KAJIAN ORGANOLOGI LOBAT PAKPAK KARYA MARDI BOANGMANALU DI DESA AORNAKAN KECAMATAN PERGETTENG-GETTENG SENGKUT KABUPATEN PAKPAK BHARA.

KAJIAN ORGANOLOGI LOBAT PAKPAK KARYA MARDI
BOANGMANALU DI DESA AORNAKAN KECAMATAN
PERGETTENG-GETTENG SENGKUT
KABUPATEN PAKPAK BHARAT

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian
Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

MANDIRI BERUTU
2113340027

JURUSAN SENDRATASIK
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2016

ABSTRAK

MANDIRI BERUTU, NIM 2113340027, Skripsi, KAJIAN ORGANOLOGI
LOBAT PAKPAK KARYA MARDI BOANGMANALU DI DESA
AORNAKAN KECAMATAN PERGETTENG-GETTENG SENGKUT
KABUPATEN PAKPAK BHARAT, Medan: Fakultas Bahasa dan Seni,
Universitas Negeri Medan 2016.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui organologi Lobat Pakpak karya Mardi
Boangmanalu, proses pembuatan Lobat Pakpak karya Mardi Boangmanalu di
Desa Aornakan Kecamatan Pargetteng-Getteng Sengkut Kabupaten Pakpak
Bharat, serta bagaimana teknik permainan Lobat Pakpak sebagai pembawa
melodi.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini mencakup teori kajian organologi yang
menjelaskan Lobat dari sudut bentuk, bagian-bagian Lobat, cara pembuatan, dan
cara memainkan Lobat, teori Lobat pakpak, teori karya, dan teori Instrumen
musik.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif.
Lokasi penelitian dilakukan di Desa Aornakan Kecamatan Pargetteng-getteng
Sengkut Kabupaten Pakpak Bharat. Populasi dan Sampel penelitian ini adalah
satu orang profesional Lobat, yaitu Mardi Boangmanalu. Teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi.
Berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan bahwa organologi Lobat Pakpak

karya Bangmanalu yang menjelaskan bagian-bagian lobat yaitu Mouthpece
(bagian mulut), Lobang Suara, Lobang 1, Lobang 2, lobang 3, lobang, 4, lobang 5
sebagai lobang nada, dan lobang udara. Dalam pembuatan Lobat Pakpak alat-alat
yang digunakan adalah parang, pisau, gergaji, besi(ohor-ohor), meteran, dan api
tungku. Bahan yang digunakan adalah bambu dan kayu kering. Proses pembuatan
Lobat Pakpak yang dikerjakan Mardi Boangmanalu adalah pemilihan bambu,
pemotongan bambu, pembuatan lobang suara, pembentukan bagian penutup
mouthpece (bagian mulut), pembentukan mouthpece (bagian mulut) pada lobat,
menutup bagian mulut (mouthpece) pada Lobat, penandaan posisi lobang nada
pada Lobat, dan pembuatan lobang pada Lobat. Teknik permainan Lobat Pakpak
dimainkan dengan cara ditiup, Lobat pakpak tergolong kedalam ansambel OningOningen sebagai pembawa melodi. Lagu yang dibawakan Lobat adalah lagu-lagu
tertentu saja yaitu lagu Oning-Oningen tradisional Pakpak.
Kata kunci : Kajian Organologi, Lobat Pakpak, Mardi Boangmanalu.

i

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat dan kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini
sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan Jurusan

Sendratasik Universitas Negeri Medan.
Adapun judul penulis dalam Skripsi ini adalah “Kajian Organologi Lobat
Pakpak Karya Mardi Boangmanalu Di Desa Aornakan Kecamatan PargettengGetteng Sengkut Kabupaten Pakpak Bharat”. Penulis menyadari bahwa penulisan
Skripsi ini tidak akan dapat terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Skripsi
ini. Penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1.

Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd Rektor Universitas Negeri Medan

2.

Dr. Isda Pramuniati, M.Hum Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas
Negeri Medan

3.

Uyuni Widiastuti, S.Pd Ketua Jurusan Sendratasik Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Medan, Sekaligus Narasumber II yang telah memberikan

saran dan masukan kepada penulis.

4.

Dra. Pita H.D Silitonga M.Pd Sekretaris Jurusan Sendratasik Fakultas Bahasa
dan Seni Universitas Negeri Medan

5.

Dr. Pulumun P.Ginting, S.Sn, M.Sn Ketua Program Studi Musik

6.

Octaviana Tobing, M.Pd Dosen Pembimbing I dan Adina Sastra Sembiring,
M.Pd Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan,
arahan serta motivasi kepada penulis dalam penyelesaian Skripsi ini.

7.

Dra. Tuti Rahayu, M.Si Dosen Pembimbing Akademik sekaligus Narasumber

II yang telah memberikan banyak bimbingan kepada penulis.

8.

Seluruh Dosen dan Staf Sendratasik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas
Negeri Medan yang telah mendidik penulis dalam perkuliahan

9.

Mardi Boangmanalu, informan yang telah memberikan banyak bantuan dan
arahan dalam penulisan Skripsi ini.
ii

10. Kedua orangtua tercinta. Ayah Osman Berutu, A.Ma dan Ibu Norsia
br.Boangmanalu yang telah memberikan doa, didikan, motivasi serta
dukungan baik dalam moral maupun materi kepada penulis sampai akhir
penyusunan Skripsi, serta abang saya Masler Berutu, S.Pd, Periahno Berutu,
S.Pd, Cihur Berutu, S.Pd, Jasper Siketteng, S.Pd, Udur Tumangger, ST dan
kakak saya Enwari Berutu, S.Pd, Maseh Prima Berutu, A.Md, adek saya
Sentina Berutu yang tidak pernah berhenti mendoakan saya untuk terus

semangat didalam menyelesaikan Skripsi ini.
11. Yohanna Pardede,S.Pd yang selalu memberikan doa dan semangat dalam
Penyelesaian Skripsi ini.
12. Teman-teman Marindah Berutu, Fajar Pasaribu, S.Pd, Rini Melinda Sinaga,
S.Pd, Daniel Ambarita,S.Pd, Gaman Cale Kesogihen, SE, Yessy Napitupulu,
S.Pd, Rio David Manalu, Steven Simarmata, Dedy Simamora, S.Pd, Yohanes
Panjaitan, S.Pd yang telah memberikan doa, motivasi dalam menyelesaikan
Skripsi ini.
13. Teman-teman Prodi Pendidikan Musik angkatan 2011, terimakasih atas kerja
sama dan dukungannya selama perkuliahan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Skripsi ini masih jauh dari

kata

sempurna, baik dari segi bahasa maupun isinya mengingat keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman penulis. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
saran untuk perbaikan menuju kesempurnaan Skripsi ini. Akhir kata penulis
mengucapkan terimakasih.

Medan,


April 2016

Penulis

Mandiri Berutu
NIM.2113340027

iii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ......................................................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 8
C. Pembatasan Masalah ............................................................................ 9

D. Rumusan Masalah Penelitian ............................................................... 9
E. Tujuan Penelitian................................................................................. 10
F. Manfaat Penelitian............................................................................... 11
BAB II LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL
A. Landasan teoritis ................................................................................ 12
1. Kajian Organologi........................................................................ 12
2. Lobat Pakpak................................................................................ 14
3. Pengertian Karya.......................................................................... 15
4. Klasifikasi Instrumen Musik ........................................................ 16
B. Kerangka Konseptual ......................................................................... 17
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metodologi Penelitian ........................................................................ 20
B. Populasi dan Sampel .......................................................................... 21

iv

1. Populasi ........................................................................................ 21
2. Sampel.......................................................................................... 21
C. Tempat dan Waktu Penelitian.............................................................22
D. Teknik Pengumpulan Data................................................................. 22

1. Observasi...................................................................................... 22
2. Wawancara................................................................................... 23
3. Dokumentasi ............................................................................... 24
E. Teknik Analisis Data.......................................................................... 26
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian. ................................................. 28
1. Letak Geografis............................................................................ 28
2. Sistem Mata Pencaharian ............................................................. 29
3. Sistem Bahasa .............................................................................. 30
4. Sistem Kesenian ........................................................................... 30
5. Sistem Kekerabatan...................................................................... 34
6. Sistem Kepercayaan ..................................................................... 35
B. Biografi Mardi Boangmanalu ............................................................ 35
C. Kajian Organologi Lobat Pakpak....................................................... 37
1. Bagian-Bagian Lobat Pakpak....................................................... 37
2. Proses Pembuatan Lobat Pakpak ................................................. 38
3. Teknik Permainan Lobat Pakpak ................................................. 54

v


BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................................ 61
B. Saran................................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 66
LAMPIRAN

vi

DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 ...................................................................................................................... 38
Gambar 4.2 ...................................................................................................................... 39
Gambar 4.3 ...................................................................................................................... 40
Gambar 4.4 ...................................................................................................................... 41
Gambar 4.5 ...................................................................................................................... 41
Gambar 4.6 ...................................................................................................................... 42
Gambar 4.7 ...................................................................................................................... 43
Gambar 4.8 ...................................................................................................................... 44
Gambar 4.9 ...................................................................................................................... 45
Gambar 4.10 .................................................................................................................... 46
Gambar 4.11 .................................................................................................................... 47

Gambar 4.12 .................................................................................................................... 48
Gambar 4.13 .................................................................................................................... 49
Gambar 4.14 .................................................................................................................... 50
Gambar 4.15 .................................................................................................................... 50
Gambar 4.16 .................................................................................................................... 51
Gambar 4.17 .................................................................................................................... 52
Gambar 4.18 .................................................................................................................... 53
Gambar 4.19 .................................................................................................................... 54
Gambar 4.20 .................................................................................................................... 54
Gambar 4.21 .................................................................................................................... 55
Gambar 4.22 .................................................................................................................... 55
Gambar 4.23 .................................................................................................................... 56
Gambar 4.24 .................................................................................................................... 57

vii

Gambar 4.25 .................................................................................................................... 57
Gambar 4.26 .................................................................................................................... 58
Gambar 4.27 .................................................................................................................... 58
Gambar 4.28 .................................................................................................................... 59
Gambar 4.29 .................................................................................................................... 59
Gambar 4.30 .................................................................................................................... 61
Gambar 4.31 .................................................................................................................... 61
Gambar 4.32..................................................................................................................... 62

viii

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang masyarakatnya terdiri dari

beragam etnis atau suku asli, yang mendiami wilayah dari

Sabang hingga

Merauke. Banyaknya suku yang ada menjadikan bangsa Indonesia kaya akan
keanekaragaman budaya yang dimiliki setiap suku, dan menjadikan ciri khas dari
suku-suku yang ada di Indonesia. Provinsi Sumatera Utara merupakan wilayah
yang memiliki delapan suku asli yaitu, Karo, Batak Toba, Nias, Batak
Simalungun, Mandailing, Melayu, Tapanuli Tengah dan Pakpak.
Dari delapan suku tersebut masing-masing memiliki ciri khas budaya dan
seni yang beragam. Seni merupakan salah satu hasil budaya dan aktifitas manusia
yang sejajar dengan cabang ilmu lainnya. Hal tersebut dikarenakan adanya
kesadaran manusia terhadap peranan dan hasil seni. Seni hanya sebagai sarana
penghibur atau alat untuk mencapai rasa gembira dan bersenang-senang, namun
dalam pengertian lain seni adalah ungkapan seseorang yang dituangkan kedalam
kreasi dalam bentuk gerak, rupa, nada, dan syair, yang mengandung unsur
keindahan dan dapat mempengaruhi perasaan orang lain. Seni juga banyak
digunakan oleh masyarakat untuk kepentingan budaya masing-masing, misalnya
seni tari, seni ukir, dan seni musik.
Musik adalah suatu hasil karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi
musik, yang mengungkapkan pikiran atau perasaan penciptanya. Lagu atau

1

2

komposisi musik itu merupakan karya seni jika didengarkan dengan
menggunakan suara (nyanyian) atau dengan alat musik (instrumental).
Seni sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat setiap suku, demikian
juga dengan masyarakat Pakpak. Pada suku Pakpak ada beberapa seni yang
merupakan peninggalan nenek moyang, yaitu seni tari, seni pahat, dan seni musik.
Seni musik sangat berperan dalam beberapa acara tertentu pada suku Pakpak,
diantaranya yaitu, acara pernikahan, acara kematian, upacara ritual seperti
mengkurak tulan, mendegger uruk dan hiburan. Bahkan pada zaman dahulu
musik juga berperan dalam pesta rakyat pada saat masa panen hasil pertaian
masyarakat, seperti panen padi dan panen kopi. Konon pada saat musim panen,
semua masyarakat berkumpul untuk merayakan kegembiraan mereka karena hasil
tani yang memuaskan, sehingga diadakannya pesta rakyat dengan musik dan taritarian tradisional Pakpak. Namun sejalan dengan perkembangan zaman, hal ini
tidak dilakukan lagi pada saat ini oleh masyarakat Pakpak.
Suku Pakpak adalah salah satu suku bangsa yang terdapat di Pulau Sumatera
Indonesia. Tersebar di beberapa Kabupaten/Kota di Sumatera Utara dan Aceh,
yakni di Kabupaten Dairi, Kabupaten Pakpak Bharat, Kabupaten Humbang
Hasundutan, Tapanuli Tengah (Sumatera Utara), Kabupaten Aceh Singkil, dan
Kabupaten Subulussalam (Provinsi Aceh).
Suku Pakpak terdiri atas lima sub suku, dalam istilah setempat sering
disebut dengan istilah Pakpak Silima Suak yang terdiri dari (1) Pakpak Klasen,
berdomisili di wilayah Parlilitan yang masuk wilayah Kabupaten Humbang
Hasundutan dan wilayah Manduamas yang merupakan bagian dari Kabupaten

3

Tapanuli Tengah (2) Pakpak Simsim, berdiam di Kabupaten Pakpak Bharat
(3) Pakpak Boang, bermukim di Provinsi Aceh yaitu Kabupaten Aceh Singkil dan
kota

Subulussalam (4) Pakpak Pegagan, bermukim di Sumbul dan sekitarnya di

Kabupaten Dairi (5) Pakpak Keppas, bermukim di kota Sidikalang dan
sekitarnya di Kabupaten Dairi.
Pakpak
Pakpak

Bharat terletak di kaki pegunungan Bukit Barisan. Kabupaten

Bharat terdiri dari delapan Kecamatan yaitu Kecamatan Salak,

Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu, Sitellu Tali Urang Jehe, Kecamatan Kerajaan,
Kecamatan Pergetteng-Getteng Sengkut, Kecamatan Pagindar, Kecamatan
Siempat Rube dan Kecamatan Tinada. Hampir 90 persen penduduk kawasan
Pakpak Bharat beretnis Pakpak, dan selebihnya merupakan pendatang dari suku
lain seperti Batak Toba, Karo, Simalungun, dan Nias, yang bekerja di Pakpak
Bharat. Kegiatan perekonomian masyarakat Pakpak terfokus pada pertanian dan
perkebunan. Ibukota Kabupaten Pakpak Bharat (Salak) berjarak sekitar 193 km
dari Ibukota Provinsi Sumatera Utara (Medan).
Etnis pakpak memiliki budaya yang sudah diwariskan secara turun temurun
dari nenek moyang masyarakat Pakpak. Salah satu bentuk warisan budaya
tersebut adalah kesenian. Kesenian yang diwariskan oleh leluhur masyarakat
Pakpak dalam beberapa bentuk, diantaranya adalah seni tari (tatak), seni ukir, seni
tekstil dan seni musik.
Bagi suku Pakpak musik mempunyai peranan yang sangat penting dalam
aspek kehidupan masyarakatnya, karena hampir seluruh kegiatan adat, ritual dan
hiburan selalu menggunakan musik. Masyarakat Pakpak mempunyai budaya

4

musikal sendiri. Dalam penyajiannya ada yang menggunakan alat musik, vokal,
dan vokal gabungan dengan instrumen musik, dalam penggunaan alat musiknya
ada yang dimainkan secara ensambel dan ada juga secara solo.
Masyarakat Pakpak membagi alat musiknya berdasarkan bentuk penyajian
dan cara memainkannya. Berdasarkan bentuk penyajiannya, alat-alat musik
tersebut dibagi menjadi beberapa ensambel, yakni Genderang Sisibah, Genderang
Sipitu-Pitu, Genderang Silima, Genderang Sidua-Dua, Kalondang dan Gung.
Sedangkan dengan cara memainkannya, instrumen musik tersebut terbagi menjadi
bebrapa kelompok, yaitu : Sipalun (alat musik yang dimainkan dengan cara
dipukul), Sisempulen (alat musik yang dimainkan dengan cara ditiup) dan
Sipeltiken (alat musik yang dimainkan dengan cara dipetik).
Ensambel Genderang Sisibah terdiri dari Genderang Sisibah (Conis Drum
Single Head yang terdiri dari sembilan buah gendang yang berbentuk konis),
Gung Sada Rabaan (idiophone yang terdiri dari empat buah Gung yaitu
Panggora, Poi, Puldep dan Pong-Pong), Sarune (Double Reed Oboe) dan
Cilatcilat (Concussion Idiophone). Dalam penyajiannya ensambel ini dipakai
pada jenis upacara sukacita (Kerja Mbaik) pada tingkatan upacara terbesar saja.
Ensambel Genderang Sipitu-pitu dan Genderang silima terdiri dari alat
musik yang terdapat pada ensambel Genderang Sisibah, perbedaannya hanya
terdapat pada penggunaan Genderang saja. Genderang Sipitu-pitu menggunakan 7
dari 9 gendang yang terdapat pada Genderang Sisibah, sedangkan Genderang
Silima menggunakan 5 dari 9 buah gendang (gendang yang digunakan gendang
pada bilangan ganjil saja diurut dari gendang terbesar). Ensambel ini digunakan

5

pada upacara duka cita (Kerja Njahat) seperti upacara kematian, Mengokal Tulan
(meggali tulang-belulang).
Selanjutnya adalah ensambel Genderang Sidua-dua. Ensambel gendang ini
terdiri dari sepasang gendang dua sisi berbentuk Barrel (Double Head Barrel
Drums). Kedua gendang ini terdiri dari Genderang Inangna (gendang induk,
gendang ibu) yaitu gendang terbesar dan Genderang Anakna (gendang anak,
jantan) yaitu gendang terkecil. Instrumen lainnya yang terdapat dalam ensambel
ini adalah Gung Sada Rabaan, san sepasang Cilatcilat. Ensambel ini digunakan
pada upacara ritual, seperti Mendegger Uruk (upacara mengusir roh penunggu
hutan sebelum diolah menjadi lahan pertanian) dan hiburan saja seperti upacara
penobatan raja atau mengiringi tari pencak.
Ensambel yang terahir adalah Oning-oningen. Ensambel ini terdiri dari
Genderang Sitelu-telu, Gung Sada Rabaan, Lobat (Aerophone), Kalondang
(Xylophone), dan Kucapi (Lut Long Neck). Ensambel ini digunakan pada upacara
sukacita (Kerja Mbaik) seperti upacara pernikahan dan untuk mengiringi tarian.
Lobat merupakan salah satu jenis alat musik yang dipakai dalam bentuk solo
instrumen dan dapat juga digabungkan dengan ensambel musik Oning-oningen
tradisional Pakpak. Lobat merupakan alat musik tiup yang terbuat dari bambu,
panjang istrumen Lobat sekitar 20 cm sampai 25 cm dan memiliki diameter 2 cm.
Lobat memiliki lima lubang nada dan satu lubang penghasil bunyi. Alat musik ini
termasuk kedalam klasifikasi alat musik Aerophone. Lobat dimainkan dengan cara
ditiup dan mengasilkan bunyi seperti suara seruling. Tangga nada lobat terdiri dari
tangga

nada

pentatonik,

yaitu

Do,

Re,

Fi,

Sol,

Si,

Do.

6

Lobat sekarang

jarang ditemui pada ensambel Oning-oningen, dan pembuat

Lobat biasanya adalah orang-orang tua yang cinta terhadap kesenian budaya.
Pada awalnya Lobat merupakan alat musik pribadi yang digunakan sebagai
hiburan pribadi oleh nenek moyang masyarakat Pakpak pada saat menjaga padi
(Muro) diladang. Hiburan pribadi yang dimaksud disini adalah sebagai ungkapan
perasaan yang sedang dirasakan, baik rasa senang, sedih, dan rasa yang tidak
dapat diungkapkan, kecuali memainkan Lobat. Namun pada perkembangannya,
alat musik ini dimasukkan kedalam ensambel Oning-oningen seperti pembawa
melodi pada musik pengiring tari-tarian daerah Pakpak. Pada mulanya pembuat
alat musik Lobat biasanyan pemain alat musik itu sendiri, namun sejalan dengan
waktu pembuat alat musik Lobat pada saat ini sudah sangat sedikit.
Lobat Pakpak terbuat dari bambu, dengan panjang lebih kurang 20 cm
sampai 25 cm, memiliki diameter 2 cm. Instrumen Lobat tergolong kedalam
klasifikasi Aerophone dimana memainkannya dengan cara ditiup sehingga
menghasilkan suara seperti suara seruling. Lobat Pakpak dibuat dengan
menggunakan alat-alat yang sederhana seperti parang, pisau, gergaji, meteran,
besi, dan api tungku untuk memanaskan besi dalam proses pembuatan lubang
pada Lobat.
Saat ini pembuat Lobat tidak banyak lagi. Mardi Boangmanalu adalah satusatunya yang dapat membuat alat musik Lobat di desa Aornakan. Beliau seorang
tamatan Sekolah Dasar (SD) Aornakan, dimana kesehariannya bekerja sebagai
pengrajin instrumen-instrumen yang dipesan oleh orang lain, seperti Lobat,
Kalondang, Sulim (seruling), Sordam, dan Kucapi (Kecapi). Selain membuat

7

Lobat, beliau juga berprofesi sebagai pemain Lobat. Lobat buatan beliau sudah
banyak digunakan oleh pemain Lobat di group musik tradisional yang berada di
Pakpak Bharat, seperti Geby Audio Group, Padang Jambu Group, Manik Ndai
Group, Tania Group dan Nina Nola Group. Nina Nola Group adalah salah satu
group musik tradisional yang personil salah satunya adalah Mardi Boangmanalu.
Penulis berjalan-jalan ke desa Aornakan dan berbincang-bincang dengan
Mardi Boangmanalu yang menyatakan bahwa banyak pemusik tradisi kususnya
pemain Lobat tidak dapat membuat alat musiknya sendiri lagi sesuai dengan
kebiasaan. Hal ini disebabkan oleh kemajuan zaman dan sudah berkurangnya
minat untuk mempelajari musik tradisi kusunya Lobat sehingga banyak
masyarakat

kususnya

masyarakat

pakpak

tidak

mengenali

alat

musik

tradisionalnya sendiri seperti Lobat. Masyarakat pakpak juga banyak yang tidak
mengetahui keberadaan Lobat dan juga fungsi utamanya dalam masyarakat
Pakpak.Saat ini pembuat alat musik Pakpak kususnya pembuat Lobat hanya
tinggal sedikit.
Mardi Boangmanalu adalah salah satu seniman yang tinggal di Desa
Aornakan Kecamatan Pergetteng-Getteng Sengkut Kabupaten Pakpak Bharat.
Selain pembuat instumen Lobat, beliau juga dapat membuat instrumen
Kalondang, Sulim, Sordam, dan Kucapi Pakpak. Beliau juga salah satu pemain
musik tradisional Pakpak yang sudah profesional memainkan berbagai instrumen
musik pakpak seperti Lobat, Sordam, Sulim, Kucapi, Kalondang, dan
Genderrang.

8

Dari uraian latar belakang, maka Penulis tertarik untuk meneliti, mangkaji,
serta menuliskannya dalam sebuah tulisan ilmiah dengan judul “KAJIAN
ORGANOLOGI LOBAT PAKPAK KARYA MARDI BOANGMANALU DI
DESA AORNAKAN KECAMATAN PERGETTENG-GETENG SENGKUT
KABUPATEN PAKPAK BHARAT”.
B.

Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah merupakan sejumlah masalah yang berhasil ditarik dari

uraian latar belakang masalah atau kedudukan masalah yang akan diteliti dan
lingkup permasalahan yang lebih luas. Tujuan dari identifikasi masalah adalah
agar penelitian yang dilakukan menjadi terarah serta cakupan masalah yang
dibahas tidak terlalu luas. Dari uraian latar belakang, maka permasalahan
penelitian ini dapat diidentifikasikan menjadi beberapa bagian, antara lain :
1.

Bagaimana organologi Lobat Pakpak karya Mardi Boangmanalu?

2.

Bagaimana proses pembuatan Lobat Pakpak karya Mardi Boangmanalu di
Desa Aornakan Kecamatan Pergetteng-Getteng Sengkut Kabupaten Pakpak
Bharat?

3.

Bagaimana teknik permainan Lobat Pakpak sebagai pembawa melodi ?

4.

Apa yang menjadi kendala yang dihadapi pada saat pembuatan Lobat
Pakpak?

5.

Mengapa hanya Mardi Boangmanalu satu-satunya yang dapat membuat
Lobat Pakpak di desa Aornakan?

9

C.

Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya cangkupan masalah, keterbatasan waktu, dana dan

kemampuan

teoritis,

maka

perlu

diadakan

pembatasan

masalah

untuk

memudahkan penulis dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam penelitian
ini. Untuk membatasi masalah agar topik menjadi terfokus dan tidak melebar
maka penulis menetapkan pembatasan masalah sebagai berikut ::
1.

Bagaimana organologi Lobat Pakpak karya Mardi Boangmanalu?

2.

Bagaimana proses pembuatan Lobat Pakpak karya Mardi Boangmanalu di
Desa Aornakan Kecamatan Pergetteng-Getteng Sengkut Kabupaten Pakpak
Bharat?

3.

Bagaimana teknik permainan Lobat Pakpak sebagai pembawa melodi?

D.

Rumusan Masalah Penelitian
Rumusan masalah merupakan suatu titik fokus dari sebuah penelitian yang

hendak dilakukan, mengingat sebuah penelitian merupakan upaya untuk
menemukan jawaban pertanyaan, maka dari itu perlu dirumuskan dengan baik
sehingga dapat mendukung untuk menemukan jawaban.
Menurut Maryeani (2005:14) menyatakan bahwa rumusan masalah
merupakan jabaran detail fokus penelitian yang akan digarap. Rumusan masalah
bukan disiskapi sebagai jabaran fokus penelitian karena dalam peraktiknya, proses
penelitian akan senantiasa berfokus pada butir-butir masalah sebagai mana telah
dirumuskan. Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah,
maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

10

Bagaimana kajian organologi Lobat Pakpak karya Mardi Boangmanalu di
Desa Aornakan Kecamatan Pergetteng-Geteng Sengkut Kabupaten Pakpak
Bharat?
E.

Tujuan Penelitian
Setiap penelitian umumnya berorientasi kepada tujuan. Tujuan dirumuskan

untuk mendapatkan gambaran secara jelas hasil yang akan dicapai. Menurut
Sugiyono (2012:5) menyatakan, setiap penelitian mempunyai tujuan dan
kegunaan tertentu. Secara umum tujuan penelitian ada tiga macam yaitu yang
bersifat penemuan, pembuktian, dan pengembangan. Penemuan berarti data yang
diperoleh dari penelitian itu adalah data yang betul-betul baru yang sebelumnya
belum pernah diketahui. Pembuktian berarti data yang diperoleh itu digunakan
untuk membuktikan adanya keragu-raguan terhadap informasi atau pengetahuan
tertentu, dan pengembangan berati memperdalam dan memperluas pengetahuan
yang telah ada.
Tujuan penelitian dibuat untuk mengungkapkan keinginan peneliti dalam
suatu penelitian”. Berhasil tidaknya suatu penelitian yang dilakukan terlihat dari
tercapai tidaknya tujuan penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah :
1.

Untuk mengetahui organologi Lobat Pakpak karya Mardi Boangmanalu.

2.

Untuk mengetahui proses pembuatan

Lobat Pakpak karya Mardi

Boangmanalu di Desa Aornakan Kecamatan Pergetteng-Getteng Sengkut
Kabupaten Pakpak Bharat.
3.

Untuk mengetahui bagaimana teknik permainan Lobat Pakpak sebagai
pembawa melodi.

11

F.

Manfaat Penelitian
Manfaat Penelitian diharapkan dapat mengisi kebutuhan segala komponen

masyarakat, baik dari instansi berkaitan dan lembaga-lembaga kesenian maupun
praktisi kesenian serta bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat luas
kususnya pemain Lobat. Dari penelitian ini diharapkan dapat diperoleh beberapa
manfaat yaitu :
1.

Sebagai bahan dokumentasi untuk menambah refrensi mengenai Lobat
Pakpak di Universitas Negeri Medan khususnya Jurusan Pendidikan Seni
Musik,

2.

Sebagai bahan masukan maupun perbandingan bagi yang memerlukan
untuk penelitian selanjutnya,

3.

Sebagai bahan dokumentasi terhadap kesenian tradisional Pakpak,

4.

Sebagai suatu proses pengaplikasian ilmu yang diperoleh penulis selama
mengikuti proses perkuliahan di Jurusan Seni Musik.

5.

Untuk dunia pendidikan, agar generasi muda dapat mengapresiasi Lobat
Pakpak.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.

KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis dapat menarik

kesimpulan sebagai berikut :
1.

Pembuatan Lobat ini berada di Desa Aornakan Kecamatan PergettengGetteng Sengkut Kabupaten Pakpak Bharat yang dibuat oleh Mardi
Boangmanalu. Mardi Boangmanalu adalah seorang pengrajin Lobat Pakpak
yang handal dan sudah propesional dalam memainkan Lobat Pakpak. Selain
pengrajin Lobat, Mardi Boangmanalu juga dapat membuat berbagai
instrumen tradional Pakpak seperti Kalondang, Genderrang, Kucapi dan
Sordam Pakpak. Dan Mardi Boangmanalu juga sudah profesional dalam
memainkan semua jenis instrumen musik tradisional Pakpak. Ini diteliti dari
prestasi-prestasi yang diperoleh oleh Mardi Boangmanalu yang berprofesi
sebagai seniman tradisional di Kabupaten Pakpak Bharat.

2.

Dalam proses pembuatan Lobat, bahan utama yang digunakan untuk
membuat Lobat yaitu bambu (Buluh Didi). Bambu dipotong dengan
menggunakan gergaji sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan, yaitu
panjang 28,5 cm dan panjang diameter 2 cm pada bagian lobang peniupan
dan 1,8 cm pada bagian lobang udara, serta kayu kering sebagai penutup
Mouthpecce yang dibentuk sesuai dengan ukuran lobang bagian mulut pada
Lobat, yaitu panjang 2,3 cm dengan diameter 1,8 cm dan dapat juga
disesuaikan dengan ukuran lobang pada bagian peniupan. Pembuatan lobang
63

64

suara pada Lobat menggunakan pisau kecil. Jarak antara lobang sura dengan
bagian peniupan diukur dengan cara tradisional yaitu selebar jempol orang
dewasa atau jika diukur dengan meteran panjangnya 2,3 cm. Ukuran lobang
suara disesuaikan dengan ukuran Lobat itu sendiri, yaitu panjang lobang
suara 1,2 cm dan lebar 0,8 cm. Pembuatan penutup Mouthpece
menggunakan parang. Kayu kering yang sudah disediakan dibentuk sesuai
dengan ukuran lobat, karena kayu kering yang akan dibentuk berfungsi
untuk menutup bagian peniupan Lobat atau Mouthpece. Pembentukan
Mouthpece pada Lobat menggunakan pisau kecil, bentuk yang dibuat
menyerupai bentuk Mouthpece pada Recorder. Fungsinya agarpemain Lobat
dapat meletakkan Lobat pada mulut dengan nyaman pada saat memainkan
Lobat. Setelah Mouthpece pada Lobat dibentuk kemudian ditutup dengan
peutup Mouthpece. Proses penandaan posisi lobang pada Lobat dilakukan
dengan cara mengukur panjang Lobat dari lobang suara ke lobang udara
yaitu 26,4 cm. kemudian dari panjang tersebut diambil titik tengah sebagai
posisi lobang pertama (lobang 1). Setelah titik tengah ditentukan, maka
selanjutnya diukur dari titik tengah ke lobang udara, yaitu 13,2 cm. panjang
tersebut dibagi menjdai lima maka hasilnya adalah 2,64 cm. sehingga jarak
antar lobang pertama sampai lobang ke-lima masing 2,64 cm. Titik-titik
yang sudah diukur diberi tanda dengan sayatan kecil menggunakan pisau.
Proses pembuatan lobang dilakukan dengan cara memanaskan besi OhorOhor hingga berwarna merah, kemudian ditusukkan pada Lobat yang sudah
diberi tanda untuk posisi lobang. Besi Ohor-Ohor ditusukkan secara

65

perlajan sambil memuta-mutar hingga terbantuk lobang pada Lobat. Tahap
penyelesaian dalam pengerjaan membuat Lobat dilakukan dengan sederhana
yaitu memperhalus bagian lobang peniupan dan membersihkan seluruh
lobang yang ada pada Lobat.
3.

Lobat dimainkan dengan cara ditiup. Dari pengklasifikasian instrumen
musik berdasarkan sumber bunyinya, maka Lobat tergolong kedalam
klasifikasi Aerophone. Karena sumber bunyinya berasal dari tekanan udara.
Tangga nada yang dihasilkan Lobat adalah tangga nada pentatonik yaitu
DO-RE-FI-SOL-SI-DO (1-2-4#-5-7-1).

4.

Posisi tangan dalam memainkan Lobat ditentukan oleh kenyamanan
masing-masing pemain Lobat. Dalam penelitian ini posisi tangan tangan kiri
berada diatas yaitu pada lobang satu, dua, dan tiga, serta tangan kanaan
berada pada posisi bawah yaitu lobang empat dan lima. Tangga nada Lobat.
Untuk nada DO (1), lobang satu, dua, dan tiga ditutup dengan jari telunjuk
kiri, jari tengah kiri, dan jari manis kiri. Kemudian untuk nada RE (2) jari
manis kiri dibuka, dan untuk nada FI (4#) jari telunjuk kiri dibuka,
kemudian nada SOL (5) semua lobang pada Lobat dalam keadaan terbuka,
untuk nada SI (7) lobang satu, dua, tiga, dan 5 ditutup masing-masing
menggunakan jari telunjuk kiri, jari tengah kiri, jari manis kiri, dan jari
tengah kanan, dan untuk nada DO (1) oktaf sama seperti nada DO (1) netral
hanya saja ditiup lebih keras agar menghasilkan nada tinggi. Posisi badan
pada saat memainkan Lobat dapat dikukan dengan cara duduk dan dapat
juga dengan cara berdiri.

66

B.

SARAN
Dari beberapa kesimpulan yang telah dijelaskan, penulis mengajukan

beberapa saran antara lain :
1.

Diharapkan bagi seluruh masyarakat Pakpak Bharat agar tetap bersamasama menjaga dan melestarikan apa yang telah diwariskan oleh leluhur
dahulu, terutama peninggalan-peninggalan kesenian budaya Pakpak seperti
alat musik tradisional.

2.

Generasi muda diharapkan dapat seperti Mardi Boangmanalu, yaitu
meningkatkan minat

untuk mencintai dan mengenal budaya kesenian

tradisional masyarakat Pakpak Bharat agar tidak dikalahkan dengan
kemajuan teknologi yang semakin canggih, dan juga berminat untuk belajar
membuat instrumen musik tradisional Pakpak.
3.

Seyogianya pemerintah kususnya kabupaten Pakpak Bharat memberikan
perhatian khusus terhadap instrumen-instrumen tradisional Pakpak supaya
tidak menghilang ditengah kemajuan zaman. Dalam hal ini pemerintah
memberikan perhatian melalui sekolah-sekolah yang ada di Kabupaten
Pakpak Bharat agar membuat pelajaran kusus mengenai kesenian dan
budaya tradisional Pakpak.

4.

Disini penulis sadar diri dari segi penjelasan dan kata-kata yang rancau atau
tidak lengkap, kiranya dapat memaklumi dan semoga karya ilmiah ini kelak
nantinya dapat menjadi tolak ukur untuk penulisan karya ilmiah selanjutnya
yang berkaitan karya ilmiah ini.

DAFTAR PUSTAKA
Asmawi, (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balay Pustaka
Handarto, Sri 2011. Organologi dan Akustika I &II.Bandung: Lubuk Agung
Indaya, Azizi Apri. 2009. Kajian Orgamologi Intrumen Perkusi Cajon Hasil
Produksi Medan Sumatera Utara. Medan: Skripsi untuk Mendapatkan
Gelar Sarjana Pendidikan UNIMED.
Maryaeni. 2005, Metode Penelitian Kebudayaan, Jakarta : Bumi Aksara
Maibang,R. 2009. Mengenal Etnis Pakpak Lebih Dekat.Medan.
Panjaitan, Jelita. 2007. Deskripsi Organologi Alat Musik Tiup Sulim Batak Toba.
Medan: Skripsi untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan UNIMED.
Rikho, Purba Rivandi. 2009. Tinjauan Organologi Arbab Simalungun Buatan
Bapak Arsiden Purba di Desa Manik Saribu, Dusun Sait Butu Saribu,
Kecamatan Pematang Sidamanik Kabupaten Simalungun.Medan: Skripsi
untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan UNIMED.
Sihotang, Botan L. 2008. Kajian Organologi Kucapi Pakpak Buatan Bapak Kami
Capah Di Kecamatan Kerajaan Kabupaten Pakpak Bharat. Medan.
Skripsi untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Seni USU.
Spardly, James. 2008. Perticipants Observation. Rinenhart and Wiston
Sugiyono 2012.Metode PenelitianPendidikan. Bandung: Alfabeta
Virganta, Abraham Roma. 2006. Tinjauan Kajian Organologi Alat Musik
BaLobat Karya Ropong Tarigan. Medan Jurnal untuk Mendapatkan
Gelar Sarjana Pendidikan UNIMED.
Wotanto, R. 2010. Organologi ASEAN, t.p. Surakarta
Basando.http://basando.blogspot.com/2013/01/kata-kajian-pengertian-dancontohnya.html#ixzz3ls9H9CX
Graham http://a-research.upi.edu/operator/ upload/bab_ii(7).pdf&ved=
OCCUQFjAEahUKEwjq9tfojuTIAhUFi5QKHczICJI&usg=AFQjCNHI
wIayBMUPIObwPmw7n79AQRSWA)
Nadia Juli Indrani http://digilab.unila.ac.id/4230/14/ BAB%250II.Pdf&ved=
OCBOQFjABahUKEwjq9tfojuTIAhUFi5QKHczICJI&usg=AFQJCNFTI
WJzwr1DReZNrBgesYSXUH-FQg
Zaenal, Abidin. http://blog.elearning.unesa.ac.id./pdf-archive/pengertian-trendmenurut-para-ahli.pdf (diakses tanggal 14 agustus 2015)
67

68

http://karyayangunik.blogspot.co.id/2013/01/pengertian-karya-seni.html
http://kuliahmusikonline.blogspot.co.id/2012/07/sejarahorganologi.html?m=1(diakses tanggal 04 juli 2012)