FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI TUKAR NELAYAN KABUPATEN KONAWE SULAWESI TENGGARA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI TUKAR NELAYAN
KABUPATEN KONAWE SULAWESI TENGGARA
Faktors Affecting the Exchange Rate of Fisherman Konawe District Southeast Sulawesi
Irdam Riani1, Ashar Bafadal2, dan Rahmat Sofyan Patadjai3
1,3

2

Staf Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Halu Oleo.
Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo, Kampus Hijau Bumi Tri Dharma Anduonohu
Kendari. Sulawesi Tenggara. 1e-mail : [email protected]

ABSTRAK
Nilai Tukar Nelayan (NTN) dapat menggambarkan daya tukar nelyan dari suatu usaha budidaya
terhadap kebutuhan faktor produksi dan kebutuhan konsumsi barang dan jasa sehingga perubahan
NTN dipengaruhi oleh perubahan dari jumlah dan atau harga faktor produksi dan konsumsi rumah
tangga. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi NTN dan
elastisitasnya. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa produksi, bobot bibit/rumpun, jumlah
BBM, jumlah tali bentangan, jumlah konsumsi gula, jumlah konsumsi rokok, jumlah tanggungan
nelayan yang sedang sekolah, musim dan suku berpengaruh nyata terhadap NTN rumput laut di
Kabupaten Konawe. Secara parsial faktor yang berhubungan positif dan berpengaruh nyata

terhadap NTN rumput laut adalah produksi, bobot bibit/rumpun, jumlah tali bentangan sedangkan
yang berhubungan negetif dan perpengaruh nyata terhadap NTN rumput laut adalah jumlah BBM
dan jumlah konsumsi gula. Variabel yang berpengaruh tidak nyata terhadap NTN adalah
konsumsi rokok, jumlah tanggungan yang sedang sekolah, musim dan suku. Berdasarkan analisis
elastisitas, NTN akan meningkat 62% jika nelayan dapat meningkatkan produksi sebesar 100%,
NTN akan meningkat sebesar 15% jika bobot bibit/rumpun ditingkatkan sebesar 100% dan NTN
akan meningkat 11,6% jika jumlah bentangan ditingkatkan sebesar 110%. Selanjutnya NTN akan
menurun sebesar 23% jika penggunaan BBM meningkat 100% dan menurun sebesar 12% jika
konsumsi gula meningkat sebesar 100%.
Kata Kunci : Nilai Tukar Nelayan, Nelayan Rumput Laut, Signifikan, Elastisitas

ABSTRACT
Exchange rate of farmers (NTN) can depict term of trade of the farmers from a farming conserning
the need of produktion faktors and consumption on products or services. This research aims to
studi same faktors significantly influencing end studi elasticity the NTN of farmers in Konawe
District. The regretiossion analysis result show that production, seeds weight, the amount of fuels,
stretch of ropes, the amount of sugar and cigarette consumptionnymber of dependents, weather and
tribes are all obviously influencing the NTN of seaweed in Konawe. Partially faktors that correlate
positively and influence signifikcantly with the NTN of seaweed are production, seeds wiight, and
streatch of ropes, whereas the amount of fuels and comsumption of sugar are negetifly correlated

but obviously influential. Some variabeles seem not real influencing to the NTN such as cigarette
comsumption, the number of dependents, weather and the tribes. Based on elasticity analysis, the
NTN will increase as 62% if the farmers can increase 100% of production, then in increase as 15%
if the seeds weight are lifted to 100%, and will increase as 11,6% if the stretch of ropes is added to
100%. Additionaly, the NTN wil decrease as 23% if the use fuels rises 100% and will decrease as
12% if the sugar consumption increase as much as 100%
Keywords : Exchange Rate Farmers, Farmers See Grass, Signifikcant, Elasticity

Jurnal Bisnis Perikanan FPIK UHO 3(1) : April 2016

49

Irdam Riani, Ashar Bafadal, dan Sofyan Patadjai

PENDAHULUAN
Nontji (2005) menyatakan bahwa
hampir di seluruh perairan Indonesia
dapat ditumbuhi oleh rumput laut.
Daerah yang mempunyai potensi sebagai
penghasil rumput laut bernilai ekonomis.

Kabupaten Konawe dengan
panjang garis pantai 495 km dengan satu
pulau besar dan tujuh pulau kecil (BPS,
2010) merupakan salah satu kabupaten
di Sulawesi Tenggara yang merupakan
daerah pengembangan usaha budidaya
rumput laut, khususnya di Kecamatan
Wawonii Barat, Wawonii Selatan,
Soropia dan Lalonggasummeeto
Pengembangan usaha budidaya
rumput laut akan cepat berkembang jika
dari hasil usaha budidaya rumput laut
dapat dijadikan sebagai mata pencaharian utama yang dapat meningkatkan
pendapatan
masyarakat
sehingga
kesejahteraan dapat ditingkatkan. Salah
satu indikator tingkat kesejahteraan
masyarakat nelayan dapat dilihat dari
Nilai Tukar Nelayan (NTN) dari hasil

usaha budidayanya.
Hendayana, (2001) mengemukakan bahwa secara konsepsional nilai
tukar nelayan adalah mengukur kemampuan tukar barang-barang (produk)
pertanian yang dihasilkan nelayan
dengan barang atau jasa yang diperlukan
untuk konsumsi rumah tangga nelayan
dan keperluan dalam memproduksi
barang-barang pertanian. Di sini nelayan
dalam kapasitas sebagai produsen dan
konsumen. Nilai Tukar Nelayan dipengaruhi oleh besarnya penerimaan dan
pengeluaran nelayan.
Dalam usaha budidaya rumput
laut, besarnya penerimaan dipengaruhi

50

oleh jumlah produksi dan harga
produksi. Jumlah produksi dominan
dipengaruhi oleh produktivitas (jumlah
produksi/100 kg bibit) dan musim.

Berdasarkan survei yang pernah
dilakukan penulis bahwa
Kecamatan
Wawonii Barat dan Wawonii Selatan
dengan penggunaan bibit 100kg akan
mampu memproduksi 2–6 kali penggunaan bibit
dan dapat melakukan
produksi enam kali setahun. Sedangkan
di Kecamatan Soropia dan Kecamatan
Lalonggasumeeto penggunaan bibit
100kg hanya mampu melakukan
produksi
maksimal
empat
kali
penggunaan bibit dengan produksi
maksimal empat kali setahun.
Umumnya
nelayan
dapat

melakukan produksi secara maksimal
pada Musim Timur. Pada Musim Barat,
umumnya nelayan di Kecamatan
Wawonii Barat dan Wawonii Selatan
masih dapat melakukan produksi
sedangkan nelayan di Kecamatan
Soropia dan Lalonggasumeeto hanya
mampu melakukan pemeliharaan untuk
mempertahankan ketersediaan bibit.
Besarnya pengeluaran nelayan
rumput laut dipengaruhi oleh jumlah dan
harga faktor produksi rumput laut,
jumlah dan harga konsumsi pangan dan
non pangan. Faktor produksi rumput laut
adalah bibit, tali nilon no 4, tali nilon
no.10, bahan bakar, tali rapia/nilon no.2,
pemberat, pelampung, perahu motor,
perahu dan para-para. Sedangkan barang
konsumsi pangan yang rutin dalam
sehari-hari adalah beras, gula, dan rokok

serta konsumsi non pangan yang terbesar
dalam satu tahun adalah biaya
pendididikan.

ISSN : 2355-6617,
ojs.uho.ac.id/index.php/bisnisperikanan

Faktor yang mempengaruhi NTN

Berdasarkan data BPS 2008-2010,
serta hasil survei penulis Tahun 2010,
harga faktor produksi di empat
kecamatan
pengembangan
usaha
budidaya rumput laut di Kabupaten
Konawe tersebut terdapat perbedaan
harga faktor produksi rumput laut dan
harga barang konsumsi. Harga faktor
produksi dan konsumsi rumah tangga di

Kecamatan Wawonii Barat dan Wawonii
Selatan relatif lebih tinggi. Pengeluaran
nelayan
untuk
barang
konsumsi
tergantung pada jumlah tanggungan
dalam keluarga sedangkan pengeluaran
untuk faktor produksi tergantung pada
skala usaha.
Selain faktor-faktor tersebut di
atas, faktor kebiasaan masyarakat juga
mempengaruhi penerimaan dan pengeluaran nelayan. Kebiasaan nelayan
dalam usaha di perairan laut seperti
usaha budidaya rumput laut serta
kebiasaan konsumsi nelayan terdapat
perbedaan di antara suku yang berbeda.
Di wilayah Kabupaten Konawe, usaha
budidaya rumput laut didominasi oleh
Suku Bajo, Bugis dan Tolaki.

Berdasarkan hasil survei, Suku
Bajo dalam usaha budidaya rumput laut,
usaha dilakukan secara turun temurun.
Sementara itu Suku Bugis/Tolaki di
Kabupaten Konawe, mulai melakukan
usaha budidaya rumput laut pada Tahun
2003. Dalam hal pola konsumsi,
terdapat perbedaan pola konsumsi
diantara Suku Bajo dengan Suku Bugis
atau tolaki dan yang paling nampak
adalah konsumsi snack yang lebih tinggi
pada Suku Bajo.
Dengan melihat kondisi bahwa di
lokasi pengembangan usaha budidaya
rumput laut di Kabupaten Konawe

Jurnal Bisnis Perikanan FPIK UHO 3(1): April 2016

terjadi perbedaan penerimaan nelayan
akibat perbedaan dalam jumlah dan

harga produksi.
Pada sisi lain, juga
terjadi perbedaan pengeluaran nelayan
yang dipengaruhi oleh jumlah dan harga
faktor produksi rumput laut serta jumlah
dan harga konsumsi pangan dan non
pangan. NTN rumput laut dikatakan baik
jika harga yang diterima nelayan rumput
laut lebih besar daripada harga yang
harus
dikeluarkan,
baik
untuk
pengeluaran barang konsumsi maupun
untuk pengeluaran faktor produksi.
Semakin tinggi NTN, secara relatif
semakin kuat pula tingkat kemampuan/
daya beli nelayan.
Nilai Tukar Nelayan yang rendah
dapat mengindikasikan bahwa penerimaan nelayan dari hasil rumput laut

tidak dapat memenuhi kebutuhan
pengadaan faktor-faktor produksi untuk
keberlanjutan usaha dan pengembangannya. Selain itu NTN yang rendah
mengindikasikan bahwa penerimaan
nelayan dari hasil usaha tani rumput laut
tidak dapat mencukupi untuk pemenuhan
konsumsi nelayan. NTN yang rendah
dapat disebabkan karena rendahnya
kemampuan manajemen nelayan dalam
upaya peningkatan produksi, harga pasar
yang tidak berpihak ke nelayan atau pola
konsumsi nelayan.
Berdasarkan uraian tersebut,
maka penelitian ini akan mengkaji
faktor-faktor yang mempengaruhi Nilai
Tukar Nelayan budidaya rumput laut di
Kabupaten Konawe. Faktor-faktor yang
dimaksudkan yaitu produksi, jumlah
penggunaan suatu faktor produksi,
jumlah konsumsi pangan dan non
pangan, musim dan suku berpengaruh
signifikan terhadap nilai tukar nelayan

51

Irdam Riani, Ashar Bafadal, dan Sofyan Patadjai

budidaya rumput laut. Selain itu juga
dianalsiis seberapa besar elastisitas Nilai
Tukar Nelayan budidaya rumput laut.
METODE
Penelitian ini dilaksanakan di
Kabupaten Konawe pada tiga kecamatan
yaitu Kecamatan Soropia, Kecamatan
Lalonggasumeeto
dan
Kecamatan
Wawonii Barat. Bulan Agustus pada
Tahun 2011.
Populasi dalam penelitian ini
adalah semua nelayan di lokasi
penelitian pada tahun 2010 yang telah
melakukan produksi rumput laut
berjumlah 251 nelayan.
Penentuan
jumlah
sampel
menggunakan rumus Slovin (Rianse dan
abdi, 2008):
N
251
n=
=
= 72 …(1)
2
1 + Ne
1 + ( 245 )( 0,1) 2
Penentuan jumlah sampel pada
masing-masing desa dilakukan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
Ni
ni =
xn ………………….(2)
N
Keterangan :
ni = Jumlah Sampel pada setiap Kec.
Ni = Jumlah Populasi pada setiap Kec.
N = Jumlah Seluruh Populasi
n = Jumlah Seluruh Sampel Penelitian
E = Derajat Kesalahan (10%)
Berdasarkan hasil perhitungan
maka jumlah sampel penelitian pada
masing-masing kecamatan dapat dilihat
pada Tabel 1.

52

Tabel 1. Populasi dan Sampel Penelitian
No
1
2
3

Lokasi
(Kecamatan
Wawonii Barat
Soropia
Lalonggasumee
to
T O TA L

Jumlah
Populasi
126
90
35

Jumlah
Sampel
36
26
10

251

72

Sumber : Data Primer diolah, 2011
Jenis penelitian adalah survey
dengan pendekatan kuantitatif
yang
menjelaskan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi NTN budidaya rumput
laut dan pendekatan kualitatif untuk
memberikan gambaran umum tentang
penghasilan pengganti nelayan budidaya
rumput laut dilokasi penelitian.
Sumber data terdiri atas data
primer dan data sekunder. Pengumpulam
data dilakukan dengan cara wawancara
ke responden mencatat data yang
tersedia di kantor-kantor yang relevan .
Untuk mengetahui hubungan
antara nilai tukar nelayan dengan faktorfaktor yang mempengaruhinya dilakukan
dengan menggunakan uji pendugaan
koefisien regresi berganda
Y=β0+ β1X1 +β2X2 +β3X3+β4X4+β5X5+
β6X6 +β7X7 + Dd1 + Dd2 +e …..(3)
(Walpole 1988), (Steel dan Torrie, 1989)
dalam Tiro (2000) :
Keterangan :
Y = Nilai Tukar Nelayan rumput laut
X1 = Produksi (kg)
X2 = Bobot bibit/rumpun (kg/rumpun)
X3 = Jumlah Pengunaan bahan bakar
(liter)
X4 = Jumlah penggunaan tali
bentangan/tali nilón no.4 (kg)
X5 = Jumlah Konsumsi gula (kg)

ISSN : 2355-6617,
ojs.uho.ac.id/index.php/bisnisperikanan

Faktor yang mempengaruhi NTN

X6 = Jumlah
konsumsi
rokok
(bungkus)
X7 = Jumlah tanggungan yang sedang
pendidikan (jiwa)
Dd1 = Dummy ( nelayan yang produksi
musim barat dan timur = 1 dan
nelayan yang produksi musim
timur = 0)
Dd2 = Dummy ( Bajo = 1 dan bugis/
tolaki = 0)
β0 = Konstanta
βi = Besaran Parameter koefisien
Regresi
i = 1,2,…7
Nilai Tukar Nelayan adalah rasio
antara penerimaan nelayan dengan
pengeluaran faktor produksi dan
konsumsi keluarga nelayan budidaya
rumput laut. Dalam pengolahan análisis
regresi tersebut dilakukan dengan
estimasi model dengan menggunakan
software komputer program SAS versi
6.12. Untuk mengetahui pengaruh
variabel bebas secara bersama-sama
(simultan) terhadap produksi rumput laut
dilakukan uji F pada taraf kepercayaan
95% ( α = 0,05), dengan kriteria sebagai
berikut :
- Jika signifikansi F-hitung > taraf nyata
yang digunakan ( α = 0,05) berarti
secara bersama-sama variabel bebas
berpengaruh tidak nyata terhadap NTN
rumput laut.
- Jika signifikansi F-hitung < taraf nyata
yang digunakan ( α = 0,05) berarti
secara bersama-sama variabel bebas
berpengaruh nyata terhadap NTN
rumput laut.

Jurnal Bisnis Perikanan FPIK UHO 3(1): April 2016

Berdasarkan kriteria tersebut, maka
hipotesis penelitian dapat dirumuskan
H0 : βi = 0 dan
H1 : βi ≠ 0
Jika H0 diterima maka H1 di
tolak, menunjukkan bahwa hipótesis
dalam penelitian ini ditolak sedangkan
jika H0 diditolak dan H1 diterima,
menunjukkan bahwa hipotesis dalam
penelitian ini diterima.
Selanjutnya untuk mengetahui
pengaruh masing-masing variabel bebas
(parsial) terhadap NTN rumput laut
dilakukan uji t, dengan kriteria sebagai
berikut :
- Jika signifikansi t-hitung > taraf nyata
yang digunakan ( α = 0,05), maka H0
yang
diterima dan H1 di tolak
menunjukkan bahwa secara sendirisendiri variabel bebas berpengaruh
tidak nyata terhadap NTN rumput
laut.
- Jika signifikansi t-hitung < taraf nyata
yang digunakan ( α = 0,05), maka H0
ditolak dan H1 diterima yang
menunjukkan bahwa secara sendirisendiri variabel bebas berpengaruh
nyata terhadap NTN rumput laut
HASIL
Persamaan fungsi regresi linear
berganda yang diperoleh dari hasil
estimasi model sebagai berikut :
Y = 0,731137 + 0,000816 X1 +
1,179641 X2 - 0,040460 X3 +
0,010733 X4 - 0,001920 X5 –
0,000095 X6 + 0,011246 X7 +
0,65145 Dd1 + 0,077554 Dd2

53

Irdam Riani, Ashar Bafadal, dan Sofyan Patadjai

Tabel 2. Analisis Varians Regresi Linear Berganda, Pengaruh Variabel Bebas
Terhadap Variabel Terikat
Sumber

Derajat

Jumlah
Kuadrat
F Hitung
Kuadrat
Tengah
Bebas
(JK)
(KT)
9
12,97900
1,44211 34,642 n
62
2,58096
0,04163
15,55997
71
0,8341
0,9133

Regresi
Residu
Total
R2
R
Keterangan :
n = Nyata pada taraf 5% (0,05)

Prof>F

0.0001

Tabel 3. Nilai Parameter Regresi Linear Berganda, Pengaruh Vaeriabel Bebas Terhadap
Variabel Terikat
Koefisien
Peubah Penjelas (X)
Regresi (b)
t hitung
Probabilitas>T
Intercep
0,731137
3,855
0,0003
n
Produksi (kg)
0,000816
8,626
0,0001
n
Bobot bibit/rumpun (kg)
1,179641
2,851
0,0059
Jumlah penggunaan bahan bakar (L)
-0,040460
-2,351n
0,0219
0,0422
Jumlah Penggunaan Tali No.4 (kg)
0,010733
2,075n
n
0,0200
Jumlah konsumsi gula(kg)
-0,001920
-2,388
tn
0,2865
Jumlah konsumsi rokok (bungkus)
-0,000095
-1,075
Jumlah tanggungan yang sedang
0,6147
sekolah(jiwa)
0,011246
0.784tn
tn
Dummy musim
0,065145
0,091
0,4278
0,3098
Dummy suku
0,077554
0,712tn
2
Koefisien Determinasi (R )
0,8341
Keterangan
n = nyata pada taraf 5% (α = 0,05) tn = tidak nyata pada taraf 5% (α=0,05)
PEMBAHASAN
Hasil estimasi model maka
model yang dianggap paling baik adalah
dengan memasukkan jumlah produksi
yang menggambarkan skala usaha,
jumlah
penggunaan
bibit/rumpun,
jumlah penggunaan bahan bakar, jumlah
penggunaaan tali bentangan (tali nilon
No.4), jumlah konsumsi gula, jumlah

54

konsumsi rokok, jumlah tanggungan
yang sedang sekolah, musim dan suku
sehingga dapat dilakukan pengujian
terhadap model yang digunakan dan
terhadap variabel bebas.
a. Pengujian Model
Berdasarkan hasil analisis dimana
Fhit sebesar 34,642 dengan tingkat
probabilitas > 0,0001 lebih kecil dari α

ISSN : 2355-6617,
ojs.uho.ac.id/index.php/bisnisperikanan

Faktor yang mempengaruhi NTN

0,05. Berdasarkan hal tersebut, jika
disesuaikan dengan kriteria pengambilan
keputusan maka H0 ditolak dan H1
diterima yang menunjukkan bahwa
secara keseluruhan variebel bebas
digunakan dalam penelitian ini secara
bersama sama memberikan pengaruh
nyata terhadap variabel terikat (Tabel 2).
Hasil estimasi menunjukkan
bahwa sacara simultan produksi, bobot
bibit/rumpun, jumlah penggunaan bahan
bakar, jumlah tali nilon no. 4, jumlah
konsumsi gula dan rokok, jumlah
tanggungan yang sedang pendidikan,
musim dan suku mempengaruhi NTN.
Nilai Koefisien determinasi (R2)
sebesar 0,8341 yang menunjukkan
bahwa 83,41% keragaman variebel
bebas dapat menjelaskan keragaman
variabel terikat dan sisanya sebesar
17,59% dijelaskan oleh faktor lain di
luar model. Nilai R2 tersebut juga
menunjukkan bahwa model regresi
linear berganda dapat digunakan untuk
menjelaskan hubungan antar varibel
bebas dengan variabel terikat sehingga
dapat dikatakan bahwa model tersebut
layak digunakan dalam penelitian ini.
Hasil
analisis
menunjukkan
bahwa nilai R sebesar 0,9311. Nilai
tersebut menunjukkan hubungan yang
erat dan kuat antara variabel Y dengan
variabel X yaitu nilai mendekati 1 dan
tanda positif.
b. Pengujian Variabel Bebas
Berdasarkan hasil uji t dapat
dilihat bahwa faktor-faktor yang
berpengaruh nyata pada NTN dilokasi
penelitian adalah
jumlah produksi,
bobot bibit/rumpun, jumlah penggunaan
bahan bakar, jumlah tali nilon no. 4 dan
jumlah konsumsi gula. Sedangkan yang

Jurnal Bisnis Perikanan FPIK UHO 3(1): April 2016

menunjukkan pengaruh tidak nyata
adalah jumlah konsumsi rokok, jumlah
tanggungan yang sedang sekolah serta
variabel dummy yaitu musim dan suku.
1.

Jumlah Produksi
Variabel jumlah produksi (X1)
mempunyai koefisien regresi (β1) =
0,000816 dengan thitung sebesar 8,626.
Nilai probabilitas thitung yaitu 0,0001
lebih kecil dari taraf nyata yang
digunakan (α=0,05). Hal tersebut
menunjukkan
hubungan
positif
dan
berpengaruh
nyata
yang
mengindikasikan bahwa jika nelayan
meningkatkan jumlah produksinya maka
NTN nelayan tersebut juga akan
meningkat.
Berdasarkan
hasil
perhitungan elastisitas menunjukkan
bahwa NTN akan meningkat sebesar
61% jika produksi dapat ditingkatkan
100%.
Berdasarkan
hasil
analisis
tersebut, nampak bahwa jika nelayan
mampu meningkatkan skala usahanya
pertahun sehingga produksi dapat
ditingkatkan
maka
sangat
besar
pengaruhnya
terhadap
peningkatan
NTN, sehingga dapat dikatakan bahwa
kesejahteraan nelayan tersebut semakin
meningkat. Dengan asumsi bahwa harga
produk tetap atau meningkat lebih besar
dari peningkatan harga kebutuhan faktor
produksi dan konsumsi keluarga
nelayan.
Umumnya nelayan rumput laut di
Kabupaten Konawe masih memiliki
potensi untuk mengembangkan skala
usahanya dengan daya dukung lahan
yang mendukung terutama di Kecamatan
Wawonii Barat dan Lalonggasumeeto
yang dari segi produktivitas dan luas
lahan yang lebih memungkinkan bagi

55

Irdam Riani, Ashar Bafadal, dan Sofyan Patadjai

nelayan
mengembangkan
usaha
budidayanya.
Tingkat pendidikan nelayan yang
sebagian
besar
hanya
memiliki
pendidikan formal tingkat Sekolah Dasar
menyebabkan sebagian nelayan memiliki
kemampuan rendah dalam manajemen
usaha budidayanya. Berdasarkan data
dan laporan penyuluh lapangan dan
tenaga pendamping bahwa skala usaha
nelayan rumput laut dari tahun 2008 –
2010 tidak menunjukkan peningkatan
skala usaha yang berarti yang dapat
dilihat dari jumlah bentangan tali rumput
laut nelayan yang umumnya tidak
meningkat setiap tahunnya. Tidak ada
upaya yang cukup berarti yang dilakukan
oleh nelayan untuk meningkatkan atau
menambah modal usaha dalam setiap
tahun dari pendapatan yang dimilikinya
dari hasil usaha budidaya rumput laut.
2. Bobot Bibit / Rumpun.
Variabel bobot bibit/rumpun (X2)
mempunyai
koefisien
regresi
(β2)=1,179641 dengan thitung 2,851. Nilai
probabilitas thitung 0,0059 yaitu lebih
kecil dari taraf nyata yang digunakan
(α=0,05). Hal tersebut hubungan positif
dan
berpengaruh
nyata
yang
mengindikasikan
bahwa
setiap
penambahan bobot bibit/rumpun akan
mengakibatkan
peningkatan
NTN.
Berdasarkan hasil perhitungan elastisitas
menunjukkan
bahwa
NTN
akan
meningkat sebesar 15% jika bobot/
rumpun dapat ditingkatkan 100%.
Dalam hal penggunaan bibit,
selain bobot bibit/rumpun, produksi
rumput laut sangat ditentukan oleh
kualitas bibitnya yang diantaranya
memiliki ciri warna yang segar dan
memiliki percabangan yang banyak.

56

Bobot bibit yang digunakan oleh nelayan
rumput laut di lokasi penelitian
umumnya jauh lebih tinggi yaitu berkisar
0,06–0,25kg/rumpun
dibandingkan
dengan
penggunaan
bibit
yang
direkomendasikan yaitu berkisar antara
0,05–0,15kg/rumpun.
Hal ini dapat
disebabkan oleh kualitas bibit yang
mulai menurun atau kondisi kualitas
perairan yang pada musim tertentu tidak
mendukung sehingga nelayan cenderung
lebih banyak menggunakan bibit/
rumpun.
Penggunaan jumlah bibit sangat
penting untuk diperhatikan oleh nelayan,
mengingat pengeluaran untuk pengadaan
bibit cukup besar dibandingkan dengan
pengeluaran untuk faktor produksi
lainnya. Salah satu contoh data
penelitian ini, dengan penggunaan
jumlah bibit yang hampir sama,
memperlihatkan jumlah produksi yang
berbeda, misalnya di Kecamatan
Wawonii Barat dengan jumlah bibit 0,14
kg/rumpun memiliki produksi antara
1150–3500 kg/tahun. Hal tersebut dapat
disebabkan oleh kualitas bibit dan juga
produktivitas lahan yang berbeda.
Selain itu juga dapat disebabkan oleh
kemampuan
nelayan
dalam
melaksanakan usaha budidaya rumput
laut
terutama
dalam
proses
pemeliharaan/pembesaran.
Sebagain
nelayan lebih rutin dalam melakukan
pembersihan rumput laut dari kotoran
atau benda asing yang melekat yang
dapat menghambat pertumbuhan rumput
laut.
Selanjutnya
hasil
penelitian
Safarudin (2011) di salah satu lokasi
yang sama dengan penelitian ini, yaitu di
Kecamatan Lalonggasumeeto
yang

ISSN : 2355-6617,
ojs.uho.ac.id/index.php/bisnisperikanan

Faktor yang mempengaruhi NTN

melihat pengaruh bobot bibit terhadap
pertumbuhan rumput laut, dengan
menggunakan
kisaran
bobot
bibit/rumpun yang direkomendasikan
yaitu 0,05 kg/rumpun, 0,10 kg/rumpun
dan 0,15 kg/rumpun. Dari hasil analisis
yang dilakukan menunjukkan adalah
penggunaan
jumlah
bibit
yang
digunakan tidak berpengaruh nyata
terhadap pertumbuhan rumput laut.
Namun hal lain yang dapat dilihat dari
hasil penelitian tersebut adalah dengan
proses pemeliharaan yang lebih intensif
dengan
metode
budidaya
secara
vertikultur, produksi akhir jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan produksi
yang umumnya didapatkan oleh nelayan
pada lokasi tersebut. Berdasarkan hal
tersebut, dapat dikatakan bahwa selain
jumlah bibit/rumpun, yang paling
penting diperhatikan oleh nelayan adalah
kualitas bibit, proses pemeliharaan serta
metode budidaya.
3. Bahan Bakar
Variabel jumlah penggunaan
bahan bakar (X3) mempunyai koefisien
regresi
(β3=-0,0405)
dengan
thitung=2,351. Nilai probabilitas thitung
yaitu 0,0219 lebih kecil dari taraf nyata
yang digunakan (α=0,05). Hal tersebut
menunjukkan hubungan negatif dan
berpengaruh nyata yang mengindikasikan bahwa jika nelayan meningkatkan
jumlah penggunaan bahan bakarnya
maka NTN menurun. Berdasarkan hasil
perhitungan elastisitas menunjukkan
bahwa NTN akan menurun sebesar 23%
jika penggunaan bahan bakar meningkat
100%.
Nelayan
rumput
laut
di
Kabupaten
Konawe
berupaya
meminimalkan penggunaan bahan bakar

Jurnal Bisnis Perikanan FPIK UHO 3(1): April 2016

dengan hanya menggunakan perahu
motor pada saat penanaman dan saat
panen. Masa pemeliharaan umumnya
nelayan menggunakan perahu tanpa
motor dengan ukuran yang kecil yang
juga bertujuan memudahkan dalam
proses pembersihan rumput laut diantara
bentangan yang satu dengan yang
lainnya yang hanya berjarak satu meter
setiap bentangan.
4. Jumlah Penggunaan Tali Bentangan
Variabel jumlah penggunaan tali
bentangan (X4) mempunyai koefisien
regresi
(β4=0.01073) dengan thitung
2,075. Nilai probabilitas thitung yaitu
0,0422 lebih besar dari taraf nyata yang
digunakan (α=0,05).
Hal tersebut
menunjukkan hubungan positif dan
berpengaruh nyata yang mengindikasikan bahwa jika nelayan meningkatkan
jumlah tali bentangan
maka NTN
meningkat. Berdasarkan hasil perhitungan elastisitas menunjukkan bahwa
NTN akan menurun sebesar 12% jika
nelayan meningkatkan jumlah tali
bentangannya sebesar 100%.
Jumlah penggunaan tali bentangan, jika dilihat dari segi penggunaan
biaya maka penambahan tali bentangan
akan menyebabkan peningkatan biaya
produksi.
Secara teori, peningkatan
biaya produksi akan menyebabkan
penurunan NTN, namun demikian
peningkatan tali bentangan akan
menyebabkan peningkatan produksi
sehingga akan meningkatkan penerimaan
dan pendapatan nelayan rumput laut
yang
berhubungan
positif
dan
berpengaruh nyata terhadap NTN.
Meskipun demikian, jumlah
peningkatan
produksi
karena
penambahan jumlah tali bentangan,

57

Irdam Riani, Ashar Bafadal, dan Sofyan Patadjai

tergantung pada daya dukung lahan.
Kondisi di lapangan menunjukkan
bahwa
nelayan dengan jumlah tali
bentangan yang relatif sama pada lokasi
budidaya
yang
berbeda,
dapat
memproduksi rumput laut dengan
jumlah yang berbeda. Sebagai contoh,
di Kecamatan Wawonii Barat dengan
tingkat produktivitas yang lebih tinggi,
penggunaan tali bentangan sebanyak 8–
11 kg masih dapat diproduksi sebanyak
1000–1500 kg/tahun. Dibandingkan
dengan 2 kecamatan lainnya, dengan
jumlah tali bentangan relatif sama,
nelayan hanya dapat memperoduksi
300–700 kg/tahun
Selain itu juga dapat disebabkan
oleh kemampuan nelayan dalam
menggunakan faktor produksi seperti
penggunaan tali bentangan secara efektif
dan efisien. Sebagai contoh, nelayan
pada lokasi yang sama yaitu di
Kecamatan Wawonii Barat dengan
jumlah penggunaan tali bentangan yang
relatif sama yaitu 17 kg, menunjukkan
kemampuan produksi nelayan yang
berbeda, sebagian nelayan hanya dapat
berproduksi 1350–1500 kg/tahun, namun
juga terdapat nelayan yang mempu
melakukan produksi sebesar 2000
kg/tahun.
5. Konsumsi Gula
Variabel konsumsi gula (X5)
mempunyai koefisien regresi
(β4=Nilai
0.00192 dengan thitung=-2,388.
probabilitas thitung yaitu 0,0200 lebih
kecil dari taraf nyata yang digunakan
(α=0,05). Hal tersebut menunjukkan
hubungan negatif dan berpengaruh nyata
yang mengindikasikan bahwa jika
nelayan meningkatkan konsumsi gulanya
maka NTN tersebut akan menurun.

58

Berdasarkan hasil perhitungan elastisitas
menunjukkan
bahwa
NTN
akan
menurun sebesar 12% jika konsumsi
gula naik sebesar 100%.
Konsumsi gula nelayan rumput
laut di Kabupaten Konawe berkisar
antara 1–4 kg/minggu, dimana konsumsi
tersebut tidak termasuk kandungan gula
dalam konsumsi makanan camilan.
Berdasarkan hal tersebut maka dapat
dijadikan pertimbangan bagi nelayan
untuk mengatur konsumsi gula seharihari sesuai dengan kebutuhan dan juga
kesehatan. Kebijakan pemerintah dalam
mengatur dan mengontrol harga bahan
makanan pokok seperti gula di pasaran
sangat berperan.
6.

Konsumsi Rokok
Variabel konsumsi Rokok (X6)
mempunyai koefisien regresi
(β4=
-0.000095) dengan thitung=-1,075. Nilai
probabilitas thitung yaitu 0,2865 lebih
besar dari taraf nyata yang digunakan
(α=0,05). Hal tersebut menunjukkan
hubungan negatif dan berpengaruh tidak
nyata yang mengindikasikan bahwa
peningkatan konsumsi rokok oleh
keluarga nelayan tidak menyebabkan
penurunan NTN di Kabupaten Konawe.
Hal ini dapat disebabkan karena
sebagian besar nelayan mengkonsumsi
rokok dengan jumlah yang tinggi,
sehingga data konsusmi rokok relatif
seragam. Tidak ada perbedaan mencolok
antara jumlah konsumsi rokok nelayan
pada lokasi penelitian yang berbeda. Hal
tersebut dapat menyebabkan hasil
analisis bahwa jumlah konsumsi rokok
berpengaruh tidak nyata terhadap
penurunan NTN di Kabupaten Konawe.
Data di lapangan menunjukkan
bahwa meskipun sebagian nelayan tidak
ISSN : 2355-6617,
ojs.uho.ac.id/index.php/bisnisperikanan

Faktor yang mempengaruhi NTN

mengkonsumsi rokok, namun sebagai
besar mengkonsumsi dengan kisaran 1–4
bungkus perhari dengan kisaran harga
Rp4000,- – Rp11.000,- Konsumsi rokok
rata-rata 1,4 bungkus perhari dengan
harga
rata-rata
Rp5.841/bungkus.
Pengeluaran konsumsi rokok bagi
nelayan
yang
mengkonsumsinya
mencapai 20% dari jumlah pengeluaran
rutin sehari-hari untuk konsumsi
keluarga nelayan. Oleh karenanya
meskipun dalam penelitian ini jumlah
konsumsi rokok berpengaruh tidak nyata
bagi penurunan NTN, namun tetap dapat
menjadi bahan pertimbangan penting
bagi nelayan.
7. Jumlah Tanggungan yang Sekolah
Variabe jumlah tanggungan yang
sedang sekolah (X7) mempunyai
koefisien regresi
(β7) = 0.011246
dengan thitung 0,506. Nilai probabilitas
thitung yaitu 0,6147 lebih besar dari taraf
nyata yang digunakan (α = 0,05). Hal
tersebut menunjukkan bahwa antara
variabel jumlah tanggungan yang sedang
sekolah (X7) memiliki hubungan positif
dan berpengaruh tidak nyata terhadap
NTN di Kabupaten Konawe.
Jumlah tanggungan yang sedang
sekolah dan jenjang pendidikan dapat
mengindikasikan
besarnya
biaya
pendidikan yang dikeluarkan oleh
nelayan. Semakin banyak dan semakin
tinggi jenjang pendidikan tanggungan
nelayan maka pengeluaran nelayan akan
semakin besar. Berdasarkan teori bahwa
semakin besar pengeluaran nelayan
maka NTN akan semakin menurun.
Namun hasil estimasi dalam penelitian
ini menunjukkan hubungan yang positif
meskipun berpengaruh tidak nyata.

Jurnal Bisnis Perikanan FPIK UHO 3(1): April 2016

Hubungan yang positif antara
variabel jumlah tanggungan nelayan
yang sedang sekolah dengan NTN
disebabkan karena tanggungan nelayan
yang sedang sekolah terutama pada
jenjang pendidikan SLTP–Perguruan
Tinggi, akan memberikan motivasi bagi
nelayan untuk meningkatkan usaha
budidayanya. Selain itu tanggungan
yang sedang sekolah terutama pada
jenjang pendidikan SLTP–Perguruan
Tinggi dapat menjadi tenaga kerja
keluarga dalam usaha budidaya rumput
laut.
Variabel jumlah tanggungan
nelayan
yang
sedang
sekolah
berpengaruh tidak nyata terhadap NTN,
dapat disebabkan oleh kondisi di
lapangan dimana jumlah tanggungan
keluarga nelayan yang sedang sekolah
relative seragam yaitu rata-rata 2 orang.
Selain itu, tanggungan nelayan yang
sedang sekolah umumnya masih pada
jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD).
Pada jenjang pendidikan SD, biaya
pendidikan masih relatif rendah karena
adanya
program
penyelenggaraan
sekolah gratis. Biaya pendidikan yang
dikeluarkan oleh nelayan uumumnya
hanya untuk jajan serta pengadaan buku
dan baju seragam yang dikeluarkan
sekali dalam setahun.
8. Variabel Dummy (Musim dan Suku)
Variabe Dummy musim dan suku
masing-masing mempunyai koefisien
regresi (Dd1) = - 0.065145 dengan thitung
-0,7798, nilai probabilitas thitung yaitu
0,4278 untuk variabel musim dan untuk
variabel suku koeefisien regresi (Dd2= 0.0077554) dengan thitung -1,024, nilai
probabilitas thitung yaitu 0,3098. Nilai
thitung kedua variabel dummy tersebut

59

Irdam Riani, Ashar Bafadal, dan Sofyan Patadjai

lebih besar dari dari taraf nyata yang
digunakan (α=0,05), yang berarti bahwa
kedua variabel Dummy tersebut tidak
berpengaruh nyata terhadap NTN di
Kabupaten Konawe.
Nelayan pada usaha budidaya
rumput laut memiliki produksi yang
lebih tinggi pada saat Musim Timur dan
sangat minimal pada Musim Barat dan
bahkan di lokasi budidaya rumput laut di
Kecamatan Soropia, pada Musim Barat
umumnya hanya mempertahankan bibit.
Musim tidak berpengaruh nyata pada
NTN. Meskipun pada Musim Barat
produksi rendah, namun jika nelayan
mampu melaksanakan produksi secara
maksimal dan berupaya meningkatkan
skala usahanya pada saat Musim Timur
maka secara produksi/tahun dapat
dimaksimalkan.
Perbedaan suku nelayan dapat
menyebabkan adanya perbedaan dalam
hal produksi dan konsumsi sehingga
akan dapat mempengaruhi NTN, namun
dalam penelitian ini menunjukkan
pengaruh yang tidak berbeda nyata. Hal
ini dapat disebabkan karena kondisi di
lapangan menunjukkan bahwa nelayan
yang menjalankan usaha budidaya
rumput laut di Kabupaten Konawe
dominan bersuku Bajo yaitu 61% adalah
suku bajo.
Selebihnya adalah suku
Tolaki dan Bugis.
Suku Bajo memiliki kebiasaan
dalam melakukan usaha di perairan laut
seperti usaha budidaya rumput laut dan
penangkapan.
Meskipun demikian,
kemampuan produksi nelayan rumput
laut dengan suku yang berbeda adalah
relatif sama tergantung produktivitas,
pengalaman dan keuletan nelayan.
Sebagai contoh di Kecamatan Soropia

60

dengan nelayan Suku Bajo dan
Bugis/Tolaki, tidak menunjukkan adanya
perbedaan dalam hal kemampuan
produksi karena perbedaan suku
tersebut. Terdapat nelayan dengan Suku
Bajo melakukan produksi yang rendah
dan juga ada yang mampu melakukan
produksi yang lebih tinggi, demikian
halnya dengan suku Bugis/Tolaki.
Dalam hal pengeluaran faktor
produksi dan konsumsi, relatif sama
antara suku yang berbeda. Pengeluaran
yang mencolok hanya pada pengeluaran
konsumsi makanan ringan, dimana
jumlah konsumsi makanan ringan di
Kecamatan
Lalonggasumeeto
dan
Kecamatan Soropia
dengan suku
Bugis/Tolaki memperlihatkan jumlah
yang lebih rendah yaitu berkisar anatara
4–14 buah/hari. Dibandingkan dengan
jumlah konsumsi makanan ringan di
Kecamatan
Wawonii
Barat
dan
Kecamatan Soropia dengan Suku Bajo
yaitu berkisar 10 – 20 buah/hari.
SIMPULAN
Simpulan yang dapat ditarik dari
hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Faktor-faktor yang secara signifikan
mempengaruhi NTN di Kabupaten
Konawe adalah skala usaha yaitu
jumlah
produksi,
bobot
bibit/rumpun, jumlah penggunaan
bahan bakar, jumlah tali bentangan
(Nilon no.4) dan jumlah konsumsi
gula.
2. Berdasarkan
hasil
perhitungan
elastisitas maka yang memberikan
respon terbesar dalam peningkatan
NTN adalah skala produksi yaitu

ISSN : 2355-6617,
ojs.uho.ac.id/index.php/bisnisperikanan

Faktor yang mempengaruhi NTN

NTN akan meningkat sebesar 61%
jika nelayan dapat meningkatkan
produksi 100%. Selanjutnya secara
berturut-turut
adalah
jumlah
penggunaan bahan bakar (elastisitas
= 0,23), jumlah bibit/rumpun
(elastisitas = 0,15), jumlah konsumsi
gula (elastisitas = 0,121) dan jumlah
tali bentangan (elastisitas = 0,116).
SARAN
Saran yang dapat diberikan
berdasarkan
simpulan
dari
hasil
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Agar NTN meningkat maka harus ada
upaya bersama antara pemerintah dan
nelayan terutama dalam upaya
peningkatan skala usaha setiap tahun
serta penggunaan faktor produksi
yang efisien khususnya penggunaan
bobot bibit dalam setiap rumpun .
Dalam
hal
pengeluaran
perlu
pengaturan
konsumsi
secara
bijaksana.
2. Perlunya kebijakan-kebijakan pemerintah untuk menumbuhkan usaha
produktif lain di wilayah pesisir
kabupaten Konawe.
DAFTAR PUSTAKA
BPS, 2010. Perkembangan Nilai Tukar
Nelayan. Badan Pusat Statistik
Sulawesi Tenggara. Kendari.
______, 2010. Kabupaten Konawe
dalam Angka.
Badan Pusat
Statistik
Sulawesi
Tenggara.
Kendari
DKP,

2007. Pengembangan usaha
Perikanan Di Kabupaten Konawe.

Jurnal Bisnis Perikanan FPIK UHO 3(1): April 2016

Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Konawe. Unaaha.
Hendayana, R., 2001. Analisis FaktorFaktor yang Mempengaruhi Nilai
Tukar Nelayan. Pusat Penelitian
dan
Pengembangan
Sosial
Ekonomi Pertanian. Bogor.
Indraningsih., K.S., 2004 Analisis Nilai
Tukar Komoditas Cabai Merah
(Kasus Di Kabupaten Brebes,
Jawa Tengah). Pusat Penelitian
Sosial Ekonomi Pertanian. Badan
Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Departemen Pertanian.
Bogor.
DKP Konawe. Laporan PPTK Budidaya
Kabupaten Konawe, 2008-2010.
Dinas Perikanan dan Kelautan
Kabupaten Konawe. Konawe
Nontji, A., 1993. Laut Nusantara.
Djambatan. Jakarta
Padangaran, A.M., 2009. Statistik
Ekonomi (Ekonometrika). Program
Pasca
Sarjana
Universitas
Haluoleo. Kendari.
______., 2010. Pembiayaan Agribisnis.
Univrsitas Haluoleo. Kendari.
Rachmat, M. dkk., 2000. Studi Nilai
Tukar Nelayan dan Nilai Tukar
Komoditas
Pertanian.
Pusat
Penelitian
Sosial
Ekonomi
Pertanian. Badan Penelitian dan
Pengembangan
Pertanian.
Departemen Pertanian. Bogor.
Rianse, U dan Abdi. 2008. Metode
Penelitian Sosial dan Ekonomi
(Teori dan Aplikasi).
CV.
Alfabeta. Bandung.
Safarudin, 2011. Pengaruh Bobot Bibit
Awal yang Berbeda Terhadap

61

Irdam Riani, Ashar Bafadal, dan Sofyan Patadjai

Pertumbuhan
dan
Kadar
Karagenan Rumput Laut Variatea
Coklat dengan Menggunakan
Metode Vertikultur. Universitas
Haluoleo. Kendari.
Simatupang, P., dan M. Maulana, 2006.
Kaji
Ulang
Konsep
dan
Perkembangan
Nilai
Tukar
Nelayan Tahun 2003–2006. Pusat
Penelitian
Sosial
Ekonomi
Pertanian. Badan Penelitian dan
Pengembangan
Pertanian.
Departemen Pertanian. Bogor.
Susilowati, S.H., 2010. Indikator
Pembangunan Pertanian dan
Pedesaan (Karakteristik Sosial
Ekonomi Nelayan Padi). Pusat
Analisis Sosial Ekonomi dan
Kebijakan
Pertanian.
Badan
Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Departemen Pertanian.
Tiro, M.A., 2000. Analisis Korelasi dan
Regresi.
Makassar
State
University. Press Makassar.

62

ISSN : 2355-6617,
ojs.uho.ac.id/index.php/bisnisperikanan