MENGURAI "BENANG KUSUT" SEJARAH HUBUNGAN ISLAM DAN KRISTEN DI INDONESIA

Penutup/Renungan

Terlepas dari data apapun yang telah disajikan oleh Buku Sejarah Perjumpaan Kristen dan Islam di Indonesia yang ditulis oleh Jan S. Aritonang ini, pada dasarnya buku ini patut untuk mendapatkan sambutan hangat di kalangan para pengkaji hubungan antar

agama di negeri ini. Selain telah menyajikan kajian komprehensifnya tentang carut-marut perjalanan dan perjumpaan Islam dan Kristen di belantara politik kekuasaan bangsa ini, Buku ini juga telah sedikit-banyak membantu menciptakan rasa kesalingpemahaman antar kedua agama ini di Indonesia. Jika pun ada hal-hal yang kurang berkenan dalam penyajian data, maka haruslah dipahami bahwa sejarah pada akhirnya merupakan “bagaimana seseorang merekonstruksi masa lalunya".

Hal yang terungkap secara eksplisit dalam kajian Aritonang tentang perjumpaan Islam dan Kristen di Indonesia dari abad ke-16 sampai abad ke-21 adalah posisi agama yang lebih sering menjadi sarana kepentingan politik sesaat, sehingga akibatnya adalah muncul rasa saling curiga dan ketidaksepahaman antar dua agama yang berbeda ini. Rasa saling curiga dan ketidaksepahaman inilah yang akhirnya membawa bentuk-bentuk perjumpaan yang keras (hard encounter) antara Islam dan Kristen selama ini di Indonesia.

Ada ungkapan akhir dalam buku ini yang patut direnungkan secara seksama, yakni "ada banyak pengalaman keseharian dalam diri kita masing-masing untuk tidak terlalu sulit membangun hubungan yang saling menghargai dan saling menghormati, tanpa harus kehilangan identitas dan integritas. Namun kemudian, dalam skala yang lebih luas, hubungan itu menjadi terganggu ketika agama dipolitikkan. Oleh karena itu, sebaiknya agama tidak menjadi pijakan – apalagi kendaraan – untuk berkecimpung di dunia politik praktis". 69

Tidak ada cara yang lebih praktis untuk membangun rasa kesalingpemahaman antar agama selain kedua komunitas ini memiliki kemauan baik untuk saling mendengar. Jika keduanya tidak siap dan tidak mau berjumpa dengan iman lain dengan sikap pengertian

69 Jan S. Aritonang, Op.Cit., hlm. 603-604.

dan penghargaan, maka hambatan yang ada selama ini tidak akan berubah, kecuali mungkin akan bertambah buruk 70 []