Peta kawasan HTI di sektor Aek Nauli Data Curah Hujan Data Topografi kelerengan dan ketinggian

Sample Plots PSP, dan data curah hujan tahun 2009 sampai 2012 di Sektor Aek Nauli. Rincian data primer dan sekunder yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Data primer dan sekunder yang digunakan dalam penelitian No. Nama Data Jenis Data Sumber Tahun 1. Data diameter tegakan Eucalyptus grandis pelita IND 32 sekunder TPL 2009- 2012

2. Peta kawasan HTI di sektor Aek Nauli

sekunder TPL 2013 3. pH tanah primer 2013 4. Umur tanaman Eucalyptus grandis pelita IND 32 TPL 2009- 2012 4. Jenis tanah setiap kompartemen sekunder TPL 2013

5. Data Curah Hujan

sekunder Aek Nauli 2013

6. Data Topografi kelerengan dan ketinggian

primer 2013 Prosedur Penelitian Penentuan kompartemen Nomor kompartemen diperoleh dari bagian Research and Development TPL berupa data nomor kompartemen secara keseluruhan di Sektor Aek Nauli, tahun tanam, diameter pohon, kelerengan, dan jenis tanah. Selanjutnya dari data tersebut ditentukan kompartemen yang akan diteliti yakni kompartemen yang ditanami jenis Eucalyptus grandis pelita IND 32 yang ada di Estate A. Survei lapangan Kegiatan ini berupa peninjauan langsung ke lokasi penelitian untuk pengambilan data ketinggian dan kelerengan pada setiap kompartemen. Pengambilan contoh tanah Pengambilan contoh tanah ditentukan sesuai dengan jenis tanah dan kelerengan yang berbeda di setiap kompartemen. Pada masing-masing kelerengan mewakili 3 kompartemen. Pengambilan contoh tanah dengan cara mengambil secara acak sebanyak 3 titik di setiap kompartemen dengan kedalaman 20 cm dan Universitas Sumatera Utara jarak 20 m dari tepi jalan. Dari ke 3 titik tersebut kemudian contoh tanah diambil secara komposit seberat 500 gram untuk dianalisa pH tanah di laboratorium. Kompartemen yang mewakili pengambilan contoh tanah pada berbagai kelerengan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kompt yang mewakili pengambilan contoh tanah pada berbagai kelerengan Kelerengan Kompartemen 0-3 035 dan 036 3-8 024, 055, 089 8-15 012, 043, 070 15-30 09, 235, 049 30-50 04,150, 234 Pengujian pH tanah Kegiatan ini di lakukan untuk menguji pH tanah. Pengujian pH tanah di lakukan di laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Perhitungan biomassa Pada setiap kompartemen di lakukan perhitungan biomassa. Data yang digunakan adalah data diameter Eucalyptus grandis pelita dari TPL. Perhitungan biomassa ini dengan menggunakan model allometrik Latifah dan Sulistyono 2011 untuk tegakan Eucalyptus hybrid. Persamaan model allometriknya sebagai berikut : Y = 1351,09 x D 0.87 x e 0.094D Keterangan : Y = Biomassa total tonHa ……… 1 D = Diameter pohon cm e = 2.718282 Analisis data Analisis data dengan menggunakan metode regresi linear berganda. Regresi linear berganda adalah hubungan secara linear antara dua atau lebih Universitas Sumatera Utara variabel bebas X 1 ,X 2 , ...X 3 Y = β dengan variabel terikat Y. Penelitian ini terdapat variabel bebasnya yaitu faktor lingkungan pH, jenis tanah, curah hujan, kelerengan dan ketinggian tempat dan variabel terikatnya adalah biomassa Eucalyptus grandis pelita klon IND 32. Menurut Algifari 2000, Formulasi analisis datanya dengan menggunakan: + β 1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 + β 4 X 4 + β 5 X 5 + β 6 X 6 Keterangan : Y = Biomassa tonHa ……….2 β β = Intersept 1, β 2 ,β 3 , β 4 , β 5 X = Koefisien regresi 1 X = Curah hujan mmbulan 2 X = Ketinggian tempat m 3 X = Kelerengan tempat 4 X = pH 5 X = Jenis tanah 6 = Umur tahun Data yang dianalisis berupa skala interval curah hujan, kelerengan, tinggi tempat, pH, dan umur dan skala nominal jenis tanah. Untuk data jenis tanah dibuat skor berdasarkan tingkat kesuburan tanahnya. Jenis tanah diurutkan berdasarkan dari yang tidak cukup subur sampai yang paling subur. Jenis tanah yang paling subur mendapatkan angka paling besar yaitu 4, sedangkan yang tidak cukup subur diberi angka paling kecil yaitu 1. Skoring jenis tanah dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. .Skoring untuk jenis tanah Jenis tanah Skor Keterangan Utisol 1 tidak cukup subur Oxisol 2 agak subur Inceptisol 3 cukup subur Andisol 4 subur Keseluruhan data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan regresi linear berganda dengan variabel terikat biomassa dan variabel bebas yaitu Universitas Sumatera Utara curah hujan, ketinggian, kelerengan, pH, jenis tanah, dan umur sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Data biomassa dan faktor lingkungan No. Biomassa Y Faktor Lingkungan Umur X 6 Curah hujan X 1 ketinggian X 2 Kelerengan X 3 pH X 4 Jenis tanah X 5 1. 2. 3. dst Pengujian Korelasi Koefesien korelasi ialah suatu pengukuran statistik kovariasi atau asosiasi antara dua variabel. Korelasi bermanfaat untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel kadang lebih dari dua variabel dengan skala-skala tertentu. Ada tiga penafsiran hasil analisis korelasi : a. Melihat kekuatan hubungan dua variabel dengan menggunakan nilai koefisien korelasi sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Nilai koefisien korelasi Interval koefisien korelasi Tingkat hubungan 0,80 – 1,00 Sangat kuat 0,60 – 0,799 kuat 0,40 – 0,599 Cukup kuat 0,20 – 0,399 Rendah 0,00 – 0,199 Sangat rendah Sumber : Sarwono 2006 b. Melihat signifikansi hubungan, dengan kriteria sebagai berikut : Jika angka signifikansi hasil penelitian 0,05, maka hubungan kedua variabel signifikan. Dan jika angka signifikansi hasil penelitian 0,05, maka hubungan kedua variabel tidak signifikan c. Melihat arah hubungan Dalam korelasi ada dua arah korelasi, yaitu searah dan tidak searah. Arah korelasi dilihat dari angka koefesien korelasi. Jika koefesien korelasi positif, Universitas Sumatera Utara maka hubungan kedua variabel searah. Searah artinya jika variabel X nilainya tinggi, maka variabel Y juga tinggi. Jika koefesien korelasi negatif, maka hubungan kedua variabel tidak searah. Tidak searah artinya jika variabel X nilainya tinggi, maka variabel Y akan rendah. Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar hubungan yang terjadi antara variabel bebas dan terikat. Analisis dalam regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui persentase konstribusi pengaruh variabel bebas secara serentak terhadap variabel dependen. Nilai koefisien ini antara 0 dan 1, jika hasil lebih mendekati angka 0 berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel amat terbatas. Tapi jika hasil mendekati angka 1 berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Pengujian Regresi Linear berganda Analisis regresi linear berganda memerlukan beberapa asumsi agar model tersebut layak dipergunakan. Asumsi yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah : a. Uji Koefisien Regresi Secara Bersama-sama Uji F Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Langkah- langkah dalam pengujian ini adalah : 1. Membuat Hipotesis Ho : jika faktor lingkungan dan umur tidak berpengaruh terhadap biomassa Universitas Sumatera Utara H 1 2. Menentukan tingkat signifikasi α :jika faktor lingkungan dan umur berpengaruh terhadap biomassa Tingkat signifikan dalam pengujian ini yaitu sebesar 5 . 3. Menentukan F tabel Menentukan Ftabel menggunakan Excel, dengan cara mengetik rumus =FINV0,05;df1;df2 4. Menentukan daerah kritik F hitung F tabel ; Variabel x1, x2, x3, sd x6 secara serentak tidak mempengaruhi variabel Y ; terima H o dan tolak H 1 F hitung F tabel ; Variabel x1, x2, x3, sd x6 secara serentak mempengaruhi variabel Y ; tolak H o dan terima H 1 Setelah dilakukan pengujian secara bersama-sama Uji F dan didapat hasil yang signifikan maka selanjutnya dilakukan uji secara parsial yaitu uji t untuk mengetahui apakah masing-masing variabel bebas curah hujan, ketinggian, kelerengan, PH, jenis tanah, umur berpengaruh terhadap variabel terikat biomassa. b. Uji koefisien regresi secara parsial Uji t Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel bebas secara parsial berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel terikat. Langkah-langkah dalam pengujian ini adalah : 1. Membuat Hipotesis 2. Menentukan tingkat signifikasi α Tingkat signifikan dalam pengujian ini yaitu sebesar 5 3. Menentukan t tabel Universitas Sumatera Utara Menentukan t tabel menggunakan Excel, dengan cara mengetik rumus TINV0,05;df2 4. Menentukan daerah kritik • Jika t hitung t tabel dapat disimpulkan bahwa variabel bebas berpengaruh terhadap Y, tolak Ho terima H • Jika t 1 hitung t tabel dapat disimpulkan bahwa variabel bebas tidak berpengaruh terhadap Y, terima Ho tolak H 1 Uji multikolinearitas . Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi hubungan yang sempurna atau mendekati sempurna antara variabel bebas yang membentuk persamaan tersebut. Salah satu metode pengujian multikolinearitas adalah Variance Inflation Factor VIF . Jika nilai VIF kurang dari 10 maka model persamaan tidak terjadi multikolinearitas, artinya tidak terdapat hubungan antara variabel bebas Djojo, 2012. Keseluruhan prosedur dalam penelitian ini dapat dijelaskan melalui bagan alur penelitian pada Gambar 3. Universitas Sumatera Utara Gambar 3. Bagan alur penelitian Tegakan Eucalyptus grandis pelita klon IND32 Variabel bebas : 1. Curah hujan 2. PH tanah 3. Jenis tanah 4. Kelerengan 5. Kemiringan 6. Umur Variabel terikat: Biomassa Diameter Eucalyptus grandis pelita IND 32 Model Alometrik biomassa Penyusunan Persamaan Regresi Pengujian Regresi : • Korelasi • Uji F • Uji t Kesimpulan Universitas Sumatera Utara HASIL DAN PEMBAHASAN Hutan Tanaman Industri HTI PT. Toba Pulp Lestari di Sektor Aek Nauli terbagi menjadi beberapa estate dengan luas wilayah yang berbeda. Estate yang ada di sektor Aek Nauli terdiri dari estate A, B, C, D, E, F, G. Masing-masing estate ini juga memiliki kompartemen-kompartemen dengan jumlah yang berbeda untuk setiap estatenya dan memiliki luasan yang berbeda pula. Pada penelitian ini, hanya diteliti Estate A yang memiliki 217 kompartemen. Gambar 4 . Tegakan hybrid Eucalyptus grandis pelita IND 32 HTI TPL memiliki jenis Eucalyptus grandis, Eucalyptus urophylla, Eucalyptus pelita dan 22 klon Eucalyptus hibrid terseleksi hasil persilangan antar jenis Eucalyptus yang berbeda. Ada 7 klon yang dikembangkan di sektor Aek Nauli IND 1, IND 32, IND 33, IND 40, IND 42, IND 47 dan IND 51. Klon IND 32 adalah salah satu Eucalyptus hybrid hasil persilangan Eucalyptus grandis dengan Eucalyptus pellita. Pada penelitian ini hanya dikhususkan pada klon IND Universitas Sumatera Utara 32, karena IND 32 termasuk cepat petumbuhannya hanya sampai 4 tahun sudah panen dan IND 32 paling banyak terdapat di estate A. IND 32 yang terdapat di estate A sebanyak 44 kompartemen yang ditanam dari tahun 2005 sampai 2012. Namun pada penelitian ini hanya menggunakan tahun tanam 2009 sampai dengan 2012 yaitu sebanyak 31 kompartemen dengan luas 364,9 Ha. Kandungan biomassa Eucalyptus grandis pelita IND 32 Pendugaan biomassa dalam penelitian ini menggunakan data diameter pohon setinggi dada yang didapat dari pengukuran PSP yang dilakukan oleh TPL. Pengukuran diameter setinggi dada sudah cukup mewakili dalam menentukan kandungan biomassa. Hal ini didukung oleh literatur Ola-Adams 1993 yang menyatakan bahwa pendugaan biomassa menggunakan satu variabel diameter D mempunyai nilai r yang tidak jauh berbeda ketika menggunakan dua variabel D dan tinggi H. Sehingga dapat disimpulkan diameter juga mempunyai korelasi yang kuat dengan tinggi pohon sehingga tinggi pohon dapat diterangkan menggunakan diameter. Data diameter pohon yang diperoleh dari TPL merupakan data rata-rata diameter dalam satu kompartemen. Diameter setiap kompartemen berbeda-beda menurut umur tanam dalam satu kompertemen. Diameter terbesar pada kompartemen 027 yaitu sebesar 14,2 cm, sedangkan diameter terkecil pada kompartemen 045 yaitu sebesar 1,9 cm. Potensi biomassa tegakan Eucalyptus grandis pelita klon 32 yang ada di sektor Aek Nauli Estate A, HTI Toba Pulp Lestari berkisar antara 2,78 - 54,98 tonHa, dengan rata-rata 15,03 tonHa dengan luas seluruh kompartemen adalah Universitas Sumatera Utara 364.99 Ha. Pada Lampiran 1 diperoleh bahwa kandungan biomassa yang terbesar pada kompartemen 012 yang ditanam pada tahun 2009 yaitu sebesar 54,98 tonHa dengan diameter 12,90 cm dan jumlah pohon 6503 dalam luas 4,97 Ha, sedangkan biomassa yang terkecil terdapat pada kompartemen 160 yang ditanam pada tahun 2011 yaitu sebesar 2,78 tonHa dengan diameter 2,30 cm dan jumlah pohon 625 dalam luas 0,78 Ha. Pohon yang terdapat di kompartemen 160 ini masih berumur 1,8 sehingga diameternya juga relatif kecil. Diameter yang kecil menyebabkan rendahnya kandungan biomassa pohon tersebut Hal ini menunjukkan bahwa kandungan bioamassa bertambah seiring dengan pertambahan umur. Sesuai Lugo dan Snedaker 1974 dalam Kusmana 1993 yang menyatakan besarnya biomassa tegakan hutan dipengaruhi oleh umur tegakan hutan, sejarah perkembangan vegetasi, komposisi dan struktur tegakan. Tegakan Eucalyptus grandis pelita klon 32 yang terdapat di Estate A terdiri dari berbagai kelas umur dan memiliki jumlah pohon yang berbeda disetiap kompartemen. Keragaman kelas umur dan perbedaan jumlah pohon pada setiap kompartemen akan mempengaruhi pendugaan jumlah kandungan biomassa di setiap kompartemen tersebut. Selain itu, diduga ada faktor lain yang mempengaruhi seperti curah hujan, elevasi, kelerengan, jenis tanah, dan pH tanah yang termasuk bagian dari faktor lingkungan. Itu sebabnya dilakukan analisis lanjutan dengan metode regresi linear berganda. Pengaruh faktor lingkungan dan umur terhadap biomassa Penaksiran hubungan biomassa dengan faktor lingkungan menggunakan teknik regresi linear berganda dengan model persamaan yang baik sangat Universitas Sumatera Utara disarankan, karena relatif sederhana, dan secara statistik dapat dipertanggung jawabkan. Analisis data yang dipakai untuk mengetahui hubungan faktor lingkungan dan umur pohon terhadap biomassa Eucalyptus grandis pelita IND 32 yaitu dengan menggunakan regresi linear berganda. Variabel terikatnya Y yaitu biomassa sedangkan variabel bebasnya X yaitu faktor lingkungan curah hujan, kelerengan, ketinggian, pH, jenis tanah dan umur, dapat dilihat pada Lampiran 3. Hasil persamaan regresi yang terbentuk dari variabel-variabel tersebut dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Persamaan Regresi Persamaan regresi: Y = -84,67 + 12,64 X 1 + 0,04 X 2 + 0,002 X 3 - 3,77 X 4 + 1,73 X 5 + 9,131 X 6 r : 95 R 2 F : 35,42 : 90 Sig F : 0,0000 F tabel : 2,51 t tabel : 2,06 Dimana : Y = Biomassa tonHa β β = Intersept 1, β 2 ,β 3 , β 4 , β 5 X = Koefisien regresi 1 X = Curah hujan mmbulan 2 X = Ketinggian tempat m 3 X = Kelerengan tempat 4 X = pH 5 X = Jenis tanah 6 r = Korelasi = Umur tahun R 2 F = f hitung = Koefisien Determinasi Sig F = Signifikan F Koefisien determinasi R 2 yang didapat adalah sebesar 90 , nilai tersebut cenderung mendekati nilai 1 maka dapat disimpulkan kemampuan variabel-variabel bebasnya memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel terikat yaitu biomassa. Universitas Sumatera Utara Rata-rata curah hujan harian di Esatate A sebesar 2,16-13,49 mmhari dengan curah hujan tahunannya sebesar 788,4 – 4923,85 mmtahun, nilai curah hujan ini termasuk kategori curah hujan yang baik untuk pertumbuhan E. Grandis yaitu sebesar 1000-3500 mmtahun. Berdasarkan persamaan regresi tersebut diketahui koefisien faktor curah hujan sebesar 84,67, yang mempunyai arti bahwa setiap kenaikan curah hujan sebesar 1 mmtahun maka nilai biomassa akan meningkat sebesar 84,67 grpohon. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kusmana 1993 faktor iklim, seperti curah hujan dan suhu merupakan faktor yang mempengaruhi laju peningkatan biomassa pohon. Curah hujan yang sesuai tentunya akan berpengaruh terhadap pertambahan biomassa. Dimana bahwa curah hujan yang menentukan ketersediaan air untuk pertumbuhan dan proses-proses vital lain termasuk berpengaruh terhadap kondisi tanah. Nilai biomassa Eucalyptus grandis pelita IND 32 yang besar pada kelerengan antara 8-11 landai dan 15-30 sedang. Kelerengan lahan hasil persamaan regresi menunjukkan bahwa setiap kenaikan kelerengan 1 akan menaikkan biomassa Eucalyptus grandis pelita IND 32 sebesar 0,002 grpohon. Kenaikan kelerengan ini tentunya tidak mutlak berlaku akan kenaikan biomassa dikarenakan kelerengan suatu lahan berhubungan dengan tingkat erosi. Semakin tinggi kelerengan dari tempat tumbuh suatu tanaman maka akan terjadi erosi yang membawa unsur-unsur hara ikut terkikis yang nantinya akan mengakibatkan kualitas tanah tidak berfungsi secara optimal dan akhirnya pertumbuhan dari tanaman akan terhambat. Pernyataan ini didukung oleh Karlen et al. 1997 bahwa kualitas tanah adalah kapasitas tanah untuk dapat berfungsi secara optimal dalam Universitas Sumatera Utara suatu ekosistem sehubungan dengan daya dukung tanah terhadap pertumbuhan tanaman, pencegahan erosi dan pengurangan dampak negatif terhadap sumber daya air dan udara. Menurut Boland et al. 1989, Eucalyptus tumbuh dengan baik pada ketinggian tempat sekitar 0- 800 m dpl sementara dari hasil yang didapat pada penelitian ini ketinggian setiap kompartemen melebihi 800 dpl yaitu antara 1154 m-1365 m diatas permukaan laut. Hal ini berbanding terbalik dengan persamaan regresi yang diperoleh bahwa setiap kenaikan 1 m di atas permukaan laut akan menaikkan biomassa Eucalyptus grandis pelita IND 32 sebesar 0,04 grpohon. Nilai koefisien dalam persamaan regresi untuk pH sebesar - 3,77 bahwa setiap kenaikan pH satu satuan maka akan menurunkan biomassa sebesar 3,77 tonHa, Setelah dilakukan pengujian pH, didapat rata-rata nilai pH di setiap kompartmen diatas 5 yaitu bersifat masam sedangkan untuk kondisi pH tanah yang optimum adalah di sekitar pH netral pH 6,5 - 7,0. Pada kondisi reaksi tanah yang demikian sebagian besar unsur hara berada dalam kondisi “tersedia” bagi tanaman. Jenis tanah diurutkan dari kelas yang paling subur sampai yang kurang subur dan diregresikan bersama faktor lingkungan lainnya maka dari hasil persamaan bahwa setiap kenaikan 1 skor tingkat kesuburan tanah akan menaikan biomassa sebesar 1,73 grpohon. Biomassa Eucalyptus grandis pelita IND 32 tertinggi untuk jenis tanah andisol. Andisol adalah jenis tanah yang sangat subur dibandingkan dengan tanah inceptisol, oxisol, maupun ultisol. Hal ini dikarenakan tanah Andisol mempunyai kandungan bahan organik tinggi, dan memiliki nilai reaksi tanah pH antara 4,5 – 6,5. Universitas Sumatera Utara Salah satu faktor yang berpengaruh nyata terhadap pertambahan biomassa Eucalyptus grandis pelita IND 32 adalah faktor umur. Pada kelas umur 1,5 – 4,1 tahun, biomassa terbesar pada umur 4,1 tahun karena memiliki diameter yang besar. Faktor umur pada persamaan menunjukkan bahwa setiap pertambahan umur Eucalyptus grandis pelita IND 32 1 tahun akan menaikkan biomassa sebesar 9,131 grpohon. Pertambahan umur suatu pohon akan mempengaruhi pertambahan diameter tersebut. Jika diameter pohonnya besar maka kandungan biomassanya juga akan meningkat. Hubungan antara faktor lingkungan dan umur terhadap biomassa Korelasi hubungan antara faktor lingkungan dan umur tanaman terhadap biomassa Eucalyptus grandis pelita IND 32 menyatakan seberapa kuat hubungan variabel bebas curah hujan, ketinggian, kelerengan, pH, jenis tanah, dan umur dengan varibel terikatnya biomassa. Besar hubungan ini diuji dengan dua tahapan. Pertama hubungan secara bersama-sama antara faktor lingkungan dan faktor umur tanaman dengan biomassa Eucalyptus grandis pelita IND 32. Kedua, hubungan secara parsial masing-masing faktor lingkungan dan umur tanaman dengan biomassa. Korelasi secara bersama-sama antara faktor lingkungan dan faktor umur tanaman dengan biomassa Eucalyptus grandis pelita IND 32 sebesar 0,95 Tabel 6. Menurut Sarwono 2006 bahwa koefisien korelasi 0,80-1,00 dikategorikan korelasinya sangat kuat. Nilai hubungan positif maka antara faktor lingkungan dan umur tanaman dengan biomassa Eucalyptus grandis pelita IND 32 terjadi hubungan yang searah. Artinya jika nilai variabel bebas faktor lingkungan dan umur bertambah, maka nilai variabel terikat biomassa akan Universitas Sumatera Utara bertambah juga. Hal ini sesuai dengan Burhanuddin 2012 bahwa nilai koefisien korelasi positif berarti antara variabel bebas dan variabel terikat terjadi hubungan searah dan sebaliknya jika nilai koefisien korelasi negatif maka antara variabel bebas dan variabel terikatnya memiliki hubungan terbalik. Hubungan yang sangat kuat antara faktor lingkungan dan umur tanaman terhadap biomassa Eucalyptus grandis pelita IND 32 maka dengan pertambahan nilai faktor lingkungan dan umur tanaman akan menambah kenaikan biomassa Eucalyptus grandis pelita IND 32. Tetapi pertambahan biomassa Eucalyptus grandis pelita IND 32 seiring pertambahan nilai faktor lingkungan dan umur tanaman terjadi hingga batas yang sesuai dengan syarat tumbuh yang baik untuk jenis Eucalyptus grandis pelita IND 32. Hasil pengujian korelasi untuk masing- masing varibel dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Pengujian korelasi untuk masing-masing variabel Variabel bebas Koefisien korelasi Nilai signifikan kekuatan arah signifikan Curah hujan 0,902 0,000 sangat kuat Searah signifikan Kelerengan -0,184 0,310 sangat rendah tidak searah tidak Ketinggian -0,425 0,992 cukup kuat tidak searah tidak pH -0,098 0,871 sangat rendah tidak searah tidak Jenis tanah 0,554 0,001 Cukup kuat searah tidak umur 0,863 0,000 sangat kuat Searah signifikan Berdasarkan penafsiran korelasi tersebut diketahui bahwa curah hujan dan umur memiliki korelasi yang sangat kuat dengan koefisien korelasi ≥ 0,80 dan memiliki hubungan yang searah dikarenakan nilainya positif. Maksud dari hubungan yang searah ini adalah semakin tinggi nilai curah hujan dan umur maka semakin tinggi juga kandungan biomassa Eucalyptus grandis pelita IND 32. Faktor jenis tanah memiliki korelasi yang cukup kuat dengan koefisien korelasi 0,55. Meskipun korelasinya cukup kuat namun jenis tanah memiliki tingkat Universitas Sumatera Utara signifikan 0,001 yang berarti bahwa faktor jenis tanah tidak berpengaruh signifikan terhadap pertambahan biomassa Eucalyptus grandis pelita IND 32. Faktor kelerengan dan pH memiliki korelasi yang sangat rendah -0,184 dan -0,098, tidak searah, dan tidak signifikan terhadap pertambahan biomassa Eucalyptus grandis pelita IND 32. Sedangkan untuk faktor ketingggian memiliki korelasi yang cukup kuat namun tidak searah terhadap pertambahan biomassa Eucalyptus grandis pelita IND 32 dengan koefisien sebesar -0,42. Hubungan yang tidak searah maksudnya adalah semakin besar nilai ketinggian maka akan menurunkan nilai kandungan biomassa Eucalyptus grandis pelita IND 32. Pengujian Parameter Regresi Pengujian Analisis regresi linear berganda memerlukan beberapa pengujian agar model tersebut layak dipergunakan. Pengujian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah uji F dan uji t : Berdasarkan analisis data regresi maka tampak bahwa nilai F hitung adalah sebesar 35,42 dengan nilai probabilitas sig=0,000. Nilai tersebut jauh lebih tinggi dari nilai F tabel yang hanya 2,51. Sehingga nilai F hitung F tabel, dan nilai signifikan 0,00 0,05. Sehingga hipotesisnya H ditolak dan H 1 Uji parsial digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen faktor lingkungan dan umur secara parsial berpengaruh nyata atau diterima, berarti secara bersama-sama simultan semua variabel bebas faktor lingkungan dan umur secara serentak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat biomassa. Dikarenakan terjadi pengaruh signifikan antara curah hujan, ketinggian tempat, kelerengan, pH, jenis tanah dan umur maka selanjutnya dilakukan pengujian parameter secara parsial. Universitas Sumatera Utara tidak terhadap variabel dependen biomassa ditentukan dengan pengujian hipotesis. Pengujian parsial dilakukan jika terbukti bahwa ada pengaruh yang signifikan antara curah hujan, kelerengan, ketinggian tempat, pH, jenis tanah dan umur secara bersama-sama terhadap biomassa Eucalyptus grandis pelita IND 32. Tabel 8. Pengujian uji t No Variabel bebas t stat t tabel Uji 1. Curah hujan 4,35 2,0639 Signifikan 2. Ketinggian 0,35 Tidak signifikan 3. Kelerengan -0,13 Tidak signifikan 4. pH -0,46 Tidak signifikan 5. Jenis tanah 1,26 Tidak signifikan 6. Umur 3,72 Signifikan Tabel 8 menunjukkan bahwa curah hujan dan umur berpengaruh signifikan terhadap pertambahan biomassa Eucalyptus grandis pelita IND 32 sedangkan ketinggian, kelerengan, Ph, dan jenis tanah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertambahan biomassa Eucalyptus grandis pelita IND 32. Setelah dilakukan pengujian maka diketahui variabel curah hujan dan umur yang berpengaruh signifikan, selanjutnya dikeluarkan variabel yang tidak berpengaruh signifikan yaitu pH, jenis tanah, kelerengan dan ketinggian. Sehingga diperoleh persamaan yang baru seperti pada Tabel 9. Tabel 9. Persamaan Regresi variabel yang signifikan Persamaan : Y = 114,68 + 14,04 X 1 + 9,24 X r : 94 2 R 2 : 88 Keterangan : Y = Biomassa tonHa X 1 X = Curah hujan mmbulan 2 = Umur tahun Curah hujan dan umur sangat berpengaruh terhadap pertambahan biomassa Eucalyptus grandis pelita IND 32 . Kontribusi curah hujan dan umur terhadap pertambahan biomassa Eucalyptus grandis pelita IND 32 adalah sebesar Universitas Sumatera Utara 88. Hubungan curah hujan dan umur terhadap biomassa Eucalyptus grandis pelita IND 32 yaitu terjadi hubungan yang sangat kuat dengan nilai koefisien korelasi 94 . Pengujian selanjutnya adalah uji multikolinearitas yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi antara sesama varibel bebas dalam persamaan. Hasil pengujian multikolinearitas dengan nilai VIF untuk masing- masing variabel bebas diperoleh kurang dari 10 Lampiran 8. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas antara sesama variabel bebas. Maka faktor lingkungan dan umur tanaman ini memenuhi persyaratan dalam model regresi. Universitas Sumatera Utara KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Potensi biomassa tegakan Eucalyptus grandis pelita IND 32 yang terdapat di Sektor Aek Nauli Estate A, HTI Toba Pulp Lestari untuk umur 1,5 - 4,1 tahun adalah 2,78 - 54,98 tonHa.

2. Faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap pertambahan biomassa