Kisaran Inang Zucchini yellow mosaic virus Isolat Kaboca Hijau (Cucurbita pepo L.).

KISARAN INANG Zucchini yellow mosaic virus ISOLAT
KABOCA HIJAU (Cucurbita pepo L.)

TITAH NURJANNAH

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kisaran Inang Zucchini
yellow mosaic virus Isolat Kaboca Hijau (Cucurbita pepo L.) adalah benar karya
saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2015

Titah Nurjannah
NIM A34100043

ABSTRAK

TITAH NURJANNAH. Kisaran Inang Zucchini yellow mosaic virus Isolat
Kaboca Hijau (Cucurbita pepo L.). Dibimbing oleh TRI ASMIRA
DAMAYANTI.
Zucchini yellow mosaic virus (ZYMV) memiliki arti penting secara
ekonomi karena menurunkan produksi Cucurbitaceae. Gejala yang muncul akibat
infeksi ZYMV pada tanaman adalah mosaik kuning, nekrosis, malformasi,
blistering, dan pengurangan ukuran lamina. Sifat biologi ZYMV isolat kaboca
hijau belum banyak diketahui di Indonesia. Sehingga, penelitian ini bertujuan
mengetahui sifat biologi khususnya kisaran inang ZYMV isolat kaboca hijau. Uji
kisaran inang dilakukan dengan cara menginokulasi ZYMV secara mekanis pada
18 spesies tanaman dari 5 famili. Peubah yang diamati yaitu masa inkubasi, tipe
gejala dan insidensi penyakit. Deteksi serologi inokulum dan tanaman uji tidak
bergejala dengan Dot immunobinding assays (DIBA) menggunakan antiserum
ZYMV. Insidensi penyakit mosaik di lapangan pada beberapa lokasi pertanaman
yaitu Bogor (Ciawi, Cikabayan, Cipanas), dan Bandung (Cikole, Cibogo) antara

7.1% hingga 54.1%. ZYMV isolat kaboca hijau dapat menginfeksi sistemik
semangka, melon, timun, kaboca merah, pare dan labu siam (Cucurbitaceae) dan
Nicotiana benthamiana (Solanaceae). ZYMV menginfeksi lokal bunga kenop
(Amaranthaceae), Chenopodium amaranticolor dan Chenopodium quinoa
(Chenopodiaceae). Namun, ZYMV tidak menginfeksi oyong (Cucurbitaceae),
buncis dan kacang panjang (Leguminosae) dan cabai, tomat, ciplukan, tembakau,
dan kecubung (Solanaceae).
Kata kunci: sifat biologi, Cucurbitaceae, kisaran inang, ZYMV

ABSTRACT
TITAH NURJANNAH. Host Range of Zucchini yellow mosaic virus Pumpkin
(Cucurbita pepo L.) Isolate. Supervised by TRI ASMIRA DAMAYANTI.
Zucchini yellow mosaic virus (ZYMV) is an important virus economically
since it caused Cucurbitaceae yield loss significantly. Symptom on infected plants
is yellow mosaic, necrosis, malformation, blistering and reduce lamina size. The
biological character of ZYMV pumpkin isolate is still limited known in Indonesia.
Thus, the aim of the research is to study the biological characters of ZYMV
pumpkin isolate particularly its host range. Host range of ZYMV tested by
mechanical inoculation of 18 species from 5 families. Serological detection of
inoculum and symptomless tested plants conducted by dot immunobinding assay

(DIBA) using ZYMV antiserum. The disease incidence of mosaic symptoms at
cultivation areas in Bogor (Ciawi, Cikabayan, Cipanas), and Bandung (Cikole,
Cibogo) ranged from 7.1% to 54.1%. ZYMV pumpkin isolate could infect
sistemically on Citrullus lanatus, Cucumis melo, Cucumis sativus, Cucurbita
pepo, Momordica charantia, Sechium edule (Cucurbitaceae) and symptomless on
Nicotiana benthamiana. The pumpkin isolate was locally infect Gomphrena
globosa (Amaranthaceae), Chenopodium amaranticolor and Chenopodium quinoa
(Chenopodiaceae). However, ZYMV could not infect Luffa acutangula
(Cucurbitaceae), Phaseolus vulgaris and Vigna sinensis (Leguminosae) and
Capsicum annuum, Lycopersicon esculentum, Nicotiana tabacum, Datura
stramonium, and Physalis floridiana (Solanaceae).
Keywords: biological character, Cucurbitaceae, host range, ZYMV

KISARAN INANG Zucchini yellow mosaic virus ISOLAT
KABOCA HIJAU (Cucurbita pepo L.)

TITAH NURJANNAH

Skripsi
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Pertanian
pada
Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi : Kisaran Inang Zucchini yellow mosaic virus Isolat Kaboca Hijau
(Cucurbita pepo L.)
Nama
: Titah Nurjannah
NIM
: A34100043

Disetujui oleh

Dr. Ir. Tri Asmira Damayanti, M.Agr.

Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Abdjad Asih Nawangsih, M.Si.
Ketua Departemen Proteksi Tanaman

Tanggal lulus :

PRAKATA

Penulis panjatkan puji syukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Kisaran Inang Zucchini
yellow mosaic virus Isolat Kaboca Hijau (Cucurbita pepo L.)” dapat diselesaikan
sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian, di Departemen Proteksi
Tanaman, Institut Pertanian Bogor.
Ucapan terima-kasih penulis sampaikan kepada Ibunda Ernawati dan
Ayahanda Suprih Edhi serta adik atas doa dan semangat yang diberikan selama
penyelesaian tugas akhir. Terima kasih sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada
Dr Ir Tri Asmira Damayanti MAgr selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan arahan dan saran selama pelaksanaan penelitian hingga penulisan
skripsi, serta Dr Ir Ali Nurmansyah MSi selaku dosen pembimbing akademik
yang telah memberi bimbingan dan saran selama masa studi. Terima-kasih penulis
ucapkan pula pada Dr Ir I Wayan Winasa MSi selaku dosen penguji tamu atas
saran dan masukannya.
Terima-kasih juga kepada Egi Puspita Sari, Siti Nurul Benowati, Endah
Wahyuni, Rian Andini, Suci Addmas Kalasyank dan Rizky Marcheria Ardiyanti
yang telah membantu penulis selama proses penelitian. Terima-kasih pula kepada
Sari Nurulita SP MSi, Susanti Mugi Lestari SP, seluruh anggota laboratorium
Virologi Tumbuhan dan teman-teman Proteksi Tanaman angkatan 47.

Bogor, Februari 2015
Titah Nurjannah

DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian
Metode
Lokasi pengambilan Sampel Tanaman Sakit
Pengambilan Sampel
Deteksi Sumber Inokulum ZYMV
Inokulasi Mekanis
Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman Uji
Peubah Pengamatan
Deteksi Virus dengan Dot Immunobinding Assay (DIBA)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengamatan Kejadian Penyakit
Sumber Inokulum Virus
Kisaran Inang
SIMPULAN
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP

1
1

2
2
3
3
3
3
3
3
3
4
5
5
6
6
7
8
14
14
15
17


DAFTAR TABEL

1
2
3
4

Tanaman uji yang digunakan pada uji kisaran inang
Hasil pengamatan kejadian penyakit mosaik pada lokasi yang berbeda
Hasil deteksi serologi inokulum dari beberapa lokasi
Hasil penularan mekanis ZYMV isolat labu kuning pada 18 spesies
tanaman uji

4
6
7
8

DAFTAR GAMBAR

1 Gejala tanaman kaboca hijau positif ZYMV yang ditemukan pada dua
lokasi berbeda. a,b,c: Cikabayan, d: Cikole
2 Sumber sumber inokulum kaboca hijau
3 Gejala tanaman kaboca hijau setelah diinokulasi ZYMV secara mekanis.
a:vein clearing, b: mosaik hijau-kuning dan malformasi daun, c: tanaman
sehat
4 Gejala hasil penularan mekanis pada G. globosa. a: tanaman sehat, b:
lesio lokal nekrosis, c: lesio lokal nekrosis berat
5 Gejala hasil penularan mekanis pada C. amaranticolor. a: tanaman sehat,
b: lesio lokal klorosis ringan, c: lesio lokal nekrosis berat dengan halo
merah kecoklatan.Gejala hasil penularan mekanis pada C. quinoa d:
tanaman sehat, e: lesio lokal klorosis ringan, f: lesio lokal klorosis berat
6 Gejala hasil penularan mekanis pada (a-c) semangka, (d-f) melon, (g-i)
timun. a,d,g: tanaman sehat, b: mosaik hijau gelap-terang ringan, c:
mosaik dan malformasi daun, e: vein clearing diikuti dengan lepuhan
berukuran kecil, f: daun menguning dan terdapat lepuhan berwarna hijau,
h: mosaik hijau gelap-terang ringan, i: mosaik hijau gelap-terang berat
diikuti dengan malformasi daun
7 Gejala hasil penularan mekanis pada (a-c) kaboca merah, (d-f) pare,
(g-i) labu siam. a,d,g: tanaman sehat, b: vein clearing, c: vein clearing

diikuti dengan mosaik hijau gelap-terang berat, e: mosaik hijau gelapterang ringan, f: mosaik hijau gelap-terang berat, h: mosaik hijau gelapterang ringan, i: mosaik hijau gelap-terang ringan dan terdapat lepuhanlepuhan pada daun
8 Tanaman tidak menunjukkan gejala (a,b) oyong, (c,d) buncis, (e,f)
kacang panjang, (g,h) cabe, (i,j) kecubung, (k,l) tomat, (m,n) tembakau,
(o,p) ciplukan. a,c,e,g,i,k,m,o: tanaman kontrol, b,d,f,h,j,l,n,p: daun yang
diinokulasi

6
7

7
10

10

11

12

13

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kaboca hijau (Cucurbita pepo L.) merupakan salah satu anggota famili
Cucurbitaceae yang penting secara ekonomi di seluruh dunia. Kaboca hijau yang
berasal dari Mexico, bentuknya mirip labu Indonesia dengan warna kulit hijau
atau oranye dan daging buah berwarna kuning. Kaboca hijau bermanfaat sebagai
bahan konsumsi dan obat kesehatan (Nee 1990).
C. pepo banyak dibudidayakan di Indonesia. Ada lebih dari 20 virus yang
dapat menginfeksi tanaman C. pepo (Desbiez dan Lecoq 1997). Virus yang umum
menginfeksi pertanaman Cucurbitaceae adalah Cucumber mosaic virus (CMV),
Cucumber green mottle mosaic virus (CGMMV), Squash mosaic virus (SqMV),
Zucchini yellow mozaic virus (ZYMV), dan Watermelon mosaic virus (WMV)
(Ali dan Osama 2012).
ZYMV diisolasi pertama kali di Italia tahun 1973, dideskripsikan pada
tahun 1981, dan kemudian diidentifikasi keseluruhan komponen genomnya.
ZYMV merupakan virus penting yang menyerang tanaman Cucurbitaceae di
seluruh dunia dan memiliki pengaruh penting pada tanaman Cucurbitaceae karena
menurunkan hasil secara ekonomi (Lin et al. 2000; Simmons et al. 2011).
Kerugian infeksi tergantung pada waktu infeksi, dan dapat mengakibatkan
kerugian hasil mencapai 100% (Babadoost 2012). Gejala yang ditimbulkan
ZYMV pada daun tanaman adalah mosaik dengan klorosis yang dominan,
nekrosis, pengurangan ukuran lamina daun, malformasi dan blistering (Zitter et
al. 1998). Pada buah labu dan squash, infeksi ZYMV menyebabkan perubahan
warna dan benjol-benjol yang menyebabkan perubahan bentuk buah (Providenti
1996; Tobias et al 2003; Coutts 2006).
ZYMV secara umum ditularkan melalui dua cara yaitu secara horisontal
melalui vektor kutudaun, dan secara vertikal melalui transmisi dari benih generasi
pertama yang terinfeksi ZYMV ke generasi selanjutnya (Simmons et al. 2011;
Tobias et al. 2003). Beberapa spesies kutudaun merupakan vektor ZYMV yang
menularkan virus secara non persisten seperti A. gossypii, Myzus persicae (Coutts
2006), Asyrthosiphon pisum, A. kondoi, Aphis craccivora, A. citricola, A.
middletonii, A. spiraecola, Macrosiphum euphorbiae, Toxoptera aurantii, dan
Uroleucon ambrosiae (Providenti 1996). ZYMV juga dapat ditularkan secara
mekanik dengan mudah melalui alat-alat pemotong yang telah terkontaminasi
virus tersebut (Providenti 1996; Zitter et al. 1998).
ZYMV hingga saat ini diketahui telah tersebar di 22 negara pada lima benua
(Zitter et al. 1998), termasuk di Indonesia. Keberadaan ZYMV di Indonesia hanya
terdeteksi berdasarkan uji serologi (Mayasari 2006; Aulia 2005; Sumarni 2002),
namun ZYMV isolat Indonesia belum ada yang melakukan identifikasi secara
detail, sehingga belum diketahui karakter biologi dan molekulernya. Identifikasi
virus berdasarkan gejala visual sering tidak cukup untuk menentukan virus
penyebab penyakit karena gejala dapat disebabkan oleh infeksi campuran dari
beberapa virus atau virus yang berbeda dapat menimbulkan gejala sama.
Identifikasi virus dapat dilakukan berdasarkan sifat biologi seperti gejala, kisaran
tanaman inang, pengamatan partikel virus di bawah mikroskop elektron, dan
berdasarkan sifat protein dan asam nukleat (Hull 2002).

2
Kisaran inang merupakan salah satu cara identifikasi untuk mengetahui
sifat biologi suatu virus (Hull 2002). Tanaman uji kisaran inang yang biasa
digunakan dalam uji kisaran inang ZYMV yaitu, Gomphrena globosa L.,
Chenopodium amaranticolor Coste et Reyn, C. quinoa L., Citrullus lanatus,
Cucumis melo L., Cucumis sativus L., Luffa acutangula, Momordica charantia,
Sechium edule, Phaseolus vulgaris L., Vigna sinensis, Capsicum annuum, Datura
stramonium, Lycopersicon esculentum, Nicotiana tabacum L. cv. White barley,
N. benthamiana, Physalis floridana. (Jaroszewska et al. 2013; Dukic et al 2002).
Menurut Aulia (2005) pertanaman oyong dan labu siam di Kotamadya
Bogor terdeteksi terinfeksi ZYMV berturut-turut dengan insidensi penyakit (IP)
antara 16.161% sampai dengan 60.3% dan 6.1% sampai dengan 8.9%. Namun
sampai saat ini belum dilakukan identifikasi lengkap terkait sifat biologi (gejala,
kisaran inang, penularan), sifat fisik sifat protein dan asam nukleat untuk ZYMV
isolat Indonesia.
Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui salah satu sifat biologi ZYMV
isolat kaboca hijau (Cucurbita pepo L.) khususnya kisaran inang.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kisaran
inang ZYMV isolat kaboca hijau untuk mendukung identifikasi lanjutan secara
molekuler.

3

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilakukan di Laboratorium Virologi Tumbuhan,
Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, dari
bulan Februari sampai dengan November 2014.
Metode
Lokasi Pengambilan Sampel Tanaman Sakit
Sampel daun tanaman kaboca hijau (Cucurbita pepo L.) sakit diambil dari
desa Ciawi, Cibanteng, Cikabayan, Cipanas, Kabupaten Bogor serta desa Cikole
dan Cibogo Kecamatan Lembang, Bandung.
Pengambilan Sampel
Daun kaboca hijau diambil yang menunjukkan gejala terserang virus dengan
gejala kombinasi dari pemucatan tulang daun, mosaik dan malformasi daun.
Sampel yang didapat disimpan pada suhu -80 oC untuk dideteksi menggunakan
metode DIBA.
Inokulasi Mekanis
Sebanyak 0.2 gram daun digerus dalam bufer fosfat yang mengandung 1%
β-merkaptoetanol dengan perbandingan 1:10 (b/v). Inokulasi dilakukan pada daun
pertama yang telah membuka lebar yang telah ditaburi dengan karborundum (600
mesh) dengan cara mengoleskan sap tanaman sakit pada permukaan daun. Setelah
inokulasi, bagian tanaman yang diinokulasi tersebut dibilas dengan air mengalir
(Bos 1990).
Perbanyakan Inokulum ZYMV
Perbanyakan dilakukan sebelum dideteksi dengan salah satu tujuan untuk
membebaskan virus yang hanya dapat ditularkan oleh serangga pada daun yang
bergejala di lapangan. ZYMV diperbanyak pada tanaman kaboca hijau (Cucurbita
pepo L.) pada 10 tanaman yang diinokulasikan secara mekanis. Cairan perasan
tanaman ditularkan pada tanaman kaboca hijau yang berumur 1 minggu setelah
tanam. Tanaman yang telah diinokulasi dipelihara sampai gejala muncul.
Deteksi Sumber Inokulum
Deteksi virus dari sampel lapangan yang telah diperbanyak sebelumnya
dilakukan secara serologi dengan metode Dot Immunobinding Assay (DIBA)
menggunakan antiserum CMV, SqMV dan ZYMV. Penggunaan beberapa
antiserum untuk mengetahui infeksi pada inokulum berupa infeksi tunggal atau
ganda. Hasil deteksi inokulum dikonfirmasi dengan deteksi asam nukleat
menggunakan primer spesifik ketiga virus. Isolat yang diambil sebagai sumber
inokulum adalah tanaman yang positif ZYMV.

4
Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman Uji
Tanaman yang digunakan untuk kisaran inang yaitu bunga kenop
(Gomphrena globosa L.), Chenopodium amaranticolor Coste et Reyn, C. quinoa
L., semangka (Citrullus lanatus), melon (Cucumis melo L.), timun (Cucumis
sativus L.), kaboca merah (Cucurbita pepo), oyong (Luffa acutangula), pare
(Momordica charantia), labu siam (Sechium edule), buncis (Phaseolus vulgaris
L.), kacang panjang (Vigna sinensis), cabai (Capsicum annum), kecubung (Datura
stramonium), tomat (Lycopersicon esculentum), tembakau (Nicotiana tabacum L.
cv. White Burley), N. benthamiana, dan ciplukan (Physalis floridana). Masingmasing benih ditanam sebanyak 10 tanaman sebagai ulangan.
Media tanam disiapkan yaitu berupa campuran tanah steril dan pupuk
kandang (1:1). Polybag berukuran 35cm x 35cm diisi dengan media sebanyak ¾
bagian. Benih ditanam pada kedalaman 3cm. Tiap polybag ditanam sebanyak 3
benih. Setelah 1 MST dipilih tanaman yang pertumbuhannya baik. Pupuk NPK
15:15:15 diberikan 1 minggu setelah inokulasi (Mayasari 2006). Penyiraman
dilakukan setiap pagi hari. Penyiraman diberikan sesuai kebutuhan tanaman dan
memenuhi standar waktu, cara, dan jumlah yang tepat. Bagian tanaman yang
diinokulasi sesuai dengan umur tanaman yang dianjurkan oleh Walkey (1991)
(Tabel 1).
Tabel 1 Tanaman uji yang digunakan pada uji kisaran inang
Tanaman Uji
Umur saat
inokulasi
Amaranthaceae
Gomphrena globosa
10 minggu
Chenopodiaceae
Chenopodium amaranticolor
2 bulan
C. quinoa
2 bulan
Cucurbitaceae
Citrullus lanatus
2 minggu
Cucumis melo
2 minggu
Cucumis sativus
10 hari
Cucurbita pepo
2 minggu
Luffa acutangula
2 minggu
Momordica charantia
2 minggu
Sechium edule
2 minggu
Leguminosae
Phaseolus vulgaris
1 minggu
Vigna sinensis
1 minggu
Solanaceae
Capsicum annuum
2 minggu
Datura stramonium
4 minggu
Lycopersicon esculentum
2 minggu
Nicotiana tabacum cv White Burley
5 minggu
Nicotiana benthamiana
5 minggu
Physalis floridana
4 minggu
Sumber: Walkey 1991

Bagian tanaman
yang diinokulasi
Daun muda
Daun tua
Daun tua
Daun muda
Daun muda
Kotiledon
Daun muda
Daun muda
Daun muda
Daun muda
Daun muda
Daun muda
Daun muda
Daun muda
Daun muda
Daun muda
Daun muda
Daun muda

5
Peubah Pengamatan
Pengamatan dilakukan terhadap masa inkubasi, insidensi penyakit dan tipe
gejala. Insidensi penyakit untuk setiap spesies tanaman uji dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
% Insidensi penyakit =

Jumlah tanaman terserang (n)
Jumlah tanaman yang diamati (N)

X 100%

Deteksi Virus dengan Dot Immunobinding Assay (DIBA)
Deteksi serologi dengan DIBA dilakukan untuk mendeteksi sumber
inokulum dan tanaman uji kisaran inang yang tidak menunjukkan gejala (untuk
mengkonfirmasi insidensi penyakit. DIBA dilakukan berdasarkan metode yang
digunakan Asniwita (2012). Masing-masing sampel digerus dalam tris buffer
saline (TBS) (TBS: Tris-HCl 0.02 M dan NaCl 0.15 M, pH 7.5) dengan
perbandingan 1:10 (b:v). Sap tanaman diteteskan ke atas membran nitrocelulose
sebanyak 2 µl. Setelah tetesan sap kering, membran direndam di dalam larutan
blocking (non fat milk 2% dalam TBS yang mengandung 2% Triton X-100).
Membran kemudian diinkubasi pada suhu ruang sambil digoyang dengan
kecepatan 50 rpm selama 1 jam dengan menggunakan EYELA multi shaker.
Membran kemudian dicuci 5 kali dengan dH2O, tiap pencucian berlangsung
5 menit sambil digoyang dengan kecepatan 100 rpm. Membran selanjutnya
direndam dalam TBS yang mengandung non fat milk 2% dan antiserum pertama
ZYMV (1:5000) kemudian membran diinkubasi semalam pada suhu 4 oC.
Membran kemudian dicuci sebanyak 5 kali dengan TBST (TBS yang
mengandung Tween-20 0.05%). Tiap pencucian berlangsung 5 menit. Membran
selanjutnya direndam dalam TBS yang mengandung antiserum kedua (1:5000)
dan non fat milk 2%. Kemudian membran diinkubasi selama 60 menit pada suhu
ruang sambil digoyang dengan shaker pada kecepatan 50 rpm.
Membran selanjutnya dicuci kembali dengan TBST sebanyak 5 kali dan
direndam selama 5 menit dalam bufer AP (Tris-HCl 0.1 M, NaCl 0.1 M, MgCl2 5
mM pH 9.5) yang mengandung NBT (75 mg/ml) dan BCIP (50 mg/ml) (NBT dan
BCIP digunakan sesuai kebutuhan tergantung ukuran membran, dengan pedoman
dalam 10 ml bufer AP digunakan sebanyak 45 µl NBT dan 35 µl BCIP). Bila
reaksi positif akan terjadi perubahan warna putih menjadi ungu pada membran
nitrocelulose yang telah ditetesi sap. Reaksi dihentikan dengan merendam
membran dalam dH2O setelah terjadi perubahan warna menjadi ungu.

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengamatan Insidensi Penyakit
Pengamatan insidensi penyakit mosaik yang diduga disebabkan oleh ZYMV
dilakukan pada beberapa lokasi, diantaranya: Desa Cibogo dan Desa Cikole,
Kecamatan Lembang, Bandung serta Desa Ciawi, Cikabayan, dan Cipanas,
Bogor. Insidensi penyakit yang ditemukan pada tiga lokasi yaitu berkisar 7.1%
hingga 54.1% (Tabel 2).
Tabel 2 Hasil pengamatan insidensi penyakit mosaik pada lokasi yang berbeda
Lokasi Pertanaman
Umur
Jumlah
Jumlah
Insidensi
Cucurbita pepo
Tanaman
tanaman
tanaman yang
penyakit
(MST*)
bergejala
diamati (N)
(%)
(n)
Ciawi, Bogor
10
31
75
51.7
a
Cikabayan, Bogor
11
20
37
54.1
Cikabayan, Bogorb
11
19
36
52.8
Cipanas, Bogor
9
10
20
50.0
Cibogo, Bandung
12
15
211
7.1
Cikole, Bandung
12
61
320
19.0
a
b
*) MST: minggu setelah tanam, Cucurbita pepo cv Suprema, Cucurbita
moschata (butternut)
Gejala yang ditunjukkan pada beberapa lokasi beragam. Gejala pada labu
kuning di Ciawi dan Cipanas, Bogor, berbeda. Tanaman dari Ciawi menunjukkan
gejala berupa pemucatan tulang daun (vein clearing) dan mosaik hijau-kuning.
Sedangkan tanaman sampel di Cipanas ditemukan gejala vein clearing, mosaik
hijau-kuning berat dan malformasi daun. Pada lokasi Cikabayan gejala labu
kuning (Cucurbita pepo cv Suprema) dan butternut berupa vein clearing, mosaik
hijau-kuning dan malformasi daun. Berbeda dengan gejala pada kaboca merah
tanaman sampel dari Cibogo, Bandung, yaitu mosaik hijau gelap-terang ringan.
Sedangkan pada kaboca hijau di Cikole, Bandung, gejala berupa daun dominan
berwarna klorosis atau hijau terang dan terdapat lepuhan seperti cacar berwarna
hijau tua. Beragam gejala yang ditunjukkan dari beberapa lokasi dideteksi dan
beberapa gejala yang menunjukkan hanya positif ZYMV (Gambar 1).

7

a

c

b

d

e

Gambar 1 Gejala tanaman kaboca hijau positif ZYMV yang ditemukan pada tiga
lokasi berbeda. a: Cibanteng-Bogor, b,c,d: Cikabayan-Bogor, d:
Cikole-Bandung.
Sumber Inokulum Virus
Hasil deteksi sumber inokulum dari berbagai lokasi inokulum berasal dari
Desa Cibanteng, Desa Cikabayan dan Desa Cikole didapatkan hasil positif
ZYMV dan negatif CMV dan SqMV (Tabel 3).
Tabel 3 Hasil deteksi serologi inokulum dari beberapa lokasi
Asal Inokulum
Deteksi Serologi
CMV*
SqMV
ZYMV*
Ciawi, Bogor
+
+
Cibanteng, Bogor
+
Cikabayan, Bogora
+
Cikabayan, Bogorb
+
+
Cipanas, Bogor
+
+
Cibogo, Bandung
Cikole, Bandung
+
a
*deteksi menggunakan DIBA dan RT-PCR, Cucurbita pepo cv Suprema,
b
Cucurbita moschata (butternut)
Gejala suber inokulum dari desa Cibanteng berupa mosaik hijau-kuning
(Gambar 1a). Inokulum diperbanyak di rumah kaca pada tanaman kaboca hijau
menunjukkan gejala pada 5 hari setelah inokulasi. Gejala diawali dengan adanya
vein clearing (Gambar 2a), gejala lanjut berupa mosaik hijau-kuning dan
malformasi daun (Gambar 2b). Selanjutnya, sebagai sumber inokulum untuk uji
kisaran inang digunakan ZYMV dari desa Cibanteng, Bogor.

8

Gambar 2

Gejala tanaman kaboca hijau setelah diinokulasi ZYMV secara
mekanis. a: vein clearing, b: mosaik hijau-kuning dan malformasi
daun, c: tanaman sehat.

Kisaran inang
Hasil penularan secara mekanis ZYMV isolat kaboca hijau menunjukkan
sebanyak 10 spesies tanaman dari 3 famili berbeda yaitu Amaranthaceae,
Chenopodiaceae dan Cucurbitaceae dapat diinfeksi oleh ZYMV (Tabel 4).
Tabel 4 Hasil penularan mekanis ZYMV isolat kaboca hijau pada 18 spesies
tanaman uji
Masa
Kejadian
Tanaman uji
inkubasi
penyakit
Tipe gejala Ket
(hari)
(n/N) (%)
Amaranthaceae
G. globosa
9
10/10 (100)
Nl
+
Chenopodiaceae
C. amaranticolor
5
10/10 (100)
Kl
+
C. quinoa*
8
7/7 (100)
Kl
+
Cucurbitaceae
C. lanatus cv Hasna
13
10/10 (100)
Ms, M
+
C. melo cv Renjana
10
10/10 (100) Vc, Ms, M
+
C. sativus cv Daria
6
10/10 (100)
Ms, M
+
C. pepo
5
10/10 (100) Vc, Ms, M
+
L. acutangula cv Belyna F1**
0/10 (0)
Tg
M. charantia cv Hero F1
5
10/10 (100)
Ms
+
S. edule
22
10/10 (100)
Ms, M
+
Leguminosae**
P. vulgaris cv Wulung
0/10 (0)
Tg
V. sinensis cv Ladju
0/10 (0)
Tg
Solanaceae**
C. annuum cv Oktav
0/10 (0)
Tg
D. stramonium
0/10 (0)
Tg
L. esculentum
0/10 (0)
Tg
N. tabacum
0/10 (0)
Tg
N. benthamiana
10/10(100)
Tg
+
P. floridana
0/10 (0)
Tg
-

9
Ket: n
N
Ms
Kl
Nl
Tg

: Jumlah tanaman bergejala
: Total tanaman yang diinokulasi
: Mosaik sistemik
: Klorosis lokal
: Nekrosis lokal
: Tanpa gejala

M : Malformasi
Vc : Vein clearing
(+) : positif terinfeksi ZYMV (DIBA)
(-) : negatif terinfeksi ZYMV (DIBA)
(*) : 3 tanaman mati karena damping off
(**) : Insidensi penyakit dikonfirmasi
dengan DIBA

Hasil uji kisaran inang menunjukkan bahwa rata-rata masa inkubasi
tanaman inang selama 9 hari. Masa inkubasi paling singkat terjadi pada tanaman
kaboca merah dengan masa inkubasi selama 5 hari, sedangkan masa inkubasi
paling lama ditunjukkan pada tanaman labu siam yaitu selama 22 hari. Menurut
Walkey (1991), masa inkubasi dan tipe gejala yang muncul pada tanaman dapat
dipengaruhi oleh faktor inang, konsentrasi virus dan faktor lingkungan.
Berdasarkan pernyataan tersebut diduga perbedaan masa inkubasi disebabkan
faktor inang dan faktor lingkungan.
Gejala yang ditimbulkan pada masing-masing tanaman uji sangat beragam.
Variasi gejala infeksi virus dapat terjadi tergantung pada faktor strain virus,
varietas tanaman, lingkungan, dan mekanisme infeksi campuran virus (Agrios
2005). Gejala yang timbul pada bunga kenop berupa bercak nekrosis hanya pada
daun yang diinokulasi (lesio lokal). Bercak nekrosis tersebut berawal berukuran
lingkaran kecil (Gambar 3b) kemudian gejala berlanjut dengan melebarnya daerah
nekrosis (Gambar 3c).
Gejala yang timbul pada famili Chenopodiaceae berupa lesio lokal klorosis.
Pada tanaman C. amaranticolor gejala diawali dengan munculnya bintik-bintik
klorosis (Gambar 4b) kemudian gejala berlanjut dengan adanya titik nekrotik pada
bagian tengah bintik klorosis dan disertai munculnya halo berwarna merah
kecoklatan di sekeliling bintik nekrotik (Gambar 4c). Pada tanaman C. quinoa
gejala diawali adanya bintik klorosis (Gambar 4e) kemudian gejala berlanjut
dengan melebarnya daerah klorosis (Gambar 4f).
Anggota famili Cucurbitaceae menunjukkan gejala sistemik setelah
diinfeksi ZYMV, diantaranya: semangka, melon, timun, kaboca merah, pare dan
labu siam. Gejala yang ditunjukkan pada tanaman semangka berupa mosaik hijau
gelap-terang ringan dengan pinggiran daun mengkerut (Gambar 5b) dan gejala
lanjut berupa ukuran daun menjadi mengecil (distorsi), perubahan bentuk daun
(malformasi) dan mosaik kuning-hijau (Gambar 5c). Pada tanaman melon gejala
diawali dengan munculnya vein clearing dan terdapat bintil berukuran kecil
(Gambar 5e) kemudian daun melon menguning, pinggiran daun bergerigi dan
ukuran bintil menjadi membesar seperti cacar dan berwarna hijau (Gambar 5f).
Gejala pada tanaman timun berupa mosaik hijau gelap-terang ringan (Gambar 5h)
kemudian mosaik hijau gelap-terang menjadi berat dan daun timun mengalami
malformasi (Gambar 5i). Pada tanaman kaboca merah gejala diawali dengan
adanya pemucatan tulang daun dan gejala berlanjut menjadi mosaik hijau gelapterang berat (Gambar 6b-c). Pada tanaman pare gejala diawali adanya mosaik
hijau gelap-terang ringan dan gejala berlanjut menjadi mosaik hijau gelap-terang
berat (Gambar 6e-f). Pada tanaman labu gejala yang muncul berupa mosaik hijau
gelap-terang ringan kemudian gejala lanjut berupa mosaik hijau gelap-terang
ringan dan terdapat lepuhan-lepuhan (Gambar 6h-i). Pada tanaman N.

10
benthamiana menunjukkan tanpa gejala (gejala laten), namun positif terinfeksi
ZYMV (Gambar 6j-k).
Tanaman yang tidak menunjukkan gejala adalah oyong (Cucurbitaceae)
(Gambar 7b), Leguminosae (Gambar 7d,f), dan Solanaceae (Gambar 7h,j,l,n,p,r).
ZYMV isolat timun dilaporkan tidak menginfeksi oyong (Lesemann et al. 1983).
ZYMV isolat labu juga dilaporkan tidak menginfeksi L. cylindrica (Dukic et al.
2002). Namun, Providenti et al (1984) melaporkan ZYMV isolat C. pepo dapat
menginfeksi oyong dan gejala yang ditimbulkan berupa mosaik sistemik dan
distorsi daun. Hal ini menunjukkan bahwa karakter ZYMV isolat kaboca hijau
sama dengan isolat timun dan isolat labu yang telah dilaporkan sebelumnya
(Lasemann et al. 1983, Dukic et al. 2002), namun berbeda dengan ZYMV isolat
labu yang dilaporkan oleh Providenti et al. 1984.

11

Gambar 3 Gejala hasil penularan mekanis pada G. globosa. a: tanaman sehat, b:
lesio lokal nekrosis, c: lesio lokal nekrosis berat.

Gambar 4 Gejala hasil penularan mekanis pada C. amaranticolor. a: tanaman
sehat, b: lesio lokal klorosis ringan, c: lesio lokal nekrosis berat
dengan halo merah kecoklatan.Gejala hasil penularan mekanis pada
C. quinoa d: tanaman sehat, e: lesio lokal klorosis ringan, f: lesio
lokal klorosis berat.

12

Gambar 5 Gejala hasil penularan mekanis pada (a-c) semangka, (d-f) melon, (gi) timun. a,d,g: tanaman sehat, b: mosaik hijau gelap-terang ringan, c:
mosaik dan malformasi daun, e: vein clearing diikuti dengan lepuhan
berukuran kecil, f: daun menguning dan terdapat lepuhan berwarna
hijau, h: mosaik hijau gelap-terang ringan, i: mosaik hijau gelapterang berat diikuti dengan malformasi daun.

13

Gambar 6 Gejala hasil penularan mekanis pada (a-c) kaboca merah, (d-f) pare,
(g-i) labu siam, (j-k) Nicotiana benthamiana. a,d,g,j: tanaman sehat,
b: vein clearing, c: vein clearing diikuti dengan mosaik hijau gelapterang berat, e: mosaik hijau gelap-terang ringan, f: mosaik hijau
gelap-terang berat, h: mosaik hijau gelap-terang ringan, i: mosaik
hijau gelap-terang ringan dan terdapat lepuhan-lepuhan pada daun, k:
tidak bergejala (gejala laten).

14

Gambar 7 Tanaman tidak menunjukkan gejala (a,b) oyong, (c,d) buncis, (e,f)
kacang panjang, (g,h) cabe, (i,j) kecubung, (k,l) tomat, (m,n)
tembakau, (o,p) ciplukan. a,c,e,g,i,k,m,o,q: tanaman kontrol,
b,d,f,h,j,l,n,p: daun yang diinokulasi.

17

SIMPULAN

ZYMV isolat kaboca hijau dapat menimbulkan gejala sistemik pada
tanaman semangka, melon, timun, kaboca merah, pare, labu siam dan N.
benthamiana, dan menimbulkan gejala lokal tanaman G. globosa, C.
amaranticolor dan C. quinoa. ZYMV tidak dapat menimbulkan gejala oyong,
buncis, kacang panjang, cabai, tomat, tembakau, ciplukan dan kecubung.

SARAN
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang sifat molekular ZYMV
isolat kaboca hijau dan variasi genetiknya untuk mengetahui identitas dan
kekerabatan dibandingkan dengan isolat lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Agrios GN. 2005. Plant Pathology. 5th edition. New York (US): Elsevier
Academic Press.
Ali A, Osama A. 2012. Occurence of viruses infecting watermelon, other
cucurbits, and weeds in the parts of Southern United States [Internet].
Oklahoma (US): Department of Biological Sciences; [diunduh 2014 April
11]. Doi: 10.1094/PHP-2012-0824-01-RS.
Aulia R. 2005. Inventarisasi dan deteksi virus penyebab penyakit mosaik pada
famili Cucurbitaceae di Kotamadya Bogor, Pasir Muncung, dan Cibodas
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Asniwita, Hidayat SH, Suastika G, Sujiprihati S, Susanto S, Hayati I. 2012.
Eksplorasi isolat lemah Chili veinal mottle virus pada tanaman cabai di
Jambi, Sumatra Barat dan Jawa Barat. Jurnal Hortikultura 22(2):181-186.
Babadoost M. 2012. Viral diseases of cucurbits [Internet]. Champaign (US):
Department of Crop Sciences; [diunduh 2015 Februari 3]. http://
extension.cropsci.illinois.edu/fruitveg/pdfs/949_viral_diseases.pdf.
Bos L. 1990. Pengantar Virologi Tumbuhan. Triharso, penerjemah. Yogyakarta
(ID): Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari: Introduction to Plant
Virology.
Coutts B. 2006. Virus disease of cucurbit crops [Internet]. Sidney (AU):
Department of Agriculture; [diunduh 2014 Agustus 28]. Tersedia
pada:http://www.agric.wa.gov.au/objtwr/imported_assets/content/hort/veg/p
w/fn2006_viruscucurbits_bcoutts.pdf.
[CPC] Crop Protection Compendium. 2005. Crop Protection Global Module.
Edisi 2005. Wallingford (GB): CABI.
Dezbiez C, Lecoq H. 1997. Zucchini Yellow Mosaic Virus. Plant Pathology
46(1):809-829.
Dukic N, Branka K, Ivana V, Nikolaos K, Chryssa P, Berenji J. 2002. Biological
and serological characterization of viruses of summer squash crops in
Yugoslavia. Agricultural Sciences 47(2):149-160.
Hull R. 2002. Plant Virology. 4th edition. California (US): Academic Press.
Jaroszewska BH, Natalia R, Natasha B, Henryk P. 2013. Biological and molecular
characterization of the polish Zucchini yellow mosaic virus isolates. Acta
Sciences 12(2):75-85.
Lasemann DE, Makkouk KM, Koenig R, Natafji SE. 1983. Natural infection of
cucumbers by Zucchini yellow mosaic virus in Lebanon.
Phytopathologische Zeitschrift 108(1):13-304.
Lecoq H, Desbiez C, Wipf-Scheibel C, Girard M. 2003. Potential involvement of
melon fruit in the long distance dissemination of cucurbit potyviruses. Plant
Diseases 87(1):955-959.
Lin SS, Hou RF, Yeh SD. 2000. Heteroduplex mobility and sequence analyses for
assesment of variability of Zucchini yellow mosaic virus. Phytopathology
90(1):228-235.
Mayasari WP. 2006. Ketahanan tujuh varietas melon terhadap Zucchini yellow
mosaic potyvirus [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

17
Nee M. 1990. The domestication of Cucurbita (Cucurbitaceae). Economic Botany.
44(3): 56-68.
Providenti R, Gonsalves D, Humaydan HS. 1984. Occurence of Zucchini yellow
mosaic virus in cucurbits from Connecticut, Florida, and California. Plant
Diseases 68(1):443-446.
Providenti R. 1996. Diseases Caused by Viruses. Di dalam: Zitter TA, Hopkins
DL, Thomas CE editor. Compendium of Cucurbit Diseases. New York
(US): APS Press.
Simmons HE, Holmes EC, Gildow FE, Bothe-Goralczyk MA, Stephenson AG.
2011. Experimental verification of seed transmission of Zucchini yellow
mosaic virus. Plant Diseases 95(1):751-754.
Sumarni, E. 2002. Kisaran Inang dan Uji Serologi Virus Penyebab Mosaik
Kuning pada Tanaman Kaboca [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Tobias I, Palkovics L. 2003. Characterization of Hungarian isolates of Zucchini
yellow mosaic virus (ZYMV, potyvirus) transmitted by seeds of Cucurbita
pepo var. styriaca. Pest Management Sciences 59(1):493-497.
Walkey DSA. 1991. Applied Plant Virology. Second Edition. London (GB):
Chapman and Hall.
Zitter TA, Hopkins DL, Thomas CE. 1998. Compendium of Cucurbits Diseases.
St. Paul (US): APS Press.

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak
Suprih Edhi dan Ibu Ernawati yang dilahirkan pada tanggal 23 Februari 1993 di
Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.
Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN Raja 1 Pangkalan
Bun (2004), sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1 Arut Selatan (2007),
dan sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Pangkalan Bun (2010), serta
diterima di Institut Pertanian Bogor pada Departemen Proteksi Tanaman pada
tanggal 28 Juni 2010 melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi pengurus pada divisi
Eksternal dan Informasi (Eksinfo) di Himpunan Mahasiswa Proteksi Tanaman
(HIMASITA) periode 2011-2012, aktif pada klub fotografi Proteksi Tanaman
Capung periode 2011-2013, dan mengikuti berbagai kegiatan kepanitiaan di
fakultas dan HIMASITA. Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum pada
matakuliah Dasar-dasar Proteksi Tanaman tahun (2013).