APLIKASI COMPOST TEA YANG DIPERKAYA AGENSIA HAYATI UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI (Xanthomonas oryzae pv oryzae) TANAMAN PADI DALAM SISTEM PERTANIAN ORGANIK

  

Tema 3: Pangan, Gizi dan Kesehatan

APLIKASI COMPOST TEA YANG DIPERKAYA AGENSIA HAYATI

UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI

  

(Xanthomonas oryzae pv oryzae) TANAMAN PADI DALAM SISTEM

PERTANIAN ORGANIK

Application of Compost Tea Enrichment with Biological Agent to Control Bacterial Leal

Blight Disease (Xanthomonas oryzae pv oryzae)of Rice Plant under Organic Cultivation

  

Oleh

1*

  2 Siti Mudmainah dan Dwi Ari Cahyani

1 Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Peradaban

  

Jl. Raya Pagojengan KM 3 Paguyangan Brebes

2 Jurusan Agroteknologi, Politeknik Banjarnegara Jl. Raya Kenteng – Madukara KM. 02, Kenteng, Banjarnegara 53482

  • *Korespondensi: nasutionmanis@gmail.com

    ABSTRAK

  Pengembangan pertanian organic saat ini sudah menjadi tuntutan seiring meningkatnya permintaan. Tingkat produktivitas padi organic saat ini masih rendah dan tidak sebanding dengan besarnya permintaan. Upaya peningkatan produktivitas dapat dilakukan dengan aplikasi pemupukan baik melalui tanah maupun pupuk organic cair. Ektrak kompos atau compost tea berpelunag untuk diterapkan dalam produksi padi organic, baik sebagai sumber nutrisi maupun agen hayati. Hambatan lain pengembangan pertanian organic adalah serangan hama maupun penyakit tanaman terutama hawar daun bakteri (Xanthononas oryzae pv. Oryzae) Upaya pengendalian yang ramah lingkungan dengan menggunakan ekstrak kompos menjadi menarik untuk diteliti sebagai alternative antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jenis

  

compost tea yang efektif sebagai bakterisida untuk mengendalikan penyakit hawar daun bakteri;

  Percobaan ini menggunakan rancangan acak kelompok lengkap (RAKL) non factorial. Perlakuan yang dicoba antara lain P0 : Kontrol, PI : ektrak kompos sapi, P2 : ektrak kompos kandang ayam, P3 : ekstrak kompos limbah jamur, P4 : ektrak kompos sapi + Pseudomonas flourosence, P5 : ektrak kompos kandang ayam + Pseudomonas flourosence, P6 : ekstrak kompos limbah jamur +

  

Pseudomonas flourosence, P7 : ektrak kompos sapi + Trichoderma harzianum, P8 : ektrak kompos

  kandang ayam + Trichoderma harzianum, dan P9 : ekstrak kompos limbah jamur + Trichoderma

  

harzianum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Aplikasi compost tea sampai 9 minggu setelah

  tanam mampu menekan perkembangan Hawar Daun Bakteri Tanaman Padi. Compost tea limbah baglog jamur tiram yang diperkaya dengan Trichoderma harzianum menunjukkan intensitas Hawar Daun Bakteri terendah sebesar 42,22%, lebih rendah dibandingkan dengan control yang mencapai 50,37%.

  Kata kunci : Hawar daun, bakteri, compost tea, padi, organic

  PENDAHULUAN

  Penyakit hawar daun bakteri merupakan penyakit utama tanaman padi yang endemic dibeberapa negara di Asia yang mampu menurunkan hasil diatas 50%, dan infeksi pada fase anakan aktif dapat menyebabkan puso (Mew et al., 1993). Keragaman genetic yang tinggi diantara isolate

  

X. oryzae pv. Oryzae dari berbagai daerah menyebabkan penggunaan varietas tahan tidak efektif

  dan menurun ketahanannya dengan berubahnya lingkungan dan biotipe atau pathotipe panyakit (Saad dan Habibuddin, 2010).

  Penggunaan pestisida dalam bentuk bahan antibakteri kimia berpengaruh terhadap kesehatan dan berspektrum luas sehingga berdampak buruk terhadap lingkungan. Disamping itu, penggunaan bahan antibakteri kimia menjadi kurang efektif karena beberapa strain X. oryzae pv.

  

oryzae menunjukkan reaksi resistansi terhadap antibiotic (Wahyudi et al., 2011). Oleh karena itu,

  sangat diperlukan cara pengendalian yang ramah lingkungan dan efektif. Sarma et al.,(2010) menyatakan bahwa penggunaan kompos dapat menekan kejadian penyakit dan memperbaiki ketersediaan hara, serta memacu pertumbuhan tanaman sebagai mediator antara factor biotik dan abiotic. Penggunaan kompos sebagai bahan amandemen untuk mengendalikan penyakit daun (Foliar disease) pada tanaman padi merupakan suatu hal baru untuk dikembangkan.

  Ekstrak kompos atau yang lebih dikenal dengan compost tea saat ini sedang banyak dikembangkan dalam pengendalian penyakit tanaman (Manandhar dan Yami, 2008). Tateda et al., (2007) menyatakan bahwa ekstrak kompos (compost teai) mempunyai aktivitas antifungal dan cukup efektif dalam mengendalikan Podosphaera xanthii. Aplikasi penyemprotan pada tanaman (foliar application) cukup efektif untuk mengendalikan Botrytis cinerea (Scheuerell, 2006), penyakit empun tepung pada tanaman anggur (Lanthier, 2007), dan penyakit busuk pelepah pada tanaman padi (Manandhar dan Yami, 2008). Zhang et al.(1998) melaporkan bahwa aplikasi

  

compost tea pada tanaman timun mampu meningkat ketahanan tanaman terhadap penyakit

  antraknosa melalui mekanisme ketahanan terimbas dengan meningkatnya aktivitas peroksidase dan β-1,3-glucanase.

  Efektivitas penggunaan compost tea sangat beragam pada berbagai tanaman. Menurut Deepthi, dan Reddy (2013) factor utama yang mempengaruhi efektifitas compost tae adalah tingkat kematangan kompos dan sifat bahan sumber kompos. Hoitink et al.,(1996) menyatakan bahwa mekanisme penekanan pathogen oleh ekstrak kompos melalui kompetisi, antibiotic, hiperparasitisme, dan induksi ketahanan terimbas. Hasil kajian terdahulu menunjukkan bahwa efek

  

compost tea sangat beragam pada berbagai tanaman, dan lingkungan. Oleh karena itu, perlu kajian

  terkait efikasi berbagai jenis compost tea terhadap pengendalian X. oryzae dan efeknya terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi sawah.

METODE PENELITIAN

  Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan dan Laboratorium Agronomi dan Hortikultura Fak. Pertanian Unsoed Purwokerto. Penelitian dimulai pada bulan Maret sampai dengan Oktober 2017. Compost tea dibuat dari kompos kandang sapi, kompos kandang ayam, dan limbah jamur tiram. Kompos ditempatkan di dalam drum dan diberi air dengan rasio 1:5 (w/v). Campuran air dan kompos kemudian diberi aerasi dengan menggunakan pompa aquarium. Inkubasi dilakukan selama 14 hari. Hasil ekstrak kompos disaring menggunakan kain katun tipis. Ekstrak hasil saringan kemudian di sentrifuge selama 15 menit dengan kecepatan 4000 rpm.

  Percobaan ini menggunakan rancangan acak kelompok lengkap (RAKL). Perlakuan yang dicoba yakni P0 : Kontrol, PI : ektrak kompos sapi, P2 : ektrak kompos kandang ayam, P3 : ekstrak kompos limbah jamur, P4 : ektrak kompos sapi + Pseudomonas flourosence, P5 : ektrak kompos kandang ayam + Pseudomonas flourosence, P6 : ekstrak kompos limbah jamur + Pseudomonas

  

flourosence, P7 : ektrak kompos sapi + Trichoderma harzianum, P8 : ektrak kompos kandang ayam

+ Trichoderma harzianum, P9 : ekstrak kompos limbah jamur + Trichoderma harzianum.

  Perlakuan yang diperoleh sebanyak 9 perlakuan dan diulang tiga kali sehingga diperoleh 27 unit perlakuan. Petak percobaan berukuran 4 m x 4 m, dan jarak tanam yang digunakan adalah 20 cm x 20 cm.

  Variabel Penyakit yakni pengamatan Penyakit Hawar Daun Bakteri dilakukan pada stadia anakan sampai stadia muncul malai. Jumlah sampel untuk pengamatan penyakit Hawar Daun Bakteri sebanyak 10 persen dari populasi tanaman padi dalam setiap unit percobaan. Perhitungan intensitas Xanthomonas oryzae pv. oryzae dengan rumus sebagai berikut.

  nixi

    

  

  

  I x 100 %

   

   NxV

    Keterangan :

  I = Intensitas serangan n = jumlah tanaman dalam setiap kategori I = nilai skala setiap kategori serangan V = Nilai skala dari kategori serangan tertinggi N = Banyaknya tanaman yang diamati Skala serangan berdasarkan IRRI (2002) sebagai berikut. Tabel 1. Skala Keparahan Penyakit Hawar Daun Bakteri

  Skala Serangan Hawar Daun Bakteri

  Tidak ada gejala

  1 Terdapat bintik coklat kecil atau lebih besar tetapi tidak terdapat pusat spora

  3 Terdapat infeksi seperti kategori satu tetapi jumlah lebih banyak dan terdapat dipermukaan daun

  5 Infeksi Hawar Daun Bakteri sebesar 4-10% dari luas daun

  7 Infeksi Hawar Daun Bakteri sebesar 26-50% dari luas daun

  9 Infeksi Hawar Daun Bakteri diatas 75 % dari luas daun Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan ANOVA, dan apabila berbeda nyata akan dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT).

HASIL DAN PEMBAHASAN

  Penelitian dilaksanakan disawah yang terletak di Kelurahan Karangwangkal Purwokerto dengan ketinggian tempat 110 m diatas permukaan laut (m dpl), dan jenis tanah Inceptisol. Kultur teknis dilaksanakan tanpa menggunakan pupuk kimia baik urea, SP-36, maupun KCl. Awal pengolahan tanah seluruh lahan di semprot dengan pupuk organic cair (POC) SO-Kontan lq dengan

  • -1 -1 dosis 4 ml l dan volume semprot 400 l ha .

  Pada awal pertumbuhan tanaman, tanaman padi diserang hama wereng batang coklat pada umur 1 minggu setelah tanam. Populasi hama wereng batang coklat cukup tinggi mencapai 10 ekor per batang. Serangan wereng batang coklat pada musim MT 2 tahun 2017 cukup besar dan merata di wilayah Banyumas, dan diduga bahwa ini merupakan ledakan serangan yang merupakan siklus lima tahunan. Tabel 2. Intensitas Hawar Daun Bakteri pada berbagai perlakuan compost tea.

  Intensitas Penyakit Hawar Daun Bakteri (%) PERLAKUAN

3 MST

  6 MST

  9 MST

  13.087 a 45.677 a 50.373 a p 13.827 a 38.763 a 46.667 a p 1

  15.557 a 34.323 a 42.220 a p 2 14.813 a 40.987 a 49.877 a p 3

  10.617 a 39.507 a 48.393 a p 4 14.813 a 46.913 a 47.410 a p 5

  13.580 a 45.927 a 49.630 a p 6 13.583 a 49.133 a 47.900 a p 7

  19.753 a 46.913 a 45.680 a p 8 21.233 a 41.730 a 42.220 a p 9 Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang dalam kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut DMRT 5%. MST : minggu setelah tanam.

  Perkembangan penyakit hawar daun bakteri menunjukkan perkembangan gejala yang ditunjukkan dengan besarnya nilai intensitas penyakit Hawar Daun Bakteri (Tabel 2.) sampai umur tanaman 9 minggu setelah tanam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi compost tea mulai 3 mst sampai dengan 9 mst belum menunjukkan perbedaan antar perlakuan.

  Perlakuan compost tea yang berasal dari limbah baglog jamur merang menunjukkan intensitas intensitas penyakit yang cukup rendah. Pada umur tanaman 9 mst menunjukkan bahwa

  

compost tea limbah baglog jamur merang yang diperkaya dengan Trichoderma harzianum

  menunjukkan intensitas penyakit terendah sebesar 42.22%, lebih rendah dibandingkan dengan control tanpa aplikasi compost tea sebesar 50,37%. Hal ini menunjukkan bahwa pengkayaan

  

compost tea memberikan hasil yang positif dalam menekan perkembangan hawar daun bakteri. Hal

  ini sejalan dengan penelitian Al-Dahmani et al., (2003) bahwa aplikasi compost tea mampu menekan perkembangan penyakit Bacterial Spot of Tomato secara signifikan.

  KESIMPULAN

  Aplikasi compost tea sampai 9 minggu setelah tanam mampu menekan perkembangan Hawar Daun Bakteri Tanaman Padi. Compost tea limbah baglog jamur tiram yang diperkaya dengan Trichoderma harzianum menunjukkan intensitas Hawar Daun Bakteri terendah sebesar 42,22%, lebih rendah dibandingkan dengan control yang mencapai 50,37%.

DAFTAR PUSTAKA

  Al-Dahmani, J.H., Pervaiz A. Abbasi, Sally A. Miller, and Harry A. J. Hoitink. 2003. Suppression of Bacterial Spot of Tomato with Foliar Sprays of Compost Extracts Under Greenhouse and Field Conditions. Plant Diseae 87(8): 913-919. doi :

  Deepthi, K.P., and P.N. Reddy. 2013. Compost tea- an organic source for crop disease management. Int. J. Innov.Biol.Res 2(1): 51-60. Hoitink, H.A.J., A.G. Stone, and D.Y. Han. 1996. Supression of plant disease by compost. X Congreso Nacional Agronomico/III Congreso de Fitopatologia. P:47-52.

  IRRI. 2002. Rice Standard Evaluation System. IRRI, Laguna Los Banos, Phillipina. Manandhar, T., and K.D. Yami. 2008. Biological control of foot root disease of rice using fermented product of compost and vermicompost. Scientific World 6(6): 52-57.

  Mew, T.W., A.M. Alves, J.E. Leach, and J. Swing. 1993. Focus on bacterial blight of rice. Plant Diseasei 77(1): 5-12. Saad, A., and H. Habibuddin. 2010. Pathotypes and virulence of Xanthomonas oryzae causing bacterial blight disease of rice in Peninsular Malaysia. J. Trop. Agric and Fd. Sc.

  38(2): 257-266. Sarma, B.K., P. Singh, S.K. Pandey, and H.B. Singh. 2010. Vermicompost as modulator of plant growth and disease suppression. Dynamic Soil, Dynamic Plant 4(1): 58-66.

  Scheuerell, S.J., 2006. Variability associated with suppression of Gray Mold (Botrytis cinera) on Geranium by foliar application of nonaerated and aerated compost teas. Plant Disease 90(9): 1201-1208. DOI: 10.1094/PD-90-1201.

  Tateda, M., Y. Oneda, and Sato Y. 2008. Annual report of FY 2007, The core program between Japan Society for the Promotion of Science (JSPS) and Vietnam Academy of Science and Technology. Osaka University, Japan. P.433-436.

  Wahyudi, A.T., S. Meliah, dan A.A. Nawangsih. 2011. Xanthomonas oryzae pv. oryzae bakteri penyebab hawar daun pada padi: isolasi, karakterisasi, dan telaah mutagenesis dengan transposon. MakaraSains, 15(1): 89-96. Zhang, W., D.Y. Han, W.A. Dick, K.R. Davis, and H.A.J. Hoitink. 1998. Compost and compost water extract-induced systemic acquired resistance in cucumber and Arabidopsis.

  Phytopathology 88(5):450-455.