Efisiensi Teknis Tomat Di Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jawa Barat: Pendekatan Stochastic Frontier Analysis

EFISIENSI TEKNIS TOMAT DI KECAMATAN CIWIDEY,
KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT: PENDEKATAN
STOCHASTIC FRONTIER ANALYSIS

NATALINA SIANTURI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Efisiensi Teknis Tomat di
Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jawa Barat: Pendekatan Stochastic
Frontier Analysis adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari tesis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2015
Natalina Sianturi
NIM H351120061

RINGKASAN
NATALINA SIANTURI. Efisiensi Teknis Tomat di Kecamatan Ciwidey,
Kabupaten Bandung, Jawa Barat: Pendekatan Stochastic Frontier Analysis.
Dibimbing oleh NUNUNG KUSNADI dan HARIANTO.
.Tomat merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memegang peran
penting dalam pemenuhan pangan masyarakat dan memiliki nilai ekonomis tinggi.
Mengingat karakteristik tomat yang tersedia musiman (seasonal) dan perlu adanya
jaminan ketersediaan tomat sepanjang tahun, maka diperlukan upaya untuk
meningkatkan produksinya. Produktivitas yang rendah pada usahatani tomat
mengindikasikan ketidakmampuan petani tomat dalam memanfaatkan
sumberdaya dan teknologi yang ada secara maksimal, yang berimplikasi pada
rendahnya efisiensi suatu usahatani.
Penelitian ini dilakukan pada lokasi yang merupakan sentra produksi tomat
di Jawa Barat yaitu Kecamatan Ciwidey. Penelitian ini bertujuan 1)
mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani tomat di

Kecamatan Ciwidey, 2) menduga tingkat efisiensi teknis usahatani tomat di
Kecamatan Ciwidey dan 3) mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
efisiensi teknis usahatani tomat di Kecamatan Ciwidey. Penelitian menggunakan
data cross-section dari 100 orang petani tomat dengan teknik simple random
sampling. Pengumpulan data dari petani tomat responden menggunakan kuesioner
yang disusun sedemikian rupa. Metode pengolahan data yang digunakan untuk
menganalisis efisiensi teknis adalah fungsi produksi stochastic frontier CobbDouglas. Temuan empiris penelitian adalah indeks efisiensi teknis bervariasi,
dengan nilai rataan 0.80. Nilai efisiensi teknis minimum adalah 0.47, sementara
nilai maksimum adalah 0.98. Penelitian ini menyimpulkan dari fungsi produksi
tomat, terdapat indikasi penggunaan input yang digunakan sudah jenuh. Dengan
demikian, adanya upaya introduksi teknologi baru diyakini lebih efektif untuk
meningkatkan produksi tomat. Pengalaman petani, keikutsertaan dalam
penyuluhan dan frekuensi penyiangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
efisiensi teknis usahatani tomat.
Pemerintah diharapkan berperan dalam terobosan teknologi seperti varietas
baru yang lebih unggul untuk bisa meningkatkan produksi tomat. Pemerintah
perlu membentuk penyuluh pertanian yang memiliki keahlian spesifik (spesialis)
dalam komoditas tomat karena berperan penting dalam meningkatkan efisiensi
teknis tomat.
Kata kunci: efisiensi teknis, stochastic frontier, Cobb-Douglas, usahatani tomat


SUMMARY
NATALINA SIANTURI. Technical Efficiency of Tomato Production in Ciwidey
District, Bandung Regency, West Java: Stochastic Frontier Analysis Approach.
Supervised by NUNUNG KUSNADI and HARIANTO.
Tomato is one of the major horticultural crops in Indonesia because of its
nutritional and economic importance. In view of its seasonal availability and the
need to make it available all-year round, effort must be made to increase
efficiency of its production. Low productivity in tomato production indicates the
inability of tomato farmers to optimize the available resources and technology
fully, resulting in lower efficiency of production.
This study used data collected from the major tomato-producing distric of
Bandung Regency, Ciwidey District. This research was conducted to 1) identify
the determinants of tomato production in Ciwidey district, 2) determine the level
of technical efficiency in Ciwidey District and 3) analize the determinants of
technical efficiency in Ciwidey District. A cross-sectional data were collected
from 100 household farmers by simple random sampling. A well-structured
questionnaire was used to collect data from the respondents. Data collected were
analyzed using Cobb-Douglas stochastic frontier production function to measure
the technical efficiency. The empirical findings revealed that technical efficiency

indices varied significantly, averaging at 0.80. The minimum score was 0.47,
while the maximum was 0.98. The study concluded that there is an indication of
the input use is near saturation point. Therefore, the introduction of new
technology is believed to be more effective to increase tomato production.
Farming experience, extension contacts and weeding frequency contributed
positively and significantly to technical efficiency of tomato production.
This study highlights the need for government to find technological
breakthrough such as the new superior variety of tomato to enhace tomato
production. Moreover, government needs to establish the tomato extenxion
specialists, in order to increase the technical efficiency of tomato.
Keywords: technical efficiency, stochastic frontier, Cobb-Douglas, tomato
production

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

EFISIENSI TEKNIS TOMAT DI KECAMATAN CIWIDEY,
KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT: PENDEKATAN
STOCHASTIC FRONTIER ANALYSIS

NATALINA SIANTURI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Agribisnis

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015


Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis

: Dr Ir Burhanuddin, MM

Penguji Program Studi

: Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS

Judul Tesis

: Efisiensi Teknis Tomat di Kecamatan Ciwidey, Kabupaten
Bandung, Jawa Barat: Pendekatan Stochastic Frontier Analysis

Nama

: Natalina Sianturi

NIM

: H351120061


Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

;�
Dr Ir Nunung Kusnadi MS

Dr Ir Harianto, MS

Ketua

Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Aribisnis





ProfDr Ir Rita Nunalina, MS

Tanggal Ujian: 18 September 2015

Tanggal Lulus:

t1 2 OCT 2D1 3

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
segala karunia-Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian ini ialah efisiensi, dengan judul Efisiensi Teknis Tomat di
Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jawa Barat: Pendekatan Stochastic
Frontier Analysis.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Nunung Kusnadi, MS dan Dr Ir
Harianto, MS selaku pembimbing, Dr Ir Burhanuddin, MM selaku penguji luar
komisi, Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS selaku penguji wakil program studi dan
ketua program studi Magister Sains Agribisnis serta Dr Ir Suharno, MAdev selaku
sekretaris program studi Magister Sains Agribisnis. Di samping itu, penghargaan
penulis sampaikan kepada Bapak Muhtar Efendi, penyuluh pertanian Kecamatan

Ciwidey, Bapak Odin dan Bapak Nom pengurus gapoktan Nagara Padang di
Kecamatan Ciwidey, yang telah membantu selama pengumpulan data. Dan tidak
lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi
(Dikti) atas Beasiswa Unggulan yang diterima penulis dari tahun 2012-2014.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, adik-adik, serta
seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Karya ini penulis
persembahkan untuk kalian.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2015
Natalina Sianturi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi


DAFTAR LAMPIRAN

vi

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian

1
1
3
5
5
5

2 TINJAUAN PUSTAKA

Faktor-faktor (Determinants) yang Mempengaruhi Efisiensi Teknis
Permodelan Efisiensi Produksi
Efisiensi Teknis Usahatani Tomat
Analisis Keuntungan Usahatani Tomat

6
6
13
15
17

3 KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Teoritis
Kerangka Pemikiran Operasional

18
18
37

4 METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengambilan Sampel
Metode Analisis Data

39
39
39
39
40

5 KERAGAAN USAHATANI TOMAT DI DAERAH PENELITIAN
Karakteristik Petani Responden
Keragaan Usahatani Tomat
Penggunaan Sarana Produksi
Teknis Budidaya Tomat
Struktur Biaya dan Pendapatan Usahatani Tomat
Analisis Keuntungan Usahatani Tomat

50
50
52
52
55
57
63

6 HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Fungsi Produksi
Analisis Efisiensi Teknis
Faktor-faktor Inefisiensi Teknis

64
64
71
72

7 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

79
79
79

DAFTAR PUSTAKA

80

LAMPIRAN

86

RIWAYAT HIDUP

92

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Perkembangan produksi, luas panen dan produktivitas tomat di
Indonesia pada tahun 2010-2014
Produktivitas Tomat di Sentra Produksi Tomat di Indonesia (ton/ha)
pada tahun 2010-2014
Perkembangan produktivitas tomat (ton/ha) dan pertumbuhan
produktivitas (persen) di wilayah sentra Jawa Barat
Uji signifikansi untuk masing-masing parameter penduga fungsi
produksi
Analisis ragam terhadap model penduga fungsi produksi
Karakteristik petani berdasarkan umur, pendidikan, pengalaman, dan
status usaha di Kecamatan Ciwidey tahun 2014
Struktur biaya usahatani tomat per hektar di Kecamatan Ciwidey
tahun 2013
Struktur biaya usahatani tomat dan petsai per hektar di Kecamatan
Ciwidey tahun 2013
Struktur biaya usahatani tomat, petsai dan cabai rawit merah per
hektar di Kecamatan Ciwidey tahun 2013
Hasil dugaan model produksi Cobb Douglas usahatani tomat
menggunakan metode OLS
Hasil dugaan model produksi stochastic frontier Cobb-Douglas
usahatani tomat Kecamatan Ciwidey menggunakan metode MLE
Penduga efek inefisiensi teknis fungsi produksi stochastic frontier

1
2
2
42
43
51
59
60
62
65
67
72

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Perkembangan produktivitas tomat Kabupaten Bandung
Fungsi produksi stochastic frontier
Efisiensi orientasi input
Efisiensi pada orientasi output.
Kerangka pemikiran operasional efisiensi teknis tomat di Kecamatan
Ciwidey
Sebaran indeks efisiensi teknis usahatani tomat di Kecamatan
Ciwidey, 2014
Sebaran TE berdasarkan umur petani tomat di Kecamatan Ciwidey,
2014
Sebaran TE berdasarkan tingkat pendidikan petani tomat di
Kecamatan Ciwidey, 2014
Sebaran TE berdasarkan jumlah anggota keluarga petani tomat di
Kecamatan Ciwidey, 2014
Sebaran TE berdasarkan pengalaman petani tomat di Kecamatan
Ciwidey, 2014
Sebaran TE berdasarkan keikutsertaan petani tomat di Kecamatan
Ciwidey dalam penyuluhan, 2014
Sebaran TE berdasarkan keanggotaan dalam gapoktan petani tomat
di Kecamatan Ciwidey, 2014

4
29
34
35
38
71
73
74
75
75
76
77

13 Sebaran TE berdasarkan frekuensi penyiangan petani tomat di
Kecamatan Ciwidey, 2014

79

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

Hasil pendugaan fungsi produksi Cob-Douglas metode OLS dengan
menggunakan program SAS 9.0
Hasil uji heteroskedastisitas model fungsi produksi tomat di
Kecamatan Ciwidey tahun 2013
Hasil uji normalitas model fungsi produksi tomat di Kecamatan
Ciwidey tahun 2013
Hasil pendugaan fungsi rata-rata (OLS) dan fungsi produksi
stochastic frontier dengan menggunakan program Frontier 4.1

86
87
88
89

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu komoditas hortikultura yang memegang peran penting dalam
pemenuhan pangan masyarakat dan memiliki nilai ekonomis tinggi adalah tomat.
Penggunaan komoditas ini saat ini semakin luas, karena selain dikonsumsi dalam
bentuk segar dan bahan bumbu masakan, komoditas ini juga dijadikan produk
olahan sebagai bahan baku industri makanan. Tomat merupakan komoditas
hortikultura yang masih memerlukan penangan serius terutama dalam hal
peningkatan kuantitas produksi dan kualitas buahnya (Hanindita 2008).
Dalam perkembangannya dari tahun 2010 sampai 2014, baik produksi,
luas panen maupun produktivitas tomat nasional mengalami fluktuasi (Tabel 1).
Tren perkembangan ketiga indikator tersebut tidak konsisten dari waktu ke waktu,
kadang cenderung mengalami peningkatan dan kadangkala mengalami penurunan
atau kontraksi. Penurunan produksi, luas panen dan produktivitas tomat dari tahun
2013 sampai 2014 masing-masing sebesar 9.83 persen, 6.13 persen dan 3.94
persen.
Tabel 1 Perkembangan produksi, luas panen dan produktivitas tomat di
Indonesia pada tahun 2010-2014
Tahun
2010
2011
2012
2013
2014

Produksi (ton)
891 616
954 046
893 463
992 780
895 163

Indikator
Luas Lahan (ha)
Produktivitas (ton/ha)
61 154
14.58
57 302
16.65
56 724
15.75
59 758
16.61
56 095
15.96

Sumber: Departemen Pertanian (2014)

Sentra produksi tomat di Indonesia didominasi oleh lima provinsi yaitu
Jawa Barat, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Hal
ini berarti budidaya tomat di Indonesia menyebar di beberapa provinsi dan tidak
hanya terkonsentrasi pada satu provinsi tertentu. Kelima provinsi sentra tersebut
memberikan share kumulatif lebih dari setengah produksi tomat domestik pada
tahun 2014 yaitu sebesar 65.74 persen (BPS 2015). Perkembangan produktivitas
tomat di lima provinsi sentra produksi tomat ini pada periode 2010 sampai 2014
mengalami fluktuasi (Tabel 2). Pada tahun 2014, provinsi Jawa Barat menempati
urutan pertama sebagai sentra produksi tomat dengan produktivitas yang paling
tinggi, diikuti oleh Sumatera Barat dan Sumatera Utara, Jawa Timur dan Jawa
Tengah. Ditinjau dari perkembangan produktivitasnya, Jawa Barat dan Jawa
Timur mengalami perkembangan produktivitas yang positif dari tahun 2013
sampai 2014 yaitu masing-masing sebesar 0.61 persen dan 6.72 persen.
Sebaliknya, Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Jawa Tengah mengalami
penurunan produktivitas yaitu masing-masing sebesar 18.02 persen, 5.98 persen
dan 7.04 persen. Perkembangan produktivitas di sentra produksi tomat Indonesia
pada tahun 2010 sampai 2014 ditampilkan lebih rinci pada Tabel 2.

2
Tabel 2 Produktivitas Tomat di Sentra Produksi Tomat di Indonesia (ton/ha)
pada tahun 2010-2014
Tahun
Provinsi
Jawa Barat
Sumatera
Utara
Sumatera
Barat
Jawa Tengah
Jawa Timur
Indonesia

2010

2011

2012

2013

2014

24.12

34.61

26.98

27.87

28.04

Pertumbuhan
2013-2014
(%)
0.61

19.57

21.18

27.10

24.43

20.70

-18.02

24.79

25.89

29.92

27.82

26.25

-5.98

15.74
12.69
14.58

13.53
13.92
16.65

14.51
13.30
15.75

13.99
13.33
16.61

13.07
14.29
15.96

-7.04
6.72
-4.07

Sumber: Badan Pusat Statistik (2015)

Jawa Barat merupakan sentra produksi utama nasional yang memasok
tomat dalam negeri. Kontribusi Jawa Barat atas produksi tomat nasional adalah
sebesar 34.04 persen pada tahun 2014 (BPS 2015). Hal ini berarti ketersediaan
dan kestabilan pasokan tomat di Jawa Barat memegang peranan yang penting.
Produksi tomat di Jawa Barat tersebar di lima wilayah produksi utama. Kelima
wilayah produksi utama tomat di Jawa Barat meliputi Kabupaten Bandung, Garut,
Cianjur, Bandung Barat dan Tasikmalaya. Terdapat perbedaan (gap) pertumbuhan
produktivitas yang dicapai oleh wilayah produksi utama di Jawa Barat dari tahun
2010 sampai dengan 2013 (Tabel 3), yaitu beberapa menunjukkan peningkatan
dan ada yang menunjukkan penurunan. Adanya kesenjangan produktivitas ini
mengindikasikan terdapat perbedaan produksi dan efisiensi di wilayah-wilayah
tersebut.
Tabel 3 Perkembangan produktivitas tomat (ton/ha) dan pertumbuhan
produktivitas (persen) di wilayah sentra Jawa Barat
Jawa Barat
Bandung
Garut
Cianjur
Bandung Barat
Tasikmalaya

2010
62.17
27.13
15.42
20.84
17.87

Tahun
2011
2012
118.44
77.84
21.73
23.09
27.40
29.27
29.93
33.13
12.13
13.09

2013
52.80
27.75
36.17
25.87
10.43

Pertumbuhan (%)
2012-2013
-32.16
20.17
23.58
-21.91
20.26

Sumber: Dinas Pertanian Jawa Barat (2015) (diolah)

Pada umumnya usahatani tomat mengalami beberapa kendala dalam
pengusahaannya, seperti kualitas bibit tomat, teknik budidaya yang masih
konvensional, manajemen usaha yang belum efisien, sarana transportasi yang
belum memadai dan kondisi lingkungan yang tidak menentu. Kendala lainnya
adalah petani belum menerapkan teknologi yang mendukung peningkatan
produksi tomat. Para petani di negara berkembang mengalami kesulitan
mengadopsi teknologi karena keterbatasan teknologi (Nwaru et al. 2011). Adanya
beberapa kendala tersebut berimplikasi pada hasil produksi tomat yang tidak
maksimal.
Adanya perbedaan produktivitas di beberapa sentra produksi tomat
mengindikasikan terdapat perbedaan efisiensi teknis pada daerah tersebut.

3
Penurunan produktivitas tomat yang terjadi di sentra produksi tomat diduga
disebabkan karena adanya inefisiensi dalam penggunaan dan pengelolaan inputinput produksi yang digunakan oleh petani tomat. Penggunaan faktor produksi
seperti pupuk, benih, pestisida dan obat-obatan yang berlebihan malah bisa
menjadi faktor yang menimbulkan risiko (risk-inducing factors) dan
ketidakefisienan dalam produksi yang mengarah pada pemborosan faktor produksi
dan hasil panen yang rendah. Usahatani yang efisien akan menghasilkan produksi
dan produktivitas yang maksimal. Adanya inefisiensi dalam usahatani tomat akan
diikuti dengan produktivitas tomat yang rendah. Penyebab hal ini adalah tidak
terwujudnya produktivitas potensial karena adanya efek inefisiensi yang berasal
dari faktor internal (dikendalikan oleh petani) dan faktor eksternal (di luar kendali
petani).
Tujuan utama petani tomat dalam mengelola usahataninya adalah untuk
mencapai keuntungan maksimal. Produksi dan keuntungan maksimal yang belum
tercapai bisa disebabkan oleh produktivitas yang menurun yang mengindikasikan
adanya inefisiensi dalam usahatani tomat. Kemungkinan terjadinya inefisiensi
merupakan bagian yang tidak terlepaskan dari suatu usahatani. Dalam mengelola
usahataninya, petani bisa melakukan kesalahan penggunaan input produksi yang
menimbulkan inefisiensi dalam usahataninya. Analisis terhadap faktor-faktor
inefisiensi ini tidak hanya memberikan informasi tentang faktor-faktor produksi
yang inefisien, tapi juga saran atau rekomendasi terhadap keputusan petani
selanjutnya apakah meningkatkan atau mengurangi faktor tersebut untuk
mencapai tingkat efisiensi yang optimal. Dengan demikian, penting dilakukan
penelitian mengenai efisiensi di tingkat petani dalam rangka meningkatkan
produksi dan efisiensi usahatani tomat.

Perumusan Masalah
Kabupaten Bandung merupakan salah satu daerah di Jawa Barat yang
menghasilkan berbagai tanaman sayuran. Salah satu sayuran yang produksinya
cukup tinggi di Kabupaten Bandung adalah tanaman tomat. Produksi tomat di
Kabupaten Bandung dari waktu ke waktu cenderung mengalami variasi produksi
(fluktuasi). Fluktuasi produksi ini diiringi dengan fluktuasi penggunaan luas
panen tomat yang ada di Kabupaten Bandung. Adanya fluktuasi produksi dan luas
panen ini berimplikasi pada fluktuasi produktivitas usahatani tomat di Kabupaten
Bandung.
Produksi total tomat Kabupaten Bandung dipasok dari beberapa
kecamatan sentra tomat yang tersebar di beberapa wilayah Kabupaten Bandung.
Kecamatan tersebut antara lain Kecamatan Pangalengan, Ciwidey, Pasirjambu dan
Rancabali. Produktivitas tomat di keempat kecamatan sentra produksi tomat ini
dalam kurun waktu 4 tahun yaitu dari tahun 2009 sampai tahun 2013 juga
mengalami fluktuasi. Adanya fluktuasi produktivitas ini mengindikasikan adanya
perbedaan efisiensi pada usahatani tomat yang diusahakan pada beberapa wilayah
sentra tomat tersebut. Perkembangan produktivitas tomat di keempat sentra
produksi tomat di Kabupaten Bandung tersebut disajikan pada Gambar 1.

4
60

Produktivitas (ton/ha)

50
40

Pangalengan

Ciwidey

30

Pasir Jambu
20

Rancabali

10
0

Tahun
2009

2010

2011

2012

2013

Gambar 1 Perkembangan produktivitas tomat Kabupaten Bandung
Sumber: Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten
Bandung (2014)

Kecamatan Ciwidey merupakan salah satu sentra tomat yang memberikan
kontribusi besar dalam produksi tomat total Kabupaten Bandung. Kecamatan ini
merupakan kecamatan yang memiliki produktivitas tomat paling tinggi di
Kabupaten Bandung. Gambar 1 memberikan informasi bahwa tren produktivitas
tomat di Kecamatan Ciwidey mengalami fluktuasi selama kurun waktu 4 tahun
(2009 sampai tahun 2013). Pada tahun 2013, produktivitas tomat Kabupaten
Ciwidey mengalami penurunan produktivitas yang cukup drastis yaitu sekitar 52
persen dari tahun 2012. Penurunan produktivitas tomat di Kecamatan Ciwidey
menjadi satu isu penting mengingat kecamatan ini merupakan salah satu sentra
produksi tomat di Kabupaten Bandung yang menyumbang produksi tomat paling
tinggi di Indonesia.
Seperti dijelaskan pada latar belakang sebelumnya bahwa pengadaan dan
penggunaan varietas benih yang berkualitas berpengaruh terhadap produksi tomat
yang diproduksi. Selain itu, teknik budidaya dan pengelolaan input produksi
lainnya seperti pupuk, obat-obatan dan pestisida juga mempengaruhi produksi
usahatani tomat. Teknik budidaya dan penggunaan input produksi oleh petani
yang satu berbeda dengan petani yang lain. Apabila petani tersebut menerapkan
teknik budidaya yang tepat dan menggunakan input produksi secara efisien maka
berimplikasi pada produksi tomat yang tinggi. Sebaliknya, teknik budidaya yang
buruk dan penggunaan input yang tidak efisien akan berakibat pada produksi
tomat yang rendah. Petani mencapai efisiensi apabila bisa mencapai salah satu
dari dua kondisi ini. Kondisi tersebut adalah apabila petani mengelola input
tertentu untuk mencapai produksi maksimum atau menggunakan input minimum
untuk menghasilkan produksi dalam jumlah yang sama.
Bertitik tolak dari permasalahan tersebut, maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini antara lain:
1.
Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi tomat di Kecamatan
Ciwidey?
2.
Apakah usahatani tomat di Kecamatan Ciwidey sudah efisien secara teknis?

5
3.

Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi efisiensi teknis pada usahatani
tomat di Kecamatan Ciwidey?

Tujuan Penelitian
Berbekalkan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka
tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani tomat
di Kecamatan Ciwidey.
2. Menganalisis tingkat efisiensi teknis usahatani tomat di Kecamatan Ciwidey.
3. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi teknis usahatani
tomat di Kecamatan Ciwidey.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi
bagi berbagai pihak, yaitu:
1. Petani tomat, sebagai bahan masukan dalam mencapai efisiensi teknis pada
usahatani tomat di Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
2. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi atau
wawasan dan mengenai efisiensi teknis pada usahatani tomat dan menjadi
bahan acuan atau perbandingan untuk penelitian selanjutnya.
3. Bagi penulis, penelitian ini merupakan media untuk menerapkan ilmu yang
diperoleh selama perkuliahan.
.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam ruang lingkup regional yaitu di salah satu
sentra produksi tomat di Jawa Barat. Lokasi penelitian yang dipilih adalah
Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Jenis tomat yang menjadi
fokus penelitian adalah tomat sayur kecil (jenis permata) karena merupakan jenis
tomat yang dominan dibudidayakan di lokasi penelitian. Analisis yang dikaji
dalam penelitian ini difokuskan pada efisiensi teknis dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Penelitian ini dibatasi pada efisiensi teknis tomat saja dan
tidak menganalisis lebih jauh hingga efisiensi alokatif dan efisiensi ekonomis.
Dalam pelaksanaannya, penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu data yang
digunakan adalah data primer sehingga variabel-variabel yang digunakan
menyesuaikan ketersediaan data di tingkat petani. Penelitian dibatasi hanya pada
data usahatani tahun 2013 (cross-sectional data). Pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu Stochastic
Frontier Analysis.

6

2 TINJAUAN PUSTAKA
Efisiensi merupakan salah satu indikator penting dalam peningkatan
produktivitas suatu usaha pertanian. Penelitian yang mengangkat topik efisiensi
teknis sudah cukup banyak dilakukan oleh para peneliti sebelumnya. Para peneliti
umumnya tertarik untuk mengestimasi efisiensi produksi suatu usaha pertanian
dan menganalisis faktor-faktor apa yang berpengaruh secara signifikan terhadap
efisiensi teknis. Menentukan sumber atau faktor efisiensi teknis bukan hanya
memberikan informasi tentang sumber potensial inefisiensi, tetapi juga
menghasilkan rekomendasi kebijakan untuk diimplementasikan atau dihilangkan
untuk meningkatkan efisiensi secara keseluruhan (Kalijaran 1991). Dalam
mengestimasi dan menganalisis faktor-faktor tersebut, pendekatan yang umum
digunakan oleh para peneliti adalah pendekatan parametrik dengan Stochastic
Frontier Analysis dan pendekatan nonparametrik dengan Data Envelopment
Analysis. Pada bab ini akan dijelaskan lebih lanjut tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi efisiensi teknis suatu usaha pertanian, model yang sering
digunakan dalam analisis datanya dan efisiensi produksi yang menganalisis
usahatani tomat secara spesifik.
Faktor-faktor (Determinants) yang Mempengaruhi Efisiensi Teknis
Efisiensi teknis suatu usahatani dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Faktorfaktor ini bisa berpengaruh positif atau negatif terhadap efisiensi teknis suatu
usaha. Adanya pengaruh yang berbeda dari faktor-faktor ini tentu saja akan
berpengaruh secara langsung pada produksi dan produktivitas suatu usaha
pertanian. Faktor-faktor yang berpengaruh positif akan meningkatkan efisiensi
dan produktivitas usahatani yang akan memberikan keuntungan kepada pelaku
usaha pertanian. Sebaliknya, faktor-faktor yang berpengaruh negatif akan
mengakibatkan efisiensi yang rendah dan mengindikasikan adanya pemborosan
atau penggunaan faktor-faktor yang kurang tepat sehingga bisa merugikan pelaku
usaha pertanian.
Penelitian efisiensi produksi di sektor pertanian cukup menarik perhatian
banyak peneliti untuk mengkajinya lebih lanjut. Beberapa penelitian telah
dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi efisiensi
produksi. Dari beberapa hasil penelitian, faktor-faktor yang diduga berpengaruh
terhadap efisiensi suatu usaha pertanian terkadang menghasilkan kesimpulan yang
sama, bertentangan atau bahkan belum bisa disimpulkan (inconclusive)
pengaruhnya. Misalnya faktor usia, beberapa peneliti (Khan 2012, Gul et al. 2009,
Otitoju dan Arene (2010)) menyatakan bahwa faktor usia berpengaruh positif
terhadap efisiensi teknis suatu usaha pertanian. Peneliti Piya et al. (2012) dan
Hussain et al. (2012) menentang hasil tersebut dan menyatakan bahwa sebaliknya
faktor usia berpengaruh negatif. Sementara itu peneliti Nwaru et al. (2011) dan
Kilic et al. (2009) menyimpulkan bahwa faktor usia tidak berpengaruh signifikan
terhadap efisiensi teknis. Faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap
efisiensi pertanian akan dijelaskan sebagai berikut.

7
Faktor-faktor Terkait Sosio-Ekonomi Pelaku Usaha Pertanian
Sebagian besar penelitian empiris memasukkan faktor-faktor sosio-ekonomi
dalam melihat pengaruhnya terhadap efisiensi teknis suatu usahatani. Faktor
sosio-ekonomi ini merepresentasikan karakteristik dari pelaku usaha pertanian.
Yang termasuk ke dalam faktor sosio-ekonomi yang sering diteliti antara lain usia,
pendidikan, pengalaman, jumlah anggota keluarga, jenis kelamin dan luas lahan.
1.

Faktor Usia
Usia petani yang semakin tua mengindikasikan semakin banyak
pengalaman yang diperoleh oleh petani sehingga petani tersebut diduga lebih
efisien dalam menjalankan usahanya. Namun, dengan pengalaman yang lebih
banyak petani dengan usia tua cenderung tidak terlalu mudah atau enggan dalam
mengadopsi teknologi baru. Sebaliknya, petani muda dengan pendidikan formal
yang tinggi mengindikasikan petani tersebut memiliki kemampuan manajerial
yang lebih baik daripada petani yang tua namun dengan tingkat pendidikan lebih
rendah. Hal ini yang menyebabkan penelitian-penelitian terdahulu belum
menemukan hasil empiris yang konsisten (incloncusive) mengenai pengaruh usia
terhadap efisiensi produksi.
Khan (2012) tertarik meneliti lebih dalam tentang efisiensi teknis petani
tomat di Pakistan utara. Penelitiannya menghasilkan kesimpulan bahwa usia
berpengaruh positif terhadap inefisiensi teknis. Khan (2012) menyatakan bahwa
faktor usia berkontribusi besar dalam ketidakefisienan teknis tomat, di mana
petani dengan usia yang lebih muda lebih efisien dibandingkan dengan petani
yang lebih tua. Hal ini merupakan penemuan yang cukup penting mengingat
petani muda umumnya lebih berpendidikan dibandingkan dengan petani yang
lebih tua di Pakistan Utara. Sehingga semakin muda dan semakin berpendidikan
petani maka petani tersebut semakin efisien secara teknis dan ekonomi.
Pernyataan ini didukung oleh Gul et al. (2009) yang menemukan bahwa usia
petani berpengaruh negatif terhadap efisiensi teknis dari usaha kapas di
Cukurova, Turki. Hal yang sama juga disampaikan oleh Otitoju dan Arene
(2010) dalam hasil penelitiannya dalam menganalisis secara empiris kendala dan
faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi teknis dari produksi kedelai di
Nigeria. Mereka menemukan bahwa faktor usia berpengaruh negatif terhadap
efisiensi teknis. Semakin tua usia petani kedelai di Nigeria maka petani tersebut
akan semakin tidak efisien. Oleke dan Isinika (2011) semakin memperkuat
dugaan ini dengan menyimpulkan dalam penelitiannya bahwa usia peternak
berpengaruh negatif terhadap efisiensi teknis peternak ayam petelur di Tanzania.
Berbeda halnya dengan hasil yang diungkapkan para peneliti di atas, Piya
et al. (2012) menemukan bahwa faktor usia berpengaruh positif terhadap
efisiensi teknis padi di pada area perkotaan dan pedesaan di Nepal. Sesuai
dengan hasil tersebut, Hussain et al. (2012) menyatakan bahwa usia petani
berpengaruh positif terhadap efisiensi teknis pada produksi gandum di Punjab
(Pakistan).
Sementara Nwaru et al. (2011) menyimpulkan bahwa faktor usia tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap efisiensi produksi petani ubi jalar di
Nigeria. Temuan yang sama juga diperoleh oleh Kilic et al. (2009) yang meneliti
efisiensi produksi hazelnut di Turki.

8
2.

Faktor Pendidikan
Pendidikan formal petani diduga meningkatkan kemampuan manajerial
petani dan membantu petani dalam pengambilan keputusan yang tepat.
Pendidikan petani yang baik membantu petani menggunakan informasi tentang
input dengan baik sehingga lebih efisien secara teknis. Sebagian besar penelitian
menyimpulkan hasil yang mendukung hipotesis ini. Hal ini sesuai dengan
penelitian Donkoh et al. (2012) tentang efisiensi teknis dari petani tomat di
Ghana. Mereka menemukan adanya pengaruh yang signifikan antara pendidikan
petani tomat di Ghana dengan efisiensi teknis petani tersebut. Pengaruhnya
adalah positif yang berarti bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan formal
petani maka semakin tinggi efisiensi teknis yang akan dicapai oleh petani tomat
tersebut.
Konsisten dengan temuan empiris Donkoh et al. (2012), banyak peneliti
juga menemukan hasil yang sama yaitu Piya et al. (2012), Lawrence et al. (2013),
Bozoglu dan Ceyhan (2007), Gul et al. (2009), Kilic et al. (2009), Sohail et al.
(2012), Tchereni et al. (2012), Khan (2012), Donkoh et al. (2013) dan Oleke dan
Isinika (2011). Semua hasil penelitian mereka menyimpulkan bahwa pendidikan
berpengaruh positif terhadap efisiensi teknis usahatani.
Sanggahan terhadap temuan empiris tersebut dikemukakan oleh Kalirajan
dan Shand (1985) yang menyatakan bahwa pendidikan tidak berpengaruh
signifikan terhadap efisiensi teknis beras di Tamil. Petani yang tidak bersekolah
dan buta huruf (illiterate farmers) bisa mengerti teknologi produksi yang modern,
layaknya petani lain yang berpendidikan, apabila teknologi produksi tersebut
dikomunikasikan atau disosialisasikan dengan baik. Sementara itu, Nwaru et al.
(2011) mengemukakan hasil yang juga berbeda ketika menganalisis faktor-faktor
yang mempengaruhi efisiensi teknisi pada petani ubi jalar di Nigeria. Menurut
mereka faktor pendidikan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap efisiensi
teknis.
Penelitian yang secara khusus mengelaborasi faktor pendidikan sebagai
fokus satu-satunya sumber efisiensi teknis dan mengabaikan faktor lainnya adalah
Weir (1999). Weir (1999) meneliti pengaruh faktor pendidikan terhadap efisiensi
produksi sereal di pedesaan Ethiopia dengan menggunakan stochastic production
functions. Penelitian ini menemukan terdapat threshold lama pendidikan, dimana
dibutuhkan lama pendidikan setidaknya 4 tahun untuk memperoleh pengaruh yang
signifikan pada efisiensi teknis di tingkat petani. Efisiensi teknis berkisar antara
44 persen sampai dengan 56 persen, dengan meningkatkan pendidikan dari 0
menjadi 4 tahun akan berimplikasi pada kenaikan efisiensi teknis sebesar 15
persen. Sementara itu pada penelitian yang berikutnya, Weir dan Knight (2000)
menganalisis pengaruh pendidikan terhadap efisiensi teknis para petani di daerah
pedesaan Ethiopia, dan menemukan bukti bahwa sumber pendidikan adalah
adopsi dan inovasi yang menggeser produksi frontier. Efisiensi teknis rata-rata
dari petani sereal adalah 55 persen dan setiap satu tahun peningkatan dalam
pendidikan akan meningkatkan efisiensi teknis sebesar 2.1 persen.
3.

Faktor Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah anggota keluarga juga diduga menjadi faktor yang berpengaruh
terhadap efisiensi teknis suatu usahatani. Menurut Nwaru et al. (2011) faktor
jumlah anggota keluarga yang besar bisa mengatasi kendala tenaga kerja yang

9
dihadapi oleh petani terutama di pedesaan yang lebih mengandalkan anggota
keluarganya sendiri sebagai tenaga kerja daripada mempekerjakan orang lain.
Lawrence et al. (2013) dan Oleke dan Isinika (2011) mendukung hasil ini.
Donkoh et al. (2012) memperoleh hasil yang bertentangan dengan Nwaru
et al. (2001). Menurut Donkoh et al. (2012) faktor jumlah anggota keluarga
berpengaruh negatif terhadap efisiensi teknis tomat di Ghana. Hal yang senada
juga diungkapkan Bozoglu dan Ceyhan (2007), Masterson (2007), Maganga
(2012) dan Sohail et al. (2012). Menurut Sohail et al. (2012) hal ini disebabkan
petani dengan jumlah keluarga yang banyak akan menghadapi masalah ekonomi
dan sosial dimana mereka membutuhkan lebih banyak makanan. Proporsi
pendapatan petani untuk kebutuhan dasar menjadi lebih besar dibandingkan untuk
membeli pupuk atau benih untuk usaha pertanian. Penjelasan lain ditawarkan oleh
Masterson (2007), bahwa sebagian petani lebih memilih menjadi petani upahan
dibandingkan bekerja pada lahannya sendiri. Kondisi ini dipilih apabila upah yang
mereka peroleh lebih besar daripada hasil dari bekerja pada lahan sendiri.
4.

Faktor Pengalaman
Pengalaman memegang peran penting dalam kesuksesan dan
kelangsungan usaha pertanian. Semakin banyak pengalaman petani maka petani
tersebut banyak belajar dari kegagalan-kegagalan usaha sebelumnya sehingga
semakin efisien dalam pembuatan keputusan. Selain itu, dengan pengalaman
petani biasanya semakin berani mengambil risiko terkait dengan adopsi inovasi
baru (Onyenweaku dan Okowe 2007).
Dugaan tersebut diperkuat dengan hasil penelitian dari Donkoh et al.
(2012), Nwaru et al. (2011), Bozoglu dan Ceyhan (2007), Gul et al. (2009),
Maganga (2012), Sohail et al. (2012), Tchereni et al. (2012), Oleke dan Isinika
(2011) yang menemukan adanya pengaruh yang signifikan dan positif antara
pengalaman petani terhadap efisiensi teknis suatu usahatani.
Kontras dengan temuan yang menyimpulkan adanya pengaruh positif
antara pengalaman terhadap efisiensi teknis, Lawrence et al. (2013) dan Otitoju
dan Arene (2010) menemukan bahwa faktor pengalaman malah menunjukkan
pengaruh negatif terhadap efisiensi teknis usaha tomat di sebelah selatan Malawi.
Hal ini disebabkan pengalaman yang dimiliki petani tidak sesuai (incompatible)
dengan kompetensi atau keahlian yang dibutuhkan untuk meningkatkan
pemahaman dalam mengadopsi teknologi baru yang ada (Otitoju dan Arene 2010).
5.

Frekuensi Penyiangan
Frekuensi penyiangan diduga juga berpengaruh terhadap efisiensi teknis
suatu usahatani, terutama usahatani tomat yang membutuhkan perawatan ekstra
dan perhatian lebih karena sangat rentan terhadap serangan hama dan penyakit.
Upaya penyiangan antara lain membersihkan tanaman pengganggu seperti rumput,
gulma atau tanaman liar lainnya yang bisa menghambat pertumbuhan tanaman
tomat. Tumbuhnya tanaman penggangu ini akan menjadi tempat bersarang dan
berkembangnya hama penggangu tanaman tomat (serangga seperti ulat, kutu dan
lalat). Selain itu kegiatan penyiangan di sini termasuk aktivitas usahatani tomat
seperti pemangkasan dan pengaturan jumlah buah. Apabila tidak dilakukan
pemangkasan dan pengaturan buah, proses pematangan buah menjadi lebih lama
karena zat-zat makanan banyak terserap untuk pertumbuhan daun. Dampak

10
negatif lainnya dari buah yang terlalu banyak adalah batang atau cabangnya
mudah patah tidak kuat menahan beban yang banyak, sehingga dapat
menyebabkan buah rontok sebelum masak. Jika frekuensi aktivitas penyiangan
yang spesifik dan detil ini semakin rutin dan sering dilakukan maka efisiensi
usahatani tomat juga diduga semakin meningkat. Sebaliknya, apabila frekuensi
penyiangan tomat semakin jarang dilakukan maka pertumbuhan dan produksi
tomat yang dihasilkan semakin rendah sehingga efisiensi yang dicapai diduga juga
semakin rendah.
Dugaan ini didukung oleh penelitian Maganga (2012) yang menemukan
terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara frekuensi penyiangan tomat
dengan efisiensi teknis tomat di Malawi. Selain itu Ejeta et al. (1993) dan Tamado
(2001) menyimpulkan tingginya populasi hama tanaman di lahan sorghum akibat
kurangnya intensitas penyiangan mengakibatkan turunnya hasil panen sebesar 65
sampai dengan 70 persen. Mengabaikan kegiatan pengendalian hama dan tanaman
penggangu akan mempengaruh output output dan mengarah pada produktivitas
dan efisiensi yang tidak optimal (Sherlund et al. 2002).
Faktor Terkait Input dan Biaya Usaha Pertanian
Selain faktor-faktor terkait sosio-ekonomi pelaku pertanian, terdapat faktor
lain yang sering digunakan para peneliti terkait pengaruhnya terhadap efisiensi
produksi usaha pertanian. Faktor-faktor ini berkaitan langsung dengan kegiatan
operasional usaha pertanian. Beberapa faktor yang terkait input dan biaya yang
diduga berpengaruh antara lain lahan, pupuk, tenaga kerja tetap, benih, pesitisida
dan biaya-biaya lainnya.
Luas lahan merupakan salah satu faktor kunci dalam meningkatkan
produksi usaha tani. Jika dikaitkan dengan efisiensi, petani dengan luas lahan
yang besar belum tentu efisien jika tidak menerapkan sistem usaha yang baik.
Lahan yang kecil namun diusahakan dengan intensif bisa menghasilkan efisiensi
yang lebih tinggi dibandingkan lahan yang luas. Penelitian-penelitian yang
memasukkan faktor luas lahan untuk melihat pengaruhnya terhadap efisiensi
teknis suatu usahatani telah banyak dilakukan. Donkoh et al. (2012), Lawrence et
al. (2013), Kilic et al. (2009) menyatakan bahwa faktor luas lahan berpengaruh
negatif terhadap efisiensi teknis. Hasil ini didukung oleh penelitian Nwaru et al.
(2011) yang menyimpulkan luas lahan berpengaruh signifikan dan negatif
terhadap efisiensi teknis, alokasi dan ekonomi dari petani ubi jalar di Nigeria. Hal
ini menunjukkan bahwa petani ubi jalar dengan luas lahan kecil (smallholder
farmers) lebih efisien dimana penggunaan sumber daya lahan dilakukan secara
intensif oleh petani skala kecil.
Hasil yang kontroversial ditemukan oleh Piya et al. (2012), Gul et al.
(2009), Otitoju dan Arene (2010), Hussain et al. (2012). Penemuan mereka
menyimpulkan bahwa luas lahan berpengaruh positif terhadap efisiensi teknis
usaha pertanian. Semakin luas lahan yang dimiliki petani maka semakin efisien
usaha tersebut. Bertentangan dengan temuan penelitian sebelumnya, Mochebelele
dan Winter-Nelson (2000) tidak menemukan bukti statistik yang signifikan bahwa
luas lahan berpengaruh terhadap efisiensi teknis pada petani di Afrika Selatan.
Penelitian Piya et al. (2012) mengungkapkan bahwa input produksi (pupuk
kimia, pestisida, fungisida dan benih), pendidikan dan usia berpengaruh secara
signifikan terhadap efisiensi teknis usahatani padi pada area perkotaan dan

11
pedesaan di Nepal. Mereka membandingkan efisiensi teknis padi di dua wilayah
di Nepal yaitu Dhading (desa) dan Chitwan (kota). Temuan empiris mereka
membuktikan bahwa adanya perbedaan intensifikasi dalam hal input produksi dan
teknologi merupakan alasan utama perbedaan efisiensi teknis usahatani padi pada
dua lokasi penelitian. Petani yang bermukim dekat dengan area perkotaan
memiliki tingkat pemahaman teknologi dan efisiensi teknis yang relatif lebih
tinggi dibandingkan petani yang lokasinya jauh dari pusat perkotaan. Petani yang
tinggal di daerah perkotaan memiliki peluang ekonomi yang lebih baik karena
ditunjang dengan akses pasar dan informasi yang lebih baik. Lawrence et al.
(2013) mengemukakan hal yang senada. Mereka menemukan bahwa faktor yang
berkontribusi positif terhadap efisiensi teknis tomat di bagian selatan Malawi
adalah benih dan pupuk. Sementara itu, Michalickova et al. (2013) menemukan
bahwa upah tenaga kerja berpengaruh positif terhadap efisiensi teknis peternakan
sapi perah di Slovakia. Hubungan positif mengindikasikan adanya kemungkinan
untuk meningkatkan efisiensi teknis dengan melalui partisipasi tenaga kerja dalam
penggunaan input yang lebih tinggi (motivasi).
Berbeda dengan temuan empiris tersebut, Donkoh et al. (2012)
menemukan bahwa faktor tenaga kerja tetap, benih, pupuk, biaya yang lain
berpengaruh negatif terhadap efisiensi teknis tomat di Ghana. Sementara itu Gul
et al. (2009) menganalisis efisiensi teknis dari pertanian kapas di Cukurova, Turki.
Mereka menyimpulkan bahwa penggunaan input yang berlebihan seperti pupuk
fosfor, tenaga kerja, benih, dan irigasi akan mengakibatkan inefisiensi teknis.
Adanya inefisiensi mengindikasikan kombinasi yang salah dari input-input
tersebut. Hal yang sama disampaikan Otitoju dan Arene (2010), dari penelitian
mereka diperoleh faktor tenaga kerja dan pupuk berpengaruh negatif terhadap
efisiensi teknis petani kedelai di Nigeria. Michalickova et al. (2013) menganalisa
efisiensi teknis teknis susu sapi perah dan mensintesis pengaruh input utama
(biaya) terhadap efisiensi teknis di peternakan sapi perah Slovakia. Hasil
penelitian mereka bahwa variabel-variabel seperti biaya pakan, berpengaruh
negatif terhadap efisiensi teknis produksi susu di Slovakia. Sementara itu
koefisien variabel biaya material, biaya perbaikan dan servis, depresiasi dan
overhead cost juga bertanda negatif namun tidak berpengaruh secara statistik
terhadap efisiensi teknis teknis susu sapi.
Faktor-faktor Lembaga Penunjang Kegiatan Pertanian
Lembaga penunjang pertanian berperan penting dalam membantu petani
mengakses sumber daya tertentu misalnya dana atau informasi tertentu yang
dibutuhkan petani. Petani umumnya menghadapi kendala dana dalam
menjalankan usahanya, terutama petani skala kecil. Salah satu alternatif mengatasi
hal tersebut adalah dengan mengajukan kredit kepada lembaga keuangan baik
pemerintah maupun swasta atau dengan bantuan koperasi. Selain itu informasi
atau wawasan tentang sistem pertanian yang baik atau adopsi teknologi baru bisa
diakses oleh petani dengan adanya kegiatan penyuluh pertanian yang dicanangkan
pemerintah. Faktor-faktor penunjang ini berpengaruh terhadap efisiensi teknis
usahatani dan mempengaruhi produktivitas usahatani.

12
1.

Faktor Kredit
Ketersediaan pinjaman (kredit) mempermudah petani dalam mengatasi
kendala anggaran untuk pengadaan input-input yang diperlukan oleh petani dalam
menjalankan kegiatan produksinya. Pernyataan ini didukung oleh hasil penelitian
Lawrence et al. (2013) dan Khan (2012) yang menyatakan akses terhadap kredit
berpengaruh positif terhadap efisiensi teknis petani tomat. Hal ini juga sesuai
dengan temuan Nwaru et al. (2011), Bozoglu dan Ceyhan (2007), dan Oleke dan
Isinika (2011). Hal ini yang mendasari Nwaru et al. (2011) dan Khan (2012)
menyarankan adanya implikasi kebijakan dan program pemerintah untuk
meningkatkan akses petani terhadap kredit.
Bertentangan dengan hasil penelitian yang disebutkan sebelumnya,
Maganga (2012) melakukan studi empiris mengenai efisiensi teknis petani
kentang Irish di Dedza, Malawi. Maganga (2012) tidak menemukan adanya
pengaruh yang signifikan antara akses terhadap kredit dan kunjungan penyuluh
pertanian terhadap efisiensi teknis.
2.

Faktor Gabungan Kelompok Tani atau Koperasi
Masuknya petani menjadi salah satu anggota koperasi atau asosiasi
pertanian tertentu diduga akan berpengaruh terhadap efisiensi teknis usaha petani.
Koperasi atau asosiasi petani tertentu diduga dapat meningkatkan interaksi dengan
petani-petani atau pengusaha lain sehingga dapat bertukar informasi penting.
Selain itu koperasi bisa menjadi sumber penyedia input dengan kualitas yang baik
dan pemasaran yang terorganisasi dengan baik yang akan menguntungkan petani
anggotanya. Hal ini sesuai dengan penelitian Nwaru et al. (2011) yang
menyimpulkan keanggotaan koperasi berpengaruh secara positif terhadap efisiensi
alokasi dan ekonomi petani ubi jalar di Nigeria. Namun keanggotaan koperasi
tidak berpengaruh signifikan terhadap efisiensi teknis.
3.

Faktor Penyuluh Pertanian
Adanya kunjungan penyuluh pertanian akan membantu pengetahuan atau
wawasan petani mengenai sistem bertani yang baik. Selain itu penyuluh pertanian
bisa menginformasikan kepada petani informasi mengenai teknologi baru yang
cocok diadopsi misalnya benih, pupuk, pestisida atau alat pertanian yang baru.
juga ditemukan berpengaruh positif terhadap efisiensi teknis, alokasi dan ekonomi.
Nwaru et al. (2011) dan Khan (2012) menemukan pengaruh yang positif
dari kunjungan penyuluh pertanian terhadap efisiensi teknis. Hasil ini didukukung
oleh Hussain et al. (2012) yang meneliti efisiensi produksi gandum di Punjab
(Pakistan). Bertentangan dengan hasil tersebut, Bozoglu dan Ceyhan (2007)
mengemukakan bahwa faktor penyuluhan (training) petani berpengaruh negatif
terhadap efisiensi teknis petani sayuran di Turki. Sementara itu, Manganga (2012)
tidak menemukan adanya pengaruh yang signifikan antara akses terhadap kredit
dan kunjungan penyuluh pertanian terhadap efisiensi teknis petani kentang Irish
di Malawi.
Setelah mengkaji dan mengerucutkan pustaka beberapa peneliti
sebelumnya terkait faktor yang mempengaruhi efisiensi teknis usahatani, maka
disimpulkan faktor-faktor tersebut diduga juga berpengaruh dalam produksi tomat
di lokasi penelitian yaitu di Kecamatan Ciwidey. Kuat dugaan bahwa faktor-faktor
yang berpengaruh dalam efisiensi produksi tomat di Kecamatan Ciwidey antara

13
lain faktor-faktor sosio-ekonomi antara lain usia, pendidikan, pengalaman dan
jumlah anggota keluarga. Selain itu peneliti juga menduga faktor-faktor seperti
luas lahan pupuk, benih, pestisida, lahan juga mempengaruhi secara signifikan
efisiensi teknis tomat di Kecamatan Ciwidey. Peneliti juga mempertimbangkan
faktor lembaga penunjang seperti adanya kegiatan penyuluhan pertanian dan
keanggotaan gapoktan berpengaruh secara signifikan terhadap efisiensi teknis
petani tomat di Kecamatan Ciwidey. Dengan demikian, peneliti juga memasukkan
faktor-faktor tersebut sebagai variabel dalam penelitian ini.
Permodelan Efisiensi Produksi
Dua pendekatan yang umum digunakan untuk mengestimasi efisiensi
produksi adalah parametrik dengan Sthocastic Frontier Analysis (SFA) dan
nonparametrik dengan Data Envelopment Analysis (DEA) (Coelli 1995). SFA
mengasumsikan hubungan fungsional antara input dan output dan menggunakan
teknis statistik untuk mengestimasi parameter fungsi. SFA menggabungkan
komponen error yang terdapat pada kedua komponen tersebut; komponen
simetris (simmetryc component) yang berkaitan dengan statistical noises terkait
error pengumpulan data dan komponen non-negatif (non-negative component)
yang berpengaruh terhadap inefisiensi produksi (Coelli 1995). SFA juga
digunakan untuk pengujian hipotesis. Yang menjadi keterbatasan SFA adalah
menerapkan sejumlah asumsi untuk fungsi frontier dan distribusi error terms.
Sebaliknya, DEA menggunakan metode Linear Programming untuk membangun
frontier (batas) dari data. Karena merupakan deterministik, DEA tidak
menerapkan asumsi untuk bentuk fungsi dan tipe distribusi error. Sifat
deterministik dari DEA menunjukkan setiap deviasi (penyimpangan) merupakan
bagian dari inefisiensi yang menjadi kendala statistical noises yang dihasilkan
kesalahan pengukuran data (Coelli 1995).
Sejauh ini mana pendekatan yang lebih superior atau lebih inferior di
antara kedua metode tersebut belum jelas disimpulkan oleh para peneliti
sebelumnya. Bravo-Ureta et al. (2007) menyimpulkan bahwa nilai efisiensi
dugaan yang dihasilkan model parametrik fungsi stochastic frontier lebih tinggi
dibandingkan dengan nilai yang dihasilkan deterministik. Temuan pada studistudi terdahulu umumnya menghasilkan perbedaan kuantitatif pada nilai efisiensi
antara dua metode tersebut, namun rangking efisiensi ordinal antara data yang
diamati cenderung sama untuk kedua metode tersebut. Dengan demikian, pilihan
mana yang lebih baik masih samar atau kabur. Kedua metode tersebut layak dan
pemilihan salah satu sebagai metode yang akan digunakan itu hanya berdasarkan
preferensi dari peneliti (Singh dan Singh 2010).
Para peneliti yang menggunakan SFA dalam mengestimasi efisiensi teknis
suatu usahatani antara lain Bozoglu dan Ceyhan (2007), Piya et al. (2012),
Shomo et al. (2010), Tchereni et al. (2012), Donkoh et al. (2012), Hussain et al.
(2012), Lawrence et al. (2013). Umumnya para peneliti ini menggunakan
st