Identification, live cycle and distributions of pine woolly adelgide on pinus plantations in Java Island

IDENTIFIKASI, SIKLUS HIDUP DAN PENYEBARAN
KUTULILIN PINUS Pineus boerneri ANNAND
(HEMIPTERA : ADELGIDAE) DI HUTAN TANAMAN PINUS
DI PULAU JAWA

OEMIJATI RACHMATSJAH

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Identifikasi, Siklus Hidup dan
Penyebaran Kutulilin Pinus Pineus boerneri Annand (Hemiptera : Adelgidae) di
Hutan Tanaman Pinus di Pulau Jawa adalah karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang telah
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks

dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Agustus 2012

Oemijati Rachmatsjah
SVK E 461070051

ABSTRACT
OEMIJATI RACHMATSJAH. Identification, Live Cycle and Distributions of Pine
Woolly Adelgide on Pinus Plantations in Java Island. Supervised by ULFAH
JUNIARTI SIREGAR, DODI NANDIKA, NOOR FARIKHAH HANEDA and
PURNAMA HIDAYAT.
Pine Woolly Adelgide (PWA), is a newly-found exotic pests, in P. merkusii
plantations in Java Island, causing dieback or abnormality of the plants, dried and
defoliated branches, and eventually killed the trees. A study was conducted to
identified the species of this exotic pest and detrmined its life cycle, as well as
geographics distribution. Based on the specific characters of PWA, the insect was
identified as Pineus boerneri Annand (Hemiptera; Adelgidae). Abdomen spiracles
consisted of four pairs. Wax gland was spread all over the body. The spread was
regular at the body, while at the head was irregular. Significantly different

measurement of each morphological character observed was found in specimens
from different KPH indicating high diversity of the insect despite of its
parthenogenetic regeneration. PWA had six stadia of development, which totally
lasted for 24,5 ± 1,79 days. The whole cycle was shorter than its original cycle in
temperate zone. Shorter life cycle indicates rapid regeneration and multiplication
ability that this new pest has a potential for invasiveness. The occurrence of PWA
was found concentrated in specific location of host plant area. The pest attacks pine
plantation on the high altitude > 900 m above sea level, having temperature between
16-200C, and humidity 80-90%. The intensity of the attack was correlated clearly to
temperature and altitude of the host plant location. Percentage of attack ranged from
15-100%. The PWA could attack pine in all ages of development. The fast
distribution of attacks and rather narrow range of climatic requirement of the pest
posted special call for careful silvicultural consideration for new pine plantation
establishment, especially in Java. Recently pine is considered as promising fast
growing species for plantation in Java with newly introduced moratorium policy,
because pine can give other non-timber forest products, such as gum for terpentine.
Keywords: Kutulilin pinus, life cycle, morphometric, newly exotic, pests, Pineus
boerneri, P. merkusii, plantations forest

RINGKASAN

Oemijati Rachmatsjah. Identifikasi, Siklus Hidup dan Penyebaran Kutulilin Pinus
Pineus boerneri Annand (Hemiptera : Adelgidae) di Hutan Tanaman Pinus di Pulau
Jawa. Dibimbing oleh Ulfah Yuniarti Siregar, Dodi Nandika, Noor Farikhah Haneda
dan Purnama Hidayat.

Kutulilin pinus yang menyerang tanaman pinus di sembilan Kesatuan Pemangkuan
Hutan (KPH) di Pulau Jawa merupakan hama baru dan eksotik, yang berpotensi
menyebabkan pertumbuhan tanaman tidak normal, banyak percabangan, bahkan
kematian pohon. Suatu penelitian telah dilakukan untuk mengidentifikasi kutulilin
pinus dan mengetahui siklus hidup serta penyebaran geografis serangga tersebut di
hutan tanaman pinus di Pulau Jawa. Spesimen kutulilin pinus dikumpulkan dari
sembilan KPH, kemudian dibuat slide preparat untuk mendapatkan gambaran
mengenai bentuk tubuh maupun tanda tanda khusus yang dipunyai oleh kutulilin
pinus. Dari tiap KPH dibuat 30 slide preparat untuk dapat diamati bentuk dan ukuran
tubuh, ukuran kepala, keberadaan sayap, keberadaan dan penyebaran kelenjar lilin
pada tubuh, keberadaan antena, tonjolan yang ada pada koksa, dan jumlah spirakel
abdomen. Pembuatan slide preparat didasarkan pada metode dari Blackman and
Eastop (1984) yang telah dimodifikasi oleh Laboratorium Taksonomi Serangga
Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian IPB. Penelitian siklus hidup
dilakukan di Laboratorium Entomologi Hutan Fakultas Kehutanan IPB dan

menggunakan telur kutu dari KPH Sumedang. Penularan dilakukan terhadap cabang
yang telah diberi nomor urut dari anakan pinus yang berumur enam bulan yang juga
telah diberi nomor urut. Anakan pinus yang digunakan sebanyak 10 tanaman.
Pengamatan dilakukan terhadap perkembangan kutu ialah mulai diadakan penularan
hingga serangga dewasa. Data yang dihimpun ialah waktu penularan, waktu
penetasan, waktu ganti kulit dan banyaknya ganti kulit serta peletakan telur. Data
mengenai penyebaran kutu di tegakan pinus didapatkan melalui survey secara
langsung ke areal areal hutan pinus yang terserang kutulilin pinus, melakukan
pengukuran suhu udara secara langsung dengan menggunakan thermometer,
ketinggian dari muka laut diukur dengan menggunakan Global Position System
(GPS) dan kelembaban diukur dengan menggunakan thermometer bola kering dan
bola basah. Data curah hujan didapatkan dari kantor KPH setempat. Hasil penelitian
menunjukan bahwa kutulilin pinus yang berkembang di tanaman P. merkusii di
Pulau Jawa adalah Pineus boerneri Annand (Hemiptera: Adelgidae) mempunyai
enam tahap perkembangan dari telur hingga serangga dewasa, dengan siklus hidup
kurang lebih 25 hari. Telur berbentuk lonjong berukuran kurang lebih 0,18 mm,
berwarna kuning, transparan. Nimfa instar satu dan dua dengan embelan yang nyata,
berwarna kuning kecoklatan, bertubuh lunak, berbentuk lonjong, antena berukuran
0,08 mm terdiri dari tiga ruas, aktif bergerak. Nimfa instar tiga dan empat sudah
agak berubah bentuk agak membulat, pada koksa terdapat tonjolan, ovipositor

terletak di ruas terakhir abdomen. Serangga dewasa berbentuk bulat telur dengan
panjang tubuh antara 0,61 ± 0,08 mm dan lebar antara 0,50 ± 0,075 mm. Tidak
bersayap, alat mulut bertipe menusuk dan menghisap, opisthognathous, rostrum
terdiri dari tiga ruas panjang 0,15 mm, stilet panjang. Panjang kepala antara 0,18 ±

0,017 mm dengan lebar 0,39 ± 0,06 mm, mempunyai lapisan kitin yang kuat.
Abdomen ruas ketiga mulai mengecil dan ruas terakhir meruncing dan di bagian
ujungnya terdapat alat peletak telur. Tungkai tereduksi panjang kurang lebih 0,1 mm
kuku membentuk kait. Terdapat empat spirakel abdomen. Kelenjar lilin melimpah
menyebar di seluruh bagian tubuh dari kepala sampai dengan abdomen,
mengelompok antara tiga sampai sembilan kelenjar per kelompok. Sebaran kelenjar
lilin di kepala tidak beraturan, sebaran di abdomen lebih beraturan. Telur, nimpa
serta imago kutulilin pinus dilindungi oleh benang-benang halus berwarna putih
menyerupai lapisan lilin. Serangan hanya terjadi pada wilayah hutan dengan
ketinggian >900 m dpl, dengan suhu antara 16-220C, dengan kelembaban antara 8090%. Serangan kutulilin pinus sangat mudah untuk dikenali karena keberadaan
lapisan lilin dan perubahan warna dari daun pinus, dan terjadinya mati pucuk.
Kategori serangan pada areal terserang berkisar antara ringan sampai sangat berat,
dengan intensitas serangan antara 15-100%, menyerang semua kelas umur dari
tanaman di persemaian sampai tanaman masak tebang.
Kata kunci : Kutulilin pinus Pineus boerneri, bentuk dan ukuran tubuh, siklus

hidup, penyebaran kutulilin pinus, hutan tanaman Pinus merkusii.

© Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2012
Hak cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah. Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang
wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apa pun tanpa ijin IPB

IDENTIFIKASI, SIKLUS HIDUP DAN PENYEBARAN
KUTULILIN PINUS Pineus boerneri ANNAND
(HEMIPTERA : ADELGIDAE) DI HUTAN TANAMAN PINUS
DI PULAU JAWA

OEMIJATI RACHMATSJAH

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor pada Mayor Silvikultur

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

Penguji luar komisi pada ujian tertutup:
1. Dr. Ir. Iman Santoso, M.Sc.
(Kepala Badan Litbang Kehutanan Kementerian Kehutanan R. I)
2. Prof. Dr. Ir. Aunu Rauf, M. Sc.
(Staf Pengajar Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian IPB)

Penguji luar komisi pada ujian terbuka:
1. Dr. Ir. Bambang Sukmananto, M. Sc.
(Direktur Utama Perum Perhutani)
2. Dr. Ir. Supriyanto.
(Staf Pengajar Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB)


Judul Disertasi

Nama
NIM

: Identifikasi, Siklus Hidup dan Penyebaran Kutulilin Pinus Pineus
boerneri Annand (Hemiptera: Adelgidae) di Hutan Tanaman
Pinus di Pulau Jawa
: Oemijati Rachmatsjah
: E.461070051

Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Ulfah Juniarti Siregar, M.Agr
Ketua

Prof. Dr. Ir. Dodi Nandika, MS
Anggota


Dr. Ir. Noor Farikhah Haneda, MS
Anggota

Dr. Ir. Purnama Hidayat, MS
Anggota

Diketahui

Ketua Mayor Silvikultur Tropika

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Basuki Wasis, MS

Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc. Agr

Tanggal Ujian: 15 Agustus 2012

Tanggal lulus:


PRAKATA
Pineus boerneri merupakan hama baru di hutan tanaman Pinus merkusii di
Pulau Jawa. Hama ini mulai diketahui menyerang tegakan pinus pada tahun 1997 di
Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Manglayang Barat, Kesatuan
Pemangkuan Hutan (KPH) Bandung Utara Perum Perhutani, Unit III Jawa Barat dan
Banten. Untuk dapat mengendalikan hama baru tersebut diperlukan berbagai data
dan informasi tentang kehidupan serangga ini, antara lain spesies, siklus hidup, dan
beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi kehidupan hama ini. Informasi
tersebut telah diperoleh melalui serangkain penelitian lapangan dan laboratorium
selama 15 bulan, kemudian disajikan dalam disertasi berjudul “Identifikasi, Siklus
Hidup dan Penyebaran Kutulilin Pinus Pineus Boerneri (Hemiptera: Adelgidae) di
Hutan Tanaman Pinus di Pulau Jawa”.
Saya mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada: Dr. Ir. Ulfah
Juniarti Siregar, M.Agr sebagai Ketua Komisi Pembimbing, Prof. Dr. Ir. Dodi
Nandika MS, Dr. Ir. Noor Farikhah Haneda MS, dan Dr. Ir. Purnama Hidayat M.Sc.
masing-masing sebagai anggota Komisi Pembimbing, atas segala arahan, bimbingan
dan dorongan yang telah diberikan dalam pelaksanaan pendataan dan penulisan
disertasi ini.
Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Direksi Perum Perhutani dan
segenap jajarannya yang telah memberikan bantuan dana, fasilitas, dan tenaga kerja

dalam pelaksanaan penelitian ini. Anak anakku Agus P Kartono, Riki Avenzora, dan
Bejo Santoso, yang telah memberikan perhatian dan bantuan yang tidak terhingga
baik berupa materiil, pemikiran dan pemecahan masalah. Saudara-saudaraku : Elly
Z.L, teh Aisyah, Achmad Fathoni yang sangat besar bantuannya sehingga penelitian
dan tulisan ini dapat terwujud.

Bapak Supriyanto dan ibu Dewi Sartiami atas

bantuan, dukungan, dorongan, semangat yang dipompakan selama ini. Keluarga
besar Departemen Silvikultur yang selalu direpotkan. Sahabat dan teman satu
angkatan, adik-adik kelas dari program studi SVK terimakasih atas semuanya,
dorongan, bantuan, persahabatan, kekompakan dan sebagainya. Kepada suami atas
izin meneruskan pendidikan, anak anakku, menantu dan cucu cucuku maaf atas
gangguan dan perhatian yang agak berkurang. Keluarga besar T. Nitisewojo, mas
Poed dan mbak Tri: nasehat, semangat, cinta kasih, kekeluargaan, kejujuran,

kerendahan hati, keikhlasan, tahu menempatkan diri selalu menjadi bekal dalam
mengarungi kehidupan ini.
Terakhir penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT Tuhan
Yang Maha Esa atas segala berkah, rahmat, ridho, perlidungan, bimbingan dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan
tulisan ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor (Dr) di Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, namun
demikian penulis berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi peneliti selanjutnya dan
pengelola hutan terutama Perum Perhutani sebagai data dan informasi awal
mengenai kehidupan kutulilin untuk dapat dijadikan pertimbangan dalam rangka
pengelolaan hama kutulilin pinus ini.

Bogor, Agustus 2012

Oemijati Rachmatsjah
NIM. E461070051

RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Lasem Jawa Tengah pada tanggal sembilan Desembar 1947
sebagai anak kelima dari pasangan ayahanda tercinta T. Nitisewojo dan ibunda
tercinta Ruminijatun almarhuma. Pendidikan pertama dilalui di sekolah rakyat di
Lasem, melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama di Rembang demikian pula
Sekolah Lanjutan Atas ditempuh di Rembang dan Bogor.
Tahun 1967 diterima sebagai mahasiswa di Fakultas Kehutanan IPB lulus pada
tahun 1975, tahun 1983 diterima pada program S2 Sekolah Pascasarjana IPB lulus
pada tahun 1986 dan tahun 2007 diterima pada program S3 Sekolah Pasca Sarjana
IPB dengan beasiswa BPPS. Tahun 1974 diterima sebagai pegawai negeri sipil di
Fakultas Kehutanan IPB dan berlanjut sampai sekarang. Menikah pada tahun 1973
dengan Ir. St. Rachmatsyah Abidin, MM dikaruniai empat orang putri yang telah
menikah dan memberikan delapan cucu. Alamat tempat tinggal : Jalan Cendana no.
14 Kampus IPB Dramaga Bogor.

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .....................................................................................................

xix

DAFTAR TABEL .............................................................................................

xxi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xxiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xxv
PENDAHULUAN
Latar Belakang...............................................................................................

1

Perumusan Masalah .....................................................................................

2

Tujuan Penelitian .........................................................................................

3

Kerangka Pemikiran .................................................................................. .

3

TINJAUAN PUSTAKA
Pinus merkusii Jungh et de Vriese ................................................................

5

Kutulilin Pinus, Pineus boerneri Annand (Hemiptera: Adelgidae).............

9

Serangga dan Lingkungan .............................................................................

16

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian .......................................................................

19

Identifikasi Kutulilin Pinus ..........................................................................

19

Siklus Hidup Kutulilin Pinus pada Tanaman P. merkusii di P. Jawa ..........

21

Penyebaran Kutulilin Pinus Hama Hutan Tanaman P. merkusii di P. Jawa

23

HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi Kutulilin Pinus ..........................................................................

25

Siklus Hidup Kutulilin Pinus pada Tanaman P. merkusii di Jawa ..............

34

Penyebaran Kutulilin Pinus Hama Hutan Tanaman P. merkusii di P. Jawa

38

SIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... ......

49

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................

51

LAMPIRAN ............................................................................................... .......

55

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1.

Luas hutan P. merkusii pada beberapa provinsi di Indonesia ...............

6

2.

Sebaran, Luas dan Intensitas Serangan Kutulilin pinus di Hutan P.
merkusii Jungh et de Vriese di Pulau Jawa ...........................................
Korelasi antar variabel lingkungan (Suhu, CH dan ketinggian tempat)

39
42

3.

DAFTAR GAMBAR
Nomor
1.

Halaman

Pola tata air pada wilayah tegakan Pinus (Sumber : Siswamartana
2002) .......................................................................................................

8

2.

Peta penyebaran P. boerneri di dunia .....................................................

14

3.

Pucuk pohon P. merkusii yang terserang P. Boerneri di lokasi
pengamatan (a) KPH Lawuyang. (b) KPH Lawu. (c) KPH Kediri. (d)
KPH Bandung Utara ...............................................................................

15

4.

Sketsa pengukuran bagian tubuh kutulilin pinus menurut Blackman
dan Eastop (1984) .................................................................................

20

5.

Letak penularan telur kutu pada cabang tanaman pinus .........................

22

6.

Morfologi imago P. boerneri ..................................................................

25

7.

Bentuk tubuh imago kutulilin pinus P.boerneri .....................................

26

8.

Ukuran panjang tubuh kutulilin pinus yang berasal dari sembilan KPH

26

9.

Lebar tubuh kutulilin pinus yang berasal dari sembilan KPH ................

27

10. Panjang kepala kutulilin pinus yang berasal dari sembilan KPH ...........

28

11. Lebar kepala kutulilin pinus yang berasal dari sembilan KPH...............

28

12. Rostrum kutulilin pinus yang berasal dari sembilan KPH......................

29

13. Hasil pengukuran ovipositor kutulilin pinus yang berasal dari
sembilan KPH.............. ...........................................................................

29

14. Dendrogram kesamaan ukuran kutulilin pinus sembilan KPH
berdasarkan hasil pengukuran panjang dan lebar tubuh, panjang dan
lebar kepala, rostrum dan keberadaan ovipositor. ..................................

30

15. Bentuk tubuh, antena, spirakel, tungkai, sebaran kelenjar lilin dan
bentuk alat mulut ..................................................................................

31

16. Morfologi imago P. boerneri. (A)(B)(C) Sebaran kelenjar lilin yang
tidak beraturan di kepala P. boerneri, (F) Antenna dengan rambut di
segmen, (H) Tungkai dengan tonjolan pada koksa (Annand 1928) ......
17. Perkembangan kutulilin pinus dari telur hingga dewasa : (a) telur, (b)
nimfa I, (c) nimfa II, (d) nimfa III, (e) nimfa IV, (f) dewasa .................
18. Pertumbuhan kutulilin pinus per fase pertumbuhan .............................

35
36

19. Lama fase pertumbuhan kutulilin pinus per fase pertumbuhan .............

36

32

20. Peta sebaran hama kutulilin pinus pada tanaman P. merkusii di Jawa...

39

21. Hubungan intensitas serangan terhadap (a) suhu (b) Ketinggian dari
permukaan laut, dan (c) curah hujan ....................................................

44

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1.

Hasil pengukuran tubuh spesimen kutulilin pinus ...........................

2.

Hasil pengukuran tubuh Kutulilin pinus yang berasal dari sembilan

55

KPH ...................................................................................................

63

3.

Analisis ragam ukuran tubuh spesimen Kutulilin pinus ...................

65

4.

Uji lanjut pengukuran tubuh Kutulilin pinus ....................................

66

5.

Gambar Bentuk Morfologi Kutulilin pinus dari Sembilan KPH .....

70

6.

Siklus hidup kutulilin pinus ...............................................................

71

7.

Data serangan Kutulilin pinus di hutan Pinus merkusii Jungh et de
Vriese di pulau Jawa .........................................................................

8.

72

Peta Sebaran Kutu lilin Pinus pada Tegakan Pinus merkusii Peum
Perhutani ..........................................................................................

78

IDENTIFIKASI, SIKLUS HIDUP DAN PENYEBARAN
KUTULILIN PINUS Pineus boerneri ANNAND
(HEMIPTERA : ADELGIDAE) DI HUTAN TANAMAN PINUS
DI PULAU JAWA

OEMIJATI RACHMATSJAH

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Identifikasi, Siklus Hidup dan
Penyebaran Kutulilin Pinus Pineus boerneri Annand (Hemiptera : Adelgidae) di
Hutan Tanaman Pinus di Pulau Jawa adalah karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang telah
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Agustus 2012

Oemijati Rachmatsjah
SVK E 461070051

ABSTRACT
OEMIJATI RACHMATSJAH. Identification, Live Cycle and Distributions of Pine
Woolly Adelgide on Pinus Plantations in Java Island. Supervised by ULFAH
JUNIARTI SIREGAR, DODI NANDIKA, NOOR FARIKHAH HANEDA and
PURNAMA HIDAYAT.
Pine Woolly Adelgide (PWA), is a newly-found exotic pests, in P. merkusii
plantations in Java Island, causing dieback or abnormality of the plants, dried and
defoliated branches, and eventually killed the trees. A study was conducted to
identified the species of this exotic pest and detrmined its life cycle, as well as
geographics distribution. Based on the specific characters of PWA, the insect was
identified as Pineus boerneri Annand (Hemiptera; Adelgidae). Abdomen spiracles
consisted of four pairs. Wax gland was spread all over the body. The spread was
regular at the body, while at the head was irregular. Significantly different
measurement of each morphological character observed was found in specimens
from different KPH indicating high diversity of the insect despite of its
parthenogenetic regeneration. PWA had six stadia of development, which totally
lasted for 24,5 ± 1,79 days. The whole cycle was shorter than its original cycle in
temperate zone. Shorter life cycle indicates rapid regeneration and multiplication
ability that this new pest has a potential for invasiveness. The occurrence of PWA
was found concentrated in specific location of host plant area. The pest attacks pine
plantation on the high altitude > 900 m above sea level, having temperature between
16-200C, and humidity 80-90%. The intensity of the attack was correlated clearly to
temperature and altitude of the host plant location. Percentage of attack ranged from
15-100%. The PWA could attack pine in all ages of development. The fast
distribution of attacks and rather narrow range of climatic requirement of the pest
posted special call for careful silvicultural consideration for new pine plantation
establishment, especially in Java. Recently pine is considered as promising fast
growing species for plantation in Java with newly introduced moratorium policy,
because pine can give other non-timber forest products, such as gum for terpentine.
Keywords: Kutulilin pinus, life cycle, morphometric, newly exotic, pests, Pineus
boerneri, P. merkusii, plantations forest

RINGKASAN
Oemijati Rachmatsjah. Identifikasi, Siklus Hidup dan Penyebaran Kutulilin Pinus
Pineus boerneri Annand (Hemiptera : Adelgidae) di Hutan Tanaman Pinus di Pulau
Jawa. Dibimbing oleh Ulfah Yuniarti Siregar, Dodi Nandika, Noor Farikhah Haneda
dan Purnama Hidayat.

Kutulilin pinus yang menyerang tanaman pinus di sembilan Kesatuan Pemangkuan
Hutan (KPH) di Pulau Jawa merupakan hama baru dan eksotik, yang berpotensi
menyebabkan pertumbuhan tanaman tidak normal, banyak percabangan, bahkan
kematian pohon. Suatu penelitian telah dilakukan untuk mengidentifikasi kutulilin
pinus dan mengetahui siklus hidup serta penyebaran geografis serangga tersebut di
hutan tanaman pinus di Pulau Jawa. Spesimen kutulilin pinus dikumpulkan dari
sembilan KPH, kemudian dibuat slide preparat untuk mendapatkan gambaran
mengenai bentuk tubuh maupun tanda tanda khusus yang dipunyai oleh kutulilin
pinus. Dari tiap KPH dibuat 30 slide preparat untuk dapat diamati bentuk dan ukuran
tubuh, ukuran kepala, keberadaan sayap, keberadaan dan penyebaran kelenjar lilin
pada tubuh, keberadaan antena, tonjolan yang ada pada koksa, dan jumlah spirakel
abdomen. Pembuatan slide preparat didasarkan pada metode dari Blackman and
Eastop (1984) yang telah dimodifikasi oleh Laboratorium Taksonomi Serangga
Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian IPB. Penelitian siklus hidup
dilakukan di Laboratorium Entomologi Hutan Fakultas Kehutanan IPB dan
menggunakan telur kutu dari KPH Sumedang. Penularan dilakukan terhadap cabang
yang telah diberi nomor urut dari anakan pinus yang berumur enam bulan yang juga
telah diberi nomor urut. Anakan pinus yang digunakan sebanyak 10 tanaman.
Pengamatan dilakukan terhadap perkembangan kutu ialah mulai diadakan penularan
hingga serangga dewasa. Data yang dihimpun ialah waktu penularan, waktu
penetasan, waktu ganti kulit dan banyaknya ganti kulit serta peletakan telur. Data
mengenai penyebaran kutu di tegakan pinus didapatkan melalui survey secara
langsung ke areal areal hutan pinus yang terserang kutulilin pinus, melakukan
pengukuran suhu udara secara langsung dengan menggunakan thermometer,
ketinggian dari muka laut diukur dengan menggunakan Global Position System
(GPS) dan kelembaban diukur dengan menggunakan thermometer bola kering dan
bola basah. Data curah hujan didapatkan dari kantor KPH setempat. Hasil penelitian
menunjukan bahwa kutulilin pinus yang berkembang di tanaman P. merkusii di
Pulau Jawa adalah Pineus boerneri Annand (Hemiptera: Adelgidae) mempunyai
enam tahap perkembangan dari telur hingga serangga dewasa, dengan siklus hidup
kurang lebih 25 hari. Telur berbentuk lonjong berukuran kurang lebih 0,18 mm,
berwarna kuning, transparan. Nimfa instar satu dan dua dengan embelan yang nyata,
berwarna kuning kecoklatan, bertubuh lunak, berbentuk lonjong, antena berukuran
0,08 mm terdiri dari tiga ruas, aktif bergerak. Nimfa instar tiga dan empat sudah
agak berubah bentuk agak membulat, pada koksa terdapat tonjolan, ovipositor
terletak di ruas terakhir abdomen. Serangga dewasa berbentuk bulat telur dengan
panjang tubuh antara 0,61 ± 0,08 mm dan lebar antara 0,50 ± 0,075 mm. Tidak
bersayap, alat mulut bertipe menusuk dan menghisap, opisthognathous, rostrum
terdiri dari tiga ruas panjang 0,15 mm, stilet panjang. Panjang kepala antara 0,18 ±

0,017 mm dengan lebar 0,39 ± 0,06 mm, mempunyai lapisan kitin yang kuat.
Abdomen ruas ketiga mulai mengecil dan ruas terakhir meruncing dan di bagian
ujungnya terdapat alat peletak telur. Tungkai tereduksi panjang kurang lebih 0,1 mm
kuku membentuk kait. Terdapat empat spirakel abdomen. Kelenjar lilin melimpah
menyebar di seluruh bagian tubuh dari kepala sampai dengan abdomen,
mengelompok antara tiga sampai sembilan kelenjar per kelompok. Sebaran kelenjar
lilin di kepala tidak beraturan, sebaran di abdomen lebih beraturan. Telur, nimpa
serta imago kutulilin pinus dilindungi oleh benang-benang halus berwarna putih
menyerupai lapisan lilin. Serangan hanya terjadi pada wilayah hutan dengan
ketinggian >900 m dpl, dengan suhu antara 16-220C, dengan kelembaban antara 8090%. Serangan kutulilin pinus sangat mudah untuk dikenali karena keberadaan
lapisan lilin dan perubahan warna dari daun pinus, dan terjadinya mati pucuk.
Kategori serangan pada areal terserang berkisar antara ringan sampai sangat berat,
dengan intensitas serangan antara 15-100%, menyerang semua kelas umur dari
tanaman di persemaian sampai tanaman masak tebang.
Kata kunci : Kutulilin pinus Pineus boerneri, bentuk dan ukuran tubuh, siklus
hidup, penyebaran kutulilin pinus, hutan tanaman Pinus merkusii.

i.

© Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2012
Hak cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah. Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang
wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apa pun tanpa ijin IPB

IDENTIFIKASI, SIKLUS HIDUP DAN PENYEBARAN
KUTULILIN PINUS Pineus boerneri ANNAND
(HEMIPTERA : ADELGIDAE) DI HUTAN TANAMAN PINUS
DI PULAU JAWA

OEMIJATI RACHMATSJAH

Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor pada Mayor Silvikultur

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

Penguji luar komisi pada ujian tertutup:
1. Dr. Ir. Iman Santoso, M.Sc.
(Kepala Badan Litbang Kehutanan Kementerian Kehutanan R. I)
2. Prof. Dr. Ir. Aunu Rauf, M. Sc.
(Staf Pengajar Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian IPB)

Penguji luar komisi pada ujian terbuka:
1. Dr. Ir. Bambang Sukmananto, M. Sc.
(Direktur Utama Perum Perhutani)
2. Dr. Ir. Supriyanto.
(Staf Pengajar Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB)

Judul Disertasi

Nama
NIM

: Identifikasi, Siklus Hidup dan Penyebaran Kutulilin Pinus Pineus
boerneri Annand (Hemiptera: Adelgidae) di Hutan Tanaman
Pinus di Pulau Jawa
: Oemijati Rachmatsjah
: E.461070051

Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Ulfah Juniarti Siregar, M.Agr
Ketua

Prof. Dr. Ir. Dodi Nandika, MS
Anggota

Dr. Ir. Noor Farikhah Haneda, MS
Anggota

Dr. Ir. Purnama Hidayat, MS
Anggota

Diketahui

Ketua Mayor Silvikultur Tropika

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Basuki Wasis, MS

Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc. Agr

Tanggal Ujian: 15 Agustus 2012

Tanggal lulus:

1

2

PRAKATA
Pineus boerneri merupakan hama baru di hutan tanaman Pinus merkusii di
Pulau Jawa. Hama ini mulai diketahui menyerang tegakan pinus pada tahun 1997
di Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Manglayang Barat, Kesatuan
Pemangkuan Hutan (KPH) Bandung Utara Perum Perhutani, Unit III Jawa Barat
dan Banten. Untuk dapat mengendalikan hama baru tersebut diperlukan berbagai
data dan informasi tentang kehidupan serangga ini, antara lain spesies, siklus
hidup, dan beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi kehidupan hama ini.
Informasi tersebut telah diperoleh melalui serangkain penelitian lapangan dan
laboratorium selama 15 bulan, kemudian disajikan dalam disertasi berjudul
“Identifikasi, Siklus Hidup dan Penyebaran Kutulilin Pinus Pineus Boerneri
(Hemiptera: Adelgidae) di Hutan Tanaman Pinus di Pulau Jawa”.
Saya mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada: Dr. Ir. Ulfah
Juniarti Siregar, M.Agr sebagai Ketua Komisi Pembimbing, Prof. Dr. Ir. Dodi
Nandika MS, Dr. Ir. Noor Farikhah Haneda MS, dan Dr. Ir. Purnama Hidayat
M.Sc. masing-masing sebagai anggota Komisi Pembimbing, atas segala arahan,
bimbingan dan dorongan yang telah diberikan dalam pelaksanaan pendataan dan
penulisan disertasi ini.
Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Direksi Perum Perhutani
dan segenap jajarannya yang telah memberikan bantuan dana, fasilitas, dan tenaga
kerja dalam pelaksanaan penelitian ini. Anak anakku Agus P Kartono, Riki
Avenzora, dan Bejo Santoso, yang telah memberikan perhatian dan bantuan yang
tidak terhingga baik berupa materiil, pemikiran dan pemecahan masalah.
Saudara-saudaraku : Elly Z.L, teh Aisyah, Achmad Fathoni yang sangat besar
bantuannya sehingga penelitian dan tulisan ini dapat terwujud. Bapak Supriyanto
dan ibu Dewi Sartiami atas bantuan, dukungan, dorongan, semangat yang
dipompakan selama ini.

Keluarga besar Departemen Silvikultur yang selalu

direpotkan. Sahabat dan teman satu angkatan, adik-adik kelas dari program studi
SVK terimakasih atas semuanya, dorongan, bantuan, persahabatan, kekompakan
dan sebagainya. Kepada suami atas izin meneruskan pendidikan, anak anakku,
menantu dan cucu cucuku maaf atas gangguan dan perhatian yang agak
berkurang. Keluarga besar T. Nitisewojo, mas Poed dan mbak Tri: nasehat,

3
semangat, cinta kasih, kekeluargaan, kejujuran, kerendahan hati, keikhlasan, tahu
menempatkan diri selalu menjadi bekal dalam mengarungi kehidupan ini.
Terakhir penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT
Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah, rahmat, ridho, perlidungan, bimbingan
dan karunia-Nya, sehingga penulis

dapat melaksanakan penelitian dan

menyelesaikan tulisan ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor (Dr) di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan,
namun demikian penulis berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi peneliti
selanjutnya dan pengelola hutan terutama Perum Perhutani sebagai data dan
informasi awal mengenai kehidupan kutulilin untuk dapat dijadikan pertimbangan
dalam rangka pengelolaan hama kutulilin pinus ini.

Bogor, Agustus 2012

Oemijati Rachmatsjah
NIM. E461070051

4

RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Lasem Jawa Tengah pada tanggal sembilan Desembar 1947
sebagai anak kelima dari pasangan ayahanda tercinta T. Nitisewojo dan ibunda
tercinta Ruminijatun almarhuma. Pendidikan pertama dilalui di sekolah rakyat di
Lasem, melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama di Rembang demikian pula
Sekolah Lanjutan Atas ditempuh di Rembang dan Bogor.
Tahun 1967 diterima sebagai mahasiswa di Fakultas Kehutanan IPB lulus
pada tahun 1975, tahun 1983 diterima pada program S2 Sekolah Pascasarjana IPB
lulus pada tahun 1986 dan tahun 2007 diterima pada program S3 Sekolah Pasca
Sarjana IPB dengan beasiswa BPPS.

Tahun 1974 diterima sebagai pegawai

negeri sipil di Fakultas Kehutanan IPB dan berlanjut sampai sekarang. Menikah
pada tahun 1973 dengan Ir. St. Rachmatsyah Abidin, MM dikaruniai empat orang
putri yang telah menikah dan memberikan delapan cucu. Alamat tempat tinggal :
Jalan Cendana no. 14 Kampus IPB Dramaga Bogor.

5

6

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .....................................................................................................

xix

DAFTAR TABEL .............................................................................................

xxi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xxiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xxv
PENDAHULUAN
Latar Belakang...............................................................................................

1

Perumusan Masalah .....................................................................................

2

Tujuan Penelitian .........................................................................................

3

Kerangka Pemikiran .................................................................................. .

3

TINJAUAN PUSTAKA
Pinus merkusii Jungh et de Vriese ................................................................

5

Kutulilin Pinus, Pineus boerneri Annand (Hemiptera: Adelgidae).............

9

Serangga dan Lingkungan .............................................................................

16

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian .......................................................................

19

Identifikasi Kutulilin Pinus ..........................................................................

19

Siklus Hidup Kutulilin Pinus pada Tanaman P. merkusii di P. Jawa ..........

21

Penyebaran Kutulilin Pinus Hama Hutan Tanaman P. merkusii di P. Jawa

23

HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi Kutulilin Pinus ..........................................................................

25

Siklus Hidup Kutulilin Pinus pada Tanaman P. merkusii di Jawa ..............

34

Penyebaran Kutulilin Pinus Hama Hutan Tanaman P. merkusii di P. Jawa

38

SIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... ......

49

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................

51

LAMPIRAN ............................................................................................... .......

55

7

8

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1.

Luas hutan P. merkusii pada beberapa provinsi di Indonesia ..............

6

2.

Sebaran, Luas dan Intensitas Serangan Kutulilin pinus di Hutan P.
merkusii Jungh et de Vriese di Pulau Jawa ..........................................
Korelasi antar variabel lingkungan (Suhu, CH dan ketinggian

39

tempat) ..................................................................................................

42

3.

9

10
DAFTAR GAMBAR
Nomor
1.

Halaman

Pola tata air pada wilayah tegakan Pinus (Sumber : Siswamartana
2002) .......................................................................................................

8

2.

Peta penyebaran P. boerneri di dunia.....................................................

14

3.

Pucuk pohon P. merkusii yang terserang P. Boerneri di lokasi
pengamatan (a) KPH Lawuyang. (b) KPH Lawu. (c) KPH Kediri.
(d) KPH Bandung Utara .........................................................................

15

4.

Sketsa pengukuran bagian tubuh kutulilin pinus menurut Blackman
dan Eastop (1984) .................................................................................

20

5.

Letak penularan telur kutu pada cabang tanaman pinus .........................

22

6.

Morfologi imago P. boerneri .................................................................

25

7.

Bentuk tubuh imago kutulilin pinus P.boerneri .....................................

26

8.

Ukuran panjang tubuh kutulilin pinus yang berasal dari sembilan
KPH .........................................................................................................

26

Lebar tubuh kutulilin pinus yang berasal dari sembilan KPH ................

27

10. Panjang kepala kutulilin pinus yang berasal dari sembilan KPH ...........

28

11. Lebar kepala kutulilin pinus yang berasal dari sembilan KPH ..............

28

12. Rostrum kutulilin pinus yang berasal dari sembilan KPH .....................

29

9.

13. Hasil pengukuran ovipositor kutulilin pinus yang berasal dari
sembilan KPH.............. ...........................................................................

29

14. Dendrogram kesamaan ukuran kutulilin pinus sembilan KPH
berdasarkan hasil pengukuran panjang dan lebar tubuh, panjang
dan lebar kepala, rostrum dan keberadaan ovipositor. ...........................

30

15. Bentuk tubuh, antena, spirakel, tungkai, sebaran kelenjar lilin dan
bentuk alat mulut ..................................................................................
16. Morfologi imago P. boerneri. (A)(B)(C) Sebaran kelenjar lilin
yang tidak beraturan di kepala P. boerneri, (F) Antenna dengan
rambut di segmen, (H) Tungkai dengan tonjolan pada koksa
(Annand 1928) .......................................................................................
17. Perkembangan kutulilin pinus dari telur hingga dewasa : (a) telur,
(b) nimfa I, (c) nimfa II, (d) nimfa III, (e) nimfa IV, (f) dewasa ............

31

32
35

11
18. Pertumbuhan kutulilin pinus per fase pertumbuhan .............................

36

19. Lama fase pertumbuhan kutulilin pinus per fase pertumbuhan .............

36

20. Peta sebaran hama kutulilin pinus pada tanaman P. merkusii di
Jawa ........................................................................................................

39

21. Hubungan intensitas serangan terhadap (a) suhu (b) Ketinggian dari
permukaan laut, dan (c) curah hujan .....................................................

44

12

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
1.

Hasil pengukuran tubuh spesimen kutulilin pinus ............................

2.

Hasil pengukuran tubuh Kutulilin pinus yang berasal dari

Halaman
55

sembilan KPH .....................................................................................

63

3.

Analisis ragam ukuran tubuh spesimen Kutulilin pinus ....................

65

4.

Uji lanjut pengukuran tubuh Kutulilin pinus .....................................

66

5.

Gambar Bentuk Morfologi Kutulilin pinus dari Sembilan KPH ......

70

6.

Siklus hidup kutulilin pinus ................................................................

71

7.

Data serangan Kutulilin pinus di hutan Pinus merkusii Jungh et de
Vriese di pulau Jawa ..........................................................................

8.

72

Peta Sebaran Kutu lilin Pinus pada Tegakan Pinus merkusii Peum
Perhutani ...........................................................................................

78

13

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pinus (Pinus merkusii Jungh et de Vriese) merupakan spesies pohon
endemik yang sangat dikenal luas oleh masyarakat Indonesia karena memiliki
nilai ekonomi, ekologi, dan sosial yang sangat tinggi. Pohon ini tergolong spesies
cepat tumbuh (fast growing species) dan mampu tumbuh di semua jenis tanah,
termasuk di tanah yang miskin hara (Mirov 1967; Kalima et al. 2005). Pinus juga
dikenal sebagai pohon pionir dengan perakaran yang cukup dalam dan tajuk
pohon yang senantiasa hijau (evergreen). Dengan karakteristik silvikultur
tersebut, sejak puluhan tahun yang lalu, pinus telah menjadi tanaman primadona
dalam rehabilitasi lahan kritis di berbagai daerah di Indonesia. Bahkan sejak
jaman penjajahan Belanda, pohon tersebut telah menjadi spesies unggulan dalam
program penghutanan kembali serta perlindungan tanah dan air di berbagai daerah
aliran sungai (DAS) di Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.
Sementara itu, kayu dari pohon pinus termasuk jenis kayu perdagangan
yang cukup tinggi nilai ekonominya. Hal ini dapat dimengerti mengingat kayu
pinus memiliki sifat fisis dan mekanis yang cukup baik dengan warna putih krem,
tekstur halus dan pola dekoratif yang menarik, berat jenis rata-rata 0,55 (sedang),
dan mudah dikerjakan sehingga sangat sesuai untuk bahan mebel, peralatan rumah
tangga, dan produk kerajinan (Pandit and Ramdan 2002).

Kayu pinus juga

memiliki serat yang cukup panjang. Karena sifat ini maka sampai akhir tahun
2000-an, kayu pinus menjadi bahan baku utama industri pulp dan kertas di
Indonesia. Disamping itu, batang pohon pinus dapat disadap untuk menghasilkan
gondorukem. Produksi gondorukem tersebut mampu menyerap tenaga kerja
sebanyak 33.000 orang (Fachroji 2012). Fachroji (2012) juga menyatakan bahwa
Perum Perhutani akan membangun industri berbahan baku getah pinus untuk
menaikkan nilai tegakan pohon pinus baik dari segi ekologi, ekonomi dan
lingkungan.
Dengan tingginya potensi sosial, ekonomi, dan ekologi seperti itu, maka
tegakan pinus perlu dikelola dalam suatu kesatuan manajemen yang baik. Saat ini

2
tegakan pinus di seluruh Pulau Jawa dikelola dibawah manajemen Perum
Perhutani, suatu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang
kehutanan.
Di pihak lain, sejak beberapa tahun terakhir ini, tanaman pinus di Pulau
Jawa mengalami serangan sejenis serangga hama baru yang dikenal dengan nama
kutulilin pinus atau cabuk lilin (nama daerah, bahasa Jawa). Kutulilin pinus
pertama kali dilaporkan menyerang tanaman pinus di Kesatuan Pemangkuan
Hutan (KPH) Bandung Utara pada tahun 1997. Dalam waktu enam tahun,
serangan Kutulilin pinus telah meluas ke KPH Pekalongan, KPH Surakarta, KPH
Lawu DS, KPH Kediri, dan KPH Malang dengan luas serangan mencapai 2000
hektar. Serangan kutulilin pinus tersebut menyebabkan kematian pucuk tanaman,
mengkerdilkan tanaman dan bahkan kematian pohon pinus (Perum Perhutani
2006). Dilihat dari morfologinya, kutulilin pinus diduga merupakan anggota dari
famili Adelgidae. Namun sampai saat ini, taksonomi dan karakteristik biologi
kutulilin pinus belum diketahui dengan baik. Padahal kerugian ekonomis yang
ditimbulkan, walaupun belum pernah dihitung secara komprehensif, diperkirakan
cukup besar karena berpotensi menurunkan produksi getah. Bahkan di beberapa
KPH, serangan kutulilin pinus dilaporkan menyebabkan kematian tanaman pinus.
Berdasarkan pertimbangan diatas, perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui taksonomi dan karakteristik biologis kutulilin pinus yang menyerang
tanaman pinus di Pulau Jawa, serta penyebaran kutulilin pinus pada tegakan pinus
di Pulau Jawa.

Perumusan Masalah
P. merkusii memiliki nilai yang sangat penting bagi sektor kehutanan
Indonesia karena dapat berfungsi ganda secara bersama-sama yaitu fungsi
lindung, produksi dan sosial. Sementara itu, serangan kutulilin yang sejak belasan
tahun terakhir ini terjadi di beberapa Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Perum
Perhutani di Pulau Jawa diperkirakan mengganggu keberlangsungan ketiga fungsi
hutan tersebut melalui tekanan terhadap pertumbuhan pohon, kematian pucuk dan
kematian pohon.

3
Kondisi ini berpotensi meningkat intensitasnya karena kutulilin pinus
merupakan serangga baru yang berasosiasi dengan tanaman pinus di sebagian
besar wilayah di Pulau Jawa. Dipihak lain kehidupan kutulilin pinus di Indonesia
belum banyak sehingga pengendalian populasinya belum dapat dilakukan secara
efektif. Oleh karena itu diperlukan serangkaian penelitian untuk menyediakan data
maupun informasi awal mengenai serangga tersebut. Data dan informasi ini dapat
digunakan sebagai dasar dalam penelusuran lebih lanjut mengenai biologi dan
pengendalian populasi kutulilin pinus serta pengelolaan hutan pinus secara
berkelanjutan.
Tujuan Penelitian
Penelitian bertujuan untuk mengetahui taksonomi, morfologi, dan siklus
hidup kutulilin pinus yang menyerang tanaman pinus di Pulau Jawa serta
mengetahui penyebarannya pada tegakan pinus di Pulau Jawa.
Kerangka Pemikiran
Perum Perhutani merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
mendapat mandat untuk mengelola hutan tanaman yang ada di Pulau Jawa.
Tegakan yang dipilih bermacam-macam, salah satunya adalah P. merkusii.
Tanaman ini merupakan tanaman unggulan nomor dua setelah jati, karena pinus
mempunyai banyak keistimewaan.

Pada tahun 2008, luas hutan tanaman P.

merkusii di Jawa sudah mencapai 853.806 ha, yang tersebar di Jawa Timur seluas
317.915 ha, Jawa Tengah 303.038 ha dan Jawa Barat seluas 232.853 ha (Pusat
Litbang Perhutani 2008). Pemilihan tanaman P. merkusii itu sendiri dikarenakan
tanaman pinus merupakan sumberdaya hayati yang bernilai sosial, ekonomis, dan
ekologis yang tinggi. Oleh karena itu, dengan kelebihan tersebut, sumberdaya ini
perlu dikelola secara profesional termasuk dijaga dari gangguan hama. Sementara
itu, dalam beberapa tahun terakhir ini sejenis kutu telah menyerang tanaman pinus
di beberapa KPH di Pulau Jawa, dan berpotensi sebagai serangga hama yang
invasif.

Padahal taksonomi dan karakter biologis serangga tersebut belum

diketahui sehingga menyulitkan pengelolaan populasi serangga dimaksud. Oleh
karena itu, penelitian identifikasi, siklus hidup dan penyebaran kutulilin pinus
sangat diperlukan.

4

5

TINJAUAN PUSTAKA
Pinus merkusii Jungh et de Vriese
Pinus disebut juga tusam (P. merkusii Jungh et de Vriese) merupakan jenis
asli daerah tropis. Di Indonesia pinus tumbuh secara alami di Sumatera bagian
Utara yaitu di Aceh (strain Aceh), Sumatera Utara (strain Tapanuli), Sumatera
Barat dan Jambi (strain Kerinci). Menurut catatan Mirov (1967), pinus menyebar
dari 23o lintang utara sampai 2º lintang selatan.

Selanjutnya Mirov (1967)

menyebutkan pula bahwa bentuk tajuk pohon pinus yang seperti kerucut dan
selalu hijau menyebabkan pohon pinus sangat mudah untuk dikenali dan
dibedakan dari jenis yang lain. Sementara itu Siregar (2005) mencirikan bahwa
batang pohon pinus tidak berbanir, kulit luar kasar berwarna coklat kelabu sampai
coklat tua, tidak mengelupas, beralur lebar dan dalam.
P. merkusii mempunyai perakaran dalam, intersepsi dan evapotranspirasi
yang tinggi sehingga sangat bagus untuk digunakan sebagai tanaman pada
kawasan lindung (Indrajaya and Handayani 2007). Hal ini juga ditunjukkan oleh
kemampuan tanaman pinus tumbuh pada ketinggian 500-2000 mdpl, pada
berbagai tipe iklim dan tanah (Siregar 2000). Keistimewaan lain dari pohon pinus
adalah mampu tumbuh dan bersaing di tempat terbuka dan miskin hara
(Anonimous 1976), namun akan tumbuh maksimum bila ditanam pada wilayah
dengan curah hujan tinggi >3000 mm per tahun, pada ketinggian antara 400-2000
mdpl (Pujianto 2005).
Di wilayah Sumatera bagian Utara, pohon ini merupakan obyek penelitian
para ahli. Obyek penelitian seluas 130.000 ha itu menyebar di 12 lokasi, terutama
di Aceh dan Sumatera Utara. Hamparan areal penelitian itu kemudian menjadi
kelompok-kelompok areal kecil karena di kawasan tersebut sering terjadi
kebakaran (Mirov 1967). Di Aceh Tengah tegakan pinus ditemui dalam 10 lokasi
utama dengan luas sekitar 70.000 ha. Di beberapa tempat tegakan ini tumbuh
secara murni namun di beberapa tempat lain ada yang tumbuh bercampur dengan
jenis pohon daun lebar (Mirov 1967). Husaeni, Kasno, Haneda, Rachmatsyah
(2007) menyebutkan beberapa serangga pengganggu pada sebaran asli pohon
pinus diantaranya adalah Dyorectria rubella yang menyerang daun pinus,

6
demikian juga Melionia basalis dan beberapa jenis ulat kantong.

Neotermes

curvignatus juga didapatkan disebaran aslinya, serangga ini menyerang batang
pinus. Pengamatan secara pribadi pada tahun 2010 pernah dilakukan dan belum
ditemukan serangan kutulilin pinus di habitat asli pohon pinus ini.
Luas hutan P. merkusii di Indonesia yang merupakan hutan tanaman dan
hutan alam sampai tahun 2008 mencapai 1.312.607 ha (Pusat Litbang Perhutani
2008), yang tersebar di beberapa provinsi seperti dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Luas hutan P.merkusii pada beberapa provinsi di Indonesia
Provinsi
Jawa Barat
Jawa Tengah
Jawa Timur
Lampung
Sumatera Selatan
Sumatera Barat
Sumatera Utara
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Utara
Aceh
Total

Hutan Tanaman (Ha)
232.853
303.038
317.915
151
700

Hutan Alam (Ha)

28.800
67.150
110.600
16.250
5.250
986.757

230.000
325.950

Sumber : Pusat Litbang Perhutani 2008.

Di bidang kehutanan, pinus merupakan tanaman yang cukup penting, dan
sejak jaman Belanda sudah mendapat perhatian. Pada tahun 1916 jenis pohon
tersebut mulai ditanam di Jawa (Sutigno 1983) kemudian pada tahun 1937
disusun rencana perusahaan tana