ANALISIS MISKONSEPSI IKATAN KIMIA DENGAN METODE THREE-TIER TEST PADA SISWA SMA KELAS X DI KOTA MEDAN.

ANALISIS MISKONSEPSI IKATAN KIMIA DENGAN METODE THREETIER TEST PADA SISWA SMA KELAS X DI KOTA MEDAN

TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister
Pendidikan Kimia pada Program Studi Pendidikan Kimia

Oleh
ARDIANSYAH
8146141003

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN KIMIA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2016

ABSTRAK
ARDIANSYAH, Analisis Miskonsepsi Ikatan Kimia dengan Metode ThreeTier Test pada Siswa SMA Kelas X Di Kota Medan. Tesis. Program
Pascasarjana. Universitas Negeri Medan, 2016.
Analisis miskonsepsi ikatan kimia dengan metode Three-Tier Test pada
siswa SMA Kelas X di Kota Medan dijelaskan dalam penelitian ini. Analisis
miskonsepsi siswa sangat diperlukan untuk membantu siswa dalam

pembelajarannya. Siswa tidak mungkin mempelajari konsep selanjutnya jika
konsep awal sudah salah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui miskonsepsi
siswa SMA di Kota Medan pada materi ikatan kimia. Populasi adalah siswa SMA
kelas X Kota Medan. Sampel dipilih secara purposive sampling. Sampel
berjumlah 109 siswa yang berasal dari SMA berakreditasi A di Kota Medan
terdiri dari SMA A, SMA B, dan SMA C. Instrumen penelitian ini adalah tes
diagnostik Three-Tier Test Ikatan Kimia yang telah diuji validitasnya oleh
validator ahli. Sampel diberikan tes diagnostik dan wawancara mendalam.
Berdasarkan hasil tes dan wawancara, sampel dikelompokkan berdasarkan
pemahaman menjadi 4 kelompok, yaitu Tahu Konsep (TK), Tidak Tahu Konsep
(TTK), Menebak (MB), dan Miskonsepsi (MK). Berdasarkan hasil penelitian
diperoleh: (1) Sebanyak 48,98% siswa SMA Kota Medan mengalami
miskonsepsi pada konsep ikatan kimia berturut-turut untuk SMA A, SMA B, dan
SMA C adalah 53,33%, 41,74%, dan 54,58%. (2) Miskonsepsi terjadi pada
konsep-konsep kestabilan unsur, menggambarkan lambang dan struktur lewis,
ikatan ion, ikatan kovalen, dan ikatan kovalen koordinasi. (3) Terdapat perbedaan
tingkat miskonsepsi siswa SMA Kota Medan pada materi ikatan kimia dimana
tingkat miskonsepsi terendah terdapat pada SMA B dan tertinggi pada SMA C.
(4) Penyebab miskonsepsi pada siswa SMA Kota Medan adalah siswa sendiri,
buku paket kimia yang digunakan, serta guru kimia.

Kata kunci : Miskonsepsi, Three-Tier Test, ikatan kimia

i

ABSTRACT
ARDIANSYAH, Analyzing Misconception on Chemical Bonding Using
Three-Tier Test Method at Students X Class Senior High School in Medan
City. Theses. Postgraduate Program. State University of Medan, 2016
Analyzing misconception on chemical bonding using Three-Tier Test
Method at students X class Senior High School in Medan City have been
conducted. Analyzing students’ misconception is very important to help students
in learning. Students may not learn next concept if the first concept is not correct.
This research aims to determine misconception of Senior High School Medan
students on chemical bonding. Sample is selected by purposive sampling
techniques. The total number of samples are 109 student originated from A
accreditation Senior High School in Medan City consist of SMA A, SMA B, and
SMA C. Instrument in this research is a Three-Tier Diagnostic Test in chemical
bonding that has been tested by expert validator. According to test and interview
result, samples are grouped to 4 category, there are scientific conception, lack of
knowledge, guess, and misconception. The result of this researh is obtained that :

(1) There are 48,98% Senior High School Student in Medan City have
misconception on chemical bonding concepts, for SMA A, SMA B, and SMA C
are 53,33%, 41,74%, and 54,58% respectively.(2) Misconception occurs at
stability elements, drawing of Lewis symbol and structures, ionic bonding,
covalent bonding, and coordination covalent bonding concepts. (3) There are
difference on misconception level at Senior High School Student in Medan City,
the lowest level is SMA B and the highest level is SMA C. (4) Misconception at
Senior High School Student in Medan City caused by student, chemistry
textbooks, and chemistry teacher.

Keywords : Misconception, Three-Tier Test, chemical bonding

i

KATA PENGANTAR

telah

Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. Yang
melimpahkan


rahmat

dan

karunia-Nya,

sehingga

penulis

dapat

menyelesaikan tesis yang berjudul: “Analisis Miskonsepsi Ikatan Kimia

Dengan Metode Three-Tier Test Pada Siswa SMA Kelas X Di KotaMedan”.
Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan alam yakni

Rasulullah Muhammad SAW, semoga mendapat syafaat dari beliau di Yaumil
Masyar kelak, Amin.


Pada kesempatan ini penulis berkenan mengucapkan terima kasih kepada

Ibu Dr. Iis Siti Jahro, M.Si sebagai Dosen Pembimbing I dan Bapak Dr. Ayi

Darmana, M.Si sebagai Dosen Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan
waktu, tenaga dan pemikiran dalam memberikan bimbingan dan arahan kepada

penulis. Kepada Ayahanda Drs. H. Nurzaini dan Ibunda H. Dasnimar terima
kasih atas kasih sayang yang engkau berikan, dukungan, serta pengorbanan baik
moril maupun materil yang tak terhitung nilainya dan tak dapat dibalas dengan
apapun juga.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

7.


Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd selaku Direktur Pascasarjana

UNIMED

Bapak Prof. Dr. Ramlan Silaban, M.Si, selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Kimia

Bapak Dr. Mahmud, M.Sc, selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan

Kimia

Bapak Prof. Dr. Ramlan Silaban, M.Si, Bapak Dr. Mahmud, M.Sc, dan

Bapak Dr. Marham Sitorus, M.Si selaku Dosen Narasumber

Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Kimia Pascasarjana


UNIMED yang telah mengajar dan mendidik penulis

Ibu Prof. Dr. Retno Dwi Suyatni, M.Pd selaku validator ahli

Ibu Desi Yulian, S.Pd yang telah memberikan informasi dan membantu

administrasi kepada penulis

ii

8.
9.

Bapak dan Ibu guru SMAN 2 Medan, SMAN 3 Medan, dan Ibu guru SMAN

7 Medan.

Adik-adikku tersayang, Ani Yuliriani, Ondri Nurdiansyah, dan Zulfebri


Nurdiansyah. Terimakasih atas doa dan motivasinya

10. Keluarga Besar di Pulau Birandang, Amak Udo, Tuok Uwuo, Uwuo Ijut, Bg
Andus, Udo Deyi, Nga Rosi, Uwuo Iman, Nga Roman, dan Bg Eman yang
telah banyak membantu dan memberikan motivasi kepada penulis.

11. Keluarga Besar di Kampar, Air Tiris, dan Pekanbaru. Pak Ibut, Pak Pomi,

Mak Inis, Etek Izur, Kak Ipit, Kak Desy, Bg Iwan dan Maknga Nima atas
dukungan dan motivasinya.

12. Keluarga di Medan, Etek Inun, Apak, Vandy, dan Thomas yang telah banyak
membantu dan memotivasi penulis.

13. Teman-teman seperjuangan pendidikan kimia pascasarjana UNIMED,

Hendra, Mbot, Heppy, Fath, Aca, Jumi, Iin, Dedel, Heru, Kak Lisa, Putri,
Silvia, Lia, Risa, Fitri, Kak Resti, dan Riska.

14. Teman-teman kos di Medan, Hendra, Heru, Awi, Yogi, dan Ilham

terimakasih karena telah banyak membantu dan canda tawanya.

15. Pak Sahat dan Ibuk yang telah banyak membantu selama kos di Medan.

16. Semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan tesis ini yang tak bisa
disebut satu persatu, terima kasih semuanya.

Semoga Allah SWT memberi balasan yang setimpal atas bantuan dan

dukungan yang diberikan. Harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat bagi kita
semua.

Medan, 1 Maret 2016

Penulis

iii

DAFTAR ISI
Halaman

ABSTRAK ..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ......................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. viii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ................................................................
1.2. Identifikasi Masalah .....................................................................
1.3 Batasan Masalah
.............................
1.4. Rumusan Masalah ........................................................................
1.5. Tujuan Penelitian ..........................................................................
1.6. Manfaat Penelitian ........................................................................

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep dan Miskonsepsi .............................................................. 8
2.2. Miskonsepsi Pada Materi Ikatan Kimia ...................................... 15
2.3. Two-Tier Diagnostic Test ........................................................... 16
2.4. Certainty of Response Index ........................................................ 21
2.5. Three-Tier Diagnostic Test .......................................................... 23
2.6. Identifikasi Miskonsepsi .............................................................. 24
2.7. Kerangka Konseptual .................................................................. 25

1
6
6
6
7
7

BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................
3.2. Populasi dan Sampel ....................................................................
3.3. Rancangan Penelitian ..................................................................
3.4. Instrumen Penelitian .....................................................................
3.5. Teknik Analisa Data .....................................................................

26
26
26
27
27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Penelitian .....................................................................
4.2. Analisis miskonsepsi siswa berdasarkan kemampuannya ...........
4.3. Analisis miskonsepsi siswa pada setiap pertanyaan .....................
4.4. Faktor-faktor yang menyebabkan miskonsepsi siswa ..................
4.5. Diskusi ..........................................................................................

30
30
33
60
61

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan .................................................................................. 62
5.2. Saran ............................................................................................ 62

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 63
LAMPIRAN ................................................................................................. 67
iv

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Hal-hal yang menyebabkan miskonsepsi siswa .................................. 12

Tabel 2.2. Miskonsepsi pada materi ikatan kimia................................................. 16
Tabel 2.3. Skala CRI dan keterangannya .............................................................. 22
Tabel 2.4. Penggolongan konsep siswa berdasarkan jawaban dan CRI ............... 23
Tabel 2.5. Kriteria pengelompokkan konsepsi siswa............................................ 24
Tabel 3.1. Kriteria pengelompokkan konsepsi siswa............................................ 28
Tabel 4.1. Persentase miskonsepsi siswa SMA Kota Medan................................ 31
Tabel 4.2. Rata-rata kemampuan siswa SMA Kota Medan .................................. 31
Tabel 4.3. Pengelompokan data berdasarkan kemampuan siswa ......................... 32
Tabel 4.4. Persentase miskonsepsi setiap kelompok siswa................................... 33
Tabel 4.5. Soal nomor 1 dan jawabannya ............................................................. 34
Tabel 4.6. Persentase pemahaman siswa pada soal nomor 1 ................................ 35
Tabel 4.7. Soal nomor 2 dan jawabannya ............................................................. 36
Tabel 4.8. Persentase pemahaman siswa pada soal nomor 2 ................................ 36
Tabel 4.9. Soal nomor 3 dan jawabannya ............................................................. 37
Tabel 4.10. Persentase pemahaman siswa pada soal nomor 3 .............................. 37
Tabel 4.11. Soal nomor 4 dan jawabannya ........................................................... 38
Tabel 4.12. Persentase pemahaman siswa pada soal nomor 4 .............................. 39
Tabel 4.13. Soal nomor 5 dan jawabannya ........................................................... 40
Tabel 4.14. Persentase pemahaman siswa pada soal nomor 5 .............................. 40
Tabel 4.15. Soal nomor 6 dan jawabannya ........................................................... 41
Tabel 4.16. Persentase pemahaman siswa pada soal nomor 6 .............................. 42
Tabel 4.17. Soal nomor 7 dan jawabannya ........................................................... 43
Tabel 4.18. Persentase pemahaman siswa pada soal nomor 7 .............................. 43
Tabel 4.19. Soal nomor 8 dan jawabannya ........................................................... 44
Tabel 4.20. Persentase pemahaman siswa pada soal nomor 8 .............................. 44
Tabel 4.21. Soal nomor 9 dan jawabannya ........................................................... 45
Tabel 4.22. Persentase pemahaman siswa pada soal nomor 9 .............................. 46
v

Tabel 4.23. Soal nomor 10 dan jawabannya ......................................................... 47

Tabel 4.24. Persentase pemahaman siswa pada soal nomor 10 ............................ 47
Tabel 4.25. Soal nomor 11 dan jawabannya ......................................................... 48
Tabel 4.26. Persentase pemahaman siswa pada soal nomor 11 ............................ 49
Tabel 4.27. Soal nomor 12 dan jawabannya ......................................................... 50
Tabel 4.28. Persentase pemahaman siswa pada soal nomor 12 ............................ 50
Tabel 4.29. Soal nomor 13 dan jawabannya ......................................................... 52
Tabel 4.30. Persentase pemahaman siswa pada soal nomor 13 ............................ 52
Tabel 4.31. Soal nomor 14 dan jawabannya ......................................................... 53
Tabel 4.32. Persentase pemahaman siswa pada soal nomor 14 ............................ 53
Tabel 4.33. Soal nomor 15 dan jawabannya ......................................................... 54
Tabel 4.34. Persentase pemahaman siswa pada soal nomor 15 ............................ 55
Tabel 4.35. Soal nomor 16 dan jawabannya ......................................................... 56
Tabel 4.36. Persentase pemahaman siswa pada soal nomor 16 ............................ 56
Tabel 4.37. Soal nomor 17 dan jawabannya ......................................................... 57
Tabel 4.38. Persentase pemahaman siswa pada soal nomor 17 ............................ 58
Tabel 4.39. Soal nomor 18 dan jawabannya ......................................................... 59
Tabel 4.40. Persentase pemahaman siswa pada soal nomor 18 ............................ 59

vi

vii

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1. Alur penelitian miskonsepsi ............................................................ 27

Gambar 4.1. Grafik persentase penyebab miskonsepsi siswa............................... 60

vii

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Silabus ............................................................................................. 67

Lampiran 2. Kisi-kisi soal tes diagnostik miskonsepsi ......................................... 71
Lampiran 3. Soal Three-Tier Test Ikatan Kimia ................................................... 80
Lampiran 4. Kunci jawaban Three-Tier Test Ikatan Kimia .................................. 86
Lampiran 5. Miskonsepsi dan sumber miskonsepsi dari wawancara ................... 87
Lampiran 6. Persentase distribusi respon siswa SMAN Kota Medan .................. 93
Lampiran 7. Skor dan kategori siswa SMAN Kota Medan .................................. 97

Lampiran 8. Persentase pemahaman konsep siswa SMAN Kota Medan ............ 100
Lampiran 9. Miskonsepsi, konsep sebenarnya, dan penyebab miskonsepsi........ 103

viii

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan kebutuhan yang

sangat mendasar bagi

manusia dan berperanan penting dalam menentukan kemajuan suatu bangsa.
Kemajuan suatu bangsa dapat diukur dari kualitas dan sistem pendidikan
yang mereka jalankan. Sistem pendidikan yang baik akan menjadikan suatu
bangsa lebih mampu bersaing dengan bangsa lain dalam segala lini
kehidupan. Pada saat ini, pendidikan Indonesia berada dalam kondisi gawat
darurat dan jauh tertinggal dari negara lain (Republika, 2014).
Permasalahan dalam pendidikan kita adalah rendahnya mutu
pendidikan pada setiap jenjang yang ada. Pemerintah telah berusaha untuk
meningkatkan mutu pendidikan dengan berbagai cara, diantaranya dengan
meningkatkan anggaran belanja dalam bidang pendidikan, peningkatan
kompetensi guru, perbaikan dan peningkatan sarana dan prasarana
pendidikan, dan pengembangan kurikulum nasional. Akan tetapi, mutu
pendidikan Indonesia masih belum menunjukkan peningkatan yang berarti
hingga saat ini.
Hal ini dibuktikan dari data yang dikeluarkan oleh berbagai lembaga
survei. Menurut survei yang dilakukan oleh Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD), kualitas pendidikan di Indonesia berada
pada urutan 69 dari 76 negara di dunia, sedangkan Singapura menempati
urutan pertama (BBC, 2015). Berdasarkan data dari The Learning Curve
Pearson 2014, Indonesia menempati urutan terakhir dari 40 negara dalam hal
mutu pendidikan. Indonesia menjadi negara dengan mutu pendidikan terburuk
dibawah Brazil, Argentina, Kolombia dan Thailand (Imaniar, 2014).
Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia berdampak pada rendahnya
sumber daya manusia. Berbagai temuan tentang rendahnya kualitas sumber
daya manusia di Indonesia telah dikemukakan di beberapa forum maupun

2

media massa. Hasil survei Indeks Pembangunan Manusia (Human
Development Index/HDI) pada tahun 2014 menyatakan bahwa Indonesia
menduduki peringkat 108 dari 187 negara di dunia (UNDP, 2014).
Kimia merupakan ilmu yang mempelajari materi dan perubahannya
(Chang, 2003). Dalam mempelajari kimia, siswa dituntut memahami konsep,
karena belajar kimia menitikberatkan pada pemahaman konsep (Dahar,
1991). Menurut Jahro (2009), mempelajari ilmu kimia selain untuk
menguasai kumpulan pengetahuan berupa konsep, fakta, dan prinsip, juga
merupakan suatu proses penemuan dan penguasaan prosedur dan metode
ilmiah. Hal ini berarti bahwa pembelajaran kimia menekankan bagaimana
caranya siswa agar dapat menguasai konsep, bukan hanya sekedar meghafal
konsep-konsep tersebut.
Menurut Pinker (2003), siswa yang hadir di kelas umumnya tidak
dengan kepala kosong, melainkan mereka telah membawa sejumlah
pengalaman atau ide-ide yang dibentuk sebelumnya ketika mereka
berinteraksi dengan lingkungannya. Gagasan atau ide yang telah dimiliki oleh
siswa sebelumnya ini disebut dengan prakonsepsi atau konsep alternatif.
Siswa mengembangkan konsep-konsep tertentu tentang konsep-konsep ilmiah
yang didasarkan pada pengalaman kehidupan sehari-hari, media, dan interaksi
siswa terhadap orang lain (Aydin, 2009).

Kenyataan menunjukkan bahwa konsep alternatif siswa sangat
resisten terhadap perubahan. Informasi baru ini bisa sejalan atau bertentangan
dengan ide-ide siswa yang sudah ada. Siswa cenderung membangun persepsi
dan makna-makna yang sifatnya konsisten dengan apa yang telah dipelajari
sebelumnya (Tarigan, 2011). Konsep yang diciptakan siswa bisa berbeda
dengan konsep yang sebenarnya menurut para ahli sehingga menimbulkan
konsep yang menyimpang

yang disebut miskonsepsi (Ikenna, 2014).

Menurut Suparno (2005), miskonsepsi merupakan pemahaman materi atau
konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang
diterima pakar dalam bidang tersebut. Miskonsepsi yang dialami siswa dapat
disebabkan oleh siswa, guru, buku teks, konteks, dan metode mengajar.

3

Ikatan kimia merupakan pokok bahasan yang diajarkan di kelas X
SMA semester I berdasarkan kurikulum 2013. Ikatan kimia merupakan satu
pokok bahasan tentang konsep-konsep dasar yang penting dalam ilmu kimia
(Hanson, 2015). Banyak konsep-konsep yang diajarkan dalam pelajaran
kimia SMA sangat bergantung pada pemahaman yang berhubungan dengan
ikatan kimia.
Berdasarkan informasi dari beberapa guru kimia yang mengajar di
SMA Negeri Kota Medan, ditemukan bahwa nilai tes yang didapatkan
sebagian siswa pada pokok bahasan ikatan kimia tidak memenuhi kriteria
ketuntasan minimal (KKM). Hal ini dapat disebabkan karena banyaknya
konsep dalam pokok bahasan ikatan kimia yang bersifat abstrak (Taber dan
Coll, 2002). Siswa tidak bisa melihat atom, strukturnya, dan interaksi antara
atom yang satu dengan atom yang lainnya. Akibatnya sangat sulit bagi siswa
untuk memahami konsep tersebut dan mendorong terjadinya miskonsepsi
(Tan dan Treagust, 1999).
Siswa yang mengalami miskonsepsi akan kesulitan dalam kegiatan
pembelajaran karena tidak mungkin mempelajari konsep selanjutnya jika
konsep awal yang dimilikinya sudah tidak tepat. Oleh karena itu, identifikasi
konsepsi siswa sangat diperlukan untuk membantu siswa memahami konsep
dengan tepat dan mencegah terjadinya miskonsepsi pada waktu yang akan
datang. Selain itu, dengan menyadari adanya miskonsepsi pada siswa dapat
membantu perancang kurikulum dan guru dalam mempersiapkan dan
menyajikan materi pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa (Horton,
2004).
Penelitian miskonsepsi tentang ikatan kimia sangat penting dan telah
banyak dilakukan di beberapa Negara.

Tan dan Treagust (1999) telah

melakukan penelitian miskonsepsi tentang ikatan kimia pada siswa di
Singapura. Mereka menemukan bahwa siswa mempunyai beberapa
miskonsepsi tentang pembentukan ikatan antara atom-atom, struktur kisi
senyawa, hantaran listrik grafit, dan gaya intermolekul dan antarmolekul.
Taber (1999) telah menyelidiki pemahaman siswa di Inggris tentang ikatan

4

ion. Dia menemukan bahwa sebagian besar siswa mengalami miskonsepsi
tentang struktur kisi natrium klorida dan ikatan ion yang terbentuk.
Unal

dan

kawan-kawan

(2010)

telah

melakukan

penelitian

miskonsepsi ikatan kovalen pada siswa di Turki. Siswa mengalami
miskonsepsi tentang jenis atom yang membentuk ikatan kovalen, ikatan
kovalen yang terbentuk, jenis ikatan kovalen, sifat-sifat ikatan kovalen
raksasa. Penelitian terbaru tentang miskonsepsi yang dilakukan oleh Sari dan
Nasrudin (2015) mengungkapkan bahwa siswa kelas X SMA Negeri 4
Sidoarjo mengalami miskonsepsi tentang ikatan ion, ikatan kovalen, dan
kepolaran senyawa.
Gudyanga dan Madambi (2014) mengemukakan bahwa miskonsepsi
siswa tentang ikatan kimia disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya: (1)
istilah dan penjelasan yang digunakan oleh guru, (2) penyajian konsepkonsep dalam buku teks, (3) komunikasi yang tidak efektif antara siswa dan
guru, (4) pendekatan pembelajaran sederhana dan (5) guru yang tidak
berkompetensi.
Metode yang digunakan untuk mendeteksi miskonsepsi adalah tes
pilihan ganda, peta konsep, wawancara, tes dua tingkat (two-tier test). Metode
two-tier test lebih unggul dibandingkan metode lainnya karena lebih efektif
dari segi waktu, mudah diujicobakan, penskorannya lebih objektif, serta
hasilnya lebih akurat untuk mendeteksi miskonsepsi siswa (Akkus, dkk.,
2011). Selain itu, two-tier test dapat dijadikan alternatif untuk menguji
kemampuan siswa karena menuntut kemampuan kognitif lebih tinggi
(Tuysuz, 2009). Namun, Metode ini juga memiliki kelemahan yaitu tidak
dapat membedakan antara siswa yang miskonsepsi dengan siswa kurang ilmu.
Untuk mengatasi kelemahan ini, metode two-tier test dapat dikombinasikan
dengan metode Certainty of Response Index (CRI) yang dikembangkan oleh
Hasan dan kawan-kawan (1999) menjadi metode three tier-test.
Metode two-tier test terdiri atas dua tingkat. Tingkat pertama dari
setiap item terdiri atas pertanyaan atau pernyataan dengan dua sampai dengan
lima pilihan jawaban, sedangkan tingkat kedua dari setiap item berisi tiga

5

sampai lima alasan untuk jawaban bagian pertama. Jika pada setiap tingkat
terdiri dari lima jawaban, maka dari kelima jawaban tersebut terdapat satu
jawaban benar dan empat distraktor. Distraktor berisi konsep alternatif siswa
yang bisa didapat dari literatur dan wawancara (Mutlu dan Sesen, 2015).
Hasan dan kawan-kawan (1999) telah mengembangkan metode
Certainty of Response Index (CRI) untuk membantu mengidentifikasi
miskonsepsi siswa. Metode CRI menghubungkan jawaban yang dipilih siswa
dengan indeks tingkat keyakinan siswa dalam memilih jawaban tersebut.
Semakin tinggi indeks CRI maka semakin yakin pula siswa atas jawabannya.
Jika indeks CRI tinggi dan jawaban benar, maka siswa dikatakan paham
konsep. Namun, jika indeks CRI tinggi dan jawaban siswa salah, maka
dikatakan siswa mengalami miskonsepsi. Sedangkan jika CRI rendah dan
jawaban salah, maka dikatakan siswa tidak tahu konsep. Kelemahan dalam
metode ini adalah masih besarnya persentase siswa menebak jawaban dan
memberikan indeks CRI.
Metode three tier-test merupakan gabungan dari metode two-tier test dan
CRI dimana metode ini terdiri dari tiga tingkat. Tingkat pertama biasanya
berbentuk pilihan ganda, tingkat kedua merupakan alasan dari jawaban pada
tingkat pertama, dan tingkat ketiga merupakan indeks kepercayaan diri siswa
untuk dua tingkat sebelumnya (Pesman, 2005). Metode ini dapat membedakan
siswa yang mengalami miskonsepsi dengan siswa yang kurang ilmu serta
memperkecil persentase siswa dalam menebak jawaban.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik meneliti miskonsepsi yang
terjadi pada siswa menggunakan three tier test karena penelitian miskonsepsi
dengan menggunakan metode tersebut masih jarang dilakukan di Indonesia. Oleh
karena itu, penulis mengangkat penelitian dengan judul: “Analisis Miskonsepsi
Ikatan Kimia dengan Metode Three-Tier Test pada Siswa SMA kelas X di Kota
Medan”.

6

1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dapat diidentifikasi beberapa
masalah sebagai berikut :
1. Konsep awal yang dimiliki siswa sering berbeda dengan konsep yang
sebenarnya
2. Siswa menafsirkan pengetahuan baru berdasarkan pengetahuan mereka
sendiri
3. Siswa kesulitan memahami materi ikatan kimia karena sebagian besar
konsepnya bersifat abstrak.
4. Di dalam proses belajar mengajar, konsep yang diciptakan siswa dapat
berbeda dari konsep yang sebenarnya yang disebut dengan miskonsepsi
5. Siswa mengalami miskonsepsi pada materi ikatan kimia
1.3. Batasan Masalah
Mengingat luasnya ruang lingkup masalah dan agar penelitian ini
lebih terfokus serta keterbatasan peneliti, maka dalam penelitian ini masalah
dibatasi pada hal-hal sebagai berikut:
1) Penguasaan konsep yang diteliti adalah konsep Ikatan Kimia yang
meliputi : kestabilan unsur, lambang dan struktur lewis, ikatan ion,
ikatan kovalen, dan ikatan koordinasi.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah di atas, maka
yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1) Berapa persen besarnya

tingkat miskonsepsi siswa SMA di Kota

Medan?
2) Apa saja konsep-konsep yang mengalami miskonsepsi pada siswa SMA
di Kota Medan?
3) Adakah perbedaan tingkat miskonsepsi diantara siswa di SMA Kota
Medan pada materi Ikatan Kimia?
4) Apa saja faktor yang menyebabkan siswa SMA di Kota Medan
mengalami miskonsepsi?

7

1.5. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dalam peneltian ini
adalah :
1) Untuk mengetahui seberapa besar tingkat miskonsepsi siswa SMA di Kota
Medan.
2) Untuk mengetahui pada konsep-konsep apa saja siswa SMA di Kota
Medan mengalami miskonsepsi dalam materi ikatan kimia
3) Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan tingkat miskonsepsi diantara
siswa SMA di Kota Medan pada materi Ikatan Kimia.
4) Untuk mengetahui penyebab miskonsepsi siswa di Kota Medan pada
materi Ikatan Kimia.
1.6. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :
1) Memberi informasi kepada guru agar menemukan strategi mengajar yang
dapat menghindari terjadinya miskonsepsi khususnya pada pokok bahasan
ikatan kimia.
2) Bagi seluruh siswa kelas X SMA di kota Medan memiliki kesempatan
agar lebih memahami konsep-konsep kimia dengan benar
3) Untuk pihak penyusunan kurikulum, sebagai masukan dalam menyusun
kurikulum agar lebih memperhatikan pola pikir anak didiknya
4) Bagi penulis penelitian ini diharapkan menjadi pengalaman tersendiri
untuk mengetahui miskonsepsi siswa.