Kajian Organologi Instrumen Sordam Pakpak Buatan Bapak Icong Manik di Kabupaten Pakpak Bharat

(1)

DAFTAR INFORMAN

1. Nama : Icong Manik Umur : 65 Tahun Pekerjaan : Petani

Pengalaman seni : Pemusik Tradisional Pakpak, Pembuat alat musik tradisional Pakpak

Alamat : Desa Mungkur, Kec. Si Empat Rube, Pakpak Bharat

2. Nama : Sangka Manik Umur : 54 Tahun Pekerjaan : Petani

Pengalaman Seni : Pemusik tradisional Pakpak Alamat : Sibande, Kab. Pakpak Bharat 3. Nama : Pandapotan Solin

Umur : 49 Tahun

Pekerjaan : Pengukir dan pembuat alat musik Tradisional Pakpak

Pengalaman seni : Pemusik Tradisional Pakpak, Pembuat alat musik tradisional Pakpak, Pelaku seni

Alamat : Desa Sukaramai, Kec. Kerajaan, Pakpak Bharat 4. Nama : Mansehat Manik

Umur : 56 Tahun

Pekerjaan : Anggota DPRD Kab. Pakpak Bharat

Pengalaman seni : Budayawan Pakpak, Pelaku seni, pemilik salah satu museum Budaya Pakpak

Alamat : Kota Salak, Pakpak Bharat 5. Nama : Era Banurea

Umur : 47 Tahun

Pekerjaan : Mantan Anggota DPRD Kab.Pakpak Bharat

Pengalaman seni : Penari Tradisional maupun Tari Kreasi Baru Pakpak, Pemusik Tradisional Pakpak, Budayawan Pakpak

Alamat : Desa Salak II, Pakpak Bharat 6. Nama : Mardi Boangmanalu

Umur : 25 tahun Pekerjaan : petani

Pengalaman seni : Pemusik Tradisional Pakpak Alamat : Aornaken, Pakpak Bharat


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Banoe, Panoe. 1984. Pengantar Pengetahuan Alat Musik. Jakarta: C.V. Baru

Berutu, Lister. 2006. Adat & Tata cara Perkawinan Masyarakat Pakpak. Medan: Grasindo Monoratama.

Butar-Butar, Monang. Kajian Tekstual dan Musikologis Tangis Beru Sijahe

Pakpak Dairi Di Desa Silima Kuta Kecamatan Salak. Skripsi

Sarjana S-1, Departemen Etnomusikologi, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.

Dewi, Heristina. 2008. Masyarakat Kesenian Di Indonesia “Masyarakat dan

Kesenian Pakpak-Dairi”. Medan: Studia Kultura, Fakultas Sastra,

Universitas Sumatera Utara.

Hood, Mantle. 1982. The Etnhomusikologist. Ohio: The Kent State University Press

Hornbostel, Erich M.Von and Curt Sach, 1961.Clasification of Musical

Instrument.Translaten from original Jerman by Antoni Brims and

Klaus P. Wachsman.

Jansen H. Sinamo, DAIRI The Hidden Prosperity.2000.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka


(3)

Khasima, susumu. 1978. Measuring and Ilustrating Musical Instrument dalam Musical Voice of Asia, Report of (Traditonal Performing Arts 1978), Tokyo: Heibonsha Limited, Publizer. Terjemahan Rizaldi Siagian.

Koentjaraningrat. 1985. Persepsi Masyarakat Tentang Kebudayaan: Persepsi Tentang Kebudayaan Nasional.

Koentjaraningrat. 1997. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta, Aksara Baru.

Malm, william P. 1964. Music culture of the pasific,the Near East and Asia

Manik, Marliana. 2013. Analisis Fungsi Sosial, Tekstual Dan Musikal Tangis

Simate Pada Masyarakat Pakpak Di desa Siompin, Aceh Singkil.

Skripsi Sarjana S-1, Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Merriam, Alan P. 1964. The Anthropology of Music. Chicago: North Western University Press.

Nettle, Bruno. 1964. Theory and Method Of Etnomusicology. NewYork: The Free Press-A Division Old Mc Milan Publishing, Co, Inc.

Naiborhu, Torang, 2004.” Musik Pakpak Dairi di Sumatera Utara,” dalam Ben Pasaribu (ed), Pluralitas Musik Etnik. Medan: Pusat Dokumentasi dan Pengkajian Kebudayaan Batak. Universitas HKBP Nommensen.


(4)

Sihotang, Batoan. Kajian Organologi Kucapi Pakpak buatan Bapak Kami

Capah di Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat.Skripsi

Sarjana S-1, Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Saragi, Saridin. Kajian Organologis Arbab Simalungun buatan Bapak Arisden

Purba di Huta Maniksaribu Nagori Sait Buttu Saribu.Kec.Pematang Sidamanik Kab.Simalungun.Skripsi Sarjana

S-1, Departemen Etnomusikologi, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.

Tyson, Bonggud. Sulim Batak Toba: Sebuah Kajian Kontinuitas Dan

Perubahan.Skripsi Sarjana S-1, Departemen Etnomusikologi,

Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Pusat Pembinaan Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta, Penerbit Balai Pustaka.


(5)

BAB III

STUDI ORGANOLOGIS SORDAM PAKPAK

3.1 Klasifikasi Alat Musik Sordam Pakpak

Sesuai dengan tinjauan penelitian mengenai organologis alat musik Sordam, penulis mengklasifikasikan alat musik ini ke dalam kelompok aerophone sebagaimana system klasifikasi alat musik yang dikemukakan oleh Curt Sachs dan Hornbostel. Dalam klasifikai tersebut, aerophone dibagi atas beberapa jenis berdasarkan karakteristik masing-masing, yaitu, blownflute, endblownflute,

sideblownflute, whistleflute, vessel flutes, multiple flute, panpipes, recorders, flageolet, dan lain sebagainya. Dengan mengacu pada teori di atas, Sordam jika

dilihat dari sumber dan cara memainkannya yaitu alat musik yang memiliki prinsip kerja hembusan udara, alat musik Sordam ini di golongkan ke pada klasifikasi aerophone yaitu sumber utama bunyi yang dihasilkan oleh getaran udara. Sedangkan dalam pembagian jenis klasifikasi aerophone, Sordam tergolong kedalam end blown flute karena prinsip penghasil bunyi berasal dari tiupan udara pada pangkal atas (ujung) instrumen. Lebih khusus lagi, bunyi yang dihasilkan oleh Surdam berasal dari tiupan udara yang terbelah oleh lingkaran sisi lobang hembusan.


(6)

3.2 Konstruksi Bagian–Bagian Sordam

Konstruksi bagian Sordam adalah gambaran tentang nama yang terdapat pada bagian alat musik Sordamyang mana alat musik ini memiliki 7 lubang, diantaranya adalah 4 lubang nada, 1 lubang landak (penyelaras nada), 1 lubang hembusan, dan 1 lubang keluaran udara.


(7)

3.3 Tehnik Pembuatan Sordam Pakpak

Dalam pembuatan Sordam ini penulis lebih spesifik kepada teknik pembuatan oleh informan kunci penulis yaitu buatan Bapak Paingot Manik yang pembuatannya relatif sederhana tanpabantuan mesin dan tanpa adanya ritual tertentu. Berikut ini penulis akan memaparkan bahan-bahan maupun alat-alat berserta fungsi masing-masing yang digunakan informan kunci penulis dalam pembuatan Sordam Pakpak.

3.3.1 Bahan baku yang digunakan

Pembuatan Sordam tidak sesulit pembuatan alat musik Pakpak yang lain seperti Genderang ataupun kalondang yang membutuhkan bahan baku yang kompleks dengan proses yang sulit dan butuh waktu yang sangat lama. Sordam adalah salah satu alat musik Pakpak yang sederhana dalam proses pembuatannya. Sebab bahan utama yang digunakan dalam pembuatan Sordam hanya seruas bambu dengan ukuran tertentu.

3.3.1.1 Bambu (buluh)

Bambu adalah tanaman jenis rumput-rumputan dengan rongga dan ruas di batangnya. Bambu memiliki banyak tipe. Nama lain dari bambu adalah buluh dalam bahasa Pakpak. bambu merupakan tanaman yang tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Tanaman ini dapat tumbuh di daerah iklim basah sampai iklim kering Menurut Departemen Kehutanan dan Perkebunan (1999:78).


(8)

Bambu merupakan bahan dasar dari alat musik Sordam ini. Pada umumnya bambu yang dipakai sebagai bahan alat musik ini adalah bambu yang tumbuh dekat dengan sungai yang memiliki air terjun, dengan memperhatikan bentuk dan struktur bambu tertentu pula agar dapat membuat alat musik Sordam yang bermutu. Bambu yang dipakai dalam pembuatan Sordam adalah bambu (Buluh)Parapat, buluh laga, buluh didi, buluh Seren dan buluh Bulung Maliali. Diantara bambu di atas yang sering digunakan dalam pembuatan Sordam adalah

buluh Parapat dan didikarna memiliki ruas yang lebih panjang, berdiameter kecil

dan tipis.

Gambar 3.2. Bambu untuk membuat Sordam (Foto Doc. Miduk M. Nadeak)

3.3.2 Peralatan yang digunakan

Merupakan benda-benda atau alat yang dipakai untuk proses pembuatan Sordam. Selain bahan baku yang sederhana, peralatan yang digunakan untuk pembuatan Sordamjuga tidak begitu banyak dan sederhana, yaitu hanya


(9)

membutuhkan parang, daun pandan, pisau, ohor-ohor atau besi panjang, kertas pasir (penghalus) dan pensil.

3.3.2.1 Daun lalang/pandandan Penggaris

Daun lalang dan pandan ini dipakai untuk mengukur panjang bambu dan menentukan jarak lobang nada. Jika sulit menemukan daun lalang maupun daun pandan dapat digantikan dengan penggaris.

Gambar3.3. Daun Pandan (Foto Doc. Miduk M. Nadeak)

Gambar 3.4. Penggaris (Foto Doc. Miduk M. Nadeak)


(10)

3.3.2.2 Pisau Besar (parang, golok)

Pisau besar (parang, golok) digunakan untuk mengambil bambu, membersihkan bambu dari dahan-dahan, memotong kedua batas ruas bambu batas ujung dan batas pangkal bambu.

Gambar3.5 Parang (golok)

(Foto Doc. Miduk M. Nadeak)

3.3.2.3 Pisau

Pisau digunakan untuk membuat lobang hembusan, serta lobang keluaran udara. Pisau jenis ini juga digunakan untuk mengkikis lobang hembusan dan merapikan lobang keluaran nada.

Gambar 3.6. Pisau (Foto Doc. Miduk M. Nadeak)


(11)

3.3.2.4 Ohor-ohor

Ohor-ohor adalah sejenis besi panjang yang digunakan untuk pembuatan

lobang nada dan untuk menghaluskan dan membersihkan bagian dalam bambu. Jika tidak ada ohor-ohor dapat juga menggunakan paku besar, walaupun hal ini sangat jarang dilakukan.

Gambar 3.7. Ohor-ohor (Foto Doc. Miduk M. Nadeak)

3.3.2.5 Kertas Pasir (penghalus)

Kertas pasir digunakan untuk menghaluskan bulu-bulu kasar yang terdapat pada badan bambu. Pada badan bambu terdapat serbuk tajam seperti bulu yang memperlihatkan badan bambu tampak kasar.

Gambar 3.8.Kertas pasir (Foto Doc. Miduk M. Nadeak)


(12)

3.3.2.6 Pensil/Pulpen

Pensil/Pulpen digunakan untuk menandai setiap lubang nada yang telah diukur, untuk memudahkan dalam pelubangan agar posisi lubang tidak bergeser atau salah.

Gambar 3.9. Pensil (Foto Doc. Miduk M. Nadeak)

3.4.3 Proses pembuatan

Proses pembuatan merupakan tahap awal dalam membuat Sordam, dimana pada tahap ini semua cara dalam membentuk badan Sodam dan pengukuran Sordam terdapat dalam proses ini.

Dalam proses pembuatan Sordam yang pertama sekali dilakukan adalah dengan mempersiapkan bahan baku yaitu BuluhParapat, Laga, Didi, Seren dan


(13)

3.4.3.1 Memilih dan Menebang Bambu

Dalam proses pemilihan bambu memiliki teknik sendiri untuk menghasilkan Sordam yang berkualitas yang akan sangat berpengaruh terhadap daya tahan atau kekuatan bambu tersebut. Jenis bambu yang baik untuk dijadikan alat musik Sordam adalah bambu yang sudah tua dan matang, bambu tersebut juga tumbuh berdekatan dengan sungai yang memiliki air terjun. Hal tersebut dimaksudkan agar bambu tidak mengalami perubahan fisik dan kisut/kusut.

Dalam satu bambu hanya satu ruas saja yang dapat digunakan dalam pembuatan Sordam. Kemudian dipilih satu ruas bambu yang paling bagus yang tingkat kebengkokannya lebih rendah dari seluruh ruas bambu.

Gambar 3.10. Buluhdidi


(14)

3.4.3.2 Memotong Bambu

Bambu dipotong melalui ruas bambu dengan memperhatikan sebelumnya posisi ruas dan diameter bambu pada bagian ujung bambu yang akan dijadikan lubang tiup (lobang hembusan). Bambu tersebut dipotong pada bagian bawah ruas ujung bambu dan begitu juga pada bagian ruas pangkal bambu sehingga dapat diperhatikan bahwa bambu yang akan digunakan tidak memiliki buku-buku pada bagian kedua ujungnya. Sehingga kondisi dari bambu berbentuk corong dengan kedua lubang yaitu lubang kedua sisi bambu, tanpa buku pembatas.

Ruas bambu tersebut dipotong dengan menggunakan parang, sehingga menghasilkan bentuk potongan yang lebih teratur. Karena lubang tersebut juga lah yang akan menjadi lubang tiup dan keluaran nada sehingga posisi bambu yang dipotong haruslah merata.

Gambar 3.11. Memotong ruas bambu (Foto Doc. Miduk M. Nadeak)


(15)

Gambar 3.12. Bambu berbentuk corong, tanpa buku-buku (Foto Doc. Miduk M. Nadeak)

3.4.3.2 Membentuk Lubang Tiup Sordam

Setelah ujung dan pangkal bambu berbentuk corong, maka selanjutnya dilakukan pembentukan lubang tiup (lubang hembusan) Sordam dengan mengkikis pada bagian ujung bambu yang akan digunakan sebagai lubang tiupan. Sisi lubang bambu tersebut dibentuk dengan cara dikikis sisi-sisinya pada bagian luar lubang dengan posisi agak miring. Tujuan dari pengikisan ini agar suara yang dihasilkan Sordam lebih merdu dan untuk memberikan kenyamanan pada saat meniup Sordam. Pengkikisan dilakukan dengan menggunakan pisau kecil.

Sebaliknya, pada sisi lubang pangkal bambu tidak perlu dilakukan pengkikisan untuk membentuk miring seperti pada bagian lubang tiup Sordam. Karena pada bagian lubang tersebut hanya dijadikan sebagai saluran udara keluar pada saat meniup Sordam. Pada bagian pangkal bambu cukup dipotong rata saja.


(16)

Gambar 3.13. Pemiringan/Pengikisan pada ujung Bambu (Foto Doc. Miduk M. Nadeak)

Gambar 3.14.Perataan pada pangkal bambu (Foto Doc. Miduk M. Nadeak)

3.4.3.3 Pengukuran Panjang Bambu

Sordam Pakpak memiliki empat lubang nada, dalam mengukur lubang nada Bapak Paingot Manik menggunakan daun lalang/pandan sebagai alat ukur.Cara mengukurnya yaitu daun lalang/pandan dilingkarkan pada pangkal bambu, hasil dari 1 (satu) lingkaran tersebut untuk membuat lubang landak. Lubang landak merupakan batas yang digunakan untuk mengukur dan menentukan lubang nada.


(17)

diukur panjang seluruh ruas bambu, setelah dapat panjang seluruhnnya, daun pandan dilipat dua. Dari panjang seluruhnya yang dibagi dua tadi maka ditentukan letak lubang nada pertama. Kemudian setengah dari panjang seluruh bambu tadi dilipat dua, yang kemudian salah satu lipatannya dibagi dua lagi, kemudian dipotong, dan sisa dari pemotongan yang lebih panjang dilipat dua lagi untuk mendapatkan lubang nada kedua, yang berada dekat ujung lubang landak. Kemudian potongan yang lebih pendek tadi dipakai untuk mengukur jarak lubang nada ketiga yang diukur dari lubang nada kedua. Sedangkan untuk lubang nada ke empat diambil ukuran dari potongan yang lebih panjang tadi dilipat dua. Setelah dilipat dua, maka potongannya dipakai untuk mengukur jarak dari lubang nada pertama. Itulah yang menjadi lubang nada keempat.

Untuk menghasilkan lubang nada, terlebih dahulu ditentukan lubang landak, karena lubang ini menjadi lubang acuan untuk menentukan lubang nada. Untuk mendapatkan lubang landak, dilakukan dengan cara melilitkan daun lalang/ pandan atau tali panjang sekali lilitan pada ujung bambu.

Gambar 3.15. Daun dililitkan pada ujung bambu (Foto Doc. Miduk M. Nadeak)


(18)

Kemudian daun lalang dipanjangkan dan diberikan garis yang kemudian garis itu akan menjadi lubang landak.

Gambar 3.16. lubang landak (Foto Doc. Miduk M. Nadeak)

Lubang landak akan menjadi acuan untuk menentukan lubang nada yang terdapat pada Sordam, Dari acuan garis lubang landak dipanjangkanlah daun lalang/pandan hingga ke ujung bambu. Lalu daun lalang/pandan tersebut di lipat menjadi dua, hasil lipatan tersebut akan menjadi lubang nada pertama.


(19)

Gambar 3.17. Mengukur panjang badan bambu (Foto Doc. Miduk M. Nadeak)

Gambar di bawah ini adalah hasil lipatan daun lalang/pandan tersebut yang akan menjadi lubang pertama.

Gambar 3.18. Pengukura lubang nada pertama (Foto Doc. Miduk M. Nadeak)

Untuk mendapatkan lubang nada kedua setengah dari panjang seluruh bambu tadi dilipat dua, yang kemudian salah satu lipatannya dibagi dua lagi, kemudian dipotong, dan sisa dari pemotongan yang lebih panjang dilipat dua lagi untuk mendapatkan lubang nada kedua, yang berada dekat ujung lubang landak.


(20)

Gambar 3.19. Lubang kedua (Foto Doc. Miduk M. Nadeak)

Untuk mendapatkan lubang nada ketiga diambil dari sisa potongan pertama untuk membuat lubang kedua.

Gambar 3.20. Potongan yang dibuang untuk mendapatkan pengukuran lubang kedua


(21)

Gambar 3.21. Pengukuran lobang ketiga (Foto Doc. Miduk M. Nadeak)

Selanjutnya untuk mendapatkan lubang nada keempat hasil pengkuran lubang kedua tadi dibagi dua dan dapatlah lubang ke empat.

Gambar 3.22. Daun lalang/pandan hasil pengukuran kedua dibagi dua (Foto Doc. Miduk M. Nadeak)


(22)

Gambar 3.23. Pengukuran lubang keempat (Foto Doc. Miduk M. Nadeak)

3.5 Tahap Penyempurnaan

Tahap penyempurnaan merupakan proses finishing dari pembuatan Sordam, dimana pada tahap sebelumnya merupakan tahap pembentukan badan Sordam seperti memotong bambu, pembuatan lubang tiupan, lubang keluaran udara, dan mengukur / memberi tanda lubang nada pada badan Sordam.

Pada tahap proses penyempurnaan adalah memberi lubang pada Sordam, hal pertama yang dilakukan adalah pembuatan lubang landak, setelah itu memberi lubang nada yang sudah diukur jaraknya dan diberi garis. Setelah proses pelubangan selesai, maka dilanjutkan dengan pembersihan bagian dalam Sordam dan penghalusan bagian Sordam dengan kertas pasir, yang bertujuan untuk memperindah tampilan Sordam dan memberikan kenyamanan jari-jari pada saat memainkan Sordam.


(23)

Gambar 3.24. Garis lubang nada (Foto Doc. Miduk M. Nadeak)

Gambar 3.25. Pembuatan lubang Sordam (Foto Doc. Miduk M. Nadeak)

Gambar 3.26. Membersihkan bagian dalam sordam (Foto Doc. Miduk M. Nadeak)


(24)

Gambar 3.27. Menghaluskan badan Sordam (Foto Doc. Miduk M. Nadeak)

3.6 Ukuran Bagian–bagian Sordam

Pengukuran sordam oleh Bapak Paingot Manik dilakukan dengan cara tradisional dengan menggunakan daun lalang/pandan. Pada tulisan ini penulis menggambar (menuliskan) ukuran-ukuran yang terdapat pada alat musik Sordam tentang panjang dan diameter badan bambu, dan ukuran jarak nada Sordam dengan menggunakan alat pengukur. Untuk mengetahui berapa ukuran bagian-bagian Sordam penulis menggunakan penggaris, maka di bawah ini adalah gambar dari ukuran yang terdapat pada Sordam.

Ukuran bagian Sordam dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Panjang bambu Sordam 53 cm Diameter bambu dalam 1,5 cm


(25)

Gambar 3.28. ukuran Sordam

(Foto Doc. Miduk M. Nadeak) 3.7 Kajian Fungsional

Studi Fungsional memperhatikan fungsi dari alat dan komponen yang menghasilkan suara, antara lain membuat pengukuran dan pencatatan terhadap metode memainkan alat musik tersebut, metode pelarasan dan keras lembutnya suara bunyi, nada, warna nada dan kualitas suara yang dihasilkan oleh alat musik tersebut (Suzumu, 1978:174).

Dalam tulisan ini penulis akan mengkaji tentang kajian fungsional terhadap proses belajar, sistem pelarasan, cara memainkan Sordam, nada yang dihasilkan, dan teknik memainkanya.


(26)

3.7.1 Proses Belajar

Secara garis besar definisi mengajar dapat dibedakan antara pandangan tradisional dan modern. Secara tradisional mangajar diartikan sebagai upaya penyampaian/penanaman pengetahuan pada anak. Dalam pengertian itu anak dipandang sebagai obyek yang sifatnya pasif. Pengajaran berpusat pada guru. Gurulah yang memegang peranan utama dalam proses belajar-mengajar.

Mengajar modern berpandangan bahwa mengajar merupakan suatu aktivitas mengorganisasi atau mengaur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses belajar (Nasution,1977:7). Dalam kaitannya bahasan strategi pengertian mengajar modern inilah yang dianutnya, sehingga mengajar diartikan sebagai penciptan suatu sistem lingkungan yang memungkinkan terjadi proses belajar (Raka Joni,1984:2).Pengajaran itu terdiri dari sejumlah komponen yang salaing berhubungan dan saling pengaruh mempengaruhi satu sama lain dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran yang telah dirumuskan.

Kesimpulannya adalah proses pembelajaran yaitu suatu proses interaksi antara murid dengan pengajar dan sumber belajar dalam suatu keadaan. Pembelajaran merupakan bentuk bantuan yang diberikan pengajar supaya bisa terjadi proses mendapatkan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran serta tabiat, pembentukan sikap dan kepercayaan pada murid. Dapat dikatakan bahwa pembelajaran adalah proses untuk membantu murid supaya bisa belajar secara baik.


(27)

Menurut hasil wawancara dengan Bapak Paingot ManikManik, proses belajar agar dapat memainkan Sordam ini yang pertama kali harus didasari keinginan yang kuat dan memiliki kesabaran. Dalam masyarakat Pakpak belajar alat musik tradisional itu dilakukan secara lisan yaitu si murid akan disuruh mendengarkan dengan baik ketika gurunya memainkan Sordam ini. Kemudian si murid belajar memainkan alat musik sambil mengingat nada-nada yang dimainkan oleh gurunya tadi. Begitulah prosesnya sampai si murid dapat memainkan Sordam dengan baik dan benar. Setelah guru merasa muridnya telah menguasai cara memainkan alat musik tersebut maka sang guru akan mengajak muridnya untuk memainkan alat musik tersebut secara bersamaan.

Dari hasil pengamatan dan wawancara penulis bahwa belum ada seorang pun wanita yang memainkan alat musik Sordam ini. Selain itu, rata-rata pemain Sordam Pakpak memiliki kemampuan supranatural.

3.7.2 Sistem Pelarasan Bunyi

Jarak antara lubang-lubang yang ada pada bambuSordam sangatlah bepengaruh dengan nada yang dikeluarkan. Namun, ini juga belum bisa menjamin akan keharmonisan bunyi yang dihasilkan oleh Sordam tersebut. Itu disebabkan karena pengaruh dari ruang resonator dan ukuran lubang-lubang nada pada bambu Sordam.

Untuk melaraskan nada Sordam, Bapak Paingot Manik sedikit pun tidak dibantu dengan alat yang bisa mengetahui atau mendeteksi setiap nada yang dikeluarkan oleh Sordam yang telah di buat beliau. Bapak Paingot Manik hanya


(28)

menggunakan kepekaan dari telinganya untuk mengetahui apakah nada-nada dari Sordam buatannya tersebut telah sejalan (sikron), cocok dan harmonis untuk didengar. Cara pertama yang dilakukan beliau yaitu dengan memainkan sordam tersebut dan merasakan kerhamonisan bunyi nada yang di hasilkan. Apa bila bunyi Sordam tersebut kurang harmonis atau ada nada yang baling (sumbang), maka pada bagian lubang nada akan di perbaiki, untuk memperbaikinya beliau menggunakan cara yaitu memperlebar lubang tersebut, hingga nada bunyi yang dihasilkan benar-benar Sinkron dan harmonis untuk didengar. Cara kedua yang dilakukan beliau adalah dengan mengkikis lubang hembusan Sordam. Jadi, beliau dalam melaraskan bunyi Sordamnya hanya menggunakan perasaan dan kepekaanya terhadap bunyi yang di hasilkan Sordam tersebut.

Jika ingin mendapatkan Sordam bernada tinggi dicarilah bambu dengan diameter kecil, dan sebaliknya untuk mendapatkan nada yang rendah diameternya bambu diambil yang besar.

3.7.2 Cara Memainkan Sordam

Alat musik merupakan instrumen yang dimodifikasi dengan tujuan untuk menghasilkanbunyi. Pada prinsipnya, segala sesuatu yang memproduksi dengan cara tertentu bisa diatur oleh pemain, dapat disebut sebagai Walaupun demikian, istilah ini umumnya diperuntukkan bagi alat yang khusus ditujukan untuk musik. Alat musik tiup menghasilkan suara sewaktu suatu kolom udara didalamnya digetarkan. Tinggi rendah nada ditentukan ole gelombang yang dihasilkan terkait dengan panjang dan besar ruang resonator,


(29)

sedangkan menghasilkannya seperti alat musik Sordam.

Sordam dimainkan dengan cara menghembuskan udara melalui mulut, dimainkan dengan posisi berdiri ataupun dalam posisi duduk. Sordam diposisikan berada sejajar di depan tubuh. Cara meniup alat musik Sordamdengan posisi mulut tepat pada ujung sisi Sordam berada pada samping bibir dan udara yang masuk harus sedikit. Sordam dipegang dengan kedua tangan, dimana jari pada tangan kiri dan jari tangan kanan berfungsi sebagai pengatur nada.

1. Tangan kiri memegang Sordam bagian atas, dan tangan kanan memegang bagian bawah

2. Kepala dimiringkan sedikit 3. Posisi badan tegak

4. Lobang tiup diletakkan tepat di bagian ujung sisi mulut kiri atau kanan.

Berikut adalah gambaran dari cara memainkan alat musik Sordam, dari mulai posisi tangan dan jari terhadap lubang nada, posisi badan saat memainkan alat musik Sordam dan posisi mulut saat meniup lubang hembusan.


(30)

Gambar 3.29. Posisi badan pemain Sordam (Foto Doc. Miduk M. Nadeak)

Gambar 3.30. Posisi jari pemain Sordam (Foto Doc. Miduk M. Nadeak)


(31)

Gambar 3.31. Posisi mulut pemain Sordam (Foto Doc. Miduk M. Nadeak)

3.7.3 Nada yang di Hasilkan Alat Musik Sordam

Nada yang terdapat pada alat musik Sordam yaitu dari nada terendah sampai nada tertinggi dengan panjang bambu Sordam 53cm dengan diameter 1,5cm maka nada tonal yang dihasilkan oleh Sordam adalah nada E (kurang lebih 330 Hz). alat musik Sordam merupakan alat musik melodis yang menghasilkan lima nada (pentatonic), yaitu nada do – ri – fi – sol – le. Kemudian dapat mengikuti tangga nada barat, yaitu jarak nada I ke nada ke II berjarak 1 ½ laras, nada ke II ke nada ke III berjarak 1 ½ laras, nada ke III ke nada ke IV berjarak ½ laras, nada ke IV ke nada ke V berjarak 1 ½ laras. Maka melalui jarak laras nada diatas nada kedua pada Sordam adalah nada G, nada ketiga adalah #A (ais), nada keempat adalah B dan nada kelima adalah nada D.

Semua lubang nada Sordam jika ditutup akan menghasilkan nada E yang menjadi nada dasarnya, kemudian jika jari pertama dibuka akan menghasilkan nada G, selanjutnya jari pertama dan kedua dibuka menghasilkan nada #A (ais),


(32)

jari pertama, kedua, ketiga dibuka akan menghasilkan nada B, dan semua lubang nada dibuka akan menghasilkan nada D.

Untuk membantu pemahaman dalam mengilustrasikan nada-nada yang dihasilkan dalam alat musik Sordam, dibawah ini kita akan melihat contoh gambar interval nada pada Sordam yang memiliki nada dasar “E=Do”

Gambar 3.32. Lubang nada semua di tutup menghasilkan nada E (Foto Doc. Miduk M. Nadeak)


(33)

Gambar 3. 33. Jari pertama dibuka akan menghasilkan nada G (Foto Doc. Miduk M. Nadeak)

Gambar 3.34. Lubang pertama dan kedua dibuka akan menghasilkan #A (Foto Doc. Miduk M. Nadeak)


(34)

Gambar 3.35. Lubang pertama, kedua dan ketiga dibuka menghasilkan nada B (Foto Doc. Miduk M. Nadeak)

Gambar 3. 36. Lubang pertama, dua, tiga dan empat dibuka menjadi nada D (Foto Doc. Miduk M. Nadeak)


(35)

3.7.4 Teknik Memainkan Sordam

Teknik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai cara membuat sesuatu, cara yang terkait dalam sebuah karya seni. Menurut Banoe (2003:409) teknik permainan merupakan cara atau teknik sentuhan pada alat musik atas nada tertentu sesuai petunjuk atau notasinya. Dapat disimpulkan,teknik dalam musik berarti cara melakukan atau memainkan suatu karya seni dengan baik dan benar. Permainan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:41) mengandung arti suatu pertunjukan dan tontonan. Dalam hal ini, permainan dapat diartikan sebagai perwujudan suatu pertunjukan karya seni yang disajikan secara utuh dari mulai pertunjukan sampai akhir pertunjukan. Setianingsih (2007–19) menjelaskan bahwa teknik permainan merupakan gambaran mengenai pola yang dipakai dalam suatu karya seni musik berdasarkan cara memainkan instrumen beserta pengulangan dan perubahannya, sehingga menghasilkan suatu komposisi musik yang bermakna sesuai dengan nada-nada sehingga menghasilkan suatu komposisi musik yang indah.

Dalam memainkan Sordam ada beberapa teknik yang dipakai, yaitu untuk menghasilkan nada pertama bernafas dengan biasa saja dan dihembus secara perlahan, tidak terlalu keras. Untuk mendapatkan nada kedua dilakukan hembusan sedikit lebih kuat dari hembusan nada pertama. Selanjutnya untuk hembusan nada ketiga dilakukan hembusan yang lebih kuat dari hembusan kedua, untuk nada keempat dilakukan juga hembusan yang lebih kuat lagi dari hembusan ketiga dan selanjutnya untuk hembusan kelima dibutuhkan tekanan udara yang lebih kuat dari nada keempat.


(36)

Teknik yang dilakukan dalam permainan Sordam adalah teknik penjarian dan pernafasan, penjarian terhadap lubang nada haruslah cepat, lubang nadanya dibuka dan ditutup dengan cepat oleh jari secara berkala, jari tidak diangkat terlalu tinggi dari lubang nada. Pemain Sordam mengambil nafas dari hidung dan dibutuhkan teknik pernafasan yang disebut dengan pulih nama (circularbreathing)agar dapat bermain Sordam dengan baik.

Pada tulisan ini penulis akan menggambarkan tentang teknik permainan dengan menggunakan tablature. Tablature menggambarkan tentang nada pada alat musik, sehingga diketahui nada apa yang dihasilkan alat musik tersebut.


(37)

3.8 Sample Lagu

Repertoar Sordam yang terkenal dimasyarakat Pakpak adalah Sarundang Leto dan Uil-uil mate tongkap yang menceritakan seekor lebah yang meminum air aren sampai kekenyangan dan kemudian mati karena kekenyangan. Penulis memilih repertoar Sarundang Leto yang akan ditranskripkan ini menceritakan tentang burung yang saling menyapa burung lainnya. Ketika, salah seekor burung sedang diatas pohon memakan buah dari pohon tersebut dan seekor burung tersebut mendengar bahwa ada burung lain juga yang melintas dari dekat pohon itu maka seekor burung tersebut mengeluarkan suaranya untuk memanggil burung lainnya yang melintas agar temannya burung tadi mendengarnya dan datang menemuinya untuk sama-sama memakan buah dari pohon tersebut.

Maksud dari repertoar ini bagi masyarakat Pakpak adalah agar kita sebagai manusia hendaklah saling berbagi dan tolong menolong dengan sesama, janganlah menikmati segala sesuatu itu sendiri saja tetapi memikirkan teman yang lain juga.


(38)

(39)

BAB IV

EKSISTENSI DAN FUNGSI SORDAM PAKPAK

4.1 Asal Usul Sordam Pakpak

Asal usul alat musik Sordam Pakpak hingga saat ini masih belum dapat diketahui secara pasti, sebab masih jarang ditemukan penelitian-penelitian maupun tulisan-tulisan yang berhubungan tentang alat musik Sordam. Meskipun demikian, penulis berusaha mencari tahu tentang sejarah keberadaan alat musik Sordam secara lisan maupun tulisan.

4.1.1 Sejarah Sordam

Mengisahkan tentang seorang anak laki-laki yang sudah yatim piatu yang tinggal bersama dengan saudaranya. Sejak ditinggal kedua orang tuanya, si anak tersebut dibesarkan saudaranya. Dari kecil dia selalu disuruh bekerja oleh saudaranya. Ketika dia beranjak dewasa dia tetap mengerjakan pekerjaannya yaitu menjaga padi di ladang (memuro). Suatu hari saudaranya tersebut memberikan satu peringatan keras terhadapnya agar padi tersebut dijaga ketat, jika tidak dijaga dengan ketat maka dia akan dijatuhi hukuman. Pada saat menjaga padi tersebut, dia selalu berusaha supaya tidak tertidur. Karena jika hal itu terjadi maka padi tersebut akan dimakan oleh monyet. Pada saat dia mengelilingi ladang padi tersebut sembari berjaga-jaga, dia mengambil beberapa daun lalang (rih). Kemudian dia mulai berpikir apa yang bisa dibuat dengan lalang yang berada ditangannya tersebut. Dia memutarkan dari ujung lalang dijari telunjuknya, serta berpikir apa lagi yang dapat dihasilkan.


(40)

Setelah mendapat ide baru, dia mengambil bambu membersihkan dan memotong dan melobangi bambu tersebut. Bambu tersebut ditekankan ke air dan dijadikan sebagai kincir. Dia mendengar ada berbagai bunyi-bunyian yang dihasilkan kincir tersebut. Sambil mendengar bunyi-bunyian tersebut, muncul ide baru apa yang bisa dikerjakan untuk menghasilkan suara yang dihasikan oleh bunyi-bunyian dari kincir tersebut. Setelah itu muncul ide baru, dia mengambil kayu kemudian memotongnya menjadi berbagai bentuk dan menjadikannya alat yang bisa menghasilkan suara yang dibunyikan oleh kincir tersebut. Dari inspirasi tersebut maka dia menghasilkan alat musik kalondang, genderang dan alat musik lainnya termasuk Sordam.

4.2 Fungsi dan Penggunaan Sordam

Musik dan manusia adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya saling melengkapi. Manusia membutuhkan musik sebagai media hiburan dan pengungkapan perasaan. Sementara itu, musik ada karna kehadiran manusia.

Musik adalah sarana manusia untuk mencurahkan perasaannya melalui suara. Musik mengungkapkan apa yang manusia rasakan yang tidak dapat di ungkapkan melalui perkataan dan perbuatan. Oleh karena, musik adalah kesenian yang mempergunakan suara sebagai media ekspresi, baik suara manusia maupun instrument. Di dalam suara tersebut terkandung melodi, birama, harmoni, dan warna suara.


(41)

Dalam kehidupan masyarakat Pakpak, musik memiliki peranan yang sangat penting. Adapun penggunaan dan fungsi seperti yang dikemukakan oleh Merriam (1964 : 210) yaitu:

“Use then,refers to the situation on in which music is employed

in human action; “Function” concerns the reson for it employment and particularly the broader purpose which it serves”.

(Penggunaan, berkenaan terhadap suatu keadaan bagaimana musik tersebut dipakai dalam kegiatan manusia; Fungsi, meliputi alasan pemakaian dan terutama dalam lingkup yang luas, sejauh mana musik itu dapat memenuhi kebutuhan manusia tersebut.)

Penggunaan dan fungsi di dalam musik merupakan suatu pembahasan yang sangat penting. Hal tersebut dikarenakan musik memiliki aspek-aspek di dalam kehidupan manusia dan efeknya terhadap suatu masyarakat. Dengan kata lain, penggunaan menyangkut konteks permainan musik, sementara fungsi menyangkut kepada bagaimana dan untuk apa musik tersebut disajikan. Dalam hal ni penulis akan melihat penggunaan dan fungsi dari hasil kultur kesenian masyarakat Pakpak dengan fokus objek penelitian penulis Sordam Pakpak.

4.2.1 Penggunaan

Menurut Herkovits (1964: 217-218) dalam Merriam, penggunaan musik dapat dibagi menjadi lima kategori unsur-unsur budaya yaitu : Kebudayaan Material,Kelembagaan Sosial, Hubungan Manusia dengan Alam, Estetika, dan


(42)

bahasa. Berdasarkan kelima kategori tersebut, penggunaan Sordamdalam konteks unsur-unsur budaya dapat diuraikan kedalam dua kategori di atas yaitu, Hubungan Manusia dengan Alam, dan Estetika.

4.2.1.1 Hubungan Manusia dengan Alam

Hubungan manusia dengan alam sekitarnya sangatlah erat kaitannya. Dalam hal ini penggunaan Sordam Pakpak sangat penting sebagai sarana komunikasi terhadap alam. Penggunaan alat musik Sordam dapat dilihat dalam upacara Mengalap Tendi yaitu upacara untuk memanggil roh orang yang hilang maupun roh orang yang sudah meninggal untuk mengetahui keberadaan tubuhnya dimana saat itu.

4.2.1.2 Estetika

Estetika mengacu pada nilai keindahan yang berasal dari ekspresi hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati melalui mata dan telinga. Musik merupakan suatu karya seni yang menjadi media pengungkapan perasaan seseorang yang di ungkapkan melalui alunan nada atu melodi, baik dalam bentuk vokal maupun instrumental.

Melalui musik dapat terlaksana dengan baik, ketika seseorang ingin menyampaikan gagasan atau ide tanpa mengharapkan respon secara langsung. Pesan-pesan yang ingin disampaikan dituangkan kedalam sebuah lagu ataupun kedalam alunan musik yang kemudian dapat dinikmati diri sendiri maupun orang lain. Berdasarkan hal tersebut maka alat musik Sordam termasuk kedalam


(43)

penggunaan estetika dikarenakan Sordam dipakai sebagai alat pelipur lara, baik ketika bahagia maupun sedih, sebagai media untuk menyalurkan perasaan sipemain.

4.2.2 Fungsi

Menurut Alan P. Merriam (1964:219-226) fungsi dapat dibagi dalam 10 kategori yaitu:

1. Fungsi pengungkapan emosional 2. Fungsi penghayatan estetis 3. Fungsi hiburan

4. Fungsi komunikasi 5. Fungsi perlambangan 6. Fungsi reaksi jasmani

7. Fungsi yang berkaitan dengan norma sosial

8. Fungsi pengesahan lembaga sosial dan upacara keagamaan 9. Fungsi kesinambungan budaya

10. Fungsi pengintegrasian masyarakat

Dalam penyajian Sordam Pakpak dapat dikategorikan ke dalam beberapa fungsi di atas yaitu, fungsi pengungkapan emosional, fungsi hiburan, fungsi komunikasi, dan fungsi reaksi jasmani.


(44)

4.2.2.1 Fungsi Pengungkapan Emosional

Musik mempunyai daya yang besar sebagai sarana untuk mengungkapkan rasa atau emosi (misalnya, rasa sedih, rindu, bangga, tenang dan rasa kagum pada dunia hasil ciptaan Tuhan) bagi para pendengarnya (Merriam, 1964:223). Reaksi- reaksi tersebut bisa berupa ekspresi langsung seperti menyanyi mengikuti lagu yang dimainkan atau mendengarkan secara tenang dan seksama tanpa banyak pengungkapan suasana hati yang terlihat secara langsung.

Dalam penyajiannya, Sordam dalam pengungkapan emosional dimainkan secara tunggal. Pemain Sordam Pakpak dapat merasakan sesuatu perasaan di dalam dirinya, disebabkan pemain Sordam seolah-olah ikut hanyut dalam melodi yang dimainkannya tersebut. Sehingga dalam hal ini musik dapat ditunjukkan untuk mewujudkan kehidupan emosional.

A Musical work is therefore a presentational symbol. But if it a symbol it must proses a structure analogous to the structure

ofthe phenomenom it symbolizes it must share a common

logical from –with its object. And the way in wich a musical work can resemble some segment of emotional life is by it possessing the same temporal structure as that segment. The dynamic structure the mode of development, of a must if calw work and and the for min which emotion isexper zen ced can resemble each other in their patterns of motion and rest, of tention and release, of agreement and disagreement,


(45)

preparation, ullfilrnent, excitation, sudden change etc. Music is a presentation of symbol of emotional life (Budd, 1985: 109).

Dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Budd yang melihat sisi kemasyarakatan yang dibangun dari emosional manusianya dengan suatu bentuk aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri. Untuk itu energy musikal yang dihasilkan dari hasil permainan Sordam Pakpak ini memberikan pengaruh terhadap sisi penghayatan oleh si penyaji dan si penikmat seni.

Sordam Pakpak sering digunakan untuk menghibur diri dari rasa kesepian, rindu kepada orang tua, keluarga ataupun kepada seseorang yang di cintai. Si pria memainkan Sordam dan melalui melodi-melodinya mengungkapkan rasa ingin bertemu kepada orang-orang yang dirindukannya.

Sordam juga digunakan untuk mengungkapkan perasaan kepada seorang gadis yang disukai ataupun di cintai. Melalui Sordam seorang gadis bisa jatuh cinta kepada si Parsordam karena didalam Sordam tersebut sudah dibuat Petunang agar si gadis mau mencintainya.

4.2.2.2 Fungsi Hiburan

Pada setiap masyarakat di dunia, musik berfungsi sebagai alat hiburan karena musik dapat memberikan ketenangan, kebahagiaan dan kepuasan tertentu kepada yang mendengar (Merriam 1964 : 224)

Hiburan adalah suatu kegiatan yang menyenangkan bagi seseorang atau publik. Musik merupakan media yang memiliki fungsi menyenangkan hati, membuat rasa puas akan irama, bahasa melodi, atau keteraturan dari harmoninya.


(46)

Seseorang bisa saja tidak memahami teks musik, tetapi ia cukup terpuaskan atau terhibur hatinya dengan pola-pola melodi, atau pola-pola ritme dalam irama musik tertentu.

Pada umumnya alat musik Pakpak dibuat dan dimainkan hanya untuk menghibur diri sendiri dari rasa sedih, sepi, lelah ataupun bosan. Ketika Sordam dimainkan di juma (ladang/kebun) atau di sabah (sawah) maka orang yang mendengarkan alunan tersebut akan merasa terhibur dan itu dapat menghilangkan rasa lelah bagi yang mendengarkan alunan Sordam tersebut. Sordam cenderung dimainkan hanya untuk menghibur diri sendiri bukan dimainkan ditempat ramai atau pertunjukan hiburan.

4.2.2.3 Fungsi Komunikasi

Musik sudah sejak dahulu digunakan sebagai alat komunikasi baik untuk alat komunikasi dalam kondisi baik maupun dalam kondisi perang. Komunikasi bunyi yang menggunakan sangkakala (sejenis trumpet), trumpet kerang juga digunakan dalam suku-suku bangsa pesisir pantai, kentongan juga digunakan sebagai alat komunikasi keamanan di Jawa, dan teriakan-teriakan pun dikenal dalam suku-suku asli yang hidup baik di pegunungan maupun di hutan-hutan. Bunyi-bunyi teratur, berpola-pola ritmik, dan menggunakan alur-alur melodi itu menandakan adanya fungsi komunikasi dalam musik.

Musik mampu menyampaikan suatu (pesan) kepada siapa yang akan dituju yang dilatarbelakangi oleh kebudayaan yang membentuk musik tersebut (Merriam, 1964:224). Merriam berpendapat bahwa kemungkinan yang paling


(47)

jelas ialah komunikasi dihadirkan dengan cara menanamkan makna-makna simbolis ke dalam musik yang secara tidak disadari diakui oleh para warga komunitas tersebut. Penanaman makna-makna simbolis dapat terjadi dalam salah satu dari kedua macam cara berikut: secara sadar atau secara bawah sadar.

Di dalam masyarakat Pakpak Sordam ini dipakai untuk berkomunikasi dengan roh orang yang hilang dengan memanggil batin si orang hilang dan menanyakan keberadaannya dimana. Ketika mencari asal usul, masyarakat Pakpak juga memanggil roh leluhur mereka dan menanyakan tentang marga atau asal usulnya.

4.2.2.4 Fungsi Reaksi Jasmani

Reaksi jasmani muncul ketika adanya penghayatan yang menghasilkan emosional, dan emosional tersebut diungkapkan melalui reaksi jasmani. Wujud dari reaksi jasmani tersebut dapat dilihat dari upacara Mengalap Tendi, menurut Bapak Pandapotan Solin si pemain akan meniup Sordam dan kemudian perlahan alunan suara Sordam akan membawa sibaso10atau yang memainkan Sordam tersebut yang akan kesurupan. Si baso maupun si pemain akan mengalami trance disebabkan mereka fokus mengikuti alunan suara Sordam dan dipikiran mereka adalah orang yang akan dipanggil tersebut.

10 Si baso sama dengan Datu adalah panggilan kepada orang yang memiliki kemampuan


(48)

4.4.2.5FungsiPengesahan Lembaga Sosial dan Upacara Agama(Ritual)

Upacara mengalap tendi merupakan upacara untuk memanggil roh. Ada dua jenis untuk memanggil roh yaitu, memanggil roh orang yang telah meninggal dunia untuk menanyakan asal usul dan kedua memanggil roh orang yang menghilang dengan tujuan untuk mengetahui keberadaannya apakah orang tersebut masih hidup atau sudah meninggal. Dalam acara ini terdapat pendukung acara yang harus ada ketika upacara dilakukan yaitu sibaso, pemain Sordam, dan keluarga atau kerabat yang rohnya akan dipanggil. Kata pertama yang diucapkan melalui permainan Sordam adalah perante metmet11

, kemudian pemain Sordam

dan sibaso mulai memanggil batin dari yang hilang tersebut. Menurut Bapak Paingot Manikacara mengalap tendi ini hanya boleh dilakukan pada waktu tengah malam dan tidak boleh ada sumber cahaya ditempat tersebut dan harus dalam keadaan hening. Untuk mendapatkan suasana yang hening atau sunyi senyap maka acara ini kerap dilakukan didalam hutan. Sordam yang dipakai untuk mengalap tendi berbeda dengan Sordam-Sordam yang dipakai dalam sehari-hari, karena Sordam yang yang digunakan sudah disyarati terlebih dahulu mulai dari mengambil bambu sampai dengan kepembuatannya. Bambu yang digunakan diambil dari hutan yang dekat dari sungai berjurang dan memiliki air terjun. Menurut beberapa informan yang diwawancarai mengatakan bahwa tipe bambu yang paling baik digunakan untuk membuat Sordam yang biasa dipakai

mengalaptendi yaitu bambu yang ruasnya berada di atas jalan yang biasa dilalui


(49)

Dipilihlah bambu yang sudah tua dan bagus, kemudian bambu tersebut dialirkan kesungai sambil orang tersebut menyanyikan lagu sedih tentang kehidupan pribadinya. Setelah selesai dialirkan kesungai bambu tersebut kembali disyarati dengan jeruk purut setelah itu baru proses pengukuran dan pembentukan lobang dilakukan.

4.3. Eksistensi Sordam Pakpak

Pada masyarakat Pakpak, eksistensi dari pada alat-alat musik Pakpak termasuk juga musik vokal dapat dikatakan hampir mengalami kepunahan. Termasuk juga salah satunya alat musik Sordam Pakpak. Keberadaan Sordam Pakpak zaman dahulu dengan saat ini berbeda jauh. Saat ini sudah sangat sedikit masyarakat Pakpak dan generasi mudanya yang mengenal alat musik tradisional pakpak khususnya Sordam. Kenyataannya sekarang ini sudah sangat sedikit orang-orang yang dapat memainkan Sordam tersebut. Hal ini disebabkan karena zaman sudah semakin canggih, perlahan tanpa disadari masyarakat kebudayaan perlahan sudah mengesampingkan hal-hal yang berbau tradisi. Sama halnya dengan masyarakat Pakpak yang sudah terkontaminasi dengan perubahan zaman, generasi muda sudah lebih tertarik untuk mempelajari alat musik diluar tradisi seperti gitar, keyboard dan yang lainnya. Sekarang ini semakin dipermudah lagi dengan gadget yang bisa menginstal aplikasi alat musik yang lebih gampang untuk dipelajari dan lebih modern. Faktor lain juga yang mengakibatkan berkurangnya minat masyarakat Pakpak dan generasi mudanya untuk mempelajari Sordam ini karena bukan hanya teknik memainkannya yang dianggap cukup sulit,


(50)

cara meniupnya pun bisa dikatakan tidak gampang dan Sordam dikalangan masyarakat Pakpak identik dengan religius karena jarang sekali dan hampir tidak pernah alat musik Sordam ini dipakai di acara-acara hiburan atau pesta-pesta. Faktor lainnya juga menurut Bapak Paingot Maniksemakin tidak berkembangnya Sordam ditengah masyarakat Pakpak dikarenakan pemerintahan Pakpak tidak pernah membuat pertandingan ataupun mengenalkan alat musik Sordam pakpak ini kepada generasi muda baik dalam acara pesta budaya pakpak yang dilakukan setiap tahunnya ataupun dikenalkan di sekolah-sekolah.

Seniman muda yang tahu dan mau mempelajari Sordam menurut Bapak Paingot Manikdan Bapak Pandapotan Solin didaerah Pakpak hanya ada satu yaitu Mardi Boang Manalu (24 tahun), beliau juga salah satu murid Bapak Paingot Manik yang termuda. Beliaulah orang yang kerap mengenalkan Sordam ini kepada kaum muda dan mengajak mereka untuk belajar memainkannya.


(51)

BAB V P E N U T UP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada pembahasan, peneliti dapat menarik kesimpulan dari hasil kajian organologis Sordam, maka penulis melihat bagaimana peranan dan fungsi Sordam ditengah-tengah masyarakat Pakpak. Pembuatan Sordam dilakukan dengan sederhana dari seruas bamboo sebagai bahan utama. Alat-alat yang digunakan untuk membuat Sordam juga sederhana dan mudah untuk didapatkan. Sordam dimainkan dengan cara ditiup (end blown flute) dan Sordam ini memiliki empat buah lobang nada.

Seperti yang digunakan pada zaman dahulu alat musik Sordam Pakpak ini dimainkan oleh seorang pria sebagai pelipur lara dan sebagai media untuk mengungkapkan perasaan sukanya kepada wanita. Alat musik Sordam ini menjadi alat musik individual, karena hanya dapat dimainkan secara tunggal dan alat musik ini tidak dapat digabungkan dengan ensambel. Oleh karena itu Sordam jarang sekali dipakai untuk acara hiburan.

Alat musik Sordam merupakan alat musik yang hampir punah dan sudah jarang ditemui pada masyarakat Pakpak. Generasi muda Pakpak kurang mengenal alat musik ini. Pembuatan Sordam tidak terlalu rumit tetapi tidak semua juga pemain Sordam bisa membuat alat musik ini. Untuk pelestarian alat musik Pakpak ini seorang pemuda Mardi Boangmanalu adalah murid dari Bapak Paingot Manik sering mengenalkan Sordam ini kepada kaum muda untuk menjaga kelestarian alat musik budaya Pakpak.


(52)

Akibat dari kemajuan teknologi yang semakin pesat perkembangannya alat musik Sordam ini pun sangat jarang digunakan oleh generasi muda Pakpak. Generasi muda sekarang ini sudah lebih tertarik pada alat musik modern dan perlahan melupakan alat musik tradisional budayanya sendiri.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan, penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Sebagai generasi penerus terkhusus kepada muda-mudi haruslah menjaga kebudayaan tradisional kita dengan menjauhi segala keinstanan kesenian dalam budaya tradisional.

2. Sebagai pemuda-pemudi haruslah melestarikan alat-alat musik tradisional, mulai mencintai kebudayaan sendiri agar alat-alat musik dan kebudayaan kita tidak terkikis oleh perkembangan teknologi yang semakin pesat. 3. Sebagai bahan masukan kepada pemerintahan agar lebih memperhatikan

alat-alat musik tradisional. Terkhusus kepada pemerintahan Pakpak, alat musik Sordam ini yang sudah sangat jarang dimainkan dan tidak pernah ditampilakan dan di perlombakan dalam pesta budaya tradisional Pakpak. Oleh karena itu, sebaiknya pemerintah lebih fokus lagi kepada alat-alat musik yang jarang dimainkan dan dipakai di acara hiburan agar alat musik tersebut tidak hilang.

4. Dengan kepribadian kita yang ingin membangun kebudayaan-kebudayaan yang sudah hampir dilupakan oleh orang banyak, kita membangkitkannya


(53)

dengan cara melestarikannya dan mengutamakan milik warisan budaya kita sendiri.

5. Bagi peneliti berikutnya, peneliti berharap agar skripsi ini dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya agar penelitian ini tidak sampai disini saja. Hal ini bertujuan agar alat-alat musik kebudayaan yang hampir punah dapat terlindungi.


(54)

BAB II

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN BIOGRAFI SINGKAT PAINGOT MANIK

Pada Bab ini, penulis akan membahas etnografi umum Pakpak serta menggambarkan lokasi penelitian yang diteliti. Penulis akan menjelaskan beberapa hal, seperti bahasa, mata pencarian, sistem kekerabatan, serta keseniannya.

2.1 Wilayah Budaya Etnik Pakpak

Etnik Pakpak adalah salah satu sub etnik pribumi yang mendiami beberapa wilayah di Provinsi Sumatera Utara dan Nanggro Aceh Darussalam, yaitu:

1. Kabupaten Dairi ibu kotanya Sidikalang yang terdiri dari 15 Kecamatan dan 184 Desa. Kelurahannya meliputi Suak Keppas dan Pegagan

2. Kabupaten Aceh Singkil ibukotanya Singkil yang terdiri dari 15 kecamatan dan 148 Desa. Kelurahannya meliputi seluruh daerah Suak Singkil dan Boang.

3. Kabupaten Pakpak Bharat ibukotanya Salak yang terdiri dari 8 kecamatan dan 59 Desa. Kelurahannya meliputi Suak Simsim dan sebagian daerah Keppas.

4. Kotamadya Subulussalam yang terdiri dari 5 Kecamatan dan (64) Desa dan Kelurahan yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Aceh Singkil dan masih termasuk Suak Singkil Boang.

5. Kabupaten Tapanuli Tengah ibukotanya Pandan yang terdiri dari 6 Kecamatan dari daerah (wilayah) Kabupaten Tapanuli Tengah adalah


(55)

hakulayat tanah Pakpak (Suak Kelasen) yang terdiri dari Kecamatan Barus, Barus Utara, Sosor Godang, Adam Dewi, Manduamas dan Sirandorung dan 56 Desa/ Kelurahan.

6. Kabupaten Humbang Hasundutan ibukotanya Dolok Sanggul yang terdiri dari 3 Kecamatan, yaitu: Kec. Pakkat, Kec. Parlilitan dan Kec. Tara Bintang dan masih termasuk kedalam Suak Kelasen.

Luas wilayah tanah Pakpak keseluruhan adalah 8.331,12 km2 yang terdiri dari 52 Kecamatan dan 471 Desa/Kelurahan.

2.2 Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian penulis terdapat di Kabupaten Pakpak Bharat yaitu tempat bermukimnya suku Pakpak Suak Simsim dan sebagian Suak Keppas. Luas wilayah Kabupaten Pakpak Bharat ialah 121.830 Ha. (1.218,30 Km2), terletak diwilayah pantai barat Sumatera Utara yaitu pada 2.000 – 3.000 Lintang Utara dan 96.000 – 98.000 Bujur Timur dengan ketinggian berkisar antara 250 – 1.400 meter di atas permukaan laut. Kabupaten Pakpak Bharat terbentuk dari hasil pemekaran wilayah Dairi. Secara administrarif kabupaten Pakpak Bharat terdiri 52 Desa dari delapan Kecamatan, yaitu: 1. Kecamtan salak, 2. Sitellu Tari Urang Jehe, 3. Pangindar, 4. Sitellu Tali Urang Julu, 5. Pargeteng- geteng Sengkut, 6. Kerajaan, 7. Tinada dan 8. Siempat Rube.6


(56)

Adapun batas Kabupaten Pakpak Bharat adalah sebagai berikut:

1. Sebelah timur berbatasan dengan: Kecamatan Parbuluan kabupaten Dairi dan Harian Kabupaten Samosir

2. Sebelah barat berbatasan dengan: Kabupaten Aceh Singkil Provinsi Nanggro Aceh Darussalam

3. Sebelah utara berbatasan dengan: Silima Pungga- pungga Kecamatan Lae Parira Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi

4. Sebelah selatan berbatasan dengan: Kecamatan Tara Bintang Kabupaten Humbang Hasundutan dan Kecamatan Manduamas Kabupaten Tapanuli Tengah

2.3 Sistem Mata Pencarian

Mata pencarian masyarakat Pakpak, khususnya yang berada di daerah Pakpak Bharat sangat beragam, disesuaikan dengan keahlian masing- masing. Banyak warga Pakpak Bharat bekerja sebagai guru, PNS (Pegawai Negeri Sipil), petani, pedagang, pegawai swasta, dll.

Dari hasil wawancara dengan beberapa narasumber mengatakan; banyak masyarakat Pakpak yang menggeluti pekerjaan bercocok tanam seperti: Nenas, kopi, jeruk, padi, dan tanaman palawija, dan banyak juga dari kalangan pegawai negeri sipil dan pegawai swasta yang menggeluti pekerjaan bercocok tanam diluar pekerjaan utamanya. Begitu juga dengan pengusaha kecil dan pedagang memiliki lahan bercocok tanam serta menekuninya sebagai penopang kehidupannya.


(57)

Sebelum agama Islam dan Kristen masuk ke wilayah Pakpak, masyarakat setempat menganut kepercayaan yang disebut persilihi atau perbegu. Persilihi atau perbegu ini ialah suatu kepercayaan yang meyakini bahwa alam ini berada dibawah kuasa pengaruh roh-roh gaib atau adanya dewa-dewamaupun roh-roh nenek moyang yang dikultuskan (Naiborhu, 1988 : 22-26).

2.4.1 Kepercayaan Kepada Dewa-dewa

Sebelum agama masuk ke lingkungan masyarakat Pakpak,masyarakat mempercayai kekuatan alam gaib dan percaya bahwa alam adalah sumber kehidupan. Masyarakat Pakpak percaya terhadap Debata Guru/Batara Guru yang dikatakan dalam bahasa PakpakSitempa/Sinembe nasa si lot yang artinya maha pencipta segala sesuatu yang ada di bumi ini yang diklasifikasikan ataudiistilahkan sebagai berikut:

Debata Guru/Batara Guru menjadikan wakilnya untuk menjaga dan

melindungi, yaitu : 1. Beraspati Tanoh.

Diberi symbol dengan menggambar cecak yang berfungsi melindungi segala tumbuh-tumbuhan. Jadi, jika seorang orang tua menebang pohon bambu, kayu atau tumbuhan lainnya, maka ia harus meminta izin kepada Beraspati

Tanoh.

2. Tunggung Ni Kuta

Tunggung/Tunggul Ni Kuta diyakini memiliki peranan untuk menjaga dan


(58)

hal tersebut, maka tunggung ni kuta memberikan kepada manusia beberapa benda yaitu sebagai berikut :

a. Lapihen, terbuat dari kulit kayu yang didalamnya terdapat tulisan-tulisan

yang berbentuk mantra atapun ramuan obat-obatan serta ramalan-ramalan. b. Naring, wadah yang berisi ramuan sebagai pelindung kampung. Apabila

satu kampung akan mendapat ancaman, maka naring akan memberikan pertanda berupa suara gemuruh ataupun siulan agar penduduk dapat mengantisipasi gangguan tersebut.

c. Pengulu balang, sejenis patung yang terbuat dari batu yang memiliki

fungsi untuk memberikan sinyal atau tanda berupa gemuruh sebagai pertanda gangguan, bala, musuh, atau penyakit bagi masyarakat suatu desa.

d. Sibiangsa, yaitu wadah berbentuk guci yang diisi ramuan yang ditanam di

dalam tanah yang bertugas mengusir penjahat yang datang.

e. Sembahen Ni Ladang, yaitu roh halus dan penguasa alam sekitarnya yang

diyakini dapat menggangu kehidupan dan sekaligus dapat melindungi kehidupan manusia apabila diberi sesajen.

f. Tali Solang, yaitu tali yang disimpul di ujungnya, mempunyai kepala ular

yang digunakan untuk menjerat musuh.

g. Tongket Balekat, yaitu terbuat dari kayu dan hati ular yang berukuran lebih

kurang satu meter yang diukir dengan ukiran Pakpak dan dipergunakan untuk menerangi jalan.


(59)

h. Kahal-kahal, yaitu menyerupai telapak kaki manusia untuk melawan

musuh.

i. Mbarla, yaitu roh yang berfungsi untuk menjaga ikan di laut, sungai dan

danau.

j. Sineang Naga Lae, yaitu roh yang menguasai laut, danau dan air.

2.4.2 Kepercayaan Kepada Roh-roh

Kepercayaan kepada roh-roh meliputi:

a. Sumangan, yaitu tendi (roh) orang yang sudah meniggal mempunyai

kekuatan yang menentukan wujud dan hidup seseorang yang dikenang. b. Hiang, yaitu kekuatan gaib yang dibagikan kepada saudara secara turun

temurun.

c. Begu Mate Mi Lae atau disebut juga dengan begu Sinambela, yaitu roh

orang yang sudah meninggal diakibatkan karena hanyut di sungai.

d. d. Begu Laus, yaitu sejenis roh yang menyakiti orang yang datang dari tempat lain serta dapat membu at orang menjadi sakit secara tiba-tiba.

Selain kepercayaan di atas, masyarakat Pakpak juga mempunyai beberapa kegiatan ritual yang berhubungan dengan kehidupan mereka sebagai berikut:

a. Marelang tendi: ritual yang dilakukan ketika seseorang terkejut karena

mendengar suara keras dan keadaan dimana seseorang sedang terancam bahaya. Rohnya (tendi)akan pergi meninggalkan raganya. Untuk menjemput tendi (roh) yang pergi tadi diadakanlah upacaramarelang tendi


(60)

dengan menyediakan sesajen berupa: ayam merah atau ayam putih dan diberikan kepada roh nenek moyang yang sudah meninggal melalui petunjuk datu atau dukun.

b. Pelaus Persilihi Urat-urat Ambat (tolak bala) adalah ritual yang dilakukan

ketika seseorang merasa nasibnya sial dan mendapatkan mimpi buruk maka, dilakukanlah ritual pelaus persilihi urat-urat ambat atau tolak bala. Upacara ini dilakukan dengan cara mengambil ramuan berupa akar kayu yang melintang dijalan atau arahnya memotong jalan. Akar tersebut dipahat lalu dibentuk patung manusia yang diberi tudung kain yang kemudian disembur dengan sirih. Kemudian disediakan makanan berupa ikan jurung yang dibentuk lurus (Pakpak: nurung ncayur) serta dilengkapi dengan nasi kuning (pelleng). Selanjutnya patung manusia tadi diletakkan di atas niru (tampi) dan diletakkan dipersimpangan jalan yang kegunaannya agar jauhlah bahaya dan datanglah keselamatan.

Kepercayaan- kepercayaan di atas sudah jarang dilaksanakan oleh masyarakat Pakpak khususnya yang berada di wilayah Kecamatan kerajaan sejak masuknya agama di daerah tersebut. Masyarakat Pakpak di daerah ini sebagian besar sudah memeluk agama yang tetap, yaitu agama yang sudah diakuai oleh pemerintah. Sebagian besar masyarakat yang ada di daerah ini beragama Islam, Kristen dan sebagian kecil beragama Katolik.


(61)

Pada umumnya, bahasa yang dipakai oleh masyarakat di Kabupaten Pakpak Bharat adalah bahasa daerah Pakpak, karena mayoritas penduduk disana adalah suku Pakpak. Hal ini menyebabkan kehidupan sehari-hari penduduk menggunakan bahasa Pakpak begitu juga dalam acara adat.

Terdapat juga sebagian kecil suku lain seperti suku Toba, Karo, dan Nias yang datang ke desa ini, tetapi setelah tinggal beberapa lama disana, masyarakat dari suku-suku di atas sudah mengerti dan fasih menggunakan bahasa Pakpak. Selain bahasa Pakpak, bahasa yang digunakan dalam komunikasi sehari-hari adalah bahasa Indonesia yang digunakan di tempat-tempat umum, seperti sekolah, puskesmas dan kantor Kelurahan.

Ada beberapa jenis gaya bahasa yang digunakan dalam kehidupan masyarakat Pakpak, yaitu:

a. Rana telangke yaitu kata-kata perantara atau kata-kata tertentu

untuk menghubungkan maksud si pembicara terhadap objek si pembicara.

b. Rana tangis yaitu gaya bahasa yang dituturkan dengan cara

menangis atau bahasa yang digunakan untuk menangisi sesuatu dengan teknik bernyanyi (narrative songs atau lamenta dalam istilah etnomusikologi) yang disebut tangis mangaliangi (bahasa tutur tangis).

c. Rana mertendung yaitu gaya bahasa yang digunakan dihutan,

d. Rana nggane yaitu bahasa terlarang, tidak boleh diucapkan di


(62)

e. Rebun (rana tabas atau mangmang) yaitu bahasa pertapa datu atau

bahasa mantera oleh guru (Naiborhu, 2002:51).

2.6 Sistem Kekerabatan

Masyarakat Pakpak sejak dahulu kala sudah ada ikatan yang mengatur tata krama dan sopan santun dalam kehidupan sehari-hari dan ditaati oleh masyarakat itu sendiri. Sistem tersebut selalu ada dan diterapkan dalam upacara-upacara adat termasuk juga dalam upacara kematian (kerja njahat). Sistem tersebut yaitu: 2.6.1 Sulang Silima

Sulang silima adalah lima kelompok kekerabatan yang terdiri dari kulakula, dengan sebeltek siampun-ampun/anak yang paling kecil, serta anak berru. Sulang silima ini berkaitan dengan pembagian sulang/jambar dari

daging-daging tertentu dari seekor hewan seperti kerbau, lembu atau babi yang disembelih dalam konteks upacara adat masyarakat Pakpak. Pembagian

daging/jambar ini disesuaikan dengan hubungan kekerabatannya dengan pihak kesukuten atau yang melaksanakan upacara. Dalam adat masyarakat Pakpak,

kelima kelompok tersebut masing-masing mempunyai tugas dan tanggung jawab yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain dalam acara adat.

a. Kula-kula.

Kula-kula merupakan salah satu unsur yang paling penting dalam sistem

kekerabatan pada masyarakat Pakpak.kula-kulaadalah kelompok/pihak pemberi istri dalam sistem kekerabatan masyarakat Pakpak dan merupakan kelompok yang sangat dihormati dan dianggap sebagai pemberi berkat


(63)

oleh masyarakat. Dengan demikian, kula-kula juga disebut dengan istilah

Debata Ni Idah (Tuhan yang dilihat).Oleh karena itu, pihak kula-kula ini

haruslah dihormati.Sikap menentang kula-kula sangat tidak dianjurkan dalam kebudayaan Pakpak.Dalam acara-acara adat, kelompok kula-kula diwajibkan untuk hadir, termasuk juga dalam adat kematian dan mendapat peran yang penting.

b. Dengan sibeltek/Senina.

Dengan sibeltek/senina adalah mereka yang mempunyai hubungan tali

persaudaraan yang mempunyai marga yang sama. Mereka adalah orang-orang yang satu kata dalam permusyawaratan adat.Selain itu, dalam sebuah upacara adat ada kelompok yang dianggap dekat dengan sebeltek, yaitu senina. Dalam sebuah acara adat, senina dan seluruh keluarganya akan ikut serta dan mendukung acara tersebut. Secara umum, hubungan

senina ini dapat disebabkan karena adanya hubungan pertalian darah, se

subklen/semarga, memiliki ibu yang bersaudara, memiliki istri yang bersaudara dan memiliki suami yang bersaudara.

c. Anak beru.

Anak berru artinya anak perempuan yang disebut dengan kelompok

pengambil anak dara dalam sebuah acara adat, anak berru lah yang bertanggung jawab atas acara adat tersebut.Tugas anak berru adalah sebagai pekerja, penanggung jawab dan pembawa acara pada sebuah acara adat.


(64)

Sedangkan situaan adalah anak yang paling tua, siditengah adalah anak tengah dan siampun-ampun adalah anak yang paling kecil. Mereka adalah pihak yang mempunyai ikatan persaudaraan yang terdapat dalam sebuah ikatan keluarga.

Kelima kelompok di atas mempunyai pembagian sulang (jambar) yang berbeda, yaitu sebagai berikut :

Kula-kula (pihak pemberi istri dari keluarga yang berpesta) akan mendapat sulang per-punca ni adep. Situaan (orang tertua yang menjadi tuan rumah sebuah

pesta akan mendapat sulang per-isang-isang). Siditengah (keluarga besar dari keturunan anak tengah) akan mendapat sulang per-tulantengah. Siampun-ampun (keturunan paling bungsu dalam satu keluarga) akan mendapat sulang

per-ekur-ekur.

2.7 Sistem Kesenian 2.7.1 Seni Musik

Masyarakat Pakpak membagi alat musiknya berdasarkan bentuk penyajiannya dan cara memainkannya. Berdasarkan cara memainkannya, instrument musik tersebut dibagi atas dua kelompok, yaitu Gotcidan

oning-oningen. Sedangkan berdasarkan cara memainkannya, instrument musik tersebut

terbagi menjadi beberapa kelompok, yaitu : sipaluun (alat musik yang dimainkan dengan cara dipukul), sisempulen (alat musik yang dimainkan dengan cara ditiup) dan sipiltiken (alat musik yang dimainkan dengan cara dipetik). Istilah Gotcidan


(65)

oning-oningen zaman sekarang ini sudah mendapat pergeseran arti dikalangan

masyarakat Pakpak.

Menurut wawancara dengan beberapa pemusik tradisi Pakpak sekarang menyebutkan bahwa gotci adalah istilah untuk beberapa ensambel seperti: ensambel genderang Si sibah, genderang sipitu-pitu, genderang silima, gendang

sidua-dua, gerantung, mbotul dan gung. Sedangkan istilah oning-oningen

digunakan untuk ensambel yang terdiri dari gendang sitelu-telu, gung sada

rabaan, lobat (aerophone), kalondang (xylophone), dan kucapi (chordophone),

yang pada penggunaannya di gunakan untuk upacara mbaik seperti upacara pernikahan (merbayo).

a. Instrumen Musik Berdasarkan Bentuk penyajian

Gotciadalah isntrumen musik yang disajikan dalam bentuk seperangkat

(ensambel) yang terdiri dari : ensambel genderang Si sibah, genderang sipitu-pitu,

genderang silima, gendang sidua-dua, gerantung, mbotul dan oning-oningen. Genderang Si sibahadalah seperangkat gendang satu sisi yang terdiri dari

sembilan buah gendang yang berbentuk konis. Dalam adat, instrumen ini disebut

siraja gumeruhguh yaitu sesuai dengan suara yang dihasilkannya dan situasi yang

di iringinya karena ramai dan besarnya acara tersebut. Masing-masing nama dari kesembilan gendang tersebut dari ukuran terbesar hingga ukuran terkecil adalah sebagai berikut :

a. Genderang I, Si raja gumeruhguh (suara bergemuruh) dengan pola ritmis menginang-inangi atau megindungi (induk).


(66)

b. Genderang II, Si Raja Dumerendeng atau Si Raja Menjujuri dengan pola ritem menjujuri atau mendonggil-donggili (mengangungkan, mentakbiri, menghantarkan).

c. Genderang III s/d VII, Si Raja Menak-enak dengan pola ritmis benna kayu sebagai pembawa ritmis melodis (menenangkan atau menentramkan).

d. Genderang VIII, Si Raja Kumerincing dengan pola ritmis menehtehi (menyeimbangkan).

e. Genderang IX, Si Raja Mengapuh dengan pola ritmis menganak-anaki atau

tabil sondat (menghalang-halangi). Untuk lebih jelas, dapat kita lihat pada

gambar berikut :

Seperangkat gendang ini dimainkan bersama-sama dengan gung sada

rabaan (idiophone yang terdiri dari empat buah gong, yaitu panggora (penyeru), poi (yang menyahut), tapudep (pemberi semangat) dan pong-pong (yang

menetapakan). Instrumen lain yang digunakan adalah sarune (double reed oboe) dan cilat-cilat (simbal concussion). Dalam penyajiannya, ensambel ini hanya dipakai pada jenis upacara suka cita (kerja mbaik) saja pada tingkatan upacara terbesar atau tertinggi saja dalam acara adat.

Kemudian, ensambel genderang sipitu-pitu. Ensambel ini terdiri dari 7 buah gendang konis yang berasal dari genderang Si sibah. Ketujuh gendang ini berasal dari genderang Si sibahyaitu mulai dari gendang urutan I sampai VII. Instrumen lainnya yang terdapat dalam ensambel ini adalah gung sada rabaan,


(67)

Ensambel ini biasanya digunakan untuk kerja mbaik dalam tingakatan tertentu saja.

Selanjutnya adalah ensambel genderang si lima yaitu seperangkat gendang satu sisi berbentuk konis yang terdiri darai lima buah gendang. Kelima gendang ini berasal dari genderang Si sibahyang hanya menggunakan gendang pada bilangan ganjil saja diurut dari gendang terbesar, yaitu gendang I, III, V, VII dan IX. Fungsi dari kelima gendang tersebut sama dengan fungsinya masing-masing seperti pada genderang Si sibah. Instrumen lain yang terdapat dalam ensambel ini adalah gung sada rabaan, Sarune, dan cilat-cilat sebagaimana yang terdapat dalam genderang Si sibah. Ensambel ini digunakan pada upacara dukacita (kerja

njahat) saja, seperti upacara kematian, mengongkal tulang (mengangkat

tulang-tulang) pada tingkatan upacara terbesar dan tertinggi secara adat.

Ensambel gendang sidua-dua yaitu, ensambel gendang yang terdiri dari sepasang gendang dua sisi berbentuk barrel (double head two barrel drums). Kedua gendang ini terdiri dari gendang inangna (gendang induk, gendang ibu) yaitu menjadi gendang yang terbesar dan gendang anakna (gendang anak, jantan) yaitu menjadi gendang terkecil. Instrumen lain yang terdapat dalam gendang

sidua-dua adalah empat buah gong (gung sada rabaan) dan sepasang cilat-cilat (simbal). Dalam penyajiannya ensambel ini biasanya digunakan untuk upacara

ritual, seperti mengusir roh penunggu di hutan sebelum diolah menjadi lahan pertanian (mendeger uruk) dan hiburan saja seperti upacara penobatan raja atau mengiringi tarian pencak.


(68)

Kemudian ensambel musik mbotul adalah seperangkat alat musik gong (idiophones) berpencu yang terdiri dari 5, 7, atau 9 buah gong. Disusun berbaris di atas rak seperti kenong pada tradisi gamelan Jawa. Dalam penggunaannya, instrumen ini berperan sebagai pembawa melodi dan secara ensambel dimainkan bersama-sama dengan gung sada rabaan.

Selanjutnya ensambel terakhir adalah ensambel oning-oningen. Ensambel ini terdiri dari gendang sitelu-telu (membranophone single head), gung sada

rabaan, lobat (aerophone), kalondang (xylophone), dan kucapi (chordophone).

Ensambel ini digunakan pada upacara suka cita (kerja mbaik) seperti upacara penikahan (merbayo) dan untuk mengiringi tarian (tatak).

b. Instrumen Musik Berdasarkan Cara memainkannya.

Untuk melihat pembagian alat musik tradisional Pakpak dari cara memainkannya, dapat kita lihat dari tabel berikut.

Tabel 2.1.Pembagian alat musik berdasarkan cara memainkannya. No Cara memainkan Alat musik

1 Sipaluun Genderang, kalondang, gong, cilat-cilat, ketuk, Mbotul, deng-deng, gerantung, doal, gendang sidua-dua

2 Sisempulen Sarune, lobat, sordam


(69)

2.7.2 Seni suara

Masyarakat Pakpak memiliki beberapa jenis seni suara ataupun nyanyian. Nyanyian yang dimaksud adalah musik vokal. Masyarakat Pakpak menyebut musik vokalnya sebagai ende-ende (baca:nde-nde). Ada beberapa jenis musik vokal yang terdapat pada masyarakat Pakpak yang dibedakan berdasarkan penggunaannya masing-masing yaitu sebagai berikut:

1. Tangis milangi atau disebut juga tangis-tangis adalah nyanyian ratapan

(lamenta) yang disajikan dengan gaya menangis. Disebut tangis milangi karena hal-hal mengharukan yang di dalam hati sipenyaji akan dituturkan (dalam bahasa Pakpak: ibilang-bilangken, milangi) dengan gaya menangis (tangis). Ada beberapa jenis tangis yang terdapat pada masyarakat Pakpak, sebagai berikut:

a) Tangis beru si Jahe adalah jenis nyanyian yang disajikan oleh gadis

(female song) menjelang pernikahannya. Teks nyanyian berisikan ungkapan kesedihan hati karena akan berpisah dengan keluarganya dan akan masuk kelingkungan keluarga barunya dari suami. Tujuan dari nyanyian ini agar orang tua yang mendengar terharu dan memberikan petuah-petuah petunjuk tentang hidup berumah tangga. Nyanyian ini disajikan dengan teks yang berubah-ubah dan bentuk melodi yang sama (repetitif).

b) Tangis anak melumang adalah nyanyian yang disajikan oleh pria maupun

wanita. Nyanyian ini berisikan ungkapan kesedihan ketika teringat akan orangtua yang sudah meninggal dunia. Nyanyian ini disajikan dalam


(70)

waktu-waktu tertentu saja seperti ketika sedang berada di hutan, di lading, di sawah, atau di tempat-tempat yang sedih. Teksnya berubah- ubah tetapi melodinya tetap sama.

c) Tangis si Mate adalah nyanyian ratapan (lament) oleh kaum wanita ketika

salah seorang anggota keluarganya meninggal dunia. Disajikan di depan orang yang mati tersebut sebelum dikebumikan. Teksnya berisikan tentang kisah hidup si mati, perilaku-perilaku yang paling berkesan dari si mati semasa hidupnya. Nyanyian ini adalah nyayian strofik yang lebih mementingkan teks nyanyian daripada melodi.

2. Ende-ende mendedah adalah sejenis nyanyian lullaby yang dibawakan

oleh sipendedah (pengasuh) baik kaum pria maupun wanita untuk menidurkan anak atau mengajak si anak bermain. Nyanyian ini terdiri dari beberapa jenis yaitu, orih-orih, oah-oah, dan cido-cido. Ketiga nyanyian ini menggunakan teks yang selalu berubah-ubah dengan melodi yang diulang-ulang (repetitif).

a) Orih-orih adalah nyanyian yang dipakai untuk menidurkan anak oleh si pendedah (pengasuh) orang tua atau kakak baik pria maupun wanita. Si

anak digendong sambil I orih-orihken (menina bobokkan si anak dalam gendongan) dengan nyanyian yang liriknya berisikan nasehat, cita-cita, harapan dan curahan kasih saying terhadap si anak.

b) Oah-oah atau kodeng-kodeng adalah nyanyian yang jenisnya sama dengan orih-orih. Yang membedakan kedua jenis nyanyian ini oah-oah menina


(71)

c) Cido-cido adalah nyanyian untuk mengajak si anak bermain yang

tujuannya agar si anak merasa terhibur dengan gerakan-gerakan lucu yang membuat si anak tertawa. Teks lagu yang dinyanyikan berisikan harapan-harapan agar kelak si anak menjadi orang yang berguna dan berbakti pada keluarga.

3. Nangan adalah nyanyian yang dibawakan pada waktu bersukut-sukuten

(mendongeng). Setiap ucapan tokoh-tokoh yang terdapat pada cerita tersebut akan disampaikan dengan gaya menyanyi. Ucapan tokoh yang dinyanyikan tersebut dalam cerita disebut dengan nangen, sedangkan rangkaian ceritanya disebut sukut-sukuten.

Pada umumnya cerita sukut-sukuten berisikan pedoman-pedoman hidup dan teladan yang harus dipanuti berdasarkan perilaku yang diperankan oleh tokoh yang terdapat dalam cerita.Persukuten haruslah orang yang cukup ahli menciptakan tokoh-tokoh melalui warna

nangen.Adapun sukut-sukuten yang cukup dikenal oleh masyarakat

Pakpak adalah Sitagandera, Nan tampuk mas, Manuk-manuk Si Raja

Bayon, Si buah mburle, dan lain sebagainya.

4. Ende-ende merkemenjen atau odong-odong adalah nyanyian yang

disajikan pada waktu mengambil kemenyan. Nyanyian ini hanya terdapat pada kaum pria dewasa saja (male song). Teksnya berisikan ungakapan kesedihan, kegagalan di dalam hidupnya. Melodi nyanyian ini berulang-ulang (repetitif) dan teksnya selalu berberulang-ulang-berulang-ulang sesuai dengan perasaan si penyaji.


(72)

5. Ende-ende mardembas adalah nyanyian yang berbentuk permainan di

kalangan anak-anak usia sekolah yang dipertunjukkan pada malam hari di halaman rumah pada saat terang bulan purnama. Mereka menari dan membentuk lingkaran dan membuat lompatan kecil sambil bernyanyi secara chorus (koor) maupun solo chorus (nyayian solo yang disambut dengan koor). Isi teksnya biasanya berisi tentang keindahan alam serta kesuburan tanah kampungnya dan dinyanyikan dengan pengulangan melodi (repetitif) serta teks yang berubah-ubah sesuai pesan yang disampaikan.

6. Ende-ende Memuro adalahnyanyian yang disajikan pada saat bekerja

(work song). Biasanya dinyanyikan ketika berada di ladang atau di sawah untuk mengusir burung-burung agar tidak memakan padi yang ada di sawah. Kegiatan muro (menjaga padi) ini biasanya menggunakan alat yang disebut dengan ketter dan gumpar7yang dilambai-lambaikan ketengah sawah sambil menyanyikan ende-ende memuro.8

7Ketterdan gumpar adalah alat yang terbuat dari bambu dan pada bambu tersebut

digantungkan kain bekas (berbentuk orang-orangan) yang dilambaikan ketengah sawah untuk mengusir burung. Fungsi utama alat ini untuk mengahalau burung, namun tetap dapat dikaji melalui disiplin etnomusikologi yaitu, studi musik dan kebudayaan.


(73)

2.7.3 Seni Tari

Masyarakat Pakpak menyebut tari dengan istilah tatak.Tatak tidak dapat terpisahkan ari kegiatan upacara ataupun kerja dan juga sebagai hiburan atau pertunjukan. Tatak digunakan dalam kerjambaik ataupun kerjanjahat. Adapun jenis gerakan yang digunakan dalam upacara maupun kerja adalah :

1. Manger-ngera

Gerakan ini digunakan oleh kaum Beru untuk menyambut Kula-kula ataupun gerakan yang digunakan oleh anak terakhir kepada anak tertua ataupun yang muda kepada yang lebih tua.

2. Suyuk

Gerakan ini digunakan untuk menyambah ataupun menghormati.

3. Memasu-masu

Gerakan ini digunakan oleh kula-kula kepada beru yang menyimbolkan pemberian berkat.

4. Mengembur

Gerakan ini digunakan untuk menyembah atau memberi hormat oleh beru kepada kula-kula.

5. Mengeleap

Gerakan ini digunakan untuk menunjukkan bahwa kegiatan kerja sudah berhasil dilaksnankan.

Adapun beberapa jenis tatak yang digunakan untuk hiburan atau pertunjukan adalah sebagai berikut :


(74)

Tatak ini dilakukan oleh para muda-mudi di ladang dan menggambarkan kegembiraan dari para muda-mudi. Hal ini terjadi karena pada zaman dahulu, para muda-mudi di daerah Pakpak hanya dapat bertemu dan berbicara lebih dekat pada saat masa panen. Tatak ini menggambarkan tentang kegembiraan dalam memanen padi.

2. Tatak Mendedah

Tatak ini menggambarkan tentang bagaimana seorang ibu mengasuh bayinya. Tatak ini hanya dilakukan oleh para perempuan.

3. Tatak Renggisa

Tatak ini menggambarkan tentang sepasang muda-mudi yang sedang kasmaran atau sedang jatuh cinta.

4. Tatak Garo-garo

Tatak ini mengambarkan tentang kegembiraan muda-mudi dalam masa panen. Tatak ini memiliki kemiripan dengan tatak menabi pange, namun dalam tatak garo-garo, hal yang digambarkan tidak hanya dalam memanen padi, melainkan mulai dari proses menanam sampai memanen padi tersebut.

5. Tatak Memuat kopi

Tatak ini menggambarkan tentang bagaimana proses memetik kopi yang dilaksanakan oleh para petani di daerah Pakpak.

6. Tatak Perampuk-ampuk

Tatak ini menggambarkan tentang keharmonisan yang terjalin antara kaum muda-mudi yang ada dalam kebudayaan masyarakat Pakpak.


(75)

Tatak ini menggambarkan tentang bagaimana masyarakat Pakpak dalam membuka atau memulai suatu ladang pertanian yang dalam hal ini adalah persawahan.

8. Tatak Mengindangi

Tatak ini menggambarkan tentang suasana menumbuk padi pada masyarakat Pakpak.

Perlu diketahui bahwa tatak yang sifatnya hiburan ataupun pertunjukan biasanya hanya di laksanakan oleh para kaum muda-mudi. Serta untuk mengiringi tarian ini digunakan ensambel oning-oningen.9

Sebuah biografi biasanya menganalisa dan menerangkan kejadian-kejadian pada kehidupan seorang tokoh yang menjadi objek pembahasan. Dengan 2.8 Biografi Singkat Bapak Paingot Manik

2.8.1 Pengertian Biografi

Dalam disiplin ilmu sejarah, biografi dapat didefinisikan sebagai sebuah riwayat hidup seseorang. Sebuah tulisan biografi dapat berbentuk beberapa baris kalimat saja, namun dappat juga berupa tulisan yang lebih dari satu buku. Perbedaannya adalah, biografi singkat hanya memaparkan tentang fakta-fakta kehidupan seseorang dan peranan pentingnya dalam masyarakat. Sedangkan biografi yang lengkap memuat dan mengkaji informasi-informasi penting, yang dipaparkan lebih detail dan tentu saja dituliskan dengan penulisan yang baik dan jelas.


(76)

membaca biografi, pembaca akan menemukan hubungan keterangan dari tindakan yang dilakukan dalam kehidupan seseorang tersebut seperti mengenai cerita-cerita atau pengalaman selama hidupnya.

Suatu karya biografi biasanya bercerita tentang kehidupan orang terkenal dan orang tidak terkenal. Biasanya biografi tentang orang yang tidak terkenal akan menjadi dikenal secara luas, jika di dalam biografinya terdapat sesuatu yang menarik untuk disimak oleh pembacanya. Namun, biasanya biografi hanya terfokus pada orang-orang atau tokoh-tokoh terkenal saja.

Tulisan biografi biasanya bercerita mengenai seorang tokoh yang sudah meninggal dunia, namun tidak jarang juga mengenai tokoh yang masih hidup. Banyak biografi yang ditulis secara kronologis atau memiliki suatu alur tertentu, misalnya memulai dengan menceritakan masa anak-anak sampai masa dewasanya, namun ada juga beberapa biografi yang lebih terfokus pada suatu topik pencapaian tertentu.

Biografi memerlukan bahan-bahan utama dan bahan pendukung. Bahan utama dapat berupa benda-benda seperti surat-surat, buku harian, atau kliping Koran. Sedangkan bahan pendukung biasanya berupa biografi lain, buku-buku referensi atau sejarah yang memaparkan peranan subjek biografi tersebut.

Beberapa aspek yang perlu dilakukan dalam menulis sebuah biografi antara lain: (a) Pilih seseorang yang menarik perhatian anda; (b) Temukan fakta-fakta utama mengenai kehidupan orang tersebut; (c) Mulailah dengan ensiklopediadan catatan waktu; (d) Pikirkan, hal apa lagi yang perlu anda ketahui


(77)

mengenaiorang tersebut, bagian mana dari cerita tentang beliau yang ingin lebih banyakanda utarakan dan tuliskan.

Sebelum menuliskan sebuah biografi seseorang, ada beberapa pertanyaanyang dapat dijadikan pertimbangan, misalnya: (a) Apa yang membuat orangtersebut istimewa atau menarik untuk dibahas; (b) Dampak apa yang telah beliaulakukan bagi dunia atau dalam suatu bidang tertentu juga bagi orang lain; (c) Sifatapa yang akan sering penulis gunakan untuk menggambarkan orang tersebut; (d)Contoh apa yang dapat dilihat dari hidupnya yang menggambarkan sifat tersebut;(e) Kejadian apa yang membentuk atau mengubah kehidupan orang tersebut; (f)Apakah beliau memiliki banyak jalan keluar untuk mengatasi masalah dalam

hidupnya; (g) Apakah beliau mengatasi masalahnya dengan mengambil resiko,atau karena keberuntungan; (h) Apakah dunia atau suatu hal yang terkait denganbeliau akan menjadi lebih buruk atau lebih baik jika orang tersebut hidup ataupuntidak hidup, bagaimana, dan mengapa demikian.

Lakukan juga penelitian lebih lanjut dengan bahan-bahan dari studiperpustakaan atau internet untuk membantu penulis dalam menjawab sertamenulis biografi orang tersebut dan supaya tulisan si peneliti

dapatdipertanggungjawabkan, lengkap dan menarik


(1)

Akhirnya penulis berharap penuh tulisan ini menjadi salah satu bahan pembelajaran yang baru bagi setiap pembaca dan dapat berguna dan menambah wawasan serta informasi bagi semua kalangan. Terutama bagi kalangan masyarakat Pakpak.

Medan, Januari 2015 Penulis


(2)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ...i

ABSTRAKSI... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1LatarBelakangMasalah ...1

1.2PokokPermasalahan ... 6

1.3Tujuan dan Penelitian ... 7

1.3.1 Tujuan Penelitian 7 1.3.2 Manfaat Penelitian 7 1.4Konsep ... 8

1.5Teori ... 9

1.6Metode Penelitian ... 11

1.6.1 StudiKepustakaan ... 12

1.6.2 Observasi ... 13

1.6.3 Wawancara ... 14

1.6.4 Kerja Laboratorium ... 14

1.7LokasiPenelitian ... 15

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN BIOGRAFI SINGKAT BAPAK PAINGOT MANIK ... 16

2.1 Wilayah Budaya Etnik Pakpak ... 16

2.2.Lokasi Penelitian ... 17

2.3. Sistem Mata Pencarian ... 18

2.4. Sistem Kepercayaan dan Religi... 19

2.4.1 Kepercayaan Terhadap Dewa-Dewa ... 19

2.4.2 Kepercayaan Terhadap Roh-roh ... 21

2.5 Bahasa... 23

2.6 Sistem Kekerabatan ... 24

2.6.1 Sulang Silima 2.7Sistem Kesenian …... 26

2.7.1 Seni Musik ... 26

2.7.2 Seni Suara ... 31

2.7.3 Seni Tari ... 35

2.8 Biografi Singkat Bapak Paingot Manik ... 37

2.8.1 Pengertian Biografi ... 37

2.8.2 Alasan Dipilihnya Bapak Paingot Manik ... 40

2.8.3 Biografi Bapak Paingot Manik ... 41

2.8.3.1 Latar Belakang Keluarga ... 41

2.8.3.2 Latar Belakang Pendidikan ... 42


(3)

2.8.3.4 Proses dan latar belakang belajar musik Bapak Paingot Manik ...43

2.8.3.5 kegiatan Bapak Paingot Manik sebagai pemusik tradisional Pakpak... 43

BAB III STUDI ORGANOLOGI SORDAM PAKPAK... 45

3.1 Klasifikasi Alat Musik Sordam Pakpak... 45

3.2 Konstruksi Bagian–Bagian Sordam... ... 46

3.3Tehnik Pembuatan Sordam Pakpak... ... 47

3.3.1 Bahan Baku Yang Digunakan ... ... 47

3.3.1.1 Bambu... 47

3.3.2 Peralatan Yang digunakan... 48

3.3.2.1 Daun lalang/pandan dan penggaris... 49

3.3.2.2 Pisau Besar (Golok)... 50

3.3.2.3 Pisau... 50

3.3.2.4 Ohor-ohor... 51

3.3.2.5 Kertas Pasir... 51

3.3.2.6 Pensil/pulpen ... 52

3.4.3 Proses Pembuatan... 52

3.4.3.1 Memilih dan Menebang Bambu... 53

3.4.3.2 Memotong Bambu ... 54

3.4.3.3 Membentuk Lubang Tiup Sordam ... 55

3.4.3.4 Pengukuran Panjang Bambu ... 56

3.5 Tahap Penyempurnaan ...62

3.6 Ukuran Bagian – bagian Sordam...64

3.7 Kajian Fungsional ...65

3.7.1 Proses Belajar ...66

3.7.2 Sistem Pelarasan Bunyi ...67...

3.7.3 Cara Memainkan Sordam ...68

3.7.4 Nada yang di Hasilkan Alat Musik Sordam ... 71

3.7.5 Teknik Memainkan Sordam ... 75

3.8 Sample Lagu ...77

BAB IV EKSISTENSI DAN FUNGSI SORDAMPAKPAK... 79

4.1 Asal Usul Sordam Pakpak ... 79

4.1.1 Sejarah Alat Musik Sordam Pakpak ... 79

4.2 Fungsi dan Penggunaan Sordam ... 80

4.2.1 Penggunaan ...81

4.2.1.1 Hubungan Manusia dengan Alam ... 82

4.2.1.2 Estetika ... 82

4.3 Fungsi ... 83

4.3.1 Fungsi Pengungkapan Emosional ...84

4.3.2 Fungsi Hiburan ... 85

4.3.3 Fungsi Komunikasi ... 86

4.3.4 Fungsi Reaksi Jasmani ... 87

4.3.5 Fungsi Pengesahan Lembaga Sosial dan Upacara Agama (Ritual) ... 88


(4)

BAB V PENUTUP ... 91

5.1 Kesimpulan ... 91

5.2 Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 94


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. : ... 46

Gambar 3.2. : ... 48

Gambar 3.3. : ... 49

Gambar 3.4. : ... 49

Gambar 3.5. : ...50

Gambar 3.6. : ... 50

Gambar 3.7. : ... 51

Gambar 3.8. : ...51

Gambar 3.9. : ... 52

Gambar 3.10. : ... 53 Gambar 3.11. : 54

Gambar 3.12. : 55 Gambar 3.13. : 56 Gambar 3.14. : 56 Gambar 3.15. : 57 Gambar 3.16. : 58 Gambar 3.17. : 59 Gambar 3.18. : 59 Gambar 3.19. : 60 Gambar 3.20. : 60 Gambar 3.21. : 61 Gambar 3.22. : 61 Gambar 3.23. : 62 Gambar 3.24. : 63 Gambar 3.25. : 63 Gambar 3.26. : 63 Gambar 3.27. : 64 Gambar 3.28. : 65 Gambar 3.29. : 70 Gambar 3.30. : 70 Gambar 3.31. : 71 Gambar 3.32. : 72 Gambar 3.33. : 73 Gambar 3.34. : 73 Gambar 3.35. : 74 Gambar 3.36. : 74 Gambar 3.37. : 76 Gambar 3.38. : 78


(6)

DAFTAR TABEL