Kinerja organisasi dan keuangan koperasi kelompok tani lisung kiwari Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor

(1)

KINERJA ORGANISASI DAN KEUANGAN

KOPERASI KELOMPOK TANI LISUNG KIWARI

DESA CIBURUY KECAMATAN CIGOMBONG

KABUPATEN BOGOR

SKRIPSI

YONA OCTAVA PURBA H34086101

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

RINGKASAN

YONA OCTAVA PURBA. Kinerja Organisasi dan Keuangan Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Agribinis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan LUKMAN M. BAGA).

Kontribusi Sektor pertanian dan UMKM terhadap perekonomian dan kesempatan kerja di Indonesia masih lebih tinggi dibanding usaha industri. Sektor pertanian dan UMKM dapat menjadi usaha yang cocok dikembangkan di Indonesia. Koperasi pertanian merupakan bagian dari sektor pertanian dan UMKM. Pengembangan koperasi pertanian diharapakan dapat mendukung sektor pertanian dan UMKM. Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor memanfaatkan keberadaan gabungan kelompok tani dalam menumbuhkan kembali koperasi. Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor telah membina 10 Koperasi Kelompok Tani (KKT). KKT Lisung Kiwari telah melakukan lima kali Rapat Anggota Tahunan (RAT) dan KKT yang masih aktif dibanding dengan KKT lainnya. KKT Lisung Kiwari tumbuh dari Gapoktan Silih Asih sebagai kelembagaan yang berprestasi.

Penelitian ini bertujuan menganalisis, membandingkan kinerja organisasi KKT Lisung kiwari dengan kinerja organisasi Poktan, Gapoktan, koperasi dan menganalisis kinerja keuangan KKT Lisung Kiwari. Jumlah Responden yang diambil yaitu 30 responden. Responden yang dipilih adalah anggota koperasi dan merupakan anggota Gapoktan. Untuk mengetahui adanya perbedaan terhadap kinerja organisasi Poktan, Gapoktan, maupun koperasi dengan menggunakan metode statistik nonparametrik. Statistik nonparametrik yang digunakan yaitu uji Friedman. Untuk menganalisis kinerja keuangan menggunakan metode analisis rasio keuangan koperasi.

Hasil pembahasan kinerja organisasi menunjukkan kinerja Gapoktan lebih baik dibanding koperasi. Hasil penelitian kinerja keuangan menunjukkan Likuiditas KKT Lisung Kiwari 2005-2009 sesuai angka rasio lancar, rasio cair berada dalam kondisi baik sedangkan rasio kas berada pada kondisi tidak baik karena kemampuan membayar kewajiban lancarnya atas kas sangat rendah. Solvabilitas KKT Lisung Kiwari 2005-2009 sesuai angka rasio kewajiban jangka panjang atas harta, rasio kewajiban jangka panjang atas kapitalisasi berada kondisi baik sedangkan rasio kewajiban jangka panjang atas modal mengalami keadaan yang tidak baik karena kemampuan modal untuk menjamin kewajiban jangka panjang semakin rendah. Profitabilitas KKT Lisung Kiwari 2005-2009 sesuai angka rasio SHU terhadap penjualan berada dalam kondisi baik tetapi pada rasio SHU terhadap modal berada pada kondisi tidak baik karena modal belum dapat meningkatkan SHU. Efektifitas KKT Lisung Kiwari 2005-2009 sesuai angka rasio HPP atas penjualan dan HPP dijumlahkan operasi atas penjualan berada dalam kondisi baik. Kinerja Keuangan masih cenderung bergantung kepada modal dari luar.


(3)

KINERJA ORGANISASI DAN KEUANGAN

KOPERASI KELOMPOK TANI LISUNG KIWARI

DESA CIBURUY KECAMATAN CIGOMBONG

KABUPATEN BOGOR

YONA OCTAVA PURBA H34086101

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(4)

Judul : Kinerja Organisasi dan Keuangan Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor

Nama : Yona Octava Purba NIM : H34086101

Disetujui, Pembimbing

Ir. Lukman M. Baga, MA.Ec NIP. 19640220 198903 1001

Diketahui,

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Kinerja Organisasi dan Keuangan Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Januari 2011

Yona Octava Purba H34086101


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Parapat pada tanggal 5 Oktober 1987. Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Hiskia Purba dan Ibunda Mintarina Sipayung.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 51 Inpres Parapat pada tahun 1999 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2002 di SMPN 1 Parapat. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMAN 3 Pematang Siantar diselesaikan pada tahun 2005.

Penulis melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi di Program Studi Manajemen Agribisnis, Program DIII Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran yang diselesaikan pada tahun 2008 dan selanjutnya tercatat sebagai mahasiswa Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugerah kasih karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kinerja Organisasi dan Keuangan Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor”. Penelitian ini bertujuan mempelajari proses transformasi Gapoktan Silih Asih menjadi Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari dan menganalisis kinerja keuangan KKT Lisung Kiwari.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya mahasiswa sebagai bahan literatur.

Bogor, Januari 2011 Yona Octava Purba


(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan yang Maha Esa penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada.

1. Ir. Lukman M. Baga, MA.Ec selaku dosen pembimbing atas arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi.

2. Dr. Ir. Ratna Winandi, MS selaku dosen evaluator pada kolokium, dosen penguji utama pada sidang yang telah memberikan banyak saran dan masukan untuk kesempurnaan skripsi.

3. Dra. Yusalina, MSi selaku dosen penguji komisi akademik yang telah memberikan saran untuk kesempurnaan skripsi.

4. Seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis.

5. Pihak Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari Bapak Hari Kuswara sebagai ketua, Bapak Suherman SE sebagai sekretaris, Bapak Heli Permana SP sebagai bendahara, Bapak H. A Zakaria sebagai Pengawas dan Ketua Gapoktan Silih Asih.

6. Orang Tua dan saudara tercinta untuk setiap dukungan, cinta kasih dan doa yang diberikan. Semoga skripsi ini dapat menjadi persembahan yang terbaik.

7. Teman-teman Agribisnis angkatan V, PMKB (Persekutuan Mahasiwa Kristen kota Bogor), dan KK (Kelompok Kecil) atas semangat dan sharing selama penelitian hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuannya.

Bogor, Januari 2011 Yona Octava Purba


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian ... 5

II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Koperasi sebagai Kelembagaan Sosial Ekonomi Agribisnis ... 6

2.2 Laporan Keuangan Koperasi ... 8

2.3 Analisis Kinerja Keuangan ... 8

2.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 9

III KERANGKA PEMIKIRAN ... 11

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 11

3.1.1 Kelembagaan Petani ... 11

3.1.2 Koperasi ... 11

3.1.3 Pengelompokan Organisasi Swadaya ... 13

3.1.4 Analisis Rasio Keuangan ... 14

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 17

IV METODE PENELITIAN ... 19

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 19

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 19

4.3 Metode Pengambilan Sampel ... 19

4.4 Metode Analisis data ... 20

4.4.1 Kinerja Transformasi Organisasi ... 20

4.4.2 Rasio ... 20

4.4.3 Analisis Rasio Keuangan ... 20

V GAMBARAN UMUM KKT LISUNG KIWARI ... 26

5.1 Sejarah KKT Lisung Kiwari ... 26

5.2 Struktur Organisasi KKT Lisung Kiwari ... 27

5.2.1 Keanggotaan KKT Lisung Kiwari ... 27

5.2.2 Perangkat Organisasi KKT Lisung Kiwari ... 29

5.3 Bidang Usaha KKT Lisung Kiwari ... 31


(10)

ii

VI PEMBAHASAN ... 33

6.1 Kinerja Organisasi terhadap Poktan, Gapoktan Silih Asih dan KKT Lisung Kiwari ... 33

6.2 Analisis Kinerja Keuangan KKT Lisung Kiwari ... 42

6.2.1 Likuiditas ... 43

6.2.2 Solvabilitas ... 47

6.2.3 Profitabilitas ... 51

6.2.4 Efektifitas ... 54

6.3 Strategi Pengembangan KKT Lisung Kiwari Berdasarkan Kinerja Organisasi dan Kinerja Keuangan ... 56

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 59

7.1 Kesimpulan ... 59

7.2 Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 61


(11)

iii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Koperasi Kelompok Tani di Kabupaten Bogor ... 3

2. Perkembangan Jumlah Anggota KKT Lisung Kiwari ... 28

3. Jumlah Pertemuan Rapat Anggota KKT Lisung Kiwari ... 30

4. Perbandingan Laba Usaha dari Bidang Usaha ... 31

5. Perkembangan Modal Sendiri dan Modal Luar ... 32

6. Hasil Uji Friedman terhadap Adanya Pertemuan dan Rapat ... 34

7. Hasil Uji Friedman terhadap Keterlibatan Anggota dalam Pengelolaan ... 35

8. Hasil Uji Friedman terhadap Keterlibatan Anggota dalam Pengambilan Keputusan ... 35

9. Hasil Uji Friedman terhadap Keterlibatan Anggota dalam Kegiatan Bersama ... 36

10. Hasil Uji Friedman terhadap Adanya Usaha yang Berorientasi kepada Kepentingan Anggota ... 38

11. Hasil Uji Friedman terhadap Adanya Kemampuan Meningkatkan Kesejahteraan Anggota. ... 39

12. Hasil Uji Friedman terhadap Adanya Aktivitas Pendidikan, Pelatihan, Penerangan ... 40

13. Rasio Lancar KKT Lisung Kiwari periode 2005-2009 ... 43

14. Rasio Cair KKT Lisung Kiwari periode 2005-2009... 44

15. Rasio Kas KKT Lisung Kiwari periode 2005-2009 ... 45

16. Rasio Kewajiban Jangka Panjang atas Harta KKT Lisung Kiwari periode 2005-2009 ... 48

17. Rasio Kewajiban Jangka Panjang atas Modal KKT Lisung Kiwari periode 2005-2009 ... 49

18. Rasio Kewajiban Jangka Panjang atas Kapitalisasi KKT Lisung Kiwari periode 2005-2009 ... 50

19. Rasio Sisa Hasil Usaha atas Penjualan KKT Lisung Kiwari periode 2005-2009 ... 52

20. Rasio SHU atas Modal/Return on Equity (ROE) KKT Lisung Kiwari periode 2005-2009 ... 53

21. Rasio HPP atas Penjualan KKT Lisung Kiwari periode 2005-2009 ... 54

22. Rasio HPP dan Beban operasi atas Penjualan KKT Lisung Kiwari periode 2005-2009 ... 55


(12)

iv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Transformasi Gapoktan Silih Asih

menjadi KKT Lisung Kiwari ... 4

2. Peran Koperasi Sebagai Pendukung Sub-sistem Penunjang dalam Sistem Agribisnis yang Terintegrasi ... 6

3. Pengembangan Kelembagaan Petani... 7

4. Irisan Lingkaran Koperasi ... 12

5. Pengelompokan Organisasi Swadaya (SHO) ... 13

6. Kerangka Pemikiran Operasional ... 18

7. Struktur Organisasi KKT Lisung Kiwari Tahun 2009 ... 27

8. Kinerja Organisasi Poktan, Gapoktan dan Koperasi ... 41

9. Grafik Rasio Likuiditas tahun 2005-2009 ... 47

10. Peran Poktan, Gapoktan dan Koperasi dalam Strategi Pengembangan KKT Lisung Kiwari ... 57


(13)

v

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Laporan Keuangan Neraca

per 31 Desember 2005,2006,2007,2008 dan 2009 ... 65

2. Perhitungan Sisa Hasil Usaha per 31 Desember 2005, 2006, 2007, 2008, dan 2009 ... 67

3. Gabungan hasil analisis rasio ... 69

4. Gapoktan Silih Asih ... 70

5. Kantor Koperasi KKT Lisung Kiwari... 71


(14)

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) berkontribusi terhadap pembentukan total Produk Domestik Bruto (PDB) non migas tahun 2008 sebesar 62,59 persen sedangkan usaha industri sebesar 50,06 persen. UMKM juga mampu menyerap tenaga kerja 97,04 persen sedangkan usaha industri 2,96 persen1. Perbandingan persentase UMKM dan usaha besar menunjukkan UMKM berperan dalam perekonomian Indonesia dan menciptakan kesempatan kerja.

Sektor pertanian juga terbukti masih memiliki peranan yang penting bagi perekonomian Indonesia. PDB sektor pertanian atas dasar harga berlaku pada triwulan II 2008 termasuk dua besar penghasil nilai tambah bruto yaitu Rp 180,6 trilyun atau 14,7 persen dari total PDB nasional yang mencapai Rp 1.230,9 trilyun (Deptan 2008). Lapangan usaha pertanian menyediakan kesempatan kerja yang lebih tinggi dibanding usaha industri. Kesempatan kerja lapangan usaha pertanian tahun 2007, laki-laki 0,41 persen dan perempuan 0,41 persen sedangkan lapangan usaha industri tahun 2007 hanya menyediakan kesempatan kerja untuk laki-laki 0,11 persen dan perempuan 0,14 persen (BPS 2009)2.

UMKM dan sektor pertanian merupakan ciri khas sektor dan lapangan usaha di Indonesia. Perpaduan antara UMKM dan sektor pertanian diharapkan semakin meningkatkan perekonomian dan kesempatan kerja. Koperasi Pertanian merupakan bagian dari UMKM yang bergerak dalam sektor pertanian.

Pasal 33 UUD 1945 mengamanatkan bahwa badan usaha yang diharapkan berperan penting dalam perekonomian Indonesia adalah koperasi. Usaha kecil dan menengah sektor pertanian dapat bergabung dalam suatu wadah (organisasi), dengan saling membantu dan bekerja sama agar dapat meningkatkan posisi tawar petani (Partomo dan Soejoedono 2002). Peranan pemerintah dalam pembangunan koperasi pertanian kemudian menjadi nyata dengan dikeluarkannya Inpres No.4 Tahun 1984 tentang pembinaan dan

1

http://www.smecda.com/deputi7/menu/files/ Analisis Kinerja Koperasi 2004, 2008, 2009. Diakses tanggal 24 Februari 2010

2

BPS. Berita Resmi Statistik No.11/02/Th. XII,16 Februari 2009. [Terhubung Berkala]. http://www. Google.com//search//PDB Indonesia.html. Diakses tanggal 24 Februari 2010


(15)

2 pengembangan Koperasi Unit Desa (KUD) yang berawal dari Pembinaan Badan Usaha Unit Desa (BUUD). BUUD suatu program terpadu dalam satu sistem kelembagaan, yang memperhatikan aspek sosial, ekonomi, dan budaya sebagai pengikat. Perubahan status BUUD menjadi KUD mengakibatkan KUD bukan lagi sebagai koperasi pertanian tetapi menjadi koperasi serba usaha. Keanggotaan menjadi terbuka bagi semua warga desa yang bidang usahanya sangat beragam. Hal tersebut dinilai menjadi penyebab KUD sulit menjadi organisasi ekonomi yang profesional, karena pada umumnya profesonalisme memerlukan spesialisasi dan bukan generalisasi (Nasution 1990). Menurut Sasono (2010), kegagalan KUD disebabkan oleh pembentukan secara massal, tanpa memperhatikan kesiapan anggota. Fasilitas yang berlimpah menyebabkan KUD sangat bergantung kepada pemerintah, sehingga ketika fasilitas dari pemerintah berhenti, banyak KUD yang tidak berfungsi.

Peran pemerintah dalam mendukung pembangunan pertanian tidak berhenti pada kegagalan KUD. Revitalisasi kelembagaan petani merupakan salah satu dari strategi pembangunan Pertanian3. Hal ini dinyatakan dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor:273/Kpts/OT.160/4/2007 yang berisi pedoman penumbuhan dan pengembangan kelompok tani (Poktan) dan gabungan kelompok tani (Gapoktan). Keberadaan Poktan maupun Gapoktan diharapkan menjadi jalan untuk mengaktifkan kembali koperasi pertanian.

Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor memanfaatkan keberadaan gabungan kelompok tani dalam menumbuhkan kembali koperasi. Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor telah membina 10 Koperasi Kelompok Tani (KKT) pada Tabel 1.

3

Bayu Krisnamurthi. 6 Juni 2010. Koperasi Pertanian Sebagai Upaya Membangun Daya Saing Perekonomian dalam Era Perdagangan Bebas. Seminar Koperasi Agribisnis Nasional: IPB (hal 1)


(16)

3

Tabel 1. Koperasi Kelompok Tani di Kabupaten Bogor No Kecamatan Nama Koperasi Kelompok Tani

(KKT)

Jumlah RAT (kali)

1 Parung Panjang KKT Jawosan Baru

2 Tenjo KHT Darma Sarana 2

3 Jasinga KKT Pangan Balarea 3

4 Rancabungur KKT Rukun Tani 3

5 Cariuk KKT Berkah Mandiri 5

6 Cigombong KKT Lisung Kiwari 5

7 Caringin KKT Mandiri 1

8 Mega Mendung KKT Sukses Kerjasama 1

9 Gunung Sindur Koptan Bina Tani 1

10 Pamijahan Koptan Ikhlas Baru

Sumber: Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor (2010)

1.2 Perumusan Masalah

KKT Lisung Kiwari telah melakukan lima kali Rapat Anggota Tahunan (RAT) dibanding dengan KKT lainnya. KKT Lisung Kiwari berasal dari Gapoktan Silih Asih. Gapoktan Silih Asih merupakan gabungan dari Poktan Silih Asih I, Silih Asih II, Manunggal Jaya, Saung Kuring, Tunas Inti, Lisung Kiwari. Unit Usaha Gapoktan Silih Asih yang telah berjalan yaitu budidaya padi sehat dan penangkaran benih padi, budidaya peternakan dan ikan air tawar, pembuatan dan pemasaran pupuk OFER (Organic Fertillizer), pengolahan dan pemasaran beras SAE (Beras Organik Bebas Residu Pestisida Kimia) dan teknologi pembuatan kompos jerami dan pestisida nabati. Pada tahun 2006, Gapoktan Silih Asih sebagai peringkat I Pengelola Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan (DPM LUEP) tingkat Kabupaten Bogor dan pada tahun 2007 sebagai Peringkat I pemberdaya masyarakat petani padi tingkat provinsi, dan peringkat I nasional pengelola DPM LUEP.

Anggota membutuhkan kelembagaan yang dapat mengelola modal secara transparan. Hal ini yang melatarbelakangi transformasi Gapoktan Silih Asih menjadi KKT Lisung Kiwari pada Gambar 1. KKT Lisung Kiwari didirikan pada tanggal 25 Oktober 2004. KKT Lisung Kiwari dengan izin badan usaha no: 518/03 BHKPTS/ KANKOP 2006. Tahun 2007 KKT Lisung Kiwari mengelola dana bergulir dari kementrian koperasi.


(17)

4

Gambar 1. Transformasi Gapoktan Silih Asih menjadi KKT Lisung Kiwari Perubahan organisasi diharapkan mampu mengelola modal dan meningkatkan kinerja organisasi. Berdasarkan uraian tersebut, menarik untuk meneliti KKT Lisung Kiwari sesuai dengan perumusan masalah berikut:

1. Bagaimana kinerja organisasi KKT Lisung Kiwari? 2. Bagaimana kinerja keuangan KKT Lisung Kiwari?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis kinerja organisasi KKT Lisung kiwari dan membandingkan

dengan kinerja organisasi pada Poktan dan Gapoktan. 2. Menganalisis kinerja keuangan KKT Lisung Kiwari.

1. 4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan yaitu:

1. Bagi Peneliti, menjadi gambaran untuk mengetahui kondisi koperasi dalam organisasi dan keuangan.

Organisasi berorientasi ekonomi

Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari

Organisasi sebelum berbentuk

koperasi

Simpan Pinjam

Pengadaan dan Penjualan Barang

Poktan dan Gapoktan Silih Asih

Organisasi yang membuat usaha bersama dan berorientasi kepada


(18)

5 2. Pihak KKT Lisung Kiwari mendapat gambaran mengenai kinerja keuangan dari laporan keuangan periode 2005-2009 dan keadaan organisasi.

3. Bagi pembaca, sebagai bahan literatur untuk penelitian selanjutnya.

1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

Ruang Lingkup dari penelitian ini adalah membandingkan kinerja organisasi Poktan, Gapoktan Silih Asih dan KKT Lisung Kiwari. Analisis kinerja keuangan menggunakan analisis rasio laporan keuangan 2005-2009. Batasan penelitian memfokuskan atas perolehan kinerja organisasi dan keuangan koperasi.


(19)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Koperasi sebagai Kelembagaan Sosial Ekonomi Agribisnis

Kelembagaan sosial ekonomi dalam agribisnis adalah kelembagaan yang memperhatikan aspek sosial dan ekonomi dalam pengembangan pertanian. Bentuk kelembagaan sosial ekonomi yang umumnya dijumpai adalah koperasi4.

Koperasi pertanian diharapkan mampu memainkan peranan sebagai sub sistem pendukung agribisnis karena para petani tidak mampu memainkan peranan tersebut jika berjalan sendiri5. Gambar 2 menjelaskan peranan koperasi pertanian dalam sistem agribisnis.

Gambar 2. Peran Koperasi Sebagai Pendukung Sub-sistem Penunjang dalam Sistem Agribisnis yang Terintegrasi

Sumber: Baga et al (2009)

Pelaku yang berpengaruh dalan agribisnis adalah petani. Koperasi pertanian merupakan wadah petani dalam mengaktualisasi diri dan bersama-sama anggota dalam mencapai kebutuhan.

Menurut Krisnamurthi (2010), Pembentukan kelompok tani (Poktan) maupun gabungan kelompok tani (Gapoktan) merupakan suatu unsur dalam menumbuhkembangkan kembali koperasi pertanian di Indonesia. Pengembangan kelembagaan petani dapat lebih berdaya guna dalam penyediaan sarana produksi

4

Baga et al.2009. Diktat Kuliah Koperasi dan Kelembagaan Agribisnis. Hal 13-16

5

Loc.cit Pupuk Pestisida Peralatan Perlengkapan Benih, Pakan Transportasi

Tanaman Pangan Holtikultura Perkebunan Perikanan Peternakan Kehutanan

Pemanenan Penanganan Pengolahan Pengemasan Penyimpanan

Periklanan Promosi Negoisasi Distribusi

Sub Sistem Jasa Pendukung

Riset dan pengembangan, infromasi, pendidikan, pendidikan dan pelatihan, konsultasi, asuransi, peraturan, dll


(20)

7 pertanian, permodalan, peningkatan, atau perluasan usaha tani ke sektor hulu dan hilir, pemasaran serta kerjasama dalam peningkatan posisi tawar. Adapun paradigma pengembangan kelembagaan petani dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Pengembangan Kelembagaan Petani Sumber: Krisnamurthi (2010)

Petani sebagai pelaku utama yang bergabung membentuk kelompok yang bergerak demi kepentingan bersama, berjuang memelihara kerjasama baik hubungan internal maupun eksternal untuk mengembangkan usahatani dalam pencapaian kesejahteraan petani. Penumbuhan kelompok tani dapat dimulai dari kelompok-kelompok atau organisasi sosial yang sudah ada di masyarakat yang selanjutnya melalui kegiatan penyuluhan pertanian diarahkan menuju bentuk kelompok tani yang semakin terikat oleh kepentingan dan tujuan bersama dalam meningkatkan produksi dan pendapatan produksi dan pendapatan dari usaha taninya.

Penggabungan kelompok tani ke dalam Gapoktan dilakukan agar kelompok tani dapat lebih berdaya guna dalam penyediaan sarana produksi pertanian, permodalan, peningkatan, atau perluasan usaha tani ke sektor hulu dan hilir, pemasaran serta kerjasama dalam peningkatan posisi tawar. Kelompok tani maupun gabungan kelompok tani diharapkan akan tergabung dalam suatu lembaga koperasi pertanian untuk dapat mengelola dana baik yang berasal dari bantuan pemerintah maupun hasil usaha anggota yang terkumpul.

Peran Penyuluh Pertanian Dukungan dari Kem.Koperasi

petani Kelompok Tani

Gabungan Kelompok

Tani

Koperasi Pertanian

Perbankan Kemitraan


(21)

8

2.2 Laporan Keuangan Koperasi

Pengurus bertanggung jawab dan wajib melaporkan kepada rapat anggota segala sesuatu yang menyangkut tata kehidupan koperasi. Aspek keuangan merupakan salah satu dari aspek-aspek yang tercakup dalam tata kehidupan koperasi, sekaligus sebagai salah satu alat evaluasi kemajuan usaha. Menurut Sitio dan Tamba (2001), pengguna utama dari laporan keuangan koperasi yaitu para anggota koperasi, pejabat koperasi, calon anggota koperasi, bank, kreditur, pemerintah, dan lain-lain. Laporan keuangan koperasi berfungsi untuk menilai pertanggungjawaban pengurus, menili prestasi pengurus, menilai manfaat yang diberikan koperasi terhadap anggotanya, menilai kondisi keuangan koperasi, dan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan jumlah sumberdaya dan jasa yang akan diberikan kepada koperasi. Menurut Hanel (1992), Koperasi diharapkan berfungsi sebagai lembaga ekonomi yang berorientasi pada pemberian pelayanan kepada anggota secara langsung. Pelayanan secara langsung yaitu memperoleh kelebihan hasil usaha dan membagikannya kepada anggota sesuai dengan jasa usahanya.

2. 3 Analisis Kinerja Keuangan

Menurut Jumingan (2005), prosedur menganalisis kinerja keuangan menyangkut review data laporan yaitu aktivitas penyesuaian data laporan keuangan terhadap berbagai hal, baik sifat atau jenis perusahaan yang melaporkan sistem akuntansi yang berlaku. Munawir (1997), menganggap maksud dari perlunya mempelajari data secara menyeluruh adalah untuk meyakinkan pada penganalisis bahwa laporan sudah cukup jelas menggambarkan semua data keuangan yang relevan dan telah diterapkannya prosedur akuntansi maupun penilaian yang tepat, sehingga penganalisis akan betul-betul mendapatkan laporan keuangan yang dapat diperbandingkan (comparable), setelah itu dapat menghitung, mengukur, menginterprestasi dan memberi solusi terhadap keuangan badan usaha pada periode tertentu.

Kinerja keuangan adalah suatu penilaian terhadap laporan keuangan perusahaan yang menyangkut posisi keuangan perusahaan serta perubahan terhadap posisi keuangan tersebut (Ikatan Akuntansi Indonesia 1999). Penilaian kinerja keuangan yang berlandaskan pada data dan informasi keuangan


(22)

9 merupakan suatu tolak ukur yang sering digunakan dalam memperoleh informasi tetang posisi keuangan suatu badan usaha.

2.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian ini akan terpusat pada kelembagaan dan kinerja keuangan koperasi. Penelitian terdahulu yang pernah meneliti kelembagaan yaitu pada umumnya dengan pendekatan kualitatif. Supandi (2009), meneliti program dan kegiatan yang mampu menguatkan kelembagaan kelompok tani dan koperasi yang bertujuan meningkatkan posisi tawar koperasi terhadap perusahaan inti. Secara kualitatif menghasilkan peran kelompok tani sebagai unit usaha bersama, pola hubungan kelompok tani dan koperasi di Desa Seresam, dan pola pengembangan kemitraan koperasi dan perusahaan inti. Indriana (2010), meneliti kelembagaan pada sistem pertanian padi sehat di Desa Ciburuy untuk mengetahui keberlanjutan kelembagaan dalam sistem pertanian padi sehat menuju pertanian berkelanjutan. Pertanian berkelanjutan dapat diwujudkan dengan adanya teknik-tenik sosial yang mendukung dan mempercepat pengorganisasian sosial. Pengorganisasian sosial merujuk pada terbentuknya kelembagaan dalam sistem pertanian padi sehat.

Penelitian terdahulu yang telah meneliti kinerja keuangan koperasi pada umumnya menggunakan laporan keuangan koperasi sebagai data dalam pendekatan kuantitatif. Lismawati (2009), meneliti kinerja keuangan KUD Sumber Alam tahun 2003-2008. Alat analisis yang digunakan untuk analisis kinerja keuangan adalah analisis trend, analisis persentase per komponen, analisis ratio yang meliputi likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan rasio aktivitas usaha. Hasil penghitungan rasio likuiditas menunjukkan keadaan yang kurang baik yaitu berada di bawah standar sedangkan rasio solvabilitas keadaan cukup baik karena memenuhi standar. Hasil perhitungan rasio rentabilitas dan aktivitas usaha menunjukkan keadaan yang tidak baik karena nilai penjualan yang terus menerus menurun menyebabkan SHU yang diperoleh KUD menurun. Penelitian kemampuan pelayanan KUD Sumber Alam dengan analisis Customer Satisfaction Index (CSI) menghasilkan informasi bahwa KUD Sumber Alam masih berada pada tingkatan cukup puas. Kinerja keuangan dan Penelitian kemampuan pelayanan KUD Sumber Alam digunakan peneliti untuk mengetahui informasi kinerja koperasi.


(23)

10 Himpuni (2009), memperdalam kinerja KUD Sumber Alam melalui pendekatan BSC dengan hasil prespektif keanggotaan memiliki kinerja yang lebih baik dibanding dengan prespektif keuangan, pembelajaran serta pertumbuhan dan proses bisnis internal. Prespektif keuangan yang digunakan hanya melihat keadaan likuiditas, rentabilitas, solvabilitas dan hanya membandingkan laporan keuangan tahun 2006-2007 saja. Sedangkan Akbar (2009), membandingkan analisis kinerja keuangan dan aktivitas usaha KUD Sumber Alam dengan primkopti menggunakan alat analisis tren dan analisis rasio untuk menilai kinerja keuangan kedua koperasi tersebut.

Segi kelembagaan yang dibahas dalam penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Perbedaannya yaitu menggunakan kinerja organisasi untuk mengetahui akibat dari proses perubahan kelembagaan dari Gapoktan menjadi koperasi. Persamaan dengan penelitian terdahulu yaitu dari segi keuangan. Kinerja keuangan menggunakan analisis rasio.


(24)

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1 Kelembagaan Petani

Konsep kelembagaan lebih terpaku kepada organisasi, baik organisasi formal maupun organisasi non formal (Suradisastra 2009). Menurut Zakaria (2008), organisasi adalah kesatuan yang memungkinkan orang-orang (para petani) mencapai satu atau beberapa tujuan yang tidak dapat dicapai individu secara perorangan. Pembentukan sebuah lembaga memerlukan proses yang panjang, terorganisir, dan menyangkut individu dan kelompok yang didasarkan pada norma tertentu. Bentuk dan peran kelembagaan petani masih sangat dipengaruhi oleh tuntunan dan strategi kebijakan pembangunan pertanian. Kelembagaan merupakan suatu elemen penting dalam budaya atau kultur masyarakat, khususnya masyarakat petani.

Dimyati (2007) menegaskan permasalahan yang masih melekat pada sosok petani dan kelembagaan petani di Indonesia adalah masih minimnya wawasan dan pengetahuan petani terhadap masalah manajemen produksi maupun jaringan pemasaran. Petani belum terlibat secara utuh dalam kegiatan agribisnis. Aktivitas petani masih terfokus pada kegiatan produksi (on farm). Peran dan fungsi kelembagaan petani sebagai wadah organisasi petani belum berjalan secara optimal. Untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu melakukan upaya pengembangan, pemberdayaan, dan penguatan kelembagaan petani (seperti: kelompoktani, lembaga tenaga kerja, kelembagaan penyedia input, kelembagaan output, kelembagaan penyuluh, dan kelembagaan permodalan) dan diharapkan dapat melindungi posisi tawar petani.

3.1.2 Koperasi

Aliansi Koperasi Sedunia (International Cooperatives Alliance/ICA) tahun 1995, mendefenisikan koperasi sebagai Perkumpulan otonom dari orang-orang yang bersatu secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial dan budaya bersama melalui perusahaan yang dimiliki bersama dan dikendalikan secara demokratis (berdasarkan terjemahan yang dibuat oleh Lembaga Studi Pengembangan Perkoperasian Indonesia (LSP2I). Menurut Hanel


(25)

12 (1992), koperasi merupakan organisasi ekonomi yang otonom, yang dimiliki oleh para anggota dan ditugaskan untuk menunjang para anggota, sebagai pelanggan dari koperasi dan sebagai pemilik dari koperasi. Prinsip identitas menjadi orientasi koperasi. Prinsip yang menganggap bahwa anggota koperasi adalah pemilik yang sekaligus adalah pelanggan.

Koperasi menurut pengertian sosial ekonomi adalah suatu bentuk organisasi swadaya yang bergerak di bidang ekonomi. Jadi organisasi swadaya adalah organisasi yang anggotanya bergabung atas dasar kepentingan bersama untuk memperbaiki keadaan ekonomi dan sosialnya, agar menjadi lebih mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dalam rangka mewujudkan tujuan jangka panjang. Defenisi itu harus dibedakan dari defenisi koperasi dalam arti yuridis. Koperasi dalam arti yuridis mendefenisikan koperasi sebagai organisasi yang terdaftar menurut ketentuan undang-undang koperasi di suatu negara (Hanel 1992). Hanel menggambarkan tiga kategori koperasi yaitu koperasi dalam arti yuridis, koperasi dalam arti yuridis dan sosial ekonomi, dan koperasi dalam arti sosial ekonomi sesuai dengan Gambar 4.

I : Koperasi dalam arti yuridis

II : Koperasi dalam arti yuridis dan sosio ekonomi III: Koperasi dalam arti sosial ekonomi

Gambar 4. Irisan Lingkaran Koperasi Sumber: Hanel (1992)

Koperasi dalam arti yuridis seharusnya juga adalah koperasi dalam arti sosial ekonomi. Namun masih terjadi perubahan orientasi yaitu organisasi-organisasi koperasi yang didaftar menurut ketentuan undang-undang koperasi suatu negara menyimpang dari tujuan semula. Seharusnya tujuan organisasi


(26)

13 adalah menunjang kepentingan para anggotanya melalui pemberian pelayanan tetapi pada kenyataannya koperasi beroperasi sebagai usaha bisnis. Organisasi tersebut dapat dikatakan berada masih pada tahap pembentukan dan belum mampu mempertahankan eksistensinya dan belum berusaha sebagai organisasi swadaya yang mandiri, otonom dan berorientasi pada anggota (Hanel 1992).

3.1.3 Pengelompokan Organisasi Swadaya

Menurut Hanel (1992), Organisasi swadaya (Self-Help Organizations/SHO) adalah organisasi yang anggotanya bergabung atas dasar kepentingan bersama. Organisasi swadaya dapat dikelompokkan berdasarkan tujuan yang berbeda sesuai Gambar 5.

Gambar 5. Pengelompokan Organisasi Swadaya (SHO) Sumber: Hanel (1992)

SHO (Self help Organizations)

SHO berorientasi ekonomi

SHO yang mempunyai usaha bersama dan keuntungan berorientasi kepada anggota

(koperasi)

SHO tidak berorientasi

ekonomi

SHO tidak mempunyai usaha bersama

Keuntung an didapat

melalui modal anggota

Anggota sebagai pemilik usaha

Usaha berorientasi kepada pelayanan

terhadap anggota

Tujuan politik Tujuan keagamaan Tujuan sosial budaya

kelompok


(27)

14 Gambar 5 menjelaskan bahwa SHO (Self Help Organizations) terdiri dari SHO yang berorientasi ekonomi dan yang tidak berorientasi ekonomi. SHO yang tidak berorientasi ekonomi dapat disebabkan oleh tujuan politik, keagamaan atau sosial budaya. SHO yang berorientasi ekonomi terdiri dari usaha yang mempunyai usaha bersama dan yang tidak mempunyai usaha bersama. SHO yang tidak mempunyai usaha bersama dapat berupa kelompok maupun gabungan kelompok atau kelembagaan. Usaha yang mempunyai usaha bersama merupakan usaha yang berorientasi kepada anggota.

3.1.4 Analisis Rasio Keuangan sebagai Alat Analisis Kinerja Keuangan Koperasi

Rasmussen (1975) menganggap laporan keuangan menjadi alat yang sangat penting dalam mengatur keuangan usaha yang dijalankan dalam koperasi. Kinerja keuangan menjadi alat untuk merencanakan tujuan kedepannya. Data yang dihasilkan laporan keuangan dapat dianalisis dengan menggunakan salah satu atau kedua analisis antara analisis rasio atau analisis trend. Analisis rasio lebih cepat daripada analisis trend dan lebih sering digunakan. Rassmussen menggunakan perumpamaan untuk menjelaskan perbedaan analisis rasio dan analisis trend. Perumpamaannya yaitu analisis rasio seperti melihat potret ketika gambarnya telah dicetak dan diambil. Analisis trend seperti bagian dari gerakan gambar saat gambar berubah didalam kamera. Hal ini menjelaskan bahwa analisis ratio sebagai hasil dari proses kinerja keuangan sedangkan analisis trend sebagai proses perubahan yang terjadi dalam kinerja keuangan. Melalui perumpamaan Rasmussen menekankan analisis rasio menjadi salah satu dari dua pilihan analisis laporan keuangan.

Salah satu cara mendeteksi kesehatan suatu badan usaha dan masalah-masalah yang dihadapi adalah melalui analisis rasio-rasio keuangannya. Analisis rasio akan memudahkan untuk mengetahui dalam hal-hal apa saja badan usaha sedang menghadapi masalah serius bahkan kritis, sehingga dapat dilakukan perbaikan-perbaikan untuk mencegah semakin memburuknya kondisi atau kesehatan badan usaha. Analisis rasio berguna untuk mengetahui kinerja keuangan secara keseluruhan atau dari waktu ke waktu. Analisis rasio adalah cara menganalisis dengan menggunakan perhitungan-perhitungan perbandingan atas


(28)

15 data kuantitatif yang ditujukan dalam neraca dan laporan laba rugi badan usaha (Kuswadi 2006). Analisis rasio hanya dapat dilakukan oleh badan usaha yang melaksanakan administrasi keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip atau kaidah-kaidah akuntansi yang benar, sehingga neraca dan laporan laba rugi yang dihasilkannya memiliki data yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Menurut Rasmussen (1975), analisis rasio terdiri dari empat kategori yang cocok untuk badan usaha seperti koperasi yaitu:

1. Likuiditas

Likuiditas menunjukkan kemampuan koperasi untuk membayar kewajiban lancar yang harus segera dipenuhi pada saat ditagih. Kuswandi (2006) beranggapan bahwa rasio likuiditas bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Kemampuan koperasi untuk membayar utang-utangnya kembali tepat pada waktunya (Amidipraja dan Wirasasmita 1990). Oleh karena itu, rasio ini menjadi penting bagi pimpinan, manajer keuangan, bank, atau para pemasok yang memberikan kredit penjualan. Rasio-rasio likuiditas yang sering digunakan adalah rasio lancar, rasio cair, dan rasio kas. Walaupun tidak ada tolak ukur yang pasti tentang berapa rasio lancar minimal yang harus dimiliki suatu perusahaan, umumnya angka (2:1) atau harta lancar dua kali lipat kewajiban jangka pendeknya dianggap cukup aman bagi perusahaan. Standar untuk rasio cair tersebut (1:1) mengandung arti bahwa perusahaan boleh merasa aman jika memiliki harta lancar di luar persediaan dan pembayaran di muka, minimal sebesar kewajiban jangka pendeknya (Rasmussen 1975). Dengan alasan-alasan tertentu, perusahaan masih merasa belum aman jika hanya melihat pada rasio lancar dan rasio cair sehingga kemudian menggunakan rasio kas. Salah satu rasio kas yaitu rasio penjualan atas kas.

2. Solvabilitas

Menurut Kuswandi (2006) solvabilitas adalah kemampuan untuk membayar utang jangka panjang, baik utang pokok maupun bunganya. Jika koperasi bubar, solvabilitas merupakan kemampuan koperasi untuk membayar semua kewajibannya kepada pihak ketiga (Amidipraja dan Wirasasmita 1990).


(29)

16 Rasio-rasio yang dapat digunakan untuk mengukur solvabilitas adalah rasio utang jangka panjang atas harta, rasio utang jangka panjang atas modal, rasio jangka panjang atas kapitalisasi. Nilai rasio-rasio tersebut sebaiknya rendah agar dapat menggambarkan bahwa beban utang perusahaan tidak terlalu berat. Dengan demikian semakin rendah angka rasio, semakin tinggi solvabilitas perusahaan. 3. Profitabilitas

Profitabilitas menunjukkan kemampuan koperasi menggunakan aktiva secara produktif. Munawir (1993) menyatakan Rasio profitabilitas atau rentabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Selain itu, Kuswandi (2006) menggambarkan kemampuan badan usaha dalam menghasilkan laba secara relatif. Relatif artinya laba tidak diukur dari besarnya secara mutlak, tetapi diperbandingkan dengan unsur-unsur atau tolak ukur lainnya, karena perolehan laba yang besar belum tentu menggambarkan profitabilitas yang besar juga. Setiap usaha menginginkan dan berusaha mengejar laba, semakin besar laba semakin baik. Akan tetapi, laba yang besar tidak cukup menggambarkan bahwa usaha telah dikelola dengan baik. Gambaran perolehan laba yang lebih baik dapat dilihat jika besarnya dibandingkan dengan elemen-elemen yang terdapat dalam neraca dan laporan laba rugi. Kemampuan menghasilkan laba antara perusahaan dan koperasi tentunya berbeda. Sebuah perusahaan labanya sangat berpengaruh terhadap investasi sedangkan koperasi sangat dipengaruhi oleh modal sendiri yang bersumber dari anggota (Rasmussen 1975). Menurut Amidipraja dan Wirasasmita (1990), meskipun koperasi tujuannya bukan mengejar untung yang sebesar-besarnya, tetapi pengetahuan keadaan laba koperasi perlu diketahui. Mundur majunya koperasi ditentukan juga adanya rugi dan laba.

4. Efektivitas

Efektivitas penggunaan dana dilihat dari bagaimana dana tersebut digunakan dalam bentuk beban atau biaya yang dikeluarkan perusahaan (Kuswandi 2006). Rasio yang dipergunakan adalah rasio harga pokok penjualan atas penjualan, harga pokok penjualan, dan beban operasi atas penjualan. Menurut Rasmussen (1975) dan Keown et al (2002), hasil analisis rasio dapat


(30)

17 dibandingkan dengan analisis rasio usaha sejenis secara umum untuk melihat hasil kinerja namun karena keterbatasan peneliti mencari rata-rata kinerja keuangan sejenis secara umum, maka hanya dengan membandingkan angka-angka rasio perusahaan sendiri dari tahun ke tahun untuk mendapatkan penilaian kinerja keuangan.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Keputusan peraturan menteri pertanian (permentan) no.237 tahun 2007 berisi tentang pembentukan kelompok tani (Poktan) maupun Gabungan Kelompok tani (Gapoktan). Hal ini merupakan suatu unsur yang sangat penting dalam menumbuhkembangkan koperasi pertanian di Indonesia. Kementerian pertanian akan mendorong pembentukan koperasi petani dan sangat bermanfaat bagi poktan dan gapoktan guna meningkatkan pendapatan para anggotanya6.

Permodalan Poktan dan Gapoktan bersumber dari mekanisme Penguatan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP), Bantuan Langsung Mandiri (BLM), Desa Mandiri Pangan (DMP), Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Pedesaan (DPM-LUEP) dan lain sebagainya. Permodalan berupa bantuan pemerintah dan modal awal hasil usaha anggota tersebut diharapkan nantinya Koptan maupun Gapoktan akan tergabung dalam suatu lembaga koperasi pertanian untuk dapat mengelola dana dan digunakan untuk kepentingan para petani anggota.

KKT Lisung kiwari merupakan koperasi yang tumbuh dari Gapoktan Silih Asih sehingga penting untuk meneliti kinerja organisasi. Analisis rasio sebagai alat untuk mengetahui analisis kinerja keuangan. Proses transformasi organisasi membahas kinerja organisasi dengan menggunakan uji friedman. Kinerja organisasi dan keuangan yang telah dianalisis merekomendasi perbaikan orientasi koperasi. Kerangka pemikiran operasional dapat dijelaskan melalui Gambar 6.

6

Bayu Krisnamurthi. 6 Juni 2010. Koperasi pertanian sebagai upaya membangun daya saing perekonomian dalam era perdagangan bebas. Seminar Koperasi Agribisnis Nasional: IPB (hal 3).


(31)

18

Gambar 6. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Kinerja Organisasi dan Keuangan Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor.

Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari lahir dari Gapoktan Silih Asih dan telah mengolah modal anggota maupun modal dari luar.

Keberadaan kelompok tani (Poktan) maupun gabungan kelompok tani (Gapoktan) menjadi jalan untuk mengaktifkan kembali koperasi pertanian di Indonesia. Koperasi pertanian diharapkan mampu mengelola permodalan yang diperoleh dari dalam atau dari luar.

Analisis Kinerja Keuangan KKT Lisung Kiwari periode 2005-2009

Analisis Ratio pada Laporan Keuangan KTT Lisung Kiwari periode 2005-2009

Kinerja Organisasi Poktan, Gapoktan Silih Asih dan KKT Lisung Kiwari

Likuiditas Solvabilitas Profitabilitas Efektivitas


(32)

IV METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Alasan pemilihan tempat yaitu didasarkan pada pertimbangan KKT Lisung Kiwari merupakan salah satu KKT yang terbentuk dari gabungan kelompok tani, menyandang prestasi dalam pengelolaan dana dari pemerintah dan tetap menjalankan Rapat Anggota Tahunan. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Agustus 2010.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan merupakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dan kuisioner. Wawancara langsung terhadap perangkat organisasi (pengurus dan pengawas) koperasi dan anggota. Responden dalam penelitian difokuskan pada anggota koperasi yang sekaligus sebagai anggota Gapoktan. Data sekunder diperoleh dari dokumen yang dimiliki oleh koperasi yaitu laporan neraca dan laporan perhitungan SHU (Sisa Hasil Usaha) menggunakan data laporan keuangan dari tahun 2005-2009. Informasi serta data instansi terkait diperoleh dari Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor, BPS (Badan Pusat Statistik) Pemerintah Daerah Bogor. Data sekunder dikumpulkan melalui kunjungan ke berbagai instansi, tinjauan dari penelitian sebelumnya, laporan, dokumen, dan website yang terkait dengan topik penelitian.

4.3 Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling (sengaja). Responden sebagai sumber informasi dalam menganalisis kinerja organisasi. Menurut Iskandar (2009), ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah minimal 30 responden. Penelitian ini mengambil 30 responden dari 128 anggota koperasi. Tiga puluh Responden yaitu enam ketua kelompok tani, empat anggota Poktan Silih Asih I, empat anggota Poktan Silih Asih II, empat anggota Poktan Manunggal Jaya, empat anggota Poktan Saung


(33)

20 Kuring, empat anggota Poktan Tunas Inti, empat anggota Poktan Lisung Kiwari. Responden harus sebagai anggota koperasi dan Gapoktan.

4.4 Metode Analisis data

4.4.1 Kinerja Transformasi Organisasi

Untuk mengetahui adanya perbedaan terhadap kinerja organisasi Poktan, Gapoktan, maupun koperasi yaitu dengan menggunakan metode statistik nonparametrik. Statistik nonparametrik yang digunakan yaitu uji Friedman. Uji Friedman digunakan mengetahui perbedaan lebih dari dua kategori dengan kasus k sampel berpasangan dan mencapai pengukuran ordinal (Pratisto 2009). Data diperoleh berdasarkan hasil perolehan kuisioner.

4.4.2. Rasio

Rasio dalam analisis laporan keuangan adalah angka yang menunjukan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan (Jumingan 2005). Hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis sederhana. Pada dasarnya angka-angka rasio itu dapat dikelompokkan menjadi dua golongan. Golongan yang pertama adalah angka-angka rasio yang didasarkan pada sumber data keuangan dan golongan kedua adalah angka-angka rasio yang disusun berdasarkan tujuan penganalisis dalam mengevaluasi suatu perusahaan. Berbagai angka rasio dapat juga dibuat berdasarkan tujuan pihak penganalisis dalam mengevaluasi suatu perusahaan berdasarkan laporan keuangannya.

4.4.3 Analisis Rasio Keuangan

Metode analisis kinerja keuangan yang digunakan adalah analisis rasio keuangan. Analisis ini membutuhkan data neraca dan penghitungan SHU. Analisis rasio keuangan digunakan untuk mengetahui kinerja keuangan KKT Lisung Kiwari dilakukan dengan pendekatan akuntansi. Menurut Jumingan (2005), analisis rasio merupakan analisis eksternal yang dilakukan oleh penganalisis yang tidak bisa mendapatkan data yang terperinci mengenai suatu perusahaan. Bagi seorang penganalisis ekstern hanya tersedia laporan keuangan yang lazimnya diumumkan pada khayalak ramai, yaitu neraca dan laporan


(34)

laba-21 rugi, sehingga tentu tidak bisa secara mendalam dalam menyinggung masalah dalam perusahaan.

Data akan dianalisis dalam bentuk grafik, deskriptif, dan kuantitatif. Proses menganalisis data dengan pendekatan akuntansi yaitu analisis rasio keuangan dan kondisi kesehatan keuangan koperasi dengan model Altman. Analisis kinerja keuangan koperasi menurut Rasmussen (1975) berupa analisis rasio terdiri dari Likuiditas, solvabilitas, profitabilitas dan efisensi. Kuswandi (2006) menjabarkan keempat analisis rasio tersebut dengan menjelaskan fungsi rasionya.

1. Likuiditas

a. Rasio Lancar (Current Ratio) Harta Lancar = ... x Kewajiban Lancar

Rasio lancar merupakan perbandingan antara harta lancar dan kewajiban jangka pendek dari kegiatan operasional (Kuswadi 2006). Harta lancar adalah harta yang dianggap perusahaan dapat dicairkan segera atau dalam waktu setahun atau kurang. Kewajiban jangka pendek (utang lancar) adalah kewajiban yang jatuh temponya setahun atau kurang. Rasio lancar biasanya digunakan untuk mengukur sampai sejauh mana kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atas harta lancarnya. Walaupun tidak ada tolak ukur yang pasti tentang berapa rasio lancar minimal yang harus dimiliki suatu perusahaan, umumnya angka dua dibanding satu (2:1) atau harta lancar dua kali lipat kewajiban lancarnya dianggap cukup aman bagi perusahaan. Sebenarnya, pengertian aman ini sangat relatif karena hal tersebut sangat dipengaruhi oleh jenis bisnis dan produknya sehingga untuk lebih amannya dan demi kehati-hatian dapat menggunakan rasio cair.

b. Rasio Cair

Harta Lancar - (persediaan + pembayaran di muka) = ...x Kewajiban Lancar

Angka rasio cair memberikan gambaran yang lebih baik tentang kemampuan harta lancar perusahaan untuk membayar kewajiban lancar karena


(35)

22 harta lancar yang diperhitungkan tidak termasuk dalam persediaan dan pembayaran di muka (dikeluarkan dari kelompok harta lancar). Sehubungan dengan hal tersebut, rasio cair dapat memberikan gambaran yang lebih cermat tentang kondisi likuiditas perusahaan. Perhitungan rasio cair, nilai persediaan dan pembayaran muka tidak diikutsertakan. Standar untuk rasio cair adalah (1:1) mengandung arti bahwa perusahaan boleh merasa aman jika memiliki harta lancar diluar persediaan dan pembayaran di muka, minimal sebesar jangka pendeknya (Kuswadi 2006). Untuk lebih menyempurnakan rasio likuiditas ini dapat digunakan rasio yang lebih baik yaitu rasio kas atau rasio tunai.

c. Rasio Kas

Uang Kas dan Bank = ... x Kewajiban Jangka Pendek

Perusahaan masih merasa belum aman jika hanya melihat pada rasio lancar dan rasio cair sehingga kemudian menggunakan rasio kas. Dengan rasio kas, harta lancar yang digunakan untuk perbandingan hanyalah uang kas atau uang tunai, baik yang ada dalam perusahaan maupun yang di bank. Menurut Kuswadi (2006), uang kas dan bank adalah harta yang paling cair yang dimiliki perusahaan karena uang kas dan bank dapat segera dicairkan tanpa harus melalui proses untuk menghasilkan pendapatan atau penjualan terlebih dahulu.

2. Solvabilitas

a. Rasio Kewajiban Jangka Panjang dan Harta Kewajiban jangka Panjang x 100% Harta

Rasio ini merupakan gambaran tentang berapa persen dana perusahaan yang berasal dari utang jangka panjang dibandingkan dengan harta perusahaan. Angka rasio yang rendah mengidentifikasikan adanya perlindungan yang lebih banyak kepada kreditor jangka panjang. Oleh karena semua pinjaman mengandung resiko, semakin besar presentasinya, semakin besar pula risiko yang ditanggung perusahaan. Rasio ini menunjukkan besarnya utang jangka panjang dalam persen yang berasal dari kreditor dibandingkan dengan harta yang dimiliki perusahaan (Kuswadi 2006). Apabila terlalu banyak berutang, perusahaan dapat


(36)

23 mengalami masalah dalam pembayaran angsuran utang beserta bunganya. Rasio ini menggambarkan persentase dana total yang berasal dari para kreditor. Jika angkanya terlalu besar, berarti perusahaan mempunyai banyak utang, yang tentunya akan menimbulkan resiko kesulitan membayar.

b. Rasio Kewajiban Jangka Panjang atas Modal Kewajiban Jangka Panjang x 100%

Modal

Rasio kewajiban jangka panjang atas modal bertujuan untuk melihat berapa besarnya utang jangka panjang dibandingkan dengan modal perusahaan. Semakin kecil angka rasio semakin baik solvabilitas perusahaan (Kuswadi 2006). Salah satu rasio yang paling banyak digunakan adalah rasio utang jangka panjang atas modal. Besarnya utang yang terdapat dalam struktur modal perusahaan sangat penting untuk memahami perimbangan antara resiko dan laba yang diperoleh. Koperasi tentunya sangat berbeda dengan perusahaan lainnya. Modal koperasi bukan dalam bentuk saham yang berfokus pada naik turunnya laba, tetapi modal dari anggota dan digunakan untuk kesejahteraan anggota dan usaha.

c. Rasio Kewajiban Jangka Panjang atas kapitalisasi Kewajiban Jangka Panjang x 100%

Kapitalisasi

Kapitalisasi solvabilitas adalah total sumber dana Jangka Panjang yang terdiri atas utang jangka panjang dan modal (Kuswadi 2006). Rasio ini digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan dalam pengelolaan total sumber dana jangka panjang (utang jangka panjang + modal). Semakin rendah angka rasio, berarti semakin baik solvabilitas usaha.

3. Profitabilitas

a. Rasio laba Bersih atas Penjualan

SHU x 100% Total Penjualan Bersih

Total laba bersih adalah jumlah dari laba bersih operasi dan laba bersih non-operasi, sedangkan total penjualan adalah total pendapatan dari hasil


(37)

24 penjualan bersih baik dari kegiatan operasi maupun non-operasi (Kuswadi 2006). Semakin besar angka rasio, semakin baik profitabilitasnya. rasio laba bersih atas penjualan dapat digunakan untuk menilai kinerja keuangan dari waktu ke waktu dalam profitabilitas. Perusahaan pada umumnya berorientasi kepada laba, sedangkan koperasi berorientasi pada pelayanan kepada anggota. Laba disebut sebagai sisa hasil usaha, perbedaannya SHU akan dibagikan kepada anggota sesuai dengan jasa usaha masing-masing anggota, maupun keperluan koperasi. Oleh karena itu koperasi juga harus tetap memperhatikan dan mengetahui kondisi profitabilitas koperasi. Penentuan profitabilitas antara usaha non koperasi sangatlah berbeda dengan koperasi. Hasil dari rasio ini dapat dilihat lebih jauh dalam mengintrepetasi rasio profitabilitas yang akan dianalisis.

b. Return On Invesment (ROI) SHU x 100%

Kapitalisasi

Penjualan x SHU Kapitalisasi Penjualan

Rasio SHU atas kapitalisasi profitabilitas berasal dari perkalian antara rasio penjualan atas kapitalisasi dikali SHU atas penjualan (Rasmussen 1975). Perbandingan terhadap penjualan belum dapat menyimpulkan suatu koperasi dapat mengoperasikan dan menghasilkan SHU. Kapitalisasi merupakan jumlah kekayaan bersih yang bersumber dari simpanan pokok, simpanan wajib, cadangan, donasi, modal sumbangan, modal penyertaan, SHU tidak dibagi, dan SHU tahun berjalan. Investor didalam koperasi sangat berbeda dengan perusahaan. Investasi yang berada di koperasi merupakan modal yang berasal dari anggota dan pembagian SHU sesuai dengan keterlibatan anggota dengan persen pembagian yang telah disepakati. ROI merupakan rasio SHU atas modal sendiri yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih berdasarkan modal sendiri. Semakin tinggi nilai rasio berarti semakin produktif tingkat pemakaian modal dalam menyumbangkan SHU bagi anggota, sehingga semakin tinggi kemampuan koperasi dalam menghasilkan SHU.


(38)

25 4. Efektivitas

a. Rasio Harga Pokok Penjualan atas Penjualan Harga Pokok Penjualan x 100%

Penjualan

Harga Pokok Penjualan disini adalah HPP Operasi, sedangkan penjulan bersih adalah hasil penjualan bersih operasi (Kuswandi 2006). Walaupun tidak ada standar, semakin rendah persentase HPP terhadap penjualan maka semakin baik efektivitas perusahaan.

b. Rasio Harga Pokok Penjualan dan Beban Operasi atas Penjualan Harga Pokok Penjualan + Beban Operasi x 100%

Penjualan

Semakin kecil rasio ini semakin baik efektivitas perusahaan. Selisih rasio tersebut dengan rasio HPP atas penjualan bersih menunjukkan persentase hasil penjualan yang telah dipergunakan oleh beban atau biaya operasi. Pengertian beban operasi adalah beban penjualan, beban administrasi, dan lain-lain.


(39)

V GAMBARAN UMUM KKT LISUNG KIWARI

5.1 Sejarah KKT Lisung Kiwari

Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari dengan izin badan usaha no: 518/03 BHKPTS/ KANKOP 2006 merupakan salah satu koperasi yang tumbuh dari kelompok tani. KKT Lisung Kiwari telah memiliki kantor, dapat dilihat pada Lampiran 5. Koperasi ini berada di desa Ciburuy RT 02 RW 02 Kecamatan Cigombong berdiri pada tahun 2004 dimana anggotanya berasal dari anggota Gapoktan Silih Asih yang terdiri dari kelompok tani Silih Asih 1, kelompok tani Silih Asih 2, kelompok tani Manunggal Jaya, kelompok tani Tunas Inti, kelompok tani Harapan Maju, dan kelompok tani Saung kuring. Berdirinya KKT diprakarsai oleh H.A. Zakaria sebagai ketua Gapoktan Silih Asih, dan sampai sekarang beliau tetap menjadi pengawas dalam KKT Lisung Kiwari. Berdirinya koperasi yang berasal dari kelompok tani dilatarbelakangi oleh semakin sulitnya petani dalam memperoleh kredit sarana produksi pertanian, kebutuhan pangan rumah tangga, dengan keberadaan kelembagaan yang belum resmi sulit untuk menerima kepercayaan pengelolaan dana dari pemerintah serta kesulitan proses penjualan gabah dan beras.

Prestasi yang telah diperoleh Gapoktan Silih Asih yaitu tahun 2006 peringkat I sebagai Pengelola Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan (DPM LUEP) tingkat Kabupaten Bogor, tahun 2007 peringkat I sebagai pemberdaya masyarakat petani padi tingkat provinsi, dan peringkat I nasional Sebagai pengelola DPM LUEP. Bidang usaha yang dijalankan di KKT Lisung Kiwari yaitu simpan pinjam, pengadaan dan penjualan sembako, Saprotan(sarana produksi pertanian) serta konter. Pada akhir Februari 2006 KKT Lisung Kiwari mendapatkan bantuan dana bergulir konvensional dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah bentuk P3KUM (Program Pembiayaan Produktif Koperasi dan Usaha Mikro) pola konvensional.

KKT Lisung Kiwari sudah melakukan Rapat Anggota Tahunan sebanyak lima kali, melalui rutinitas tersebut tentunya merupakan waktu pertanggungjawaban koperasi baik keadaan kinerja koperasi maupun kondisi keuangan. KKT Lisung Kiwari bisa tetap berkontribusi sebagai koperasi juga sangat dipengaruhi oleh dukungan penyuluh maupun departemen koperasi dalam


(40)

27 mempertahankan usahanya. Anggota dan pengurus merupakan bagian dari koperasi yang tetap menjadi pemilik dan pelanggan setia sehingga KKT Lisung Kiwari merupakan koperasi yang tetap aktif.

5.2 Struktur Organisasi KKT Lisung Kiwari

Pelaksanaan tugas-tugas telah diatur pada bidangnya masing-masing, akan tetapi belum sepenuhnya berjalan sesuai dengan peraturan dan anggaran dasar yang ada, sehingga diperlukan adanya penegasan terhadap tugas-tugas sesuai dengan bidang dan keahliannya masing-masing. Kondisi koperasi sampai saat ini belum memiliki manajer yang fulltime seperti halnya tahun-tahun sebelumnya sampai saat ini manajer masih dirangkap oleh pengurus yaitu ketua (Hari Kuswara) dengan karyawan berjumlah dua orang (Iriansah dan A. Solihin). Strukur sesuai dengan Gambar 7 :

Gambar 7. Struktur Organisasi KKT Lisung Kiwari Tahun 2009 Sumber: KKT Lisung Kiwari

5.2.1 Keanggotaan KKT Lisung Kiwari

Persyaratan untuk diterima di KKT Lisung Kiwari yaitu bertempat tinggal di kecamatan Cigombong. Keanggotaan koperasi diperoleh jika persyaratan telah terpenuhi yaitu simpanan pokok telah dilunasi dan yang bersangkutan didaftar serta telah menandatangani buku daftar anggota koperasi. Keanggotan tidak dapat

RAT

Pengurus

Simpan Pinjam Pengadaan dan Penjualan Barang

Sembako Saprotan Konter


(41)

28 dipindahtangankan kepada siapapun dengan cara apapun. Koperasi secara terbuka dapat menerima anggota lain sebagai anggota luar biasa. Setiap anggota berhak memperoleh pelayanan dari koperasi, menghadiri berbicara dalam rapat, memiliki hak suara yang sama, mengajukan pendapat untuk kemajuan koperasi, dan memperoleh sisa hasil usaha.

Kewajiban anggota koperasi yaitu membayar simpanan wajib sesusai ketentuan yang ditetapkan dalam ART atau diputuskan dalam rapat anggota, berpartisipasi dalam kegiatan dalam kegiatan usaha koperasi, mentaati setiap ketentuan dalam koperasi yang berlaku dalam koperasi, dan menjaga nama baik dan kebersamaan dalam koperasi. KTT Lisung Kiwari memiliki jumlah keanggotaan yang dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dapat dillihat dalam Tabel 2.

Tabel 2. Perkembangan Jumlah Anggota KKT Lisung Kiwari periode 2005-2009

No. Tahun Jumlah

1. 2005 62

2. 2006 58

3. 2007 78

4. 2008 100

5. 2009 124

Sumber : Laporan Pertanggungjawaban pengurus KKT Lisung Kiwari (diolah)

Persyaratan untuk menjadi anggota KKT Lisung Kiwari sebagai berikut: 1. Berada diwilayah desa Ciburuy

2. Menyerahkan foto copy KTP

3. Sanggup membayar simpanan pokok Rp 100.000,- dan Simpanan Wajib Rp 10.000,- per bulan,(Tahun 2010 Simpanan Wajib Harus mengejar simpanan anggota yg paling Lama yaitu Rp 400.0000) dapat diangsur 4 kali angsuran. 4. Jika selama enam bulan berturut-turut anggota tidak memenuhi kewajiban

tersebut maka secara otomatis anggota dianggap mengundurkan diri dari keanggotaannya.

5. Berpartisipasi dalam kegiatan usaha koperasi

6. Mentaati ketentuan AD/ART, keputusan rapat anggota dan ketentuan lainnya yang berlaku


(42)

29 7. Memelihara nama baik dan kebersamaan koperasi

8. Keanggotaan koperasi tidak bisa dipindahtangankan kepada pihak lain dengan cara apapun

9. Mempunyai kepentingan ekonomi yang sama dalam lingkup usaha koperasi. Hak sebagai anggota adalah menghadiri, menyatakan pendapat dan memberikan suara dalam Rapat Anggota, memilih dan dipilih menjadi anggota Pengurus atau Pengawas, meminta diadakan Rapat Anggota menurut ketentuan dalam AD/ART, mengemukakan pendapat atau saran kepada Pengurus diluar Rapat Anggota baik diminta atau tidak, memanfaatkan jasa koperasi dan mendapatkan pelayanan yang sama antara sesama Anggota, mendapatkan keterangan mengenai perkembangan Koperasi menurut ketentuan AD/ART, mewajibkan pengurus untuk menjalankan kegiatan usaha, menyetujui atau mengubah AD/ART serta keterangan lainnya dan melakukan pengawasan atas jalannya Koperasi dan usaha-usaha koperasi menurut ketentuan AD/ART.

Kewajiban sebagai anggota adalah mematuhi AD/ART serta keputusan lainnya yang telah disepakati dalam rapat anggota, berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan oleh koperasi, mengembangkan dan memelihara kebersamaan berdasarkan atas azas kekeluargaan, membayar simpanan pokok dan simpanan wajib.

5.2.2 Perangkat Organisasi KKT Lisung Kiwari

Rapat anggota terdiri dari rapat anggota tahunan, rapat anggota rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja, rapat anggota khusus, rapat anggota luar biasa. Pengendalian intern kegiatan tugas-tugas pengurus, telah dilaksanakan rapat-rapat setiap tahunnya oleh pengurus dan anggota KKT Lisung Kiwari pada Tabel 3 sebagai berikut.


(43)

30

Tabel 3. Jumlah Pertemuan Rapat Anggota KKT Lisung Kiwari periode 2005-2009

Tahun Rapat

2005 2006 2007 2008 2009

Rapat pengurus dan badan pengawas

2 kali 2 kali 1 kali 1 kali 1 kali

Rapat pengurus dengan anggota

8 kali 12 kali 12 kali 12 kali 12 kali Rapat pengurus

dengan instansi

4 kali 5 kali 10 kali 10 kali 10 kali Rapat anggota

tahunan

1kali 1 kali 2 kali 2 kali 2 kali

Sumber : Laporan Pertanggungjawaban pengurus KKT Lisung Kiwari (diolah)

RAT merupakan forum yang sangat penting dan merupakan kekuasaan tertinggi dalam tubuh koperasi. Kesempatan tersebut mendukung pengurus dan badan pengawas menyatakan kewajiban untuk menyampaikan perkembangan baik yang menyangkut organisasi, keanggotaan, usaha dan keuangan. Salah satunya pada RAT tahun 2006 adanya pengakuan kepada anggota atas pergantian tahun pendirian badan usaha yang pada awalnya No.518/03 BHKPTS/ KANKOP 2005 sehingga berubah menjadi No.518/03 BHKPTS/ KANKOP 2006. Pengurus KKT Lisung Kiwari dipilih dari dan oleh anggota melalui musyawarah anggota setiap lima tahun dengan pengangkatan secara demokratis melalui pemilihan langsung oleh anggota. Perjalanan KKT Lisung Kiwari selama lima tahun diketuai oleh Bapak Hari Koswara atas kepercayaan anggota, beliau terpilih kembali menjadi ketua untuk kepengurusan periode 2010-2014. Adapun susunan pengurus KKT Lisung Kiwari periode 2010-2014 adalah sebagai berikut:

Ketua : Hari Kuswara

Sekretaris : Suherman SE Bendahara: Heli Permana SP Badan Pengawas: H. A Zakaria

Manajer sangat dibutuhkan dalam perkembangan usaha koperasi, khususnya yang mempunyai wawasan dalam merencanakan, mengorganisir, mengawasi dan mengendalikan agar usaha efektif dan efisien. Khususnya dalam mengkoordinir karyawan melaksanakan tugas bidang usaha, karena belum adanya


(44)

31 manajer yang dapat memberi diri bekerja fultime maka manajer masih dirangkap oleh pengurus yaitu bapak Hari Koswara. Karyawan yang masih setia mendampingi yaitu Irwansyah dan A. Solihin.

5.3 Bidang Usaha KKT Lisung Kiwari

Pelaksanakan realisasi bidang usaha KKT Lisung Kiwari telah berusaha seoptimal mungkin agar kelangsungan koperasi ini dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan harapan para anggota. Kegiatan usaha tersebut dilaksanakan dan berjalan secara bertahap disesuaikan dengan sarana dan prasarana yang dimiliki. Walaupun volumenya masih jauh dari target yang direncanakan, diharapkan kegiatan tersebut dapat berjalan lancar. Usaha yang dilaksanakan antara lain unit simpan pinjam, pengadaan dan penjualan sembako, pengadaan dan penjualan sarana produksi pertanian dan usaha konter.

Pada tanggal 11 Desember 2006 koperasi Lisung Kiwari mendapatkan Surat Izin Tempat Usaha (SITU) dari Pemerintah Kota Bogor dengan No. 5372 Tahun 2006. Pada tahun 2010, usaha yang dimiliki KKT Lisung Kiwari mengalami penambahan yaitu pelayanan pembayaran listrik dan warung internet (warnet). Perbandingan laba usaha dari masing-masing bidang usaha akhir 2009 dapat dilihat dari Tabel 4 berikut:

Tabel 4. Perbandingan Laba Usaha dari masing-masing Bidang Usaha KKT Lisung Kiwari tahun 2009

No Uraian Laba Usaha (Rp)

1 Unit Pengadaan Sembako 49.766.000,-

2 Unit pengadaan Sarana Produksi 16.132.600,-

3 Unit Penjualan voucher 2.753.800,-

4 Jasa Unit Simpan Pinjam 17.643.500,-

Sumber : Laporan Pertanggungjawaban pengurus KKT Lisung Kiwari (diolah)

Keempat jenis bidang usaha KKT Lisung Kiwari terhitung sejak akhir Desember 2009 memberikan laba yang berbeda. Unit pengadaan sembako menjadi salah satu bidang usaha yang memberi laba yang tinggi kepada anggota, namun jumlah tidak selamanya menentukan kualitas. Bidang usaha lainnya dengan jumlah laba yang lebih kecil mampu memberikan pengaruh kepada anggota. Setiap bidang usaha yaitu berawal dari kebutuhan anggota sehingga


(45)

32 KKT Lisung Kiwari berusaha untuk mempertahankan bidang usaha bahkan mengembangkan sesuai dengan permintaan anggota dan menjawab kebutuhan anggota.

5.4 Permodalan KKT Lisung Kiwari

Kementerian koperasi dan usaha kecil menengah memberikan berupa bantuan dari dana bergulir konvensional pada akhir bulan Februari 2006. Hal ini menjadi suatu dukungan pemerintah yang sangat berpengaruh terhadap permodalan KKT Lisung Kiwari dalam menjalankan koperasi. Modal KKT Lisung Kiwari terdiri dari modal sendiri dan modal dari luar. Modal sendiri terdiri dari simpanan pokok, simpanan wajib, cadangan, donasi, modal sumbangan, modal penyertaan, SHU tahun berjalan, dan SHU tidak dibagi. Modal dari luar terdiri dari bantuan pinjaman lunak dan bantuan dana bergulir. Perkembangan permodalan KKT Lisung Kiwari dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Perkembangan Modal Sendiri dan Modal Luar KKT Lisung Kiwari periode 2005-2009

Tahun Modal Sendiri

(000,-)

Modal Luar (000,-)

2005 3.815 25.815

2006 7.719 20.000

2007 18.519 120.000

2008 32.805 97.500

2009 98.203 90.000

Sumber : Laporan Pertanggung Jawaban pengurus KKT Lisung Kiwari (diolah)

Modal sendiri pada awalnya berjumlah sangat kecil dan setiap tahunnya mengalami peningkatan. Peningkatan modal dipengaruhi oleh jumlah simpanan wajib yang terus menerus meningkat dapat dikarenakan jumlah anggota yang terus menerus bertambah. Bagian modal sendiri juga berupa SHU, SHU yang dibagikan 40 persen untuk cadangan, 30 persen jasa anggota sebanding usaha, 10 persen jasa anggota sebanding simpanan, 5 persen untuk dana pengurus dan dana kesejahteraan pengawas, 2,5 persen untuk dana kesejahteraan koperasi, pembangunan daerah kerja, sosial, dan dana pendidikan. Modal luar meningkat melalui bantuan berupa dana bergulir dan pinjaman lunak dari pemerintah.


(46)

VI PEMBAHASAN

6.1 Kinerja Organisasi terhadap Poktan, Gapoktan Silih Asih dan KKT Lisung Kiwari

Kinerja organisasi terhadap Poktan, Gapoktan Silih Asih dan KKT Lisung Kiwari dapat dilihat melalui penilaian anggota berdasarkan tujuh indikator yaitu: (a) Pertemuan atau rapat; (b) Keterlibatan anggota dalam mengelola; (c) Keterlibatan anggota dalam pengambilan keputusan, (d) Keterlibatan anggota dalam kegiatan bersama; (e) Usaha berorientasi kepada kepentingan anggota; (f) Kemampuan meningkatkan kesejahteraan anggota; dan (g) Adanya aktivitas pendidikan, pelatihan, penerangan untuk meningkatkan pengetahuan anggota dan pengurus.

a) Penilaian anggota terhadap pertemuan dan rapat.

Pertemuan dan rapat merupakan waktu dan tempat berdiskusi sesuai dengan kepentingan anggota. Kuantitas tingkat pertemuan atau rapat sesuai dengan kesepakatan anggota. Poktan mengadakan pertemuan sebelum dan sesudah musim tanam. Gapoktan mengadakan pertemuan sekali dalam sebulan. Koperasi mengadakan pertemuan anggota sekali dalam setahun dalam rapat anggota tahunan.

Poktan merupakan wadah yang sangat sulit untuk menjalankan pertemuan sebelum dan sesudah tanam, anggota lebih memilih hadir rutin dalam pertemuan Gapoktan yang dilakukan sekali sebulan dan koperasi sekali dalam setahun. Berdasarkan wawancara hal ini disebabkan oleh di Gapoktan dan koperasi, anggota diwajibkan mengisi absen sebagai bukti kehadiran dalam pertemuan dan rapat.

Koperasi memiliki kinerja pertemuan dan rapat yang lebih tinggi dibanding Poktan dan Gapoktan. Hal ini disebabkan oleh kewajiban kehadiran dan pengurus koperasi memberikan penawaran-penawaran menarik dengan adanya door price agar anggota tertarik datang. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan melihat tanggapan responden dari kinerja ketiga wadah melalui pertemuan dan rapat disajikan pada Tabel 6.


(47)

34

Tabel 6. Hasil Uji Friedman terhadap adanya pertemuan dan rapat di Koptan, Gapoktan dan koperasi

Ranks

Kelompok tani 1.42

Gabungan kelompok tani 2.20

Koperasi 2.38

Test Statisticsa

N 30

Chi-Square 23.146

Df 2

Asymp. Sig. .000

Pada Tabel 6 dapat dijelaskan nilai mean rank secara berurut dari nilai yang tertinggi hingga yang paling rendah adalah: Koperasi, Gapoktan dan Poktan. Pada test statistics menunjukkan nilai signifikan lebih kecil dari nilai alfa kepercayaan yakni 0,000 < 0,05. Artinya ada perbedaan pendapat responden terhadap ketiga wadah yang melakukan pertemuan dan rapat secara rutin. Koperasi dan gapoktan memiliki nilai mean rank yang tertinggi.

b) Keterlibatan anggota dalam mengelola

Keterlibatan anggota sangat tinggi dan tinggi berada pada skala semua anggota dan setidaknya lebih dari 50 persen dari jumlah anggota terlibat. Keterlibatan anggota dalam Poktan yaitu perencanaan usaha kelompok, melaksanakan, dan penilaian kinerja kelompok demikian pula Gapoktan adanya perencanaan dan evaluasi perencanaan kerja Gapoktan. Perencanaan kerja Gapoktan berupa penyediaan saprotan, penyediaan modal usaha, pemasaran dan pengolahan produk sedangkan koperasi keterlibatan anggota dalam mengelola dan pengambilan keputusan yaitu dengan adanya keterlibatan anggota dalam persetujuan dan pelaksanaan hasil Rapat Anggota Tahunan (RAT). Gapoktan Silih Asih merupakan gabungan enam kelompok tani. Tingkat keterlibatan anggota sangat tinggi yaitu berada pada Gapoktan. Berdasarkan hasil wawancara anggota Poktan lebih memilih terlibat dalam Gapoktan sesuai perencanaan, evaluasi dan kegiatan sesuai dengan keputusan anggota dapat dilihat pada Tabel 7.


(48)

35

Tabel 7. Hasil Uji Friedman terhadap Keterlibatan Anggota dalam Pengelolaan Poktan, Gapoktan maupun Koperasi

Ranks

Kelompok tani 1.72

Gabungan kelompok tani 2.35

Koperasi 1.93

Test Statisticsa

N 30

Chi-Square 10.081

Df 2

Asymp. Sig. .006

Berdasarkan Tabel 7 dapat dijelaskan nilai mean rank secara berurut dari nilai yang tertinggi hingga yang paling rendah adalah: Gapoktan, Koperasi dan Poktan. Pada test statistics menunjukkan nilai signifikan lebih kecil dari nilai alfa kepercayaan yakni 0,006 < 0,05. Artinya ada perbedaan keterlibatan anggota dalam mengelola Poktan, Gapoktan maupun koperasi. Gapoktan memiliki nilai mean rank yang tertinggi yang berarti keterlibatan anggota dalam pengelolaan yang lebih tinggi berada pada Gapoktan.

c) Keterlibatan pengambilan keputusan.

Demikian pula tanggapan responden terhadap keterlibatan anggota dalam pengampilan keputusan di Poktan, Gapoktan maupun koperasi yang disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Hasil Uji Friedman terhadap Keterlibatan Anggota dalam Pengambilan keputusan Poktan, Gapoktan maupun Koperasi

Ranks

Kelompok tani 1.42

Gabungan kelompok tani 2.37

Koperasi 2.22

Test Statisticsa

N 30

Chi-Square 21.101

Df 2


(49)

36 Berdasarkan Tabel 8 dapat dijelaskan nilai mean rank secara berurut dari nilai yang tertinggi hingga yang paling rendah adalah: Gapoktan, Koperasi dan Poktan. Pada test statistics menunjukkan nilai signifikan lebih kecil dari nilai alfa kepercayaan yakni 0,000 < 0,05. Artinya ada perbedaan keterlibatan anggota dalam pengambilan keputusan Poktan, Gapoktan maupun koperasi. Gapoktan memiliki nilai mean rank yang tertinggi, berarti keterlibatan anggota dalam pengambilan keputusan lebih tinggi yaitu Gapoktan.

d) Keterlibatan anggota dalam kegiatan bersama.

Kegiatan bersama Poktan dan Gapoktan Silih Asih yaitu budidaya padi sehat dan penangkaran benih padi, penggemukan domba, pembuatan dan pemasaran pupuk OFER (Organic Fertillizer), pengolahan dan pemasaran beras SAE ( Beras Organik Bebas Residu Pestisida Kimia) dan teknologi pembuatan kompos jerami. Kegiatan bersama KKT Lisung Kiwari berupa simpan pinjam, penyediaan kebutuhan sembako, dan penyediaan saprotan. Poktan, Gapoktan dan koperasi memiliki tingkat keterlibatan anggota yang sama. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi bahwa setiap anggota ikut dalam kegiatan bersama Gapoktan dan koperasi. Hal tersebut dapat dibuktikan oleh tanggapan dari responden terhadap kinerja tingkat keterlibatan anggota dalam kegiatan bersama Poktan, Gapoktan dan koperasi yang disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Hasil Uji Friedman terhadap Keterlibatan Anggota dalam Kegiatan Bersama Poktan, Gapoktan maupun Koperasi

Ranks

Kelompok tani 1.83

Gabungan kelompok tani 2.07

Koperasi 2.10

Test Statisticsa

N 30

Chi-Square 2.054

Df 2


(1)

No Variabel Skala 1 Kelompok tani melakukan

pertemuan/rapat setiap sebelum dan sesudah tanam

Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat tidak setuju

2 Keterlibatan anggota kelompok tani dalam mengelola

(merencanakan, melaksanakan dan melakukan penilaian kinerja) kelompok tani

Sangat Tinggi Semua anggota koptan mengikuti pengelolaan Poktan

Tinggi

>50% dari jumlah anggota koptan mengikuti pengelolaan Poktan

Sedang

50% dari Jumlah anggota koptan mengikuti pengelolaan Poktan

Rendah

<50% dari jumlah anggota mengikuti pengelolaan poktan

Sangat Rendah Tidak ada seorang pun mengikuti pengelolaan kelompok tani

3 Keterlibatan anggota dalam penyusunan rencana usaha kelompok

Sangat Tinggi Semua anggota koptan terlibat dalam penyusunan rencana usaha kelompok

Tinggi

>50% dari jumlah anggota koptan terlibat dalam penyusunan rencana usaha kelompok

Sedang

50% dari Jumlah anggota koptan terlibat dalam penyusunan rencana usaha kelompok

Rendah

<50% dari jumlah anggota koptan terlibat dalam penyusunan rencana usaha kelompok

Sangat Rendah Tidak ada seorang pun anggota koptan terlibat dalam penyusunan rencana usaha kelompok


(2)

4 Anggota mengerjakan kegiatan secara bersama (kegiatan usaha tani, pengadaan pupuk, obat-obatan dan lain-lain)

Sangat Tinggi Semua anggota koptan

mengerjakan kegiatan secara bersama (kegiatan usaha tani, pengadaan pupuk, obat-obatan dan lain-lain)

Tinggi

>50% dari jumlah anggota koptan mengerjakan kegiatan secara bersama (kegiatan usaha tani, pengadaan pupuk, obat-obatan dan lain-lain)

Sedang

50% dari Jumlah anggota koptan mengerjakan kegiatan secara bersama (kegiatan usaha tani, pengadaan pupuk, obat-obatan dan lain-lain)

Rendah

<50% dari jumlah anggota koptan mengerjakan kegiatan secara bersama (kegiatan usaha tani, pengadaan pupuk, obat-obatan dan lain-lain)

Sangat Rendah Tidak ada seorang pun anggota koptan mengerjakan kegiatan secara bersama (kegiatan usaha tani, pengadaan pupuk, obat-obatan dan lain-lain)

5 Koptan saya termasuk kepada kelompok yang aktif yaitu adanya jadwal pertemuan, 20-25 anggota, adanya berita acara, anggaran dasar

Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat tidak setuju

6 di kelompok tani saya sudah ada pertukaran informasi antar anggota, pembagian subsidi pupuk bersama-sama

Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat tidak setuju

7 Kelompok tani saya setia

dibimbing oleh penyuluh, adanya jadwal kunjungan penyuluh yang rutin terhadap petani, petani berkonsultasi kepada penyuluh


(3)

II Kuisioner sebagai Anggota Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani)

No Variabel Skala

1 Gapoktan Silih Asih melakukan pertemuan/rapat minimal 1 kali sebulan

Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat tidak setuju

2 Keterlibatan ketua Poktan, setengah anggota Poktan dan pengurus Gapoktan dalam penyediaan saprotan, penyediaan modal usaha, pemasaran dan pengolahan produk

Sangat Tinggi Semua anggota yaitu ketua Poktan, setengah anggota Poktan dan pengurus Gapoktan terlibat dalam penyediaan saprotan, penyediaan modal usaha,

pemasaran dan pengolahan produk

Tinggi

>50% dari jumlah ketua Poktan, setengah anggota Poktan dan pengurus

Gapoktan terlibat dalam penyediaan saprotan,

penyediaan modal usaha, pemasaran dan pengolahan produk

Sedang

50% dari Jumlah ketua Poktan, setengah anggota Poktan dan pengurus

Gapoktan terlibat dalam penyediaan saprotan,

penyediaan modal usaha, pemasaran dan pengolahan produk

Rendah

<50% dari jumlah ketua Poktan, setengah anggota Poktan dan pengurus

Gapoktan terlibat dalam penyediaan saprotan,

penyediaan modal usaha, pemasaran dan pengolahan produk

Sangat Rendah Tidak ada seorang pun ketua Poktan, setengah anggota Poktan dan pengurus Gapoktan terlibat dalam penyediaan saprotan, penyediaan modal usaha, pemasaran dan pengolahan produk

3 Keterlibatan ketua Poktan, setengah anggota Poktan dan pengurus Gapoktan terlibat dalam perencanaan kerja gapoktan dan setiap akhir pelaksanaan dilaksanakan evaluasi

Sangat Tinggi Semua anggota koptan terlibat dalam penyusunan rencana usaha kelompok

Tinggi

>50% dari jumlah anggota koptan terlibat dalam penyusunan rencana usaha kelompok

Sedang

50% dari Jumlah anggota koptan terlibat dalam penyusunan rencana usaha kelompok

Rendah

<50% dari jumlah anggota koptan terlibat dalam penyusunan rencana usaha kelompok

Sangat Rendah Tidak ada seorang pun anggota koptan terlibat dalam penyusunan rencana usaha kelompok


(4)

4 Anggota Gapoktan Silih Asih mengerjakan kegiatan secara bersama

Sangat Tinggi Semua anggota Gapoktan Silih Asih

mengerjakan kegiatan secara bersama

Tinggi

>50% dari jumlah anggota

Gapoktan Silih Asih

mengerjakan kegiatan secara bersama

Sedang

50% dari Jumlah anggota

Gapoktan Silih Asih

mengerjakan kegiatan secara bersama

Rendah

<50% dari jumlah anggota

Gapoktan Silih Asih mengerjakan kegiatan secara bersama

Sangat Rendah Tidak ada seorang pun anggota Gapoktan Silih Asih mengerjakan kegiatan secara bersama

5 Gapoktan Silih Asih telah melakukan fungsinya sebagai unit usaha tani, unit usaha pengolahan, unit usaha sarana dan pransarana produksi, unit usaha pemasaran

dan unit usaha keuangan

Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat tidak setuju

6 Gapoktan Silih Asih telah mampu mengelola dana bantuan dari pemerintah,koptan telah menerima dan mempergunakan dana di dalam usaha koptan

Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat tidak setuju

7 Adanya bimbingan rutin kepada Gapoktan Silih Asih baik dari PPL, Koordinator Penyuluh Pertanian


(5)

III Kuisioner sebagai Anggota KKT Lisung Kiwari

No Variabel Skala

1 KKT Lisung kiwari setiap tahun mengadakan Rapat Anggota tahunan dan rutin adanya rapat pengurus dengan badan pengawas, rapat pengurus dengan anggota

Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat tidak setuju

2 Keterlibatan Anggota KKT lisung Kiwari dalam

pesetujuan hasil rapat anggota tahunan

Sangat Tinggi Semua anggota KKT Lisung Kiwari terlibat dalam pesetujuan hasil rapat anggota tahunan

Tinggi

>50% dari jumlah anggota KKT Lisung Kiwari terlibat dalam pesetujuan hasil rapat anggota tahunan

Sedang

50% dari Jumlah anggota KKT Lisung Kiwari terlibat dalam pesetujuan hasil rapat anggota tahunan

Rendah

<50% dari jumlah anggota KKT Lisung Kiwari terlibat dalam pesetujuan hasil rapat anggota tahunan

Sangat Rendah Tidak ada seorang pun anggota KKT Lisung Kiwari terlibat dalam pesetujuan hasil rapat anggota tahunan

3 Keterlibatan anggota KKT lisung Kiwari dalam pelaksanaan rapat anggota tahunan

Sangat Tinggi Semua anggota anggota KKT lisung Kiwari dalam

pelaksanaan rapat anggota tahunan

Tinggi

>50% dari jumlah anggota KKT lisung Kiwari dalam

pelaksanaan rapat anggota tahunan

Sedang

50% dari Jumlah anggota KKT lisung Kiwari dalam

pelaksanaan rapat anggota tahunan

Rendah

<50% dari jumlah anggota KKT lisung Kiwari dalam

pelaksanaan rapat anggota tahunan

Sangat Rendah Tidak ada seorang pun anggota anggota KKT lisung Kiwari dalam pelaksanaan rapat anggota tahunan


(6)

4 Keterlibatan anggota KKT lisung Kiwari dalam setiap bidang usaha

Sangat Tinggi Semua anggota anggota KKT lisung Kiwari terlibat dalam setiap bidang usaha

Tinggi

>50% dari jumlah anggota KKT lisung Kiwari terlibat dalam setiap bidang usaha

Sedang

50% dari Jumlah anggota KKT lisung Kiwari terlibat dalam setiap bidang usaha

Rendah

<50% dari jumlah anggota KKT lisung Kiwari terlibat dalam setiap bidang usaha

Sangat Rendah Tidak ada seorang pun anggota KKT lisung Kiwari terlibat dalam setiap bidang usaha

5 Semua anggota KKT lisung Kiwari anggota terlibat menentukan usaha koperasi yang berorientasi kepada anggota

Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat tidak setuju

6 KKT lisung Kiwari sudah memberikan sisa hasil usaha (SHU) yang tepat dengan adanya 30% partisipasi anggota

Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat tidak setuju

7 KKT Lisung Kiwari telah membukakan kepada masyarakat

Desa tentang pentingnya berkoperasi, dan telah adanya pendidikan dan pelatihan koperasi bagi anggota yang telah ditetapkan.