jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik Ditjen POM, 1979.
c. Digesti Digesti adalah maserasi kinetik dengan pengadukan kontinu pada
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan kamar yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50
C Ditjen POM, 1979. d. Infus
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98
C selama waktu tertentu 15-20 menit Ditjen POM, 1979.
e. Dekok Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama
≥ 30 C dan temperatur
sampai titik didih air Ditjen POM, 1979.
2.4 Kromatografi
Kromatrografi adalah metode pemeriksaan berdasarkan proses migrasi dari komponen-komponen senyawa diantara dua fase yaitu fase diam dan fase
gerak. Fase gerak membawa zat terlarut melalui media sehingga terpisah dari zat terlarut lainnya yang terelusi lebih awal atau lebih akhir. Umumnya zat terlarut
dibawa melalui media pemisah oleh aliran suatu pelarut berbentuk cairan atau gas. Fase diam dapat bertindak sebagai penyerap, seperti alumina dan slika gel atau
dapat bertindak melarutkan zat terlarut sehingga terjadi partisi antara fase diam dan fase gerak. Dalam proses ini suatu lapisan cairan pada penyangga yang inert
berfungsi sebagai fase diam Ditjen POM, 1995.
Universitas Sumatera Utara
Cara-cara kromatografi dapat digolongkan sesuai dengan sifat-sifat dari fase diam, yang dapat berupa zat padat atau zat cair. Jika fase diam berupa zat
padat disebut kromatografi serapan, jika berupa zat cair disebut kromatografi partisi. Karena fase gerak dapat berupa zat cair atau gas maka terdapat empat
macam sistem kromatografi, yaitu : 1.
Fase gerak cair-fase diam dan padat kromatografi serapan : • Kromatografi lapis tipis
• Kromatografi kolom 2.
Fase gerak gas-fase diam padat : • Kromatografi gas padat
3. Fase gerak cair-fase diam cair kromatografi partisi :
• Kromatografi kertas 4.
Fase gerak gas-fase diam cair : • kromatografi gas cair
Semua pemisahan dengan kromatografi tergantung pada kenyataan bahwa senyawa-senyawa yang dipisahkan terdistribusi diantara fase gerak dan fase diam
dalam perbandingan yang sangat berbeda-beda dari satu senyawa terhadap senyawa yang lain Sastrohamidjojo, 1991.
Kromatografi kertas merupakan kromatografi partisi dimana fase geraknya adalah cair yang disokong oleh molekul-molekul selulosa dari kertas. Kertas yang
digunakan adalah kertas Whatman No.1 dan kertas yang lebih tebal Whatman No. 3 biasanya untuk pemisahan campuran dalam jumlah yang lebih besar karena
dapat menampung lebih banyak cuplikan Sastrohamidjojo, 1991.
Universitas Sumatera Utara
Fase gerak yang digunakan biasanya campuran dari suatu komponen organik yang utama air dan berbagai tambahan seperti asam-asam, basa atau
pereaksi-pereaksi kompleks dengan tujuan untuk memperbesar kelarutan dari beberapa senyawa atau untuk mengurangi kelarutan yang lainnya
Sastrohamidjojo, 1991. Fase gerak terdiri dari satu atau beberapa pelarut dan bila diperlukan dapat menggunakan sistem pelarut multi komponen, berupa suatu
campuran sederhana mungkin yang terdiri atas maksimum tiga komponen. Pada pemisahan senyawa organik selalu menggunakan pelarut campur, tujuannya untuk
memperoleh polaritas yang tepat sehinga diperoleh pemisahan senyawa yang baik. Kombinasi pelarut berdasarkan atas polaritas masing-masing pelarut sehingga
dengan demikian diperoleh sistem penggabung yang cocok Stahl, 1985. Jarak pengembang senyawa pada kromatogram biasanya dinyatakan
dengan harga Rf Stahl, 1985. Rf =
Jarak perambatan bercak dari titik pentotolan Jarak perambatan pelarut dari titik pentotolan
Jarak yang ditempuh oleh tiap bercak dari titik pentotolan diukur dari pusat bercak dan harga Rf berada antara 0,00–1,00. Harga Rf sangat beguna untuk
mengidentifikasi suatu senyawa Eaton, 1989. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga Rf adalah sebagai berikut:
Sastrohamidjojo, 1991. 1. Struktur kimia senyawa yang dipisahkan
2. Sifat penyerap 3. Tebal dan kerataan lapisan penyerap
4. Pelarut dan drajat kemurniannya 5. Derajat kejenuhan uap pengembang dalam bejana
Universitas Sumatera Utara
6. Teknik percobaan 7. Jumlah cuplikan yang digunakan
Menurut Sastrohamidjojo 1991, kromatografi kertas dapat dikembangkan dengan cara:
1. Menurun desendens Dilakukan dengan membiarkan fase gerak merambat turun pada kertas
kromatografi, kertas digantungkan dalam bejana menggunakan batang kaca dan batang kaca lain menahan ujung atas kertas yang tercelup dalam fase gerak.
Setelah bejana ditutup, fase gerak dibiarkan merambat turun pada kertas. 2. Menaik esendens
Kertas digantung pada penggantung berbentuk kail yang dipasang pada penutup bejana kromatografi. Pelarut diletakkan pada bagian bawah dari bejana
lalu ujung bawah kertas dicelupkan ke dalam fase gerak sehingga fase gerak merambat naik pada kertas.
3. Mendatar Kertas yang digunakan berbentuk bulat dan ditengahnya diberi lubang
tempat untuk meletakkan sumbu yang terbuat dari gulungan kertas atau benag. Fase gerak akan naik membasahi kertas dan merambat melingkar memisahkan
senyawa yang ditotolkan. Kromatografi kertas merupakan metode yang paling sering digunakan
dalam hal analisis senyawa polar flavonoida. Untuk tujuan isolasi, hanya memerlukan sejumlah bahan yang sedikit. Komponen senyawa flavonoid
umumnya mudah dipelajari dengan metode kromatografi karena sifatnya yang menghasilkan warna dari hubungan sifat kelarutannya. Adapun kelebihan
Universitas Sumatera Utara
kromatografi kertas yaitu senyawa flavonoida dapat menghasilkan warna alami dari berbagi komponen senyawa bila dilihat dibawah sinar ultraviolet yang mudah
diamati pada kertas. Kedua, tekniknya mudah dipelajari, memberikan hasil yang cepat dan memerlukan peralatan yang tidak mahal. Selain itu, metode
kromatografi kertas merupakan cara terbaik untuk mengidentifikasi campuran senyawa flavonoida dengan jumlah yang sedikit Geissman, 1962.
2.5 Spektrofotometri Ultraviolet