32
besar maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar.
NPL = x 100
H5 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja Bank Umum Syariah dengan Bank Umum Konvensional, berdasarkan rasio
kualitas aktiva produktif
2.1.6 Kinerja Keuangan Secara Keseluruhan
Kinerja bank
secara keseluruhan
diketahui dengan
cara menjumlahkan seluruh rasio keuangan, yaitu rasio CAR Capital Adequacy
Ratio, ROA Return On Asset, LDR Loan to Deposit Ratio, BOPO, NPL Non Performing Loan, yang sebelumnya diberi bobot penilaian tertentu.
Perhitungan presentase dan bobot rasio-rasio tersebut adalah Lukmam Dendawijaya, 2001:
a. CAR
Menurut ketentuan Bank Indonesia suatu bank umum sekurang kurangnya harus memiliki CAR 8. CAR Capital Adequacy Ratio
merupakan salah satu komponen utama dalam perhitungan kesehatan bank, oleh karena itu penulis memberikan persentase sebesar 20. Skor
nilai CAR ditentukan sebagai berikut, Jika CAR bernilai: a Kurang dari 8, skor nilai = 0
b Antara 8 - 12, skor nilai = 80 c Antara 12 - 20, skor nilai = 90
33
d Lebih dari 20, skor nilai = 100 Misalnya, suatu bank memiliki rasio CAR 33,84 maka skor akhir CAR
adalah 20100 = 20. b.
ROA Standar terbaik ROA menurut Bank Indonesia adalah 1,5. Variabel ini
mempunyai bobot nilai 10. Skor nilai ROA ditentukan sebagai berikut, Jika ROA bernilai:
a Kurang dari 0, skor nilai = 0 b Antara 0 - 1, skor nilai = 80
c Antara 1 - 2, skor nilai =100 d Lebih dari 2 , skor nilai = 90
Misalnya, suatu bank memiliki rasio ROA 2,87, maka skor akhir ROA adalah 1090 = 9.
c. LDR
Standar terbaik LDR menurut Bank Indonesia adalah 85 - 110.Variabel ini mempunyai bobot nilai 15. Skor nilai LDR
ditentukan sebagai berikut, Jika LDR bernilai: a Kurang dari 50, skor nilai = 0
b Antara 50 - 85, skor nilai = 80 c Antara 85 - 110, skor nilai = 100
d Lebih dari 110, skor nilai = 90 Misalnya, suatu bank memiliki rasio LDR 74,93, maka skor akhir LDR
adalah 1580 = 12.
34
d. BOPO
Standar terbaik BOPO menurut Bank Indonesia adalah 85 - 92.Variabel ini mempunyai bobot nilai 15. Skor nilai BOPO
ditentukan sebagai berikut, Jika BOPO bernilai: a Lebih dari 125, skor nilai = 0
b Antara 92 - 125, skor nilai = 80 c Antara 85 - 92, skor nilai = 100
d Kurang dari 85, skor nilai = 90 Misalnya, suatu bank memiliki bank memiliki rasio BOPO sebesar
130, maka skor akhir BOPO adalah 150 = 0 e.
NPL NPL juga merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan
Bank.Bahkan hampir semua rasio nilainya dipengaruhi oleh NPL.Oleh karena itu penulis memberikan boobt nilai sebesar 20.Dengan
mempertimbangkan ketentuan BI yang mengharuskan NPL berada dibawah 5. Skor nilai NPL ditentukan sebagai berikut, Jika NPL
bernilai: a Lebih dari 8, skor nilai = 0
b Antara 5 - 8, skor nilai = 80 c Antara 3 - 5, skor nilai = 90
d Kurang dari 3, skor nilai = 100 Misalnya, suatu bank memiliki NPL 6, maka skor akhir NPL adalah
2080 = 16
35
Setelah data-data tersebut tersedia maka dikonversi ke dalam SPSS 17 untuk selanjutnya dianalisa dengan menggunakan independent samples T-test.
H6 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan Bank Umum Syariah dengan Bank Umum Konvensional secara
keseluruhan.
2.2 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu
NAMA PENELITI
JUDUL PENELITI
VARIABEL PENELITIAN
HASIL PENELITIAN
Abustan 2009
Analisis Perbandingan
kinerja keuangan perbankan
syariah
dengan perbankan
konvensional CAR,
NPL, ROA,
BOPO, LDR
Hasil dari Analisis Bank Syariah mempunyai rata-
rata mean
“Kinerja” sebesar
87.96, lebih
besar dibanding dari mean “Kinerja”
Bank Konvensional
yang sebesar
81.84. Hal ini berarti bahwa
selama tahun
2002-2011 secara
keseluruhan perbankan
syariah memiliki kinerja CAR, NPL, ROA, ROE,
BOPO, dan LDR lebih baik dibanding dengan
perbankan konvensional.
Marissa 2011
Analisis perbandingan
kinerja keuangan Bank Syariah dan
Bank Konvensional
sebelum selama, dan sesudah krisis
global tahun 2008 dengan
menggunakan metode CAMEL
CAR, KAP,
PPAP, NPM,
ROA, BOPO,
LDR Dari Hasil Penelitian yang
dilakukan menunjukkan
bahwa kinerja keuangan Bank Umum Syariah dan
Bank Umum
Konvensional berbeda
secara signifikan sebelum selama dan sesudah krisis
global tahun 2008.