Latar Belakang PROSES SCAFFOLDING UNTUK MENGATASI KESULITAN SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH PADA KUBUS DAN BALOK KELAS VIII SMPN 01 WONODADI - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Untuk sekarang dan masa yang akan datang, semua bangsa didunia ini mau tidak mau , suka tidak suka harus berselancar membangun masa depan dan negaranya diantara gelombang deras Globalisasi. 1 Di era zaman globalisasi seperti saat ini, dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Masyarakat dituntut untuk mampu bersaing secara internasional. Kebutuhan sumber daya manusia yang berkualitas menjadi suatu hal yang mutlak melihat persaingan dunia yang sangat ketat, karena hanya manusia- manusia yang berkualitas yang akan mampu hidup dimasa mendatang. 2 Sehingga pemerintah berupaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan. Pendidikan merupakan suatu proses pengharapan melahirkan peningkatan kualitas manusia. 3 Dalam hal ini sesuai dengan ayat Al- Quran surat Al Mujadalah ayat 11 yang menjelaskan tentang pentingnya pendidikan 1 Bahrul Hayat,Benchmark International Mutu PendidikanI ,Jakarta: Bumi Aksara,2011,hal.3 2 Ni Putu Dewi Prayanti dkk, Pengaruh Strategi Pembelajaran Pemecahan Masalah Berorientasi Masalah Matematika Tebuka Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Ditinjau Dari Keterampilan Metakognitif Siswa Kelas Vii Smp Sapta Andika Denpasar Tahun Pelajaran 20132014 e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Matematika Volume 3 Tahun 2014 jurnal tidak diterbitkan diakses pada tanggal 11 januari 2017 3 Nurani Soyomukti,Pendidikan Berperspektif Globalisasi, Yogyakarta :AR-Ruzz Media,2008,hal.22 “Allah akan meninggikan orang- orang yang beriman diantaramu dan orang- orang yang diberi ilmu pengetahuan” Al- Mujadalah ayat 11 4 Maksud dari ayat diatas adalah Allah akan meninggikan derajat bagi orang-orang yang berilmu pengetahuan. Oleh karena itu pendidikan sangat penting bagi manusia untuk menjadi manusia yang lebih unggul dibandingkan dengan manusia lain yang tidak memiliki ilmu pengetahuan. Berdasarkan Pasal 1 ayat 1 Undang-undang RI tahun2003 tentang sistem pendidikan nasional,Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian dirinya, kepribadian, kecerdasan aklak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara 5 . Selain itu menurut pendapat lain pendidikan merupakan suatu proses interaksi manusia dengan lingkungannya yang berlangsung secara sadar dan terencana dalam rangka mengembangkan segala potensinya , baik jasmani kesehatan fisik dan ruhani pikir,rasa, karsa, cipta dan budi ruhani yang menimbulkan perubahan positif dan kemajuan, baik kognitif, afektif maupun psikomotorik yang berlangsung secara terus-menerus guna mencapai tujuan hidup. 6 4 H. Abduk hafidz Muskhaf Al-Quranul Karim ,Semarang:Salam Setia Budi ,1993 juz 28 hal 636 5 Undang- undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003,Sistem pendidikan nasional, focus media 2006 hal :2 6 Rulam Ahmadi,2014,Pengantar pendidikan Azas dan filsafat pendidikan , AR-Ruzz media, hal:38 Sejalan dengan pengertian diatas pendidikan merupakan usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia dalam rangka mengembangkan seluruh potensinya secara maksimal. Sebagai Suatu kegiatan sadar akan tujuan maka dalam pelaksanaanya berada dalam proses yang berkesinambungan dalam suatu system pendidikan. Seperti halnya tujuan pendidikan nasional Indonesia yang diatur dalam undang-undang RI no 2 tahun 1989 tentang system pendidikan nasional pada bab II pasal 4 yang berbunyi: “Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa pada Tuhan yang maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantab dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”. 7 Oleh karena itu pemerintah senantiasa berusaha memperbaiki kualitas pendidikan dari berbagai segi untuk mempersiapkan masyarakat yang mampu bersaing, sesuai dengan tujuan Pendidikan Nasional. Upaya pemerintah untuk memperbaiki kualitas pendidikan adalah melalui sistem kurikulum, kurikulum adalah rencana tertulis tentang kemampuan yang harus dimiliki berdasarkan standar nasional, materi yang perlu dipelajari dan pengalaman pelajaran yang harus dijalani untuk mencapai kemampuan tersebut , dan evaluasi yang perlu dilakukan untuk menentukan tingkat pencapaian kemampuan peseserta didik, serta seperangkat peraturan yang berkenaan dengan 7 Saiful jamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta :Rineka Cipta,2010 ,hal.25 pengalaman belajar peserta didik dalam mengembangkan potensi dirinya pada satuan pendidikan tertentu 8 . Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam proses pendidikan. Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi tercapainya tujuan- tujuan pendidikan. Menurut Mauritz Johnson 1967, hal 130 kurikulum “ prescribes or at least anticipates the result of instruction, kurikulum juga merupakan suatu rencana pendidikan, memberi pedoman dan pegangan tentang jenis, lingkup, dan urutan isi serta proses pendidikan. 9 Kurikulum sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Sudah diatur sedemikian rupa agar tujuan pendidikan tercapai. Namun yang menjadi kelemahan dari kurikulum di Indonesia adalah sering berubahnya kurikulum seiring bergantinya Menteri pendidikan. Hal ini seakan pendidikan adalah milik menteri, bertolak dari hal itu sebenarnya setiap pergantian kurikulum memang disesuaikan dengan perkembangan ataupun tuntutan zaman. Kurikulum merupakan salah satu unsur yang memberikan kontribusi untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik. Seperti halnya kurikulum yang berlaku saat ini yaitu kurikulum 2013 dikembangkan berbasis kompetensi diperlukan sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah serta menjadikan manusia terdidik yang beriman dan taqwa kepada Tuhan yang Maha esa , beraklaq mulia, sehat berilmu cakap kreatif, 8 Oemar Hamalik ,Managemen Pengembangan Kurikulum, Bandung:Remaja Rosda Karya,2006, Hal.10 9 Nana syaodih sukmadinata, Pengembangan kurikulum Teori dan praktek ,Bandung: PT Remaja Rosdakarya , 2011, Hal. 1 mandiri dan menjadikan warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 10 Kurikulum 2013 memiliki standar yang cukup bagus, sehingga siswa dituntut untuk mengembangkan kemampuanya secara mandiri. Peran guru didalam pengajaran tidak lagi sebagai model pembelajaran yang menjadi pusat perhatian siswa dalam pembelajaran. Melainkan guru sebagai pencipta suasana pembelajaran dan fasilitator. Peran guru dalam pembelajaran adalah guru sebagai korektor, informator, inspirator, organisator, motivator, inisiator, fasilitator, pembimbing, demonstrator, pengelola kelas dan mediator. 11 Salah satu peran guru sebagai pencipta suasana atau pengelola kelas guru harus dapat mengelola kelas dengan baik karena kelas adalah tempat berhimpun anak didik dalam rangka menerima bahan pelajaran dari guru. Kelas yang dikelola dengan baik akan menunjang jalanya interkasi edukatif. Sebaliknya kelas yang tidak dikelola dengan baik akan menghambat proses pengajaran. Anak didik tidak mustahil akan merasa bosan untuk tinggal lebih lama didalam kelas. 12 Selain mengelola kelas guru mempersiapkan rencana proses pembelajaran dengan mendesain pembelajaran yang efektif dan menyenangkan agar siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik.Khususnya dalam pembelajaran matematika. Banyak siswa yang masih menganggap bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang sulit dan membosankan Sehingga matematika menjadi momok 10 Materi pelatihan guru implementasi kurikulum 2013 tahun ajaran 20142015 oleh pusat pengembangan profesi pendidik badan pengembangan sumber daya manusia, kementian pendidikan dan kebudayaan 2014. 11 Syaiful Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif,Jakarta:Rineka Cipta, 2010 ,Hal.46-47 12 Ibid ., hal.47 yang menakutkan bagi siswa hal ini akan berakibat kurangnya motivasi siswa, sehingga siswa malas untuk belajar. Matematika merupakan mata pelajaran wajib yang diberikan pada setiap jenjang pendidikan, karena matematika mempunyai peranan penting dalam kehidupan sehari-hari,Berdasarkan Peraturan Menteri No 22 tahun 2006 menyebutkan bahwa Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis , kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. 13 Agar siswa mampu memecahan permasalahan yang ada di sekitarnya. Karena pelajaran matematika berkaitan dengan pemecahan masalah. Pemecahan masalah dipandang sebagai proses untuk menentukan kombinasi dari sejumlah aturan yang dapat diterapkan dalam upaya untuk mengatasi situasi yang baru. Apabila seseorang mendapatkan suatu kombinasi perangkat aturan yang terbukti dapat dioperasikan yang sesuai dengan situasi yang tengah dihadapi ia tidak saja dapat memecahkan masalah melainkan berhasil juga menemukan sesuatu yang baru. Sesuatu yang dimaksud adalah perangkat prosedur yang memungkinkan seseorang dapat meningkatkan kemandirian dalam berpikir.Gagne, 1985 14 . Pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar menggunakan metode- metode ilmiah atau berpikir secara sistematis,logis, teratur dan teliti. Tujuanya 13 Tatag Yuli Eko Siswono,Model Pembelajaran Matematika berbasis pengajuan dan pemecahan masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif ,Surabaya:Unesa University press,2008,hal.2 14 Made wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Jakarta: Bumi Aksara, 2013 ,hal. 52 adalah untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas dan tuntas. 15 Pelajaran Matematika mengajarkan siswa untuk mandiri dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan matematika. Menurut tanya jawab dengan guru bidang studi matematika merupakan pelajaran eksak artinya matematika bukan pelajaran menghafal seperti pelajaran- pelajaran yang lainya. Melainkan siswa harus mampu memahami bagian- bagian ataupun prosedur- prosedur dalam memecahkan suatu permasalahan. Karena matematika memiliki kesinambungan antara materi satu dengan yang lainya. Namun kebanyakan dari siswa belajar matematika dengan menghafalkan rumus sehingga ketika siswa mendapatkan soal dengan bentuk yang sedikit rumit siswa sudah merasa kesulitan untuk memecahkan masalah tersebut karena siswa tidak memahami konsep dengan baik. Kesulitan merupakan suatu kondisi yang memperlihatkan cirri-ciri hambatan dalam kegiatan untuk mencapai tujuan sehingga diperlukan suatu usaha yang lebih baik untuk mengatasai gangguan tersebut 16 . Berikut ini ayat al- Quran surat al insyirah ayat 5 yang menjelasakan tentang kesulitan. “sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” QS.Al-Insyirah ayat 5 17 15 Muhibbin syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung:Rosdakarya,2005,hal.123 16 Nini subini, Mengatasai Kesulitan Belajar,Yogyakarta:Javalitera,2011, hal. 13 Ayat diatas menjelaskan bahwa manusia tidak boleh berputus asa didalam menghadapi kesulitan hidup karena dibalik kesulitan ada kemudahan dalam hal ini siswa tidak boleh pasrah ketika mendapatkan kesulitan dalam memecahkan masalah matematika siswa harus berusaha dan bersungguh-sungguh dalam mengerjakan dengan menggunakan seluruh kemampuanya untuk menyelesaikannya. Sejalan dengan ayat diatas juga disebutkan dalam surat al baqoroh ayat 286 sebagai berikut “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupanya.” QS.Al-Baqoroh ayat 286 18 Maksud dari ayat diatas adalah Allah tidak akan memberikan cobaan ataupun kesulitan hidup melebihi kesanggupan atau kemampuan dari umatnya yaitu Keimanan dibuktikan dengan kesiapan dalam menjalankan perintahnya, janganlah enggan untuk mentaatinya, karena tidak ada yang memberatkan. Apa yang diperintahkan Allah sudah sesuai dengan kemampuan manusia untuk menjalankannya, Apa yang dilarang Allah sudah sesuai dengan kemampuan manusia untuk menjauhinya. Jika ada suatu perintah yang dirasa berat bukan bobot perintahnya yang berat, tapi hati dan keadaan yang mempengaruhinya. 17 Pentansikh H. Abduk hafidz Muskhaf Al-Quranul Karim ,Semarang:t salam setia budi ,1993 Juz 30 hal.678 18 Ibid., Juz 3 hal 38 Berat atau ringannya menjalankan tugas sangat dipegaruhi oleh persepsi individu dalam mengemban tugas tersebut. 19 Begitu juga dengan guru dalam memberikan soal atau permasalahan disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa. Pada dasarnya setiap siswa mempunyai kemampuan dalam memecahakan masalah matematika karena berdasarkan konsep Vgotsky perkembangan kemampuan seseorang dapat dibedakan kedalam dua tingkat yaitu tingkat perkembangan actual dan tingkat perkembangan potensial. Perkembangan actual tampak dari kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas-tugas atau memecahkan masalah secara mandiri. Sedangkan tingkat perkembangan potensial tampak dari kemampuan menyelesaikan tugas-tugas atau memecahkan masalah dibawah bimbingan orang dewasa atau ketika berkolaborasi dengan teman sebaya lebih berkompeten 20 akan tetapi ketika siswa dihadapkan dengan masalah dalam hal ini adalah soal siswa cenderung merasa kesulitan untuk menyelesaikannya. Selain itu berdasarkan pengamatan peneliti saat pembelajaran berlangsung siswa cukup memperhatikan penjelasan guru akan tetapi masih ada beberapa anak yang kurang memperhatikan. Saat guru memberikan contoh soal didepan rata-rata siswa mampu mengerjakan akan tetapi ketika siswa diberikan soal secara mandiri siswa kesulitan dalam mengerjakan, kesulitan yang dialami yaitu keterampilan yang ditunjukkan dengan kesulitan dalam berhitung ataupun tulisan yang sulit untuk dibaca serta ketelitian. Selain itu saat guru memberikan satu soal yang berbentuk 19 http:saifuddinasm.com20121122al-baqarah284-286-tiada-syariah-yang- memberatkandiakses pada selasa 27 Pebruari 2017 pukul 21.12 20 Asri Budiningsih, Belajar dan pembelajaran,Jakarta:PT Rineka Cipta,2005,hal.101 cerita atau kontekstual dalam kehidupan sehari-hari siswa masih belum memahami soal sehingga siswa sulit untuk menyelesaikanya. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan guru pelajaran matematika di SMPN 01 wonodadi yaitu ibu Binti Maslahah,S.Pd pada saat observasi,beliau menuturkan bahwa dalam pembelajaran matematika kesulitan yang dihadapi oleh siswa beragam diantaranya kesulitan dalam memahami soal yang berbentuk soal cerita atau soal kontekstual, selain itu kesulitan keterampilan berhitung atau pengoperasian, karena banyak siswa yang masih salah dalam mengerjakan soal akibat siswa kurang teliti, oleh karena itu biasanya siswa mengalami kesalahan dalam berhitung ataupun lupa dengan konsep- konsep sebelumnya akibat dari kurangnya pemahaman konsep. Menurut beliau dalam pembelajaran matematika materi yang dirasa cukup sulit yaitu materi bangun ruang sisi datar biasanya siswa masih banyak melakukan kesalahan dalam berhitung karena siswa kurang teliti dan malas melakukan penghitungan selain itu jika dihadapkan dengan soal yang berbentuk cerita terkadang siswa masih kebingungan atau belum paham yang berakibat siswa salah dalam menyelesaikan soal. hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap hasil belajar. Menurut ibu Binti rata-rata hasil belajar matematika siswa masih belum mencapai KKM yang ditetapkan yaitu 70 hanya beberapa anak saja yang nilainya mencapai KKM. Salah satu alternatif untuk membantu kesulitan siswa dalam pemecahan masalah guru bisa menerapkan scaffolding . Scaffolding merupakan pemberian sejumlah bantuan kepada siswa selama tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian mengurangi bantuan dan memberikan kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar setelah ia dapat melakukannya Slavin, 1997 21 Selain itu scaffolding merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa untuk belajar dan memecahkan masalah. Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk, dorongan, peringatan, menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan, memberikan contoh, dan tindakan-tindakan lain yang memungkinkan siswa itu belajar mandiri. 22 Dalam penelitian ini peneliti menerapkan Scaffolding menurut teori Anghilari yaitu yaitu reviewing, explaining, restructuring, developing conceptual thinking . Dengan pemberian scaffolding ini diharapkan apa yang menjadi kendala siswa sedikit teratasi dan siswa mampu belajar secara maksimal dengan bantuan orang yang lebih ahli. Oleh karena itu berdasarkan latar belakang diatas peneliti ingin melakukan penelitian yang berjudul “Peran scaffolding untuk mengatasi kesulitan siswa dalam pemecahan masalah matematika materi kubus dan balok kelas VIII SMPN 01 Wonodadi Blitar”.

B. Fokus Penelitian

Dokumen yang terkait

PROSES SCAFFOLDING UNTUK MENGATASI KESULITAN SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH PADA KUBUS DAN BALOK KELAS VIII SMPN 01 WONODADI - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 10

PROSES SCAFFOLDING UNTUK MENGATASI KESULITAN SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH PADA KUBUS DAN BALOK KELAS VIII SMPN 01 WONODADI - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 1 44

PROSES SCAFFOLDING UNTUK MENGATASI KESULITAN SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH PADA KUBUS DAN BALOK KELAS VIII SMPN 01 WONODADI - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 1 14

PROSES SCAFFOLDING UNTUK MENGATASI KESULITAN SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH PADA KUBUS DAN BALOK KELAS VIII SMPN 01 WONODADI - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 29

PROSES SCAFFOLDING UNTUK MENGATASI KESULITAN SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH PADA KUBUS DAN BALOK KELAS VIII SMPN 01 WONODADI - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 4

PROSES SCAFFOLDING UNTUK MENGATASI KESULITAN SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH PADA KUBUS DAN BALOK KELAS VIII SMPN 01 WONODADI - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 3

PROSES SCAFFOLDING UNTUK MENGATASI KESULITAN SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH PADA KUBUS DAN BALOK KELAS VIII SMPN 01 WONODADI - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 2

PROSES SCAFFOLDING UNTUK MENGATASI KESULITAN SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH PADA KUBUS DAN BALOK KELAS VIII SMPN 01 WONODADI - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 3

PROSES SCAFFOLDING UNTUK MENGATASI KESULITAN SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH PADA KUBUS DAN BALOK KELAS VIII SMPN 01 WONODADI - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 6

Analisis Kemampuan Siswa Dalam Mengomunikasikan Soal Cerita Menjadi Kalimat Matematika Pada Materi Volume Kubus dan Balok Kelas VIII SMPN 4 Tulungagung - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 1 3