Potensi Konsolidasi Pengelolaan Lahan Padi Sawah Di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor

i

POTENSI KONSOLIDASI PENGELOLAAN LAHAN PADI
SAWAH DI DESA CIBURUY, KECAMATAN CIGOMBONG,
KABUPATEN BOGOR

NUR FITRIANA
A14110025

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

i

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK
CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Potensi

Konsolidasi Pengelolaan Lahan Padi Sawah di Desa Ciburuy, Kecamatan
Cigombong, Kabupaten Bogor” adalah benar karya saya dengan arahan dari
dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

Nur Fitriana
NIM A14110025

ii

ABSTRAK
NUR FITRIANA. Potensi Konsolidasi Pengelolaan Lahan Padi Sawah di
Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh

BABA BARUS dan KHURSATUL MUNIBAH.
Investigasi potensi konsolidasi pengelolaan lahan penting dilakukan
dalam kaitan produktivitas lahan melalui penataan kembali penguasaan,
pengelolaan, dan penggunaan tanah. Citra Ikonos mempunyai kemampuan
mengidentifikasi obyek secara detil dan sistem informasi geografis
mempunyai banyak fasilitas untuk analisis spasial. Penelitian ini bertujuan
untuk investigasi kemampuan citra untuk melihat penggunaan lahan
pertanian dan melihat bentuk serta ukuran lahan sawah, mengetahui rotasi
tanam dan status kepemilikan mesin traktor, dan penggunaan teknik analisis
spasial untuk melihat potensi konsolidasi lahan. Peta penggunaan lahan
pertanian 2015 dibuat dengan memanfaatkan citra Ikonos 2010 dan peta
petakan lahan pertanian 2013 memiliki akurasi 88%. Lahan sawah melalui
citra Ikonos menunjukkan bentuk petakan lahan sawah yang tidak seragam
dan ukuran petakan cenderung kecil. Rotasi tanam di Desa Ciburuy
ditemukan 21 jenis dan yang dominan adalah rotasi padi-padi. Alat mekanik
yang digunakan dalam pengelolaan lahan sawah adalah traktor dengan jenis
hand tractor sedangkan pengelolaan lainnya bersifat tradisional. Mesin
traktor yang digunakan untuk pengelolaan lahan sawah umumnya disewa.
Berdasarkan data wawancara petani pemilik dan penggarap diperoleh 73%
menyatakan tidak setuju konsolidasi yang berarti potensi konsolidasi

pengelolaan rendah. Konsep konsolidasi pengelolaan lahan dibentuk
berdasarkan asumsi luas optimum kerja mesin traktor. Berdasarkan konsep
ini maka luasan ideal untuk konsolidasi pengelolaan adalah kurang dari
3000 m2 dan 3000-3500 m2. Secara spasial pola konsolidasi yang dihasilkan
tidak memiliki bentuk yang seragam. Jika dilakukan konsolidasi lahan maka
efisiensi pengelolaan lahan adalah Rp 6.200.000,00 dengan luas lahan 12,57
ha. Persentase efisiensi sebesar 36% dan petakan lahan sawah mengalami
pengurangan sebesar 189 petak lahan sawah. Efisiensi biaya rata-rata tiap
petani penggarap atau pemilik sebesar Rp 386.207,00 dan biaya minimum
Rp 66.667,00 untuk pengelolaan lahan dalam satu musim tanam. Jika
seluruh lahan sawah Desa Ciburuy dikonsolidasikan maka efisensi beban
pengelolaan sebesar Rp 36.000.000,00 setara 50% dari biaya keseluruhan.
Kata kunci:

Citra Ikonos, Sistem Informasi Geografis, Konsolidasi
Pengelolaan Lahan

iii

ABSTRACT

NUR FITRIANA. The Potential Consolidation of Land Management Rice
in Ciburuy Village, Cigombong Sub-District, Bogor Regency. Supervised
by BABA BARUS and KHURSATUL MUNIBAH.
Investigation for potential consolidation of land management is
important regarding land productivity through readjustment of land tenure
and land utilization. Satellite imagery such as Ikonos many reveal detail and
geographic information system has may facilities in spatial analysis. This
study aims to investigate capability of image to reveal agricultural land use
and the shape and size of rice field, determine crop rotation and ownership
status of tractor machine, and the use of spatial analysis techniques to
investigate for potential land consolidation. Map of agricultural land use
2015 is developed using Ikonos imagery 2010 and map agricultural land
parcel 2013 has accuracy of 88%. The rice field in Ikonos image exhibits in
an irregular shape and it’s size tend to be small. The crop rotation in the
Ciburuy Village are 21 types and are dominanted as paddy-paddy rotation.
Mechanical device used in the management of rice field is a hand tractor
type, while other management use a tradisional technique. The tractor
machine used for the management are generally leased. Based on the
interview for owner and tenant farmers, it’s 73% of them disagree for
consolidation it means the potential land consolidation is low. The concept

of land consolidation is assumed by working optimum tractor machine.
Based on this concept, the ideal area for consolidation management is less
than 3000 m2 and 3000-3500 m2. The spatial patterns show that the
consolidation do not have uniform shape. If land consolidation is conducted
the efficiency of land management is IDR 6.200.000 with total land area is
12.57 ha. The percentage efficiency is 36% and the parcel number of rice
field decrease with 189 plot. Average of cost efficiency in one tenant farmer
or owner is IDR 386.207 and the minimum cost is IDR 66.667 for land
management in one growing season. If the entire rice field at Ciburuy
Village is consolidated, the cost efficiency of management is IDR
36.000.000 and equivalent to 50% of the total bugdet.
Keywords

: Ikonos Imagery, Geographic
Consolidation of Land Management

Information

Systems,


i

POTENSI KONSOLIDASI PENGELOLAAN LAHAN PADI
SAWAH DI DESA CIBURUY, KECAMATAN CIGOMBONG,
KABUPATEN BOGOR

NUR FITRIANA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015


ii

PRAKATA
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai
bentuk rasa syukur kepada Allah SWT atas rahmat, rizky, dan hidayah-Nya
penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan kepada:
1. Dr Ir Baba Barus, MSc selaku dosen pembimbing I atas bimbingan, arahan,
masukan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama
penyusunan skripsi ini.
2. Dr Khursatul Munibah, MSc selaku pembimbing skripsi II yang telah
memberikan masukan, arahan, waktu, dan kesabaran kepada penulis selama
penyusunan skripsi.
3. Dr Ir Asdar Iswati, MS selaku dosen penguji pada sidang penelitian yang
telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran.
4. Mamah, Papa, Ka Septi, Tia, Daffa, dan seluruh keluarga tercinta atas doa,
dukungan, semangat serta kasih sayang yang selalu diberikan. Semoga bisa
menjadi persembahan yang terbaik.
5. Muhammad Fayzal, Stevia, Zahra, Metha, Wulan, Arroyan, Ade, Novi A,
Huzaimah, Indah, Eka A dan Ilmu Tanah 48 lainnya atas kebersamaan, doa,
kasih sayang dan dukungan yang telah diberikan.

6. Sahabatku PPJ 48, Tini, Yulia, Sahabat TPB, KKP, Rizaldy, Kakak dan
Adik Ilmu Tanah yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
7. Dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam kegiatan penelitian
dan penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan pada skripsi
ini. Namun penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
memerlukan. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan juga bagi
yang membacanya.

Bogor, Agustus 2015

Nur Fitriana
NIM A14110025

v

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

v


DAFTAR GAMBAR

v

DAFTAR LAMPIRAN

vii

PENDAHULUAN

v

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2


METODELOGI PENELITIAN

2

Lokasi Penelitian

2

Waktu Penelitian

2

Bahan dan Alat Penelitian

3

Tahapan Penelitian

3


HASIL DAN PEMBAHASAN

6

Identifikasi Penggunaan Lahan Pertanian

6

Identifikasi Penggunaan Lahan Pertanian 2013 dan 2015

10

Identifikasi Bentuk dan Ukuran Lahan Sawah

16

Rotasi Tanam

12

Status Kepemilikan Mesin Traktor

15

Konsolidasi Pengelolaan Lahan

15

Respon Konsolidasi

16

Analisis Konsolidasi Pengelolaan Lahan

17

Efisiensi Beban Pengelolaan Lahan Respon Setuju Konsolidasi

18

Efisiensi Beban Pengelolaan Lahan Desa Ciburuy

19

SIMPULAN DAN SARAN

20

Simpulan

20

Saran

21

DAFTAR PUSTAKA

21

LAMPIRAN

23
DAFTAR TABEL

1
2
3

Jumlah Petakan Penggunaan Lahan Sebelum dan Setelah Verifikasi
Akurasi Interpretasi Jumlah Petakan
Petakan Penggunaan Lahan Pertanian 2013 dan 2015

7
7
10

vi

4

Akurasi dan Perubahan Jumlah Petakan Penggunaan Lahan
Pertanian 2013 dan 2015
10
5 Luas Petakan Lahan Sawah Desa Ciburuy
12
6 Blok Tanam Desa Ciburuy 2013 dan 2015
13
7 Status Kepemilikan Mesin Traktor
15
8 Respon Konsolidasi
16
9 Efisiensi Beban Pengelolaan Lahan setelah Konsolidasi(Respon Setuju)
19
10 Efisiensi Jumlah Petakan Sebelum dan Setelah Konsolidasi(Respon Setuju)19
11 Efisiensi Beban Pengelolaan Lahan setelah Konsolidasi
19
DAFTAR GAMBAR
1

Peta Lokasi Penelitian

2

2

Contoh Perhitungan Efisiensi Biaya Pengelolaan Hasil Konsolidasi

5

3

Bagan Diagram Alir Penelitian

6

4

Peta Penggunaan Lahan Pertanian Sebelum Verifikasi

8

5

Peta Penggunaan Lahan Pertanian Setelah Verifikasi

8

6

Peta Penggunaan Lahan Setelah Verifikasi

9

7

Kenampakan pada Citra (Lahan Sawah) dan Keadaan Sebenarnya

8
9

(Lahan Terbuka)

10

Kenampakan pada Citra (Lahan Sawah) dan Keadaan Sebenarnya
(Perumahan)

10

Peta Petakan Lahan Pertanian Desa Ciburuy 2013 dan 2015

11

10 Kenampakan Objek Sawah pada Citra

11

11 Peta Petakan Lahan Sawah Desa Ciburuy

12

12 Peta Blok Tanam Desa Ciburuy Tahun 2013 dan 2015

14

13 Peta Rotasi Tanam Desa Ciburuy Tahun 2013

14

14 Peta Rotasi Tanam Desa Ciburuy Tahun 2015

15

15 Hand Tractor

16

16 Peta Respon Konsolidasi Pengelolaan Lahan

17

17 Peta Rotasi Tanam Padi-Padi dan Respon Konsolidasi

17

18 Peta Konsolidasi Pengelolaan Lahan Padi Respon Setuju

18

19 Peta Konsolidasi Pengelolaan Lahan Desa Ciburuy`

20

vii

DAFTAR LAMPIRAN
1

Pola Kepemilikan Lahan Pertanian Desa Ciburuy

23

2

Rotasi Tanam Desa Ciburuy 2013 dan 2015

27

3

Data Respon Setuju Konsolidasi

28

4

Data Respon Tidak Setuju Konsolidasi

29

5

Perhitungan Efisiensi Biaya Sebelum dan Setelah Konsolidasi (Respon
Setuju)

31

6

Kuisioner

34

7

Dokumentasi Penggunaan Lahan

37

8

Dokumentasi Alat Pegelolaan Mekanik Lahan Sawah (Hand Tractor)

37

9

Dokumentasi Wawancara Petani

37

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pembangunan pedesaan berkelanjutan merupakan upaya mempertahankan
kondisi ekonomi dan budaya masyarakat desa melalui perbaikan akses masyarakat
terhadap sumber daya, fasilitas, kondisi sosial dan lingkungan hidup pertanian
(Marsden dan Sonnino 2008). Kegiatan utama pembangunan ekonomi kawasan
pedesaan adalah pertanian dan pengelolaan sumberdaya alam. Sektor pertanian
menjadi basis dalam mengembangkan kegiatan ekonomi perdesaan melalui
pengembangan usaha agribisnis namun secara umum pembangunan ekonomi
pedesaaan belum optimal karena pengelolaan lahan sawah belum intensif, luas
lahan berkurang, dan penataan lahan kurang optimal.
Pengelolaan lahan pertanian merupakan perlakuan yang diberikan pada
suatu lahan untuk meningkatkan produktivitas dengan mempertimbangkan
kelestariaannya (Djaenuddin 2006). Teknologi pertanian dalam pengelolaan lahan
sawah secara mekanik bertujuan untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja,
produktivitas lahan, dan menurunkan ongkos produksi (Balitbang 2010).
Pengembangan dan penerapan teknologi pertanian yang sesuai dengan ketahanan
pangan diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan kemandirian
ekonomi pedesaan. Efisiensi biaya pengelolaan lahan menjadi alternatif
pengembangan tersebut melalui konsolidasi pengelolaan lahan dan memanfaatkan
teknologi informasi spasial.
Konsolidasi lahan adalah kebijaksanaan mengenai penataan kembali
penguasaan dan penggunaan tanah serta usaha meningkatkan kualitas lingkungan
dan pemeliharaan sumber daya alam dengan melibatkan partisipasi masyarakat
(Peraturan KaBPN No. 4 tahun 1991 dalam Manchyus M 2009). Konsep
konsolidasi tersebut diartikan sebagai penggabungan dua atribut baik lahan,
petani, kelompok, dan lembaga. Menurut Vitikainen (2004) konsolidasi
pengelolaan dapat meningkatkan produktivitas lahan dengan menurunkan biaya
produksi dan melibatkan partisipasi aktif masyarakat. Alasan dilaksanakan potensi
konsolidasi pengelolaan lahan sebagai upaya menyatukan sistem pengelolaan
lahan seseorang atas bidang-bidang tanah yang tersebar menjadi satu hamparan,
sehingga dapat mengurangi beban pengelolaan lahan khususnya lahan padi sawah.
Pemanfaatan sistem informasi geografis dan penginderaan jauh merupakan
teknologi yang dapat digunakan dalam konsolidasi pengelolaan lahan.
Ketersediaan citra dengan resolusi tinggi juga menjadi salah satu unsur dalam
mencari potensi konsolidasi pengelolaan lahan. Desa Ciburuy merupakan salah
satu wilayah yang terletak di Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor dengan
luas wilayah 160 ha dan luas lahan pertanian mencapai 87 ha. Penggunaan lahan
pertanian di Desa Ciburuy digunakan untuk persawahan dengan komoditas utama
padi sawah sebesar 90%, sisanya dimanfaatkan untuk budidaya peternakan dan
ikan air tawar. Mata pencaharian penduduk sebagian besar bergerak dalam bidang
pertanian.

2

Tujuan Penelitian
1. Investigasi kemampuan citra Ikonos untuk melihat penggunaan lahan pertanian
2. Investigasi kemampuan citra Ikonos untuk melihat bentuk dan ukuran lahan
sawah
3. Mengetahui rotasi tanam dan status kepemilikan mesin traktor
4. Analisis potensi konsolidasi pengelolaan lahan
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat (Gambar 1). Batas Desa Ciburuy sebelah utara
Desa Ciadeg, sebelah selatan Desa Cigombong, sebelah barat Desa Cisalada, dan
sebelah timur dibatasi oleh Desa Srogol. Luas wilayah Desa Ciburuy 160 ha,
terdiri dari 87 ha lahan pertanian dan topografi wilayahnya 45% berupa datar
sampai berombak dan 55% berombak sampai berbukit. Desa Ciburuy terletak
pada ketinggian 1300 mdpl. Curah hujan rata-rata tahunan 3000-4000 mm dan
suhu udara berkisar 23-32°C. Jumlah penduduk Desa Ciburuy 12.014 jiwa yang
bermata pencaharian sebagai petani 2.518 jiwa, sisanya pegawai negeri sipil,
wiraswasta, buruh, tenaga kesehatan, dan TNI/POLRI. Desa ini memiliki
Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) bernama Gapoktan Silih Asih yang terdiri
dari enam kelompok tani pengelola tanaman pangan. Badan pengurus Desa
Ciburuy diketuai oleh seorang kepala desa, dibantu sekertaris desa dan bagian
lainnya.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2015 meliputi
pengumpulan data, baik data primer maupun sekunder, analisis dan interpretasi
data, dan survey lapangan. Penelitian dilaksanakan di Desa Ciburuy dan di

3

Laboratorium Penginderaan Jauh dan Informasi Spasial, Departemen Ilmu Tanah
dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan penelitian yang digunakan meliputi data primer yaitu data wawancara
dengan petani, data optimum kerja mesin traktor dan dokumentasi pengamatan
lapangan. Data sekunder berupa citra Ikonos Kabupaten Bogor 2010, peta persil
lahan pertanian Desa Ciburuy 2013, peta administrasi, peta jalan kereta dan peta
jalan desa. Alat yang digunakan saat survey lapang adalah kuisioner, GPS, kamera
dijital, alat tulis, dan seperangkat komputer serta piranti lunak seperti Microsoft
Word 2007, Microsoft Excel 2007, dan ArcGIS v.9.3.
Tahapan Penelitian
1. Tahap Pengumpulan Data
Tahap pengumpulan data meliputi studi literatur dan data sekunder.
Pengumpulan data sekunder meliputi citra Ikonos Kabupaten Bogor 2010, peta
persil lahan pertanian Desa Ciburuy 2013, peta administrasi, peta jalan desa, peta
jalan kereta dan peta sungai. Selain itu, hasil penelitian Puspa (2013) yang terdiri
dari peta petakan lahan pertanian Desa Ciburuy 2013, data status penguasaan
lahan, data rotasi tanam 2013 dan informasi mengenai lokasi penelitian. Data
sekunder lainnya diperoleh dengan cara mempelajari buku-buku dan studi literatur
sesuai topik yang diteliti.
2. Interpretasi Citra
Interpretasi citra merupakan kegiatan mengkaji, mengidentifikasi, dan
mengenali obyek pada citra selanjutnya menilai arti penting dari obyek tersebut.
Kegiatan utama dalam interpretasi adalah pengenalan obyek dan pemanfaatan
informasi. Interpretasi citra dilakukan untuk melihat batas petakan lahan dan
penggunaan lahan pertanian terhadap peta persil lahan pertanian Desa Ciburuy
2013 yang mengacu pada citra Ikonos 2010 dan peta administrasi Desa Ciburuy.
Hasil yang diharapkan adalah peta persil lahan pertanian Desa Ciburuy 2015.
Interpertasi Citra Ikonos dilakukan pada band atau saluran warna red green blue
(RGB) 321. Pengaturan band pada citra Ikonos berfungsi untuk memudahkan atau
mengenali kenampakan obyek berdasarkan unsur interpretasi. Unsur dalam
interpretasi citra penginderaan jauh meliputi rona/warna, tekstur, ukuran, bentuk,
pola, bayangan, site, dan asosiasi (Sutanto 1999 dalam Puspa 2013).
a. Rona/warna
Rona adalah tingkat kegelapan atau kecerahan objek pada citra, sedangkan
warna adalah wujud yang tampak oleh mata. Rona ditunjukkan dengan gelap
hingga putih.
b. Tekstur
Tekstur adalah frekuensi perubahan rona pada citra. Tekstur sering
dinyatakan dalam wujud kasar, halus atau bercak-bercak.
c. Ukuran
Ukuran merupakan atribut objek yang berupa jarak, luas, tinggi, kemiringan
lereng dan volume. Ukuran tergantung skala dan resolusi citra.

4

d. Bentuk
Bentuk adalah variabel kualitatif yang memberikan konfigurasi atau kerangka
suatu objek. Bentuk atribut yang jelas sehingga banyak objek yang dapat
dikenali berdasarkan bentuknya saja, seperti memanjang, lingkaranm segi
empat.
e. Pola
Pola merupakan hubungan susunan spasial objek. Pola merupakan ciri yang
menandai objek bentukan manusia ataupun alamiah.
f. Bayangan
Bayangan merupakan aspek yang menyembunyikan detail objek yang berada
di daerah gelap.
g. Site
Situs adalah letak suatu objek terhadap objek lain di sekitarnya.
h. Asosiasi
Asosiasi adalah keterkaitan antara objek yang satu dan objek lainnya.
3. Survey Lapang
Survey lapang dilakukan untuk memverifikasi citra hasil pengolahan dan
mengumpulkan informasi potensi konsolidasi pengelolaan lahan sawah. Verifikasi
lapang bertujuan untuk memperbaiki dan menambahkan informasi yang belum
diperoleh dari interpretasi citra sehingga hasil peta yang diperoleh memiliki
tingkat akurasi yang lebih baik. Verifikasi dilakukan dengan melihat batas
petakan lahan pertanian dan jenis penggunaan lahan. Pengumpulan data potensi
konsolidasi pengelolaan lahan sawah dan data optimum kerja mesin traktor
dilakukan dengan cara wawancara kepada petani Desa Ciburuy menggunakan
kuisioner (Lampiran 6). Jumlah responden 33 petani ditentukan berdasarkan 20%
dari jumlah petani Desa Ciburuy sebesar 165 petani (Arikunto 2010). Lokasi
sampel potensi konsolidasi pengelolaan lahan ditentukan berdasarkan data rotasi
tanam dan jumlah petakan lahan pertanian Desa Ciburuy dengan teknik Simple
Random Sampling. Data survey lapang dilengkapi dengan pengambilan data
optimum kerja mesin traktor serta dokumentasi pengamatan lapangan.
4. Tahap Analisis dan Pengolahan Data
Analisis yang dilakukan adalah membandingkan hasil interpretasi
penggunaan lahan pertanian dengan hasil verifikasi, membandingkan hasil
verifikasi dengan peta penggunaan lahan pertanian Desa Ciburuy 2013, dan
analisis deskriptif rotasi tanam serta status kepemilikan mesin traktor. Pengolahan
data selanjutnya adalah melakukan dissolve terhadap respon potensi konsolidasi
pengelolaan lahan dan rotasi tanam Desa Ciburuy. Proses dissolve merupakan
salah satu analisis spasial menggunakan ArcGIS, dalam proses ini menyatukan
atau menghilangkan batas-batas unsur spasial yang tepat bersebelahan namun
terletak dalam suatu theme yang sama dan merupakan prosedur yang digunakan
untuk menyatukan features yang mempunyai nilai atribut yang sama (Sidik 2014).
Hasil kedua proses dissolve tersebut kemudian dilakukan tumpang tindih untuk
menghasilkan peta respon potensi konsolidasi dan rotasi tanam Desa Ciburuy.
Tahap selanjutnya yaitu melakukan tumpang tindih peta respon potensi
konsolidasi dan rotasi tanam dengan data optimum kerja mesin traktor sehingga
menghasilkan peta konsolidasi pengelolaan lahan.

5

5. Tahap Analisis Potensi Konsolidasi Pengelolaan Lahan
Konsolidasi lahan adalah kebijaksanaan mengenai penataan kembali
penguasaan dan penggunaan tanah serta usaha meningkatkan kualitas lingkungan
dan pemeliharaan sumber daya alam dengan melibatkan partisipasi masyarakat
(Peraturan KaBPN No. 4 tahun 1991 dalam Manchyus 2009). Konsolidasi lahan
dilaksanakan berdasarkan pengaturan penggunaan tanah khususnya pengelolaan
untuk menekan biaya pengelolaan (Guanghui et al. 2014). Pengelolaan lahan
khususnya membajak tanah di desa penelitian menggunakan hand tractor yang
memiliki motor satu silinder dengan daya 5-15 Hp dan bahan bakar yang
digunakan adalah solar. Hand tractor dapat dioperasikan pada lahan yang lembab
atau basah dan tidak terlalu kering.
Analisis deskriptif mengenai konsolidasi pengelolaan lahan meliputi hasil
verifikasi lahan padi sawah, pengolahan terhadap data respon potensi konsolidasi,
rotasi tanam padi-padi, dan berdasarkan data optimum kerja mesin traktor
ditunjukkan pada bagan alir penelitian (Gambar 3). Pengolahan data dilakukan
dalam bentuk bentuk peta, data tabular, maupun foto-foto lapang. Tahapan yang
dilakukan setelah menghasilkan data potensi konsolidasi adalah menghitung
efisiensi beban pengelolaan. Perhitungan efisiensi beban pengelolaan dilakukan
dengan mengurangi total biaya pengelolaan sebelum dan setelah konsolidasi
sesuai biaya penyewaan mesin traktor untuk membajak sawah per harinya di desa
penelitian (Gambar 2). Perhitungan harga rata-rata, minimum serta maksimum
sebelum dan setelah konsolidasi juga dilakukan. Tahap selanjutnya adalah
perhitungan efisiensi beban pengelolaan melalui data petakan lahan sawah
sebelum dan setelah konsolidasi pengelolaan. Perhitungan efisiensi biaya
pengelolaan lahan keseluruhan setelah konsolidasi juga dilakukan.

Gambar 2. Contoh Perhitungan Efisiensi Biaya Pengelolaan Hasil Konsolidasi

6

Peta Persil Lahan
Pertanian Desa
Ciburuy 2013

Citra Ikonos
2010

Rotasi Tanam Desa
Ciburuy 2013
Titik
Lokasi
Sampel
Potensi
Konsoli

Interpretasi dan Digitasi

Draft Peta Penggunaan
Lahan Pertanian Desa
Ciburuy 2015

Peta Petakan
Penggunaan Lahan
Pertanian Desa Ciburuy

Hasil
Verifikasi
Peta Petakan Lahan
Sawah Desa Ciburuy

Survey
Lapang

Hasil
Wawancara

Dissolve

Peta Respon
Potensi
Konsolidasi
Pengelolaan
Lahan

Membandingkan
hasil verifikasi
dengan peta
petakan lahan
pertanian Desa
Ciburuy 2013

Peta Rotasi
Tanam PadiPadi Desa
Ciburuy
Analisis
deskriptif
rotasi tanam
serta status
kepemilikan
mesin traktor

Tumpang Tindih
Data
Optimum
Kerja Mesin
Traktor

Analisis Data
Deskripsi dan
Akurasi

Peta Respon
Potensi
Konsolidasi dan
Rotasi Tanam

Tumpang Tindih

Peta
Konsolidasi
Pengelolaan
Lahan
Pertanian

Efisiensi Beban
Pengelolaan
Lahan

Gambar 3. Bagan Diagram Alir Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi Penggunaan Lahan Pertanian
Hasil interpretasi penggunaan lahan pertanian menggunakan citra Ikonos
dan verifikasi disajikan pada Tabel 1. Hasil interpretasi penggunaan lahan
pertanian diperoleh dua jenis penggunaan lahan pertanian, yaitu sawah dan
tegalan sedangkan hasil verifikasi diperoleh tiga penggunaan lahan pertanian,

Membandingkan
hasil interpretasi
dengan hasil
verifikasi

7

yaitu sawah, tegalan, dan kebun campuran. Jumlah petakan penggunaan lahan
pertanian interpretasi citra sebesar 1018 petak dan hasil verifikasi 898 petak.
Jumlah petakan penggunaan lahan sawah mengalami pengurangan dari 961 petak
menjadi 740 petak namun terjadi penambahan jumlah petakan penggunaan lahan
tegalan menjadi 141 petak dan terdapat 17 petak kebun campuran setelah
dilakukan verifikasi.
Interpretasi citra merupakan kegiatan mengkaji foto udara atau citra dengan
tujuan untuk mengidentifikasi obyek yang tergambar pada citra dan menilai arti
penting obyek tersebut (Sutanto 1979). Tahapan dalam interpretasi adalah
identifikasi, deleniasi, dan klasifikasi. Interpretasi visual merupakan interpretasi
yang dilakukan oleh pikiran manusia sesuai dengan tahapan interpretasi. Pada
umumnya, interpretasi dimulai dari kenampakan yang umum kemudian didetilkan
pada kenampakan yang khusus. Interpretasi visual dilakukan dengan
membandingkan kenampakan obyek terhadap kunci interpretasi citra yaitu
rona/warna, tekstur, ukuran, bentuk, pola, bayangan, site, dan asosiasi.
Tabel 1. Jumlah Petakan Penggunaan Lahan Sebelum dan Setelah Verifikasi
Penggunaan Lahan
Pertanian

Petakan
Sebelum
Verifikasi

Luas (ha)

Petakan
Setelah
Verifikasi

Luas (ha)

Sawah
Tegalan
Kebun Campuran
Total

961
57
0
1018

56,34
3,97
0,00
60,31

740
141
17
898

40,92
9,51
1,60
52,04

Tabel 2. Akurasi Interpretasi Jumlah Petakan
Kondisi Petakan
Jumlah Petakan
Akurasi (%)
Interpretasi Citra
898
88
Verifikasi
1018
Perhitungan jumlah penggunaan lahan pertanian yang dihitung berdasarkan
jumlah petakan hasil interpretasi dengan petakan hasil verifikasi mendapatkan
nilai keakuratan interpretasi sebesar 88% (Tabel 2). Hasil ini menunjukkan nilai
akurasi cukup tinggi. Hal tersebut disebabkan oleh interpretasi yang dilakukan
merupakan lanjutan dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya tetapi
terdapat ketidakakuratan interpretasi yang dapat disebabkan oleh adanya
perbedaan waktu antara cek lapang (2015) dengan perekaman citra (2010).
Pengalaman interpreter (orang yang melakukan interpretasi) juga berpengaruh
terhadap keakuratan hasil interpretasi. Semakin banyak pengalaman interpreter
maka dapat mengurangi kesalahan dalam interpretasi. Peta penggunaan lahan
pertanian sebelum verifikasi ditunjukkan pada Gambar 4 dan peta penggunaan
lahan pertanian setelah verifikasi ditunjukkan pada Gambar 5.

8

Gambar 4. Peta Penggunaan Lahan Pertanian Sebelum Verifikasi

Gambar 5. Peta Penggunaan Lahan Pertanian Setelah Verifikasi
Penggunaan lahan dikelompokkan menjadi penggunaan lahan pertanian dan
penggunaan lahan non pertanian. Jenis penggunaan lahan pertanian dibedakan
dalam penggunaan lahan berdasarkan atas penyediaan air dan komoditi yang
diusahakan, dimanfaatkan atau terdapat diatas lahan tersebut. Penggunaan lahan

9

yang berbeda mungkin dilakukan dalam waktu yang sama tetapi di tempat yang
berbeda dalam satuan lahan yang sama (Hardjowigeno et al. 1999).
Penggunaan lahan non pertanian terdiri dari lahan terbuka dengan luas 5,20
ha dan perumahan 3,07 ha diperoleh pada saat verifikasi hasil interpretasi
penggunaan lahan pertanian. Kesalahan dalam interpretasi dimana pada citra
menunjukkan ciri-ciri kenampakan berupa penggunaan lahan sawah namun hasil
verifikasi menunjukkan obyek lahan non pertanian. Hal tersebut menunjukkan
bahwa terjadi perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi non pertanian yang
disebabkan oleh perbedaan waktu pada saat perekaman citra dan waktu verifikasi
lahan. Perubahan penggunaan lahan adalah perubahan penggunaan atau aktivitas
terhadap suatu lahan yang berbeda dari aktivitas sebelumnya, baik untuk tujuan
komersial maupun industri (Munibah 2008). Peta penggunaan lahan hasil
verifikasi penggunaan lahan pertanian di Desa Ciburuy disajikan pada Gambar 6.

Gambar 6. Peta Penggunaan Lahan Setelah Verifikasi
Uraian mengenai penggunaan lahan pertanian menjadi non pertanian
disajikan pada Gambar 7, menunjukkan hasil interpretasi citra Ikonos penggunaan
lahan sawah sedangkan hasil verifikasi menunjukkan penggunaan lahan non
pertanian, yaitu lahan terbuka yang berdekatan dengan jalan dan ditumbuhi oleh
rerumputan kecil. Gambar 8 menunjukkan hasil interpretasi lahan sawah
sedangkan hasil verifikasi perumahan. Perumahan tersebut dikelola oleh
perusahaan swasta dengan ukuran bangunan yang serupa. Lokasi perumahan
dikelilingi oleh lahan sawah dan berdekatan dengan jalan desa.

10

Gambar 7. Kenampakan pada Citra (Lahan Sawah) dan Keadaan Sebenarnya
(Lahan Terbuka)

Gambar 8. Kenampakan pada Citra (Lahan Sawah) dan Keadaan Sebenarnya
(Perumahan)
Identifikasi Penggunaan Lahan Pertanian 2013 dan 2015
Verifikasi penggunaan lahan pertanian melalui petakan memperoleh hasil
perbandingan antara penelitian yang telah dilakukan pada tahun 2013 dengan hasil
verifikasi tahun 2015. Jumlah petakan lahan pertanian tahun 2013 sebesar 884
petak dan pada tahun 2015 terjadi penambahan jumlah petakan lahan pertanian
menjadi 898 petak. Perbedaan jumlah tersebut disebabkan oleh penambahan
petakan pada penggunaan lahan sawah dari 709 menjadi 740 petak dan kebun
campuran dari 3 menjadi 17 petak namun pada penggunaan lahan tegalan terjadi
penurunan jumlah petakan (Tabel 3). Hal tersebut disebabkan oleh adanya
perubahan penggunaan lahan pertanian pada beberapa luas lahan. Perbedaan
waktu verifikasi antara tahun 2013 dan 2015 juga menjadi penyebab perubahan
hasil verifikasi terhadap lahan pertanian di Desa Ciburuy. Nilai akurasi hasil
perbandingan antara interpretasi tahun 2013 dan 2015 diperoleh sebesar 98%
(Tabel 4). Peta petakan lahan pertanian tahun 2013 dan 2015 disajikan pada
Gambar 9.
Tabel 3. Petakan Penggunaan Lahan Pertanian 2013 dan 2015
Penggunaan Lahan
Sawah
Tegalan
Kebun Campuran
Total

Petakan
Verifikasi 2013
709
172
3
884

Luas
(ha)
38,10
12,33
0,27
50,70

Petakan
Verifikasi 2015
740
141
17
898

Luas
(ha)
40,92
9,51
1,60
52,04

Tabel 4. Akurasi dan Perubahan Jumlah Petakan Penggunaan Lahan Pertanian
2013 dan 2015
Kondisi Petakan Verifikasi
Jumlah Petakan
Akurasi (%)
Tahun 2013
884
98
Tahun 2015
898

11

Gambar 9. Peta Petakan Lahan Pertanian Desa Ciburuy 2013 dan 2015
Identifikasi Bentuk dan Ukuran Lahan Sawah
Kombinasi warna true color menghasilkan warna sesuai dengan
kenampakkan di permukaan bumi sehingga lahan sawah lebih mudah dikenali.
Sawah didefinisikan sebagai areal pertanian yang digenangi air atau diberi air,
baik dengan teknologi pengairan, tadah hujan, maupun pasang surut. Pada citra
Ikonos sawah memiliki pola yang teratur, bentuk yang berpetak-petak, teksturnya
halus, biasanya berada dekat dengan jalan, sungai, dan permukiman.

(a)
(b)
(c)
Gambar 10. Kenampakan Objek Sawah pada Citra
Kenampakan lahan sawah pada citra memperlihatkan suatu pola teratur,
terkonsentrasi dengan kenampakan berwarna hijau agak kebiruan atau berwarna
coklat pucat dengan tekstur halus. Warna hijau pucat menunjukkan ketika sawah
sudah mulai masa panen (Gambar 10a), sedangkan warna hijau agak kebiruan
terlihat dominan ketika padi dalam masa pertumbuhan (Gambar 10b). Warna
coklat menunjukkan ciri lahan sawah yang sedang diberakan atau sedang
menunggu masa tanam berikutnya (Gambar 10c). Berdasarkan pemanfaatan
terhadap citra Ikonos diperoleh bentuk petakan lahan sawah yang tidak seragam

12

namun cenderung horizontal. Ukuran petakan lahan sawah Desa Ciburuy
cenderung berukuran kecil. Luas rata-rata petakan lahan sawah sebesar 553,02 m2
dengan luas lahan terbesar 5.340,95 m2 dan terkecil 41,51 m2. Tabel luas petakan
lahan sawah Desa Ciburuy disajikan pada Tabel 5 dan Peta petakan lahan sawah
pada Gambar 11.
Tabel 5. Luas Petakan Lahan Sawah Desa Ciburuy
Petakan Lahan
Luas (m2)
Sawah
Rata-rata
553,02
Maks
5.340,95
Min
41,51

Gambar 11. Peta Petakan Lahan Sawah Desa Ciburuy
Rotasi Tanam
Data rotasi tanam tahun 2013 dan 2015 pada penggunaan lahan pertanian
Desa Ciburuy berjumlah 21 rotasi (Lampiran 2). Berdasarkan data tersebut
tedapat perbedaan rotasi tanam antara tahun 2013 dan 2015. Perbedaan tersebut
terjadi pada rotasi bengkuang-bengkuang dan kacang panjang- bengkuang- ubi
menjadi pisang dan singkong-jagung. Rotasi tanam terbesar adalah padi-padi
dengan luas lahan 36,29 ha pada tahun 2013 dan 39,02 ha pada tahun 2015. Padipadi menjadi rotasi tanam dominan karena di desa tersebut memiliki luas lahan
sawah yang cukup besar. Tanaman yang dibudidayakan oleh petani saat ini
didominasi oleh tanaman pangan dan holtikultur yang bersifat musiman. Peta
rotasi tanam Desa Ciburuy tahun 2013 (Gambar 13) dan tahun 2015 (Gambar 14).

13

Untuk mempermudah melihat rotasi tanam, 21 jenis rotasi tanam
dikelompokkan menjadi lima blok tanam. Blok-blok ini dibedakan berdasarkan
jenis komoditas yang diprioritaskan di lahan dan lama masa tanamnya. Berikut
penggolongan blok tanam yang ada di Desa Ciburuy (Puspa 2013):
a. Blok Padi
Blok padi terdiri dari semua lahan yang ditanami padi dalam satu tahun baik
hanya satu kali maupun lebih. Tanaman padi menjadi prioritas dalam blok ini
meskipun dalam satu tahun lahan tersebut tidak hanya ditanami padi, misalnya
rotasi tanam Padi-Jagung dan Padi-Ubi akan termasuk ke dalam blok padi.
b. Blok Umbi-umbian dan Palawija
Pengelolaan lahan yang termasuk dalam blok ini merupakan lahan yang
dalam satu tahun pernah ditanami komoditas umbi-umbian dan palawija, atau
yang menjadi tanaman prioritas di lahan tersebut adalah umbi-umbian atau
palawija. Contoh tanaman prioritas yang ditanam di blok ini adalah ubi,
bengkuang, dan jagung yang juga memiliki lama masa tanam sama (3-4 bulan)
c. Blok Hortikultura
Lahan yang termasuk dalam blok ini adalah semua lahan yang dalam satu
tahun pernah ditanami oleh tanaman hortikultura. Jika dalam satu tahun rotasi
tanam, terdapat lahan yang ditanami ubi atau palawija hanya satu kali dan dua kali
tanaman hortikultur, pola pengelolaan lahan tersebut tetap masuk kedalam Blok
Hortikultura. Contoh rotasi tanamnya yaitu Jagung-Tomat-Cabai Rawit.
d. Blok Singkong
Blok ini terdiri dari lahan yang hanya ditanami singkong dalam setahun.
Meskipun tanaman singkong termasuk ke dalam jenis umbi-umbian, lahan yang
ditanami singkong tidak dapat masuk ke dalam Blok Umbi dan Palawija karena
lama masa tanamnya yang mencapai 9 bulan hingga 1 tahun.
e. Blok Pepaya
Pengelolaan lahan yang termasuk ke dalam blok ini adalah lahan-lahan yang
ditanami pepaya.

Blok Tanam
Blok Padi
Blok Umbi-Umbian
dan palawija
Blok Hortikultura
Blok Singkong
Blok Pepaya
Total

Tabel 6. Blok Tanam Desa Ciburuy 2013 dan 2015
Jumlah
Jumlah
Luas Persentase
Petakan
Petakan
(ha)
(%)
Tahun 2013
Tahun 2015
709
38,10
80,2
737

Luas
(ha)

Persentase
(%)

40,83

82,1

158

11,70

17,9

115

8,23

12,8

10
4
3
884

0,37
0,26
0,27
50,70

1,1
0,5
0,3
100

22
8
16
898

1,64
0,31
1,03
52,04

2,4
0,9
1,8
100

Tabel 6 menunjukkan jumlah petakan, luas, dan persentase blok tanam Desa
Ciburuy pada tahun 2013 dan 2015. Persentase blok tanam paling banyak tahun
2013 dan 2015 yaitu Blok Padi sebesar 80,2% (2013) dan 82,1% (2015). Blok
tanam terendah tahun 2013 adalah Blok Pepaya sebesar 0,3% sedangkan tahun
2015 adalah Blok Singkong sebesar 0,9%. Peta blok tanam tahun 2013 dan 2015
ditunjukkan pada Gambar 12.

14

Gambar 12. Peta Blok Tanam Desa Ciburuy Tahun 2013 dan 2015

Gambar 13. Peta Rotasi Tanam Desa Ciburuy Tahun 2013

15

Gambar 14. Peta Rotasi Tanam Desa Ciburuy Tahun 2015
Status Kepemilikan Mesin Traktor
Jenis pengelolaan tanah di desa penelitian cenderung menggunakan alat
mekanik dibandingkan cara tradisional. Alat mekanik yang digunakan adalah
traktor dengan jenis hand tractor. Penggunaan hand tractor menjadi satu-satunya
alat pengelolaan tanah untuk tanaman padi di desa tersebut. Kepemilikan alat
mekanik dengan status milik berjumlah satu petani sedangkan untuk petani
lainnya memiliki status kepemilikan sewa. Secara umum waktu sewa traktor per
musim tanam untuk rotasi tanam padi-padi bervariasi tergantung pada petak
sawah yang dimiliki atau digarap petani. Rotasi tanam lainnya tidak menggunakan
mesin traktor. Biaya penyewaan mesin traktor berdasarkan hasil wawancara
petani sebesar Rp 150.000,00 untuk status milik dan Rp 200.000,00 untuk sewa
per harinya (Tabel 7). Gambar hand tractor yang digunakan di desa penelitian
pada Gambar 15.
Tabel 7. Status Kepemilikan Traktor
Status Mesin
Biaya
Traktor
Sewa
Rp 150.000,00
Milik
Rp 200.000,00

16

Gambar 15. Hand Tractor
Konsolidasi Pengelolaan Lahan
Respon Konsolidasi
Respon konsolidasi pengelolaan lahan disajikan pada Tabel 8. Persentase
respon tidak setuju tersebut berpengaruh terhadap kurangnya pengetahuan petani
mengenai konsolidasi pengelolaan lahan dan tujuannya. Petani cenderung tidak
setuju untuk merubah sistem dan cara bertaninya masing-masing. Selain itu,
faktor perbedaan waktu tanam antara petani desa tersebut juga menjadi penyebab
kurangnya respon terhadap konsolidasi. Menurut Barus et al. (2012a) dalam
pengembangan model spasial lahan pertanian sejauh ini dilakukan dengan
menggunakan data spasial dan unsur sosial khususnya mempertimbangkan unsur
aktual sawah dan persepsi yang dibangun dalam unit administrasi. Berdasarkan
data wawancara petani terhadap penggunaan lahan pertanian diperoleh 27%
respon setuju mengenai konsolidasi pengelolaan dan 73% lainnya tidak setuju
atau setara dengan 12,57 ha setuju konsolidasi dan 39,47 ha tidak setuju
konsolidasi. Partisipasi pemilik dan penggarap lahan sawah dalam konsolidasi
pengelolaan lahan harus menjamin bahwa keberdaan program tersebut
memberikan manfaat bagi mereka. Upaya mengenai program, studi kelayakan,
dan analisis prospek keuntungan juga harus diketahui sehingga dalam pelaksanaan
program dimulai dengan mempelajari teknik dan proses mengenai konsolidasi
pengelolaan lahan (Ishikawa 1998). Peta respon konsolidasi pengelolaan lahan
disajikan pada Gambar 16.
Tabel 8. Respon Konsolidasi
Respon
Konsolidasi
Setuju
Tidak Setuju
Total

Jumlah Persentase
Petakan
(%)
245
27
653
73
898
100

Luas
(ha)

12,57
39,47
52,04

17

Gambar 16. Peta Respon Konsolidasi Pengelolaan Lahan
Analisis Konsolidasi Pengelolaan Lahan
Konsolidasi pengelolaan lahan di lokasi penelitian dibentuk berdasarkan
lahan sawah dengan rotasi tanam padi-padi, memiliki respon setuju konsolidasi,
dan memiliki status sewa terhadap mesin traktor. Konsolidasi tersebut disesuaikan
dengan data optimum kerja mesin traktor perharinya, yaitu sebesar 2500-3500 m2.
Peta rotasi tanam padi-padi dan respon konsolidasi disajikan pada Gambar 17.

Gambar 17. Peta Rotasi Tanam Padi-Padi dan Respon Konsolidasi
Peta konsolidasi pengelolaan lahan respon setuju ditunjukkan pada Gambar
18 terlihat bahwa persebaran pola konsolidasi cenderung menyebar. Secara spasial

18

pola konsolidasi yang dihasilkan tidak memiliki bentuk yang seragam akan tetapi
pola dominannya adalah horizontal. Blok konsolidasi pengelolaan yang dihasilkan
memiliki kelas dengan luas kurang dari 3000 m2, 3000-3500 m2, dan lebih dari
3500 m2. Blok yang memiliki luas kurang dari 3000 m2 dan 3000-3500 m2
menjadi luasan blok dominan di desa tersebut. Bentuk polanya bervariasi dan
cenderung tidak teratur. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh respon konsolidasi
pengelolaan yang berbeda dari setiap pemilik atau penggarap dan luas optimum
kerja mesin traktor perhari. Luas blok konsolidasi 3000-3500 m2 terdapat dua blok
lahan sawah dan luas lebih dari 3500 m2 terdapat satu blok. Hal ini dipengaruhi
oleh lokasi petak sawah yang cenderung menyebar dengan jarak yang cukup jauh
untuk dilakukan konsolidasi.

Gamrbar 18. Peta Konsolidasi Pengelolaan Lahan Padi Respon Setuju
Efisiensi Beban Pengelolaan Lahan Respon Setuju Konsolidasi
Pengelolaan lahan khususnya lahan sawah berhubungan dengan cara
mengolah tanah dan tenaga pengolahnya. Penggunaan mesin traktor dalam
pengelolaan lahan sawah dipengaruhi oleh faktor bentuk, luas, panjang atau lebar
petak sawah yang berperan menentukan efisiensi kerja mengolah tanah. Faktor
tersebut menjadi dasar dilaksanakan potensi konsolidasi pengelolaan lahan
khususnya mekanik. Efisiensi beban pengelolaan lahan menghasilkan efisiensi
biaya total sebesar Rp 6.200.000,00 dengan luas lahan setelah dilaksanakan
konsolidasi pengelolaan 12,57 ha (Tabel 9). Efisiensi biaya rata-rata tiap petani
penggarap atau pemilik sebesar Rp 386.207,00 dan biaya minimum Rp 66.667,00
untuk pengelolaan lahan dalam satu musim tanam. Variasi penurunan biaya
pengelolaan ini dipengaruhi oleh jumlah petak, ukuran, luas petak yang dimiliki
atau digarap petani sebelum dilakukan potensi konsolidasi serta jumlah petani
penggarap atau pemilik dalam satu blok potensi konsolidasi yang dibuat
berdasarkan luas kerja optimum mesin traktor per hari di Desa Ciburuy.
Hasil petakan yang memiliki ukuran, luas yang kecil dan dalam jumlah
banyak akan mengalami penurunan biaya pengelolaan lahan karena terjadi
penggabungan beberapa petak menjadi satu blok konsolidasi sehingga lebih

19

efisien dalam sistem kerja mesin traktor dengan luasan optimum perharinya.
Jumlah petani terdiri dari 1-3 orang dalam satu blok. Blok yang memiliki jumlah
petani lebih banyak, biaya pengelolaan lahannya akan semakin kecil karena biaya
pengelolaan tersebut ditanggung bersama. Pembagian biaya pengelolaan dengan
jumlah petani lebih dari satu orang dapat dilakukan dengan pembagian biaya
sesuai jumlah petani dalam satu blok konsolidasi atau dibagi berdasarkan musim
tanam.
Efisiensi beban pengelolaan lahan lainnya diperoleh melalui data petakan
lahan sawah setelah dilakukan konsolidasi mengalami pengurangan petak sebesar
189 petak lahan sawah (Tabel 10). Data tersebut merupakan hasil pengurangan
petak lahan sawah sebelum dan setelah konsolidasi. Jumlah galengan atau petak
yang telah berkurang tersebut dapat meminimalkan sistem kerja mesin traktor
sehingga menjadi optimum dan mengurangi biaya pengeluaran untuk pengelolaan
lahan sawah.
Tabel 9. Efisiensi Beban Pengelolaan Lahan setelah Konsolidasi (Respon Setuju)
Sebelum
Setelah
Efisiensi
Konsolidasi(Rp) Konsolidasi (Rp)
Rataan
600.000
386.207
Min
200.000
66.667
Max
3.800.000
2.000.000
Total
17.400.000
11.200.000
Selisih
6.200.000
Tabel 10. Efisiensi Jumlah Petakan Sebelum dan Setelah Konsolidasi
(Respon Setuju)
Kondisi Petakan
Jumlah Petakan
Efisiensi
Sebelum Konsolidasi
245
189
Setelah Konsolidasi
56
Efisiensi Beban Pengelolaan Lahan Desa Ciburuy
Efisiensi beban pengelolaan lahan Desa Ciburuy ditunjukkan pada Tabel
11 dan Gambar 19. Biaya pengelolaan sebelum dilaksanakan konsolidasi sebesar
Rp 71.600.000,00 sedangkan setelah dilaksanakan konsolidasi mengalami
penurunan biaya pengelolaan sebesar Rp 35.600.000,00. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa efisiensi beban pengelolaan lahan keseluruhan sebesar Rp
36.000.000,00 atau setara 50% dari biaya keseluruhan.
Tabel 11. Efisiensi Beban Pengelolaan Lahan setelah Konsolidasi
Efisiensi

Sebelum Konsolidasi (Rp)

Rataan
Min
Max
Total
Efisiensi

246.897
200.000
1.200.000
71.600.000

Setelah Konsolidasi (Rp)
153.502
40.000
200.000
35.600.000

36.000.000

20

Gambar 19. Peta Konsolidasi Pengelolaan Lahan Desa Ciburuy
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Peta penggunaan lahan pertanian 2015 yang dibuat dengan memanfaatkan
citra Ikonos 2010 dan peta petakan lahan pertanian 2013 memiliki akurasi 88%.
Identifikasi lahan sawah dengan memanfaatkan citra Ikonos diperoleh bentuk
petakan lahan sawah yang tidak seragam namun cenderung horizontal. Ukuran
petakan lahan sawah Desa Ciburuy cenderung berukuran kecil dengan luas ratarata petakan lahan sawah sebesar 553,02 m2.
Jumlah rotasi tanam di desa Ciburuy sebesar 21 rotasi. Rotasi tanam padipadi adalah rotasi dominan. Alat mekanik yang digunakan dalam pengelolaan
lahan sawah adalah traktor dengan jenis hand tractor sedangkan pengelolaan
lainnya bersifat tradisional. Status kepemilikan sewa terhadap mesin traktor
memiliki jumlah yang lebih tinggi dibandingkan dengan milik.
Potensi konsolidasi pengelolaan lahan di Desa Ciburuy rendah karena 73%
respon tidak setuju. Konsep konsolidasi pengelolaan lahan dibentuk berdasarkan
asumsi luas optimum kerja mesin traktor. Berdasarkan konsep ini maka luasan
ideal untuk konsolidasi pengelolaan adalah kurang dari 3000 m2 dan 3000-3500
m2. Secara spasial pola konsolidasi yang dihasilkan tidak memiliki bentuk yang
seragam.
Efisiensi beban pengelolaan lahan diperoleh setelah dilakukan konsolidasi
menghasilkan efisiensi sebesar Rp 6.200.000,00 dengan luas lahan 12,57 ha.
Persentase efisiensi sebesar 36% dan petakan lahan sawah mengalami

21

pengurangan sebesar 189 petak lahan sawah. Efisiensi biaya rata-rata tiap petani
penggarap atau pemilik sebesar Rp 386.207,00 dan biaya minimum Rp 66.667,00
untuk pengelolaan lahan dalam satu musim tanam. Jika seluruh lahan sawah Desa
Ciburuy dikonsolidasikan maka efisensi beban pengelolaan sebesar Rp
36.000.000,00 setara 50% dari biaya keseluruhan.
Saran
Teknik informasi geografis dan remote sensing dapat digunakan untuk
keperluan identifikasi persil lahan dan untuk menyusun potensi konsolidasi. Hal
yang masih perlu dilakukan dalam penelitian adalah analisis sistem jaringan
irigasi dan perhitungan luas galengan untuk menghasilkan data produktivitas padi.
DAFTAR PUSTAKA
Ariani M, Suradisastra K, Wahyuni S, Wahyudi TS. 2012. Studi Konsolidasi
Usahatani Basis Pengembangan Kawasan Pertanian. Laporan Akhir
Penelitian. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.
Jakarta (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Arikunto S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta (ID):
Bumi Aksara.
Arsyad S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Press.
Balitbangtan. 2010. Evaluasi Kebijakan Sistem Desiminasi Teknologi Sumatera
Utara. Bidang Sumberdaya Alam. Jakarta (ID): Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian.
Barus B, DR Panuju, K Munibah, LS Iman, BH Trisasongko, N Diana, R
Kusuma. 2012. Model Pemetaan Sawah dan Perlindungan Lahan
Pertanian Pangan dengan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi
Geografis. Paper.
Chrisdianti A P. 2013. Citra Ikonos untuk Identifikasi Batas Petakan dan
Penggunaan Lahan Pertanian di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong,
Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Press.
Djaenuddin D, H Marwan, H Subagyo, A Mulyani, N Suharta. 2003. Kriteria
kesesuaian lahan untuk komoditas pertanian. Pusat Penelitian Tanah dan
Agroklimat. Bogor(ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Guanghui J, Xinpan W, Wenju Y, Ruijuan Z. 2015. A new system will lead to an
optimal path of land consolidation spatial management in China. Land Use
Policy. 42(1):27-37.
Hardjowigeno S, Widiatmaka, Yogaswara A S. 1999. Kesesuaian Lahan dan
Perencanaan Tata Guna Lahan. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Press.
Ishkawa M. 1998. Consolidation to Sustainable Farmland. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor Press.
Machyus M. 2009. Kajian aspek strategis konsolidasi lahan di DKI Jakarta dalam
konteks implementasi urban renewal [tesis]. Jakarta (ID): Universitas
Indonesia Press.

22

Marsden T, Sonnino R. 2008. Rural development and the regional state: denying
multifunctional agriculture in the UK. Journal of Rural Studies.
24(1):422–431.
Munibah K. 2008. Model Penggunaan Lahan Berkelanjutan di DAS Cidanau,
Kabupaten Serang, Propinsi Banten [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Sidik N. 2014. Buffer, Dissolve, Union, Intersect. Laporan Praktikum SIG Acara
VII. Yogyakarta (ID): Universitas Negeri Yogyakarta Press.
Sitorus SRP. 1986. Survai Tanah dan Penggunaan Lahan. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor Press.
Sutanto. 1979. Pengetahuan Dasar Interpretasi Citra. Yogyakarta (ID): Gajah
Mada University Press.
Vitikainen A. 2004. An overview of land consolidation in Europe. Journal of
Surveying and Real Estate Research.1:25-44.

LAMPIRAN
Lampiran 1. Pola Kepemilikan Mesin Traktor di Desa Ciburuy
Kode
Titik

Nama
Pemilik/
Penggarap

Rotasi
Tanam

Jenis
Pengelolaan

Jenis Alat
Mekanis

Status
Kepemilikan
Traktor

Jenis
Sewa
Traktor

Biaya
Penyewaan
Traktor

Jumlah Petak
Pengamatan

Waktu
Traktor/Musim
Tanam (hari)

FK 026

PV 022

Mulyadi

Padi-Padi

Alat Mekanis

Hand
Traktor

Milik

Tidak
Sewa

0

3

7

FK 032

PV 003

Adung

Padi-Padi

Alat Mekanis

Hand
Traktor

Sewa

Pribadi

Rp 200.000,-

4

1

FK 020

PV 009

Ajum

Padi-PadiJagung

Alat Mekanis

Hand
Traktor

Sewa

Pribadi

Rp 200.000,-

2

1

FK 005

PV 013

Muk

Padi-Padi

Alat Mekanis

Hand
Traktor

Sewa

Pribadi

Rp 200.000,-

6

1

FK 011

PV 034

Akew

Padi-Padi

Alat Mekanis

Hand
Traktor

Sewa

Pribadi

Rp 200.000,-

1

1

FK 016

PV 056

Junaedi

Padi-Padi

Alat Mekanis

Hand
Traktor

Sewa

Pribadi

Rp 200.000,-

2

1

FK 004

PV 057

Tuti

Padi-Padi

Alat Mekanis

Hand
Traktor

Sewa

Pribadi

Rp 200.000,-

2

1

FK 008

PV 086

Tatang

Padi-Padi

Alat Mekanis

Hand
Traktor

Sewa

Pribadi

Rp 200.000,-

6

1

Kode
Kuisioner

23

24

FK 018

PV 007

Lufie N

Padi-Padi

Alat Mekanis

Hand
Traktor

Sewa

Pribadi

Rp 200.000,-

3

2

FK 025

PV 021

Saroji

Padi-Padi

Alat Mekanis

Hand
Traktor

Sewa

Pribadi

Rp 200.000,-

6

2

FK 003

PV 036

Kinar

Padi-Padi

Alat Mekanis

Hand
Traktor

Sewa

Pribadi

Rp 200.000,-

2

2

FK 001

PV 037

Sopandi

Padi-Padi

Alat Mekanis

Hand
Traktor

Sewa

Pribadi

Rp 200.000,-

8

2

FK 012

PV 047

Agus

Padi-Padi

Alat Mekanis

Hand
Traktor

Sewa

Pribadi

Rp 200.000,-

5

2

FK 021

PV 052

Ahmad
Zakaria

Padi-Padi

Alat Mekanis

Hand
Traktor

Sewa

Pribadi

Rp 150.000,-

7

2

FK 002

PV 059

Barna

Padi-Padi

Alat Mekanis

Hand
Traktor

Sewa

Pribadi

Rp 200.000,-

3

2

FK 017

PV 084

Syarif

Padi-Padi

Alat Mekanis

Hand
Traktor

Sewa

Pribadi

Rp 200.000,-

2

2

FK 031

PV 088

Sukri

Padi-Padi

Alat Mekanis

Hand
Traktor

Sewa

Pribadi

Rp 200.000,-

6

2

FK 024

PV 098

Atang

Padi-Padi

Alat Mekanis

Hand
Traktor

Sewa

Pribadi

Rp 200.000,-

7

2

FK 015

PV 029

Bidin

Padi-Ubi

Alat Mekanis

Hand
Traktor

Sewa

Pribadi

Rp 200.000,-

2

3

FK 029

PV 066

Suma

Padi-Padi

Alat Mekanis

Hand
Traktor

Sewa

Pribadi

Rp 200.000,-

2

3

FK 023

PV 110

Engkos

Padi-Padi

Alat Mekanis

Hand
Traktor

Sewa

Pribadi

Rp 200.000,-

6

3

FK 030

PV 096

Jaya

Padi-Padi

Alat Mekanis

Hand
Traktor

Sewa

Pribadi

Rp 200.000,-

2

4

FK 006

PV 031

Tatang

Padi-Padi

Alat Mekanis

Hand
Traktor

Sewa

Pribadi

Rp 200.000,-

1

5

FK 027

PV 011

Jamsari

Padi-padi

Alat Mekanis

Hand
Traktor

Sewa

Pribadi

Rp 200.000,-