dihasilkan akan mempunyai kadar abu yang relatif tinggi. Hal ini karena pada bagian katul kandungan mineralnya dapat mencapai 20 kali lebih banyak
daripada dalam endosperm. b.
Untuk mengetahui jenis bahan yang digunakan Penentuan kadar abu dapat digunakan untuk memperkirakan kandungan buah
yang akan digunakan untuk membuat Jelly atau marmelade. Kandungan abu juga dapat dipakai untuk menentukan atau membedakan fruti vinegar asli
atau sintetis. c.
Penentuan abu total sangat berguna sebagai parameter nilai gizi bahan makanan. Adanya kandungan abu yang tidak larut dalam asam yang cukup
tinggi menunjukkan adanya pasir atau kotoran yang lain Sudarmadji, 1989.
2.4.2 Jenis-Jenis Pengabuan a. Abu Secara Langsung Cara Kering
Penentuan kadar abu adalah dengan mengoksidasikan semua zat organik pada suhu yang tinggi, yaitu sekitar 500-600
o
C dan kemudian melakukan penimbangan zat yang tertinggal setelah proses pembakaran tersebut Sudarmadji,
1989. Pengabuan secara langsung dilakukan dengan cara sampel yang akan
diabukan ditimbang sejumlah tertentu tergantung jenisnya. Beberapa contoh bahan dan jumlah berat yang diperlukan dapat dilihat ada tabel
berat bahan untuk pengabuan:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.3: Berat bahan untuk pengujian kadar abu
.
No Macam Bahan
Berat Bahan g
1 Ikan dan hasil olahanya, Biji-bijian dan
makanan ternak 2
2 Padi-padian, milk dan keju
3 – 5 3
Gula, daging, dan sayuran 5 – 10
4 Jelly, sirup, jam dan buah kering
10 5
Juice, buah segar, buah kalengan 25
6 Anggur
50 Bahan yang mengandung kadar air tinggi sebelum pengabuan harus
dikeringkan lebih dahulu. Bahan yang mempunyai kandungan zat yang mudah menguap dan berlemak banyak proses pengabuan dilakukan dengan suhu mula-
mula rendah sampai asam hilang, baru kemudian dinaikan suhunya sesuai dengan yang dikehendaki. Sedangkan untuk bahan yang membentuk buih waktu
dipanaskan harus dikeringkan dahulu dalam oven dan ditambahkan zat anti buih misalnya olive atau parafin Sudarmadji, 1989.
Bahan yang akan diabukan ditempatkan dalam wadah khusus yang disebut krus yang dapat terbuat dari porselin, silika, quartz, nikel, atau platina dengan
berbagai kapasitas 25–100 ml. Bahan yang bersifat asam misalnya buah-buahan disarankan menggunakan krus porselin yang bagian dalamnya dilapisi silika,
sebab bila tidak dilapisi akan terjadi pengikisan oleh zat asam tersebut. Wadah yang terbuat dari nikel tidak dianjurkan karena dapat bereaksi dengan bahan
membentuk nikel-karbonil bila produk banyak mengandung karbon. Pemilihan wadah ini disesuaikan dengan bahan yang akan diabukan Sudarmadji, 1989.
Temperatur pengabuan harus diperhatikan sungguh-sungguh karena banyak elemen abu yang dapat menguap pada suhu yang tinggi misalnya unsur K,
Universitas Sumatera Utara
Na, S, Ca, Cl. P. Selain itu suhu pengabuan juga dapat menyebabkan dekomposisi senyawa tertentu misalnya K
2
CO
3
; CaCO
3
; MgCO
3
Sudarmadji, 1989. Pengabuan dilakukan dengan muffle yang dapat diatur suhunya, tetapi bila
tidak tersedia dapat menggunakan pemanas bunsen. Bila menggunakan bunsen sulit diketahui ataupun dikendalikan suhunya untuk ini dapat digunakan
pengamatan secara visual yaitu kelihatan membara merah berarti suhu lebih kurang 550
o
C bila menggunakan krus porselin. Kadangkala pada proses pengabuan terlihat bahan hasil pengabuan berwarna putih keabu-abuan. Warna
abu ini tidak selalu abu-abu atau putih tetapi ada juga yang berwarna kehijauan dan kemerah-merahan Sudarmadji, 1989.
Lama pengabuan tiap bahan berbeda-beda dan berkisar antara 2-8 jam. Pengabuan dianggap selesai apabila diperoleh sisa pengabuan yang umumnya
berwarna putih abu-abu dan beratnya konstan dengan selang waktu pengabuan 30 menit. Penimbangan terhadap bahan dilakukan dalam keadaan dingin, untuk itu
maka krus yang berisi abu yang diambil dari dalam muffle harus lebih dahulu dimasukan kedalam oven bersuhu kedalam 105
o
C agar supaya suhunya turun, baru kemudian dimasukkan kedalam eksikator sampai dingin. Eksikator yang
digunakan harus dilengkapi dengan zat penyerap uap air misalnya silika gel atau kapur aktif atau kalsium khlorida, sodium hidroksida. Permukaan gelas diolesi
dengan vaselin agar eksikator dapat mudah digeser tutupnya Sudarmadji, 1989. Keuntungan dari metode pengabuan kering adalah sebagai berikut:
1. Aman. 2. Hanya membutuhkan reagen dalam jumlah sedikit.
Universitas Sumatera Utara
3. Beberapa sampel dapat dianalisis secara bersamaan. 4. Tidak memerlukan tenaga kerja yang intensif.
5. Abu yang dihasilkan dapat dianalisis untuk penentuan kadar mineral One, 2011
Kelemahan menggunakan metode pengabuan kering diantaranya adalah: 1. Memerlukan waktu lama.
2. Biaya listrik yang lebih tinggi untuk memanaskan tanur. 3. Kehilangan mineral yang dapat menguap pada suhu tinggi One, 2011.
b. Abu Secara Tidak Langsung Cara Basah