ANALISIS EFEK KUALIFIKASI GURU, KOMPETENSI GURU DAN EVALUASI DIRI GURU TERHADAP KUALITAS BELAJAR IPA SISWA SMP DI KOTA SAMARINDA.
ABSTRAK ...I KATA PENGANTAR ...II UCAPAN TERIMA KASIH ...IV DAFTAR ISI ...VI DAFTAR TABEL ...X DAFTAR GAMBAR ...XII DAFTAR BAGAN ...XIII DAFTAR GRAFIK ...XIV DAFTAR PERSAMAAN ...XV DAFTAR LAMPIRAN ...XVI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...1
B. Identifikasi Masalah ...11
C. Batasan Masalah Penelitian ...14
D. Rumusan Masalah ...15
E. Tujuan Penelitian ...16
F. Manfaat Penelitian ...16
G. Sasaran Penelitian ...17
H. Asumsi Penelitian ...18
I. Hipotesa Penelitian ...19
(2)
BAB II KAJIAN TEORITIK
A. Manajemen Mutu Pendidikan ...22
B. Kualifikasi Guru ...39
C. Kompetensi Guru ...48
D. Evaluasi Diri Guru (Teacher Self Evaluation) ...50
E. Kualitas Belajar IPA Siswa ...54
F. Efek Kualifikasi Guru dan Evaluasi Diri Guru Terhadap Kompetensi Guru ...63
1. Efek Kualifikasi Guru terhadap Kompetensi Guru ...63
2. Efek Evaluasi Diri Guru terhadap Kompetensi Guru ...65
G. Efek Kompetensi Guru Terhadap Kualitas Belajar IPA Siswa ...66
H. Kerangka Berpikir ...69
BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ...72
B. Populasi dan Sampel Penelitian ...73
1. Populasi Penelitian ...73
2. Sampel Penelitian...74
C. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian ...75
1. Variabel-Variabel Penelitian ...75
(3)
2. Teknik Pengujian Instrumen ...80
E. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data Penelitian ...85
1. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ...85
2. Teknik Analisis Data...86
F. Prosedur dan Tahap-Tahap Penelitian ...92
G. Waktu dan Tempat Penelitian ...93
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskriptif ...94
1. Gambaran Sampel Penelitian ...94
2. Gambaran Variabel-Variabel Penelitian ...99
B. Analisis Statistik ...109
1. Uji Asumsi ...110
2. Korelasi dan Regresi Variabel Independen dengan Variabel Dependen ...114
3. Korelasi dan Regresi Berganda untuk Karakteristik ...118
C. Pembahasan ...122
1. Efek Kualifikasi Guru dengan Kompetensi Guru ...122
2. Efek Evaluasi Diri Guru dengan Kompetensi Guru ...125
3. Efek Kompetensi Guru dengan Kualitas Hasil Belajar IPA Siswa127 4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Variabel Dependen ...129
(4)
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...134
B. Rekomendasi ...137
Daftar Pustaka ...138
(5)
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan kehidupan sosial ekonomi dan teknologi dalam masyarakat perlu didukung dengan pendidikan yang berbasis teknologi. Peran kebijakan pemerintah tentang pendidikan yang berupaya untuk mencerdaskan dan mensejahterakan rakyat Indonesia, hal ini dilakukan untuk mengimbangi perkembangan kehidupan anak didik dalam masyarakat. Pendidikan bertujuan untuk membantu generasi muda mengembangkan semua pontensi pribadi baik spiritualitas, moralitas, sosialitas, rasa, maupun rasionalitas, agar dapat beradaptasi dengan masyarakat. Oleh sebab itu pendidikan menjadi hak setiap pribadi yang memungkinkan dirinya menjadi manusia berpribadian paripurna ditengah derasnya arus perubahan zaman.
Buchori (1994:33) bahwa yang paling krusial yang dilakukan di tengah perubahan yang imperaktif adalah mendesain relevansi pendidikan nasional supaya lebih dinamis, respontif dan antisipatif. Tiga kemampuan yang dituntut terhadap pendidikan nasional menurut Buchori adalah:
1. Kemampuan untuk mengetahui pola-pola perubahan dan kecendrungan yang sedang berjalan;
2. Kemampuan untuk menyusun gambaran dan dampak yang ditimbulkan oleh kecendrungan-kecendrungan yang sedang berjalan;
3. Kemampuan untuk menyusun program-program penyesuaian diri yang akan ditempuh dalam jangka waktu tertentu atau jangka waktu lima tahun.
(6)
Kebijakan pemerintah dalam sistem pendidikan dibuat dan dirancang untuk peningkatan mutu pendidikan. Mutu Pendidikan berkenaan dengan mutu manajemen sekolah, mutu pembelajaran, mutu pendidik dan tenaga kependidikan dan mutu lulusan anak didik. Pendidikan dalam konteks mutu dikatakan sebagai layanan atau jasa (Sallis, 2010:62), mutu pendidikan dipandang dari sisi pelanggan atau dalam pendidikan pelanggan adalah anak didik, disimpulkan bahwa mutu pendidikan merupakan proses yang dirancang dan dilaksanakan untuk melampaui standar pendidikan dan memenuhi kebutuhan anak didik baik dalam pengetahuan dasar keilmuan, bekal mental dan kompetensi yang berguna dalam kehidupannya.
Sekolah menjadi pranata sosial yang berperan dalam pengembangan sumber daya manusia (SDM) yaitu guru sebagai pembimbing, pengajar dan pendamping bagi anak didik dalam proses pengembangan bangsa. Bahkan dalam peranannya, kualitas seorang guru harus terus ditingkatkan sejalan dengan besarnya tantangan yang dihadapi oleh anak didik maupun sekolah. Tantangan dalam sekolah adalah melaksanakan dan mengembangkan berbagai model kurikulum yang sesuai bagi anak didik, diantaranya Manajemen Berbasis Sekolah, Kurikulum Berbasis Kompetensi atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Pendidikan berbasis masyarakat. Tujuan pengembangan setiap kurikulum adalah memberikan kesempatan pada anak didik aktif dalam proses pembelajaran dan mampu mengembangkan bakat serta minat yang dimilikinya, sehingga anak didik siap hidup dalam masyarakat. Sedangkan tantangan bagi anak didik adalah mereka bisa memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang dapat dijadikan
(7)
bekal bagi kehidupan pribadinya. Selain itu untuk mengetahui keberhasilan sebuah peningkatan mutu pendidikan, dibuktikan dengan hasil belajar anak didik yang memenuhi standar kelulusan. Dalam arti anak didik mendapatkan nilai-nilai pelajaran yang sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan.
Peran guru yang harus mengajarkan pengetahuan kepada anak didik, sehingga anak didik mendapatkan nilai-nilai yang sesuai, menjadi tantangan tersendiri bagi guru. Karena anak didik merupakan sebuah pribadi yang unik dan memiliki karakter tersendiri. Sehingga untuk menjadikan nilai-nilai hasil belajar sebagai sebuah ukuran bagi mutu anak didik adalah tidak mungkin. Namun jika hasil belajar anak didik menjadi salah satu tolok ukur bagi mutu seorang guru, hal tersebut sangat memungkinkan. Karena dari hasil belajar anak didik yang berupa nilai-nilai yang sesuai standar, mengindikasikan bahwa anak didik menyukai pembelajaran yang diberikan oleh guru dan guru benar-benar memiliki kemampuan mengajar yang baik dalam proses pembelajaran.
Dalam beberapa tahun terakhir, beredarnya berita tentang nilai UN dan prestasi anak didik yang mengecewakan dan tidak memenuhi standar nilai yang ditargetkan, menimbulkan berbagai pertanyaan di masyarakat. Diantaranya adalah bagaimana mungkin sistem pendidikan Indonesia yang ada sekarang dapat menghasilkan nilai-nilai rendah dari anak didik. Atau apa yang salah dengan sistem pendidikan sehingga nilai hasil belajar anak menjadi turun dan tidak memenuhi standar nilai. Dari berbagai studi kasus dan survey, ada banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut. Misalkan berdasarkan survei dari The Third
(8)
peserta prestasi SMP siswa kelas dua, Indonesia berada pada urutan ke-32 untuk IPA dan urutan ke-34 untuk Matematika (Permadi 2010:84). Faktor utama rendahnya mutu pendidikan berdasarkan survei ini adalah pertama kondisi guru yang masih “mismatch”, kedua penempatan guru tidak merata dan ketiga guru tidak layak mengajar dalam penempatannya. Menurut World Bank (1988) beberapa studi tentang tingkat pencapaian hasil belajar anak didik dalam bidang MIPA di tingkat pendidikan dasar masih rendah dan di tingkat SMP rata-rata hasil belajar anak didik berada di bawah standar nilai. Dari hasil terakhir survey oleh TIMMS (Trends in International Mathematics and Sciencies Study) menempatkan Indonesia pada posisi ke-34 untuk bidang Matematika dan posisi ke-36 untuk bidang IPA dari 45 negara yang disurvei (Permadi 2010:84).
Dari studi-studi ini, menunjukan bahwa kualitas atau mutu guru di Indonesia masih dalam tingkatan yang rendah. Beberapa hal yang menjadi point utama rendahnya mutu guru menurut Derektur Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Permadi 2010:85) menyatakan bahwa data guru yang tidak layak mengajar sekitar 912.505, terdiri dari 605.217 guru SD, 167.643 guru SMP, 75.684 guru SMA dan 63.961 guru SMK. Dalam tahun 2001 hasil penelitian oleh SEAMEO, guru tidak layak mengajar ada 62% untuk SD dan 29% guru SMP. Dan menurut Balitbang (2000) guru tidak sesuai dengan bidang mengajarnya 31,1%, guru tidak berkualifikasi SD dan SMP 50%, dan tidak berkualifikasi guru SMA 20%, serta Underqualified guru MI, MTs dan MA 60%.
Pemerintah telah melakukan banyak program dalam meningkatkan mutu guru melalui pelaksanaan program-program penataran atau pelatihan, lokakarya,
(9)
pembekalan kurikulum ataupun pengembangan dan peningkatan kompetensi guru. Terkadang juga melalui Sertifikasi guru, pelaksanaan peningkatan Kualifikasi guru, pelaksanaan Evaluasi diri guru (teacher self-evaluation) dan pelatihan tentang kompetensi yang dimiliki guru untuk mengetahui laju peningkatan mutu guru. Namun hal ini tidak memberikan efek yang signifikan terhadap mutu pendidikan dan mutu guru sendiri bahkan kualitas belajar anak didik. Sehingga prestasi belajar siswa dan hasil belajar siswa masih berada pada tingkatan rendah. Beberapa guru mengakui bahwa ketika mendapatkan pelatihan dan setelah kembali ke sekolah, guru jarang sekali mempraktekkan hasil pelatihan tersebut dan memahami dengan baik materi-materi yang ada dalam pelatihan tersebut. Karena terkadang materi pelatihan yang diberikan tidak selalu sesuai dengan kebutuhan guru, atau guru tidak memiliki komitmen untuk melakukan perbaikan terhadap kompetensinya. Dan pelatihan tersebut hanya menitikberatkan pada aspek afektif saja, sehingga guru tidak dapat menerapkan hasil pelatihan dalam proses pembelajarannya di kelas.
Gambaran lain mengapa kualitas atau mutu guru rendah adalah guru muda yang tertarik menjadi guru bukanlah calon-calon terbaik dari generasi muda, karena biasanya yang terbaik selalu memilih sekolah lanjutan yang terbaik pula dan memiliki masa depan cerah, seperti kedokteran, teknik ataupun sekolah hubungan internasional. Sedangkan lulusan non-kependidikan yang memilih menjadi guru dengan mengambil akta mengajar, kebanyakan juga bukan lulusan terbaik, karena pada umumnya mereka melakukan hal tersebut karena mudah mendapatkan pekerjaan, ketika pekerjaan yang diinginkan tidak diperoleh. Hal-hal
(10)
seperti ini sering terjadi di daerah-daerah yang memiliki wilayah yang luas dengan jumlah penduduk yang relatif sedikit. Apalagi dengan adanya otonomi daerah yang memberikan wewenang tersendiri bagi setiap daerah mengatur dan mengangkat pegawai-pegawainya, memberikan akses terbuka bagi calon-calon yang tidak layak menjadi guru di daerah tersebut. Contoh kasus tentang dampak otonomi daerah di Kalimantan Timur, antara tahun 2000 sampai 2005, terjadi perektrutan guru secara besar-besaran di 13 kabupaten/kota. Pengangkatan ini berdasarkan pada wewenang otomoni yang dimiliki masing-masing daerah, karena merasa memiliki hak untuk mengangkat sendiri pegawai yang bekerja didaerah tersebut. Namun tidak memperkirakan dampak yang timbul dari pengangkatan guru ini, yang menyebabkan kinerja, kompetensi dan kualifikasi yang dimiliki guru yang diangkat tidak sesuai dengan standar pendidik dan tenaga kependidikan. Kualifikasi guru yang diangkat secara akademik, tidak sesuai dengan tugas mengajar dan mata pelajaran yang diajarkan kepada siswa. Sehingga berpengaruh pada hasil belajar anak didik, baik dalam nilai akhir maupun pemahaman konsep yang diajarkan, tidak mencapai tujuan pembelajaran.
Meskipun pada akhirnya muncul kesadaran pemerintah daerah untuk memperbaiki kondisi ini, pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten di setiap propinsi, memiliki wewenang untuk melaksanakan program-program pengembangan pendidikan dan peningkatan mutu pendidikan. Biasanya program ini didukung dengan pengembangan teknologi pembelajaran yang “up to date” dan dilaksanakan dalam tingkat satuan pendidikan serta didukung oleh institusi pendidikan yang berwewenang dalam membuat dan
(11)
melaksanakan kebijakan pendidikan yang berasal dari pemerintah pusat. Masa era desentralisasi yaitu otonomi daerah yang merupakan hasil reformasi politik menjanjikan banyak perubahan sekaligus tantangannya. Tantangannya adalah munculnya persoalan dari kebijakan perekrutan sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan, pembiayaan pendidikan, standarisasi kurikulum, dan dalam menerjemahkan peraturan dan perundangan kependidikan yang berbeda-beda, mengakibatkatkan jumlah guru tidak sebanding dengan kebutuhan guru di sekolah. Pengembangan kurikulum tidak merata di semua sekolah dan tidak semua sekolah dapat melakukan pengembangan kurikulumnya. Pembiayaan sekolah yang tidak merata dan sesuai dengan kebutuhan masing-masing sekolah, misalkan dengan jumlah yang sama untuk setiap sekolah tidak diimbangin dengan kebijakan dimana lokasi sekolah tersebut dan apa yang diperlukan oleh sekolah, sehingga pembiayaan tersebut menjadi sia-sia. Peraturan yang berbeda-beda dalam setiap daerah lebih menjadi ajang bagi berbagai kepentingan politik untuk menunjukan kekuasaannya.
Tingkat jenuh anak didik semakin tinggi selama proses belajar mengajar di kelas dengan ketidakmampuan guru untuk memfasilisator pembelajaran, pengetahuan dan ilmu terhadap anak didik. Dalam hal ini bisa dikatakan kualitas guru berada pada tingkatan rendah, karena tidak mampu memenuhi kepuasan anak didik. Oleh sebab itu, pemerintah mengambil kebijakan untuk mengatasi rendahnya kualitas guru, yaitu dengan melaksanakan dan memberikan kesempatan kepada guru, untuk kembali belajar tentang pendidikan dan proses belajar mengajar dan pembelajaran secara khusus. Bekerjasama dengan
(12)
Universitas, guru yang diangkat diberikan kuliah secara umum bagaimana melaksanakan dan mengelola pembelajaran di kelas serta berinteraksi dengan anak didik.
Program ini hanya memecahkan sebagai dari tatangan dalam pendidikan. Meskipun guru kemudian memiliki pengetahuan dalam mengelola pembelajaran, guru-guru tersebut harus menyesuaikan diri dan memahami konsep pelajaran atau mata pelajaran yang menjadi tanggungjawabnya. Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah memberikan bantuan pendidikan untuk guru sebagai upaya dalam meningkatkan kualifikasi akademik yang dimiliki guru, sehingga dapat mengimbangi perkembangan anak didik yang lebih mudah menyerap pengetahuan disekitarnya, seperti pengenalan media elektronik yang berteknologi maju. Anak didik berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan lingkungannya, dengan atau tanpa diberikannya pengetahuan dan pendidikan secara formal. Pendidik haruslah memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas untuk dapat bersaing dengan anak didiknya sendiri, sehingga mampu mengatasi dan mengarahkan anak didik kearah dan tujuan pendidikan yang diinginkan.
Tujuan pendidikan diarahkan untuk memberdayakan sumber daya manusia, pendidikan sebagai proses memanusiakan anak didik dan mengembangkan potensinya agar menjadi lebih aktual dalam kematangan dan kemandirian hidupnya. Pendidikan diberikan agar anak didik mampu mengeluarkan sisi kemanusiannya secara sempurna. Tugas inilah yang menjadi tanggung jawab yang besar bagi seorang guru sebagai pendidik, pembimbing yang mengarah anak didik kearah yang benar dan sesuai dengan amanat
(13)
perundangan tersebut. Guru adalah pilar dalam melaksanakan pendidikan, pengajaran dan pembelajaran terhadap anak didik. Keprofesian seorang guru akan teruji melalui tingkah laku, tehnik mengajar dan interaksinya terhadap anak didik, saat mereka berdiri sebagai seorang pendidik.
Guru sebagai sumber pendidikan yang utama dalam upaya peningkatan mutu pendidikan, sehingga dalam mendukung peningkatan mutu guru, dilakukan berbagai program peningkatkan kompetensi yang dimiliki guru. Terlepas pada pemahaman dan pengetahuan guru tentang bidang keilmuan yang menjadi pokok bahasan mengajar, guru memiliki wawasan dan keterampilan mengajar yang dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi anak didik. Peraturan Pemerintah (PP) No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, terutama pada Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan pasal 28, kompetensi yang wajib dimiliki dan dikuasi guru terbagi dalam empat dimensi kompetensi yaitu:
1. Pedagogik adalah kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran pada anak didik.
2. Kepribadian adalah kemampuan guru dalam pembawaan yang tenang, berkarisma, berwibawa namun tetap mampu didekati anak didik dan mencerminkan kecerdasan yang bukan hanya terkait pada bidang keilmuan tapi juga dalam wawasan pengetahuan yang luas.
3. Sosial adalah kemapuan guru sebagai bagian dari masyarakat dan berinteraksi dengan anak didik, sekolah dan lingkungannya dengan baik, dalam arti adil dan tegas tanpa memandang status anak didik.
(14)
4. Profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing anak didik memenuhi strandar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan, Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) sebagai sebuah lembaga pendidikan yang memiliki wewenang dalam pelaksanaan peningkatan mutu pendidikan, memberikan pelayanan yang terbaik untuk memberikan pelatihan peningkatan kompetensi bidang pengajaran dan pembelajaran yang terus berkembang dalam dunia pendidikan maupun pengembangan keprofesionalan guru.
Seperti halnya segi perekonomian dan politik, program pelatihan yang ditawarkan LPMP mengarah pada perkembangan pendidikan yang mengikuti perubahan dunia. Meskipun terbatas pada perkembangan psikologi masyarakat dan anak didik, maka pelatihan tersebut difokuskan pada upaya pengembangan model dan tehnik pengajaran disesuaikan kondisi anak didik. Pelatihan ini
memberikan pengetahuan kepada guru untuk dapat mengembangkan
kompetensinya mengikuti perkembangan tehnologi, mau mempelajari dan memahami dengan lebih dalam tentang media elektronik yang akan memudahkan dalam mengajar dan membimbing anak didik. Oleh sebab itu sangat diperlukan pengetahuan tentang kompetensi yang dimiliki oleh guru, karena tanpa adanya pengetahuan tersebut akan menimbulkan masalah dalam pembelajaran di kelas. Diantaranya adalah pemahaman guru terhadap konsep materi yang diajarkan, kemampuan guru dalam mengajar dengan menggunakan media dan memilih metode pembelajaran yang sesuai, penggunaan tehnik mengajar yang benar, serta
(15)
berinteraksi dengan anak didik yang tidak fleksibel, sehingga tidak menjadikan guru sebagai tokoh idola di kelas yang mampu menarik perhatian anak didik terhadap apa yang dibicarakannya.
Untuk melihat hasil yang lebih signifikan, penelitian ini diberlakukan pada guru IPA di Tingkat Satuan Menengah Pertama (SMP), peneliti memfokuskan pada mutu guru IPA yang menjadi tugas peneliti sebagai mahasiswa S2 Pendidikan, sekaligus sebagai staff di LPMP. Penelitian ini diperlukan untuk melihat efek kualifikasi guru, kompetensi guru dan evaluasi diri guru terhadap mutu guru IPA yang diukur berdasarkan kualitas belajar pada anak didik yang berupa nilai-nilai pada pelajaran IPA.
Uji Kompetensi dan Peningkatan Kualifikasi Guru, serta pelaksanaan Sertifikasi Guru yang menjadi syarat mutlak seorang guru agar dapat disebut seorang profesional. Sedangkan evaluasi diri guru, memberikan penilaian dari dalam diri guru untuk melihat kelemahan dan kelebihan serta keyakinan diri yang dimiliki oleh guru, agar dapat memuaskan anak didik, masyarakat yang diwakili oleh komite dan kepala sekolah sebagai pemegang kebijakan di sekolah. Kualitas belajar anak didik menjadi penilaian bagi mutu guru dalam penelitian ini difokuskan pada nilai hasil belajar IPA siswa yaitu nilai UN IPA.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang penelitian ini, permasalahan yang dijadikan kajian utama dalam penelitian ini adalah mutu guru IPA yang menghasilkan mutu belajar anak didik yang rendah. Mata pelajaran IPA
(16)
merupakan salah satu pelajaran yang memiliki nilai terendah pada anak didik, bukan hanya pelajaran tersebut merupakan pelajaran yang sulit tapi juga bagi guru yang mengajar pelajaran tersebut harus benar-benar memahami konsep pelajaran dengan lebih mendalam dan luas. Guru juga harus bisa mengaitkan konsep pelajaran dengan kehidupan nyata dan menjelaskan dengan luas konsep IPA tersebut sehingga dapat diserap oleh anak didik dengan baik. Kelemahan utama ketika proses pembelajaran adalah guru yang mengajar tidak mampu menarik anak didik untuk memahami penjelasan dan penyampaian materi guru, sehingga anak didik cendrung melupakan atau bahkan mengacuhkan guru saat mengajar. Dan ketika anak didik diberikan tugas pengayaan, mereka selalu terpaku pada contoh-contoh sederhana yang pernah diberikan guru ataupun yang terbaca dalam buku pelajaran IPA. Sehingga saat ada soal yang sedikit lebih rumit, anak didik kesulitan untuk menyelesaikan soal tersebut. Inilah yang menyebabkan nilai-nilai mereka pada akhirnya berada di tingkat rendah. Dari sinilah kualifikasi guru berperan dalam memberikan sumbangan bagi guru agar layak mengajar bidang tertentu. Kualifikasi guru bukan hanya sebuah simbul legalitas, tapi lebih pada hak guru untuk mengajar yang sesuai dengan kualifikasinya. Karena dengan kualifikasinya, guru telah memiliki pengetahuan lebih dalam pada bidang pengajaran yang menjadi tanggungjawabnya. Dan ini memiliki efek pada pemahaman yang lebih luas terhadap konsep pelajaran.
Tidak dapat dipungkiri, bahwa seorang guru merupakan sentral informasi yang berada di dalam kelas, guru memberikan pengetahuan yang dimiliki, membimbing anak didik untuk menumbuhkembangkan bakat dan minat,
(17)
mengajarkan berbagai keterampilan yang dipergunakan dalam kehidupan anak didik dan memberikan dorongan bagi anak didik mencapai hasil belajar yang lebih baik. Semua kegiatan ini didukung dengan kompetensi yang harus dikuasai dan dimiliki oleh guru. Sedikit saja kekurangan guru terhadap kompetensinya, kemampuan guru di kelas tidak memberikan efek terhadap mutu belajar anak didik. Misalkan dengan kurang penguasaan guru terhadap kompetensi pedagogik, guru tidak mampu memberikan penjelasan yang singkat dan jelas kepada anak didik tentang konsep pelajaran yang diberikan. Ditambah dengan kemampuan guru yang kurang dalam pengelolaan kelas, membuat anak didik semakin mengacuhkan pelajaran yang diajarkan guru tersebut. Jika kompetensi guru masih dalam kategori rendah, meskipun dengan kualifikasi yang sesuai standar, mutu belajar siswa belum tentu berada dalam tingkatan yang baik. Yang berindikasi bahwa mutu guru juga berada dalam tingkatan yang sama dengan mutu belajar anak didik. Oleh sebab itu diperlukan bagi guru melakukan evaluasi diri untuk melihat kedalam dirinya, mencari dan menggali potensi dan kelemahan diri serta menumbuhkan keyakinan diri untuk mencapai kompetensi yang berstandar. Dengan evaluasi diri guru akan berefek pada peningkatan kompetensi guru, dengan melalui perbaikan dan pengembangan diri setelah melihat dan mengukur diri guru sendiri.
Mutu guru dilihat dari sudut pandang anak didik adalah guru bisa melampaui harapan anak didik, mereka mengganggap sekolah tempat yang menyenangkan, tempat belajar yang mengasikkan dengan guru-guru yang bukan hanya sebagai pengajar yang berdiri didepan kelas, tapi sebagai seorang yang
(18)
memiliki kemampuan untuk menjadi pembimbing sekaligus teman yang mendukung dan memotivasi. Yang berarti mutu guru diukur melalui mutu belajar anak didik yang mencapai nilai-nilai standar. Sehingga sekolah dengan guru-guru yang berkarakter seperti itu menjadi tempat terpecaya untuk mendidik anak-anak bagi masyarakat, dan anak didik berhasil dalam belajar serta dalam menjalani hidupnya.
C. Batasan Masalah Penelitian
Peneliti memberi batasan dalam penelitian ini, dengan hanya mengkaji dua poin penting dari standar pendidik dan tenaga kependidikan yang memungkinkan untuk memberikan efek terbesar dalam peningkatan mutu guru yaitu kualifikasi guru dan kompetensi guru. Dua syarat ini dimungkinkan untuk saling mempengaruhi sehingga peneliti menambahkan satu variabel lagi untuk melihat efek yang membedakan atau mendukung ke dua variabel yang dipergunakan. Poin yang ke tiga yaitu evaluasi diri guru dikaji sebagai pembanding untuk melihat ke dalam diri guru, yang menjadi motivator guru untuk meningkatkan kompetensi diri.
Untuk menarik batas tipis antara kompetensi guru dan evaluasi diri guru, peneliti mempertegas bahwa kompetensi guru merupakan keterampilan dan keahlian yang dimiliki guru, evaluasi diri guru adalah penilaian dalam diri guru untuk menumbuhkan motivasi dan kepercayaan diri. Dan mutu guru adalah pencapaian yang melampaui standar minimum dan pemuasan terhadap kebutuhan anak didik, dalam penelitian ini mutu guru di ukur dengan melihat mutu belajar
(19)
siswa, berupa nilai-nilai yang diperoleh anak didik selama pembelajaran oleh guru tersebut. Penelitian ini dipersempit pada bidang pelajaran IPA di tingkat satuan pendidikan SMP.
D. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan identifikasi permasalahan, rumusan permasalahan yang dijadikan topik penelitian adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran kualitas belajar IPA pada anak didik tingkat SMP di Kota Samarinda?
2. Bagaimana gambaran kualifikasi guru IPA SMP di Kota Samarinda? 3. Bagaimana gambaran evaluasi diri guru IPA SMP di Kota Samarinda? 4. Bagaimana gamabaran kompetensi guru IPA SMP di Kota Samarinda?
5. Bagaimanakah efek kualifikasi guru terhadap kompetensi guru mata pelajaran IPA tingkat satuan pendidikan SMP Kota Samarinda?
6. Bagaimanakah efek evaluasi diri guru terhadap kompetensi guru bidang IPA tingkat satuan pendidikan SMP Kota Samarinda?
7. Bagaimanakah efek kompetensi guru terhadap kualitas belajar siswa SMP Kota Samarinda?
8. Faktor-faktor yang paling mempengaruhi mutu belajar IPA siswa SMP Kota Samarinda?
(20)
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendapatkan gambaran tentang:
1. Mutu belajar IPA pada siswa SMP Kota Samarinda 2. Kualifikasi guru IPA SMP Kota Samarinda
3. Evaluasi diri guru IPA SMP Kota Samrinda 4. Kompetensi guru IPA SMP Kota Samarinda
5. Efek kualifikasi guru terhadap kompetensi guru bidang IPA 6. Efek evaluasi diri guru terhadap kompetensi guru IPA SMP 7. Efek kompetensi guru terhadap kualitas belajar siswa SMP 8. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas belajar siswa SMP
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat praktis dari hasil penelitian:
a. Penulis, hasil penelitian menjadi referensi dalam melaksanakan tugas kerja di instansi;
b. Guru, hasil penelitian memberikan gambaran efek-efek yang terjadi dari peningkatan kompetensi guru dan mutu guru;
c. LPMP, hasil penelitian ini menjadi bahan referensi dan kajian dalam menyusun dan merancang pelaksanaan program peningkatan mutu pendidikan;
(21)
d. Universitas Pendidikan Indonesia, hasil penelitian menjadi bahan bacaan yang berguna dalam memberikan pendidikan terhadap calon-calon guru di masa depan.
2. Manfaat secara teori dari hasil penelitian adalah:
a. Keilmuan, hasil penelitian ini menjadi model dalam menentukan mutu guru yang diperlukan adalah terletak pada pengembangan kompetensi diri guru, evaluasi diri guru dan kualifikasi guru dalam kependidikan.
b. Hasil penelitian menunjukan terjadi efek peningkatan kualifikasi guru, evaluasi diri guru dan kompetensi guru adalah perubahan kualitas belajar IPA siswa, dalam penelitian ini merupakan perubahan pada hasil belajar IPA siswa.
G.Sasaran Penelitian
Sasaran penelitian ini diarahkan pada Guru Mata Pelajaran IPA tingkat SMP di Kota Samarinda yang berjumlah 237 orang guru IPA sekolah swasta dan negeri. Pemilahan sasaran ini bertolak pada kenyataan di lapangan, bahwa untuk mata pelajaran IPA yang dianggap anak didik sebagai bidang pelajaran sukar untuk dipahami dan dipelajari, sehingga guru yang mengajarkan bidang ini diharuskan benar-benar memiliki kompetensi pembelajaran yang inovatif sehingga mampu menarik minat dan membimbing anak didik dalam memahami serta menyerapkan ilmu atau pelajaran tersebut dengan baik.
(22)
H.Asumsi Penelitian
Asumsi penelitian dalam penelitian ini adalah:
1. Analisis merupakan penjelasan dan penguraian sebuah peristiwa atau kejadian yang diselidiki kebenaran dari peristiwa tersebut, dalam penelitian ini analisis yang dilakukan merupakan penguraian dan pembuktian dari kualitas belajar siswa yang tinggi atau rendah dihasilkan dari kualitas guru.
2. Efek merupakan hasil yang diperoleh dari sebuah peristiwa atau kejadian, misalkan kompetensi guru yang tinggi, dalam arti kemampuan guru mengajar di kelas baik dan diminati anak didik menghasilkan kualitas belajar yang tinggi dan dibuktikan dengan nilai-nilai yang sesuai standar.
3. Kualitas belajar siswa merupakan hasil dari proses pembelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa sebagai bentuk penilaian pencapaian siswa terhadap pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, dalam penelitian ini mempergunakan nilai UN pada siswa.
4. Mutu guru merupakan kemampuan guru dalam melakukan proses
pembelajaran dalam bentuk keterampilan mengajar guru, kualifikasi yang dimiliki guru yang berakibat pada kepuasan siswa diwujudkan dalam prestasi belajar siswa dan penilaian diri guru untuk melihat tingkat keterampilan dan pengetahuan yang dimilikinya.
5. Kualifikasi guru merupakan pengakuan terhadap kemampuan guru, sehingga guru dapat mengajarkan peserta didik ilmu pengetahuan dan membimbing peserta didik, biasanya berbentuk sertifikasi dan rekomendasi dari lembaga pendidikan.
(23)
6. Kompetensi guru merupakan pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai dan diwujudkan oleh seorang professional dalam melaksanakan tugas keprofesiannya dalam hal ini seorang guru.
7. Evaluasi diri guru merupakan bentuk penilaian terhadap kemampuan dari dalam seseorang atau individu agar dapat mengenali pribadinya secara utuh. 8. Karakteristik guru merupakan ciri-ciri atau keseragaman karakter yang
dimiliki seseorang untuk dapat dikatakan sebagai seorang guru. Misalkan seorang guru harus memiliki akta mengajar untuk bisa memberikan pendidikan kepada siswa, atau seseorang harus memiliki latar pendidikan di bidang keahlian yang sesuai dengan mata pelajaran yang diberikan kepada siswa.
I. Hipotesa Penelitian
Penelitian memiliki empat variabel yang dirumuskan yaitu kualifikasi guru, kompetensi, evaluasi diri guru dan kualitas belajar IPA siswa SMP. Peneliti menegaskan bahwa kualitas belajar IPA siswa SMP diwakili oleh hasil belajar siswa (nilai UN IPA) sebagai variabel yang terikat atau dependen. Jadi dalam penelitian ini dirumuskan tiga hipotesa asosiatif dan empat hipotesa deskriptif. Paradigma adalah hubungan yang terjadi antara setiap variabel-variabel dalam penelitian, yaitu hubungan antara X1, X2, dan X3 dengan Y, yang digambarkan dengan hubungan statistik adalah:
(24)
Bagan 1.1
Hubungan Antara Variable-Variabel Independen Dengan Variabel Dependen
1. Rumusan hipotesa penelitian berdasarkan paradigma penelitian dan rumusan masalah penelitian:
a. Terdapat efek pada kompentensi guru dengan dilaksanakannya peningkatan kualifikasi guru.
b. Terdapat efek pada kompetensi guru dengan pelaksanaan evaluasi diri guru yang kontinu.
c. Terdapat efek pada kualitas belajar IPA siswa SMP, jika kompetensi yang dimiliki guru mengalami peningkatan.
d. Terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi dalam peningkatan kualitas belajar IPA pada siswa SMP.
J. Metodelogi Penelitian
Secara singkat, penelitian ini didesain sebagai penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang berlandarkan pada realitas atau gejala yang dapat diklasifikasikan, relative tetap, konkrit, terukur dan memiliki hubungan gejala sebab akibat. Biasanya penelitian ini lebih pada populasi atau sampel yang representatif.
X1
X2
(25)
Proses dalam penelitian ini lebih bersifat deduktif dan analisis statistik untuk menjawab rumusan masalah yang dirancang, sehingga menemukan keselarasan dengan konsep atau teori pendukung. Oleh sebab itu dalam penelitian ini menggunakan instrument penelitian yang berbentuk kuesioner dengan pertanyaan yang berisi dengan pengalian informasi terhadap responden tentang keadaan yang sebenarnya. Informasi tersebut dalam bentuk persepsi, pendapat dan pengetahuan yang dimiliki responden terhadap masalah yang diteliti.
Pengumpulan data dan analisa data dilakukan dengan menggunakan hasil-hasil yang diberikan responden saat mengisi kuesioner penelitian. Pengolahan dan analisis hasil penelitian dengan mengunakan dasar-dasar statistik untuk penelitian di bidang pendidikan.
K. Lokasi Dan Waktu Penelitian
1. Lokasi penelitian, SMP Negeri dan Swasta di Kota Samarinda provinsi Kalimantan Timur.
2. Waktu penelitian adalah enam bulan penelitian yaitu dari penyusunan sampai pelaporan November 2010 sampai dengan Agustus 2011.
(26)
72
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang berlandaskan pada filsafat positvisme, dan digunakan dalam penelitian dengan populasi atau sampel tertentu. Penelitian kuantitatif ini mencari hubungan antara komponen-komponen dalam permasalahan yang diteliti dan akibat dari hubungan tersebut. Berdasarkan rumusan masalah, topik mutu guru diangkat sebagai garis besar permasalahan dalam penelitian. Dalam mutu guru yang diteliti adalah efek dari peningkatan kualifikasi guru, kompetensi guru dan evaluasi diri guru terhadap kualitas belajar IPA pada siswa SMP. Hasil penelitian ini adalah mendapatkan gambaran hasil peningkatan mutu guru melalui penilaian kemampuan dan keahliannya, baik secara legalitas atau akademik, yaitu kesesuaian kualifikasinya dengan standar pendidikan maupun tingkat keyakinan dan kepercayaan diri guru terhadap kompetensi dan kualifikasi yang dimilikinya untuk mencapai kualitas belajar siswa yang dibuktikan dengan nilai-nilai yang diperoleh siswa.
Analisa yang diperoleh dari penelitian ini dijelaskan secara deduktif untuk melihat hubungan setiap variabel penelitian ini dan secara statistik untuk melihat hubungan yang berefek antara setiap variabel independen dan variabel dependen. Pengunaan analisis statistik diberlakukan sesuai dengan jenis data dalam penelitian, dan jenis skala pengukuran data, yaitu menggunakan analisis regresi
(27)
dengan metode enter dan stepwise. Kedua metode ini melihat besar efek yang dihasilkan variabel independen terhadap variabel dependen.
B. Populasi Dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti. Oleh sebab itu populasi dalam penelitian jumlah SMP Negeri dan Swasta di Kota Samarinda.
Tabel 3.1
Jumlah SMP di Kalimantan Timur
NO. KAB/KOTA
TINGKAT
SEKOLAH JUMLAH
SMP MTS
1 Paser - kab. 46 15 61
2 Kutai - kab. 104 39 143
3 Berau - kab. 39 4 43
4 Bulungan - kab. 38 2 40
5 Malinau - kab. 20 0 20
6 Nunukan - kab. 37 2 39
7 Kutai barat - kab. 51 4 55
8 Kutai timur - kab. 48 9 57
9 Penajam paser utara - kab. 24 10 34
10 Tana tidung - kab. 7 0 7
11 Samarinda – kota 78 28 106
12 Balikpapan – kota 53 11 64
13 Tarakan – kota 16 5 21
14 Bontang – kota 27 5 32
(28)
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Karakteristik yang dimiliki dari guru-guru adalah yang mengajar mata pelajaran IPA di sekolah tempat tugasnya. Sampel dalam penelitian ini diambil berdasarkan Teknik sampling metode cluster sampling, pemilihan teknis ini oleh peneliti disebabkan populasi penelitian yang begitu besar. Teknik ini dilakukan dengan dua tahapan, meliputi :
a. Tahap pertama, peneliti menentukan sampel daerah yang diteliti, meliputi
enam kecamatan. Hal ini dilakukan untuk melihat hasil penelitian secara wilayah, karena ada kemungkinan faktor-faktor yang mempengaruhi di luar dari faktor yang telah ditetapkan.
2. Tahap kedua, adalah menentukan jumlah SMP yang berada didaerah tersebut
baik sekolah negeri atau swasta, untuk sampel dalam penelitian ini. Tabel berikut menunjukan jumlah SMP setiap kecamatan yang dijadikan sampel. Sampel dihitung dengan mempergunakan persamaan:
=
( )Tabel 3.2
Jumlah Sampel Penelitian
KECAMATAN TINGKAT SMP JUMLAH SAMPEL SMP NEGERI SMP SWASTA
Palaran 8 4 12 5
Samarinda ilir 15 5 20 5
Samarinda seberang 12 5 17 5
Samarinda ulu 20 5 25 5
Samarinda utara 15 5 20 5
Sungai kunjang 8 4 12 5
(29)
Penentuan awal sampel mengikuti perumusan sejumlah 51 SMP dari jumlah total yaitu 106, tetapi saat teknis di lapangan banyak sekolah yang menolak untuk dilakukan penelitian di tempat tersebut, peneliti mangambil sampel minimum yaitu 30 SMP dari jumlah total, dengan perincian setiap kecamatan seperti yang tercantum dalam tabel 3.2.
C. Varibel Penelitian Dan Definisi Operasional
1. Variabel-variabel Penelitian
Variabel-variabel penelitian adalah komponen-komponen yang bisa diukur dan dinilai, sehingga dapat ditemukan hubungan setiap variabelnya. Merunut dari kerangka berpikir, variabel-variabel dalan penelitian ini:
a. Variabel independen, variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab timbulnya variabel dependen. Dalam penelitian ini variabel independen adalah kualifikasi guru, kompetensi guru dan evaluasi diri guru.
b. Variabel dependen, variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
karena adanya variabel indevenden. Penelitian ini memiliki variabel dependen yaitu mutu atau kualitas belajar IPA siswa SMP.
2. Definisi Operasional dalam Penelitian
Pengertian definisi operasional adalah pemahaman konseptual dari variabel-variabel yang terukur dalam penelitian tersebut, diantaranya;
a. Kualifikasi guru, adalah tingkatan keahlian atau prasyarat yang diperlukan
(30)
adalah seseorang yang dapat menunjukan suatu “keahlian atau kecakapan khusus” yang dikuasinya dan telah terakui. Dalam penelitian ini kualifikasi juga meliputi kemampuan guru untuk mengembangan profesinya sebagai guru, yang layak untuk mengajar, berkualifikasi dan bersertifikasi.
b. Evaluasi diri guru, adalah tingkat dimana individu menyukai atau tidak
menyukai diri mereka sendiri, mereka menganggap diri mereka cakap dan efektif, dan mereka dapat memegang kendali atau merasa tidak berdaya atas lingkungan mereka. Evaluasi inti diri seorang individu ditentukan oleh dua elemen utama: harga diri dan lokus kendali. Harga diri didefinisikan sebagai tingkat menyukai diri sendiri dan tingkat sampai mana individu menganggap diri mereka berharga atau tidak berharga sebagai seorang manusia.
c. Kompetensi guru merupakan kemampuan guru dalam melakukan
pekerjaannya atau kemampuan mengajar guru. Kompetensi guru sebagai agen pembelajaran telah ditentukan dalam standar kompetensi yang wajib dimiliknya, penelitian ini menggunakan kompetensi guru berdasarkan pendapat E. Mulyasa (2008:135), sehingga dalam penelitian ini kompetensi professional termasuk digabungkan dalam tiga kompetensi lainnya.
d. Kualitas belajar IPA siswa, mutu didefenisikan sebagai sesuatu yang
memuaskan dan melampaui keinginan dan kebutuhan pelanggan (Sallis.E:2010:58). Kualitas belajar siswa adalah hasil belajar yang diperoleh siswa selama mengikuti pembelajaran di kelas yang dibuktikan dengan nilai-nilai akhir proses belajar mengajar atau dalam nilai-nilai UN siswa, dan memuaskan siswa maupun orang tua. Hasil belajar menunjukan siswa
(31)
tersebut dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi atau dapat diterima di dunia kerja. Oleh sebab itu diperlukan nilai dan keterampilan siswa yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja dan masyarakat.
D. Instrumen Dan Pengumpulan Data Penelitian
1. Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan kuesioner untuk mendapatkan data-data penelitian yang diukur dan dihitung atau dianalisa. Isi dari kuesioner berupa aspek-aspek dan pertanyaan yang mengacu pada tujuan kuesiner. Kuesioner penelitian ini terbagi dalam tiga kuesioner yang menggunakan pertanyaan-pertanyaan dengan alternatif jawaban yang tertutup. Tujuan penggunaan kuesioner dengan model ini untuk mengetahui secara fakta dan jelas semua informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
Instrumen dalam penelitian ini dianalisa dengan berdasarkan pembagian informasi yang menjadi pertanyaan. Misalkan untuk kualifikasi guru, informasi yang digali peneliti adalah latar belakang pendidikan dan tugas mengajarnya. Dari dua indikator ini dibandingkan dengan indikator kompetensi yang harus dimiliki guru, sehingga kualitas belajar siswa terukur melalui perubahan yang dihasilkan dari proses belajar mengajar yaitu dengan peningkatan nilai rata-rata yang diperoleh siswa.
Kisi-kisi pertanyaan yang mencari nilai untuk setiap variabel penelitian diuraikan dalam tabel berikut:
(32)
Tabel 3.3
Kisi-kisi Kuesioner Kualifikasi guru
No Indikator Sub indikator
1. Kualifikasi akademik 1.1Memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai.
1.2Memiliki pengalaman mengajar selain disekolah penugasan.
2. Kegiatan pengembangan profesi keguruan dan keahlian
2.1Mengikuti pelatihan dan pendidikan tentang peningkatan kompetensi. 2.2Melaksankan penyusunan instrument
pembelajaran.
2.3Melaksankan pengembangan instrument pembelajaran.
2.4Berperan aktif dalam organisasi profesi.
Indikator-indikator dalam kualifikasi guru dirumuskan peneliti dengan mengacu pada PP 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 29. Salah satu pokok dalam kualifikasi guru adalah sertifikasi guru yang berisi komponen-komponen yang dirumuskan dalam dua indikator kualifikasi di tabel 3.3. Kompetensi-kompetensi guru yang menjadi indikator dalam penelitian ini hanya pedagogik, sosial dan kepribadian, karena peneliti melihat keselarasan ketiga kompetensi ini dengan kualifikasi guru dan evaluasi diri guru. Meskipun demikian, sub indikator dan pertanyaan yang dirancang sudah memasukan komponen-komponen yang ada di kompetensi profesional.
(33)
Tabel 3.4
Kisi-Kisi Kuesioner Kompetensi Guru
No Indikator Sub indikator
1. Pedagogik 1.1 Menguasai materi pelajaran.
1.2 Menguasai media pembelajaran. 1.3 Menguasai metode pembelajaran. 1.4 Menguasai teknik pengelolaan kelas. 1.5 Memahami penyusunan instrument
penilaian pembelajaran
2. Kepribadian 2.1 Memiliki sifat-sifat yang patut dan
wajar bagi seorang pendidik.
2.2 Berpenampilan baik dalam tutur bahasa dan pakaian.
3. Sosial 3.1 Memiliki hubungan komunikasi yang
baik antara guru dengan siswa, rekan kerja, dan orang tua.
Dalam indikator-indikator evaluasi diri guru, dirangkum oleh peneliti berdasarkan kajian teori yang didapat dari Teacher Self-Evaluation Tool Kit (Peter, 1996). Komponen-komponen dalam evaluasi diri guru meliputi kemampuan personal, kemampuan professional, hubungan, keterampilan dalam kelas dan kerjasama serta menentukan hasil pembelajaran. Peneliti merangkum komponen-komponen tersebut dalam tiga indikator seperti dalam tabel berikut:
(34)
Tabel 3.5
Kisi-Kisi Kuesioner Evaluasi Diri Guru
No Indikator Sub Indikator
1. Keyakinan dan kepercayaan diri sebagai seorang guru
1.1 Memahami posisi diri sebagai guru: 1.2 Memahami diri sebagai individu. 1.3 Mampu mengendalikan emosi
pribadi guru:
1.4 Mampu mengendalikan siswa selama proses belajar mengajar,
1.5 Memahami hubungan yang terjadi antara guru, siswa dan orang tua. 2. Kelemahan dan kelebihan
yang dimiliki saat mengajar di kelas
2.1 Mengetahui keadaan kelas: 2.2 Memahami siswa:
2.3 Mampu melakukan evaluasi terhapat keinginan diri:
2.4 Memisahkan kehidupan pribadi dan profesionalnya
3. Pengembangan potensi diri sebagai seorang guru
3.1. Memahami hasil yang ingin dicapai dalam pembelajaran;
3.2. Mampu mengembangkan kemampuan mengelola kelas; 3.3. Mampu mengembangkan sikap
professional;
3.4. Mampu mengembangkan kualitas diri secara individu;
2. Teknik Pengujian Instrumen
Dalam pengujian instrument penelitian meliputi langka-langkah sebagai berikut:
(35)
a. Uji validitas
Uji validitas dipergunakan untuk mengukur kevalidan sebuah soal dalam instrument penilitian. Uji validitas terbagi dalam dua bagian, yaitu (Suharsimi 2009:64):
1) Validitas awal yang berkaitan dengan soal secara keseluruhan;
2) Validitas akhir yang berkaitan dengan butir soal dan materi dalam instrument.
Berdasarkan varibel-variabel dalam penelitian, uji validitas yang dipergunakan adalah validitas keseluruhan, dipilih peneliti untuk mengetahui kepastian setiap pertanyaan yang diajukan, mampu memberikan gambaran atau memberikan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini.
Persamaan:
=
∑(∑ )(∑ )
……….
(3.1)Pembacaan hasil uji validitas instrument penelitian dengan mengunakan SPSS maupun Microsoft Excel yaitu dengan menggunakan batasan r tabel dengan signifikasi 0.05 dan uji 2 sisi, atau dengan menggunakan batasan 0.3 (Priyatno:21), semua item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0.30 daya pembedanya dianggap memuaskan. Batasan r tabel dengan n = 30 maka didapatkan nilai 0.361, artinya jika nilai korelasinya lebih dari batasan tersebut, maka item dianggap valid.
(36)
Tabel 3.6
Hasil Uji Validitas Kuesioner Penelitian
No Jumlah
Responden
Koefisien Kolerasi (Jumlah soal 20 Butir)
Kualifikasi Guru Kompetensi
Guru
Evaluasi Diri Guru
1 30 1 soal tidak valid 1 soal tidak valid 1 soal tidak valid
2 30 19 soal valid 19 soal valid 19 soal valid
Untuk item soal yang tidak valid tidak dibuang oleh peneliti, tapi diperbaiki dalam bahasa yang lebih mudah dimengerti oleh responden.
b. Uji reliabilitas
Uji reliabilitas dipergunakan untuk mengetahui tingkat kepercayaan sebuah insterumen penelitian. Peneliti mempergunakan rumus Spearmen-Brown, karena soal dalam instrument ini banyak dan rumus ini memudahkan peneliti melihat tingkat kepercayaan seluruh soal dengan hanya membagi dalam dua bagian soal, dengan penggunaan SPSS dan MS Excel, pembacaan hasil output dengan menggunakan batasan 0.6 adalah jika reliabilitas kurang dari 0,6 termasuk kurang baik dan 0,7 dapat diterima sedangkan diatas 0,8 adalah baik. Secara umum pengujian reliabilitas menggunakan rumus Spearman-Brown (Sugiyono 2010:185):
= ……….(3.2)
Tabel 3.7
Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Penelitian
No Instrumen Penelitian Variabel Koefisien Reliabilitas Keterangan
1 Kualifikasi Guru X1 0.977055656 Reliabel
2 Kompetensi Guru X2 0.692512365 Reliabel
(37)
Langkah selanjutnya setelah menghitung nilai r, dilakukan uji signifikasi dengan mempergunakan rumus sebagai berikut:
= √√ ……… (3.3)
Berdasarkan hasil perhitungan t dari persamaan diatas, didapatkan nilai sebagai berikut:
1) Koefisien reliabititas kualifikasi guru 0.977 dan t hitungnya 24.27, jika t tabel adalah 2.048, maka t hitung > t tabel yang berarti bahwa koefisien reliabelitas tersebut signifikan
2) Koefisien kompetensi guru 0.692 dan t hitung 5.079, dengan t tabel yang sama, disimpulkan t hitung > t tabel dan koefisien dinyatakan signifikan.
3) Koefisien evaluasi diri guru 0.794 dan t hitung 6.297, disimpulkan t hitung > t tabel dan koefisien dinyatakan signifikan.
c. Teknik Penilaian untuk Instrument penelitian
Instrumen penelitian disusun sebagai bentuk kuesioner, yang lebih berisi dengan daftar pernyataan atau pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang diukur (responden). Dari kuesioner ini diketahui keadaan diri atau data diri, pengalaman, pengetahuan, sikap dan pendapat yang dimiliki oleh responden terhadap masalah yang dicari dalam penelitian. Pemilihan bentuk kuesioner lebih pada sifatnya yang praktis, hemat waktu, tenaga dan biaya. Meskipun memiliki kelemahan dengan jawaban yang kurang objektif dan terkesan diberikan secara pura-pura oleh responden, oleh
(38)
sebab itu kuesioner lebih cendrung mempergunakan rentang skala, untuk memberikan bobot jawaban yang diberikan oleh responden.
Skala penilaian yang cendrung dipergunakan dalam penelitian dengan instrument kuesioner adalah skala Linkert. Namun dalam penelitian ini dipergunakan model skala pilihan ganda .
Kuesioner penelitian ini berbentuk tes objektif dengan pilihan ganda. Mengacu pada syarat untuk soal dengan bentuk pilihan ganda mengikuti atauran sebagai berikut :
1. Pertanyaan atau pernyataan memiliki 4 atau 5 pilihan jawaban.
2. Menggunkan aturan untuk tes objektif yang berarti bobot nilai antara 0 sampai dengan 1, dengan syarat bobot 1 untuk jawaban yang paling tepat.
Skor total yang didapatkan dari seluruh jawaban merupakan skor tertinggi yang menjadi data mentah dalam penelitian. Berdasarkan jumlah pertanyaan dalam kuesioner, skor total tertinggi yang didapatkan adalah 80 (4 x jumlah soal) dan terrendah adalah 20 (1 x jumlah soal). Teknik penskoran pada kuesioner dengan menggunakan aturan yaitu:
Sk = B – ( S / n-1 ) ……… (3.4)
Keterangan :
Sk = Skor total yang diperoleh responden B = Jumlah jawaban yang benar
S = Jumlah jawaban yang salah
(39)
Untuk mendapat data yang berbentuk interval, maka setiap skor yang diperoleh guru di trasformasi dalam bentuk nilai. Adapun teknik perubahan skor ke nilai dengan standar 10 atau standar 100 adalah :
ℎ = ! " #$% &%' "( ( ) )!&/+! #+(+ × 10 ………. (3.5)
Menurut Suharsimi (2009:235) perbedaan skor dengan nilai, sebagai berikut :
• Skor adalah hasil pekerjaan menskor yang diperoleh dengan menjumlahkan angka-angka bagi setiap soal yang dijawab benar. • Sedangkan nilai adalah angka ubahan dari skor dengan menggunakan
acuan tertentu atau acuan standar nilai.
Dalam penelitian ini dipergunakan nilai UN IPA dalam dua digit yaitu standar 10, maka untuk hasil-hasil pengumpulan data dipergunakan standar 10.
E. Teknik Pengumpulan Dan Analisis Data
1. Teknik Pengumpulan Data Penelitian
Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan mentabulasikan skor hasil penelitian dari kuesioner yang diberikan kepada responden. Dalam penelitian ini ada tiga kuesioner yang masing-masing mencari dan mengukur kualifikasi guru, kompetensi guru, dan evaluasi diri guru. Sedangkan data penelitian kualitas belajar IPA Siswa diperoleh dari Nilai UN IPA pada sekolah yang menjadi tempat
(40)
mengajar responden. Jadi dalam penelitian ini ada dua jenis data yaitu data primer dan skunder. Karena data penelitian untuk kualitas belajar siswa diambil dari nilai rata-rata UN untuk setiap sekolah, maka untuk menseragamkan data penelitian, data untuk kualifikasi guru, kompetensi guru dan evaluasi diri guru dibuat dalam bentu rata-rata yang menjadi satu nilai untuk setiap sekolah.
Teknik pengumpulan data dari kuesioner dengan mencari nilai rata-rata dari skor total setiap kuesioner yang kemudian menjadi nilai untuk unit analisis yaitu sekolah. Analisa data berdasarkan rancangan dari hasil pengolahan data penelitian. Langkah-langkah pengumpulan data sebagai berikut:
a. Setiap kuesioner diambil skor total yang diperoleh responden; b. Diubah ke dalam bentuk nilai seperti dalam tabel 3.8;
c. Ditentukan masing-masing x dan y dalam table untuk setiap kuesioner; d. Dicari dan dihitung nilai rata-rata untuk setiap kuesioner, untuk
mendapatkan satu nilai per sekolah.
Hasil pengumpulan dan penggolahan data penelitian yang merupakan data mentah yang di tabulasi tercantum dalam lampiran.
2. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan setelah data dikumpulkan dalam bentuk tabulasi data. Kemudian untuk melihat hubungan yang menghasilkan efek pada setiap variabel dalam penelitian menggunakan analisis korelasi. Sedangkan untuk melihat besarnya efek yang dihasilkan dari hubungan antara variabel independen dengan independen menggunakan analisis regresi. Penggunaan analisis korelesai memenuhi syarat uji normalitas dan linieritas, sedangkan regresi memenuhi syarat
(41)
uji asumsi klasik yaitu uji multikolinieritas, uji heterokedastisitas dan uji autokorelasi, selain dua uji utama yaitu uji normalitas dan uji linieritas. Teknik analisis data penelitian meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data penelitian berfungsi sebagai analisa data penelitian yang berdistribusi normal ataukah tidak berdistribusi normal, sehingga data dapat dianalisa ke dalam korelasi dan regresi. Untuk melakukan uji normalitas data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut (Sugiyono 2010:241): 1) Merangkum seluruh data kualifikasi guru, kompetensi guru, data evaluasi
diri guru dan hasil belajar IPA siswa; 2) Menentukan jumlah kelas interval; 3) Menentukan panjang kelas interval;
4) Menyusun ke dalam distribusi frekuensi untuk menghitung harga chi kuadrat;
5) Mencari frekuensi yang diharapkan;
6) Menghitung setiap harga frekuensi untuk mendapatkan chi kuadrat hitung; 7) Membandingkan harga chi kuadrat hitung dengan chi kuadrat tabel, bila
chi kuadrat hitung lebih kecil atau sama dengan chi kuadrat tabel, maka distribusi data dinyatakan normal.
Hasil uji normalitas data penelitian dengan SPSS, dibaca dengan melihat nilai signifikan, jika signifikan > 0.05, maka data dinyatakan berdistribusi normal. Dan jika signifikan < 0.05, data tidak berdistribusi normal.
(42)
b. Uji Linieritas Data
Uji ini dipergunakan untuk apakah dua variabel yang dikenai prosedur analisis statistik korelsional menunjukan hubungan yang linier atau tidak. Langkah-langkah kerja untuk melakukan uji linieritas sama dengan Langkah-langkah-Langkah-langkah dalam melakukan uji normalitas. Untuk mendeteksi data penelitian berhubungan secara linier atau tidak, dengan melihat nilai signifikan linierity. Jika sig linierity > 0.05, maka dinyatakan hubungan dua variabel tidak linier. Namun jika nilai sig linierity < 0.05, maka dinayatakan hubungan dua variabel penelitian adalah linier.
c. Uji Homogenitas
Uji ini dilakukan untuk membandingkan atau mengkomparasikan data penelitian tersebut sejenis ataukah tidak. Persamaan yang dipergunakan uji bartiet dan uji varian terbesar dibanding varian terkecil dengan menggunakan tabel F.
/'#)( "= 0! #! )% 1% !0! #! )% %2#& ……… (3.6)
Kriteria pengujian adalah jika F hitung ≥ F tabel maka data tidak homogen, jika F hitung ≤ F tabel maka data dinyatakan homogen. Hasil uji homogenitas juga bisa dibuat dari hasil uji heteroskedestatisitas, sehingga jika dalam uji heteroskedestatisitas tidak terjadi maka varian data dapat dinyakan homogenitas.
(43)
d. Uji Autokorelasi
Bertujuan untuk mengetahui dimana terjadinya korelasi dari residual untuk pengamatan satu dengan pengamatan lain yang disusun menurut runtun waktu. Hasil yang diperoleh dari uji ini adalah dampak yang diakibatkan dengan adanya outokorelasi, yaitu varian sampel tidak dapat menggambarkan varian populasinya. Untuk mendeteksi ada dan tidaknya autokorelasi, dilakukan uji Durbin-Watson dengan langkah-langkah berikut:
1) Menentukan hipotesa nol dan hipotesa alternative H₀ : tidak terjadi autokorelasi
H≥ : terjadi autokorelasi
2) Menentukan taraf signifikan, dengan menggunakan taraf signifikan 0.05 3) Menentukan nilai d (Durbin-Watson), nilai d didapat dari haril regresi 4) Menentukan nilai dL dan dU, kedua nilai dapat dilihat pada tabel
Durbin-Watson
5) Pengambilan keputusan dengan teknik
• dU < d < 4 – dU, maka H₀ diterima (tidak terjadi autokorelasi) • d < dL atau d > 4 dL, maka H₀ ditolak (terjadi autokorelasi)
• dU < d < dL atau 4 – dU < d < 4 – dL, dikatakan tidak ada kesimpulan
e. Uji Multikolinieritas
Bertujuan untuk mengetahui keadaan dua variabel independen atau lebih pada model regresi terjadi hubungan linier yang sempurna atau mendekati sempurna. Model regresi ini akan mengisyaratkan tidak adanya masalah multikolinieritas, dampak dengan adanya multikolinieritas adalah:
(44)
1) Nilai standar error untuk masing-masing koefisien menjadi tinggi, sehingga t hitung menjadi rendah.
2) Standar error or estimate semakin tinggi dengan bertambahnya variabel independen.
3) Pengaruh masing-masing variabel independen sulit dideteksi.
4) Pengambil keputusan dalam uji ini, jika r² < R² maka tidak terjadi masalah multikolinieritas, sedangkan jika r² > R² maka terjadi masalah multikolinieritas.
f. Uji Heteroskedastistik
Uji ini dipergunakan untuk mengetahui terjadinya ketidaksamaan varian dari residual pada model regresi. Model regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya heteroskedastistik. Uji ini menggunakan metode Spearman’s rho yaitu mengkorelasikan nilai residual hasil regresi dengan masing-masing varianel independen. Pembacaan hasil uji adalah jika nilai signifikan antara variabel independen dengan residual lebih dari 0.05 maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas, tetapi jika signifikan kurang dari 0.05 maka terjadi masalah heteroskedastisitas.
g. Analisa korelasi antara variabel independent dengan variabel dependent
Teknik dalam menganalisa hubungan setiap variabel dalam penelitian adalah dengan menggunakan persamaan korelasi product moment pearson untuk melihat hubungan atau efek yang terjadi antara dua atau lebih variabel. Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu:
(45)
2) mencari efek evaluasi diri guru dengan kompetensi guru;
3) mencari efek kompetensi guru dengan kualitas hasil belajar IPA siswa; 4) memprediksi efek yang terjadi pada kualitas belajar IPA siswa karena
perubahan pada kualifikasi guru, evaluasi diri guru dan kompetensi guru. Persamaan yang dipergunakan untuk mencari efek, sebagai berikut:
345 = 6∑4757 (∑47)(∑57)
896∑47: (∑47):;{6∑57: (∑57):} ……….. (3.7)
Untuk melihat signifikasi hubungan antara variabel-variabel tersebut diberlakukan uji signifikasi dengan uji t, persamaannya sebagai berikut:
> =
3√6 :? 3:……….
(3.8)Untuk melihat prediksi efek dari setiap variabel independent dengan variabel dependent secara bersama-sama, dipergunakan persamaan regresi liner berganda, yang memiliki fungsi untuk memprediksi suatu hasil penelitian berdasarkan pada perubahan nilai-nilai variabel independen. Secara umum perumasan regresi adalah:
Y’ = a + bX ………. (3.9)
(46)
h. Pengujian hipotesa penelitian
Berdasarkan analisis data, pengujian hipotesa mengacu pada perumusan masalah, yang meliputi:
1) Adanya efek, bila dilakukan peningkatan kualifikasi guru terhadap kompetensi guru,
2) Adanya efek yang tinggi pada kompetensi guru, bila evaluasi diri guru menghasilkan nilai yang tinggi,
3) Adanya efek pada kualitas belajar IPA siswa, jika kompetensi guru ditingkatkan atau mengalami peningkatan,
4) Prediksi adanya faktor lain yang memiliki efek terhadap kompetensi guru dan kualitas belajar IPA siswa, faktor lain yang dipergunakan dalam penelitian adalah karakteristik guru.
F. Prosedur Dan Tahap-Tahap Penelitian
Prosedur dan tahapan penelitian ini berisi langkah-langkah mulai dari persiapan judul sampai pada pelaksanaan pelaporan hasil penelitian, meliputi:
1. Tahap Persiapan, dimulai awal bulan November 2010 dan Desember 2010;
a. Penentuan judul dan topic b. Penyusunan instrument c. Penyususnan proposal d. Pengajuan proposal
2. Tahapan Pelaksanaan, dimulai bulan Januari sampai dengan April 2011;
(47)
b. Pengumpulan instrument c. Pengumpulan data penelitian d. Analisis data penelitian
e. Penyusunan laporan hasil penelitian
3. Tahap Akhir, akhir April dan Agustus 2011;
a. Penyusunan laporan hasil penelitian b. Pengujian laporan hasil penelitian
G. Waktu Dan Tempat Penelitian
1. Waktu Pelaksanaan Penelitian, dirancang dan direncanakan dari tahap
persiapan sampai tahap akhir selama 6 bulan, dimulai November 2010 sampai Agustus 2011.
(48)
134
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil-hasil penelitian dibuktikan bahwa:
1. Gambaran kualitas belajar IPA siswa yang dilihat dari nilai rata-rata UN IPA adalah rata-rata nilai UN IPA sekolah telah memenuhi standar nilai. Berarti kemampuan rata-rata siswa dalam memahami dan menyerap pelajaran IPA sudah baik dan merata di 30 SMP.
2. Gambaran kualifikasi guru IPA SMP Kota Samarinda adalah guru IPA SMP rata-rata berada pada kategori sangat tinggi, tinggi dan cukup tinggi. Berarti untuk kualifikasi guru IPA SMP sesuai dengan SNP, guru berlatar belakang pendidikan yang sama dengan tugas mengajarnya, dan guru melakukan pengembangan keprofesian, yaitu mengikuti pelatihan-pelatihan yang dapat meningkatkan kualifikasinya dalam bidang keahlian dan pendidikan.
3. Gambaran evaluasi diri guru IPA SMP Kota Samarinda adalah rata-rata guru IPA berada pada kategori sangat tinggi dan tinggi, kategori ini menunjukan guru bersemangat melakukan evaluasi diri secara terus menerus. Guru IPA selalu melakukan penilaian diri saat memberikan pengajaran baik dalam kepercayaan diri di depan kelas, kelebihan dan kekuarangan saat menjelaskan dan menilai siswa, dan pengembangan potensi dengan melakukan inovasi di bidang pendidikan.
(49)
4. Gambaran kompetensi guru IPA SMP Kota Samarinda adalah rata-rata guru berada pada kategori sangat tinggi, tinggi dan cukup tinggi. Kategori ini menunjukan bahwa guru menguasai kompetensi guru dan selalu meningkatkan dan mengembangkan kompetensinya.
5. Terdapat hubungan yang sedang antara kualifikasi guru dengan kompetensi guru, dan berefek pada peningkatan kompetensi guru di bidang IPA. Prediksi peningkatan tersebut jika kualifikasi guru ditingkatkan, maka kompetensi guru ikut meningkat.
6. Terdapat hubungan yang rendah antara evaluasi diri guru dengan kompetensi guru dan berefek pada peningkatan kompetensi guru. Dengan melakukan penilaian terhadap dirinya secara terus menerus, guru bisa melihat kekurangan dan kelebihan dari kompetensi yang dia miliki, guru memiliki kepercayaan untuk mengajarkan pengetahuannya kepada anak didik, sehingga semakin sering guru melakukan evaluasi diri maka semakin baik pula kompetensi yang dimilikinya.
7. Terdapat hubungan yang sedang antara kompetensi guru dengan nilai rata-rata UN IPA, efek yang diberikan dengan guru melakukan peningkatan dan pengembangan kompetensi yang dimiliki dan dikuasi, secara otomatis guru mampu membimbing dan mengajar siswa, sehingga berakibat pada peningkatan hasil belajar siswa yang dibuktikan nilai rata-rata UN yang berada di atas standar nilai. Semakin guru mempertinggi atau memperkaya kompetensinya, semakin baik pula guru mengajar, sehingga siswa menunjukan hasil belajar yang memuaskan.
(50)
8. Prediksi faktor yang mempengaruhi kompetensi guru dan nilai rata-rata UN IPA meliputi:
a. Prediksi faktor yang mempengaruhi kompetensi guru, seperti jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jumlah jam mengajar guru IPA, mata pelajaran yang diajarkan dan kepemilikan akta mengajar, menghasilkan bahwa ada pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap kompetensi guru. Dan pengaruh terbesar pada guru yang mengajar mata pelajaran biologi, jika dibandingkan dengan karakteristik yang lain, maka jumlah guru berdasarkan mata pelajaran memiliki pengaruh terhadap kompetensi guru. Namun jika kualifikasi guru dan evaluasi diri guru dihitung, maka pengaruh terbesar berada pada kualifikasi guru terhadap kompetensi guru. Berarti semakin tinggi kualifikasi guru, semakin tinggi pula kompetensinya.
b. Prediksi faktor yang mempengaruhi nilai rata-rata UN IPA adalah pada perbandingan jumlah guru berdasarkan mata pelajaran. Semakin besar perbandingan jumlah guru, maka sematin mempengaruhi perubahan nilai rata-rata UN IPA siswa. Jika memasukan kualifikasi guru, evaluasi diri guru dan kompetensi guru maka pengaruh terbesar terhadap perubahan nilai rata-rata UN IPA adalah pada evaluasi diri guru. Hal ini selaras dengan hasil penelitian tentang efek yang dihasilkan kompetensi guru jika evaluasi diri guru rendah maka kompetensi guru meningkat yang berujung pada peningkatan hasil belajar siswa.
(51)
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian di atas, peneliti memberikan rekomendasi sebagai berikut:
1. Disarankan penelitian kualitatif untuk mengali lebih jauh tentang kebutuhan guru secara individu, sehingga dapat melakukan evaluasi diri guru, peningkatan kualifikasi guru dan peningkatan kompetensi guru secara berkelanjutan.
2. Pelaksanaan evaluasi diri guru secara personal kepada guru IPA secara berkala dan berkelanjutan dengan menggunakan pihak lain (supervisi/pengawas dan kepala sekolah atau rekan kerja) yang terkait pada bidang pendidikan untuk memberikan penilaian yang lebih objektif. Karena dalam penelitian ditemukan hubungan negatif antara evaluasi diri guru dengan kualifikasi guru, hubungan negatif evaluasi diri guru dengan nilai rata-rata UN IPA. Sehingga harus ada penyeimbang dalam melakukan evaluasi diri guru, yaitu secara personal dan profesional. Guru bukan hanya melihat dirinya dari sudut pandang guru, tapi juga dapat melihat dirinya dari sudut pandang siswa, orang tua dan rekan kerja.
(52)
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Airasian, Peter W, dan Gullickson, Arlen R. (1997). Teacher Self-Evaluation
Tool Kit. California. Corwin Press, Inc.
Arikunto, Suharsimi. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi Revisi. Jakarta. Bumi Aksara.
Furqon. (2009). Statistika Terapan untuk Penelitian. Cetakan KeTujuh. Bandung Alfabeta.
Masaong, Abd.Kadim, (2010). Supervisi Pendidikan. Cetakan Pertama. Bandung. MQS Publishing.
Mukhtar dan Iskandar. (2009). Orentasi Baru Supervisi Pendidikan. Cetakan Pertama. Jakarta. Gaung Persada Press.
Mulyasa E. (2009). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Cetakan Keempat. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.
Mulyasa E. (2010). Menjadi Guru Profesional (Menciptakan Pembelajaran
Kreatif dan Menyenangkan). Bandung. PT Remaja Rosdakarya.
Munadi, Yudhi. (2008). Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru. Cetakan Pertama. Jakarta. Gaung Persada Press.
Permadi, Dadi & Arifin. Daeng,. (2010) The Smiling Teacher (Perubahan
Motivasi dan Sikap dalam Mengajar). Cetakan Pertama. Bandung. CV
Nuasa Aulia.
Priyanto, Duwi. (2009). SPSS untuk Analisis Korelasi, Regresi dan Multivariate. Cetakan Pertama. Yogyakarta. Gava Media.
(53)
Rohani, Ahmad. (2010). Pengelolaan Pengajaran, Sebuah Pengantar Menuju
Guru Profesional. Edisi Revisi. Jakarta. Rineka Cipta
Sallis, Edward. (2010). Total Quality Management In Education. Cetakan Pertama. Yokjakarta. IRCiSoD.
Sam.M. Chan dan Tuti T. Sam, (2010). Kebijakan Pendidikan Era Otonomi
Daerah. Edisi Pertama. Jakarta. PT RajaGafindo Persada.
Santosa, Purbayu Budi dan Ashari. (2005). Analisis Statistik dengan Microsoft
Excel dan SPSS, Yogyakarta. Penerbit ANDI Yogyajakarta.
Saud, Udin.Syaefudin. (2010). Pengembangan Profesi Guru. Cetakan Ketiga. Bandung. Alfabeta.
Setyosari, Punaji. (2010). Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Cetakan Kesatu. Jakarta. Kencana Pranada Media Group.
Sudjana, Nana. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Cetakan Ke 14. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.
Sugiyona. (2010). Metode Penelitian Pendidikan, (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D). Cetakan Ke-11. Bandung. Alfabeta
Sukmadinata, Syaodin.Nana, Jami’at, A.N & Ahman. (2008). Pengendalian Mutu
Pendidikan. Cetakan Kedua. Bandung. PT Refika Aditama.
Syafaruddin. (2008). Efektivitas Kebijakan Pendidikan. Jakarta. Reneka Cipta.
Trianto. (2007). Model-Model pembelajaran Inovatif Berorentasi Konstruktivistik. Cetakan Pertama. Jakarta. Pretasi Pustaka Publisher.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
(54)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar
Nasional Pendidikan. Jakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta.
Uno, Hamzah.B. (2005). Model Pembelajaran, Menciptakan Proses Belajar
Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Cetakan Kelima. Jakarta. Bumi
(1)
135
4. Gambaran kompetensi guru IPA SMP Kota Samarinda adalah rata-rata guru berada pada kategori sangat tinggi, tinggi dan cukup tinggi. Kategori ini menunjukan bahwa guru menguasai kompetensi guru dan selalu meningkatkan dan mengembangkan kompetensinya.
5. Terdapat hubungan yang sedang antara kualifikasi guru dengan kompetensi guru, dan berefek pada peningkatan kompetensi guru di bidang IPA. Prediksi peningkatan tersebut jika kualifikasi guru ditingkatkan, maka kompetensi guru ikut meningkat.
6. Terdapat hubungan yang rendah antara evaluasi diri guru dengan kompetensi guru dan berefek pada peningkatan kompetensi guru. Dengan melakukan penilaian terhadap dirinya secara terus menerus, guru bisa melihat kekurangan dan kelebihan dari kompetensi yang dia miliki, guru memiliki kepercayaan untuk mengajarkan pengetahuannya kepada anak didik, sehingga semakin sering guru melakukan evaluasi diri maka semakin baik pula kompetensi yang dimilikinya.
7. Terdapat hubungan yang sedang antara kompetensi guru dengan nilai rata-rata UN IPA, efek yang diberikan dengan guru melakukan peningkatan dan pengembangan kompetensi yang dimiliki dan dikuasi, secara otomatis guru mampu membimbing dan mengajar siswa, sehingga berakibat pada peningkatan hasil belajar siswa yang dibuktikan nilai rata-rata UN yang berada di atas standar nilai. Semakin guru mempertinggi atau memperkaya kompetensinya, semakin baik pula guru mengajar, sehingga siswa menunjukan hasil belajar yang memuaskan.
(2)
136
8. Prediksi faktor yang mempengaruhi kompetensi guru dan nilai rata-rata UN IPA meliputi:
a. Prediksi faktor yang mempengaruhi kompetensi guru, seperti jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jumlah jam mengajar guru IPA, mata pelajaran yang diajarkan dan kepemilikan akta mengajar, menghasilkan bahwa ada pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap kompetensi guru. Dan pengaruh terbesar pada guru yang mengajar mata pelajaran biologi, jika dibandingkan dengan karakteristik yang lain, maka jumlah guru berdasarkan mata pelajaran memiliki pengaruh terhadap kompetensi guru. Namun jika kualifikasi guru dan evaluasi diri guru dihitung, maka pengaruh terbesar berada pada kualifikasi guru terhadap kompetensi guru. Berarti semakin tinggi kualifikasi guru, semakin tinggi pula kompetensinya.
b. Prediksi faktor yang mempengaruhi nilai rata-rata UN IPA adalah pada perbandingan jumlah guru berdasarkan mata pelajaran. Semakin besar perbandingan jumlah guru, maka sematin mempengaruhi perubahan nilai rata-rata UN IPA siswa. Jika memasukan kualifikasi guru, evaluasi diri guru dan kompetensi guru maka pengaruh terbesar terhadap perubahan nilai rata-rata UN IPA adalah pada evaluasi diri guru. Hal ini selaras dengan hasil penelitian tentang efek yang dihasilkan kompetensi guru jika evaluasi diri guru rendah maka kompetensi guru meningkat yang berujung pada peningkatan hasil belajar siswa.
(3)
137
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian di atas, peneliti memberikan rekomendasi sebagai berikut:
1. Disarankan penelitian kualitatif untuk mengali lebih jauh tentang kebutuhan guru secara individu, sehingga dapat melakukan evaluasi diri guru, peningkatan kualifikasi guru dan peningkatan kompetensi guru secara berkelanjutan.
2. Pelaksanaan evaluasi diri guru secara personal kepada guru IPA secara berkala dan berkelanjutan dengan menggunakan pihak lain (supervisi/pengawas dan kepala sekolah atau rekan kerja) yang terkait pada bidang pendidikan untuk memberikan penilaian yang lebih objektif. Karena dalam penelitian ditemukan hubungan negatif antara evaluasi diri guru dengan kualifikasi guru, hubungan negatif evaluasi diri guru dengan nilai rata-rata UN IPA. Sehingga harus ada penyeimbang dalam melakukan evaluasi diri guru, yaitu secara personal dan profesional. Guru bukan hanya melihat dirinya dari sudut pandang guru, tapi juga dapat melihat dirinya dari sudut pandang siswa, orang tua dan rekan kerja.
(4)
139
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Airasian, Peter W, dan Gullickson, Arlen R. (1997). Teacher Self-Evaluation Tool Kit. California. Corwin Press, Inc.
Arikunto, Suharsimi. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi Revisi. Jakarta. Bumi Aksara.
Furqon. (2009). Statistika Terapan untuk Penelitian. Cetakan KeTujuh. Bandung Alfabeta.
Masaong, Abd.Kadim, (2010). Supervisi Pendidikan. Cetakan Pertama. Bandung. MQS Publishing.
Mukhtar dan Iskandar. (2009). Orentasi Baru Supervisi Pendidikan. Cetakan Pertama. Jakarta. Gaung Persada Press.
Mulyasa E. (2009). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Cetakan Keempat. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.
Mulyasa E. (2010). Menjadi Guru Profesional (Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan). Bandung. PT Remaja Rosdakarya.
Munadi, Yudhi. (2008). Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru. Cetakan Pertama. Jakarta. Gaung Persada Press.
Permadi, Dadi & Arifin. Daeng,. (2010) The Smiling Teacher (Perubahan Motivasi dan Sikap dalam Mengajar). Cetakan Pertama. Bandung. CV Nuasa Aulia.
Priyanto, Duwi. (2009). SPSS untuk Analisis Korelasi, Regresi dan Multivariate. Cetakan Pertama. Yogyakarta. Gava Media.
(5)
140
Rohani, Ahmad. (2010). Pengelolaan Pengajaran, Sebuah Pengantar Menuju Guru Profesional. Edisi Revisi. Jakarta. Rineka Cipta
Sallis, Edward. (2010). Total Quality Management In Education. Cetakan Pertama. Yokjakarta. IRCiSoD.
Sam.M. Chan dan Tuti T. Sam, (2010). Kebijakan Pendidikan Era Otonomi Daerah. Edisi Pertama. Jakarta. PT RajaGafindo Persada.
Santosa, Purbayu Budi dan Ashari. (2005). Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS, Yogyakarta. Penerbit ANDI Yogyajakarta.
Saud, Udin.Syaefudin. (2010). Pengembangan Profesi Guru. Cetakan Ketiga. Bandung. Alfabeta.
Setyosari, Punaji. (2010). Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Cetakan Kesatu. Jakarta. Kencana Pranada Media Group.
Sudjana, Nana. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Cetakan Ke 14. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.
Sugiyona. (2010). Metode Penelitian Pendidikan, (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Cetakan Ke-11. Bandung. Alfabeta
Sukmadinata, Syaodin.Nana, Jami’at, A.N & Ahman. (2008). Pengendalian Mutu Pendidikan. Cetakan Kedua. Bandung. PT Refika Aditama.
Syafaruddin. (2008). Efektivitas Kebijakan Pendidikan. Jakarta. Reneka Cipta.
Trianto. (2007). Model-Model pembelajaran Inovatif Berorentasi Konstruktivistik. Cetakan Pertama. Jakarta. Pretasi Pustaka Publisher.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta.
(6)
141
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.
Uno, Hamzah.B. (2005). Model Pembelajaran, Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Cetakan Kelima. Jakarta. Bumi Aksara.