Cadangan Karbon Di Areal Kerja Pt Inhutani I Umh Meraang, Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2012.
CADANGAN KARBON DI AREAL KERJA PT INHUTANI I
UMH MERAANG, KABUPATEN BERAU, PROVINSI
KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2012
YUDHA BAYU JATI NUGROHO
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Cadangan Karbon di
Areal Kerja PT INHUTANI I UMH Meraang, Kabupaten Berau, Provinsi
Kalimantan Timur Tahun 2012 adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari skripsi saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2015
Yudha Bayu Jati Nugroho
NIM E14110116
ABSTRAK
YUDHA BAYU JATI NUGROHO. Cadangan Karbon di Areal Kerja PT
INHUTANI I UMH Meraang, Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur Tahun
2012. Dibimbing oleh PRIYANTO.
Biomassa hutan memiliki kandungan karbon yang cukup potensial. Hampir
50% dari biomassa vegetasi hutan tersusun atas unsur karbon. Unsur tersebut dapat
dilepas ke atmosfir dalam bentuk karbondioksida (CO2) apabila hutan dibakar,
sehingga jumlahnya bisa meningkat secara drastis di atmosfir dan menjadi masalah
lingkungan global. Penelitian ini dilakukan berdasarkan hasil kegiatan IHMB yang
dilakukan oleh IUPHHK-HA PT INHUTANI I UMH Meraang pada RKUPHHK
sepuluh tahunan periode tahun 2012-2021. Secara umum, kegiatan penelitian ini
terdiri dari pengumpulan data di lapangan, pengolahan data lapangan, dan analisis
data untuk menduga biomassa di atas permukaan tanah sampai dengan serapan CO2
oleh vegetasi.
Metode penelitian ini menggunakan pendekatan penghitungan volume
tegakan, biomassa, massa karbon dan serapan CO2 oleh vegetasi, serta dilakukan
pendugaan parameter populasi menggunakan metode simple random sampling dan
stratified sampling. Stratifikasi didasarkan pada jenis tutupan lahan, yaitu strata
hutan primer (luas 7 367 ha) dan strata hutan bekas tebangan (luas 50 646 ha).
Metode dengan stratifikasi memberikan hasil yang lebih akurat dibandingkan
dengan metode tanpa stratifikasi. Potensi tegakan yang digolongkan meliputi 3
strata tegakan yaitu tiang, pohon kecil, dan pohon besar yang memberikan hasil
dugaan total potensi volume sebesar 10 318 078 m3, biomassa sebesar 8 410 266
ton, massa karbon sebesar 3 952 825 ton, dan serapan CO2 oleh vegetasi sebesar 14
506 867 ton. Kesalahan penarikan contoh dengan metode terstratifikasi dalam
menduga potensi tersebut sebesar 7.22 % untuk tingkat tiang, 7.94 % untuk tingkat
pohon kecil, dan 5.96 % untuk tingkat pohon besar
Kata kunci: biomassa, karbon, teknik penarikan contoh, stratifikasi
ABSTRACT
YUDHA BAYU JATI NUGROHO. Carbon Stocks at PT INHUTANI I UMH
Meraang Berau Area, East Kalimantan Province in 2012. Supervised by
PRIYANTO.
Biomass forest contains enough carbon potential. Almost 50% of biomass
forest vegetation composed of elements of carbon. The element can be released into
the atmosphere in the form of carbon dioxide (CO2) if the forest burned, so that
could amount increased drastically in the atmosphere and become global
environmental issues. This research was conducted based on the activities IHMB
conducted by IUPHHK-HA/HPH PT INHUTANI I UMH Meraang on RKUPHHK
ten annual period in 2012- 2021. In general, research activities consists of data
collection in the field, data processing the field, and data analysis to suspect biomass
above ground level up and uptake of CO2 by vegetation.
This research method implemented by calculating the standing volume,
calculate the biomass, the mass of carbon and uptake of CO2 by vegetation, as well
done estimate population parameters using simple random sampling and stratified
sampling. Stratification based on the type of land cover, which is strata of primary
forest (wide 7 367 ha) and logged over area (wide 50 646 ha). The method with
stratification provide more accurate results compared to the method without
stratification. The potential stands classified include 3 strata stands the pole, small
tree, and large tree that gives the results of the alleged potential total volume of 10
318 078 m3, biomass for 8 410 266 tons, the mass of carbon for 3 952 825 tons, and
uptake of CO2 by vegetation of 14 506 867 tons. Sampling error with stratified
method in this potential of 7.22 % to the level of the pole, 7.94 % to the level of
small tree, and 5.96 % to the level of a large tree.
Keywords: biomass, carbon, sampling techniques, stratification
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
CADANGAN KARBON DI AREAL KERJA PT INHUTANI I
UMH MERAANG, KABUPATEN BERAU, PROVINSI
KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2012
YUDHA BAYU JATI NUGROHO
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
I
Judul Skripsi: Cadangan Karbon di Areal Kerja PT INHUTANI I UMH Meraang,
Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur
Nama
: Yudha Bayu Jati Nugroho
NIM
: El4110116
Pembimbing
fanggal Lulus:
) G SE? 20"15
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian ini adalah Cadangan Karbon di Areal Kerja PT INHUTANI I
UMH Meraang, Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2012.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan
kepada:
1. Ibu dan Bapak tercinta, Bapak Tugimin dan Ibu Supiati serta seluruh
keluarga yang telah mencurahkan cinta dan kasih sayangnya serta
senantiasa mengiringi langkah penulis dengan doa dan nasehat.
2. Kementerian Agama Republik Indonesia yang telah menjadi donatur dan
memberikan kesempatan bagi penulis untuk melanjutkan kuliah di Institut
Pertanian Bogor.
3. Bapak Priyanto, SHut, MSi selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu dengan tulus dan sabar ditengah-tengah kesibukan
untuk membantu, memberikan perhatian dan bimbingan serta arahan
dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak Ir Agus Priyono, MS dari Departemen Konservasi Sumberdaya
Hutan dan Ekowisata selaku dosen penguji sidang, dan Ibu Dra Sri
Rahaju, MSi dari Departemen Manajemen Hutan selaku ketua sidang.
5. Bapak/Ibu dosen yang pernah mendidik, mengajar, membimbing, dan
memberikan ilmu kepada penulis selama menjalani pendidikan di Institut
Pertanian Bogor.
6. Bapak Ir Joko Purwanto selaku pimpinan beserta seluruh staf IUPHHKHA PT INHUTANI I UMH Meraang, atas semua bantuan, informasi, dan
bimbingan yang diberikan kepada penulis.
7. Isni Kurniawati yang selalu memberi semangat dan dukungan kepada
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
8. Teman-teman Manajemen Hutan juga teman-teman yang bersama-sama
melaksanakan PKL di PT INHUTANI I UMH Meraang serta temanteman Fakultas Kehutanan telah sama-sama berjuang dan menuntut ilmu
9. Keluarga Besar CSS MoRA IPB terutama CSS MoRA 48, yang telah
berjuang bersama-sama penulis.
10. Keluarga Pondokan Qalbu (Sofyan, Anggi, Angga, Irsyad, Najib) atas
suka duka, dan kebersamaannya selama ini
Semoga skripsi ini bermanfaat dan terima kasih atas semua saran, dukungan
serta nasehat-nasehatnya.
Bogor, September 2015
Yudha Bayu Jati Nugroho
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
x
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
1
Manfaat Penelitian
1
Ruang Lingkup Penelitian
2
METODE
2
Lokasi Penelitian
2
Alat dan Bahan
3
Jenis dan Sumber Data
3
Prosedur Penelitian
3
Persiapan dan Pengumpulan Data
3
Pengolahan Data Contoh
4
Pendugaan Parameter Populasi
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
6
Pendugaan Volume Tegakan pada Populasi Tidak Terstratifikasi
6
Pendugaan Volume Tegakan Populasi Terstratifikasi
7
Potensi Biomassa, Massa Karbon, dan Serapan CO2
8
Perbandingan Hasil Pendugaan
SIMPULAN DAN SARAN
11
12
Simpulan
12
Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
13
RIWAYAT HIDUP
14
DAFTAR TABEL
1 Nilai dugaan volume tegakan tidak terstratifikasi pada berbagai tingkat
permudaan di areal kerja PT INHUTANI I UMH Meraang
2 Nilai dugaan potensi volume pada tingkat permudaan tiang, pohon
kecil, dan pohon besar populasi terstratifikasi di areal kerja PT
INHUTANI I UMH Meraang
3 Nilai dugaan volume tegakan terstratifikasi pada berbagai tingkat
permudaan di areal kerja PT INHUTANI I UMH Meraang
4 Potensi biomassa, massa karbon, dan serapan CO2 di areal kerja PT
INHUTANI I UMH Meraang
5 Rekapitulasi kesalahan penarikan contoh/sampling error pada
pendugaan populasi tidak terstratifikasi dan terstratifikasi di areal PT
INHUTANI I UMH Meraang
6 Efisiensi relatif pada pendugaan populasi terstratifikasi terhadap
populasi tidak terstratifikasi di areal PT INHUTANI I UMH Meraang
7
7
8
9
11
12
DAFTAR GAMBAR
1 Diagram alir penelitian
2 Perbandingan hasil pendugaan biomassa pada berbagai tingkat
permudaan di areal kerja PT INHUTANI I UMH Meraang
3 Perbandingan hasil pendugaan massa karbon pada berbagai tingkat
permudaan di areal kerja PT INHUTANI I UMH Meraang
4 Perbandingan hasil pendugaan serapan CO2 oleh vegetasi pada
berbagai tingkat permudaan di areal kerja PT INHUTANI I UMH
Meraang
4
9
10
11
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penelitian biomassa ini merupakan langkah awal dari penelitian produktivitas
hutan serta sangat penting dipelajari untuk mengetahui siklus hara dan aliran energi
dari suatu ekosistem hutan hujan tropika khususnya di Indonesia. Secara umum,
kajian biomassa dibagi menjadi dua bagian, yaitu biomassa di atas tanah (above
ground biomass) dan biomassa di bawah permukaan tanah (below ground biomass).
Biomassa hutan memiliki kandungan karbon yang cukup potensial. Hampir
50% dari biomassa vegetasi hutan tersusun atas unsur karbon. Unsur tersebut dapat
dilepas ke atmosfer dalam bentuk karbondioksida (CO2) apabila hutan dibakar,
sehingga jumlahnya bisa meningkat secara drastis di atmosfer dan menjadi masalah
lingkungan global. Oleh karena itu, pengukuran terhadap biomassa sangat
dibutuhkan untuk mengetahui berapa besar jumlah karbon yang tersimpan di dalam
hutan dan pengaruhnya terhadap siklus biogeokimia. Telah banyak usaha yang
dilakukan oleh para ahli untuk mengukur jumlah biomassa di hutan tropika dengan
cara membuat model-model yang dapat menduga kontribusi deforestasi hutan
tropika dan pembakaran biomassa terhadap peningkatan emisi gas CO2 di atmosfer.
Dalam rangka pelaksanaan kegiatan pengelolaan hutan alam diperlukan suatu
rencana pengelolaan yang baik, cermat dan terarah, agar tercapai hasil yang
maksimal dan menguntungkan baik secara ekonomi maupun ekologi. Sebagian
besar unsur hara di hutan tropika terikat di dalam biomassa tegakan, sehingga jika
dilakukan kegiatan pemanenan maka ekosistem akan banyak kehilangan unsur hara.
Oleh karena itu, besar biomassa yang keluar dari hutan harus diimbangi dengan
penambahan biomassa dalam hutan.
Dalam penelitian ini, pendugaan jumlah biomassa pohon bagian atas
permukaan tanah di hutan hujan tropika menggunakan persamaan yang ada.
Penggunaan metode ini diharapkan akan mempersingkat waktu pengambilan data,
mengurangi biaya, tidak membutuhkan banyak tenaga, dan mengurangi kerusakan
pohon.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini untuk menduga besarnya biomassa, massa karbon
dan serapan CO2 di atas permukaan tanah di areal kerja PT INHUTANI I Unit
Manajemen Hutan (UMH) Meraang, Kabupaten Berau. Pendugaan dilakukan
dengan populasi tidak terstratifikasi dan terstratifikasi menjadi ekosistem hutan
primer (virgin forest) dan hutan bekas tebangan (logged over area).
Manfaat Penelitian
Harapan dari dilakukannya penelitian ini agar dapat bermanfaat dalam
pengelolaan hutan hujan tropis secara berkelanjutan. Tercapainya kelestarian
berdasarkan tingkat produktivitas, besarnya biomassa dan parameter lain penentu
keseimbangan hara (siklus hara) di hutan hujan tropis areal kerja PT INHUTANI I
UMH Meraang.
2
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian yang dilakukan hanya sebatas menghitung jumlah dan nilai karbon
yang terkandung di atas permukaan tanah dalam bentuk wujud tegakan tiang, pohon
kecil, dan pohon besar. Data yang diambil berupa diameter pohon dan dihitung
volumenya menggunakan 2 model persamaan berdasarkan kelompok jenis meranti
dan rimba campuran. Penghitungan biomassa, massa karbon, dan serapan CO2
dilakukan dengan menggunakan persamaan Brown (1997), BSN (2011), dan
Mirbach (2000). Nilai biomassa dan karbon pada tingkatan semai, nekromassa,
tumbuhan bawah, serasah serta tanah, tidak diperhitungkan dalam penelitian ini.
METODE
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di hutan hujan tropika dataran rendah areal kerja PT
INHUTANI I UMH Meraang, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur yang
dilaksanakan pada bulan Februari-April 2015. Secara geografis, areal kerja PT
INHUTANI I UMH Meraang terletak pada koordinat 01°39 06 -02°01 10 LU dan
11°713 49 -11°37 33 BT. Adapun batas areal PT INHUTANI I UMH Meraang
adalah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara
: PT Tanjung Redeb Hutani
b. Sebelah Timur : PT Tanjung Redeb Hutani dan Hutan Lindung Gunung
Suwaran
c. Sebelah Selatan : Hutan Lindung Pegunungan Nyapa, PT Utama Damai
Indah Timber dan PT Segara Indochem
d. Sebelah Barat
: Areal Peruntukan Lain
Kawasan ini didominasi oleh jenis meranti, sedangkan jenis lainnya
merupakan kelompok rimba campuran, kayu indah, dan kayu dilindungi. Jenis-jenis
meranti yang mendominasi di antaranya meranti merah (Shorea leprosula), meranti
kuning (Shorea multiflora), meranti putih (Shorea bracteolata), keruing
(Dipterocarpus trinervis), kapur (Dryobalanops abnormis), bangkirai (Shorea
teysmani), nyatoh (Palaquium xanthochymum) serta kempas (Koompassia
malaccensis)
Secara umum areal kerja PT INHUTANI I UMH Meraang sebagian besar
datar dan landai dengan kelas lereng (0-15 %) serta ketinggian tempat antara 40450 mdpl. Di dareah yang bentuk wilayahnya datar dan landai dijumpai tanah
mineral yang digolongkan dalam asosiasi Tropudults dan Dystropepets dengan
didominasi batu pasir, konglomerat dan lanau, sedangkan dibagian daerah rendah
yang tergenang air, ditemukan tanah dengan campuran antara organosol/tanah
gambut dan lumpur.
Areal kerja PT INHUTANI I UMH Meraang, Kabupaten Berau termasuk
wilayah basah dengan curah hujan rata-rata pertahun sebesar 2 134.33 mm. Jumlah
curah hujan terbesar terjadi pada bulan Maret yaitu sebesar 255.33 mm dan
terrendah terjadi pada bulan Maret yaitu sebesar 101.33 mm (BPS Berau 2012).
3
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian berupa peta rencana IHMB
skala 1:100 000, peta areal kerja PT INHUTANI I UMH Meraang skala 1:100 000.
Peta rencana dan realisasi IHMB Tahun 2012 PT INHUTANI I UMH Meraang
skala 1:100 000. Adapun alat yang digunakan dalam pengolahan data berupa
seperangkat laptop dengan software ArcGIS v.9.3.1770 dan Software Ms.Excel
2013.
Jenis dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan dari penelitian ini berupa data sekunder. Data
tersebut diperoleh dari hasil kegiatan IHMB yang dilakukan oleh IUPHHK-HA PT
INHUTANI I UMH Meraang pada RKUPHHK sepuluh tahunan periode tahun
2012-2021.
Prosedur Penelitian
Berdasarkan peta rancangan sampling IHMB diketahui jumlah plot yang ada
di seluruh areal PT INHUTANI I UMH Meraang sebanyak 644 plot yang berisi
data tiang, pohon kecil, dan pohon besar. Penempatan plot contoh di lapangan
dilakukan secara systematic sampling with random start. Data yang dikumpulkan
berupa rekapitulasi data volume setiap tingkat permudaan pada setiap plot realisasi
kegiatan IHMB. Alur penelitian yang akan dilakukan dapat dilihat pada Gambar 1.
Persiapan dan Pengumpulan Data
Pada kegiatan IHMB, luas setiap strata didasarkan atas kelas tutupan lahan
hasil analisis citra. Pada strata hutan primer diperoleh luas 7 367 ha dengan jumlah
plot efektif sebanyak 90 plot, sedangkan hutan bekas tebangan diperoleh luas 50
646 ha dengan jumlah plot efektif sebanyak 554 plot, sehingga luas total diperoleh
58 013 ha dan jumlah plot efektif sebanyak 644 plot. Kriteria diameter yang diambil
pada penelitian ini berdasarkan Permenhut 33 tahun 2009 tentang Pedoman
Pelaksanaan IHMB, yaitu tiang dengan diameter 10 cm sampai kurang dari 20 cm,
pohon kecil dengan diameter 20 cm sampai kurang dari 35 cm dan pohon besar
dengan diameter lebih dari 35 cm
4
Gambar 1 Diagram alir penelitian
Pengolahan Data Contoh
1. Penghitungan biomassa
Menurut Brown (1997), penghitungan dalam pendugaan biomassa di
atas permukaan tanah (above ground biomass) didasarkan pada data volume
pohon menggunakan persamaan (1).
W = VtWdBEF .............................................................................. (1)
Keterangan :
W
= biomassa (kg)
Vt
= volume (m3)
Wd
= kerapatan kayu 0.57 ton/m3 (Brown 1997)
BEF
= biomass expansion factor 1.43 (Kuncahyo et al. 2012)
5
2.
3.
Pendugaan massa karbon
Dari keseluruhan karbon hutan, sekitar 50% di antaranya tersimpan
dalam vegetasi hutan (Sutaryo 2009). Menurut SNI 7724:2011 (BSN 2011),
untuk pendugaan massa karbon dalam hutan dapat dihitung dengan
persamaan (2).
C = 0.47W...................................................................................... (2)
Keterangan :
C
= massa karbon (ton)
W
= biomassa (ton)
0.47
= fraksi karbon
Pendugaan serapan karbon oleh vegetasi
Menurut Mirbach (2000), pendugaan serapan CO2 oleh vegetasi dapat
digunakan persamaan (3).
CO2 = 3.67C .................................................................................. (3)
Keterangan :
CO2
= serapan karbondioksida (ton)
C
= massa karbon (ton)
3.67
= fraksi CO2
Pendugaan Parameter Populasi
Pendugaan parameter populasi pada metode sampling menggunakan penduga
Simple Random Sampling (SRS) pada populasi tidak terstratifikasi dan
terstratifikasi.
1. Penduga SRS pada populasi tidak terstratifikasi
Penduga SRS pada populasi tidak terstratifikasi menggunakan
persamaan untuk menghitung nilai tengah dan ragam nilai tengah seperti
terlihat pada persamaan (4) sampai dengan (9).
Nilai tengah/rata-rata (ȳ):
ȳ=( ∑ni=1 yi )/n .................................................................................. (4)
Ragam rata-rata (S2ȳ )
S2y
2
∑n y2 -( ∑n y ) /n
n
S2ȳ =
1;S2y = i=1 i i=1 i ................................................. (5)
n
N
n-1
Total populasi (Ŷ)
Ŷ=N ȳ ............................................................................................ (6)
Ragam total populasi (S2Ŷ
S2y
n
S2Ŷ =N2 S2ȳ ;S2ȳ =
1- .................................................................. (7)
n
N
Selang kepercayaan (1 – α) × 100% bagi total populasi:
Y= Ŷ ± tα⁄2 n-1 SŶ .................................................................. (8)
Kesalahan dalam penarikan contoh (SE)
2.
tα⁄
2 n-1 SŶ
Ŷ
× 100% .......................................................... (9)
SE % =
Penduga SRS pada populasi terstratifikasi
Pendugaan setiap stratum untuk mendapatkan rata-rata pada setiap
stratum, dapat digunakan persamaan (4) sampai (9). Pendugaan populasi
seluruh stratum dapat digunakan persamaan (10) sampai (13).
6
Rata-rata potensi pada populasi
N
ȳst = ∑Lh=1 h ȳh ............................................................................... (10)
N
Ragam rata-rata pada populasi
N
S2ȳst = ∑Lh=1 ( h )2 S2ȳh ....................................................................... (11)
N
Taksiran selang bagi rata–rata potensi pada populasi
ȳst ± (t(α⁄2 .
2
n-L) √Sȳst ) .................................................................... (12)
Kesalahan dalam penarikan contoh
SE=
t(α⁄2 . n-L) √S2ȳst
ȳst
× 100% .............................................................. (13)
Keterangan:
yh,i
= nilai potensi pada stratum ke-h dan plot contoh ke-i
S2yh
= ragam contoh pada stratum ke-h
nh
= ukuran contoh pada stratum ke-h
Nh
= ukuran stratum ke-h
N
= ukuran populasi
L
= jumlah stratum
3. Efisiensi Relatif (ER)
Penghitungan ER dilakukan untuk menentukan efisiensi berbagai unit
contoh. Menurut Siahaan et al. (2012) dapat digunakan persamaan (14).
ERb-a =
SE2a .Wkta
SE2b .Wktb
×100 % .................................................................. (14)
Keterangan:
ERb-a
= efisiensi metode b terhadap metode a
2
SEa
= kesalahan sampling metode a
2
SEb
= kesalahan sampling metode b
Wkta
= waktu kerja rata-rata metode a
Wktb
= waktu kerja rata-rata metode b
Bila ERb-a > 100%, maka metode b lebih efisien dibandingkan metode a.
Bila ERb-a < 100%, maka metode a lebih efisien dibandingkan metode b.
Bila ERb-a = 100%, maka kedua metode tersebut sama ketelitiannya.
Pada penelitian ini, efisiensi yang dimaksud yaitu perbandingan antara
metode tidak terstratifikasi terhadap metode terstratifikasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pendugaan Volume Tegakan pada Populasi Tidak Terstratifikasi
Hasil pendugaan volume tegakan berdasarkan tingkat permudaannya dapat
dilihat pada Tabel 1.
7
Tabel 1 Nilai dugaan volume tegakan tidak terstratifikasi pada berbagai tingkat
permudaan di areal kerja PT INHUTANI I UMH Meraang
Statistik
Tiang
Penduga rata-rata
a. Batas atas (m3/ha)
b. Batas bawah (m3/ha)
c. Rata-rata (m3/ha)
Kerapatan (ind/ha)
Sampling error (%)
Koefisien variasi (%)
Tingkat permudaan
Pohon kecil
Pohon besar
30.88
26.71
28.80
215.99
7.25
92.07
22.67
19.34
21.01
47.90
7.94
100.94
Total
135.68
120.42
128.05
47.60
5.96
75.73
187.58
168.14
177.86
311.50
5.46
69.44
Potensi rata-rata volume pada tingkat permudaan pohon besar di areal PT
INHUTANI I UMH Meraang mempunyai nilai yang tertinggi dibandingkan dengan
permudaan lainnya. Potensi rata-rata volume dapat mempengaruhi besarnya massa
karbon (Yuniawati dan Suhartana 2014). Pada seluruh tingkat permudaan, nilai
sampling error yang diperoleh cukup kecil. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan
hasil IHMB yang dilakukan cukup representatif menerangkan keadaan potensi yang
sebenarnya di areal kerja PT INHUTANI I UMH Meraang.
Pendugaan Volume Tegakan Populasi Terstratifikasi
Hasil pendugaan volume tegakan berdasarkan tingkat permudaan tiang,
pohon kecil, dan pohon besar pada populasi terstratifikasi atas LOA dan VF dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Nilai dugaan potensi volume pada tingkat permudaan tiang, pohon kecil,
dan pohon besar populasi terstratifikasi di areal kerja PT INHUTANI I
UMH Meraang
Statistik
Penduga rata-rata
a.Batas atas (m3/ha)
b.Batas bawah (m3/ha)
c. Rata-rata (m3/ha)
Penduga total
a. Batas atas (m3)
b. Batas bawah (m3)
c. Rata-rata (m3)
LOA
Tiang
VF
LOA
Pohon kecil
VF
LOA
Pohon besar
VF
30.08
25.73
27.90
41.59
28.30
34.95
23.16
19.55
21.36
22.95
14.22
18.59
134.37
117.96
126.17
161.61
120.44
141.03
1 854 549
971 979
1 413 264
453 314
61 611
257 463
1 466 757
716 556
1 081 657
265 621
8 235
136 928
8 052 517
4 727 095
6 389 806
1 645 585
432 337
1 038 961
Hasil pendugaan rata-rata potensi tegakan menunjukkan bahwa dominasi
tertinggi ditunjukkan pada kondisi tegakan VF, pada tingkat permudaan tiang, dan
pohon besar. Hal ini terjadi karena kerapatan tegakan pada kondisi hutan VF masih
cukup besar, akibat belum adanya kegiatan produksi di area tersebut. Namun, hal
berbeda ditunjukkan pada tingkat permudaan pohon kecil yang mempunyai
penduga rata-rata pada kondisi tegakan VF lebih kecil dibandingkan kondisi
tegakan LOA. Hal ini terjadi karena potensi tegakan pohon kecil masih cukup besar
di seluruh areal PT INHUTANI I UMH Meraang. Kondisi hutan semacam ini akan
menjamin kelestarian hutan di masa yang akan datang karena individu permudaan
jauh lebih banyak daripada individu pohon dewasa. Stok permudaan tersebut sangat
8
penting untuk memelihara kemampuan regenerasi hutan bagi terbentuknya hutan
klimaks (Kusmana et al. 2005). Nilai dugaan potensi volume pada seluruh areal
kerja PT INHUTANI I UMH Meraang menggunakan metode terstratifikasi pada
tiap tingkat permudaan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Nilai dugaan volume tegakan terstratifikasi pada berbagai tingkat
permudaan di areal kerja PT INHUTANI I UMH Meraang
Tingkat permudaan
Statistik
Tiang
Penduga rata-rata
a. Batas atas (m3/ha)
b. Batas bawah (m3/ha)
c. Rata-rata (m3/ha)
Kerapatan (ind/ha)
Sampling error (%)
Koefisien variasi (%)
30.88
26.72
28.80
215.99
7.22
137.78
Pohon kecil
22.67
19.34
21.06
47.90
7.94
138.70
Pohon besar
135.68
120.43
128.05
47.60
5.96
105.30
Total
187.57
168.14
177.86
311.50
5.46
96.53
Potensi rata-rata volume pada tingkat permudaan pohon besar mempunyai
nilai yang terbesar, berbanding lurus dengan potensi volume yang juga
menunjukkan hasil terbesar. Potensi volume per hektar yang ada di areal kerja PT
INHUTANI I UMH Meraang ini lebih kecil dibandingkan dengan penelitian Efendi
dan Saridan (2008), yang melakukan penelitian potensi dan jenis jenis pohon
Dipterocarpaceae di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Hutan
Penelitian Sangai Kalimantan Tengah. Hasil volume yang diperoleh sebesar 222.16
m3/ha. Hal ini disebabkan pada penelitian ini juga memperhitungkan tingkat
permudaan yang lain seperti pohon kecil dan tiang. Hasil yang lebih kecil ini
menunjukkan areal kerja PT INHUTANI I UMH Meraang merupakan areal hutan
produksi yang dipanen hasilnya secara berkala. Hal ini berbanding lurus pada nilai
kerapatan individu yang diperoleh pada setiap tingkat permudaan, menunjukkan
hasil yang lebih kecil pula dibandingkan penelitian tersebut sebesar 96 ind/ha.
Kerapatan tegakan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya
biomassa (Rosalina dan Tresnawan 2002).
Hasil potensi yang sama juga ditunjukkan pada metode tidak terstratifikasi.
Namun, perbedaan terlihat pada sampling error yang diperoleh. Pada metode
terstratifikasi, sampling error pada tingkat permudaan tiang cenderung lebih kecil
dibandingkan metode tidak terstratifikasi, sedangkan pada tingkat permudaan
pohon kecil, dan pohon besar memiliki nilai sampling error yang serupa antara dua
metode yang digunakan. Hal ini dapat membuktikan bahwa dengan metode
terstratifikasi mendapatkan hasil yang lebih akurat dibandingkan metode tidak
terstratifikasi dan nilai sampling error yang serupa menunjukkan kedua metode
yang digunakan memiliki keakuratan yang sama. Semakin besar nilai kesalahan
samplingnya maka semakin kurang akurat teknik sampling tersebut (Sumanto
2005).
Potensi Biomassa, Massa Karbon, dan Serapan CO2
Besaran nilai biomassa, massa karbon, dan serapan CO2 yang terdapat di
seluruh areal PT INHUTANI I UMH Meraang dapat dilihat pada Tabel 4.
9
Tabel 4 Potensi biomassa, massa karbon, dan serapan CO2 di areal kerja PT
INHUTANI I UMH Meraang
Tingkat
permudaan
Tiang
Pohon kecil
Pohon besar
Total
Biomassa (ton)
Massa karbon (ton)
1 361 809
993 268
6 055 188
8 410 266
640 050
466 836
2 845 938
3 952 825
Serapan CO2 oleh
Proporsi (%)
vegetasi (ton)
2 348 985
16.19
1 713 289
11.81
10 444 594
72.00
14 506 867
100
Berdasarkan Tabel 4, proporsi biomassa, massa karbon, dan serapan CO2
tertinggi terdapat pada tingkat permudaan pohon besar dan proporsi biomassa,
massa karbon, dan serapan CO2 terendah terdapat pada tingkat permudaan pohon
kecil. Semakin tinggi kelas diameter tegakan, semakin tinggi pula biomassa, massa
karbon, dan kemampuan menyerap CO2 pohon tersebut. Hal yang sama juga
dikemukakan oleh Rahayu et al. (2007) dalam Wahyuni et al. (2013), yang
melakukan penelitian penelitian tentang pendugaan cadangan karbon di atas
pemukaan tanah pada berbagai sistem penggunaan lahan di Kabupaten Nunukan
Provinsi Kalimantan Timur. Berdasarkan penelitian tersebut diketahui bahwa
keberadaan pohon yang berdiameter > 30 cm pada suatu sistem penggunaan lahan
memberikan sumbangan yang cukup berarti terhadap total massa karbon. Hal ini
menunjukkan massa karbon lebih banyak terkandung pada kayu berdiameter besar
daripada kayu berdiameter kecil. Tingkat permudaan pohon kecil memiliki proporsi
terrendah karena biomassa yang diperoleh juga menunjukkan hasil yang terkecil,
sehingga proporsinya tidak lebih besar dibandingkan tingkat permudaan lainnya.
Penghitungan pendugaan menjelaskan hasil yang serupa antara metode tidak
terstratifikasi dan terstratifikasi. Perbandingan jumlah kerapatan biomassa pohon
(ton/ha) virgin forest dan logged over area (tahun 2012) dapat dilihat pada Gambar
2.
200,00
144,97
ton/ha
150,00
104,38
100,00
50,00
23,47
17,12
0,00
Tiang
Pohon Kecil Pohon Besar
Tingkat Permudaan
Total
Gambar 2 Perbandingan hasil pendugaan biomassa pada berbagai tingkat
permudaan di areal kerja PT INHUTANI I UMH Meraang
Biomassa pohon dari tegakan pohon besar, lebih tinggi dibandingkan dengan
biomassa pohon kecil dan tiang. Hal ini disebabkan pada pohon yang besar sudah
lebih banyak terbentuk kayu gubal dibandingkan kayu dari tiang dan pohon kecil.
Nilai biomassa yang tinggi pada pohon besar menunjukkan nilai biomassa lebih
banyak dipengaruhi oleh bagian batang pohon. Hal ini sejalan dengan pernyataan
Istomo et al. (2010), biomassa terbesar terkandung pada bagian batang, karena hasil
10
produksi pohon yang diperoleh dari hasil fotosintesis pada umumnya disimpan pada
batang. Secara umum, batang mempunyai zat penyusun kayu yang lebih banyak
dibandingkan dengan bagian pohon lainnya. Perbandingan pendugaan kerapatan
massa karbon (ton/ha) disajikan dalam Gambar 3.
80,00
68,14
ton/ha
60,00
49,06
40,00
20,00
11,03
8,05
0,00
Tiang
Pohon Kecil Pohon Besar
Tingkat Permudaan
Total
Gambar 3 Perbandingan hasil pendugaan massa karbon pada berbagai tingkat
permudaan di areal kerja PT INHUTANI I UMH Meraang
Potensi massa karbon pada tingkat permudaan pohon besar lebih tinggi
daripada tingkat permudaan yang lain. Tingginya massa karbon pada tegakan hutan
meningkat pada setiap peningkatan diameter tanaman, karena dengan
meningkatnya diameter maka pohon atau tanaman menjadi lebih besar dalam
menyerap hasil dari proses fotosintesis. Massa karbon yang tinggi juga disebabkan
biomassa yang tinggi, semakin tinggi biomassa, semakin tinggi pula massa
karbonnya. Hal ini disebabkan oleh bahan organik mengandung karbon sebesar
47 % dari total biomassanya (BSN 2011). Nilai massa karbon pohon yang diperoleh
di areal kerja PT INHUTANI I UMH Meraang sebesar 68.14 ton karbon per hektar
(tC/ha), masuk dalam kategori antara Belukar Tua (BT) dan Hutan Kerapatan
Rendah (HK 1), berdasarkan laporan yang disusun oleh Golden Agri-Resources dan
SMART (2012), Belukar Tua (BT) merupakan pohon-pohon muda yang sedang
tumbuh kembali menjadi hutan, namun sesekali masih ditemui sisa hutan yang lebih
tua (semacam hutan transisi) dan memiliki rata-rata 60 tC/ha, sedangkan Hutan
Kerapatan Rendah (HK 1) merupakan sisa hutan alam dengan kondisi yang sangat
terganggu dan sedang dalam pemulihan serta memiliki rata-rata 107 tC/ha. Hasil
pendugaan massa karbon di areal kerja PT INHUTANI I UMH Meraang yang
merupakan tipe hutan alam, memiliki hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan
tipe hutan tanaman akasia (Acacia mangium) di Kabupaten Banyuasin, Provinsi
Sumatera Selatan sebesar 62.08 tC/ha. Hasil ini juga lebih tinggi bila dibandingkan
dengan hutan tanaman jati (Tectona grandis) di Magetan, Provinsi Jawa Timur
sebesar 50.11 tC/ha (Rochmayanto et al. 2014). Hal ini menunjukkan, pada tipe
hutan alam memiliki massa karbon lebih tinggi dibandingkan dengan hutan
tanaman, namun hal ini juga dapat dipengaruhi jenis tanaman, jarak penanaman dan
perawatannya. Perbandingan pendugaan kerapatan jumlah serapan CO2 oleh
vegetasi (ton/ha) disajikan dalam Gambar 4.
ton/ha
11
300,00
250,00
200,00
150,00
100,00
50,00
0,00
250,06
180,04
40,49
Tiang
29,53
Pohon Kecil Pohon Besar
Tingkat Permudaan
Total
Gambar 4 Perbandingan hasil pendugaan serapan CO2 oleh vegetasi pada berbagai
tingkat permudaan di areal kerja PT INHUTANI I UMH Meraang
Potensi serapan CO2 pada tingkat permudaan pohon besar lebih tinggi
daripada tingkat permudaan yang lain. Serapan CO2 dapat dilihat dari biomassa
tegakan yang ada. Besarnya nilai biomassa dan massa karbon dapat menjadi
indikator besarnya serapan CO2 oleh vegetasi. Oleh karena itu, peningkatan
terhadap biomassa akan berpengaruh terhadap massa karbon dan serapan CO2.
Tingkat permudaan pohon besar juga mempunyai tajuk dan kanopi yang lebih besar,
sehingga dapat menyerap CO2 lebih banyak dari udara. Tingginya nilai serapan CO2
oleh pohon besar ini sejalan dengan pernyataan Mantung et al. (2014), serapan CO2
dipengaruhi oleh kanopi atau tutupan tajuk yang besar, sehingga dengan jumlah
daun yang banyak mampu menyerap karbon yang banyak pula.
Perbandingan Hasil Pendugaan
Perbandingan hasil pendugaan biomassa, massa karbon, dan serapan CO2
pada populasi tidak terstratifikasi dan terstratifikasi didasarkan atas tingkat
ketelitian setiap metode pendugaan dinyatakan oleh nilai sampling error seperti
terlihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Rekapitulasi kesalahan penarikan contoh/sampling error pada pendugaan
populasi tidak terstratifikasi dan terstratifikasi di areal PT INHUTANI I
UMH Meraang
Metode
Tidak terstratifikasi
Terstratifikasi
Tiang
7.25
7.22
Sampling error (%) pada tiap tingkat permudaan
Pohon kecil
Pohon besar
Total
7.94
5.96
5.46
7.94
5.96
5.46
Hasil pendugaan menggunakan metode terstratifikasi memiliki nilai sampling
error lebih kecil dibandingkan dengan metode tidak terstratifikasi sehingga
dikatakan bahwa metode terstratifikasi memiliki keakuratan lebih tinggi. Hal ini
sejalan dengan pernyataan Sukardi (2012), teknik sampling terstratifikasi paling
tepat dan mempunyai akurasi yang tinggi, ketika kondisi populasi memiliki lapisan
yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Efisiensi relatif ditentukan berdasarkan perbandingan nilai sampling error
dan waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pengukuran dari kedua
12
metode yang dibandingkan. Penelitian ini menggunakan asumsi waktu kerja ratarata yang digunakan adalah sama. Nilai efisiensi relatif ditunjukkan pada Tabel 6.
Tabel 6 Efisiensi relatif pada pendugaan populasi terstratifikasi terhadap populasi
tidak terstratifikasi di areal PT INHUTANI I UMH Meraang
Metode
Efisiensi Relatif (%) pada tiap tingkat permudaan
Tiang
Pohon kecil
Pohon besar
Total
Terstratifikasi (b)-Tidak
terstratifikasi (a)
100.83
100
100
100
Hasil penghitungan nilai efisiensi relatif pada setiap tingkat permudaan,
menunjukkan metode terstratifikasi lebih baik dibandingkan dengan metode tidak
terstratifikasi. Analisis data pada metode pendugaan tidak terstratifikasi
memberikan tingkat akurasi yang lebih rendah dibandingkan dengan metode
terstratifikasi, namun tetap menghasilkan hasil pendugaan yang sama.
Penghitungan menggunakan metode tidak terstratifikasi sudah cukup tepat dan
menghemat waktu dibandingkan dengan menggunakan metode terstratifikasi.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Hasil pendugaan potensi biomassa, massa karbon, dan serapan CO2 oleh
vegetasi tegakan di areal PT INHUTANI I UMH Meraang berturut-turut sebesar, 8
410 266 ton, 3 952 825 ton, dan 14 506 867 ton pada seluruh areal PT INHUTANI
I UMH Meraang pada tahun 2012.
Penghitungan terhadap potensi volume, biomassa, massa karbon, dan serapan
CO2 dengan menggunakan metode tidak terstratifikasi maupun menggunakan
metode terstratifikasi menghasilkan hasil yang sama. Kesalahan penarikan contoh
dengan metode tidak terstratifikasi yang diperoleh pada tingkat permudaan tiang,
pohon kecil, dan pohon besar yaitu 7.25 %, 7.94 %, dan 5.96 %. Kesalahan
penarikan contoh dengan metode terstratifikasi yang diperoleh pada tingkat
permudaan tiang, pohon kecil, dan pohon besar yaitu 7.22 %, 7.94 %, dan 5.96 %.
Biomassa, massa karbon, dan serapan CO2 oleh vegetasi dalam berbagai
tingkat permudaan berbeda satu sama lainnya. Semakin bertambah kelas diameter
suatu tegakan, semakin besar pula potensi biomassa, massa karbon dan serapan CO2
oleh vegetasi tegakan tersebut.
Saran
Analisis yang lebih rinci diperlukan dengan menggunakan persamaan
pendugaan berdasarkan jenis atau kelompok jenis agar hasil dugaan yang diperoleh
lebih mendekati nilai yang sebenarnya, berdasarkan arsitektur dan morfologi serta
parameter pohon yang diukur di lapangan. Perlu dilakukan pula penghitungan
pendugaan biomassa pada tumbuhan bawah, serasah, dan nekromassa. Teknik
stratifikasi menggunakan analisis citra juga diperlukan untuk memperoleh hasil
13
yang lebih akurat. Selain itu, perlu peninjauan ulang terhadap penggolongan
stratifikasi yang dilakukan, seperti topografi, kelerengan, dan kondisi geologi.
DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Berau. 2012. Kabupaten Berau Dalam
Angka. Berau (ID): BPS.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2011. Pengukuran dan Penghitungan
Cadangan Karbon-Pengukuran Lapangan untuk Penaksiran Cadangan Karbon
Hutan (Ground Based Forest Carbon Accounting). Jakarta (ID): BSN.
[PERMENHUT] Menteri Kehutanan. 2009. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor
33 Tahun 2009 tentang Pedoman Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala
(IHMB) pada Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Produksi.
Jakarta (ID): Kementerian Kehutanan RI
Brown S. 1997. Estimating Biomass and Biomass Change of Tropical Forest. Rome
(IT): FAO Forestry Paper.
Efendi R, Saridan A. 2008. Potensi dan jenis-jenis pohon Dipterocarpaceae di
Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Hutan Penelitian Sangai.
Info Teknis Dipterokarpa. 2(1):49-57
Golden Agri-Resources, SMART. 2012. Laporan Penelitian Hutan Ber-stok
Karbon Tinggi, Pendefinisian dan Identifikasi Wilayah Hutan Ber-stok Karbon
Tinggi untuk Kemungkinan Konservasi. PT SMART Tbk
Istomo, Saharjo BH, Solichin, Widyasari NAE. 2010. Pendugaan biomassa dan
potensi karbon terikat di atas permukaan tanah pada hutan rawa gambut bekas
terbakar di Sumatera Selatan. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. 15(1):41-49.
Kuncahyo B, Saleh MB, Qirom MA. 2012. Evaluasi penggunaan beberapa metode
penduga biomassa pada jenis Acacia mangium Wild. Jurnal Penelitian Hutan
dan Konservasi Alam. 9(3):251-263.
Kusmana C, Darusman D, Syaukani HR, Alikodra HS, Mudikdjo K. 2005.
Komposisi jenis dan struktur hutan di Taman Hutan Raya Bukit Soeharto,
Kalimantan Timur. J Man Hut Trop. 11(1):57-66.
Mantung L, Muin M, Suhasman. 2014. Potensi karbon tersimpan dan penyerapan
karbondioksida hutan Pinus merkussii di HPT Batualu. Makassar (ID): Fakultas
Kehutanan Universitas Hasanudin.
Mirbach VM. 2000. Carbon Budget Accounting at the Forest Management Unit
Level: an Overview of Issues and Method. Canada (CA): Canadian Forest
Service.
Rahayu SB, Lusiana, Noordwijk MV. 2007. Pendugaan Cadangan Karbon di Atas
Permukaan Tanah pada Berbagai Sistem Penggunaan Lahan di Kabupaten
Nunukan Kalimantan Timur. Bogor (ID): World Agroforestry Centre.
Rochmayanto Y, Wibowo A, Lugina M, Butarbutar T, Mulyadin RM, Wicaksono
D. 2014. Cadangan Karbon pada Berbagai Tipe Hutan dan Jenis Tanaman di
Indonesia (Seri 2). Yogyakarta (ID): Penerbit PT Kanisius.
Rosalina U, Tresnawan H. 2002. Pendugaan biomassa di atas tanah di ekosistem
hutan primer dan hutan bekas tebangan (studi kasus Hutan Dusun Aro, Jambi).
J Man Hut Trop. 8(1):15-29.
14
Siahaan OP, Latifah S, Afifudin Y. 2012. Perbandingan unit contoh lingkaran dan
tree sampling dalam menduga potensi tegakan hutan tanaman rakyat pinus (studi
kasus Desa Pondok Buluh, Kecamatan Dolok Panribuan, Kabupaten
Simalungun). Jurnal Universitas Sumatera Utara. 1(1):1-6.
Sukardi. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya.
Jakarta (ID): PT Bumi Aksara.
Sumanto D. 2005. Presisi dan akurasi hasil penelitian kuantitatif berdasarkan
pengambilan sampel secara acak. Jurnal Litbang Universitas Muhammadiyah
Semarang. 2(2):45-53.
Sutaryo D. 2009. Penghitungan Biomassa: Sebuah Pengantar untuk Studi Karbon
dan Perdagangan Karbon. Bogor (ID): Wetlands International Indonesia
Programme.
Wahyuni S, Chairul, Arbain A. 2013. Estimasi cadangan karbon di atas permukaan
tanah dan keanekaragaman jenis tumbuhan di Hutan Bukit Tangah pulau area
produksi PT Kencana Sawit Indonesia Solok Selatan. Jurnal Biologika. 2(1):1826.
Yuniawati, Suhartana S. 2014. Potensi karbon pada limbah pemanenan kayu Acacia
crassicarpa. Jurnal Ilmu Lingkungan. 12(1):21-31.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 21 Januari 1993 di Kabupaten Paser,
Kalimantan Timur. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara pasangan
Bapak Tugimin dan Ibu Supiati. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di MI
Nurul Huda Desa Samuntai, Kabupaten Paser lulus pada tahun 2005, pendidikan
menengah pertama di SMP Muhammadiyah 3 Pondok Pesantren Terpadu AlMujahidin Balikpapan lulus pada tahun 2008, dan pendidikan menengah atas di
SMA Muhammadiyah 2 Pondok Pesantren Terpadu Al-Mujahidin Balikpapan lulus
pada tahun 2011. Pada tahun yang sama, penulis diterima di IPB melalui jalur
Beasiswa Utusan Daerah (BUD) dari Kementerian Agama di Departemen
Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan.
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Ilmu
Ukur Tanah dan Pemetaan Wilayah (IUTPW) pada tahun ajaran 2014-2015. Penulis
juga aktif dalam berbagai organisasi intra kampus seperti Dewan Perwakilan
Mahasiswa (DPM) Fakultas Kehutanan sebagai staf komisi1 periode 2012-2013,
serta menjadi staf Divisi Informasi dan Komunikasi di FMSC (Forest Management
Student Club) periode 2013-2014. Selain itu penulis juga tergabung dalam
organisasi CSS MoRA (Community of Santri Scholar of Ministry of Religious
Affairs) yang merupakan organisasi penerima beasiswa dari Kementerian Agama.
Penulis juga aktif berpartisipasi dalam berbagai kepanitiaan kegiatan
kemahasiswaan di IPB. Prestasi yang didapatkan penulis selama di IPB di antaranya
berupa PKM didanai DIKTI dengan judul Keramba Pemecah Arus Sungai Ciapus
Pengembangan Masyarakat di Bantaran Sungai, Babakan Lebak, Kelurahan
Balumbang Jaya.
Penulis melakukan kegiatan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di
Sancang Timur dan Gunung Papandayan, Jawa Barat pada tahun 2013, Praktik
15
Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi, Pabrik
Pengolahan Gondorukem dan Terpentin, Bandung dan KPH Cianjur Jawa Barat
pada tahun 2014, dan Praktik Kerja lapang (PKL) di IUPHHK-HA PT INHUTANI
I UMH Meraang, Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur pada tahun 2015.
UMH MERAANG, KABUPATEN BERAU, PROVINSI
KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2012
YUDHA BAYU JATI NUGROHO
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Cadangan Karbon di
Areal Kerja PT INHUTANI I UMH Meraang, Kabupaten Berau, Provinsi
Kalimantan Timur Tahun 2012 adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari skripsi saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2015
Yudha Bayu Jati Nugroho
NIM E14110116
ABSTRAK
YUDHA BAYU JATI NUGROHO. Cadangan Karbon di Areal Kerja PT
INHUTANI I UMH Meraang, Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur Tahun
2012. Dibimbing oleh PRIYANTO.
Biomassa hutan memiliki kandungan karbon yang cukup potensial. Hampir
50% dari biomassa vegetasi hutan tersusun atas unsur karbon. Unsur tersebut dapat
dilepas ke atmosfir dalam bentuk karbondioksida (CO2) apabila hutan dibakar,
sehingga jumlahnya bisa meningkat secara drastis di atmosfir dan menjadi masalah
lingkungan global. Penelitian ini dilakukan berdasarkan hasil kegiatan IHMB yang
dilakukan oleh IUPHHK-HA PT INHUTANI I UMH Meraang pada RKUPHHK
sepuluh tahunan periode tahun 2012-2021. Secara umum, kegiatan penelitian ini
terdiri dari pengumpulan data di lapangan, pengolahan data lapangan, dan analisis
data untuk menduga biomassa di atas permukaan tanah sampai dengan serapan CO2
oleh vegetasi.
Metode penelitian ini menggunakan pendekatan penghitungan volume
tegakan, biomassa, massa karbon dan serapan CO2 oleh vegetasi, serta dilakukan
pendugaan parameter populasi menggunakan metode simple random sampling dan
stratified sampling. Stratifikasi didasarkan pada jenis tutupan lahan, yaitu strata
hutan primer (luas 7 367 ha) dan strata hutan bekas tebangan (luas 50 646 ha).
Metode dengan stratifikasi memberikan hasil yang lebih akurat dibandingkan
dengan metode tanpa stratifikasi. Potensi tegakan yang digolongkan meliputi 3
strata tegakan yaitu tiang, pohon kecil, dan pohon besar yang memberikan hasil
dugaan total potensi volume sebesar 10 318 078 m3, biomassa sebesar 8 410 266
ton, massa karbon sebesar 3 952 825 ton, dan serapan CO2 oleh vegetasi sebesar 14
506 867 ton. Kesalahan penarikan contoh dengan metode terstratifikasi dalam
menduga potensi tersebut sebesar 7.22 % untuk tingkat tiang, 7.94 % untuk tingkat
pohon kecil, dan 5.96 % untuk tingkat pohon besar
Kata kunci: biomassa, karbon, teknik penarikan contoh, stratifikasi
ABSTRACT
YUDHA BAYU JATI NUGROHO. Carbon Stocks at PT INHUTANI I UMH
Meraang Berau Area, East Kalimantan Province in 2012. Supervised by
PRIYANTO.
Biomass forest contains enough carbon potential. Almost 50% of biomass
forest vegetation composed of elements of carbon. The element can be released into
the atmosphere in the form of carbon dioxide (CO2) if the forest burned, so that
could amount increased drastically in the atmosphere and become global
environmental issues. This research was conducted based on the activities IHMB
conducted by IUPHHK-HA/HPH PT INHUTANI I UMH Meraang on RKUPHHK
ten annual period in 2012- 2021. In general, research activities consists of data
collection in the field, data processing the field, and data analysis to suspect biomass
above ground level up and uptake of CO2 by vegetation.
This research method implemented by calculating the standing volume,
calculate the biomass, the mass of carbon and uptake of CO2 by vegetation, as well
done estimate population parameters using simple random sampling and stratified
sampling. Stratification based on the type of land cover, which is strata of primary
forest (wide 7 367 ha) and logged over area (wide 50 646 ha). The method with
stratification provide more accurate results compared to the method without
stratification. The potential stands classified include 3 strata stands the pole, small
tree, and large tree that gives the results of the alleged potential total volume of 10
318 078 m3, biomass for 8 410 266 tons, the mass of carbon for 3 952 825 tons, and
uptake of CO2 by vegetation of 14 506 867 tons. Sampling error with stratified
method in this potential of 7.22 % to the level of the pole, 7.94 % to the level of
small tree, and 5.96 % to the level of a large tree.
Keywords: biomass, carbon, sampling techniques, stratification
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
CADANGAN KARBON DI AREAL KERJA PT INHUTANI I
UMH MERAANG, KABUPATEN BERAU, PROVINSI
KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2012
YUDHA BAYU JATI NUGROHO
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
I
Judul Skripsi: Cadangan Karbon di Areal Kerja PT INHUTANI I UMH Meraang,
Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur
Nama
: Yudha Bayu Jati Nugroho
NIM
: El4110116
Pembimbing
fanggal Lulus:
) G SE? 20"15
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian ini adalah Cadangan Karbon di Areal Kerja PT INHUTANI I
UMH Meraang, Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2012.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan
kepada:
1. Ibu dan Bapak tercinta, Bapak Tugimin dan Ibu Supiati serta seluruh
keluarga yang telah mencurahkan cinta dan kasih sayangnya serta
senantiasa mengiringi langkah penulis dengan doa dan nasehat.
2. Kementerian Agama Republik Indonesia yang telah menjadi donatur dan
memberikan kesempatan bagi penulis untuk melanjutkan kuliah di Institut
Pertanian Bogor.
3. Bapak Priyanto, SHut, MSi selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu dengan tulus dan sabar ditengah-tengah kesibukan
untuk membantu, memberikan perhatian dan bimbingan serta arahan
dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak Ir Agus Priyono, MS dari Departemen Konservasi Sumberdaya
Hutan dan Ekowisata selaku dosen penguji sidang, dan Ibu Dra Sri
Rahaju, MSi dari Departemen Manajemen Hutan selaku ketua sidang.
5. Bapak/Ibu dosen yang pernah mendidik, mengajar, membimbing, dan
memberikan ilmu kepada penulis selama menjalani pendidikan di Institut
Pertanian Bogor.
6. Bapak Ir Joko Purwanto selaku pimpinan beserta seluruh staf IUPHHKHA PT INHUTANI I UMH Meraang, atas semua bantuan, informasi, dan
bimbingan yang diberikan kepada penulis.
7. Isni Kurniawati yang selalu memberi semangat dan dukungan kepada
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
8. Teman-teman Manajemen Hutan juga teman-teman yang bersama-sama
melaksanakan PKL di PT INHUTANI I UMH Meraang serta temanteman Fakultas Kehutanan telah sama-sama berjuang dan menuntut ilmu
9. Keluarga Besar CSS MoRA IPB terutama CSS MoRA 48, yang telah
berjuang bersama-sama penulis.
10. Keluarga Pondokan Qalbu (Sofyan, Anggi, Angga, Irsyad, Najib) atas
suka duka, dan kebersamaannya selama ini
Semoga skripsi ini bermanfaat dan terima kasih atas semua saran, dukungan
serta nasehat-nasehatnya.
Bogor, September 2015
Yudha Bayu Jati Nugroho
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
x
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
1
Manfaat Penelitian
1
Ruang Lingkup Penelitian
2
METODE
2
Lokasi Penelitian
2
Alat dan Bahan
3
Jenis dan Sumber Data
3
Prosedur Penelitian
3
Persiapan dan Pengumpulan Data
3
Pengolahan Data Contoh
4
Pendugaan Parameter Populasi
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
6
Pendugaan Volume Tegakan pada Populasi Tidak Terstratifikasi
6
Pendugaan Volume Tegakan Populasi Terstratifikasi
7
Potensi Biomassa, Massa Karbon, dan Serapan CO2
8
Perbandingan Hasil Pendugaan
SIMPULAN DAN SARAN
11
12
Simpulan
12
Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
13
RIWAYAT HIDUP
14
DAFTAR TABEL
1 Nilai dugaan volume tegakan tidak terstratifikasi pada berbagai tingkat
permudaan di areal kerja PT INHUTANI I UMH Meraang
2 Nilai dugaan potensi volume pada tingkat permudaan tiang, pohon
kecil, dan pohon besar populasi terstratifikasi di areal kerja PT
INHUTANI I UMH Meraang
3 Nilai dugaan volume tegakan terstratifikasi pada berbagai tingkat
permudaan di areal kerja PT INHUTANI I UMH Meraang
4 Potensi biomassa, massa karbon, dan serapan CO2 di areal kerja PT
INHUTANI I UMH Meraang
5 Rekapitulasi kesalahan penarikan contoh/sampling error pada
pendugaan populasi tidak terstratifikasi dan terstratifikasi di areal PT
INHUTANI I UMH Meraang
6 Efisiensi relatif pada pendugaan populasi terstratifikasi terhadap
populasi tidak terstratifikasi di areal PT INHUTANI I UMH Meraang
7
7
8
9
11
12
DAFTAR GAMBAR
1 Diagram alir penelitian
2 Perbandingan hasil pendugaan biomassa pada berbagai tingkat
permudaan di areal kerja PT INHUTANI I UMH Meraang
3 Perbandingan hasil pendugaan massa karbon pada berbagai tingkat
permudaan di areal kerja PT INHUTANI I UMH Meraang
4 Perbandingan hasil pendugaan serapan CO2 oleh vegetasi pada
berbagai tingkat permudaan di areal kerja PT INHUTANI I UMH
Meraang
4
9
10
11
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penelitian biomassa ini merupakan langkah awal dari penelitian produktivitas
hutan serta sangat penting dipelajari untuk mengetahui siklus hara dan aliran energi
dari suatu ekosistem hutan hujan tropika khususnya di Indonesia. Secara umum,
kajian biomassa dibagi menjadi dua bagian, yaitu biomassa di atas tanah (above
ground biomass) dan biomassa di bawah permukaan tanah (below ground biomass).
Biomassa hutan memiliki kandungan karbon yang cukup potensial. Hampir
50% dari biomassa vegetasi hutan tersusun atas unsur karbon. Unsur tersebut dapat
dilepas ke atmosfer dalam bentuk karbondioksida (CO2) apabila hutan dibakar,
sehingga jumlahnya bisa meningkat secara drastis di atmosfer dan menjadi masalah
lingkungan global. Oleh karena itu, pengukuran terhadap biomassa sangat
dibutuhkan untuk mengetahui berapa besar jumlah karbon yang tersimpan di dalam
hutan dan pengaruhnya terhadap siklus biogeokimia. Telah banyak usaha yang
dilakukan oleh para ahli untuk mengukur jumlah biomassa di hutan tropika dengan
cara membuat model-model yang dapat menduga kontribusi deforestasi hutan
tropika dan pembakaran biomassa terhadap peningkatan emisi gas CO2 di atmosfer.
Dalam rangka pelaksanaan kegiatan pengelolaan hutan alam diperlukan suatu
rencana pengelolaan yang baik, cermat dan terarah, agar tercapai hasil yang
maksimal dan menguntungkan baik secara ekonomi maupun ekologi. Sebagian
besar unsur hara di hutan tropika terikat di dalam biomassa tegakan, sehingga jika
dilakukan kegiatan pemanenan maka ekosistem akan banyak kehilangan unsur hara.
Oleh karena itu, besar biomassa yang keluar dari hutan harus diimbangi dengan
penambahan biomassa dalam hutan.
Dalam penelitian ini, pendugaan jumlah biomassa pohon bagian atas
permukaan tanah di hutan hujan tropika menggunakan persamaan yang ada.
Penggunaan metode ini diharapkan akan mempersingkat waktu pengambilan data,
mengurangi biaya, tidak membutuhkan banyak tenaga, dan mengurangi kerusakan
pohon.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini untuk menduga besarnya biomassa, massa karbon
dan serapan CO2 di atas permukaan tanah di areal kerja PT INHUTANI I Unit
Manajemen Hutan (UMH) Meraang, Kabupaten Berau. Pendugaan dilakukan
dengan populasi tidak terstratifikasi dan terstratifikasi menjadi ekosistem hutan
primer (virgin forest) dan hutan bekas tebangan (logged over area).
Manfaat Penelitian
Harapan dari dilakukannya penelitian ini agar dapat bermanfaat dalam
pengelolaan hutan hujan tropis secara berkelanjutan. Tercapainya kelestarian
berdasarkan tingkat produktivitas, besarnya biomassa dan parameter lain penentu
keseimbangan hara (siklus hara) di hutan hujan tropis areal kerja PT INHUTANI I
UMH Meraang.
2
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian yang dilakukan hanya sebatas menghitung jumlah dan nilai karbon
yang terkandung di atas permukaan tanah dalam bentuk wujud tegakan tiang, pohon
kecil, dan pohon besar. Data yang diambil berupa diameter pohon dan dihitung
volumenya menggunakan 2 model persamaan berdasarkan kelompok jenis meranti
dan rimba campuran. Penghitungan biomassa, massa karbon, dan serapan CO2
dilakukan dengan menggunakan persamaan Brown (1997), BSN (2011), dan
Mirbach (2000). Nilai biomassa dan karbon pada tingkatan semai, nekromassa,
tumbuhan bawah, serasah serta tanah, tidak diperhitungkan dalam penelitian ini.
METODE
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di hutan hujan tropika dataran rendah areal kerja PT
INHUTANI I UMH Meraang, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur yang
dilaksanakan pada bulan Februari-April 2015. Secara geografis, areal kerja PT
INHUTANI I UMH Meraang terletak pada koordinat 01°39 06 -02°01 10 LU dan
11°713 49 -11°37 33 BT. Adapun batas areal PT INHUTANI I UMH Meraang
adalah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara
: PT Tanjung Redeb Hutani
b. Sebelah Timur : PT Tanjung Redeb Hutani dan Hutan Lindung Gunung
Suwaran
c. Sebelah Selatan : Hutan Lindung Pegunungan Nyapa, PT Utama Damai
Indah Timber dan PT Segara Indochem
d. Sebelah Barat
: Areal Peruntukan Lain
Kawasan ini didominasi oleh jenis meranti, sedangkan jenis lainnya
merupakan kelompok rimba campuran, kayu indah, dan kayu dilindungi. Jenis-jenis
meranti yang mendominasi di antaranya meranti merah (Shorea leprosula), meranti
kuning (Shorea multiflora), meranti putih (Shorea bracteolata), keruing
(Dipterocarpus trinervis), kapur (Dryobalanops abnormis), bangkirai (Shorea
teysmani), nyatoh (Palaquium xanthochymum) serta kempas (Koompassia
malaccensis)
Secara umum areal kerja PT INHUTANI I UMH Meraang sebagian besar
datar dan landai dengan kelas lereng (0-15 %) serta ketinggian tempat antara 40450 mdpl. Di dareah yang bentuk wilayahnya datar dan landai dijumpai tanah
mineral yang digolongkan dalam asosiasi Tropudults dan Dystropepets dengan
didominasi batu pasir, konglomerat dan lanau, sedangkan dibagian daerah rendah
yang tergenang air, ditemukan tanah dengan campuran antara organosol/tanah
gambut dan lumpur.
Areal kerja PT INHUTANI I UMH Meraang, Kabupaten Berau termasuk
wilayah basah dengan curah hujan rata-rata pertahun sebesar 2 134.33 mm. Jumlah
curah hujan terbesar terjadi pada bulan Maret yaitu sebesar 255.33 mm dan
terrendah terjadi pada bulan Maret yaitu sebesar 101.33 mm (BPS Berau 2012).
3
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian berupa peta rencana IHMB
skala 1:100 000, peta areal kerja PT INHUTANI I UMH Meraang skala 1:100 000.
Peta rencana dan realisasi IHMB Tahun 2012 PT INHUTANI I UMH Meraang
skala 1:100 000. Adapun alat yang digunakan dalam pengolahan data berupa
seperangkat laptop dengan software ArcGIS v.9.3.1770 dan Software Ms.Excel
2013.
Jenis dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan dari penelitian ini berupa data sekunder. Data
tersebut diperoleh dari hasil kegiatan IHMB yang dilakukan oleh IUPHHK-HA PT
INHUTANI I UMH Meraang pada RKUPHHK sepuluh tahunan periode tahun
2012-2021.
Prosedur Penelitian
Berdasarkan peta rancangan sampling IHMB diketahui jumlah plot yang ada
di seluruh areal PT INHUTANI I UMH Meraang sebanyak 644 plot yang berisi
data tiang, pohon kecil, dan pohon besar. Penempatan plot contoh di lapangan
dilakukan secara systematic sampling with random start. Data yang dikumpulkan
berupa rekapitulasi data volume setiap tingkat permudaan pada setiap plot realisasi
kegiatan IHMB. Alur penelitian yang akan dilakukan dapat dilihat pada Gambar 1.
Persiapan dan Pengumpulan Data
Pada kegiatan IHMB, luas setiap strata didasarkan atas kelas tutupan lahan
hasil analisis citra. Pada strata hutan primer diperoleh luas 7 367 ha dengan jumlah
plot efektif sebanyak 90 plot, sedangkan hutan bekas tebangan diperoleh luas 50
646 ha dengan jumlah plot efektif sebanyak 554 plot, sehingga luas total diperoleh
58 013 ha dan jumlah plot efektif sebanyak 644 plot. Kriteria diameter yang diambil
pada penelitian ini berdasarkan Permenhut 33 tahun 2009 tentang Pedoman
Pelaksanaan IHMB, yaitu tiang dengan diameter 10 cm sampai kurang dari 20 cm,
pohon kecil dengan diameter 20 cm sampai kurang dari 35 cm dan pohon besar
dengan diameter lebih dari 35 cm
4
Gambar 1 Diagram alir penelitian
Pengolahan Data Contoh
1. Penghitungan biomassa
Menurut Brown (1997), penghitungan dalam pendugaan biomassa di
atas permukaan tanah (above ground biomass) didasarkan pada data volume
pohon menggunakan persamaan (1).
W = VtWdBEF .............................................................................. (1)
Keterangan :
W
= biomassa (kg)
Vt
= volume (m3)
Wd
= kerapatan kayu 0.57 ton/m3 (Brown 1997)
BEF
= biomass expansion factor 1.43 (Kuncahyo et al. 2012)
5
2.
3.
Pendugaan massa karbon
Dari keseluruhan karbon hutan, sekitar 50% di antaranya tersimpan
dalam vegetasi hutan (Sutaryo 2009). Menurut SNI 7724:2011 (BSN 2011),
untuk pendugaan massa karbon dalam hutan dapat dihitung dengan
persamaan (2).
C = 0.47W...................................................................................... (2)
Keterangan :
C
= massa karbon (ton)
W
= biomassa (ton)
0.47
= fraksi karbon
Pendugaan serapan karbon oleh vegetasi
Menurut Mirbach (2000), pendugaan serapan CO2 oleh vegetasi dapat
digunakan persamaan (3).
CO2 = 3.67C .................................................................................. (3)
Keterangan :
CO2
= serapan karbondioksida (ton)
C
= massa karbon (ton)
3.67
= fraksi CO2
Pendugaan Parameter Populasi
Pendugaan parameter populasi pada metode sampling menggunakan penduga
Simple Random Sampling (SRS) pada populasi tidak terstratifikasi dan
terstratifikasi.
1. Penduga SRS pada populasi tidak terstratifikasi
Penduga SRS pada populasi tidak terstratifikasi menggunakan
persamaan untuk menghitung nilai tengah dan ragam nilai tengah seperti
terlihat pada persamaan (4) sampai dengan (9).
Nilai tengah/rata-rata (ȳ):
ȳ=( ∑ni=1 yi )/n .................................................................................. (4)
Ragam rata-rata (S2ȳ )
S2y
2
∑n y2 -( ∑n y ) /n
n
S2ȳ =
1;S2y = i=1 i i=1 i ................................................. (5)
n
N
n-1
Total populasi (Ŷ)
Ŷ=N ȳ ............................................................................................ (6)
Ragam total populasi (S2Ŷ
S2y
n
S2Ŷ =N2 S2ȳ ;S2ȳ =
1- .................................................................. (7)
n
N
Selang kepercayaan (1 – α) × 100% bagi total populasi:
Y= Ŷ ± tα⁄2 n-1 SŶ .................................................................. (8)
Kesalahan dalam penarikan contoh (SE)
2.
tα⁄
2 n-1 SŶ
Ŷ
× 100% .......................................................... (9)
SE % =
Penduga SRS pada populasi terstratifikasi
Pendugaan setiap stratum untuk mendapatkan rata-rata pada setiap
stratum, dapat digunakan persamaan (4) sampai (9). Pendugaan populasi
seluruh stratum dapat digunakan persamaan (10) sampai (13).
6
Rata-rata potensi pada populasi
N
ȳst = ∑Lh=1 h ȳh ............................................................................... (10)
N
Ragam rata-rata pada populasi
N
S2ȳst = ∑Lh=1 ( h )2 S2ȳh ....................................................................... (11)
N
Taksiran selang bagi rata–rata potensi pada populasi
ȳst ± (t(α⁄2 .
2
n-L) √Sȳst ) .................................................................... (12)
Kesalahan dalam penarikan contoh
SE=
t(α⁄2 . n-L) √S2ȳst
ȳst
× 100% .............................................................. (13)
Keterangan:
yh,i
= nilai potensi pada stratum ke-h dan plot contoh ke-i
S2yh
= ragam contoh pada stratum ke-h
nh
= ukuran contoh pada stratum ke-h
Nh
= ukuran stratum ke-h
N
= ukuran populasi
L
= jumlah stratum
3. Efisiensi Relatif (ER)
Penghitungan ER dilakukan untuk menentukan efisiensi berbagai unit
contoh. Menurut Siahaan et al. (2012) dapat digunakan persamaan (14).
ERb-a =
SE2a .Wkta
SE2b .Wktb
×100 % .................................................................. (14)
Keterangan:
ERb-a
= efisiensi metode b terhadap metode a
2
SEa
= kesalahan sampling metode a
2
SEb
= kesalahan sampling metode b
Wkta
= waktu kerja rata-rata metode a
Wktb
= waktu kerja rata-rata metode b
Bila ERb-a > 100%, maka metode b lebih efisien dibandingkan metode a.
Bila ERb-a < 100%, maka metode a lebih efisien dibandingkan metode b.
Bila ERb-a = 100%, maka kedua metode tersebut sama ketelitiannya.
Pada penelitian ini, efisiensi yang dimaksud yaitu perbandingan antara
metode tidak terstratifikasi terhadap metode terstratifikasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pendugaan Volume Tegakan pada Populasi Tidak Terstratifikasi
Hasil pendugaan volume tegakan berdasarkan tingkat permudaannya dapat
dilihat pada Tabel 1.
7
Tabel 1 Nilai dugaan volume tegakan tidak terstratifikasi pada berbagai tingkat
permudaan di areal kerja PT INHUTANI I UMH Meraang
Statistik
Tiang
Penduga rata-rata
a. Batas atas (m3/ha)
b. Batas bawah (m3/ha)
c. Rata-rata (m3/ha)
Kerapatan (ind/ha)
Sampling error (%)
Koefisien variasi (%)
Tingkat permudaan
Pohon kecil
Pohon besar
30.88
26.71
28.80
215.99
7.25
92.07
22.67
19.34
21.01
47.90
7.94
100.94
Total
135.68
120.42
128.05
47.60
5.96
75.73
187.58
168.14
177.86
311.50
5.46
69.44
Potensi rata-rata volume pada tingkat permudaan pohon besar di areal PT
INHUTANI I UMH Meraang mempunyai nilai yang tertinggi dibandingkan dengan
permudaan lainnya. Potensi rata-rata volume dapat mempengaruhi besarnya massa
karbon (Yuniawati dan Suhartana 2014). Pada seluruh tingkat permudaan, nilai
sampling error yang diperoleh cukup kecil. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan
hasil IHMB yang dilakukan cukup representatif menerangkan keadaan potensi yang
sebenarnya di areal kerja PT INHUTANI I UMH Meraang.
Pendugaan Volume Tegakan Populasi Terstratifikasi
Hasil pendugaan volume tegakan berdasarkan tingkat permudaan tiang,
pohon kecil, dan pohon besar pada populasi terstratifikasi atas LOA dan VF dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Nilai dugaan potensi volume pada tingkat permudaan tiang, pohon kecil,
dan pohon besar populasi terstratifikasi di areal kerja PT INHUTANI I
UMH Meraang
Statistik
Penduga rata-rata
a.Batas atas (m3/ha)
b.Batas bawah (m3/ha)
c. Rata-rata (m3/ha)
Penduga total
a. Batas atas (m3)
b. Batas bawah (m3)
c. Rata-rata (m3)
LOA
Tiang
VF
LOA
Pohon kecil
VF
LOA
Pohon besar
VF
30.08
25.73
27.90
41.59
28.30
34.95
23.16
19.55
21.36
22.95
14.22
18.59
134.37
117.96
126.17
161.61
120.44
141.03
1 854 549
971 979
1 413 264
453 314
61 611
257 463
1 466 757
716 556
1 081 657
265 621
8 235
136 928
8 052 517
4 727 095
6 389 806
1 645 585
432 337
1 038 961
Hasil pendugaan rata-rata potensi tegakan menunjukkan bahwa dominasi
tertinggi ditunjukkan pada kondisi tegakan VF, pada tingkat permudaan tiang, dan
pohon besar. Hal ini terjadi karena kerapatan tegakan pada kondisi hutan VF masih
cukup besar, akibat belum adanya kegiatan produksi di area tersebut. Namun, hal
berbeda ditunjukkan pada tingkat permudaan pohon kecil yang mempunyai
penduga rata-rata pada kondisi tegakan VF lebih kecil dibandingkan kondisi
tegakan LOA. Hal ini terjadi karena potensi tegakan pohon kecil masih cukup besar
di seluruh areal PT INHUTANI I UMH Meraang. Kondisi hutan semacam ini akan
menjamin kelestarian hutan di masa yang akan datang karena individu permudaan
jauh lebih banyak daripada individu pohon dewasa. Stok permudaan tersebut sangat
8
penting untuk memelihara kemampuan regenerasi hutan bagi terbentuknya hutan
klimaks (Kusmana et al. 2005). Nilai dugaan potensi volume pada seluruh areal
kerja PT INHUTANI I UMH Meraang menggunakan metode terstratifikasi pada
tiap tingkat permudaan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Nilai dugaan volume tegakan terstratifikasi pada berbagai tingkat
permudaan di areal kerja PT INHUTANI I UMH Meraang
Tingkat permudaan
Statistik
Tiang
Penduga rata-rata
a. Batas atas (m3/ha)
b. Batas bawah (m3/ha)
c. Rata-rata (m3/ha)
Kerapatan (ind/ha)
Sampling error (%)
Koefisien variasi (%)
30.88
26.72
28.80
215.99
7.22
137.78
Pohon kecil
22.67
19.34
21.06
47.90
7.94
138.70
Pohon besar
135.68
120.43
128.05
47.60
5.96
105.30
Total
187.57
168.14
177.86
311.50
5.46
96.53
Potensi rata-rata volume pada tingkat permudaan pohon besar mempunyai
nilai yang terbesar, berbanding lurus dengan potensi volume yang juga
menunjukkan hasil terbesar. Potensi volume per hektar yang ada di areal kerja PT
INHUTANI I UMH Meraang ini lebih kecil dibandingkan dengan penelitian Efendi
dan Saridan (2008), yang melakukan penelitian potensi dan jenis jenis pohon
Dipterocarpaceae di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Hutan
Penelitian Sangai Kalimantan Tengah. Hasil volume yang diperoleh sebesar 222.16
m3/ha. Hal ini disebabkan pada penelitian ini juga memperhitungkan tingkat
permudaan yang lain seperti pohon kecil dan tiang. Hasil yang lebih kecil ini
menunjukkan areal kerja PT INHUTANI I UMH Meraang merupakan areal hutan
produksi yang dipanen hasilnya secara berkala. Hal ini berbanding lurus pada nilai
kerapatan individu yang diperoleh pada setiap tingkat permudaan, menunjukkan
hasil yang lebih kecil pula dibandingkan penelitian tersebut sebesar 96 ind/ha.
Kerapatan tegakan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya
biomassa (Rosalina dan Tresnawan 2002).
Hasil potensi yang sama juga ditunjukkan pada metode tidak terstratifikasi.
Namun, perbedaan terlihat pada sampling error yang diperoleh. Pada metode
terstratifikasi, sampling error pada tingkat permudaan tiang cenderung lebih kecil
dibandingkan metode tidak terstratifikasi, sedangkan pada tingkat permudaan
pohon kecil, dan pohon besar memiliki nilai sampling error yang serupa antara dua
metode yang digunakan. Hal ini dapat membuktikan bahwa dengan metode
terstratifikasi mendapatkan hasil yang lebih akurat dibandingkan metode tidak
terstratifikasi dan nilai sampling error yang serupa menunjukkan kedua metode
yang digunakan memiliki keakuratan yang sama. Semakin besar nilai kesalahan
samplingnya maka semakin kurang akurat teknik sampling tersebut (Sumanto
2005).
Potensi Biomassa, Massa Karbon, dan Serapan CO2
Besaran nilai biomassa, massa karbon, dan serapan CO2 yang terdapat di
seluruh areal PT INHUTANI I UMH Meraang dapat dilihat pada Tabel 4.
9
Tabel 4 Potensi biomassa, massa karbon, dan serapan CO2 di areal kerja PT
INHUTANI I UMH Meraang
Tingkat
permudaan
Tiang
Pohon kecil
Pohon besar
Total
Biomassa (ton)
Massa karbon (ton)
1 361 809
993 268
6 055 188
8 410 266
640 050
466 836
2 845 938
3 952 825
Serapan CO2 oleh
Proporsi (%)
vegetasi (ton)
2 348 985
16.19
1 713 289
11.81
10 444 594
72.00
14 506 867
100
Berdasarkan Tabel 4, proporsi biomassa, massa karbon, dan serapan CO2
tertinggi terdapat pada tingkat permudaan pohon besar dan proporsi biomassa,
massa karbon, dan serapan CO2 terendah terdapat pada tingkat permudaan pohon
kecil. Semakin tinggi kelas diameter tegakan, semakin tinggi pula biomassa, massa
karbon, dan kemampuan menyerap CO2 pohon tersebut. Hal yang sama juga
dikemukakan oleh Rahayu et al. (2007) dalam Wahyuni et al. (2013), yang
melakukan penelitian penelitian tentang pendugaan cadangan karbon di atas
pemukaan tanah pada berbagai sistem penggunaan lahan di Kabupaten Nunukan
Provinsi Kalimantan Timur. Berdasarkan penelitian tersebut diketahui bahwa
keberadaan pohon yang berdiameter > 30 cm pada suatu sistem penggunaan lahan
memberikan sumbangan yang cukup berarti terhadap total massa karbon. Hal ini
menunjukkan massa karbon lebih banyak terkandung pada kayu berdiameter besar
daripada kayu berdiameter kecil. Tingkat permudaan pohon kecil memiliki proporsi
terrendah karena biomassa yang diperoleh juga menunjukkan hasil yang terkecil,
sehingga proporsinya tidak lebih besar dibandingkan tingkat permudaan lainnya.
Penghitungan pendugaan menjelaskan hasil yang serupa antara metode tidak
terstratifikasi dan terstratifikasi. Perbandingan jumlah kerapatan biomassa pohon
(ton/ha) virgin forest dan logged over area (tahun 2012) dapat dilihat pada Gambar
2.
200,00
144,97
ton/ha
150,00
104,38
100,00
50,00
23,47
17,12
0,00
Tiang
Pohon Kecil Pohon Besar
Tingkat Permudaan
Total
Gambar 2 Perbandingan hasil pendugaan biomassa pada berbagai tingkat
permudaan di areal kerja PT INHUTANI I UMH Meraang
Biomassa pohon dari tegakan pohon besar, lebih tinggi dibandingkan dengan
biomassa pohon kecil dan tiang. Hal ini disebabkan pada pohon yang besar sudah
lebih banyak terbentuk kayu gubal dibandingkan kayu dari tiang dan pohon kecil.
Nilai biomassa yang tinggi pada pohon besar menunjukkan nilai biomassa lebih
banyak dipengaruhi oleh bagian batang pohon. Hal ini sejalan dengan pernyataan
Istomo et al. (2010), biomassa terbesar terkandung pada bagian batang, karena hasil
10
produksi pohon yang diperoleh dari hasil fotosintesis pada umumnya disimpan pada
batang. Secara umum, batang mempunyai zat penyusun kayu yang lebih banyak
dibandingkan dengan bagian pohon lainnya. Perbandingan pendugaan kerapatan
massa karbon (ton/ha) disajikan dalam Gambar 3.
80,00
68,14
ton/ha
60,00
49,06
40,00
20,00
11,03
8,05
0,00
Tiang
Pohon Kecil Pohon Besar
Tingkat Permudaan
Total
Gambar 3 Perbandingan hasil pendugaan massa karbon pada berbagai tingkat
permudaan di areal kerja PT INHUTANI I UMH Meraang
Potensi massa karbon pada tingkat permudaan pohon besar lebih tinggi
daripada tingkat permudaan yang lain. Tingginya massa karbon pada tegakan hutan
meningkat pada setiap peningkatan diameter tanaman, karena dengan
meningkatnya diameter maka pohon atau tanaman menjadi lebih besar dalam
menyerap hasil dari proses fotosintesis. Massa karbon yang tinggi juga disebabkan
biomassa yang tinggi, semakin tinggi biomassa, semakin tinggi pula massa
karbonnya. Hal ini disebabkan oleh bahan organik mengandung karbon sebesar
47 % dari total biomassanya (BSN 2011). Nilai massa karbon pohon yang diperoleh
di areal kerja PT INHUTANI I UMH Meraang sebesar 68.14 ton karbon per hektar
(tC/ha), masuk dalam kategori antara Belukar Tua (BT) dan Hutan Kerapatan
Rendah (HK 1), berdasarkan laporan yang disusun oleh Golden Agri-Resources dan
SMART (2012), Belukar Tua (BT) merupakan pohon-pohon muda yang sedang
tumbuh kembali menjadi hutan, namun sesekali masih ditemui sisa hutan yang lebih
tua (semacam hutan transisi) dan memiliki rata-rata 60 tC/ha, sedangkan Hutan
Kerapatan Rendah (HK 1) merupakan sisa hutan alam dengan kondisi yang sangat
terganggu dan sedang dalam pemulihan serta memiliki rata-rata 107 tC/ha. Hasil
pendugaan massa karbon di areal kerja PT INHUTANI I UMH Meraang yang
merupakan tipe hutan alam, memiliki hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan
tipe hutan tanaman akasia (Acacia mangium) di Kabupaten Banyuasin, Provinsi
Sumatera Selatan sebesar 62.08 tC/ha. Hasil ini juga lebih tinggi bila dibandingkan
dengan hutan tanaman jati (Tectona grandis) di Magetan, Provinsi Jawa Timur
sebesar 50.11 tC/ha (Rochmayanto et al. 2014). Hal ini menunjukkan, pada tipe
hutan alam memiliki massa karbon lebih tinggi dibandingkan dengan hutan
tanaman, namun hal ini juga dapat dipengaruhi jenis tanaman, jarak penanaman dan
perawatannya. Perbandingan pendugaan kerapatan jumlah serapan CO2 oleh
vegetasi (ton/ha) disajikan dalam Gambar 4.
ton/ha
11
300,00
250,00
200,00
150,00
100,00
50,00
0,00
250,06
180,04
40,49
Tiang
29,53
Pohon Kecil Pohon Besar
Tingkat Permudaan
Total
Gambar 4 Perbandingan hasil pendugaan serapan CO2 oleh vegetasi pada berbagai
tingkat permudaan di areal kerja PT INHUTANI I UMH Meraang
Potensi serapan CO2 pada tingkat permudaan pohon besar lebih tinggi
daripada tingkat permudaan yang lain. Serapan CO2 dapat dilihat dari biomassa
tegakan yang ada. Besarnya nilai biomassa dan massa karbon dapat menjadi
indikator besarnya serapan CO2 oleh vegetasi. Oleh karena itu, peningkatan
terhadap biomassa akan berpengaruh terhadap massa karbon dan serapan CO2.
Tingkat permudaan pohon besar juga mempunyai tajuk dan kanopi yang lebih besar,
sehingga dapat menyerap CO2 lebih banyak dari udara. Tingginya nilai serapan CO2
oleh pohon besar ini sejalan dengan pernyataan Mantung et al. (2014), serapan CO2
dipengaruhi oleh kanopi atau tutupan tajuk yang besar, sehingga dengan jumlah
daun yang banyak mampu menyerap karbon yang banyak pula.
Perbandingan Hasil Pendugaan
Perbandingan hasil pendugaan biomassa, massa karbon, dan serapan CO2
pada populasi tidak terstratifikasi dan terstratifikasi didasarkan atas tingkat
ketelitian setiap metode pendugaan dinyatakan oleh nilai sampling error seperti
terlihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Rekapitulasi kesalahan penarikan contoh/sampling error pada pendugaan
populasi tidak terstratifikasi dan terstratifikasi di areal PT INHUTANI I
UMH Meraang
Metode
Tidak terstratifikasi
Terstratifikasi
Tiang
7.25
7.22
Sampling error (%) pada tiap tingkat permudaan
Pohon kecil
Pohon besar
Total
7.94
5.96
5.46
7.94
5.96
5.46
Hasil pendugaan menggunakan metode terstratifikasi memiliki nilai sampling
error lebih kecil dibandingkan dengan metode tidak terstratifikasi sehingga
dikatakan bahwa metode terstratifikasi memiliki keakuratan lebih tinggi. Hal ini
sejalan dengan pernyataan Sukardi (2012), teknik sampling terstratifikasi paling
tepat dan mempunyai akurasi yang tinggi, ketika kondisi populasi memiliki lapisan
yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Efisiensi relatif ditentukan berdasarkan perbandingan nilai sampling error
dan waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pengukuran dari kedua
12
metode yang dibandingkan. Penelitian ini menggunakan asumsi waktu kerja ratarata yang digunakan adalah sama. Nilai efisiensi relatif ditunjukkan pada Tabel 6.
Tabel 6 Efisiensi relatif pada pendugaan populasi terstratifikasi terhadap populasi
tidak terstratifikasi di areal PT INHUTANI I UMH Meraang
Metode
Efisiensi Relatif (%) pada tiap tingkat permudaan
Tiang
Pohon kecil
Pohon besar
Total
Terstratifikasi (b)-Tidak
terstratifikasi (a)
100.83
100
100
100
Hasil penghitungan nilai efisiensi relatif pada setiap tingkat permudaan,
menunjukkan metode terstratifikasi lebih baik dibandingkan dengan metode tidak
terstratifikasi. Analisis data pada metode pendugaan tidak terstratifikasi
memberikan tingkat akurasi yang lebih rendah dibandingkan dengan metode
terstratifikasi, namun tetap menghasilkan hasil pendugaan yang sama.
Penghitungan menggunakan metode tidak terstratifikasi sudah cukup tepat dan
menghemat waktu dibandingkan dengan menggunakan metode terstratifikasi.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Hasil pendugaan potensi biomassa, massa karbon, dan serapan CO2 oleh
vegetasi tegakan di areal PT INHUTANI I UMH Meraang berturut-turut sebesar, 8
410 266 ton, 3 952 825 ton, dan 14 506 867 ton pada seluruh areal PT INHUTANI
I UMH Meraang pada tahun 2012.
Penghitungan terhadap potensi volume, biomassa, massa karbon, dan serapan
CO2 dengan menggunakan metode tidak terstratifikasi maupun menggunakan
metode terstratifikasi menghasilkan hasil yang sama. Kesalahan penarikan contoh
dengan metode tidak terstratifikasi yang diperoleh pada tingkat permudaan tiang,
pohon kecil, dan pohon besar yaitu 7.25 %, 7.94 %, dan 5.96 %. Kesalahan
penarikan contoh dengan metode terstratifikasi yang diperoleh pada tingkat
permudaan tiang, pohon kecil, dan pohon besar yaitu 7.22 %, 7.94 %, dan 5.96 %.
Biomassa, massa karbon, dan serapan CO2 oleh vegetasi dalam berbagai
tingkat permudaan berbeda satu sama lainnya. Semakin bertambah kelas diameter
suatu tegakan, semakin besar pula potensi biomassa, massa karbon dan serapan CO2
oleh vegetasi tegakan tersebut.
Saran
Analisis yang lebih rinci diperlukan dengan menggunakan persamaan
pendugaan berdasarkan jenis atau kelompok jenis agar hasil dugaan yang diperoleh
lebih mendekati nilai yang sebenarnya, berdasarkan arsitektur dan morfologi serta
parameter pohon yang diukur di lapangan. Perlu dilakukan pula penghitungan
pendugaan biomassa pada tumbuhan bawah, serasah, dan nekromassa. Teknik
stratifikasi menggunakan analisis citra juga diperlukan untuk memperoleh hasil
13
yang lebih akurat. Selain itu, perlu peninjauan ulang terhadap penggolongan
stratifikasi yang dilakukan, seperti topografi, kelerengan, dan kondisi geologi.
DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Berau. 2012. Kabupaten Berau Dalam
Angka. Berau (ID): BPS.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2011. Pengukuran dan Penghitungan
Cadangan Karbon-Pengukuran Lapangan untuk Penaksiran Cadangan Karbon
Hutan (Ground Based Forest Carbon Accounting). Jakarta (ID): BSN.
[PERMENHUT] Menteri Kehutanan. 2009. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor
33 Tahun 2009 tentang Pedoman Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala
(IHMB) pada Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Produksi.
Jakarta (ID): Kementerian Kehutanan RI
Brown S. 1997. Estimating Biomass and Biomass Change of Tropical Forest. Rome
(IT): FAO Forestry Paper.
Efendi R, Saridan A. 2008. Potensi dan jenis-jenis pohon Dipterocarpaceae di
Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Hutan Penelitian Sangai.
Info Teknis Dipterokarpa. 2(1):49-57
Golden Agri-Resources, SMART. 2012. Laporan Penelitian Hutan Ber-stok
Karbon Tinggi, Pendefinisian dan Identifikasi Wilayah Hutan Ber-stok Karbon
Tinggi untuk Kemungkinan Konservasi. PT SMART Tbk
Istomo, Saharjo BH, Solichin, Widyasari NAE. 2010. Pendugaan biomassa dan
potensi karbon terikat di atas permukaan tanah pada hutan rawa gambut bekas
terbakar di Sumatera Selatan. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. 15(1):41-49.
Kuncahyo B, Saleh MB, Qirom MA. 2012. Evaluasi penggunaan beberapa metode
penduga biomassa pada jenis Acacia mangium Wild. Jurnal Penelitian Hutan
dan Konservasi Alam. 9(3):251-263.
Kusmana C, Darusman D, Syaukani HR, Alikodra HS, Mudikdjo K. 2005.
Komposisi jenis dan struktur hutan di Taman Hutan Raya Bukit Soeharto,
Kalimantan Timur. J Man Hut Trop. 11(1):57-66.
Mantung L, Muin M, Suhasman. 2014. Potensi karbon tersimpan dan penyerapan
karbondioksida hutan Pinus merkussii di HPT Batualu. Makassar (ID): Fakultas
Kehutanan Universitas Hasanudin.
Mirbach VM. 2000. Carbon Budget Accounting at the Forest Management Unit
Level: an Overview of Issues and Method. Canada (CA): Canadian Forest
Service.
Rahayu SB, Lusiana, Noordwijk MV. 2007. Pendugaan Cadangan Karbon di Atas
Permukaan Tanah pada Berbagai Sistem Penggunaan Lahan di Kabupaten
Nunukan Kalimantan Timur. Bogor (ID): World Agroforestry Centre.
Rochmayanto Y, Wibowo A, Lugina M, Butarbutar T, Mulyadin RM, Wicaksono
D. 2014. Cadangan Karbon pada Berbagai Tipe Hutan dan Jenis Tanaman di
Indonesia (Seri 2). Yogyakarta (ID): Penerbit PT Kanisius.
Rosalina U, Tresnawan H. 2002. Pendugaan biomassa di atas tanah di ekosistem
hutan primer dan hutan bekas tebangan (studi kasus Hutan Dusun Aro, Jambi).
J Man Hut Trop. 8(1):15-29.
14
Siahaan OP, Latifah S, Afifudin Y. 2012. Perbandingan unit contoh lingkaran dan
tree sampling dalam menduga potensi tegakan hutan tanaman rakyat pinus (studi
kasus Desa Pondok Buluh, Kecamatan Dolok Panribuan, Kabupaten
Simalungun). Jurnal Universitas Sumatera Utara. 1(1):1-6.
Sukardi. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya.
Jakarta (ID): PT Bumi Aksara.
Sumanto D. 2005. Presisi dan akurasi hasil penelitian kuantitatif berdasarkan
pengambilan sampel secara acak. Jurnal Litbang Universitas Muhammadiyah
Semarang. 2(2):45-53.
Sutaryo D. 2009. Penghitungan Biomassa: Sebuah Pengantar untuk Studi Karbon
dan Perdagangan Karbon. Bogor (ID): Wetlands International Indonesia
Programme.
Wahyuni S, Chairul, Arbain A. 2013. Estimasi cadangan karbon di atas permukaan
tanah dan keanekaragaman jenis tumbuhan di Hutan Bukit Tangah pulau area
produksi PT Kencana Sawit Indonesia Solok Selatan. Jurnal Biologika. 2(1):1826.
Yuniawati, Suhartana S. 2014. Potensi karbon pada limbah pemanenan kayu Acacia
crassicarpa. Jurnal Ilmu Lingkungan. 12(1):21-31.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 21 Januari 1993 di Kabupaten Paser,
Kalimantan Timur. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara pasangan
Bapak Tugimin dan Ibu Supiati. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di MI
Nurul Huda Desa Samuntai, Kabupaten Paser lulus pada tahun 2005, pendidikan
menengah pertama di SMP Muhammadiyah 3 Pondok Pesantren Terpadu AlMujahidin Balikpapan lulus pada tahun 2008, dan pendidikan menengah atas di
SMA Muhammadiyah 2 Pondok Pesantren Terpadu Al-Mujahidin Balikpapan lulus
pada tahun 2011. Pada tahun yang sama, penulis diterima di IPB melalui jalur
Beasiswa Utusan Daerah (BUD) dari Kementerian Agama di Departemen
Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan.
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Ilmu
Ukur Tanah dan Pemetaan Wilayah (IUTPW) pada tahun ajaran 2014-2015. Penulis
juga aktif dalam berbagai organisasi intra kampus seperti Dewan Perwakilan
Mahasiswa (DPM) Fakultas Kehutanan sebagai staf komisi1 periode 2012-2013,
serta menjadi staf Divisi Informasi dan Komunikasi di FMSC (Forest Management
Student Club) periode 2013-2014. Selain itu penulis juga tergabung dalam
organisasi CSS MoRA (Community of Santri Scholar of Ministry of Religious
Affairs) yang merupakan organisasi penerima beasiswa dari Kementerian Agama.
Penulis juga aktif berpartisipasi dalam berbagai kepanitiaan kegiatan
kemahasiswaan di IPB. Prestasi yang didapatkan penulis selama di IPB di antaranya
berupa PKM didanai DIKTI dengan judul Keramba Pemecah Arus Sungai Ciapus
Pengembangan Masyarakat di Bantaran Sungai, Babakan Lebak, Kelurahan
Balumbang Jaya.
Penulis melakukan kegiatan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di
Sancang Timur dan Gunung Papandayan, Jawa Barat pada tahun 2013, Praktik
15
Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi, Pabrik
Pengolahan Gondorukem dan Terpentin, Bandung dan KPH Cianjur Jawa Barat
pada tahun 2014, dan Praktik Kerja lapang (PKL) di IUPHHK-HA PT INHUTANI
I UMH Meraang, Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur pada tahun 2015.