sosialnya. Keterlibatan komunitas secara aktif memperkuat komunitas itu sendiri dan mengikat komunitas akan nilai-nilai untuk menghormati dan
rasa saling mengasihi antar sesama. Peranan pemerintah secara substansial berkurang dalam memonopoli proses peradilan sekarang ini. Restorative
justice membutuhkan usaha-usaha yang kooperatif dari komunitas dan pemerintah untuk menciptakan sebuah kondisi dimana korban dan pelaku
dapat merekonsiliasikan konflik mereka dan memperbaiki luka-luka mereka.
63
Restorative justice mengembalikan konflik kepada pihak-pihak yang paling terkenal pengaruh – korban, pelaku dan “kepentingan
komunitas” mereka -- dan memberikan keutamaan pada kepentingan- kepentingan mereka. Restorative justice juga menekankan pada hak asasi
manusia dan kebutuhan untuk mengenali dampak dari ketidakadilan sosial dan dalam cara-cara yang sederhana untuk mengembalikan mereka
daripada secara sederhana memberikan pelaku keadilan formal atau hukum dan korban tidak mendapatkan keadilan apapun. Kemudian restorative
justice juga mengupayakan untuk merestore keamanan korban, penghormatan pribadi, martabat, dan yang lebih penting adalah sense of
control.
64
D. BATAS USIA PEMIDANAAN ANAK
63
Daniel W. Van Ness, op.cit. hlm, 24.
64
Allison Morris dan Warren Young, Reforming Criminal Justice : The Potential of Restorative Justice, dalam Restorative Justice Philosophy to Practice, edited by Heather Strang and John Braithwaite, The
Australian National University, Asghate Publising Ltd, 2000. hlm, 14.
Batas pemidanaan bagi anak sangat diperlukan mengingat batas usia akan menunjukkan perlakuan apa yang harus diambil berhubung
dengan perbuatan anak yang bersinggungan dengan hukum. Dalam Pasal 4 Undang-Undang No. 3 tahun 1997 secara khusus
telah ditentukan batas usia pemidanaan anak. Bunyi lengkap Pasal 4 UU No. 3 tahun 1997 sebagai berikut :
1 Batas umur Anak Nakal yang dapat diajukan ke sidang anak adalah sekurang-kurangnya 8 tahun tetapi belum mencapai umur
18 tahun dan belum pernah kawin. 2 Dalam hal anak melakukan tindak pidana pada batas umur
sebagaimana dimaksud dalam ayat l dan diajukan ke sidang pengadilan, setelah anak yang bersangkutan melampaui batas
umur tersebut tetapi belum mencapai umur 21 tahun, tetap diajukan ke sidang anak.
Dari ketentuan di atas jika dihubungkan dengan ketentuan Pasal 1 angka 2 UU No. 3 tahun 1997, diketahui seorang anak dapat diajukan ke
dalam sidang anak dalam batas umur antara 8 tahun sd sebelum 21 tahun, dengan ketentuan perbuatan yang diduga dilakukan anak dalam batas 8
tahun sd 18 tahun. Sidang anak dapat digelar saat anak berumur 18 tahun sd sebelum 21 hanya apabila pada saat perbuatan dilakukan anak belum
mencapai 18 tahun. Jika demikian bagaimana dengan anak yang melakukan kejahatan
sedangkan umurnya kurang dari 8 tahun. Mengenai hal ini Pasal 5 UU No. 3 tahun 1997 menentukan:
1 Dalam hal anak belum mencapai umur 8 delapan tahun melakukan atau diduga melakukan tindak pidana, maka terhadap
anak tersebut dapat dilakukan pemeriksaan oleh penyidik.
2 Apabila menurut hasil pemeriksaan, penyidik berpendapat bahwa anak sebagaimana dimaksud dalam ayat l masih dapat dibina
oleh orang tua, wali, atau orang tua asuhnya,penyidik menyerahkan kembali anak tersebut kepada orang tua, wali, atau
orang tua asuhnya.
3 Apabila menurut hasil pemeriksaan,penyidik berpendapat bahwa anak sebagaimana dimaksud dalam ayat l tidak dapat dibina
oleh orang tua, wali, atau orang tua asuhnya,penyidik menyerahkan anak tersebut kepada Departemen Sosial setelah
mendengar pertimbangan dari Pembimbing Kemasyarakatan.
Dari Pasal 5 di atas diketahui, seorang anak yang melakukan tindak pidana sedangkan umurnya kurang dari 8 tahun tidak dapat diperiksa dalam
sidang anak. Terhadap anak ini ada 2 alternatif tindakan dalam hal ini tindakan yang dilakukan penyidik yaitu :
Pertama : Diserahkan kepada orang tua, wali atau orang tua asuhnya jika penyidik berpendapat orang tua, wali atau orang tua asuh masih
dapat membina. Ke dua : Menyerahkan kepada Departemen Sosial jika dipandang orang
tua, wali atau orang tua asuhnya tidak dapat membina.
E. JENIS-JENIS SANKSI TERHADAP ANAK NAKAL.