Analisis daya dukung lahan serta faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhinya pada kawasan DAS Tiworo Kabupaten MUM, Sulawesi Tenggara

ANALISIS DAYA DUKUNG LAHAN
SERTA FAKTOR-FAKTOR LINGKUNGAN YANG
MEMPENGARUHINYA PADA KAWASAN DAS TIWORO
KABUPATEN MUNA, SULAWESI TENGGARA

OLEH :

LA ODE SIWI

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

ABSTRACT

LA ODE SIWI. An Analysis of Land Carrying Capacity and Environmental Factors
Affected it at Tiworo Watershed Region, Muna Distric, South East Sulawesi.
(Advised by SANTUN R.P. SITORUS as Chairman and ERNAN RUSTL4DI as
Member).
The objectives of the study were (1) to study land canying capacity of the
upper, middle and Iower parts of the Tiworo watershed region, (2) to study the

position of existing population density in relation to carrying capacity of the upper,
middle and lower parts of the Tiworo watershed region, (3) to study soil properties
variability within and between parts of the Tiworo watershed region and (4) to
investigate environmental factors influencing land carrying capacity in the Tiworo
watershed region.
The research was conducted at the Tiworo watershed region, Muna Distric,
South East Sulawesi from March to June 2001. Samples cornparise 225 respondents
and Fifteen disturbed soil samples of the 0-20 cm depth from the first farmers land
respondents. Eleven soil properties were analiied i. e. Total-N, P, Y organic matter,
p y Exch. Al., Base Saturation,CEC, sand, silt and clay.
The results showed that land carrying capacity between those three parts of
the Tiworo watershed region were not significantly different, although tend to
increase from upper, middle to. lower parts as shown by their carrying capacities in
the upper 5,75 persodha, middle 7,81 persodha and 9,13 person/ha, respectively
Existing population density was lower than land carrying capacity in all parts of the
Tiworo region watershed. There were high soil chemical properties variability within
and between parts of the watershed region. The environmental factors influencing
land carrying capacity were (1) average monthly rainfall, (2) percentage of
agricultural dry land area (3) percentage of paddy field area, (4) percentage of
agricultural dry land area using agricu~iuraltechnology and (5) Soil Cation Exchange

Capacity (CEC).
The analysis of linier programming result showed that the maximum
production of maize and paddy rice in the area in terms of kilo calori value was
8.383.538.829,9 kcal. The existing production condition was 58.226.357 kcal.
Therefore, the remaining production capacity was 7.801.275.472,9 kcal. The highest
dual activities among the villages was found in Lawada village with the production of
4.684.800 kcal.

RINGKASAN
LA ODE S M . Analisis Daya Dukung Lahan Serta Faktor-Faktor Lingkungan yang
Mernpengaruhinya pada Kawasan DAS Tiworo Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara
Pibawah bimbingan SANTUN R. P. SITORUS sebagai Ketua dan ERNAN
RUSTIADI sebagai Anggota).
Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam fisik yang mempunyai peranan
penting seperti untuk pemukiman, tempat bangunan fasilitas sosial, pertanian,
peternakan, kehutanan, pertambangan dan jaringan jalan. Ketersediaan lahan terutama
untuk kegiatan p e r t a ~ a n dari tahun ketahun semakin terbatas seiring dengan
pertambahan jurnlah penduduk sehingga perlu pagelolaan yang baik agar lahan
mampu menyokong kehidupan masyarakat setempat. Namun terkadang akibat dari
pengelolaan pertanian yang h r a n g baik sehingga daya dukung Iahan pada kawasan

tersebut menjadi rendah.
Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui besarnya daya dukung
lahan pada bagian hulu, tengah dan hilir kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS)
Tiworo Kabupaten Muna, (2) untuk mengetahui posisi kepadatan penduduk sekarang
ditinjau dari daya dukung lahan pada bagian huh, tengah dan hilir kawasan DAS
Tiworo, (3) untuk mengetahui keragaman sifat-sifat tanah di dalam bagian kawasan
dan antar bagian kawasan DAS Tiworo, (4) untuk mengetahui faktor-faktor
lingkungan yang berpengaruh terhadap besarnya daya dukung lahan di kawasan
Daerah Aliran Sungai @AS) Tiworo dan (5) untuk memaksimumkan produksi
tanaman pangan di daerah kawasan DAS Tiworo.
Penelitian lapangan dilakukan di kawasan Daerah Aliran Sungai @AS)
Tiworo yang terdiri dari tiga kecamatan yaitu Kecamatan Lawa, Kecamatan Kusambi
dan Kecamatan Tikep Kabupaten Muna pada bulan Maret sampai dengan Juni 2001.
Unit analisis yang digunakan adalah desa. Jurnlah desa yang &pilih untuk
pengamatan masing-masing 5 desa pada setiap bagian kawasan DAS. Jumlah
responden dalam setiap desa sebanyak 15 KK.
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder rneliputi data
sosial ekonomi maupun data fisik berupa sifat fisik dan kimia tanah. Analisis data
yang digunakan untuk mengetahui daya dukung lahan dengan menggunakan Rumus
Bayliss-Smith yang diuji dengan uji Duncan. Untuk analisis keragaman sifat-sifat

tanah dilakukan dengan pengkelasan menurut Sitorus yang diuji dengan uji BNJ.
Untuk mengetahui faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi daya dukung lahan
dilakukan analisis regresi yang sebelumnya dilakukan uji korelasi antar peubah bebas
dan analisis multivariate. Untuk mengoptirnalkan produksi tanaman pangan
rnenggunakan analisis program l i n k (Linear Progamrnirtg).
Hasil analisis daya dukung lahan menunjukkan bahwa secara statistik tiga
bagian kawasan DAS tidak berbeda nyata namun terdapat kecenderungan makin ke
hilir daya dukung lahannya semakin meningkat yaitu bagian hulu sebesar $75
orangha, bagian tengah sebesar 7,82orangha dan bagian hilir sebesar 9,13 orangha.
Kepadatan penduduk pada semua bagian kawasan DAS tiworo baik hulu,
tengah rnaupun hilir masih Iebih kecil dari daya dukungnya. Kepadatan penduduk
bagian hulu
sebesar 1,57 jiwalha dengan daya dukung lahan sebesar 5,75.

Sedangkan kepadatan penduduk bagian tengah dan hilir masing-masing sebesar 1,33
dan 1,03 jiwa/ha dengan daya dukung lahan masing-masing sebesar 7,82 dan 9,13
orangha
Hasil pengelompokkan keragaman sifat-sifat fisik dan kimia tanah pada tiga
bagian kawasan DAS Tiworo rnenunjukkan bahwa keragaman sifat kimia tanah lebih
beragam dari sifat fisik kecuali pH. Sifat-sifat kimia tanah yang umurn rnempunyai

keragaman tinggi yaitu dalarn ha1 tingkat kejenuhan basa, KTK, K dapat ditukar,
bahan organik, Aldd dan N- total.
Hasil analisis regresi berganda faktor-faktor lingkungan terhadap daya
dukung lahan menunjukkan l m a faktor yang berpengaruh nyata yaitu curah hujan
bulanan, persentase luas ladang desa, persentase luas sawah desa, persentase luas
ladang yang menerapkan teknologi dan kapasitas tukar kation
Hasil analisis program linier menunjukkan bahwa nilai potensial produksi
tanaman pangan maksirnum (2) dalam kilo kalori adalah sebesar 8.383.538.829,9
kkal, sementara produksi tanaman pangan dalam kilo kalori yang diperoleh sekarang
ini hanya mencapai 58.226.357 kkal. Apabila dibandingkan antara produksi tanaman
pangan hasil analisis program linier dengan produksi tanaman pangan kondisi nil
yang ada sokarang maka terdapat sisa kapasitas produksi tanaman pangan sebesar
7 801.275.472,9 kkal. Dengan demikian besarnya kenaikan produksi dalam kilo
kalori yang dapat dicapai pada kondisi produksi rnaksimum sebesar 133,98 kali
jumlah produksi tanaman pangan yang ada s a t ini. Hasil analisis juga menunjukkan
bahwa dual activity paling tinggi yaitu tingkat penambahan daya dukung lahan untuk
setiap penambahan satu hektar lahan yang sesuai untuk produksi tanaman pangan dari
seluruh desa contoh pada kawasan DAS Tiworo adalah desa Lawada yaitu sebesar
4.684.800kkal/ha.


ANALISIS DAYA DUKUNG LAHAN
SERTA FAKTOR-FAKTOR LINGKUNGAN YANG
MEMPENGARUHINYA PADA KAWASAN DAS TJWORO
KABUPATEN MUNA, SULAWESI TENGGARA

LA ODE SIWI

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
MAGISTER SAWS
padr
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

Judul Tesis

Analisis Daya Dukung Lahan ~ k Faktor-Faktor

a
Lingkungan
yang Mempengaruhinya pada Kawasan QAS Tiworo
Kabupaten MUM, Sulawesi Tenggara

Nama Mahasiswa

: La Ode Siwi

Nomor Registrasi

: 99266

Program Stu&

: PengeloIaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

I . Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Ernan Rustiadi

Anggota

Prof. Dr. Ir. Santun R.P. Sitorus
Ketua

Mengetahui,
Program Pascasarjana

2. Ketua Program Studi PSL

Prof. Dr. Ir. M. Sri Saeni. M.S

\ -p,"p::$%P
Tanggal Lulus

2 1 Januari 2002

m

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Muna,

Sulawesi Tenggara Tahun 1974 dari pasangan.

La Halia dan Wa Ode Asrnani. Penulis merupakan anak kedua dari lima bersaudara.
Pada tahun 1992 rnenyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1
Raha.

Penulis diterima masuk Universitas Haluoleo Kendari melahi Ujian Masuk

Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) pada tahun 1993 di Fakultas Pertanian Jurusan
Budidaya Pertanian Program Studi Agronomi dan

memperoleh gelar Sajana

Pertanian pada tahun 1998.
Selama tahun I998 sampai dengan Agustus 1999, penulis magang di Pusat
Studi Lingkungan Lernbaga Penelitian Universitas Haluoleo Kendari.

Pada tahun 1999 penulis melanjutkan pendidikan pada Program Pascasaqana


PB, Program Studi Pengelolaan Surnberdaya Alam dan Lingkungan yang dibiayai
oleh CEPI-UCE Canada (Collaborafivr Emironme?ztat Project in bldonesiaUniversity Consorfi?m~
orz Environnrenf).

KATA PENGANTAR
Daya dukung lahan sangat ditentukan oleh faktor lingkungan baik fisik
maupun non-fisik. Faktor fisik yang paling menonjol adalah tingkat kesuburan tanah,
kemiringan lereng dan iklim. Sedangkan faktor non-fisik seperti sosial ekonomi
petani dan teknologi yang digunakan. Daya dukung lahan pada berbagai posisi di
kawasan DAS akan berbeda

sehingga didalam perencanaan, penggunaan dan

pengelolaannya akan berbeda pula. Dengan pertambahan penduduk dan aktivitas
pembangunan yang relatif cepat maka kecenderungan daya dukung suatu daerah akan
terlampaui, atau memang karena kondisi wilayah tersebut kurang mendukung untuk
kesejahteraan penduduk sehingga akan mengarah pada eksploitasi sumberdaya secara
berlebihan termasuk hutan yang dilindungi pada kawasan DAS, sehingga DAS
menjadi rusak.

Mencermati fenomena tersebut di atas maka penulis mencoba meneliti dan
menulis sebuah tesis yang berjudul "Analisis Daya Dukung Lahan

Serta Faktor-

Faktor Lingkungan yang Mempengamhinya pada Kawasan DAS Tiworo Kabupaten
Muna, Sulawesi Tenggara" .
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terirna kasih
kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Santun R. P. Sitorus sebagai ketua komisi pembimbing
dan

Bapak Dr. Ir. Ernan Rustiadi sebagai anggota komisi pembimbing atas

bimbingan yang penuh perhatian dan motivasi yang diberikan selama ini.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Dr. Tim Babcock
selaku Direktur Pendidikan dan Pelatihan Colaborative Environmental Project in

Indonesia

-

University Consortium on Environment (CEPI-UCE)

yang telah

memberikan beasiswa dan membiayai studi serta penelitian dan juga saran selama
penulis menempuh studi di IPB.
Ucapan terima kasih disampaikan Kepada Bapak Ir. Abdul Manan, M.Sc
sebagai Kepala Pusat Studi Lingkungan Lembaga Penelitian Universitas Haluoleo
beserta seluruh staf yang telah banyak memberikan bantuan selama ini. Terima kasih
disampaikan Kepada

Ibu

Daisy N

Susanto yang banyak

membantu

dalam

administrasi beasiswa CEPI-UCE Proyek serta seluruh teman-teman yang telah
banyak membantu dalam penulisan tesis ini. Semoga bantuan Bapak dan Ibu serta
saudara (i) merupakan amal yang diterima disisi Allah SWT.
Terima kasih dan salam hormat kepada ayahanda dan ibunda yang tercinta
serta seluruh keluarga yang telah berjasa dan mendoakan selama ini mudah-mudahan
penulis menjadi anak yang berbakti kepada orang tua, masyarakat, bangsa dan
negara.
Akhirnya

penulis

menyadari

bahwa

tulisan

ini

masih

jauh

dari

kesempurnaan, sehingga saran dan masukan yang bermanfaat bagi penulis sangat
diharapkan.

Bogor, Januari 2002

Penufis

DAPTAR IS1
Halaman

DAFTAR TABEL

.......................................................................

...

WE:

DAFTAR GAMBAR .......................................................................

x

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................

xi

.

I PENDAHULUAN ........................................................................

I

I . 1. Latar Belakang ..................................................................

1

1.2. Tujuan Penelitian...............................................................

4

..
1.3. Kegunaan Penelltlan............................................................

5

1.4. Hipotesis .........................................................................

5

1 . 5. Batasan dan Asumsi ............................................................

5

I1 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................

9

.

2.1. Pengertian Daya Dukung

...........................................

9

2.2. Pengertian Daerab Aliran Sungai ..........................................

19

2.3. Produktivitas Lahan dan Lingkungan

22

111. BAHAN DAN METODE

.................................

.......................................................

3.1. Tempat dan Waktu ..........................................................
3.2. Alat dan Bahan ...............................................................

3.3. PemiIihan Contoh ............................................................
3.4. PengumpulanData ............................................................
3.5. Analisis Daya Dukung ......................................................
3.6. Andisis Data ................................................................

.

.

3.7. Model Uptlmasi ..............................................................

W . KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN .............................
4.1. Letak Geografi dan Wilayah Administrasi ...............................

34
34

4.2. Iklim dan Hidrologi ..........................................................

34

4.3. Tanah ...........................................................................

37

4.4. Penggunaan Lahan ............................................................

37

4.5. Kependudukan ................................................................

39

4.6. Mata Pencaharian Penduduk ................................................

39

.

V HASEL DAN PEMBAHASAN ....................................................
5.1. Daya Dukung Lahan ..........................................................

5.1.1. Luas Lahan rata-rata yang ditanami Tanaman Pangan dan
Produksinya ...........................................................

41
41
41

5.1.2. Tingkat Konsumsi M~nimumdaiam Menu Penduduk dari Jenis
44
Tanaman Pangan .....................................................

5.1.3. Faktor Koreksi p dan k . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

48

5.1.4. Besarnya Daya Dukung Lahan ....................................

51

5.2. Hubungan Kepadatan Penduduk dengan Daya Dukung Lahan ......... 55
5.3. Keragaman Sifat-Sifat Fisik dan Kirnia Tanah di Kawasan DAS
Tiworo ........................................................................

57

5.4. Faktor-Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Daya Dukung
Lahan .........................................................................

40

5.5. Analisis Optimasi ...........................................................

64

V1. KESKMPULAN DAN SARAN ......................................................

69

6.1.

Kesimpulan .................................................................

69

6.2.

Saran .........................................................................

70

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................

72

LAMPIRAN ............................................................. :..................

75

DAFTAR TABEL

Nomor

Haiaman
Teks

I . Ke~adatanPenduduk Menurut Tipe Ekonomi

... . . . . .. .. . .. . . .. . . . . .. . . . . .. . . ..

12

2. Beberapa Faktor yang diduga akan Mempengaruhi Daya Dukung lahan . .. ...

30

3 . Keperluan Tenaga Kej a (lhlori) dalam Sehari ... .. . . .. . .. .. . ... . . . ... . . . ... . ... .

31

4.

Luas dan Perseniase Tingkat Kemiringan Lereng pada Kawasan DAS

=wore.. 34

5 . Curah Hujan dan Hari Hujan Rata-Rata pada Kawasan DAS Tiworo . . . . .. . . .

35

6. Curah Hujan dan Hari Hujan Rata-Rata Bulanan pada Kawasan DAS Tiworo.. 36

7. Jenis dan Luas Penggunaan Lahan pada Kawasan DAS Tiworo . .... . . . ... . . . . . .. .38
8 . Keadaan Pekerjaan Penduduk di Lokasi Penelitian .. . . .. . .. . . . . .. . . . .. . . .. .. . . . . .. . 40

9. Jumlah Produksi Jenis Tanaman Pangan Desa-Desa Contoh Bagian Hulu

Kawasan DAS Tiworo .. . .. . . . . ... ... . .. . .. . . . ... . . . . .. .. . ... . .. . . . . .. . . ... . . . . ... . . . ... 42

10. Jumlah Produksi Jenis Tanaman Pangan Desa-Desa Contoh Bagian Tengah
Kawasan DAS Tiworo .. ...... . . .. .. . . . . .. . ... . .. .. . . .. . . . .. .... . .. .. ..... . . ... .. . . . ... . 42
11. Jumlah Produksi Jenis Tanaman Pangan Desa-Desa Contoh Bagian Hilir
Kawasan DAS Tiworo . .. .. . . . . .. . . .. .. . . .. .. . . ... . . . . . . . . . . . . .. .. . . . . .. . .. . .. . . . . . . . . . . 42

12. Tingkat konsumsi dalam Menu Penduduk Desa-Desa Contoh Bagian Hulu
Kawasan DAS Tiworo .. . . . . .. . . ... . . . . . ... .. . . . . .. . . .. . . . .. . . . . . . . . . . . .. . . . . .. .. . . . .... 45
13. Tingkat konsumsi dalam Menu Penduduk Desa-Desa Contoh Bagian Tengah
Kawasan DAS Tiworo . . . . .. . .. .. . . . . ... . . . .. . . .. .. . .. . ... . .. . .. .. . . . . . . . . . . . . . . . . . .. ... 45
14. Tingkat konsurnsi dalam Menu Penduduk Desa-Desa Contoh Bagian Hilir
Kawasan DAS Tiworo . .... . . . . .. ... . ... . .. . . . ... . . . . . . ... .. . . .. .. . ... . . . ... . . . ... . .... . 46
15. Jumlah Penduduk yang Bermatapencaharian dan Besarnya Faktor Koreksi p
Desa-Desa Contoh Bagian Hulu Kawvasan DAS Tiworo ... ... ... ... .. ... .. .. ... ... ... ..... 49
16. Jumlah Penduduk yang Bermatapencaharian dan Besarnya FaktorKoreksi p
Desa-Desa Contoh Bagian Tengah Kawasan DAS Tiworo ... . . . ... . .. ... .. . ... . .. ... ... ... 49

Jumlah Penduduk yang Bermatapencaharian dan Besarnya Faktor Koreksi p
Desa-Desa Contoh Bagian Hilir Kawasan DAS Tiuroro ...................................

.49

Jumlah Pengeluaran konsumsi dan Besarnya Faktor koreksi k Desa- Desa
Contoh Bagian hulu Kawasan DAS Tiworo .........................................

50

Jumlah Pengeluaran konsumsi dan Besamya Faktor koreksi k Desa-Desa
Contoh Bagian Tengah Kawasan DAS Tiworo .....................................

50

Jumlah Pengeluaran konsumsi dan Besarnya Faktor koreksi k Desa-Desa
Contoh Bagian hulu Kawasan DAS Tiworo ........................................

50

Daya Dukung Lahan Desa-Desa Contoh Bagian Hulu Kawasan DAS
Tiworo ....................................................................................

52

Daya Dukung Lahan Desa-Desa Contoh Bagian Tengah Kawasan DAS
Tiworo ...................................................................................

52

Daya Dukung Lahan Desa-Desa Contoh Bagian Hilir Kawasan DAS
Tiworo ....................................................................................

53

Kepadatan Penduduk, Kepadatan Agraris dan Daya Dukung Lahan Bagian
HuIu Kawasan DAS Tiworo ..........................................................

56

Kepadatan Penduduk, Kepadatan Agraris dan Daya Dukung Lahan Bagian
Tengah Kawasan DAS Tiworo ......................................................

56

Kepadatan Penduduk, Kepadatan Agraris dan Daya Dukung Lahan Bagian
Hjlir Kawasan DAS Tiworo ..........................................................

56

=ngkat Keragaman Beberapa Sifat Tanah pada Bagian Hulu, Tengah
dan Hilir Kawasan DAS Tiworo .....................................................

58

Hasil Analisis Regresi Berganda Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Daya
Dukung Lahan di Kawasan DAS Tiworo ............................................

60

Hasil Analisis Optimasi Produksi Tanaman Pangan Desa-Desa Contoh pada
Kawasan DAS Tiworo (kkal) ........................................................

64

DAFTAR GAMBAR

Nomor
1.

2.

3.

Teks

Halaman

Skema Hubungan Faktor Lingkungan Fisik, Sosial, Ekonomi dan
Teknologi dengan Daya Dukung Lahan ...............................................
Daya Dukung Lahan Rata-Rata Bagian Hulu, Tengah dan Hilir Kawasan
DAS Tiworo ..............................................................................

8

54

Kepadatan Penduduk, Kepadatan Agraris dan Daya Dukung Lahan
Rata-rata pada Bagian Hulu, Tengah dan Hilir kawasan DAS Tiworo ......... 55

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Teks

Halaman

1 . Peta Kabupaten Muna Propinsi Sulawesi Tenggara ...............................

75

2. Peta Lokasi Penelitian Kawasan DAS Tiworo Kabupaten Muna ................

76

3 . Analisis Sifat Fisik dan Kirnia Tanah pada Bagian Hulu Kawasan
DAS Tiworo ..............................................................................

77

4 . Analisis Sifat Fisik dan Kirnia Tanah pada Bagian Tengah Kawasan
DAS Tiworo ..............................................................................

77

5 . Analisis Sifat Fisik dan Kirnia Tanah pada Bagian Hilir Kawasan
DAS Tiworo ..............................................................................

78

I. PENDAHULUAN

Dalam kehidupan dan aktivitas rnanusia, Iahan

merupakan

salah satu

sumberdaya alam fisik yang mempunyai peranan yang amat penting. Untuk berbagai
kepentingan dan kegiatan manusia, lahan dirnanfaatkan antara lain untuk pemukiman,
tempat bangunan fasilitas sosial, pertanian, peternakan, kehutanan, pertambangan dan
jaringan jalan.
Sejak Pelita 1 tahun 1969, dari tahun ke tahun lahan menjadi sumberdaya
fisik yang semakin langka yang digunakan dalam proses pembangunan. Dengan
semakin terbatasnya lahan, maka masalah peruntukan dan tata guna Lahan semakin
rumit. Hal ini disebabkan luas lahan yang tersedia adalah tetap, sedangkan kebutuhan
lahan untuk

berbagai

sektor

kegiatan selalu bertambah

sejalan dengan

Iaju

pembangunan dan perturnbuhan penduduk.
Selain disebabkan faktor kegiatan pembangunan, pertumbuhan penduduk dan
distribusi penduduk yang tidak serasi dan tidak merata, juga sangat berperan dalam
timbdnya masalah lahan. Hal ini lebih nyata terlihat di daerah pedesaan, karena
sebagian besar (sekitar 80%) penduduk tinggal di pedesaan dengan surnber mata
pencaharian utamanya dari bidang pertanian (BPS, 1995). Dengan demikian desa
sangat berpotensi besar untuk tejadinya konflik rnasalah lahan.
Untuk mencukupi kebutuhan pangan penduduk, pemerintah telah berusaha
meningkatkan produksi bahan pangan, baik rnelalui ekstensifikasi, diversifikasi
maupun intensifikasi pertanian. Cara ekstensifikasi di lakukan di daerah-daerah di

iuar Jawa, seperti pernbukaan lahan
lahan

gambut

sejuta

hektar

di

pasang surut untuk persawahan, pembukaan
Kalimantan

Tengah,

sedangkan

intensifikasi

dilaksanakan di daerah-daerah yang mempunyai prasarana/sarana produksi yang
memungkinkan dilakukannya intensifikasi tersebut.
Usaha-usaha intensifikasi pertanian bertujuan untuk meningkatkan produksi
per satuan has. Hal ini berarti meningkatkan kemampuan lahan pertanian untuk
mendukung atau menyokong kehidupan penduduk di daerah tersebut. Disarnping
memberikan dampak positif yaitu dengan meningkatkan produksi dan daya dukung
(currying capacify) per satuan Iuas, intensifikasi pertanian juga ada kemungkinan

memberikan dampak negatif, seperti kemungkinan tejadinya pencemaran atau polusi
sebagai akibat penggunaan pestisida dan herbisida secara berlebihan serta terjadinya
eutrofikasi pada sungai yang menyebabkan tertutupnya sungai oleh gulma sebagai
akibat dari penggunaan pupuk N yang berlebihan.
Dengan adanya pertambahan penduduk dan peningkatan pembangunan di
berbagai bidang, terutama di bidang pertanian, sering tejadi terlampauinya daya
dukung lahan (over carrying capacity), sehingga akan mengarah pada eksploitasi
sumberdaya alam yang lain, seperti sumberdaya hutan. Menurut Manan, et al (2000)
tingkat eksploitasi sumberdaya alarn yang tejadi di Suiawesi Tenggara terutama pada
kawasan DAS sangat memprihatinkan, terutama dalam eksploitasi hutan menjadi
pemukiman transmigrasi, penebangan liar, pencurian kayu, pembakaran hutan dan
perladangan berpindah, sehingga akan menimbulkan dampak yang besar terhadap
lingkungan. Disamping daya dukung suatu lahan tersebut terlampaui karena kegiatan
pertanian, juga disebabkan oleh faktor fisik dari lahan tersebut yang kurang

mendukung seperti keadaan kesuburan tanah yang rendah, topografi yang tidak rata,
dan iklim yang kurang wcok

dan faktor non fisik lainnya, seperti teknologi dan

faktor sosial ekonomi.
Berhubungan dengan keadaan diatas, maka perlu adanya evaluasi tentang
kondisi lingkungan, produktivitas lahan pertanian serta besarnya daya dukung Iahan
pertanian, sesuai dengan teknologi yang diterapkan petani dan keadaan sosial
ekonominya.

Apabila daya dukung lahan pertanian dalam suatu wilayah tertentu

sudah diketahui, maka pemerintah daerah sebagai badan pengambil kebijakan akan
dapat memutuskan langkah-langkah yang perlu diambil, guna rnencegah hal-ha1 yang
tidak dikehendaki
Penelitian daya dukung lahan ini dilakukan di kawasan DAS Tiworo, karena
DAS ini digunakan sebagai sumber air bagi kehidupan masyarakat, terutama untuk
lahan pertanian, yang diusahakan dengan tanaman pangan yaitu padi, jagung, umbiumbian, kacang-kacangan dan sayur-sayuran Disamping itu kondisi DAS Tiworo
tersebut menurut laporan dari hasil penelitian Manan, et al. (2000) telah mengalami
kerusakan dengan terjadinya konversi hutan sebesar

10 - 20% dari luas hutan setiap

tahun.
Lahan di kawasan DAS Tiworo digunakan oleh masyarakat untuk kegiatan
usahatani dan sebagian besar merupakan lahan kering. Jenis tanaman yang di
kembangkan adalah tanaman pangan, sayuran, buah-buahan, umbi-umbian dan
tanaman perkebunan. Jenis tanaman pangan yang diusahakan adalah jagung, padi
ladang,

padi sawah, kedelai, kacang tanah dan kacang hijau. Tanaman sayuran

meliputi kacang panjang, sawi, kol, terong dan tomat. Jenis buah-buahan yaitu jeruk

dan mangga serta jenis tanaman umbi-umbian berupa ubi jalar, ubikayu dan talas.
Jenis tanaman perkebunan yang dominan yaitu kakao, jambu mete dan kelapa.
Dengan pola tanarn yang dilakukan petani, luas lahan yang dimiliki tingkat
konsumsi petani, teknologi seria tingkat produksi yang dicapai perIu untuk diketahui,
apakah daya dukung lahan yang ada pada kawasan DAS Tiworo masih cukup besar
atau sudah dilampaui.
Berdasarkan uraian pada Latar belakang, maka untuk dapat menyususn
rencana pengelolaan kawasan DAS Tiworo perlu diketahui hal-ha1 sebagai berikut:
(1) Besarnya daya dukung lahan pada masing-masing bagian huh, tengah dan hilir

kawasan Daerah Aliran Sungai dan (2) Faktor-faktor lingkungan yang mempengasuhi
daya dukung lahan tersebut.
1.2.

Tuj uan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1.

Untuk mengetahui besarnya daya dukung lahan pada bagian hulu, tengah dan
hilir kawasan Daerah Miran Sungai @AS) Tiworo Kabupaten Muna.

2.

Untuk mengetahui tingkat kepadatan penduduk sekarang ditinjau dari daya
dukung lahan pada bagian hulu, tengah dan hilir kawasan DAS Tiworo.

3.

Untuk mengetahui keragaman sifat-sifat tanah di dalam bagian kawasan dan
antar bagian kawasan DAS Tiworo.

4.

Untuk mengetahui faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap besarnya
daya dukung lahan di kawasan DAS Tiworo.

5.

Untuk mengoptimalkan produksi tanaman pangan
Tiworo.

di daerah kawasan DAS

1.3. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai

masukan bagi pengambil

kebijakan daIam:
1.

Menyusun perencanaan pembangunan, khususnya di sektor pertanian melalui
optimalisasi penggunaan lahan khususnya pada kawasan DAS Tiworo.

2.

Menentukan kebijakan dalam perencanaan tata ruang dan kependudukan di
kawasan DAS Tiworo.

1.4. Hipotesis

Hipotesis yang diujikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.

Terdapat perbedan daya dukung lahan dan sifat-sifat tanah antara bagian hulu,
tengah dan hilir dalam kawasan DAS Tiworo.

2.

Berbagai faktor lingkungan akan mempengaruhi besarnya daya dukung lahan
di kawasan DAS tersebut.

1.5. Batasan dan Asumsi

DaIam peneiitian ini digunakan batasan dan asurnsi sebagai berikut:
1.

Daya dukung lahan adaIah j u d a h penduduk yang dapat didukung atau
disokong oleh suatu luas sumberdaya lahan pada lingkungan tertentu dalam
keadaan makmur, sesuai dengan teknologi dan pengelolaan usahatani yang
dilakukan petani

2.

Desa lahan kering adalah desa yang lahan keringnya berupa tegalan lebih luas
dari lahan sawah, sedangkan desa lahan sawah adalah desa yang lahan
sawahnya lebih luas dari lahan keringltegalan.

Sumberdaya lahan pertanian adalah lahan-lahan pertanian yang diusahakan
sebagai tempat menjalankan usahatani tanaman pangan utama, seperti padi,
(padi sawah dan padl ladang) jagung, ubi kayu, sayur-sayuran dan kacangkacangan.
Kemakmuran adalah suatu kondisi tingkat kehidupan penduduk yang dengan
hasil sumberdaya yang ada, yang dikelola dengan suatu tingkat teknologi
tertentu, dapat menjamin tingkat kehidupannya secara wajar.

SaIah satu

indikator utama adalah pendapatan perkapita
Unit penelitian (unit analisis/unit elementer) adalah desa.
Besarnya daya dukung, dihitung berdasarkan produksi tanaman padi, jagung,
ubi kayu, ubi jalar, kacang-kacangan dan sayur-sayuran.
Lahan pertanian adalah lahan sawah dan tegalan.
Daya dukung lahan yang diperoleh merupakan gambaran atau bagian dari daya
dukung lahan daerah yang diteliti dan bersifat aktual (dalam kondisi sekarang).
Faktor

Iingkungan yang

diamati adalah (1) lingkungan fisik,

kesuburan tanah, kemiringan lereng dan curah hujan,

rneliputi

(2) lingkungan sosial,

(3) ekonomi dan (4) teknologi.

Dalam menghitung daya dukung lahan suatu wilayah diasumsikan bahwa
semua hasil dari tanaman yang ditanam tidak ada yang keluar, sernuanya habis
digunakan untuk memenuhi kebutuhan wilayah yang diteliti. Dengan kata lain
ekspor keluar daerah penelitian sama dengan no].
Diasumsikan bahwa tidak ada pemasukan dari wilayah lain untuk jenis
tanaman pangan yang &teliti.

Jadi impor dari luar daerah penelitian sama

dengan nol.
12.

Pembagian kawasan DAS didasarkan pada Iuas seluruh kawasan DAS dibagi
menjadi tiga bagian yang sarna besar berdasarkan posisinya yaitu huly tengah
dan hilir.
Skema hubungan faktor lingkungan dan teknoiogi dengan besarnya daya
,

dukung lahan dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1.

Skema Hubungan Faktor Lingkungan Fisik, Sosial Ekonomi dan
Teknologi dengw Paya dukung Lahan (dimodifikasi dari Agustono,
1984)

II. TWJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Daya Dukung

Berbagai pengertian tentang daya dukung telah dikenal.

Menurut Brown

(1982), pengertian daya dukung sudah dikenal dikalangan ahli biologi, peternak sapi

dan pengelola satwa liar, tetapi tidak cukup populer dikalangan penasehat ekonomi
dan pembuat keputusan poIitik. Selanjutnya dikemukakan bahwa daya dukung suatu
sistem biologis alami ditentukan oleh hasil maksimumnya yang dapat dipertahankan ,
dan hasil maksimum ini berbeda-beda ditentukan oleh besarnya sistem biologis yang
bersangkutan dan kemarnpuannya untuk mernulihkan diri. Padang rumput dan hutan
di daerah basah (humid) lebih besar kemampuannya memulihkan diri, sehingga daya
dukungnya lebih besar daripada padang rumput dan hutan di daerah serni basah (semi
humid).
Konsep daya dukung dapat menunjukkan besarnya kemampuan Iingkungan
untuk mendukung kehidupan hewan, yang dinyatakan dalam jumiah ekor per satuan
luas lahan. Jumlah hewan yang dapat didukung kehidupannya itu tergantung pada
biomas @ahan organik tumbuhan) yang tersedia untuk makanan hewan. Daya dukung
ditentukan oleh banyaknya bahan organik tumbuhan yang terbentuk dalam proses
fotosintesa per satuan luas dan waktu, yang biasa disebut produktivitas primer
(Soemarwoto, 1983).
Menurut Dasman, Milton dan Freeman (1977), daya dukung adalah suatu
ukuran jurnlah individu dari suatu spesies yang dapat didukung oleh Iingkungan
tertentu. Daya dukung mempunyai tingkatan sebagai berikut :

1.

Daya dukung absolut atau maksimum, yaitu jumlah maksimum individu yang
dapat didukung oleh sumberdaya lingkungan pada tingkat sekedar hidup
(tingkatan ini dapat disebut kepadatan subsisten untuk spesies tersebut).

2.

Daya dukung dengan jumlah

individu berada

keamanan atau ambang pintu keamanan.

dalam keadaan kepadatan

Kepadatan keamanan

lebih rendah

dari kepadatan subsisten. Pada kepadatan keamanan ini, tingkatan populasi
suatu spesies ditentukan oleh pengaruh populasi spesies lainnya yang hidup di
lingkungan yang sama.
3.

Daya dukung dengan jumlah

individu berada

dalam keadaan kepadatan

optimum. Pada kepadatan optimum ini, individu-individu dalam populasi akan
mendapatkan segala keperluan hidupnya dengan cukup serta rnenunjukkan
pertumbuhan dan kesehatan individu yang baik. Kepadatan optimum hanya
dapat dipertahankan oleh pembatasan yang h a t terhadap pertumbuhan, yang
diatur oleh tingkah laku spesies yang bersangkutan (pembatasan diri).
Selanjutnya Dasman, et al. (1977) menyatakan bahwa pada zaman primitif
adanya pemangsaan, penyakit dan lain-lain, seringkali membuat populasi manusia di
ternpat itu tetap pada atau dekat kepadatan keamanan. Dengan hilangnya predator dan
adanya pengendalian penyakit, populasi dapat bertambah sampai pada kepadatan
subsisten. Hal ini dapat diperkecil atau diatasi dengan pembatasan pertumbuhan
populasi, sehingga akan dicapai tingkat atau mendekati kepadatan optimum.
Daya dukung lingkungan surnberdaya alam untuk manusia adalah jumlah
populasi manusia yang optimal, yang dalam jangka panjang dapat memenuhi
kebutuhamya oleh suatu satuan sumberdaya dan lingkungan.

Berdasarkan kebutuhan manusia akan makanan nabati, daya dukung ekosistem yang
sumber energinya hanya matahari adalah 0,00025 orang/m2 di daerah pertanian
dengan Mim tropis, dan 0,000025 orang/mZ untuk masyarakat primitif di daerah
hutan tropis.

Dengan tingkat populasi tersebut, ekosistem berada dalam keadaan

stabil (Odum, 1971).
Rusli (1984) menyatakan, bahwa untuk rnengetahui jurnlah manusia yang dapat
ditampung di suatu unit wilayah, konsep yang dipandang lebih bermakna dari
kepadatan penduduk adalah konsep daya dukung. Secara singkat daya dukung dapat
dibatasi sebagai kemampuan mendukung kehidupan manusia, yaitu untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan manusia. Daya dukung Iahan terhadap jurnlah penduduk hanya
sebagian ditentukan oleh sumberdaya, iklim dan kondisi fisik lainnya, sedangkan
faktor lain yang mempengaruhi adalah cara-cara penduduk untuk menggunakan
sumberdaya tersebut.

Cara-cara penggunaan lahan yang lebih intensif mampu

mendukung Iebih banyak orang.

Sebagai gambaran urnum, kepadatan penduduk

menurut tipe ekonomi dapat dilihat pada Tabel 1.
Berdasarkan uraian di atas, daya dukung senantiasa tidak stabil, tetapi dapat
meningkat atau menurun sesuai dengan keadaan sumberdaya lahan, iklim dan
Iingkungan alam lainnya, seperti kebakaran, banjir maupun gempa, serta tingkat
pengelolaan yang dilakukan oleh rnanusia. Pada daerah tertentu, besarnya daya
dukung lahan dapat ditingkatkan sampai batas maksirnum. Hal ini ditentukan oleh
kecepatan terpenuhinya syarat lingkungan yang persediaannya paling sedikit, yang
dapat juga disebut sebagai faktor pembatas

Tabel 1. Kepadatan Penduduk Menurut Tipe Ekonorni (Hawley, I 9 5 0 daIam
Rusk 1984).
No

Tipe Ekonomi

Jumlah Orang Per mil
persegi

1.

Berburu dan menangkap ikan

1-8

2.

Penggembalaan dan kehutanan

8 - 26

3.

Pertanian sederhana

26

4.

Pertanian

5.

Permulaan industri dan perdagangan

6.

Pertanian dan industri

7.

Industri lebih dominan

- 64

64 - 192

7 381

Soerianegara (1978) menyatakan, bahwa untuk populasi manusia batasan daya
dukung adalah jumlah

individu yang dapat didukung oleh suatu satuan luas

sumberdaya dan lingkungan dalam keadaan sejahtera. Jadi daya dukung mempunyai
dua komponen, yaitu besarnya populasi manusia serta luas sumberdaya dan
lingkungan yang dapat memberikan kesejahteraan kepada populasi manusia. Dalam
pengertian kelebihan penduduk terselip pengertian tentang keterbatasan sumberdaya
dan lingkungan untuk menunjang kehidupan

sejumlah penduduk.

Oleh karena itu

perlu mengkuantifikasikan daya dukung untuk keperluan perencanaan pengelolaan
sumberdaya alam d m lingkungan, agar alokasi sumberdaya alam dapat dilakukan
dengan cara yang lebih efektif. Sedangkan Young (1976) menyatakan, bahwa daya
dukung lahan adalah jumlah penduduk yang dapat ditunjang per satuan luas daerah
pada tingkat teknologi dan kehidupan tertentu. Daya dukung lahan dapat dihitung dari
kebutuhan lahan per orang, dengan menggunakan rumus:

(L+F)
100
- - ha / orang
L
P

A = C .

A = Kebutuhan lahan per orang (ha)

C

=

Luas lahan yang ditanami per orang pada tahun tertentu (ha)

L

=

Lamanya jangka waktu lahan ditanami ddam siklus penanaman dan bera
(tahun)

F

=

Lamanya jangka waktu lahan yang tidak ditanami (tahun)

P = Persentase lahan yang ditanami terhadap jurnlah lahan keseluruhan

(YO)

1/A

km2 .

Daya dukung lahan @) adalah

orangha atau

100/A orang tiap

Rumus daya dukung yang dinyatakan Young di atas dapat digunakan pada sistem
berladang berpindah atau pada daerah-daerah yang dalam periode tertentu, lahan
usahataninya tidak diusallakan (diberakan). Jadi dengan sistem pertanian yang telah
menetap dan dengan penggunaan lahan yang intensif rumus tersebut tidak tepat untuk
digunakan.
Untuk menghitung besarnya daya dukung lingkungan pada daerah pertanian
yang lebih maju, akan lebih tepat dengan pendekatan yang dilakukan oleh SaylissSmith (1974) daIam Soerianegara (1978)

yaitu dengan memperhltungkan luas

tanaman dan produksi dua jenis tanaman pangan yang digunakan penduduk. Rumus
daya dukung yang dikemukakan Bayliss-Smith adalah sebagai berikut:

K

=

Daya dukung lahan ( o r a n o a ) .

=

Luas lahan yang ditanami dengan jenis tanaman
sl dan sz (ha).

pangan

YSI, YSZ

=

Produktivitas netto jenis tanaman pangan sl dan sz

(kkavtahun)

Csl, Csz

=

Tingkat konsumsi minimum untuk masing-masing jenis tanaman
pangan dalam menu penduduk (?4 dari kkal total).

R

=

Kebutuhan kalori rata-rata per orang (kkaYorang/tahun).

AS^,

As2

Walaupun di dalam masyarakat terdapat mekanisme untuk mengatur laju
pertumbuhan dan kepadatan penduduk, namun kenyataan di berbagai tempat
menunjukkan kepadatan penduduk telah meiampaui daya dukung Iingkungan.
Tanda-tanda

dilampauinya daya dukung lingkungan ialah adanya

lingkungan (Soemarwoto, 2983).

kerusakan

Usaha perbaikan dan pencarian alternatif barn

untuk menangani kerusakan lingkungan haruslah ditujukan pada pemecahan sumber
masalah, yaitu sedapat mungkin mengurangi atau meniadakan tekanan penduduk
yang melampaui daya dukung lingkungan.

Tekanan penduduk dapat dikurangi

dengan meningkatkan daya dukung lingkungan.
Sebagian besar kerusakan lingkungan atau masalah Lingkungan timbul
disebabkan oleh pertumbuhan penduduk.

Populasi penduduk yang Iebih tinggi

memerlukan lebih banyak pangan, perumahan dan lain-lain, yang sebagian besar
menghasilkan sampah/buangan, yang akan

mengakibatkan terjadinya polusi tanah,

udara dan air.
Southwick (1976) menyatakan, burni akan dapat menopang lebih banyak
penduduk, apabila penduduk mengkonsumsi lebih sedikit protein nabati dibandingkan
dengan protein hewani, atau energi yang digunakan hanya sedikit.

Menurut Anderson (1981),

popuIasi penduduk dunia pada tahun 1975

sebanyak 4,O milyar jiwa. Dengan proyeksi pertumbuhan penduduk 2 % setiap tahun,
maka waktu yang diperlukan populasi penduduk menjadi dua kali lipat adalah selama
25-36 tahun, atau pada tahun 2010 jurnlah penduduk dunia sekitar 6-7 miliar jiwa.

Menurut BPS (2000), bahwa jurnlah penduduk dunia sampai dengan bulan Juni 2000
bejumlah 6,067 milyar jiwa sedangkan jumlah penduduk Indonesia sebesar 212, 2
Juta jiwa.

Pertumbuhan

penduduk

yang

demikian

pesat

akan

memerlukan

energikalori yang tinggi dan ha1 ini akan m e ~ m b u k a nberbagai masalah, seperti
masalah sosial, kerusakan lingkungan, pernbukaan hutan, dan berbagai masalah
lingkungan laimya.
Dari gambaran di atas dapat disirnpulkan, bahwa masalah lingkungan akan
semakin besar sebagai akibat pertumbuhan penduduk yang pesat.

Sementara jumlah

penduduk terus bertarnbah, sumberdaya alam untuk mendukungnya relatif tidak
bertambah.

Luas tanah tetap, sedangkan jurnlah petani dan fasilitas pemukiman

meningkat. Lama kelamaan tanah yang subur tidak mencukupi lagi, sehingga tanah
yang tidak subur, tanah berlereng diperbukitan dan pegunungan pun akan digarap
petani.

Sebagai akibatnya, erosi dan banjir akan tejadi, sekaligus menyebabkan

menurunnya kualitas lingkungan.
Apabila pertumbuhan penduduk tidak dapat dikendalikan, maka penduduk
tidak lagi sekedar hidup dari alam, tetapi
lingkungannya, yang akhirnya akan merusak

menjadi tekanan terhadap
lingkungan.

penduduk itu dirumuskan sebagai berikut (Rusli, 1995) :

aIam

Besarnya tekanan

f.~o(l+r)*
PP

=

Z

PP

=

L
Tekanan penduduk

Z

=

Koefisien yang berhubungan dengan luas wilayah yang diperfukan untuk
mendukung

f

=

Persentase jumlah petani dari seluruh jumlah penduduk

Po

=

JumIah penduduk pada saiit tertentu

r

=

Laju pertumbuhan penduduk daIam setahun

t

=

Jarak waktu yang diperlukan

L

=

Jumlah,lahan yang digarap oleh petani.

Dengan menggunakan rumus di atas akan terlihat bahwa tekanan penduduk
terhadap alam lingkungannya akan semakin besar jika tejadi kenaikan pada faktorfaktor 2, f, Po, r dan atau t, baik masing-masing maupun secara bersama-sama.
Tekanan itu akan lebih besar lagi jika L mengecil.

Apabila tekanan penduduk

semakin besar, dengan sendirinya kuaiitas lingkungan yang mendukungnya akan

Kerusakan

Lingkungan

akan

tejadi

apabila

manusia

mengusahakan

sumberdaya alam hanya didasarkan pada perhitungan jangka pendek, yaitu untuk
menghasilkan produk sebanyak mungkin dalam waktu yang singkat dan dengan
modal yang sedikit. Dengan pengelolaan yang demikian, cepat atau Iambat kualitas
lingkungan akan merosot dan pada akhirnya tidak nlampu lagi memberi kehidupan
yang

Iayak kepada manusia yang

kemungkinan terjadinya

bencana

tinggal

alam yang

di

tempat

tersebut.

Bahkan

ada

mengancam kelangsungan hidup

manusia. Jadi masalah lingkungan sebenamya adalah masalah bagaimana sifat dan

hakekat manusia terhadap lingkungan hidupnya. Dasman, ef a/ (1977) menyatakan
bahwa degradasi lingkungan yang disebabkan keyadatan penduduk yang melebihi
daya dukung telah terbukti pada daerah tropis, terutama di daerah sub tropis yang
berbukit-bukit.
Ditinjau dari

segi pembangunan

wilayah,

ada dua penyebab

masalah

lingkungan, yaitu kerniskinan dan proses industrialisasi. Kemiskinan menyebabkan
manusia hanya memikirkan bagaimana cara untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup
dasar mereka saja.

Adanya keterbatasan sumberdaya alam menyebabkan manusia

daiam memenuhi kebutuhan dasarnya sampai menggunakan sumberdaya alam yang
bersifat rnarjinal dan mempunyai resiko kerusakan lingkungan yang tinggi, seperti
penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuannya, penebangan hutan yang
semena-mena dan sebagainya (Nasoetion,

1985)

Sedangkan Haeruman (1979)

menyatakan, bahwa rendahnya mutu kehidupan di daerah pedesaan dan sernakin
sempitnya tanah yang tersedia untuk usaha pertanian, telah menekan dan memaksa
sebagian besar petadpenduduk pedesaan untuk mencari tanah-tanah baru dengan
jalan membuka hutan dan merusak sumberdaya alam yang sangat berharga tersebut.
Sistem perladangan liar yang terjadi di luar Jawa telah merusak sumberdaya alam
hutan, tanah dan air, serta mengganggu keseirnbangan ekologis yang pada akhirnya
akan merusak iingkungan hidup.
Menurut
menimbulkan

Soerianegara

(1977),

pemanfaatan

sumberdaya

alarn

dapat

akibat sampingan berupa (1) kerusakan dan kemunduran pada

sumberdaya alam ; (2) pencemaran kirniawi, terutarna pencemaran air dan udara ; (3)
gangguan pada kesehatan sebagai akibat pencemaran dan berjangkitnya wabah

penyakit, sebagai akibat adanya kegiatan yang mengganggu sumberdaya alam dan
lingkungamya ; (4) gangguan sosial, yaitu tekanan yang dialarni masyarakat sebagai
akibat kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam bempa proyek-proyek pembangunan
Keempat ha1 tersebut menimbulkan masaiah lingkungan hidup dan akan semakin
besar dengan makin meningkatnya jurnlah penduduk.
Kualitas lingkungan adalah kondisi lingkungan yang menunjukkan derajat
kualitas hidup, yaitu derajat terpenuhinya kebutuhan dasar hidup dalam lingkungan
tersebut. Makin tinggi derajat terpenuhinya kebutuhan dasar hidup, makin tinggi
kualitas hidup dan makin tinggi pula kualitas lingkungan Kebutuhan dasar secara
hirarkis dapat digolongkan berturut-brut dari atas ke bawah sebagai berikut

(1)

kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup secara hayati, (2) kebutuhan dasar untuk
kelangsungan hidup yang manusiawi, dan (3) kebutuhan dasar untuk memifit7
(Soemanvoto, 1985)

Selanjutnya dinyatakan , bahwa makin baik kebutuhan dasar

tersebut dipenuhi, makin baik pula kualitas hidupnya Kualitas hidup

sering dapat

dipertinggi lagi, apabila kebutuhan hidup yang tidak esensial dapat pula dipenuhi
Akan tetapi apabila kebutuhan dasar hidup tidak dipenuhi, pemenuhan kebutuhan
yang tidak esensial tidaklah banyak artinya.
Menurut Soerianegara (1977), manusia memanfaatkan sumberdaya alam
untuk memenuhi kebutuhannya dan meningkatkan kesejahteraannya
yang

terpenuhi

segala

keperluannya

disebut

makmur.

Antara

Masyarakat
kemakmuran,

sumberdaya alam yang tersedia dan jumlah penduduk yang mernanfaatkamya
terdapat hubungan empiris sebagai berikut:

Sumberdaya alam yang tersedia
Kemakmuran

=

Banyaknya penduduk yang memanfaatkannya
Kemakmuran akan cepat berkurang dengan bertambahnya penduduk secara
eksponensial dan berkurangnya sumberdaya alam yang tersedia. Sedangkan menurut
Haeruman (1 982), hubungan antara sumberdaya dam, jumlah penduduk dan kualitas
hidup adalah sebagai berikut :

Jumlah sumberdaya dam yang dapat dikelola

Rkh

=

Jumlah penduduk x Konsumsi sumberdaya alam per kapita

Rkh adalah kualitas hidup.
kualitas hidup.

Jadi semakin rendah nilai Rkh, makin rendah pula

Penggunaan nilai Rkh sebagai indikator kualitas hidup suatu daerah

atau negara perlu

diiengkapi dengan angka-angka penyebaran pendapatan

untuk

mendapatkan gambaran yang lebih nyata.

2.2. Pengertian Daerah Aliran Sungai

Daerah Aliran Sungai (watershed, catchment area, river basin, drainage

basirr) adalah

sebuah

kawasan

yang

dibatasi oIeh

pemisah topografi

yang

menampung, menyimpan dan mengalirkan curah hujan yang jatuh di atasnya ke
sungai utama dan kemudian mengalir ke danau atau ke laut. Sebuah Daerah Aliran
Sungai @AS)

merupakan kumpulan beberapa sub DAS

yang lebih kecil dan

jurnlahnya sesuai dengan ordo atau jumlah cabang sungalnya (Asdak,

1995).

Menurut Arsyad (1989) DAS adalah wilayah yang terletak di atas suatu titik pada

suatu sungai yang oleh batas-batas topografi mengalirkan air yang jatuh di atasnya
kedalam sungai yang sama dan melalui titik yang sama pada sungai tersebut.
Pengertian DAS tersebut menggambarkan suatu wilayah yang mengalirkan air yang
jatuh di atasnya beserta sedimen dan bahan larut melalui titik yang sama sepanjang
suatu alur atau sungai

Selanjutnya Arsyad

merupakan suatu sistem ekologis

(1989) menyatakan bahwa DAS

dimana jasad hidup dan lingkungan fisik-kimia

berinteraksi secara dinamik dan di dalamnya tejadi keseimbangan yang dinamik
antara energi dan material yang masuk dan keluar
Dari uraian di atas dapat disimpulkan

bahwa suatu DAS mencakup dan

mengandung makna
( I ) Satu satuan ekosistem dengan komponen atau unsur utamanya berupa tanah,
air, flora, fauna dan manusia dengan semua aktivitasnya.
(2) Satu satuan wilayah tata air

yang menampung, menyimpan dan mengalirkan

air hujan yang jatuh diatasnya ke danau atau ke laut melahi sungai utama.
(3) Suatu ekosistem a1ami dimana komponen-komponen utamanya berinteraksi

secara dinamik dan menghasilkan keseimbangan yang dinamik.
(4) Satu satuan geografi alamiah yang membutuhkan pengelolaan secara terpadu

sesuai dengan kegiatan yang ada di dalam DAS tersebut.
(5) Suatu kesatuan wilayah fisik yang dapat dijadikan suatu perencanaan

dan

pengeiolaan untuk semua kegiatan dan pembangunan d
i DAS tersebut.
Arsyad

(1989) menyatakan bahwa baik atau buruknya pengelolaan DAS

bagian hulu akan tercermin pada ancama.n banjir, keadaan sungai pada musim

kemarau, kandungan sedimen sungai yang mempengaruhi berbagai kegiatan dan
sektor kehidupan di bagian hilir.
Sistem pengelolaan DAS yang baik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
(a) mampu memberikan produktivitas lahan yang tinggi; (b) mampu menjamin
kelestarian DAS, yaitu marnpu menjamin produktivitas yang tinggi, erosi dan
sedimen yang rendah dan fingsi hidrologis DAS memberikan utateryield yang tinggi
dan cukup merata sepanjang tahun, (c) tetap menjamin terlaksananya unsur-unsur
pemerataan (equity) pada petani (Manik, 1988).
Menurut Mangundikoro (1985), air merupakan salah satu unsur ekosistern
DAS yang

berkaitan erat dengan unsur-unsur lain, sehingga dengan mempelajari

karakteristik unsur-unsur yang lain dapat digunakan untuk memprediksi karakteristik
airnya. Dengan perkataan lain, tindakan terhadap sdah satu unsur dalam DAS akan
dapat

mempengaruhi

kumpulan

unsur-unsur

yang

lain

secara

keseluruhan.

Sedangkan Asdak (1995) mengemukakan bahwa wilayah DAS merupakan wiIayah
yang baik untuk menilai perilaku sumberdaya alam air, karena DAS rnerupakan suatu
wilayah kesatuan ekosistem sehingga dapat terjadi proses input dan output air pada
DAS tersebut.

Pengelolaan DAS adalah usaha yang dilakukan manusia dalam pemanfaatan
sumberdaya alam dalam suatu wilayah ekosistem sehingga DAS dapat berfimgsi
untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Tujuan pengelolaan DAS adalah seb