Analisis Hubungan Tingkat Suku Bunga Deposito Bank Konvensional Dengan Tingkat Bagi Hasil Deposito Bank Syariah Di Indonesia

ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT SUKU BUNGA DEPOSITO
BANK KONVENSIONAL DENGAN TINGKAT BAGI HASIL
DEPOSITO BANK SYARIAH DI INDONESIA

ERMA FATIMA

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Hubungan
Tingkat Suku Bunga Deposito Bank Konvensional dengan Tingkat Bagi Hasil
Deposito Bank Syariah di Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya penulis
lain yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
Erma Fatima
NIM H54100069

ABSTRAK
ERMA FATIMA. Analisis Hubungan Tingkat Suku Bunga Deposito Bank
Konvensional dengan Tingkat Bagi Hasil Deposito Bank Syariah di Indonesia.
Dibimbing oleh IMAN SUGEMA dan DENI LUBIS.
Indonesia merupakan negara yang menerapkan dual banking system.
Kemajuan industri keuangan konvensional beriringan dengan berkembangnya
industri keuangan syariah. Perbankan syariah merupakan alternatif sistem
keuangan yang bebas riba. Namun kebijakan sistem keuangan Indonesia yang
masih mengacu pada BI rate menyebabkan sistem keuangan syariah masih
bersentuhan dengan riba. Penelitian ini menganalisis hubungan antara tingkat bagi
hasil deposito bank syariah dengan tingkat suku bunga deposito bank
konvensional yang ada di Indonesia menggunakan data bulanan periode Februari
2009 hingga Februari 2014. Metode yang digunakan adalah metode VECM. Hasil
analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan jangka panjang antara tingkat

bagi hasil deposito bank syariah dengan tingkat suku bunga bank konvensional
pada semua model deposito berjangka (deposito 1 bulan, deposito 3 bulan,
deposito 6 bulan, dan deposito 12 bulan) dalam penelitian. Dalam semua model
deposito, respon tingkat bagi hasil bank syariah terhadap guncangan yang terjadi
pada tingkat suku bunga deposito bank konvensional memiliki derajat yang lebih
besar dibandingkan respon tingkat suku bunga deposito bank konvensional
terhadap guncangan yang terjadi pada tingkat bagi hasil deposito bank syariah.
Hasil FEVD menunjukkan bahwa peranan guncangan tingkat suku bunga deposito
bank konvensional dalam menjelaskan fluktuasi tingkat bagi hasil deposito bank
syariah lebih besar dibandingkan peranan guncangan tingkat bagi hasil deposito
bank syariah dalam menjelaskan fluktuasi tingkat suku bunga deposito bank
konvensional. Hal ini disebabkan karena masih tingginya market share bank
konvensional dibandingkan dengan bank syariah sehingga apabila terjadi
guncangan pada tingkat bagi hasil deposito bank syariah maka tidak terlalu
berpengaruh terhadap fluktuasi yang terjadi pada tingkat suku bunga deposito
bank konvensional.
Kata kunci: Bagi Hasil Deposito, Perbankan Syariah, Suku Bunga Deposito,
VECM

ABSTRACT

ERMA FATIMA. Corelation Analysis of Conventional dan Sharia Bank Deposit
Return in Indonesia. Supervised by IMAN SUGEMA and DENI LUBIS.
Indonesia is a country which has dual banking system. Conventional
financial institution work together with sharia financial institution. Sharia banking
is the alternatif system which has interest-free base. But, the policy of financial
institution in Indonesia which refer to BI interest rate has brought the sharia
financial institution to have conected with interest (riba). This research analyze
the corelation of conventional and sharia bank deposit return in Indonesia, using
monthly data from February 2009 to February 2014. The method analysis shows
that there is long-run relationship between conventional and sharia bank deposit
return. Shock of conventional deposit rate influence the fluctuation of sharia
deposit return and vice versa. Shock of sharia deposit return has less contribution
to explain the fluctuation of conventional deposit rate in all deposit model (1
month deposit, 3 month deposit, 6 month deposit, and 12 month deposit) than
shock of conventional deposit rate explain the fluctuation of sharia deposit return.
It happens because market share of conventional banking are larger than sharia
banking. Therefore, if there is shock in sharia deposit return, it does not influence
much to explain the fluctuation of convensional deposit rate.
Keywords: Deposit Rate, Deposit Return, Sharia Bank, VECM


ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT SUKU BUNGA
DEPOSITO BANK KONVENSIONAL DENGAN TINGKAT
BAGI HASIL DEPOSITO BANK SYARIAH DI INDONESIA

ERMA FATIMA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi :Analisis Hubungan Tingkat Suku Bunga Deposito Bank
Konvensional dengan Tingkat Bagi Hasil Deposito Bank Syariah di

Indonesia
Nama
: Erma Fatima
NIM
: H54100069

Disetujui oleh

Dr Ir Iman Sugema, M.Ec
Pembimbing I

Deni Lubis, MA
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Dedi Budiman Hakim, M.Ec
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 ini ialah
suku bunga dan bagi hasil, dengan judul Analisis Hubungan Suku Bunga Deposito
Bank Kovensional dengan Bagi Hasil Deposito Bank Syariah di Indonesia.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Iman Sugema dan Bapak Deni
Lubis selaku pembimbing serta Bapak Irfan Syauqi Beik sebagai penguji utama
dan Bapak Alla Asmara sebagai penguji dari komisi pendidikan yang telah
memberikan arahan dan saran dalam penulisan penelitin ini. Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada keluarga tercinta, Bapak, Ibuk, mas
Daniel, mbak Inna, mas Bernard, mas Yosep, dan mas Dodi atas segala doa,
dukungan dan kasih sayangnya. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada
kak Farhana Zahrotunnisa dan Ahmad Fauzi yang telah memberikan masukan dan
ide-idenya. Terimakasih juga penulis sampaikan kepada para sahabat Grandis,
Adni, Kevin, Wahyu, Ayu, Udin, Tuffah, Maya, Aurum, Wahju, Sari, keluarga
Ekonomi Syariah IPB 47, Koran Kampus IPB, keluarga besar SES-C, dan seluruh
civitas akademika Ilmu Ekonomi IPB atas segala dukungan yang telah diberikan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.


Bogor, September 2014
Erma Fatima

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

x

DAFTAR GAMBAR

x

DAFTAR LAMPIRAN

x

PENDAHULUAN

1


Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

3

Tujuan Penelitian

4

Manfaat Penelitian

4

Ruang Lingkup Penelitian

5


TINJAUAN PUSTAKA

5

Landasan Teori

5

Penelitian Terdahulu

9

Kerangka Pemikiran

10

METODE PENELITIAN

11


Jenis dan Sumber Data

12

Metode Analisis dan Pengolahan Data

12

HASIL DAN PEMBAHASAN

15

Gambaran Umum

15

Hasil Pra-Estimasi

18


Uji Kausalitas Granger

19

Analisis Impulse Response Function (IRF)

21

Analisis Forecast Error Variance Decomposition (FEVD)

26

SIMPULAN DAN SARAN

31

Simpulan

31

Saran

31

DAFTAR PUSTAKA

32

LAMPIRAN

35

RIWAYAT HIDUP

39

DAFTAR TABEL
1
2

Perbedaan suku bunga dan bagi hasil
Data dan sumber data yang digunakan

7
12

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6a
6b
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22

DPK bank konvensional dan bank syariah di Indonesia
Perkembangan UMKM di indonesia periode 1997-2011
Bagan kerangka pemikiran
Grafik tingkat bagi hasil dan suku bunga deposito 1 bulan
Grafik tingkat bagi hasil dan suku bunga deposito 3 bulan
Grafik tingkat bagi hasil dan suku bunga deposito 6 bulan
Grafik tingkat bagi hasil dan suku bunga deposito 12 bulan
Hubungan granger kausalitas model deposito 1 bulan
Hubungan granger kausalitas model deposito 3 bulan
Hubungan granger kausalitas model deposito 6 bulan
Hubungan granger kausalitas model deposito 12 bulan
Grafik IRF deposito 1 bulan
Grafik IRF deposito 3 bulan
Grafik IRF deposito 6 bulan
Grafik IRF deposito 12 bulan
Grafik variance decomposition of BS1
Grafik variance decomposition of BK1
Grafik variance decomposition of BS3
Grafik variance decomposition of BK3
Grafik variance decomposition of BS6
Grafik variance decomposition of BK6
Grafik variance decomposition of BS12
Grafik variance decomposition of BK12

2
7
11
16
16
17
17
19
19
20
21
22
23
24
25
26
27
27
28
28
29
29
30

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5

Hasil Uji Stasioneritas Data
Hasil Uji Stabilias VAR
Hasil Uji Lag Optimal
Hasil Uji Kointegrasi
Hasil Uji Kausalitas Granger

35
35
36
36
37

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Industri keuangan syariah mulai tumbuh sejak tahun 1970an. UK Islamic
Finance Secretariat (2013) melaporkan bahwa aset lembaga keuangan syariah secara
global tumbuh dari 462 milyar dolar amerika pada tahun 2006 menjadi 1 460 milyar
dolar amerika pada tahun 2012 dengan lebih dari 300 lembaga keuangan syariah di
80 negara. Cevik dan Charap (2011) mengatakan bahwa aset lembaga keuangan
syariah ini masih kecil jika dibandingkan lembaga keuangan konvensional, sekitar
1% dari sistem lembaga keuangan global.
Aset perbankan syariah Indonesia pada Oktober 2013 telah mencapai 235
triliun rupiah. Nilai ini masih sangat kecil, sekitar 4.88% dari keseluruhan aset
perbankan nasional. Perkembangan perbankan syariah di Indonesia dimulai dari
didirikannya Bank Muamalat pada tahun 1991 dan mulai beroperasi pada tahun 1992.
Usaha pembentukan sistem syariah ini didasari oleh larangan agama islam dalam
transaksi berbasis bunga/riba yang diterapkan oleh bank konvensional. Al Qur`an
surat Al Imran : 130 menyebutkan bahwa seorang muslim dilarang memakan riba.
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia kemungkinan masih
terpengaruh dengan keberadaan sistem perbankan konvensional yang ada. Hal ini
dikarenakan sistem perbankan di Indonesia masih mengacu pada BI rate. BI rate
atau biasa disebut dengan tingkat suku bunga Bank Indonesia merupakan suku bunga
acuan atau suku bunga kebijakan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebagai
lembaga otoritas kebijakan moneter di Indonesia. Selain itu, indikasi adanya
pengaruh perbankan konvensional terhadap perbankan syariah telah diteliti
dibeberapa negara. Latiff dan Halid (2012) dalam penelitiannya pada perbankan di
Malaysia menemukan bahwa ada hubungan antara suku bunga deposito bank
konvensional dengan bagi hasil deposito bank syariah dalam jangka panjang. Selain
itu, Beck et al (2010) menemukan kenyataan bahwa tingkat pengembalian deposito
pada bank syariah mengikuti suku bunga deposito bank konvensional.
Produk perbankan syariah terdiri dari produk penghimpunan dana dan
penyaluran dana. Produk penghimpunan dana bank syariah hampir sama dengan
produk perbankan pada umumnya, yaitu terdiri dari giro, tabungan, dan deposito
berjangka. Giro merupakan simpanan yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran
dan penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, sarana
perintah pembayaran lainnya, atau dengan cara pemindahbukuan.
Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut
syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau alat yang
dapat dipersamakan dengan itu. Sedangkan deposito berjangka merupakan simpanan
yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian
antara penyimpan dengan bank yang bersangkutan (UU No. 21 tahun 2008 tentang
perbankan syariah). Perbedaan produk penghimpunan dana bank syariah dan bank
konvensional terletak pada sistem pengembaliannya, yaitu bagi hasil untuk bank
syariah dan suku bunga untuk bank konvensional.
Perbankan syariah menerapkan beberapa akad syariah dalam produk
penghimpunan dana. Pada produk tabungan dan giro perbankan syariah menerapkan
akad wadiah, (Karim 2009) yang merupakan akad dimana pihak yang dititipi (bank)

2
bertanggung jawab atas keutuhan harta titipan sehingga bank boleh memanfaatkan
harta titipan tersebut. Ketentuan umum dalam akad ini adalah keuntungan dan
kerugian dari penyaluran dana menjadi hak milik atau tanggung jawab bank, sedang
pemilik dana (nasabah) tidak dijanjikan imbalan dan tidak menanggung kerugian.
Bank dimungkinkan untuk memberi bonus kepada nasabah sebagai suatu insentif
untuk menarik dana masyarakat, tetapi tidak boleh diperjanjikan di muka.
Akad syariah yang diterapkan dalam produk deposito berjangka adalah akad
mudharabah yang merupakan akad dimana seorang deposan atau penyimpan
bertindak sebagai shahibul maal (pemilik modal) dan bank sebagai mudharib
(pengelola). Dalam akad mudharabah keuntungan akan dibagi sesuai dengan nisbah
bagi hasil yang telah disepakati, namun jika investasi yang dilakukan mengalami
kerugian maka akan sepenuhnya ditanggung oleh pemilik dana. Akad mudharabah
ini dibagi menjadi dua, yaitu pertama mudharabah mutlaqah atau URIA
(Unrestricted Investment Account) dan kedua mudaharabah muqayyadah atau RIA
(Restricted Investment Account).
Dalam URIA tidak ada pembatasan bagi bank dalam menngunakan dana yang
dihimpun (Karim 2009). Nasabah tidak memberikan persyaratan apa pun kepada
bank perihal bisnis apa yang akan dilakukan untuk menyalurkan dana yang mereka
titipkan. Jadi bank memiliki kebebasan penuh untuk menyalurkan dana URIA ke
bisnis manapun yang diperkirakan akan menguntungkan.
Akad RIA merupakan simpanan khusus dimana pemilik dana dapat
menetapkan syarat – syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank. Bank wajib
memisahkan dana ini dari rekening lainnya sebagai tanda bukti simpanan bank
menerbitkan bukti simpanan khusus. Dana simpanan dalam produk deposito
berjangka hanya bisa dicairkan sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati.
Deposito yang diperpanjang, setelah jatuh tempo akan diperlakukan sama seperti
deposito baru, tetapi bila pada akad sudah dicantumkan perpanjangan otomatis maka
tidak perlu dibuat akad baru (Karim 2009).
1800000
1600000

Milyar (Rp)

1400000
1200000
1000000

BK

800000

BS

600000
400000
200000
0
20062007200820092010201120122013

Periode

Sumber : bi.go.id (diolah)
Gambar 1 DPK Bank Konvensional dan Bank Syariah di Indonesia
Dana pihak ketiga (DPK) merupakan salah satu input bagi operasional
perbankan. Perkembangan DPK ini tentunya dipengaruhi oleh besar market share

3
perbankan, baik itu perbankan syariah maupun perbankan konvensional. Jumlah
DPK yang semakin meningkat mencerminkan bahwa tingkat kepercayaan
masyarakat untuk menitipkan dananya di bank semakin meningkat dan kinerja dari
bank tersebut juga semakin baik. Gambar 1 memerlihatkan jumlah DPK bank
konvensional di Indonesia yang masih lebih besar dari pada jumlah DPK bank
syariah. Gambar tersebut mengindikasikan adanya keterkaitan dalam penetapan bagi
hasil bank syariah dengan tingkat suku bunga bank konvensional di Indonesia.
Adanya keterkaitan antara bagi hasil bank syariah dan suku bunga bank
konvensional mencerminkan bahwa market share bank syariah masih sangat sedikit
jika dibandingkan market share bank konvensional. Dalam rangka memenangkan
persaingan untuk menarik investor, kerapkali lembaga keuangan syariah
menyamakan bagi hasil yang ingin diberikan kepada investornya dengan tingkat
bunga simpanan yang diberikan bank konvensional kepada nasabahnya
(Perwataatmajaya dan Tanjung 2007). Hal ini menarik untuk diteliti, sebab pada
dasarnya sistem keuangan islam melarang penerapan sistem riba. Al Qur`an (Al
Baqarah : 275) menyatakan bahwa seorang muslim dilarang untuk memungut riba.
Penentuan suku bunga deposito bank konvensional mengacu pada BI rate.
Semakin tinggi BI rate maka tingkat suku bunga deposito bank konvensional juga
semakin tinggi dan semakin banyak nasabah yang akan menitipkan uangnya ke bank
konvensional sebab bunga yang akan didapatkan semakin besar. Untuk membayar
bunga yang akan diberikan kepada nasabah penyimpan dana atau deposan maka bank
akan membebankan bunga tersebut kepada nasabah peminjam dana dengan cara
menaikkan tingkat suku bunga pinjaman. Tingkat suku bunga pinjaman didasarkan
pada besar tingkat suku bunga simpanan/deposito ditambah keuntungan yang
didapatkan bank. Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat suku bunga deposito maka
semakin tinggi pula tingkat suku bunga pinjaman.
Tingkat suku bunga pinjaman yang tinggi menyebabkan penggeseran beban
biaya yang akan dilakukan oleh nasabah peminjam dana dengan cara antara lain
mengurangi jumlah produksi, mengurangi tingkat upah produksi, maupun menaikkan
harga produk barang/jasa. Penggeseran beban biaya tersebut memicu kenaikan
tingkat inflasi. Kenaikkan tingkat inflasi menjadi acuan untuk meningkatkan tingkat
suku bunga simpanan dan proses tersebut akan berulang terus – menerus
(Perwataatmajaya dan Tanjung 2007)
Perumusan Masalah
Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang menerapkan dual
banking system selain Malaysia dan Inggris. Dual banking system adalah
menerapkan dua sistem perbankan yaitu konvensional dan syariah. Bank
konvensional merupakan bank yang sudah dikenal masyarakat luas pada umumnya.
Jika nasabah menabung atau berinvestasi di bank konvensional maka dalam jangka
waktu tertentu nasabah akan mendapatkan tambahan uang atas tabungan/investasi
yang telah dilakukan. Dalam Islam, tambahan uang seperti ini disebut riba.
Sedangkan bank syariah adalah bank yang dalam menjalankan fungsinya
berdasarkan prinsip syariah (UU No. 21 tahun 2008). Salah satu prinsip syariah
tersebut adalah dengan tidak menerapkan sistem bunga atau riba.
Prinsip syariah harus diterapkan dalam semua transaksi yang dilakukan oleh
bank syariah, baik itu dalam hal penghimpunan dana maupun penyaluran dana.

4
Cevik dan Charap (2011) menyatakan bahwa kebanyakan bank syariah
menginvestasikan dana pihak ketiga pada instrumen moneter, seperti obligasi, sama
halnya dengan bank konvensional. Selain itu, Hakan dan Gulumser (2011)
menemukan kenyataan bahwa likuiditas deposito bank syariah memberikan respon
yang negatif terhadap perubahan suku bunga di negara Turki serta suku bunga cukup
besar peranannya dalam menjelaskan jumlah likuiditas deposito bank syariah. Hal ini
didukung oleh penelitian Natalia, et al (2014) bahwa apabila tingkat suku bunga pada
bank konvensional lebih tinggi dibandingkan bagi hasil bank syariah, maka tidak
menutup kemungkinan nasabah yang semula merupakan nasabah bank syariah akan
beralih menjadi nasabah bank konvensional.
Salah satu produk perbankan di Indonesia adalah deposito. Deposito
merupakan tabungan investasi yang bisa diambil dalam jangka waktu yang telah
ditentukan. Deposito lebih banyak dipilih oleh nasabah sebab deposito merupakan
investasi jangka panjang dan memberikan keuntungan yang lebih besar dari tabungan
biasa yang bisa diambil sewaktu – waktu. Hal ini karena pihak bank menganggap
nasabah yang menabung dalam bentuk deposito rela menyimpan dananya untuk
waktu yang lebih lama, dan sebagai gantinya maka bank memberi imbalan dengan
jumlah yang lebih besar dari tabungan biasa.
Penentuan suku bunga deposito melihat tingkat inflasi yang sedang terjadi.
Semakin tinggi tingkat inflasi, maka pihak perbankan akan meningkatkan tingkat
suku bunga deposito untuk menarik minat nasabah agar menyimpan dananya di
bank. Apabila suku bunga bank konvensional meningkat, maka bank syariah juga
akan meningkatkan tingkat bagi hasil depositonya (Hakim 2011).
Berdasarkan uraian di atas maka terdapat beberapa permasalahan yang akan
diteliti yaitu :
1. Bagaimana pengaruh tingkat suku bunga deposito bank umum konvensional
terhadap tingkat bagi hasil deposito bank umum syariah di Indonesia ?
2. Bagaimana pengaruh tingkat bagi hasil deposito bank umum syariah terhadap
tingkat suku bunga deposito bank umum konvensional di Indonesia ?

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini terkait dengan
permasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya adalah :
1. Menganalisis pengaruh tingkat suku bunga deposito bank umum konvensional
terhadap tingkat bagi hasil deposito bank umum syariah di Indonesia.
2. Menganalisis pengaruh tingkat bagi hasil deposito bank umum syariah terhadap
tingkat suku bunga deposito bank umum konvensional di Indonesia.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini akan memberikan gambaran bagaimana pengaruh jangka
panjang antara tingkat suku bunga deposito bank konvensional terhadap tingkat bagi
hasil deposito bank syariah di Indonesia serta bagaimana pengaruh indeks harga
konsumen sebagai variabel makroekonomi. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
digunakan sebagai pertimbangan para pelaku industri perbankan syariah agar lebih

5
memerhatikan substansi prinsip syariah itu sendiri yaitu bebas dari maysir, gharar,
riba serta memberikan manfaat bagi pembaca dan sebagai referensi bagi penelitian –
penelitian selanjutnya. Bagi penulis, karya ilmiah ini sebagai bentuk penerapan ilmu
yang telah diperoleh selama menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor.

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini akan menganalisis pengaruh jangka panjang antara tingkat suku
bunga deposito bank umum konvensional dengan tingkat bagi hasil deposito bank
umum syariah dan unit usaha syariah yang ada di Indonesia serta melihat pengaruh
indeks harga konsumen sebagai variabel makroekonomi. Data yang digunakan
adalah data tingkat suku bunga dan tingkat bagi hasil deposito 1 bulan, deposito 3
bulan, deposito 6 bulan, dan deposito 12 bulan dan Indeks Harga Konsumen (IHK)
dengan tahun dasar 2012.

TINJAUAN PUSTAKA
Landasan Teori
Teori Suku Bunga dan Bagi Hasil
Para ahli ekonomi menegelompokkan persoalan bunga bank kepada dua
kelompok (Hakim 2011), yaitu pertama, teori bunga bank murni (pure theory of
interest) yang terdiri dari (1) Classical theory of interest,(2) Abstinence theory of
interest, (3) Productivity theory of interest, (4) Austrian theory of interest. Kedua,
teori bunga moneter (monetary theory of interest) yang terdiri dari (1) Loanable
funds of theory, dan (2) Keynesian theory of interest.
Menurut teori klasik, bunga adalah balas jasa atau kompensasi yang dibayarkan
oleh peminjam kepada pemberi pinjaman. Tokoh teori ini adalah Smith dan Ricardo.
Nassau Senior, tokoh abstinence theory, bunga adalah harga yang dibayarkan
sebagai imbalan atas tindakan ‘tahan nafsu’ atau menahan diri. Tindakan ini
didefinisikan sebagai tindakan seseorang yang absen dari kegiatan produktif atau
kegiatan yang direncanakan akan mendapatkan keuntungan.
Kelemahan teori ini adalah kreditor hanya akan meminjamkan uang yang tidak
ia pergunakan sendiri. Ia hanya akan meminjamkan uang yang lebih dari yang ia
perlukan. Alfred Marshal, naik turunnya suku bunga dipengaruhi tinggi dan
rendahnya penawaran. Jika penawaran (tabungan) lebih besar dari pada investasi
maka suku bunga investasi akan turun dan investasi akan meningkat, dan begitu
sebaliknya.
Productivity theory menjelaskan bahwa produktivitas sebagai property
terkandung dalam kapital, dan produktivitas kapital dipengaruhi oleh bunga. Nilai
kapital yang dikonsumsi dalam produksi akan menimbulkan nilai tambah. Austrian
theory mengatakan bahwa orang akan merasa senang dengan barang yang ada
sekarang daripada barang yang akan diperoleh di masa yang akan datang. Kedua
teori ini bersifat subjektif sebab dalam kegiatan menabung, seseorang tidak selalu

6
menginginkan jumlah tabungan meningkat di masa datang, tetapi lebih kepada tujuan
dan maksud tertentu seperti jaminan masa tua, pendidikan, dan kesehatan (Hakim
2011).
Teori bunga moneter beragumen bahwa pembayaran bunga adalah tindakan
opportunity guna mendapatkan keuntungan dari meminjamkan uang. Keynessian
theory menyebutnya sebagai motif spekulasi dari permintaan uang dan didefinisikan
sebagai usaha untuk menjamin keuntungan pada masa yang akan datang. Menurut
islam, spekulasi mengandung ketidakpastian (gharar) dan ini dilarang. Keputusaan
Majelis Ulama Indonesia (MUI) menetapkan bahwa bunga bank termasuk riba yang
hukumnya haram. Ketetapan ini diputuskan tanggal 16 Desember 2003 di Jakarta
dalam sidang Ijtima Ulama. Islam memandang bahwa harta tidak dapat tumbuh dan
berkembang dengan sendirinya. Harta akan tumbuh dan berkembang hanya dengan
upaya dan kerja keras.
Tingkat suku bunga deposito juga termasuk kedalam riba. Oleh karena itu,
dalam islam tidak ada istilah suku bunga dalam pengambilan keutungan, yang ada
hanya bagi hasil. Bagi hasil merupakan kesepakatan antara dua pihak, baik
perorangan maupun lembaga, atas persen terhadap keuntungan dan/atau kerugian
yang akan didapat dari kerjasama yang dilakukan.
Suku bunga merupakan persen tambahan nilai uang akibat bertambahnya
waktu, semakin lama seseorang meminjam uang maka akan semakin besar bunga
yang harus dibayarkan, tidak peduli kerjasama yang dilakukan mendapat untung atau
rugi. Sementara itu, bagi hasil adalah hasil dari keuntungan dan/atau kerugian yang
diperoleh atas kerjasama yang telah dilakukan. Perbedaan antara suku bunga dan
bagi hasil dapat dilihat pada tabel 1.
Perbankan Indonesia menerapkan bagi hasil pada produk yang dimiliki, baik
produk penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Pada produk penghimpunan
dana atau produk simpanan bagi hasil diterapkan pada produk deposito berjangka
dengan menggunakan akad mudharabah. Mudharabah merupakan akad investasi
dimana pemilik modal (shahibul maal) menitipkan dananya kepada pengelola dana
(mudharib) untuk di kelola atau diinvestasikan. Sebelum melakukan kegiatan
investasi maka terlebih dahulu dilakukan perjanjian untuk menentukan nisbah bagi
hasil yang akan diberikan kepada masing – masing pelaku apabila mendapat
keuntungan. Namun, apabila usaha mengalami kerugian maka akan ditanggung oleh
shahibul maal (Hakim 2011).
Dalam produk pembiayaan bank syariah, bagi hasil diterapkan pada produk
pembiayaan mudharabah dan musyarakah. Akad musyarakah hampir sama dengan
mudharabah yaitu akad investasi, dan yang membedakan musyarakah dengan
mudharabah yaitu terletak pada penyertaan modalnya. Dalam musyarakah, baik
shahibul maal maupun mudharib memberikan masing- masing modalnya untuk
dikelola bersama sedangkan dalam mudharabah hanya shahibul maal yang
memberikan modal sedangkan mudharib hanya bertugas mengelola. Nisbah bagi
hasil ditentukan diawal akad untuk menentukan porsi keuntungan yang akan
dibagikan jika usaha mendapat keuntungan. Apabila usaha mengalami kerugian,
maka kerugian dibagikan berdasarkan porsi modal yang diberikan masing – masing
pelaku diawal akad (Karim 2009).

7
Tabel 1 Perbedaan Sistem Bunga dan Bagi Hasil
Sistem Bunga
Sistem Bagi Hasil
Penentuan bunga dibuat pada waktu akad Penentuan besarnya rasio/nisbah bagi
dengan asumsi harus selalu untung
hasil dibuat pada waktu akad dengan
berpedoman pada kemungkinan utnung/
rugi
Besarnya persentase berdasarkan pada Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan
jumlah uang (modal) yang dipinjamkan
pada jumlah keuntungan yang diperoleh
Pembayaran bunga tetap seperti yang Tergantung pada keuntungan proyek
dijanjikan tanpa pertimbangan apakah yang dijalankan. Bila usaha merugi,
proyek yang dijalankan oleh pihak karugian akan ditanggung bersama oleh
nasabah untung atau rugi
kedua belah pihak
Jumlah pembayaran bunga tidak Jumlah pembagian laba meningkat sesuai
meningkat sekalipun jumlah keuntungan dengan peningkatan jumlah pendapatan
berlipat
(Sumber : Antonio 2001)
Adanya perbankan syariah di Indonesia membuat para pelaku usaha mikro,
kecil, dan menengah semakin maju. Hal ini disebabkan karena tujuan utama ekonomi
syariah, perbankan syariah pada khususnya, adalah menggerakan perekonomian
disektor riil. Gambar 2 memerlihatkan grafik perkembangan UMKM (Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah) di Indonesia. Uang yang beredar di masyarakat tidak hanya
digunakan untuk berinvestasi disektor moneter saja melainkan kesektor riil juga.
Dengan kuatnya perekonomian di sektor riil maka guncangan yang terjadi pada
sektor moneter dengan kata lain guncangan pada inflasi tidak akan terlalu
memengaruhi perekonomian negara.

Jumlah Unit Usaha UMKM

60000000
50000000
40000000
30000000
UNIT USAHA

20000000
10000000

1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011

0

Periode

Sumber : www.depkop.go.id (diolah)
Gambar 2 Perkembangan UMKM di Indonesia periode 1997 – 2011

8

Dampak Suku Bunga Terhadap Perekonomian Indonesia
Adanya persaingan antar bank untuk menarik minat masyarakat,
menyebabkan tingginya bunga deposito jauh melebihi tigkat inflasi maupun tingkat
suku bunga riil di luar negeri. Tingkat suku bunga tabungan yang tinggi
menyebabkan tingkat suku bunga pembiayaan (kredit) juga tinggi (Perwataatmajaya
dan Tanjung 2007). Peminjam dana adalah mereka yang mampu membayar tingkat
bunga pinjaman. Hal tersebut mengakibatkan tidak semua orang mampu membayar
tingkat bunga pinjaman yang berlaku sehingga terjadi diskriminasi penyaluran dana.
Selama pasar masih bisa menyerap harga barang dan jasa, maka akan ada
pihak yang selalu diuntungkan diatas pihak lain yang dirugikan. Akibatnya untuk
menanggung beban bunga tersebut para pengusaha (peminjam dana) akan menggeser
beban biaya tersebut dengan cara, antara lain meningkatkan harga barang yang dijual,
mengurangi kualitas produksi barang, dan bahkan dijadikan alasan untuk tidak
menaikkan upah buruh (Perwataatmajaya dan Tanjung 2007). Penggeseran beban
biaya tersebut memicu kenaikan tingkat inflasi. Kenaikkan tingkat inflasi menjadi
acuan untuk meningkatkan tingkat suku bunga simpanan dan proses tersebut akan
berulang terus – menerus.
Suku bunga yang terlalu tinggi mencerminkan tingkat inflasi di negara
tersebut tinggi. Tingkat inflasi tinggi mencerminkan perekonomian negara tersebut
rendah. Adanya bank syariah yang menerapkan prinsip bagi hasil menjadi alternatif
sistem ekonomi suatu negara sebab bagi hasil tidak terlalu terpengaruh oleh
tingginya tingkat inflasi.
Pada krisis ekonomi tahun 1998 di Indonesia, bank syariah menunjukkan
bahwa performanya lebih baik dari pada bank konvensional yang menerapkan suku
bunga. Bank syariah dapat bertahan ditengah gejolak nilai tukar dan tingkat suku
bunga BI yang sangat tinggi (Dendawijaya 2004). Menghadapi gejolak moneter
dengan tingkat bunga yang tinggi, justru bank syariah bebas dari negative spread
karena bank syariah tidak berbasis bunga atau kekuatannya adalah pada kerjasama.
Bank syariah bisa bertahan terhadap krisis ekonomi 1998, disebabkan oleh beberapa
hal (Muhammad 2005):
1. Beroperasi atas dasar prinsip syariah melalui bagi hasil, tidak beroperasi atas
dasat bunga/riba, gharar, dan maysir serta tidak mempraktekkan pemberian
bunga kepada deposan maupun penarikan bunga dari para pemimpin dan/
nasabah pembiayaan.
2. Tidak mengalami negative spread. Hal ini terjadi karena bank muamalat tidak
memberikan bunga, dalam hal ini bagi hasil lebih besar dari yang diperoleh,
melainkan revenue sharing dari hasil usaha nyata atas penyaluran dana
masyarakat kepada sektor usaha yang dibiayai bank.
3. Tidak mengambil posisi untuk melakukan spekulasi mata uang (gharar)
sehingga tidak mengalami problem NOP (net open position).
4. Fokus pada pembiayaan usaha kecil dan menengah (UKM) yang terbukti
tangguh dan tahan dalam menghadapi krisis perekonomian nasional.

9
Penelitian Terdahulu
Chong dan Liu (2008), meneliti tentang hubungan jangka pendek dan jangka
panjang antara tingkat suku bunga deposito bank konvensional dan tingkat bagi hasil
deposito bank syariah di Malaysia dari April 1995 hingga April 2004. Penelitian ini
menggunakan deposito berjangka 1 bulan hingga 12 bulan. Penelitian ini
menemukan bahwa pada prakteknya bank syariah tidak berbeda jauh dengan bank
konvensional, hanya sedikit porsi dari produk keuangan bank syariah yang
berdasarkan profit and loss sharing (PLS) dan tingkat bagi hasil deposito bank
syariah tidak sepenuhnya bebas riba melainkan hampir sama dengan tingkat suku
bunga deposito bank konvensional. Nilai koefisien korelasi yang ditunjukkan dalam
penelitian ini antara bank konvensional dan bank syariah adalah sebesar 0.89 hingga
0.97, ini menunjukkan bahwa korelasi tingkat suku bunga dan bagi hasil tersebut
tinggi. Selain itu, hasil uji kausalitas Granger menunjukkan bahwa perubahan pada
tingkat suku bunga deposito bank konvensional memengaruhi perubahan tingkat bagi
hasil deposito bank syariah.
Arif (2010), melakukan penelitian mengenai pengaruh tingkat suku bunga
bank konvensional sebagai salah satu faktor dalam penentuan marjin bagi hasil di
bank syariah di Indonesia. Penelitian ini menggunakan teknik analisis autoregressive
distributed lag untuk menganalisis pengaruh tingkat suku bunga pada periode ini dan
tingkat suku bunga pada periode sebelumnya terkait hubungannya dengan penentuan
marjin bagi hasil di bank syariah. Hasil penelitian ini menemukan bahwa tingkat
suku bunga bank konvensional secara signifikan memengaruhi dalam penentuan
marjin bagi hasil di bank syariah.
Pada uji T menunjukkan bahwa koefisien dari variabel tingkat suku bunga
bank konvensional negatif, yakni 1.351%. Hal ini berarti bahwa apabila tingkat suku
bunga bank konvensional periode saat ini naik 1%, maka persentase bagi hasil bank
syariah akan turun sebesar 1.351%. Sedangkan pada periode sebelumnya
menunjukkan koefisien yang positif, yakni 1.669%. Hal ini berarti bahwa apabila
tingkat suku bunga periode sebelumnya meningkat 1%, maka persentase bagi hasil di
bank syariah akan meningkat 1.669%. Uji F yang dilakukan terlihat bahwa secara
bersama – sama variabel tingkat suku bunga bank konvensional periode saat ini dan
periode sebelumnya memberikan pengaruh terhadap bagi hasil bank syariah sebesar
75.9% pada tingkat kepercayaan 1%.
Cevik dan Charap (2011), meneliti bagaimana pengaruh dan dampak
guncangan deposit rate bank konvensional terhadap tingkat bagi hasil bank syariah
di Malaysia dan Turki. Penelitian ini menggunakan metode VAR dan VECM pada
periode Januari 1997 hingga Agustus 2010. Hasil estimasi model VECM
menunjukkan bahwa terjadi penyesuaian dari jangka pendek ke jangka panjangnya
yang ditunjukkan dengan kointegrasi kesalahan yang signifikan dan bernilai negatif
baik di Malaysia maupun Turki. Dalam jangka panjang deposit rate bank
konvensional sangat memengaruhi tingkat bagi hasil bank syariah di Malaysia dan
Turki. Analisis FEVD menjelaskan bahwa di Malaysia dan Turki dalam jangka
panjang, guncangan deposit rate bank konvensional lebih besar peranannya terhadap
fluktuasi rate of return deposito bank syariah dibandingkan peranan rate of return
deposito bank syariah dalam menjelaskan fluktuasi deposit rate bank konvensional.

10
Latif dan Halid (2012), meneliti bagaimana hubungan antara deposit rate
perbankan konvensional dan perbankan syariah yang ada di Malaysia. Menggunakan
data bulanan dari Januari 1996 hingga September 2004 dan Oktober 2004 hingga
Juni 2011 serta metode yang digunakan adalah autoregressive distributed lag
(ARDL). Penelitian ini menemukan bahwa pada periode pertama ada hubungan
kointegrasi antara deposit rate perbankan konvensional dan perbankan syariah.
Peneitian ini juga mendukung penelitian sebelumnya (Cevik & Charap 2011; Chong
& Liu 2008) bahwa terdapat hubungan jangka panjang antara deposit rate bank
konvensional dan bank syariah. Uji F yang dilakukan menunjukkan bahwa adanya
hubungan jangka panjang dimana deposit rate bank konvensional dapat menjelaskan
deposit rate bank syariah pada tingkat kepercayaan 1%.
Pada metode ARDL ditemukan bahwa koefisien estimasi pada hubungan
jangka panjang menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan, hal ini
ditunjukkan dengan kisaran nilai dari 0.76 hingga 0.92. Hal ini menunjukkan
semakin besar nilai yang didapat maka semakin besar pula deposit rate bank
konvensional memengaruhi tingkat bagi hasil bank syariah.

Kerangka Pemikiran
Kerangka Pemikiran yang mendasari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar
3. Indonesia merupakan salah satu negara yang menerapkan dual banking system
yaitu negara yang menerapkan dua sistem perbankan yakni perbankan konvensional
dan perbankan syariah. Secara garis besar perbankan Indonesia memiliki dua produk,
yaitu pinjaman dan tabungan. Produk pinjaman adalah produk dimana bank
meminjamkan dana pihak ketiga kepada nasabah yang membutuhkan modal.
Sedangkan produk tabungan atau biasa disebut dana pihak ketiga merupakan produk
berupa dana yang dikumpulkan dari masyarakat untuk diinvestasikan ke pencari
modal maupun bentuk investasi lainnya.
Salah satu bentuk tabungan adalah deposito berjangka. Deposito merupakan
tabungan investasi yang mana tabungan tersebut bisa diambil dalam jangka waktu
yang telah ditentukan. Deposito lebih banyak dipilih oleh nasabah sebab deposito
merupakan investasi jangka panjang dan memberikan keuntungan yang lebih besar
dari tabungan biasa yang bisa diambil sewaktu – waktu. Hal ini karena pihak bank
menganggap nasabah yang menabung dalam bentuk deposito rela menyimpan
dananya untuk waktu yang lebih lama, dan sebagai gantinya maka bank memberi
imbalan dengan jumlah yang lebih besar dari tabungan biasa.
Penentuan tingkat suku bunga deposito dipengaruhi oleh tingkat suku bunga
pinjaman, sebab tingkat suku bunga deposito dihitung dari besar tingkat suku bunga
pinjaman ditambah dengan keuntungan yang diperoleh oleh bank. Selain itu, tingkat
keinginan masyarakat untuk menabung/menginvestasikan uangnya ke bank juga
dipengaruhi oleh tingkat konsumsi masyarakat. Jika tingkat konsumsi masyarakat
tinggi maka masyarakat akan lebih memilih untuk memegang uang dari pada saving.
Sedangkan konsumsi masyarakat dipengaruhi oleh harga barang konsumsi. Jika
harga barang konsumsi rendah maka masyarakat akan memilih membelanjakan
uangnya, namun jika tingkat harga barang konsumsi tinggi maka konsumsi
masyarakat turun dan akan lebih memilih menabung uangnya. Harga barang

11
konsumsi ini dipengaruhi oleh inflasi indeks harga konsumsi (IHK). Adapun bagan
kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 3.

Keterangan

:

fokus penelitian
Gambar 3 Bagan Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN
Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Cevik dan Charap
(2011) yang bertujuan untuk menganalisis hubungan tingkat suku bunga deposito
bank konvensional dan tingkat bagi hasil deposito bank syariah di Malaysia dan
Turki. Namun, penelitian ini tidak hanya menganalisis hubungan tingkat suku bunga
deposito bank konvensional dan tingkat bagi hasil deposito bank syariah pada
deposito 12 bulan, melainkan juga menganalisis hubungan tingkat suku bunga
deposito bank konvensional dan tingkat bagi hasil deposito bank syariah pada
deposito 1 bulan, 3 bulan, dan 6 bulan dengan periode Februari 2009 hingga Februari
2014.

12
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam
bentuk deret waktu bulanan (monthly time series) periode Februari 2009 sampai
dengan Februari 2014. Data bank konvensional dalam penelitian ini mengacu pada
data bank umum konvensional Indonesia sedangkan data bank syariah mengacu pada
data bank umum syariah dan unit usaha syariah di Indonesia.
Data diperoleh melalui Statistik Perbankan Indonesia (SPI) Bank Indonesia,
Statistik Perbankan Syariah (SPS) Bank Indonesia dan website Bank Indonesia (BI).
Selain itu penulis juga melakukan studi pustaka dengan membaca jurnal, artikel
internet, buku, dan berbagai literatur lainnya yang berkaitan dan relevan dengan
permasalahan yang diteliti. Variabel yang digunakan adalah tingkat suku bunga
deposito bank konvensional, tingkat bagi hasil deposito bank syariah, dan indeks
harga konsumen (IHK) Indonesia dengan tahun dasar 2012. Variabel dan sumber
data dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Data dan Sumber Data yang Digunakan
Variabel
Suku bunga deposito 1 bulan
Suku bunga deposito 3 bulan
Suku bunga deposito 6 bulan
Suku bunga deposito 12 bulan
Bagi hasil deposito 1 bulan
Bagi hasil deposito 3 bulan
Bagi hasil deposito 6 bulan
Bagi hasil deposito 12 bulan
Indeks Harga Konsumen(Inflasi)

Notasi
BK1
BK3
BK6
BK12
BS1
BS3
BS6
BS12
IHK

Satuan
%
%
%
%
%
%
%
%
%

Sumber Data
SPI
SPI
SPI
SPI
SPS
SPS
SPS
SPS
BI

Metode Analisis dan Pengolahan Data
Penelitian ini menggunakan metode Vector Autoregression (VAR) yang
kemudian dilanjutkan dengan metode analisis Vector Error Corection Model
(VECM). Perangkat lunak untuk analisis pada penelitian ini menggunakan E-Views
6 dan pengelompokkan data menggunakan Microsoft Excel 2007.
VECM
merupakan bentuk VAR yang terestriksi (Juanda dan Junaidi 2012). Restriksi
diberikan karena data tidak stasioner pada level namun terkointegrasi. VECM dapat
memberikan informasi mengenai tingkah laku jangka pendek maupun jangka
panjang antar variabel. Adapun persamaan umum model VECM dapat dilihat sebagai
berikut :




Keterangan :
=
= vektor yang berisi variabel yang dianalisis dalam penelitian
= vektor intersep

13
= vektor koefisien regresi
= time trend
=
β` dimana b` memiliki persamaan kointegrasi jangka panjang
= variabel in-level
= matriks koefisien regresi
k - 1 = ordo VECM dari VAR
= errror term

t


Analisis data dengan menggunakan pendekatan VAR dan VECM yang
umumnya digunakan adalah forecasting, impulse respons function (IRF), forecast
error varian decomposition (FEVD). Sebelum melakukan estimasi VAR/VECM,
maka dilakukan uji pra-estimasi.
Uji Stasioneritas Data
Tahap awal yang dilakukan untuk uji pra-estimasi adalah melakukan uji
stasioneritas. Uji stasioneritas dilakukan untuk melihat data mengandung akar unit
atau tidak. Data yang mengandung akar unit (tidak stasioner) akan memberikan hasil
estimasi yang semu (spurious) karena tren data tersebut cenderung berfluktuasi tidak
disekitar nilai rata – ratanya. Hasil estimasi semu akan menggambarkan hubungan
antar variabel yang terlihat signifikan secara statistik namun pada kenyataannya tidak.
Pengujian stasioneritas data pada penilitian ini menggunakan uji Augmented
Dickey-Fuller (ADF). Keputusan data stasioner dapat dilihat dari nilai t-statistik
dibandingkan dengan nilai kritis Mc-Kinnon pada level 1%, 5%, atau 10%. Data
dikatakan stasioner bila t-statistik lebih kecil dari nilai kritis Mc-Kinnon, apabila data
t-statistik lebih besar dari nilai kritis Mc-Kinnon maka data dikatakan tidak stasioner
atau data memiliki akar unit. Jika hasil uji ADF data tidak stasioner pada tingkat
level, maka dilakukan penarikan diferensial sampai data stasioner pada tingkat first
difference atau second difference.
Uji Lag Optimal
Uji penentuan lag optimal pada metode VAR/VECM merupakan uji yang
penting dilakukan. Lag berguna untuk menunjukkan berapa lama reaksi suatu
variabel terhadap variabel lainnya dan menghilangkan masalah autokorelasi dalam
sebuah sistem VAR (Firdaus 2011). Apabila lag yang di pilih teralalu panjang, maka
model akan menjadi tidak signifikan sebab banyak derajat bebas yang terbuang. Oleh
karena itu, penentuan panjang lag optimal harus secara tepat.
Penentuan lag optimal dapat diidentifikasi menggunakan lima kriteria, yaitu
Likelihood Ratio (LR), Final Prediction Criterion (FPE), Akaike Information
Criterion (AIC), Shwarz Information Criterion (SC), dan Hannan-Quinn Information
Criterion (HQ). Penentuan lag optimal pada penelitian ini menggunakan informasi
Schwarz Information Criterion (SC).
Uji Stabilitas VAR
Uji stabilitas VAR dilakukan dengan menghitung akar – akar dari fungsi
polinomial atau dikenal dengan roots of characteristic polinomial. Jika semua akar
dari fungsi polinomial berada di dalan unit circle atau jika nilai absolutnya < 1 maka
model VAR tersebut dianggap stabil sehingga hasil Impulse Response Function

14
(IRF) dan Forecast Error Variance Decomposition (FEVD) yang dihasilkan
dianggap valid (Firdaus 2011).
Uji Kointegrasi
Uji kointegrasi dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan
kointegrasi diantara variabel – variabel yang tidak stasioner. Adanya kointegrasi
dalam variabel menunjukkan adanya hubungan keseimbangan jangka panjang di
antara variabel. Penelitian ini menggunakan pendekatan Johansen Cointegration
untuk uji. Untuk mengetahui adanya kointegrasi dilihat dari nilai trace statistic
dibandingkan dengan nilai kritis. Jika trace statistic lebih besar dari critical value
maka terdapat persamaan yang terkointegrasi.
Uji Kausalitas Granger
Uji kausalitas Granger bertujuan untuk melihat hubungan kausalitas di antara
variabel – variabel yang ada dalam model. Kausalitas Granger mengukur kekuatan
hubungan antar variabel dan menunjukkan hubungan sebab akibat. Kriteria dalam
penentuan kausalitas dilihat dari nilai probabilitas yang dibandingkan dengan nilai
kritis. Nilai kritis yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5 persen. Apabila nilai
probabilitasnya < 0.05 maka terdapat hubungan kausalitas pada variabel di dalam
model.
Impulse Response Function (IRF)
Impulse Response Function (IRF) menggambarkan tingkat laju dari
guncangan variabel yang satu terhadap variabel lainnya pada suatu rentang periode
tertentu, sehingga dapat dilihat lamamya pengaruh guncangan satu variabel terhadap
variabel lainnya hingga pengaruh guncangan tersebut hilang dan mencapai
keseimbangan. IRF digunakan untuk melihat pengaruh kontemporer dari sebuah
variabel dependen jika mendapatkan guncangan atau inovasi dari variabel
independen sebesar satu standar deviasi. Selain itu, IRF daat mengukur kekuatan
relatif dari berbagai guncangan dan menelusuri pola dan arah transmisi guncangan.
Forecast Error Variance Decomposition (FEVD)
Metode yang digunakan untuk melihat perubahan suatu variabel dalam
periode tertentu yang timbul dari perubahan variabel yang sama dan variabel lainnya
dalam periode sebelumnya. Metode ini dapat melihat kekuatan dan kelemahan
masing – masing variabel memengaruhi variabel lainnya dalam kurun waktu yang
panjang (Firdaus 2011). FEVD menghasilkan informasi mengenai peranan variabel
tertentu terhadap variabel lainnya dalam model.
Model Penelitian
Metode dan model dalam penelitian ini mengacu pada penelitian yang
dilakukan oleh Cevik dan Charap (2011) dengan judul The Behavioral of
Conventional and Islamic Bank Deposit Return in Malaysia and Turkey. Adapun
model persamaan VECM dalam bentuk matriks untuk model deposito 1 bulan yaitu:
[

] = [

] + [

][

] - [

] ...............................(1)

15
Persamaan VECM dalam bentuk matriks untuk model deposito 3 bulan yaitu :
[

][

] + [

] = [

] - [

] ...............................(2)

Persamaan VECM dalam bentuk matriks untuk model deposito 6 bulan yaitu :
[

] = [

] + [

][

] - [

] ...............................(3)

Persamaan VECM dalam bentuk matriks untuk model deposito 12 bulan yaitu :
[

] = [

Keterangan
BS1
BK1
BS3
BK3
BS6
BK6
BS12
BK12
IHK

] + [

][

] - [

] ...........................(4)

:
: tingkat bagi hasil deposito 1 bulan bank syariah
: tingkat suku bunga deposito 1 bulan bank konvensional
: tingkat bagi hasil deposito 3 bulan bank syariah
: tingkat suku bunga deposito 3 bulan bank konvensional
: tingkat bagi hasil deposito 6 bulan bank syariah
: tingkat suku bunga deposito 6 bulan bank konvensional
: tingkat bagi hasil deposito 12 bulan bank syariah
: tingkat suku bunga deposito 12 bulan bank konvensional
: indeks harga konsumen
: konstanta
: koefisien lag peubah ke-j untuk persamaan ke-i
: error term

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum
Krisis yang melanda dunia perbankan Indonesia sejak tahun 1997 telah
membuktikan bahwa perbankan konvensional bukan merupakan satu – satunya
sistem yang dapat diandalkan, tetapi ada sistem perbankan lain yang lebih mampu
bertahan terhadap krisis yang terjadi, yaitu perbankan syariah. Perbankan syariah
melakukan kegiatan operasional dengan menerapkan prinsip bagi hasil dan risiko
(profit and loss sharing). Tujuan dan fungsi perbankan syariah dalam perekonomian
adalah meningkatkan kemakmuran ekonomi yang meluas, tingkat kerja penuh,
tingkat pertumbuhan ekonomi, dan distribusi pendapatan serta stabilitas uang,

16

12.00
10.00
8.00
Bagi Hasil
Deposito 1 Bulan

6.00
4.00

Suku Bunga
Deposito 1 Bulan

2.00
0.00

Feb 09
Sep 09
Apr 10
Nov 10
Jun 11
Jan 12
Agust 12
Mar13
Okt 13

Tingkat Suku Bunga/Bagi
Hasil (%)

mobilisasi dan investai tabungan yang menjamin adanya pengembalian yang adil
serta pelayanan yang efektif (Setiawan 2006).
Bank syariah di Indonesia menunjukkan arah peningkatan dari segi aset yang
dimiliki. Data bank Indonesia (BI), tercatat aset perbankan syariah per Mei 2014
meningkat menjadi 374.11 triliun rupiah. Meningkatnya aset perbankan syariah
mencerminkan bahwa kinerja bank syariah tiap tahun semakin baik dan kepercayaan
masyarakat untuk berinvestasi di bank syariah semakin meningkat. Namun aset
perbankan syariah masih kecil dibandingkan aset perbankan nasional. Masih
rendahnya aset perbankan syariah menyebabkan, bank syariah masih mengacu pada
suku bunga bank konvensional dalam penentuan bagi hasil deposito bank syariah.
Dalam gambar 4 terlihat bahwa pada periode februari 2009 hingga februari
2014, perubahan bagi hasil bank syariah mengikuti pergerakan perubahan suku
bunga bank konvensional. Bagi hasil bank syariah mengikuti pergerakan bank
konvensional sebab market share bank konvensional yang masih lebih luas dari bank
syariah sehingga untuk memperluas market share-nya, bank syariah cenderung
mengacu pada suku bunga bank konvensional dalam penentuan margin bagi hasil
bank syariah.

Gambar 4 Grafik Tingkat Bagi Hasil dan Suku Bunga Deposito 1 Bulan
Perubahan besar suku bunga bank konvensional dan bagi hasil bank syariah
deposito 3 bulan di Indonesia juga memiliki pola yang hampir sama. Hal ini dapat
dilihat pada gambar 5, suku bunga bank konvesional dan bagi hasil bank syariah
deposito 3 bulan memiliki kemiripan pola perubahan dikarenakan adanya persaingan
dalam penentuan margin yang diberikan kepada deposan (Perwataatmajaya dan
Tanjung 2007).

12.00
10.00
8.00
Bagi Hasil
Deposito 3 Bulan

6.00
4.00

Suku Bunga
Deposito 3 Bulan

2.00
0.00
Feb 09
Sep 09
Apr 10
Nov 10
Jun 11
Jan 12
Agust 12
MAr 13
Okt 13

Tingkat Suku Bunga/Bagi
Hasil (%)

17

Gambar 5 Grafik Tingkat Bagi Hasil dan Suku Bunga Deposito 3 Bulan

12.00
10.00
8.00
Bagi Hasil
Deposito 6 Bulan

6.00
4.00

Suku Bunga
Deposito 6 Bulan

2.00
0.00
Feb 09
Sep 09
Apr 1

Dokumen yang terkait

Pengaruh Tingkat Suku Bunga Konvensional dan Bagi Hasil Terhadap Jumlah Tabungan Mudharabah pada Bank Syariah di Indonesia

3 82 98

Analisis Perbandingan Pengaruh Tingkat Suku Bunga Kredit terhadap Jumlah Kredit dan Pembiayaan pada Bank Konvensional dan Bank Syariah di Indonesia

2 44 92

Analisis Komperatif Pengaruh Perubahan Tingkat Suku Bunga Terhadap Perkembangan Kredit Dan Pembiayaan Pada Bank Konvesional Dan Bank Syariah Di Indonesia

0 37 68

Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Suku Bunga Deposito, Dan Gdp Terhadap Permintaan Obligasi Swasta Di Indonesia

0 23 100

Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI dan Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Deposito Bank-bank Umum Di Indonesia

0 13 85

Analisis Tingkat Suku Bunga Deposito Bank Konvensional Pengaruhnya Terhadap Tingkat Bagi Hasil Dan Implikasinya Pada Penghimpunan Deposito Mudharabah Pada PT Bank Syariah Mandiri

1 63 162

PENGARUH TINGKAT BAGI HASIL DEPOSITO BANK SYARIAH DAN SUKU BUNGA DEPOSITO BANK UMUM TERHADAP JUMLAH Pengaruh Tingkat Bagi Hasil Deposito Bank Syariah Dan Suku Bunga Deposito Bank Umum Terhadap Jumlah Simpanan Deposito Mudharabah(Studi Pada Bank Umum Syar

0 1 13

PENGARUH TINGKAT BAGI HASIL DEPOSITO BANK SYARIAH DAN SUKU BUNGA DEPOSITO BANK UMUM Pengaruh Tingkat Bagi Hasil Deposito Bank Syariah Dan Suku Bunga Deposito Bank Umum Terhadap Jumlah Simpanan Deposito Mudharabah(Studi Pada Bank Umum Syariah di Indonesia

0 2 16

BAB 1 Pengaruh Tingkat Bagi Hasil Deposito Bank Syariah Dan Suku Bunga Deposito Bank Umum Terhadap Jumlah Simpanan Deposito Mudharabah(Studi Pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2010-2013).

0 2 7

PENGARUH TINGKAT BAGI HASIL DEPOSITO MUDHARABAH, FINANCING TO DEPOSIT RATIO, DAN SUKU BUNGA DEPOSITO TERHADAP PERTUMBUHAN DEPOSITO MUDHARABAH PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA

0 0 7