Kebijakan TIK untuk Pembangunan

4.1 Kebijakan TIK untuk Pembangunan

Sering kali ada perdebatan mengenai apa yang harus didahulukan — kebijakan TIK atau penerapan TIK. Ini adalah pertanyaan ayam atau telur. Dalam beberapa situasi, penerapan telah membuka jalan bagi penyusunan kebijakan; pada situasi lainnya, kebijakan dan kerangka kerja pengaturan telah menentukan penerapan TIK. Modul ini tidak ditujukan untuk masuk ke dalam debat tersebut, tetapi untuk memperlihatkan bahwa baik kerangka kerja kebijakan maupun penerapan sama- sama diperlukan dan ada kebutuhan akan kejelasan pada level kebijakan, perencanaan dan implementasi. Bagi negara-negara di kawasan Asia Pasifik, kebijakan yang jelas adalah tahap awal dimana pengambilan keputusan pemerintah menjadi sangat kritis. Mengingat bahwa Modul 2 dari seri ini mendiskusikan proses kebijakan TIK secara luas dan Modul 7 berfokus pada perencanaan proyek TIK, maka pada modul ini dijelaskan isu-isu yang perlu diperhatikan dalam memutuskan penerapan dan perluasan TIK dalam kebijakan dan program pembangunan.

Di kebanyakan negara berkembang, kebijakan TIK untuk Pembangunan menjadi domain departemen TI dan telekomunikasi. 54 Departemen-departemen ini

cenderung lebih fokus pada isu-isu bisnis dan teknologi serta biasanya lebih bersifat pro-pasar dan kurang begitu berorientasi pada pembangunan. Bahkan ketika sektor TI dan telekomunikasi peduli terhadap pembangunan, pendekatan yang diambil umumnya lebih cenderung pada teknologi ketimbang tujuan akhir dari pembangunan, dengan penekanan pada konektivitas dan infrastruktur, e- governance, e-delivery dan pertumbuhan, dibandingkan pada perbaikan ‗kualitas hidup‘ yang berbasis kebutuhan dan berpusat pada masyarakat. Di sisi lain,

54 Anita Gurumurthy dan Parminder Jeet Singh, Political Economy of the Information Society: A Southern View (Montevideo: Instituto del Tercer Mundo, 2005), 18,

http://wsispapers.choike.org/papers/eng/itfc_political_economy_is.pdf .

Akademi Esensi Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Pimpinan Pemerintahan Akademi Esensi Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Pimpinan Pemerintahan

Kebijakan TIK untuk Pembangunan sangat berbeda dengan kebijakan TI. TIK untuk Pembangunan membutuhkan peleburan dari berbagai disiplin mulai dari teknik sampai pada sosiologi pedesaan. Kenyataannya, penggunaan TIK untuk Pembangunan merupakan upaya multi disiplin, sehingga membutuhkan kerjasama tim. Kemitraan dan kolaborasi adalah hal yang penting dalam penyusunan, perencanaan dan implementasi kebijakan TIK untuk pembangunan.

Pada Bagian 2.2 modul ini, telah diulas mengenai konvergensi teknologi sebagai faktor penggerak utama berkembangnya penggunaan TIK. Perlu ditekankan di sini ialah bahwa konvergensi TIK berarti lebih dari sekedar teknologi. Saat ini, TIK berarti penggabungan dari berbagai disiplin, gabungan antara ilmu pasti (teori kendali, teori sistem, dan statistik), teknologi (ilmu komputer dan teknik elektro) serta ilmu sosial dan perilaku (teori manajemen, sosiologi, psycholinguistic, ekonomi, dan sebagainya). Oleh karenanya, pengenalan TIK dalam berbagai upaya pembangunan membutuhkan perubahan sosial dan budaya yang signifikan dalam organisasi yang telah terstruktur untuk memisahkan fungsi dan tanggung jawab.

Konvergensi paralel dan aliansi nasional yang mencakup pemerintah, sektor awasta, dan masyarakat sipil dibutuhkan untuk memaksimalkan peluang yang diciptakan oleh lingkungan baru yang dimotori TIK untuk pembangunan nasional. Pemerintah dapat menciptakan lingkungan kebijakan dan peraturan yang mendukung, menyediakan dana untuk pembangunan di lokasi-lokasi yang kurang terlayani, berkomitman terhadap e-government, memperkuat kapasitas nasional ke arah penerimaan dan pengunaan TIK untuk pembangunan nasional. Sektor swasta diharapkan dapat menyediakan infrastruktur TIK dan berinvestasi dalam pelayanan.

PPP, yang lebih dalam dibahas di Modul 8, bentuknya sangat beragam — mulai dari partisipasi sederhana dalam pengembangan aplikasi TIK sebagai bagian dari tanggung jawab sosial korporat hingga sebuah proyek lengkap yang dilakukan dengan basis turnkey, dibangun, dimiliki, dan dioperasikan oleh sektor swasta. Keuntungan dari kemitraan seperti ini adalah bahwa beban keuangan dan infrastruktur teknis yang jumlahnya besar, dimana sangat sulit disediakan oleh pemerintah miskin, dapat disediakan oleh sektor swasta yang menyediakan teknologi secara efisien dengan biaya yang lebih hemat dan berbasis pada skala ekonomi.