. Data yang diperoleh pada umumnya adalah data kualitatif sehingga teknik analisis data yang digunakan belum ada polanya yang jelas. Oleh karena itu, sering mengalami kesulitan dalam melakukan analisis data. Hal tersebut sebagaimana disampaikan Nasution dalam Sugiyono (2007:334) bahwa:

Melakukan analisis adalah pekerjaan yang sulit, memerlukan kerja keras. Analisis memerlukan daya kreatif serta kemampuan intelektual yang tinggi. Tidak ada cara tertentu yang dapat diikuti untuk mengadakan analisis sehingga setiap peneliti harus mencari sendiri metode yang diarasakan cocok dengan sifat penelitiannya. Bahan yang sama bisa diklasifikasikan lain oleh peneliti yang berbeda.

Sugiyono (2007) merangkum pendapat Bogdan, Susan Stainback, dan Spradley menyatakan bahwa:

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam katagori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Nasution dalam Sugiyono (2007) menyatakan ”analisis telah dimulai sejak merumuskan masalah dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian”. Namun dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data. Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2007) ”aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.


(30)

Aktivitas dalam analisis data yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi”.

1. Reduksi Data

Mereduksi data merupakan kegiatan merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih yang jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.

2. Penyajian Data

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antarkatagori, flowchart dan sejenisnya. Namun, yang paling sering digunakan adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dalam melakukan penyajian data, disarankan selain dengan teks naratif juga dapat berupa grafik, matrik, network (jejaring kerja), dan chart. Penyajian data akan memudahkan peneliti untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

3. Penarikan Kesimpulan

Dalam tahap ini peneliti berusaha mencari makna dari data yang dikumpulkan dengan mencari pola, tema, hubungan, persamaan-persamaan dan mencoba menarik kesimpulan. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah jika tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya, tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan


(31)

konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

F. Validitas Data

Dalam penelitian kualitatif untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel yang diuji validitas dan reliabilitasnya adalah datanya. Oleh karenanya, Susan Stainback dalam Sugiyono (2007) menyatakan bahwa:

Penelitian kualitatif lebih pada aspek validitas. Temuan atau data dalam penelitian kualitatif dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Kebenaran realitas data menurut penelitian kualitatif tidak bersifat tunggal, tetapi jamak dan tergantung pada kemampuan peneliti mengkonstruksi fenomena yang diamati serta dibentuk dalam diri seorang sebagai hasil proses mental tiap individu dengan berbagai latar belakangnya.

Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji kredibilitas data, uji transferabilitas data, uji dependabilitas data, dan uji konfirmabilitas data. Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif dan member check. Triangulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu sehingga terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan triangulasi waktu (Sugiyono, 2007:366-377).

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan tesis ini adalah sebagai berikut. Bab I Pendahuluan: A. Latar belakang masalah, B. Identifikasi Masalah, C. Rumusan masalah, D. Kerangka Berpikir, E Definisi Operasional, F. Tujuan penelitian, G. Manfaat


(32)

penelitian. Bab II Kajian Pustaka: A Hakikat Pendidikan dan Pelatihan (Diklat): 1. Pengertian Diklat, 2. Konsep Dasar Diklat, 3. Jenis-jenis Diklat, 4. Model Pelatihan Patisipatif, 5. Prosedur Operasional Diklat Tenaga Kependidikan di PPPPTK. B. Implementasi Kurikulum: 1. Konsep Implementasi Kurikulum, 2. Pendekatan dan Model Implementasi Kurikulum, 3. Proses Implementasi Kurikulum: a. Perencanaan Pembelajaran, b. Proses Pembelajaran, c. Evaluasi Pembelajaran, 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi implementasi Kurikulum. C. Standar Nasional Kompetensi Guru IPA. Bab III Metodologi Penelitian: A. Metode penelitian, B. Sumber Data, C. Teknik Pengumpulan Data, D. Pelaksanaan Penelitian: 1. Tahap Orientasi, 2. Tahap Eksplorasi, 3. Tahap Member Check; E. Teknik Analisis Data: 1. Reduksi Data, 2. Penyajian Data, 3. Penarikan Kesimpulan; F. Validitas Data; G. Agenda Kegiatan Penelitian. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan: A. Hasil Penelitian: 1. Deskripsi Umum PPPPTK IPA, 2. Implementasi Kurikulum Pendidikan dan Pelatihan: a. Perencanaan Pembelajaran, b. Proses Pembelajaran, c. Evaluasi Pembelajaran, 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kurikulum. B. Pembahasan. Bab V. Kesimpulan dan Rekomendasi. Daftar Pustaka. Lampiran-lampiran.

H. Agenda Kegiatan Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PPPPTK IPA yang beralamat di Jl. Diponegoro No. 12 Bandung. Jadwal penelitian diperkirakan enam bulan mulai dari tahap persiapan sampai dengan ujian tesis. Adapun agenda kegiatan penelitian adalah sebagai berikut.


(33)

1. Persiapan

Pada tahap ini dilakukan penelitian pendahuluan melalui studi pustaka berkaitan dengan topik implementasi kurikulum diklat guru IPA. Selanjutnya, penyusunan proposal penelitian dan setelah disetujui dilanjutkan dengan tahap seminar proposal penelitian. Pada tahap akhir dilakukan perbaikan proposal berdasarkan masukan dari para pembimbing pada seminar proposal penelitian. Waktu yang diperlukan untuk tahap persiapan ini selama dua bulan.

2. Penelitian lapangan

Penelitian lapangan dilakukan selama dua bulan. Selama penelitian lapangan peneliti melakukan wawancara terhadap informan yang dianggap mewakili sumber data dan melakukan observasi terhadap proses implementasi kurikulum selama diklat berlangsung dari tanggal 15– 26 Maret 2009. Pada tahap ini dilakukan pula pengkajian dokumen yang digunakan dalam implementasi kurikulum diklat.

3. Penulisan laporan penelitian dan pembimbingan.

Penulisan laporan penelitian dalam bentuk tesis ini dan pembimbingan dilakukan selama satu bulan.

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Januari

2009

Februari 2009

Maret 2009

April 2009

Mei 2009

Juni 2009

Persiapan √ √

Penelitian √ √

Pembimbingan dan Penyusunan laporan

√ √


(34)

189 BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, peneliti membuat kesimpulan sebagai berikut.

1. Perencanaan yang dilakukan oleh PPPPTK IPA dalam implementasi kurikulum diklat guru inti IPA SMP tampak masih lemah dalam penyusunan program maupun penyusunan perencanaan pembelajaran pada tingkat satuan acara pembelajaran (SAP). Program diklat tidak dilakukan berdasarkan analisis kebutuhan yang jelas dan terencana sehingga program diklat kurang sesuai dengan kebutuhan para guru di lapangan. Program diklat telah relevan dengan kompetensi guru sebagaimana tertuang dalam Peraturan Mendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Nasional Kompetensi Guru IPA, namun penentuan materi dan pendistribusian alokasi waktu masih kurang relevan dengan kebutuhan guru IPA serta masih adanya ketidaksesuaian materi yang tercantum dalam silabus dengan perencanaan yang dibuat oleh widyaiswara. Perencanaan yang dilakukan sebagian besar widyaiswara dalam bentuk SAP tampak masih lemah dalam perumusan indikator hasil belajar, perumusan strategi dan pengalaman belajar serta perencanaan evaluasi hasil belajar. Setiap SAP yang dibuat widyaiswara tidak memiliki rencana yang jelas mengenai evaluasi pembelajaran yang akan dilakukan. Hal tersebut sebagai akibat dari sistem


(35)

evaluasi pembelajaran tidak dikelola secara utuh oleh widyaiswara khususnya dalam pelaksanaan pretest dan postest.

2. Proses pembelajaran umumnya mengacu pada rencana pembelajaran yang disusun, namun kurang memerhatikan alokasi waktu yang telah ditetapkan sehingga proses pembelajaran kurang sesuai dengan rencana. Jadwal diklat masih ada ketidaksesuaian baik menyangkut waktu maupun widyaiswara yang bertugas. Proses pembelajaran tidak sepenuhnya dilengkapi bahan ajar bagi peserta didik bahkan masih terdapat penyampaian materi pembelajaran yang tidak sesuai dengan progam diklat. Metode dan strategi pembelajaran yang digunakan umumnya sesuai dengan karakteristik peserta didik dan cukup bervariasi dengan melibatkan peserta didik terlibat aktif dalam proses pembelajaran, namun masih ditemukan pembelajaran yang berpusat pada widyaiswara tanpa melibatkan peserta didik belajar secara aktif.

3. Evaluasi pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan hakikat pembelajaran berbasis kompetensi yang menekankan pada penilaian proses, produk, dan sikap tanpa mengesampingkan aspek pengetahuan dalam bentuk pretest dan postest. Evaluasi pretest dan postest yang dilaksanakan secara terpisah dari proses pembelajaran kurang efektif. Instrumen soal kurang memiliki kesesuaian antara tujuan, materi dan proses pembelajaran. Hasil evaluasi pretest dan postest menunjukkan bahwa implementasi kurikulum diklat kurang memberikan peningkatan kompetensi yang signifikan. Walaupun demikian, berdasarkan keseluruhan aspek penilaian, implementasi kurikulum diklat telah


(36)

menunjukkan peningkatan kompetensi guru IPA dengan indeks prestasi nilai rata-rata baik.

4. Program diklat yang disusun tidak berdasarkan analisis kebutuhan serta kurang sesuainya antara program diklat dengan proses pembelajaran merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi implementasi kurikulum. Sarana dan prasarana pendukung diklat, lingkungan, kinerja widyaiswara dan peserta didik turut mempengaruhi keberhasilan implementasi kurikulum diklat. Kelengkapan sarana dan prasarana yang dibutuhkan berdampak pada kelancaran proses implementasi kurikulum diklat. Kinerja widyaiswara merupakan faktor utama dalam implementasi kurikulum diklat. Berkualitasnya kurikulum dan lengkapnya sarana dan prasarana pendukung jika tidak didukung oleh widyaiswara yang kompeten baik secara akademis maupun pedagogis, implementasi kurikulum tidak akan mencapai kompetensi sebagaimana diharapkan.

Dengan demikian, implementasi kurikulum diklat guru inti IPA SMP yang dilaksanakan PPPPTK IPA masih terdapat kelemahan baik dari segi perencanaan, proses maupun evaluasi pembelajaran. Ketidaksesuaian masih terjadi pada ketiga komponen tersebut sehingga berdampak pada beberapa kompetensi tidak dapat tercapai sebagaimana yang telah ditentukan. Perolehan nilai pretest dan postest tampak tidak signfikan terhadap penigkatan kompetensi guru IPA Namun, berdasarkan hasil penilaian secara akumulatif pendidikan dan pelatihan menunjukkan adanya peningkatan kompetensi kompetensi guru IPA dengan nilai rata-rata baik.


(37)

B. Rekomendasi

Untuk menindaklanjuti hasil penelitian ini, penulis memberikan rekomendasi kepada pihak-pihak terkait di antaranya kepada Ditjen PMPTK dan Direktorat Pembinaan Diklat, penyelenggara diklat, pengembang kurikulum, widyaiswara dan peneliti berikutnya agar proses implementasi kurikulum diklat dapat meningkatkan kompetensi guru IPA sebagaimana diharapkan.

1. Ditjen PMPTK dan Direktorat Pembinaan Diklat

a. Sistem pengawasan dari pusat terhadap unit pelaksana teknis berkaitan dengan implementasi kurikulum diklat harus dilakukan sebagai upaya penjaminan sesuainya implementasi kurikulum diklat dengan prosedur yang ditetapkan.

b. Seleksi widyaiswara harus dilakukan secara ketat dengan memerhatikan kompetensi ideal yang harus dimiliki widyaiswara. Widyaiswara harus profesional dan menguasai metodik dan didaktik yang sesuai dengan karakteristik peserta didik.

c. Pembinaan perlu dilakukan terhadap widyaiswara untuk meningkatkan kompetensinya terutama berkaitan dengan teknik dan strategi pembelajaran yang sesuai dengan prinsip pembelajaran andragogi dalam bentuk pendidikan dan pelatihan atau short course baik di dalam maupun di luar negeri.

d. Direktorat Pembinaan Diklat perlu membuat standardisasi administrasi pembelajaran yang harus dilaksanakan widyaiswara untuk menjamin bahwa proses implementasi dapat berjalan sesuai dengan harapan. Standar tersebut


(38)

dapat dijadikan sebagai acuan untuk persyaratan kenaikan pangkat atau golongan sehingga tidak terkesan persyaratan administratif bersifat formalitas semata-mata.

2. Penyelenggara Diklat

a. Sebelum diklat dimulai seluruh pihak yang terlibat dalam diklat harus mengadakan koordinasi untuk memastikan kesiapan impelementasi kurikulum. Seluruh pihak yang terlibat dalam pelaksanaan diklat harus konsisten terhadap program dan jadwal diklat yang telah disusun untuk menjamin tercapainya kompetensi sebagaimana diharapkan.

b. Penanggung jawab bidang akademik harus memantau kesiapan pelaksanaan diklat menyangkut kesiapan widyaiswara, bahan ajar yang dibutuhkan, kesesuaian antara SAP dengan program dan silabus diklat, serta sarana dan prasarana pendukung lainnya.

c. Panitia diklat harus lebih disiplin dalam melaksanakan tugas sehingga setiap saat dapat melayani kebutuhan proses pembelajaran dalam hal pengadaan sarana dan prasarana diklat.

d. Pengaturan strategi pelaksanaan diklat perlu dilakukan sehingga tidak menumpuk pada waktu tertentu yang berakibat pada kurang maksimalnya kinerja widyaiswara.

3. Pengembang Kurikulum

a. Penyusunan program diklat sebaiknya dilakukan berdasarkan analisis kebutuhan dengan prosedur sebagaimana tertuang dalam prosedur pelaksanaan diklat dari Direktorat Pembinaan Diklat. Program diklat harus


(39)

disusun sesuai dengan kebutuhan guru IPA pada masa kini dan masa yang akan datang dengan memerhatikan kedalaman materi dan pengalokasian waktu yang sesuai dengan kebutuhan.

b. PPPPTK IPA perlu melakukan inovasi dalam penyusunan kurikulum diklat dan proses implementasinya sehingga diklat dapat berdampak pada peningkatan kompetensi guru IPA khususnya dan peningkatan kualitas pendidikan IPA di Indonesia pada umumnya. Kurikulum diklat yang cenderung statis dari tahun ke tahun dengan proses implementasi yang cenderung bersifat konvensional perlu dilakukan pembaruan dengan memperbarui kurikulum dan menerapkan strategi impelementasi yang sesuai dengan kebutuhan.

c. Format SAP sebaiknya dibuat dalam format yang baku untuk digunakan oleh seluruh widyaiswara dengan memerhatikan kesesuaian antara tujuan, materi, proses, dan evaluasi pembelajaran.

d. Kerja sama dan koordinasi antarpengembang kurikulum harus dilakukan dengan baik dalam perumusan materi diklat sehingga terdapat kesesuaian antara program diklat dengan silabus dan jadwal diklat. Jadwal diklat harus diatur dengan cermat sehingga tidak terjadi perubahan di tengah jalan. Jika memang terpaksa ada perubahan widyaiswara yang bertugas, koordinasi harus dilakukan dengan matang sehingga materi yang disampaikan sesuai dengan program yang telah disusun.

e. Evaluasi akademik sebagai bentuk evaluasi pembelajaran dalam bentuk pretest dan postest akan lebih efektif jika dilakukan per sajian materi diklat


(40)

sehingga evaluasi pembelajaran menjadi satu kesatuan dengan perencanaan dan proses pembelajaran. Hasil evaluasi sebaiknya ditindaklanjuti saat itu untuk memastikan tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

4. Widyaiswara

a. Sebelum diklat berlangsung, widyaiswara harus mempelajari kurikulum atau program diklat, kemudian menyusun strategi implementasi kurikulum diklat dalam bentuk SAP yang tepat sesuai dengan karakteristik materi diklat dan kebutuhan peserta didik berdasarkan prinsip pembelajaran andragogi. Perencanaan, proses, dan evaluasi pembelajaran harus dilakukan sebagai satu kesatuan tahapan implementasi kurikulum diklat. Oleh karena itu, perencanaan pembelajaran harus disusun dengan cermat dan sistematis berdasarkan program dan kompetensi yang akan dicapai, kemudian direalisasikan dalam bentuk pembelajaran dengan strategi yang sesuai dengan karakteristik peserta didik, dan dilakukan evaluasi sesuai dengan prosedur yang berlaku berdasarkan penilaian berbasis kompetensi.

b. SAP harus menggambarkan rencana pembelajaran dan evaluasi yang akan dilaksanakan dengan mengacu pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang diharapkan. Perencanaan evaluasi sebaiknya disusun oleh masing-masing widyaiswara dengan melampirkan pedoman dan instrumen penilaian (soal, kunci jawaban, format-format penilaian proses, kinerja, dan sikap) serta memerhatikan kesesuaian dengan tujuan, materi dan proses pembelajaran.


(41)

c. Widyaiswara harus menyiapkan media, alat/bahan pembelajaran termasuk bahan ajar sebelum implementasi kurikulum dilaksanakan dan memastikan bahwa materi dan pengalaman belajar yang akan disampaikan up to date bukan merupakan pengulangan dari pembelajaran sebelumnya. Proses pembelajaran akan lebih efektif jika peserta didik dilibatkan secara aktif menggali informasi dan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dengan bimbingan fasilitator. Untuk itu, perlu disiapkan bahan ajar yang memadai dan sesuai dengan kebutuhan serta karakterisitik peserta didik.

d. Penggunaan bahan ajar dalam bentuk modul akan lebih tepat menggunakan strategi pembelajaran dengan pendekatan individual sehingga peserta didik dapat belajar mandiri sesuai dengan kemampuan belajar masing-masing. Penyampaian materi pembelajaran yang bersifat keterampilan seperti penggunaan komputer akan lebih efektif jika peserta belajar berdasarkan modul atau bahan ajar yang berkualitas dengan bimbingan fasilitator daripada pembelajaran bersifat teacher center.

5. Peneliti Selanjutnya

a. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat dilakukan penelitian sejenis berkenaan dengan dampak diklat terhadap kinerja guru-guru IPA di sekolah serta pengaruhnya terhadap peningkatan kualitas pendidikan IPA.

b. Penelitian dapat ditindaklanjuti dengan mencari model implementasi kurikulum yang tepat bagi peningkatan kompetensi guru IPA.


(42)

197

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Syarwan. (2008). Pembelajaran Orang Dewasa. [Online]. Tersedia:

http://www. mozilla.com/en-US/firefox/ central/. [20 Februari 2009].

Ali, Muhammad. (2005). Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung: Sinar Baru

Algensindo.

Anwar. (2006). Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung:

PT Refika Aditama.

Beauchamp, George A. (1975). Curriculum Theory. Wilmette, Illionis: The KAGG

Press.

Bahrul Hayat, Ph.D. Classroom Assessment. [Online]. Tersedia:

http://www.duniaguru.com/index.php?option=com_content&task=view&id=1 04&Itemid=28 [12 September 2008].

Bidulang, Julaeha. (2000). Studi tentang Implementasi Kurikulum Pendekatan

Kompetensi pada Pelatihan Pamong Belajar SKB di BPKB Sulawesi Utara. Tesis pada Sekolah Pascasarjana UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Dama. (2006). Aplikasi Andragogi Dalam Pembelajaran Pendidikan Non Formal.

[Online].Tersedia: http://www.jugaguru.com/article/all/tahun/2006/bulan/10/t

anggal/10/id/184/. [20 Februari 2009].

Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Direktorat Pembinaan Pendidikan dan Pelatihan

(2007). Standar Prosedur Operasional Penyelenggaraan Pendidikan dan

Pelatihan (Diklat) Tenega Kependidikan. Jakarta: Tidak diterbitkan.

Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik

dan Tenaga Kependidikan. (2006). Rencana Strategis Direktorat Pembinaan

Pendidikan dan Pelatihan 2006 – 2009. Jakarta: Tidak diterbitkan.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta:Balai Pustaka.

Djamarah, Syaiful Bahri. (2005). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif


(43)

Gagne, R.M. and Briggs. (1979). The Conditioning of Learning. New York: Holt Rinehart and Winston.

Garna, Juditira K. (1996). Metode Penelitian Pendekatan Kualitatif. Bandung:

Primaco Akademika.

Hamalik, Oemar. (2001). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

... (2006). Implementasi Kurikulum. Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI.

Hasan, Hamid. (1984). An Evaluation of The 1975 General Senior Secondary Social

Studies Curriculum Implementation in Bandung. Municipaticy: Max Quirie University.

---. (1990) Implementasi Kurikulum. Makalah. FPIPS IKIP Bandung.

Jackson, T. (1989). Evaluation: Relating Training to Bussiness Performance.

London: Kogan Page Limited.

K. Devi, Poppy dkk. (2008) Kesiapan Guru IPA dalam Pengembangan Perangkat

Pembelajaran dan Implementasinya di Kelas RSBI (Studi Kasus di RSBI SMP Kota Bandung, Kab. Bandung, Kab. Garut dan Kota Cimahi). Hasil Penelitian di PPPPTK IPA Bandung: Tidak diterbitkan.

Koentjoroningrat. (1985). Kebudayaan Mentalis dan Pembangunan. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama.

Laird, Dugan. (1985). Approaches to Training and Development. Canada: Addison

Wesley, Inc.

Laksmi, Sri dkk. (2008). Studi Dampak Diklat Guru IPA SD pada Mata Tatar

PAIKEM bagi Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Hasil Penelitian di PPPPTK IPA Bandung: Tidak diterbitkan.

Mager, R.F. & Kenneth M. Beach. (1967). Developing Vocational Instruction.

Michigan: Fearon Publishers,

Majid, Abdul. (2008). Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar

Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Makmun, Abin Syamsudin. (2002) Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem


(44)

Mariana, I Made Alit. (2002). Etos Kerja dan Kemampuan Profesional Teknisi Lab

IPA. Bandung: PPPPTK IPA.

Mc. Laughlin, M.W. (1978). Implementation as Mutual Adaption Change in

Classroom Organization in Daleman (ed). Making Change Happen? Pp.

19-31. New York: Teacher College Press.

Miller, J.P. & Seller, W. (1985). Curriculum: Perspektives and Practice. New Pork:

Longman, Inc.

Moleong, Lexy J. (2006). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosda Karya.

Mudjiono dan Dimyati. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Mulyana, Deddy. (2006). Metode Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru dalam

Ilmu Komunikasi dan Ilmu social Lainnya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nasution, S. (1987). Pengembangan Kurikulum. Bandung: Citra Aditya Bakti.

... (1996). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Yarsito.

Natawidjaya, Rochman. (1988). Pendidikan Guru Berdasarkan Kompetensi. Jakarta:

PPPG Depdikbud.

N. Sudirman, dkk. (1989). Ilmu Pendidikan. Bandung: CV Remaja Karya.

Peraturan Mendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

Pressman, J.L. & Wildausky, A. (1984). Implementation Third Edition. Barkcley:

University of California Press.

Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan IPA. Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan.

Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Program Kerja 2008. Bandung:

Tidak diterbitkan.

Ratnawulan, Nani. (1996). Penilaian Pegawai Negeri Sub Bagian Tata Usaha

Kandepdikbud Kotamadya Bandung dalam Rangka Peningkatan Kerja Pegawai. Bandung: Tidak Diterbitkan.


(45)

Rusman. (2002). Studi tentang Implementasi KBK pada Pelatihan Kompetensi Dasar di PPPGT Bandung. Tesis pada Sekolah Pascasarjana UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Sagala, Syaiful. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu

Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, Wina (2008). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.

Schuler, R.S. (1991). Personal and Human Resources Management. USA: West

Publishing Company.

Soetopo, Hendyat. (2005). Pendidikan dan pembelajaran Teori Permasalahan, dan

Praktek. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang Press.

Soenarto. (1998). Analisis Kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan. Jakarta: Dalam

Majalah Visi No. 4/98. Depdikbud.

Sudjana, Nana. (1988). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Suparlan. (2005). Menjadi Guru Efektif. Yogyakarta: Hikayat Publishing.

Sukmadinata, Nana Syaodih. (1997). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek.

Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

---. (1988). Prinsip dan Landasan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: P2LPTK.

Suprijanto. (2005) Pendidikan Orang Dewasa Dari Teori Hingga Aplikasi. Jakarta:

PT Bumi Aksara.

Susilawati, Eneng dkk. (2008). Studi Implementasi KTSP di SMA. Hasil Penelitian di

PPPPTK IPA Bandung: Tidak diterbitkan.

Tyler. Ralph W. (1950). Basic Principles of Curriculum and Instruction. Syllabus for

Education 360. Chicago: The university of Chicago Press.

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. (2003). Bandung; Wahana Anak Bangsa.

Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. (2003). Bandung: Wahana Anak Bangsa


(46)

Wahjosumidjo. (2007). Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinajuan Teoritik dan Permasalahan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Yoder, Dale. (1962). Office Management and Control Fourth Edition. Richard D.

Irwin. Inc.

Zais, Robert S. (1976). Curriculum Principles and Foundations. New York: Haarper

& Row Publisher.

Zaltman, G. et. Al. (1977). Dynamic Educational Change. New York: The Free


(1)

196

c.

Widyaiswara harus menyiapkan media, alat/bahan pembelajaran termasuk

bahan ajar sebelum implementasi kurikulum dilaksanakan dan memastikan

bahwa materi dan pengalaman belajar yang akan disampaikan

up to date

bukan merupakan pengulangan dari pembelajaran sebelumnya. Proses

pembelajaran akan lebih efektif jika peserta didik dilibatkan secara aktif

menggali informasi dan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dengan

bimbingan fasilitator. Untuk itu, perlu disiapkan bahan ajar yang memadai

dan sesuai dengan kebutuhan serta karakterisitik peserta didik.

d.

Penggunaan bahan ajar dalam bentuk modul akan lebih tepat menggunakan

strategi pembelajaran dengan pendekatan individual sehingga peserta didik

dapat belajar mandiri sesuai dengan kemampuan belajar masing-masing.

Penyampaian materi pembelajaran yang bersifat keterampilan seperti

penggunaan komputer akan lebih efektif jika peserta belajar berdasarkan

modul atau bahan ajar yang berkualitas dengan bimbingan fasilitator

daripada pembelajaran bersifat

teacher center

.

5.

Peneliti Selanjutnya

a.

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat dilakukan penelitian sejenis

berkenaan dengan dampak diklat terhadap kinerja guru-guru IPA di sekolah

serta pengaruhnya terhadap peningkatan kualitas pendidikan IPA.

b.

Penelitian dapat ditindaklanjuti dengan mencari model implementasi

kurikulum yang tepat bagi peningkatan kompetensi guru IPA.


(2)

197

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad,

Syarwan.

(2008).

Pembelajaran Orang Dewasa. [Online]. Tersedia:

http://www. mozilla.com/en-US/firefox/ central/. [20 Februari 2009].

Ali, Muhammad. (2005). Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung: Sinar Baru

Algensindo.

Anwar. (2006). Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung:

PT Refika Aditama.

Beauchamp, George A. (1975).

Curriculum Theory. Wilmette, Illionis: The KAGG

Press.

Bahrul

Hayat,

Ph.D.

Classroom

Assessment.

[Online].

Tersedia:

http://www.duniaguru.com/index.php?option=com_content&task=view&id=1

04&Itemid=28 [12 September 2008].

Bidulang, Julaeha. (2000).

Studi tentang Implementasi Kurikulum Pendekatan

Kompetensi pada Pelatihan Pamong Belajar SKB di BPKB Sulawesi Utara.

Tesis pada Sekolah Pascasarjana UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Dama. (2006).

Aplikasi Andragogi Dalam Pembelajaran Pendidikan Non Formal.

[Online].Tersedia: http://www.jugaguru.com/article/all/tahun/2006/bulan/10/t

anggal/10/id/184/. [20 Februari 2009].

Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik

dan Tenaga Kependidikan, Direktorat Pembinaan Pendidikan dan Pelatihan

(2007).

Standar Prosedur Operasional Penyelenggaraan Pendidikan dan

Pelatihan (Diklat) Tenega Kependidikan. Jakarta: Tidak diterbitkan.

Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik

dan Tenaga Kependidikan. (2006).

Rencana Strategis Direktorat Pembinaan

Pendidikan dan Pelatihan 2006 – 2009. Jakarta: Tidak diterbitkan.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1990).

Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka.

Djamarah, Syaiful Bahri. (2005).

Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif

Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis. Jakarta: Rineka Cipta


(3)

198

Gagne, R.M. and Briggs. (1979).

The Conditioning of Learning. New York: Holt

Rinehart and Winston.

Garna, Juditira K. (1996).

Metode Penelitian Pendekatan Kualitatif. Bandung:

Primaco Akademika.

Hamalik, Oemar. (2001). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

... (2006). Implementasi Kurikulum. Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI.

Hasan, Hamid. (1984). An Evaluation of The 1975 General Senior Secondary Social

Studies Curriculum Implementation in Bandung. Municipaticy: Max Quirie

University.

---. (1990) Implementasi Kurikulum. Makalah. FPIPS IKIP Bandung.

Jackson, T. (1989).

Evaluation: Relating Training to Bussiness Performance.

London: Kogan Page Limited.

K. Devi, Poppy dkk. (2008)

Kesiapan Guru IPA dalam Pengembangan Perangkat

Pembelajaran dan Implementasinya di Kelas RSBI (Studi Kasus di RSBI SMP

Kota Bandung, Kab. Bandung, Kab. Garut dan Kota Cimahi). Hasil

Penelitian di PPPPTK IPA Bandung: Tidak diterbitkan.

Koentjoroningrat. (1985).

Kebudayaan Mentalis dan Pembangunan. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama.

Laird, Dugan. (1985).

Approaches to Training and Development. Canada: Addison

Wesley, Inc.

Laksmi, Sri dkk. (2008).

Studi Dampak Diklat Guru IPA SD pada Mata Tatar

PAIKEM bagi Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar.

Hasil Penelitian di

PPPPTK IPA Bandung: Tidak diterbitkan.

Mager, R.F. & Kenneth M. Beach. (1967).

Developing Vocational Instruction.

Michigan: Fearon Publishers,

Majid, Abdul. (2008).

Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar

Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Makmun, Abin Syamsudin. (2002)

Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem

Pengajaran Modul. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.


(4)

Mariana, I Made Alit. (2002). Etos Kerja dan Kemampuan Profesional Teknisi Lab

IPA. Bandung: PPPPTK IPA.

Mc. Laughlin, M.W. (1978).

Implementation as Mutual Adaption Change in

Classroom Organization in Daleman (ed). Making Change Happen? Pp.

19-31. New York: Teacher College Press.

Miller, J.P. & Seller, W. (1985). Curriculum: Perspektives and Practice. New Pork:

Longman, Inc.

Moleong, Lexy J. (2006).

Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosda Karya.

Mudjiono dan Dimyati. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Mulyana, Deddy. (2006).

Metode Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru dalam

Ilmu Komunikasi dan Ilmu social Lainnya. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Nasution, S. (1987). Pengembangan Kurikulum. Bandung: Citra Aditya Bakti.

... (1996). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Yarsito.

Natawidjaya, Rochman. (1988). Pendidikan Guru Berdasarkan Kompetensi. Jakarta:

PPPG Depdikbud.

N. Sudirman, dkk. (1989). Ilmu Pendidikan. Bandung: CV Remaja Karya.

Peraturan Mendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan

Kompetensi Guru.

Pressman, J.L. & Wildausky, A. (1984).

Implementation Third Edition. Barkcley:

University of California Press.

Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan IPA.

Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan.

Departemen Pendidikan Nasional. (2008).

Program Kerja 2008. Bandung:

Tidak diterbitkan.

Ratnawulan, Nani. (1996).

Penilaian Pegawai Negeri Sub Bagian Tata Usaha

Kandepdikbud Kotamadya Bandung dalam Rangka Peningkatan Kerja

Pegawai. Bandung: Tidak Diterbitkan.


(5)

200

Rusman. (2002). Studi tentang Implementasi KBK pada Pelatihan Kompetensi Dasar

di PPPGT Bandung. Tesis pada Sekolah Pascasarjana UPI Bandung: Tidak

diterbitkan.

Sagala, Syaiful. (2003).

Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu

Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, Wina (2008).

Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.

Schuler, R.S. (1991).

Personal and Human Resources Management. USA: West

Publishing Company.

Soetopo, Hendyat. (2005).

Pendidikan dan pembelajaran Teori Permasalahan, dan

Praktek. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang Press.

Soenarto. (1998).

Analisis Kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan. Jakarta: Dalam

Majalah Visi No. 4/98. Depdikbud.

Sudjana, Nana. (1988). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Suparlan. (2005). Menjadi Guru Efektif. Yogyakarta: Hikayat Publishing.

Sukmadinata, Nana Syaodih. (1997).

Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek.

Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

---. (1988). Prinsip dan Landasan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: P2LPTK.

Suprijanto. (2005) Pendidikan Orang Dewasa Dari Teori Hingga Aplikasi. Jakarta:

PT Bumi Aksara.

Susilawati, Eneng dkk. (2008). Studi Implementasi KTSP di SMA. Hasil Penelitian di

PPPPTK IPA Bandung: Tidak diterbitkan.

Tyler. Ralph W. (1950). Basic Principles of Curriculum and Instruction. Syllabus for

Education 360. Chicago: The university of Chicago Press.

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. (2003).

Bandung; Wahana Anak Bangsa.

Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

(2003). Bandung: Wahana Anak Bangsa


(6)

Wahjosumidjo. (2007).

Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinajuan Teoritik dan

Permasalahan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Yoder, Dale. (1962).

Office Management and Control Fourth Edition. Richard D.

Irwin. Inc.

Zais, Robert S. (1976). Curriculum Principles and Foundations. New York: Haarper

& Row Publisher.

Zaltman, G. et. Al. (1977).

Dynamic Educational Change. New York: The Free

Press.